INTERNALISASI NILAI SPORTIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI: Studi di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru.

(1)

Syamsul Arifin, 2013

INTERNALISASI NILAI SPORTIVITAS MELALUI

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

(Studi di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru)

DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Dalam Bidang Pendidikan Umum/Nilai

Promovendus :

SYAMSUL ARIFIN

NIM 0908537

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Syamsul Arifin, 2013

2013

INTERNALISASI NILAI SPORTIVITAS MELALUI

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

(Studi di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru)

Oleh

SYAMSUL ARIFIN

Drs FKIP Unlam Banjarmasin 2005

M.Pd IKIP Bandung 1998

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Doktor Pendidikan (DR) pada Program Studi Pendidikan Umum/Nilai

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Syamsul Arifin 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

Dengan cetak ulang,difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

(5)

(6)

Syamsul Arifin, 2013

ABSTRACT

SYAMSUL ARIFIN: Internalizing the Values of Sportsmanship through the Teaching-Learning of Physical Education in a State Elementary School (A Study of State Elementary SchoolLoktabat 1, Banjarbaru). Promoter: Prof. Dr. H. IshakAbdulhak, M. Pd, Co-promoter: Prof. Dr. AdangSuherman, M.A., and Member: Dr. H. Kama Abdul Hakam,M. Pd.

The dissertation contains research results on internalization of sportsmanship values through physical education teaching-learning in State Elementary SchoolLoktabat 1, Banjarbaru. The research involved teachers and students conducting physical education teaching-learning. The main issue of the study is: How is the process of internalizing the values of sportsmanship through physical education in an elementary school? The theory

employed as the foundation of the research was Bandura’s social learning theory. The

main issue is elaborated into the following research questions: (1) How do physical education teachers develop lesson plans that internalize sportsmanship?; (2) How is the process of cultivating the sportsmanship values of knowing, training, and being in the teaching-learning of physical education?; (3) How do teachers evaluate and improve the teaching-learning that internalize sportsmanship values?; (4) What factors encourage and inhibit the process of internalizing sportsmanship values?; (5) What factors encourage and

inhibit the process of evaluating students’ sportsmanship? To obtain data, qualitative

approach using observation, interview, and documentation was employed. The data were

then analyzed using Miles’ andHuberman’s model (1992) through the stages of data

collection, data reduction, data display, and inference. The results of data analysis are as follows: (1) The physical education teachers have developed lesson plans, which beginwith the writing of lesson plansand later ontheir implementation in the field, but the writing was still done by adapting another lesson plan, especially in terms of value development planning;(2) The process of internalizing sportsmanship values among students were conducted following the stages of objective formulation, materials, method, resources, and evaluation, and then implementation in the teaching and learning of theories and field practice; (3) The results of the internalization of sportsmanship values among students were continuously evaluated directly by physical education teachers during the teaching-learning process; (4) The availability of facilities and equipment for physical education teaching-learning has become the factor that encourage the success of

cultivating sportsmanship values among students; however, the teachers’ low ability in

using a value-based teaching-learning model has become the obstacle for developing sportsmanship; (5) The physical education teachers had been used to assessing students’ sports practice in the field without understanding and using appropriate and accurate evaluation tool for sportsmanship values, so that they did not pay much attention to the

changes in students’ attitudes and characters. Generally, the guidance of sportsmanship through Physical Education in elementary schools is emphasized more on the levels of training and being than knowing.


(7)

Syamsul Arifin, 2013

ABSTRAK

SYAMSUL ARIFIN : Internalisasi Nilai Sportivitas Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Negeri (Studi di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru). Promotor: Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M. Pd, Ko-promotor: Prof. Dr. Adang Suherman, MA, dan Anggota: Dr. H. Kama Abdul Hakam,M. Pd.

Disertasi ini berisi hasil penelitian tentang internalisasi nilai sportivititas melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru. Penelitian ini melibatkan guru dan siswa yang telah melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Masalah pokok yang menjadi kajian disertasi ini adalah bagaimana proses internalisasi nilai sportivitas melalui pendidikan jasamani di Sekolah Dasar?.Adapun teori yang digunakan sebagai landasan penelitian adalah teori social learning dari Bandura. Secara rinci masalah pokok penelitian dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana guru pendidikan jasmani mengembangkan rencana pembelajaran internalisasi sportivitas?; (2) Bagaimana proses penanaman knowing, training, dan being nilai sportivitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani?; (3) Bagaimana guru mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran internalisasi nilai sportivitas?; (4) Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat proses internalisasi nilai sportivitas?; (5) Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat proses evaluasi sportivitas siswa? Untuk menghasilkan data penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan tehnik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman (1992) melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis data adalah sebagai berikut : (1) guru Pendidikan Jasmani telah mengembangkan rencana pembelajaran yang diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran (RPP) untuk dilaksanakan di lapangan namun RPP tersebut masih bersifat adopsi dari bentuk RPP lain terutama dalam perencanaan pengembangan nilai; (2) proses menginternalisasikan nilai sportivitas pada peserta didik dilakukan sejak menyusun tujuan, materi, metode, sumber dan evaluasi serta dilaksanakan dalam pembelajaran teori dan praktik di lapangan; (3) hasil internalisasi nilai sportivitas oleh peserta didik dievaluasi secara terus menerus secara langsung oleh guru Pendidikan Jasmani selama proses pembelajaran; (4) tersedianya fasilitas dan alat pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, menjadi faktor pendorong keberhasilan penanaman nilai sportivitas pada peserta didik, namun rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang berbasis nilai menjadi kendala pengembangan sportivitas tersebut; (5) guru-guru pendidikan jasmani telah terbiasa menilai praktik olahraga siswa di lapangan, akan tetapi tidak memahami dan tidak menggunakan alat evaluasi yang baik dan tepat untuk menilai sportivitas, sehingga kurang memperhatikan perubahan sikap dan karakter siswa. Secara umum pembinaan sportivitas melalui Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar lebih banyak ditekankan pada training dan being dari pada tataran knowing.


(8)

(9)

Syamsul Arifin, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. KATA PENGANTAR ……… UCAPAN TERIMA KASIH………...……… DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN……… iv vi viii xi xv xvi xvii

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A.Latar Belakang Masalah………... B. Perumusan Masalah... C.Pertanyaan Penelitian... D.Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian...

F. Struktur Organisasi Penelitian………..

BAB II. KAJIAN PUSTAKA...

A. Hakikat Nilai ………..

1. Pengertian Nilai ... 2. Klasifikasi Pengertian Nilai…………..………...

3. Nilai dan Pendidikan Nilai………...

4. Jenis Kualitas dan Kategori Nilai……….

5. Sumber Nilai………

B. Pembelajaran Internalisasi Nilai……….

1. Hakikat Internalisasi……….. 2. Pendidikan Nilai Pendidikan Moral dan Pendidikan Karakter……

1 12 13 13 14 15 17 17 18 24 30 32 43 47 47


(10)

Syamsul Arifin, 2013

C.Pengertia Sikap Fair Play/ Sportivitas………..

1. Sikap………...

2. Fair Play/ Sportivitas……….. 3. Budaya Sekolah dalam Internalisasi Nilai Sportivitatas…………. 4. Proses Tumbuh dan Berkembangnya Kultur Sekolah……… 5. Mengintegrasikan Nilai Moral dalam Kultur Pembelajaran……... D. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Jasmani………

1. Pengertian Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani………. 2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani……… 3. Hubungan Pendidikan Jasmani Permainan dan Sport……….

4. Hakikat Pendidikan Jasmani Melalui Bermain………

E. Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai... 1. Latar Belakang Munculnya Pendidikan Umum... 2. Pengertian Pendidikan Umum... 3. Tujuan Pendidikan Umum... 4. Pengembangan Nilai-nilai... 5. Keterkaitan Nilai Sportivitas dalam Pendidikan Umum…………

F. Teori Perubahan Perilaku……….

1. Teori Psikonalitik Sigmund Freud………..

2. Teori Sosial Bandura………..

3. Teori Kognitif L. Kholberg………

G.Internalisasi Nilai Sportivitas dalam Proses Pembelajaran…………..

a. Meningkatkan Aktivitas Belajar………

b. Meningkatkan Disiplin Siswa……….

H.Model-model Pembelajar Pendidikan Jasmani...………..

1. Model Pembelajaran Hellison………

2. Model Pembelajaran Sport Education………

3. Model Pembelajaran Kebugaran………

I. Penelitian yang Relevan………...

J. Kerangka Berpikir……….

50 67 67 68 75 79 80 81 81 101 104 109 117 117 118 121 124 126 128 129 129 132 135 136 138 143 144 148 152 155 157


(11)

Syamsul Arifin, 2013

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian... B.Subyek dan Lokasi Penelitian...

1. Subyek Penelitian………..….

2. Lokasi Penelitian………..……..

C.Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian

1. Tehnik Pengumpulan Data... a. Tehnik Observasi………...…. b. Tehnik Wawancara…....………...……..

c. Tehnik Dokumentasi……..………..………….

d.Tehnik Studi pustaka………...……...

2. Analisis Data………..

D. Langkah-langkah Penelitian……….. E. Pengembangan Instrumen...

1. Definisi Konseptual………..…..

2. Definisi Operasional ………..

3. Penyusunan Kisi-kisi………..

4. Jenis Instrumen………...……

F. Tehnik Analisis Data………

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian………

1. Sejarah Perkembangan SD Negeri Loktabat 1 Banjarbaru………

2. Profil SD Negeri Loktabat 1 Banjarbaru……… 3. Kondisi Pembelajaran Penjas di SD Negeri Loktabat 1

Banjarbaru……….. B. Deskripsi Hasil Penelitian ………...

1. Pengembangan Rencana Pembelajaran dalam

Menginternalisasikan Nilai Sportivitas……….. 2. Proses Penanaman Knowing, Training dan Being Nilai

Sportivitas dalam Pembelajaran Penjas…...……….

159 160 160 161 162 162 164 166 166 167 169 170 170 172 172 173 174 176 176 176 184 185 185


(12)

Syamsul Arifin, 2013

3. Evaluasi Pembelajaran Internalisasi nilai Sportivitas dalam penjas……….. ……….. 4. Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Internalisasi Nilai

Sportivitas dalam Penjas……….………...……… 5. Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Evaluasi Nilai

Sportivitas dalam penjas……….

C.Pembahasan Hasil Penelitian………

1. Pengembangan Rencana Pembelajaran dalam

Menginternalisasikan Nilai Sportivitas……….. 2. Proses Penanaman Knowing, Training dan Being Nilai

Sportivitas dalam Pembelajaran Penjas…...………. 3. Evaluasi Pembelajaran Internalisasi nilai Sportivitas dalam

penjas……….. ……….. 4. Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Internalisasi Nilai

Sportivitas dalam Penjas……….………...……… 5. Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Evaluasi Nilai

Sportivitas dalam penjas………. V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan……….

1. Kesimpulan Umum………...

2. Kesimpulan Khusus………..

B. Rekomendasi………... DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN-LAMPIRAN………...……… 191 216 223 226 231 231 241 245 247 251 256 256 259 260 262 267


(13)

Syamsul Arifin, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Klarifikasi Pengertian Nilai………. 25

Tabel 2. Indikator Nilai-nilai Akhlak Mulia………. 62

Tabel 3. Perbandingan Konsep Pendidikan Gerak dan Pendidikan Jasmani Tradisional……… 99

Tabel 6. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional di Lihat dari Taksonomi Pembelajaran (Kognitif, Afektif dan Psikomotor……… 143

Tabel 7. Kriteria Model Pembelajaran Hellison………. 165

Tabel 8. Kriteria Model Pembelajaran Sport Education………. 169

Tabel 9. Kriteria Model Pembelajaran Penjas Kebugaran Jasmani……… 172

Tabel 10. Pedoman Observasi………... 181

Tabel 11. Pedoman Wawancara………... 183

Tabel 12. Definisi Konseptual……….. 190

Tabel 13. Kisi-kisi Pengembangan Pertanyaan Penelitian……… 191

Tabel 14. Rekapitulasi siswa SD Negeri Loktabat 1 Banjarbaru……….. 197

Tabel 15. Jumlah Gedung SD Negeri Loktabat 1 Banjarbaru……… 198

Tabel 16. Matrik Pengumpulan Data………. 185

Tabel 17. Koleksi Data Monitor………. 186

Tabel 18. Analisis Induktif Deduktif Internalisasi Nilai Sportivitas Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani……….. 229


(14)

Syamsul Arifin, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Komponen Analisis Data……… 167


(15)

Syamsul Arifin, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran : 1 . Surat Izin Penelitian dan SK Pembimbing……….. 267

Lampiran : 2 . Data Siswa dan Guru SD Loktabat 1 Banjarbaru……… 273

Lampiran : 3. Pedoman dan Hasil Wawancara……..………. 278

Lampiran : 4. Kurikulum SD Negeri Loktabat 1 Banjarbaru……… 325

Lampiran : 5. RPP dan Silabi Guru Penjas………. 388

Lampiran : 6. Hasil Photo-Photo Penelitian……… 411


(16)

(17)

1

Syamsul Arifin, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan merupakan wahana utama dalam pembangunan mutu sumber daya manusia yang pada gilirannya akan menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga menentukan mutu sumber daya manusia yang menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara dan warga masyarakat. Pendidikan Indonesia mengarahkan tujuannya sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia yang berbudaya luhur dan religius yang digambarkan dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN, No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3)

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, maka diperlukan sistem penyelenggaraan pendidikan secara proporsional serta profesional, khususnya melalui jalur pendidikan formal dan dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari TK, SD, SMP, SMA bahkan sampai pada Perguruan Tinggi. Melalui pendidikan formal ini diharapkan masyarakat dapat menikmati dan merasakan betapa pentingnya suatu pendidikan baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.


(18)

2

Syamsul Arifin, 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan dasar (Diknas, 2003)

Pendidikan karakter saat ini menjadi sorotan tajam masyarakat, sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Namun upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Karakter merupakan kekayaan terbesar dalam hidup seseorang. Ketidaksetiaan, penyelewengan jabatan, atau kejahatan seksual, mencakup hanya sedikit dari keseluruhan karakter sejati seseorang. John (1995:53) menyatakan bahwa “aspek utama dari karakter mengacu pada kualitas hakiki seperti kejujuran, kebaikan yang tulus, kesetiaan, kerja keras, integrasi dan sebagainya”. Dengan kata lain jika seseorang


(19)

3

Syamsul Arifin, 2013

memiliki sifat mudah memaafkan, jujur, senasib sepenanggungan, berniat baik pada sesama, maka dimanapun dia berada dia akan disukai, tidak hanya oleh temannya tetapi bahkan musuhnya. Oleh karena itu harus ada pendidikan yang secara khusus membangun karakter salah satu pendidikan tersebut adalah pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk (Mahendra, 2008 :15). Tetapi juga pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu


(20)

4

Syamsul Arifin, 2013

diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan atau olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan pemeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.

“Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematik untuk menuju Indonesia seutuhnya”(Sukintaka, 2004:21). Pendidikan jasmani wajib diajarkan di sekolah, karena pendidikan jasmani memiliki peran yang strategis dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak positif terhadap pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan mental, intelektual, emosional dan sosial.

Hal ini dapat terjadi apabila diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan dan mendukung aspek-aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara wajar, sehingga pendidikan jasmani merupakan wahana untuk menumbuhkembangkan


(21)

5

Syamsul Arifin, 2013

anak didik secara wajar dan efektif. Karena itu sudah selayaknya bila terhadap pendidikan jasmani diberikan perhatian yang proposional dan dilaksanakan secara efisien, efektif sesuai dengan kondisi fisik dan fsikis anak didik (Mutohir, 1998:7).

Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan. Interpretasi umum yang kita anut, seperti sering dipaparkan oleh UNESCO misalnya, pendidikan di sini tidak sama artinya dengan pengertian “schooling” atau persekolahan tetapi lebih bermakna luas. Pendidikan adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan pembentukan kepribadian termasuk perubahan perilaku (Lutan, 2001: 4). Maka karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu melibatkan dimensi sosial, disamping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan keterampilan, ketangkasan dan unjuk kebolehan. Dimensi sosial ini melibatkan hubungan antar orang, antara peserta didik dan guru baik sebagai fasilitator atau pengarah.

Seiring dengan perubahan sosial dan budaya, liputan olahraga lebih tertuju pada anjuran dan penciptaan citra untuk memenangkan pertandingan atau penciptaan rekor, ketimbang lebih menekankan bagaiamana sebuah pertandingan dimainkan sebaik-baiknya. Akhir-akhir ini fenomena kekerasan dalam olahraga dan bentuk kekerasan antar pemain, eksplotasi orang tua atau orang dewasa terhadap anak-anak, gaya kepemimpinan semena-mena dan penggunaan obat terlarang dalam olahraga sudah masuk ke Indonesia dan kian marak juga perkembangannya.

Dilain pihak, dalam lingkungan pembinaan olahraga yang semakin kompleks, mulai dari olahraga usia dini hingga tataran olahraga elit dan olahraga profesional,


(22)

6

Syamsul Arifin, 2013

muncul kritik yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga tidak banyak memberikan sumbangan nyata terhadap pembinaan watak, dan bahkan ada kecurigaan bahwa kegiatan tersebut justru menghambat pembelajaran nilai (Lutan, 2001:vii). Cacat yang dikemukakan khalayak masyarakat tersebut dalam pembinaan olahraga juga mencerminkan kegagalan para peserta untuk belajar dan menghayati nilai.

Tayangan telivisi baik pemerintah maupun swasta telah memberitakan bahwa sering terjadi kekerasan, geng motor, tawuran antar pelajar dan lebih memilukan lagi adalah tawuran antar mahasiswa, padahal mahasiswa merupakan calon pemimpin dimasa yang akan datang. Kemudian sering pula kita melihat suatu pertandingan sepak bola yang awalnya tertib aman dan lancar namun ditengah-tengah jalannya pertandingan sering terjadi adu mulut antara wasit dan pemain, antara pemain dengan pemain yang bisa memicu terjadinya konflik antara penonton dan penonton, sehingga terjadilah keributan yang lebih besar, hal ini sebabkan lantaran masing-masing pihak kurang mengerti tentang arti dari nilai suatu pertandingan.

Banyak orang yang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Mereka yang telah melewati sistem pendidikan selama ini (termasuk pendidikan dalam keluarga) kurang memiliki kemampuan untuk mengelola konflik dan kekacauan, sehingga anak-anak dan remaja selalu menjadi korban konflik dan kekacauan tersebut.

Dibidang pendidikan sekolah, terjadinya penyimpangan-penyimpangan moral remaja tersebut tidak dapat hanya menjadi tanggungjawab pendidikan agama, tetapi


(23)

7

Syamsul Arifin, 2013

juga merupakan tanggungjawab seluruh pengajar/pendidik di sekolah. Guru matematika, guru bahasa, guru olahraga dan guru-guru lainnya, mestinya turut bertanggungjawab dalam membentuk moralitas dan karakter serta nilai-nilai kejujuran bagi peserta didik.

Fenomena yang bekembang saat ini mengendikasikan antara lain : 1) kurangnya perhatian dari pihak pendidik dalam mengimplimentasikan nilai-nilai atau pendidikan karakter dan sportivitas kedalam pembelajaran (2) sebagian besar guru-guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran hanya menekankan pada aspek psikomotorik (gerak) dan aspek kognitif saja (3) ketidak mampuan guru dalam mengaktulisasikan aspek apektif dalam pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan; (4) penanaman nilai-nilai moral dan karakter serta nilai-nilai kejujuran terkesan hanya merupakan tanggungjawab guru PAI dan PKn saja.

Dalam pendidikan karakter Lickona (1992:53) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.

Kajian nilai merupakan salah satu cabang filsafat, yaitu filsafat aksiologi mempersoalkan penerapan sesuatu ke dalam praktik yang berkaitan dengan masalah nilai. Nilai merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap luhur dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan dan bermasyarakat. Kecenderungan sikap dan partisipasi dalam tindakan dari sekelompok warga masyarakat, termasuk organisasi


(24)

8

Syamsul Arifin, 2013

induk olahraga, yang harusnya berusaha untuk meningkatkan prestasi olahraga. Justru memperlihatkan sikap sebaliknya yaitu menimbulkan masalah yang semakin konflek dan mendalam. Hal ini karena nilai-nilai ideal olahraga semakin luntur, di geser oleh nilai baru sebagai konsekuensi dari perubahan sosial (Lutan, 2001 : 68). Nilai dalam masyarakat telah berubah dan hal itu juga berdampak nyata kedalam olahraga.

Diantara persoalan yang paling menonjol dewasa ini adalah penerapan fair play atau sportivitas sebagai nilai inti dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, tantangan ini muncul dalam aneka perilaku atlit, pelatih bahkan dikalangan insan perss, yang lebih menonjol adalah upaya memperoleh kemenangan yang bukan mengandalkan keunggulan tehnik dan taktik, justeru yang diperagakan adalah gejala kekerasan dalam olahraga dan kecenderungan untuk memaksakan kehendak, seperti mencampuri urusan wasit. (Lutan, 2001:69).

Kiranya tidak berlebihan bila kita mengatakan, sudah mulai terjadi dan berkembang gejala demoralisasi dan degradasi karakter dalam olahraga. Disamping peningkatan kekerasan, seperti sering diperagakan oleh penonton, unsur ketidak jujuran juga kian mencuat kepermukaan. Ketidaksungguhan dalam permaninan seperti disebut dalam istilah “main sabun”, merupakan pertanda dari ketidak jujuran untuk memperlakukan olahraga.

Olahraga dengan segala aspek dan dimensi kegiatannya, lebih-lebih yang mengandung unsur pertandingan atau kompetisi, harus disertai dengan sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran moral. Sikap itu menyatakan kesiapan untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan peraturan. Bahkan kesiapan itu tidak hanya loyal


(25)

9

Syamsul Arifin, 2013

terhadap ketentuan yang tersirat, tetapi juga kesanggupan untuk membaca dan memutuskan pertimbangan berdasarkan kata hati.

Agar olahraga serta pergaulan sosial secara luas berjalan dengan tertib sesuai dengan aturan yang berlaku diperlukan adanya pendidikan olahraga yang benar. Upaya pendidikan olahraga secara benar harus dilakukan melalui berbagai jenjang pendidikan. Pembiasaan perilaku etis melalui pendidikan olahraga membutuhkan proses yang panjang dan berkelanjutan. Oleh karena itu pembinaan karakter olahraga (pendidikan jasmani) harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik sejak sekolah dasar. Karena sekolah dasar dipandang sebagai pendidikan formal pertama bagi peserta didik yang akan menjadi bekal dan landasan bagi pengembangan karakter siswa, namun pembelajaran pendidikan jasmani, di Sekolah Dasar lebih berorientasi pada pengembangan gerak, akan tetapi aspek sikap terutama sikap sportivitas atau fair flay sering kali terabaikan di dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Maka dari itu tidak heran kalau kenyataan di dunia olahraga sering kali terjadi perilaku yang tidak sportif yang mengakibatkan persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan olahraga, menganggap olahraga tidak memiliki nilai moral yang sesuai dengan norma-norma yang ada, baik norma agama maupun adat istiadat yang dijadikan acuan dalam kehidupan di masyarakat.

Selain itu pendidikan karakter juga memiliki korelasi positif pada keberhasilan akademik anak didik. Hasil penelitian yang diterbitkan oleh sebuah bulletin, Charakter Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam bulletin itu diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis,


(26)

10

Syamsul Arifin, 2013

menunjukan peningkatan motivasi anak didik sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter itu, menunjukan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif anak didik yang dapat menghambat keberhasilan akademik mereka (Wibowo, 2012:19).

Menurut Joseph Zins (2001) dalam bukunya Emotional Intelligence and School Success yang dikutip oleh Wibowo (2012:20) ada sederetan faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko tersebut ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerjasama, kemapuan bergaul, kemampuan berkomunikasi, rasa empati dan kemampuan berkumonikasi.

Terkait dengan hal tersebut, kita tentu masih ingat dengan pendapat Daniel Goleman. Menurut Goleman yang dikutip oleh Wibowo (2012:20) keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ) anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, ternyata akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini, sebenarnya sudah bisa dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani secara serius akan terbawa sampai mereka dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas dan sebagainya.


(27)

11

Syamsul Arifin, 2013

Dari berbagai bidang studi yang ada di Sekolah Dasar salah satu diantaranya bidang studi pendidikan jasmani, di mana pendidikan jasmani orientasi pendidikannya bertumpu pada pencapaian kematangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor di mana pendidikan jasmani mengembangkan kemampuan dasar daya pikir cepat dan tepat dibarengi dengan kemampuan pengembangan gerak dasar tubuh serta pembentukan nilai-nilai sportivitas yang menjunjung tinggi kepatuhan terhadap aturan, jujur, disiplin, mengakui kelebihan orang lain, menerima kekurangan diri tidak sombong dan ksatria. Lutan (1997:26) menegaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar adalah membantu peserta didik agar meningkatkan kemampuan gerak mereka, disamping agar mereka senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki pondasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan berkepribadian yang mantap. Sesuai dengan karakteristik siswa SD, usia 6 – 12 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.

Dalam kurikulum pendidikan jasmani tahun 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA memberikan petunjuk tentang ruang lingkup pendidikan jasmani yang meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan uji diri, senam,


(28)

12

Syamsul Arifin, 2013

aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air) dan pendidikan di luar kelas. Hal itu seharusnya menjadi pedoman bagi guru untuk mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi siswa.

Kemungkinan terjadi miss edukasi dalam pendidikan jasmani yang mengekibatkan proses dan hasil pendidikan jasmani kurang menyentuh aspek nilai, moral siswa yang sangat diperlukan untuk pengembangan karakter terutama sikap sportif yang seharusnya menjadi tugas utama bagi guru pendidikan jasmani. Kondisi negatif seperti ini, akan berdampak pada proses kehidupan masyarakan secara luas, karena siswa tidak terbiasa hidup dan bermain secara sportif. Pembiasaan nilai sportivitas akan lebih baik bila dimulai sejak dini, seperti di lingkungan keluarga dan khususnya dilembaga Sekolah Dasar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk penulisan disertasi dengan judul “Internalisasi Nilai Sportivitas Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar ”

B. Perumusan Masalah

Pentingnya pengembangan pendidikan jasmani secara komprehensif yang meliputi berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan serta pembiasaan hidup etis seperti kerja keras, jujur, disiplin, kerjasama, mandiri, sportivitas dan lain-lain, membutuhkan persiapan proses evaluasi pembelajaran penjas dengan sentuhan didaktik metodik yang tepat, sehingga aktivitas edukasi yang dilakukan dapat mencapai tujuan secara optimal.


(29)

13

Syamsul Arifin, 2013

Optimalisasi pendidikan jasmani di sekolah dasar terutama yang berhubungan dengan nilai spotivitas dipandang merupakan pembiasaan karakter sejak dini dalam pendidikan formal, sehingga akan berkontribusi pada pengembangan akhlak mulia peserta didik pada masa yang akan datang. Oleh karena itu permasalahn utama yang menjadi fokus penelitian disertasi ini adalah “ Bagaimana proses internalisasi nilai sportivitas melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar”.

C. Pertanyaan Penelitian

Agar rumusan masalah ini menjadi lebih terinci maka dirumuskan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana guru pendidikan jasmani mengembangkan rencana pembelajaran internalisasi nilai sportivitas ?

2. Bagaimana proses penanaman knowing, training, dan being nilai sportivitas dalam pembelajaran penjas ?

3. Bagaimana guru mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran internalisasi nilai sportivitas ?

4. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat proses internalisasi nilai sportivitas ?

5. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat proses evaluasi sportivitas siswa ?


(30)

14

Syamsul Arifin, 2013

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang proses internalisasi nilai sportivitas melalui pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri .

Tujuan khusus penelitian disertasi ini ingin menemukan pola pembelajaran internalisasi nilai melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar yang meliputi :

1. Pengembangan perencanaan pembelajaran nilai sportivitas melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

2. Pelaksanaan proses pembelajaran nilai sportivitas melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

3. Pelaksanaan dan hasil evaluasi pembelajaran nilai sportivitas melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

4. Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam proses internalisasi nilai sportivitas melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

5. Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam proses evaluasi nilai sportivitas dalam pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis.

Secara teoritis hasil penelitian ini akan memperkaya teori internalisasi nilai dan transmisi kultural dalam pendidikan nilai, khususnya dalam pembinaan


(31)

15

Syamsul Arifin, 2013

dan pembiasaan nilai-nilai sportivitas melalui pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

Secara akademik dapat memperkaya temuan pola pembinaan karakter siswa di sekolah dasar yang merupakan bidang kajian utama Pendidikan Umum.

2. Secara Praktis.

a. Bagi guru pendidikan jasmani diharapkan hasil penelitian ini dijadikan salah satu dasar dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), serta mengevaluasi pembelajaran pendidikan jasmani dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai sportivitas melalui pembelajaran pendidikan jasmani.

b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan program sekolah, pengembangan silabus, penyediaan dan peningkatan mutu sarana pembelajaran serta pelaksanaan supervisi pendidikan khususnya dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani di sekolahnya.

c. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dapat dijadikan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan dalam menyusun kurikulum, terutama integrasi nilai-nilai sportivitas ke dalam setiap mata pelajaran.


(32)

16

Syamsul Arifin, 2013

Dalam bagian ini akan dipaparkan secara berurutan keseluruhan isi disertasi, sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, mencakup : Latar Belakang Masalah; Perumusan Masalah; Pertanyaan Penelitian; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian dan Struktur Penelitian.

Bab II, Internalisasi Nilai Sportivitas dalam pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar meliputi teori-teori yang relevan untuk mendasari pemikiran tentang penelitian seperti Hakikat Nilai yang meliputi Pengertian Nilai, Klasifikasi Pengertian Nilai, Nilai dan Pendidikan Nilai, Jenis Kualitas dan Kategori Nilai dan Sumber Nilai. Konsep tentang Pembelajaran Internalisasi Nilai. Konsep Sportivitas yang mencakup; pengertian sikap, pengertian Sportivitas. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Jasmani yang meliputi; Pengertian dan Tujuan Pendidikan Jasmani, Rang Lingkup Pendidikan Jasmani, Hubungan Pendidikan Jasmani Permainan dan Sport serta Hakikat Pendidikan Jasmani Melalui Bermain. Konseptual Pendidikan serta hasil penelitian yang Relevan.

Bab III Menjelaskan tentang metode penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik. Pada bab ini meliputi; Subyek Penelitian; Langkah-langkah Penelitian; Tehnik Pengumpulan Data; Pengembangan Instrumen dan Tehnik Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mencakup gambaran umum lokasi penelitian serta memaparkan data-data yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian yang memuat deskripsi Pengembangan Rencana Pembelajaran dalam Menginternalisasikan Nilai Sportivitas. Deskripsi Proses Penanaman Knowing, Training dan Bieng Nilai Sportivitas dalam Pembelajaran Penjas. Deskripsi Evaluasi


(33)

17

Syamsul Arifin, 2013

Pembelajaran Internalisasi Nilai Sportivitas dalam Penjas. Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Pembelajaran Nilai Sportivitas dan deskripsi Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Evaluasi Nilai Sportivitas dalam Penjas.

Bab V berupa Kesimpulan yang disampaikan dari hasil temuan-temuan penelitian yang memuat kesimpulan umum dan khusus, serta rekomendasi hasil penelitian.


(34)

159

Syamsul Arifin, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif naturalistik yang diharapkan dapat mengungkapkan secara mendalam fenomena-fenomena yang terjadi. Pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam satu kesatuan yang saling terkait dan lebih menekankan pada proses dari pada dampak atau hasil (Creswell, 1994:145). Sedangkan disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya; tanpa dimanipulasi diatur dengan eksperimen atau tes (Nasution, 1996:18). McMillan dan Schumacher (2001:398) pendekatan kualitatif dalam suatu pembahasan yang mendalam mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas merupakan suatu yang bersifat ganda, saling berinteraksi, dan di dalamnya terjadi pertukaran pengalaman-pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu.

Pendekatan kualitatif interaktif sengaja dipilih karena penulis menganggap bahwa karakteristiknya sangat cocok dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Alwasilah (2006:104-107) sejalan dengan pemikiran Guba dan Lincoln mengungkapkan bahwa terdapat 14 karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut :

a. Latar Alamiah;

b. Manusia sebagai instrumen; c. Metode-metode kualitatif;.


(35)

160

Syamsul Arifin, 2013

d. Pemanfaatan pengetahuan non-proposional e. Sampel purposif;

f. Analisis data secara induktif;

g. Teori dilandaskan pada data di lapangan; h. Desai penelitian mencuat secara alamiah; i. Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; j. Cara pelaporan kasus;

k. Interpretasi idiografik; l. Aplikasi tentatif;

m. Batas penelitian ditentukan fokus; n. Kepercayaan dengan kriteria khusus;

B. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa Sekolah dasar Negeri dan para guru mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru. Mata pelajaran ini dipilih sebagai bahan kajian, karena materi ini banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial yang sangat memerlukan nilai-nilai sportivitas.


(36)

161

Syamsul Arifin, 2013

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakuakan di Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 Banjarbaru yang berada diwilayah Banjarbaru Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain :

a. Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 ini merupakan Sekolah Dasar Inti/Gugus Sekolah Dasar Kota Banjarbaru. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru No. 104 Tahun 2007, dimaksudkan bahwa untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional dan kegiatan-kegiatan Sekolah Dasar Inti/Gugus Sekolah Dasar Kota Banjarbaru dipandang perlu untuk menetapkan Sekolah Dasar Inti.

Sekolah Dasar Negeri Loktabat 1 ini dinamai dengan Gugus Anggrek, telah membawahi beberapa sekolah dasar seperti sekolah dasar Loktabat 2, sekolah dasar Loktabat 3, sekolah dasar Loktabat 4, sekolah dasar Loktabat 5, sekolah dasar Loktabat 6, dan sekolah dasar Loktabat 7.

b. Mempunyai lahan yang luas yang berukuran kurang lebih 9.552 m2, adanya guru tergolong cukup banyak yaitu 40 orang guru dan 8 orang tenaga honorer, serta jumlah siswa yang sangat banyak yaitu berjumlah 673 siswa, serta mempunyai fasilitas lengkap dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya.

c. Selain sebagai Sekolah Dasar Inti, sekolah tersebut telah meraih Akreditasi sekolah dengan peringkat A (Amat Baik) oleh Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Provinsi Kalimantan Selatan dengan Surat Keputusan No:


(37)

029/BAP-SM/Prop-162

Syamsul Arifin, 2013

15/LL/XI/2011, yang ditetapkan di Banjarmasin pada tanggal 11 Nopember 2011 dan masa berlaku sampai pada tahun 2016.

d. Sekolah Dasar ini telah memiliki visi dan misi yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran yang berdasarkan KTSP,

e. Penentuan lokasi di Banjarbaru Kota, karena masyarakat perkotaan akan lebih mudah menerima perubahan.

C. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian 1. Tehnik Pengumpulan Data.

Kecermatan dalam memilih dan menyusun tehnik serta alat pengumpul data sangat berpengaruh pada objektivitas hasil penilitian. Oleh karena itu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pengamatan (obsevasi), wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.

a. Tehnik Observasi

Obsevasi digunakan untuk mengukur perilaku individu atau proses terjadinya sesuatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi yang dilakukan bersifat partisipatif, dengan observasi partisipatif dalam penelitian kualitatif memungkinkan peneliti untuk dapat menggali makna lebih jauh terhadap sumber data seperti guru penjas dan siswa. Moleong (2008:163) bahwa cirri khas penelitian kualitatif tidak bisa dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.


(38)

163

Syamsul Arifin, 2013

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang proses internalisasi pembelajaran pendidikan jasmani yang selama ini dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani dan siswa di Sekolah Dasar. Observasi terutama untuk (1) mendeskripsikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru penjas (2) kinerja guru dan murid dalam proses implementasi pembelajaran penjas di lapangan (3) mendeskripsikan sejauhmana guru mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran internalisasi nilai sportivitas (4) mendapatkan informasi tentang pendorong dan penghambat proses internalisasi nilai sportivitas.

Tabel 8. Pedoman Observasi (Pengamatan)

Aspek kegiatan pembelajaran yang diamati Nilai-nilai yang dikembangkan guru

1. Melihat RPP ………. identifikas dan jelaskan

2.Membuka atau memulai pembelajaran ………. identifikas dan jelaskan 3.Menjajikan materi tentang sportivitas dalam hal

ini seperti kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, mandiri, integritas dan kesetiaan

………. identifikas dan jelaskan

4. Fasilitas dan alat yang digunakan ………. identifikas dan jelaskan 5.Bentuk permainan yang mengandung permainan ………. identifikas dan jelaskan 6. Menegur siswa yang melakukan kesalahan ………. identifikas dan jelaskan 7.Respon guru dalam mengatasi siswa yang selalu

mengganggu siswa lainnya

………. identifikas dan jelaskan

8.Memuji dan menghargai hasil keterampilan siswa

………. identifikas dan jelaskan

9.Mengevaluasi materi yang disajikan ………. identifikas dan jelaskan


(39)

164

Syamsul Arifin, 2013

Dalam melakukan observasi, peneliti mencoba menuliskan setiap kejadian yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya dalam rangka mengkonfirmasi dan menindaklanjuti temuan-temuan pada saat observasi, maka peneliti selanjutnya melakukan proses wawancara terhadap guru penjas.

b. Tehnik Wawancara

Tehnik wawancara digunakan terutama untuk memperoleh data yang tidak terjamah secara visual. Salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah wawancara mendalam dengan subyek penelitian dengan perpegang pada saran dan fokus penelitian. Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Alwasilah (2008:195) bahwa ada terdapat lima langkah penting dalam melakukan interviu yaitu :

1. Menentukan siapa yang akan diinterviu; 2. Menyiapkan bahan-bahan interviu; 3. Langkah-langkah pendahuluan;

4. Mengatur kecepatan menginterviu dan mengupayakannya agar tetap produktif, dan

5. Mengakhiri interviu

Berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan oleh Alwasilah di atas, langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan wawancara dengan Kepala sekolah dan guru-guru penjas, hal ini dilaksanakan setelah dilakukan observasi pendahuluan disekitar lingungan sekolah dan di kelas (lihat lampiran hal…..)


(40)

165

Syamsul Arifin, 2013

Tabel 9. Pedoman Wawancara

No Pertanyaan Kepsek Guru Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Sejak kapan bapak menjadi kepala sekolah Seperti apa visi misi di sekolah

Pernahkah bapak mendengar tentang sportivitas Apakah upaya bapak untuk melakukan penataan suasana sekolah dalam rangka

menginternalisasikan nilai sportivitas

Apakah bapak merancang silabus dan RPP yang bernuansa nilai sportivitas

Apakah bapak merancang materi nilai sportivitas Menurut bapak apakah nilai sportivitas dapat diinternalisasikan melalui pembelajaran penjas Permainan apa saja yang bisa

menginternalisasikan nilai sportivitas

Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat untuk menginternalisasikan nilai sportivitas

Apakah bapak ada memprogramkan secara khusus kepada siswa tentang internalisasi nilai sportivitas Apakah guru selalu menginternalisasikan nilai sportivitas pada saat pembelajaran

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

Wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian yang dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru penjas, guru bidang studi lain dan siswa. Adapun wawancara dilakukan untuk menanyakan permasalahan-permasalahan seputar pertanyaan penelitian dalam rangka memperjelas dan informasi yang tidak jelas pada saat observasi berlangsung di sekolah. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam tehnik wawancara ini adalah pedoman wawancara dengan dibantu tape recorder dan catatan lapangan.


(41)

166

Syamsul Arifin, 2013

c. Tehnik Dokumentasi

Dalam penelitian ini tehnik dokumentasi bertujuan untuk melengkapi analisis data, dan sekaligus sebagai data pelengkap yang telah diperoleh melalui obsevasi dan wawancara. Dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:276-277) bahwa catatan dan dokumen dapat dimanfaatkan sebagai saksi dalam sebuah kejadian atau sebagai sebuah bentuk tanggungjawab. Dokumen yang dilihat seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), program kepala sekolah, program pembina ekstra kurikuler dan lain-lain. Dengan demikian tehnik dokumentasi adalah suatu tehnik pengumpulan data dan sumber non insani. Karena penelitian ini merupakan kualitatif, maka dokumen menjadi pelengkap dan penguat data yang dapat membantu dalam menganalisis dan menginterpretasi data.

d. Tehnik Studi Pustaka

Tehnik studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur yang berhubungan dengan pendidikan umum, pendidikan nilai moral, pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan sekolah dasar dan metode penelitian pendidikan.

Dalam memperoleh data-data ilmiah ini, penulis mengkaji referensi-referensi kepustakaan dari perpustakaan yang ada di UPI Bandung, Perpustakaan Program Studi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarnaja UPI, Perpustakaan Wilayah Banjarbaru, Perpustakaan FKIP Unlam Banjarmasin, Ruang Baca JPOK FKIP Unlam Banjarbaru, internet, koran dan sumber-sumber lainnya yang ada relevansi dengan penelitian.


(42)

167

Syamsul Arifin, 2013

2. Analisa Data.

Analisa data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan menyusun data berarti menggolongkannya dengan pola, tema, atau kategori (Nasution, 1988:126). Untuk menganalisis data dalam penelitian ini peneliti mengikuti cara yang ditawarkan Miles dan Huberman (1992), bahwa analisis data dilakukan bersifat utuh dan saling terkait mulai dari pengumpulan data sampai pada verifikasi data. Karena analisis data kualitatif adalah analisis interaktif yang merupakan suatu proses siklus interaktif antara empat komponen yang saling terkait yaitu: (a) pengumpulan data, (b) reduksi data, (c) penyajian data, dan (d) kesimpulan/verifikasi. Saling keterkaitan antara komponen-komponen tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen analisis data Langkah-langkah Pengumpulan data sebagai berikut : a. Data reduction (Reduksi data)

b. Data display (penyajian data) c. Conclusion drawing/verification

Data colection Data display

Data reduction

Conclusions: drawing /verifying


(43)

168

Syamsul Arifin, 2013

Model data interaktif melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Reduksi data adalah proses pemilihat pemusatan, perhatian pada penyedarhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatn tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di alapangan ditulis dalam bentuk uraian yang merupakan rangkuman atau ringkasan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan aspek-aspek, pola-pola, kode dan tema yang diketahui.

b. Display adalah data seperangkat informasi yang terorganisir yang memungkinkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan. Data yang bertumpuk dari hasil wawancara selain sulit ditangani, sulit melihat hubungan secara detail yang baik juga sulit pula melihat gambaran untuk mengambil kesimpulan yang tepat.

c. Menarik kesimpulan dan Verifikasi Data

Kesimpulan sementara ini kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul diuji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya sehingga kredibel/valid.

d. Pemeriksaan Keabsahan Data.

Data yang terkumpul tidak selamanya memiliki kebenaran yang tinggi bahkan mungkin masih terjadi kekurangan data. Untuk itu diperlukan keabsahan data dengan cara:


(44)

169

Syamsul Arifin, 2013

Member check adalah data ynag dikumpulkan yang dianalisis, ditafsirkan dan disimpulkan, kemudian dicek kembali dengan cara menyajikan kembali pemahaman penelitian terhadap hasil wawancara yang diperoleh dari guru penjas, jika peneliti kurang jelas atau terhadap peneliti sendiri.

2). Triangulasi

Triangulasi merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data lain di luar data tersebut. Menurut Moleong (2008:178) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data ini. Adapun tehnik triangulasi yang banyak dilakukan adalah pemeriksaan melalui sumber data lain. Upaya yang dilakukan untuk triangulasi adalah dengan cara perbandingan data hasil wawancara dengan data hasil observasi dan isi dokumen yang berkaitan.

D. Langkah-langkah Penelitian

1. Mengumpulkan beberapa literature sebagai bahan kajian analisis dokumen berupa kurikulum, silabi guna menemukan nilai-nilai sportivitas yang terkandung dalam mata pelajaran penjas.

2. Melakukan analisis dokumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


(45)

170

Syamsul Arifin, 2013

3. Melakukan observasi lapangan guru guna mendeskripsikan tindakan atau implementasi guru dalam penanaman knowing, training dan being nilai sportivitas dalam pembelajaran penjas.

4. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru guna mendeskripsikan proses evaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran internalisasi nilai sportivitas; 5. Melakukan pengamatan kegiatan guru guna mendeskripsikan yang menjadi

pendorong dan hambatan pada proses internalisasi nilai sportivitas;

6. Melakukan pengamatan terhadap guru penjas untuk mendeskripsikan yang menjadi pendorong dan penghambat proses evaluasi sportivitas.

E. Pengembangan Instrumen 1. Definisi Konseptual.

a. Internalisasi adalah suatu proses yang dialami seseorang dalam menerima dan menjadikan bagian milik dirinya pelbagai sikap, cara mengungkapkan perasaan atau emosi, pemenuhan hasrat, keinginan, nafsu, norma-norma,

nilai-nilai sebagimana yang dimiliki individu lain dalam kelompok. (Sa’dun,

2007:97)

b. …lebih dari sekedar bermain dalam aturan, sportivitas itu menyatu dengan konsep persahabatan dan menghormati yang lain dan selalu bermain dalam semangat sejati. Sportivitas atau fair flay dimaknakan sebagai bukan hanya unjuk perilaku. Ia menyatu dengan persoalan yang berkenaan dengan dihindarinya ulah penipuan, main berpura-pura atau main sabu, doping ,


(46)

171

Syamsul Arifin, 2013

kekerasan (baik fisik maupun ungkapan kata-kata), eksploitasi, memanfaatkan peluang, komersialisasi yang berlebih-lebihan atau melampaui batas dan korupsi. ( Lutan, 2001:110)

c. Pendidikan jasmani adalah “ Physical education is a part of the total program that contributed primarily through movement experiences to the total growth and development of all children.” Maksudnya adalah pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman-pengalaman gerak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara menyeluruh. (Pangrazi dan Victor, 1995:1) d. Bermain menurut Johan Huizinga (1950) dalam Lutan (1997:2) tentang

cici-ciri bermain, pertama bermaian merupakan kegiatan yang dilakukan secara

bebas dan suka rela, kedua bermain bukanlah kehidupan “biasa” atau yang “nyata” dan yang ketiga bahwa bermain itu berbeda dengan kehidupan sehari -hari terutama dalam tempat dan waktu. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Tabel 10 . Definisi Konseptual

No Konsep Pokok Fokus Pengamatan

1 Internalisasi Proses dan hasil pembelajaran


(47)

172

Syamsul Arifin, 2013

2 Sportivitas Kejujuran, kedisiplinan,

kesetiaan, integritas, kerjasama, kemandirian, toleransi.

3 Pembelajaran Pendidikan jasmani RPP yang digunakan

4 Kegiatan Bermain -.Bentuk permainan

-.Lapangan yang tersedia -. Alat yang digunakan

2. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini dapat dijelaskan definisi operasionalnya sebagai berikut :

a. Internalisasi adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi perilaku moral.

b. Sportivitas adalah suatu kategori moral yang merupakan bentuk harga diri. Artinya adalah cara bersikap yang merupakan suatu kesadaran yang melekat. c. Pembelajaran penjas adalah merupakan media sebagai proses internalisasi

nilai sportivitas. 3. Penyusunan Kisi-kisi

Tabel 11. Kisi-Kisi Pengembangan Pertanyaan Penelitian No Pertanyaan

Penelitian

Dimensi Aspek Indikator

1 Bagaimana guru penjas

mengembangkan rencana

pembelajaran untuk menginternalisasikan nilai sportivitas Proses pembelajaran yang dilakuakn oleh guru Nilai-nilai sportivitas dalam pembelajaran 1. Menentukan Standar kompetensi dan kompetensi dasar 2. Merumuskan tujuan 3. Menetapkan karakter siswa


(48)

173

Syamsul Arifin, 2013

yang diharapkan 2 Bagaimana proses

penanaman knowing, training dan being nilai sportivitas dalam pembelajaran penjas Nilai sportivitas Sosial, moral, sikap dan perilaku 1. Disiplin 2. Kerjasama 3. Kejujuran 4. Tanggungjawab 5. Taat aturan 6. Sportif 7. Pemaaf 3 Bagaimana guru

mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran internalisasi nilai sportivitas Proses pembelajaran yang dilakuan guru di lapangan Proses evaluasi dan pengendalian Implementasi proses pembelajaran : a.Kegiatan awal (appersepsi dan pemanasan) b.Kegiatan inti: eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi c.Kegiatan penutup (penenangan) 4 Faktor apa saja yang

menjadi pendorong dan penghambat proses internalisasi nilai sportivitas Proses pembelajaran yang dilakukan guru penjas dilapangan 1.Peran guru dilapangan 2.Kelengkapan sumber 3.Sistem evaluasi 5 Faktor apa saja yang

menjadi pendorong dan penghambat proses evaluasi nilai sportivitas Proses pembelajaran guru penjas di lapangan 1.Peran guru dilapangan

2.Fasilitas dan alat yang digunakan

4. Jenis Instrumen

Intrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada penelitian kuantitatif, adapun instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, maksudnya bahwa peneliti langsung menjadi pengamat dan


(49)

174

Syamsul Arifin, 2013

pembaca situasi tentang internalisasi nilai sportivitas melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang berlangsung di SD Negeri Loktabat 1 Banjarbaru.

F. Tehnik Analisis Data

Proses analisis dan interpretasi data dilakukan oleh peneliti baik dilokasi maupun di luar lokasi penelitian. Sekumpulan data hasil wawancara dan pengamatan yang bersifat abstrak dan fenomenal langsung dianalisis dan dinterpretasikan dengan mengklasifikasi data kasus perkasus.

Proses analisis dalam studi ini dimulai dengan menalaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan, baik hasil dari wawancara, pengamatan maupun dari studi dokumentasi. Data-data tersebut sudah tentu masih berupa tumpukan data mentah yang tidak mungkin untuk ditransfer secara langsung ke dalam laporan penelitian. Proses pembuatan catatan lapangan memperhatikan hal-hal yang diungkapkan oleh Kama (2010:117) sebagai berikut :

a. Pencatatan awal. Pencatatan ini dilakukan sewaktu berada di lapangan.

b. Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat tinggal. Pembuatan catatan ini dilakukan dalam suasana yang tenang dan tidak ada gangguan.

c. Apabila waktu ke lapangan penelitian kemudian teringat masih ada yang belum dicatat dan dimasukkan dalam catatan lapangan, maka hal itu dimasukkan. Data yang sudah tertuang dalam catatan lapangan selanjutnya dianalisis untuk kepentingan pengembangan teori atau penemuan teori baru. Menurut Kama (2010:117)


(50)

175

Syamsul Arifin, 2013

analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengolahan data dan penganalisaan data merupakan upaya menata data secara sistematis. Maksudnya untuk meningkatkan pamahaman peneliti terhadap masalah yang sedang diteliti dan upaya memahami maknanya.


(51)

256

Syamsul Arifin, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini mengkaji tentang “Internalisasi Nilai Sportivitas Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Merujuk pada seluruh hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang telah dipaparkan dalam Bab IV, dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut :

A. KESIMPULAN.

Bagian ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil temuan-temuan dan pembahasan penting yang diperoleh dari penelitian, baik kesimpulan umum maupun kesimpulan khusus yang tersaji sebagai berikut :

1. Kesimpulan Umum

Guru Pendidikan Jasmani (Penjas) telah mengembangkan rencana pembelajaran untuk menginternalisasi nilai sportivitas, hal ini dilakukan melalui suatu proses yang diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dilaksanakan di lapangan. Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, semua guru telah memenuhi format yang sesuai dengan isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun semua RPP yang dibuat oleh guru penjas telah mencantumkan karakter siswa yang diharapkan setelah rumusan tujuan pembelajaran. Nilai-nilai sportivitas yang tercantum dalam RPP tidak secara eksplisit dapat ditemukan guru dalam materi pembelajaran yang terdapat dalam buku teks, sehingga karkter siswa yang diharapkan tidak muncul dalam proses pembelajaran.


(52)

257

Syamsul Arifin, 2013

Dalam pembelajaran penjas diawali dengan upaya internalisasi knowing, training dan being nilai sportivitas secara langsung telah diintegrasikan oleh guru penjas dalam komponen-komponen pembelajaran seperti tujuan, materi, metode, media, sumber dan evaluasi. Untuk mata pelajaran yang lain internalisasi nilai sportivitas tidak dirumuskan melalui RPP atau Silabus, melainkan dilakukan secara spontan dan disesuaikan dengan situasi serta kondisi materi yang ada. Adapun nilai-nilai sportivitas seperti kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, mandiri, toleransi dan tanggungjawab bisa diinternalisasikan melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani, karena guru penjas bisa dijadikan sebagai panutan dalam hal pembinaan nilai-nilai sportivitas, seperti nilai-nilai kejujuran, kerjasama, kedisiplinan, tanggungjawab, toleransi bahkan kesetiaan.

Guru Penjas mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran internalisasi nilai sportivitas dilakukan pada saat siswa dalam keadaan ceria, dan guru penjas sambil menanamkan nilai-nilai tersebut, seperti menegur siswa yang keluar pada barisan atau kelompoknya, memberi tahu batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan ini dilakukan selama pelajaran berlangsung. Apabila siswa berbuat yang melanggar aturan yang telah disepakati, maka guru penjas langsung saja memberikan teguran kepada siswa. Hal ini dilakukan secara terus menerus oleh guru penjas guna untuk menilai dan memperbaiki proses internalisasi niali sportivitas.

Faktor yang menjadi pendorong dan penghambat proses internalisasi nilai sportivitas seperti ketersediaan fasilitas dan alat yang digunakan oleh guru penjas di lapangan cukup tersedia seperti lapangan di halaman sekolah dan lapangan yang ada di belakang sekolah. Lapangan ini digunakan oleh guru penjas secara bergatian sehingga untuk proses pembelajaran penjas tidak ada masalah. Begitu juga alat yang digunakan


(53)

258

Syamsul Arifin, 2013

seperti bola, tali, kardus bekas, bola tenis, tiang pembatas, dan alat yang lainya cukup tersedia untuk mendukung proses pembalajaran penjas dilapangan.

Selain itu guru Penjas selalu terlibat banyak dalam menginternalisasikan nilai-nilai sportivitas, karena tugas utama guru lebih banyak berhubungan dengan proses belajar mengajar yang berlangsung, baik di kelas maupun di lapangan. Disamping itu guru penjas selalu berupaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menyisipkan pesan-pesan nilai seperti kejujuran, kedisiplinan dan tanggungjawab, dan menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi penanaman nilai dikalangan siswa.

Namun ada pula kendala yang dihadapi oleh guru penjas diantaranya; Pertama, ternyata guru penjas belum terbiasa menemukan sendiri tentang nilai-nilai yang terkait secara langsung dengan materi pembelajaran penjas, karena guru kurang memiliki pengetahuan dengan materi yang akan diajarkan, sehingga kurang mampu mengembangkan penguasaan bahan ajar yang lebih luas. Kedua, adanya latar belakang guru penjas sebagian ada yang tidak linier dengan Strata S1, sehingga cukup mempengaruhi terhadap kecakapan bagi guru penjas itu sendiri. Ketiga, kendala lain sebagian guru penjas belum mampu menelaah kurikulum pembelajaran penjas menjadi materi pembelajaran yang operasional dan fleksibel, karena yang dilakukan hanya mengerjakan berbagai keterampilan gerak berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa pendidikan dahulu. Keempat, guru penjas belum begitu bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, berkolaborasi dengan narasumber belajar yang ada di lingkungan masyarakat, menjadi lingkungan sekolah sebagai laboratorium belajar seperti pembuatan perlatan olahraga hasil modifikasi secara maksimal. Pembelajaran penjas diartikan sebatas formal mempalajari teknik cabang-cabang olahraga yang akibatnya aktivitas belajar pada diri siswa cenderung apa adanya serta monoton.


(54)

259

Syamsul Arifin, 2013

Faktor pendorong bahwa aktivitas guru penjas saat melakukan kegiatan pokok adalah memberi kesempatan pada siswa melakukan latihan berulang-ulang dan saling bergantian antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Sedangkan faktor penghambat bahwa guru penjas belum begitu maksimal dalam memanfaatkan media belajar yang bersumber dari lingkungan, padahal alat-alat yang dimodifikasi selain memudahkan menguasai materi juga memerlukan aktivitas yang tinggi. Guru penjas memberikan penilaian hanya tertuju pada sikap psikomotor (gerak), sedangkan penilaian tentang aspek apektif (sikap) belum begitu terlihat. Secara umum pembinaan sportivitas melalui pendidikan jasmani di sekolah dasar lebih banyak ditekankan pada training dan being dari pada tataran knowing.

2. Kesimpulan Khusus

Sesuai masalah dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan dalam lima pokok hasil penelitian utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Guru Pendidikan Jasmani telah mengembangkan rencana pembelajaran yang diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran (RPP) untuk dilaksanakan di lapangan, namun RPP tersebut masih bersifat adopsi dari bentuk RPP lain terutama dalam perencanaan pengembangan nilai.

b. Proses menginternalisasikan nilai sportivitas pada peserta didik dilakukan sejak menyusun tujuan, materi, metode, sumber dan evaluasi serta dalam pembelajaran teori dan praktik di lapangan.

c. Hasil internalisasi nilai sportivitas oleh peserta didik dievaluasi secara terus menerus secara langsung oleh guru pendidikan jasmani selama proses pembelajaran.


(55)

260

Syamsul Arifin, 2013

d. Tersedianya fasilitas dan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah, menjadi faktor pendorong keberhasilan penanaman nilai sportivitas pada peserta didik, namun rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang berbasis nilai menjadi kendala pengembangan sportivitas tersebut.

e. Guru-guru pendidikan jasmani telah terbiasa menilai praktik olahraga siswa di lapangan, akan tetapi tidak memahami dan tidak menggunakan alat evaluasi yang baik dan tepat untuk menilai sportivitas, sehingga kurang memperhatikan perubahan sikap dan karakter siswa.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Kabijakan pemerintah dalam menerapkan pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat menjadikan para guru penjas bertanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Karena itu, proses internalisasi nilai sportivitas dalam pembelajaran penjas dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan oleh para guru, mengingat karakteristiknya sangat sesuai dengan konsep pembelajaran yang terintegrasi.

2. Implementasi internalisasi nilai sportivitas dalam pembelajaran penjas menitikberatkan pada kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi, maka pengetahuan dan kecakapan serta keterampilan para guru penjas perlu ditingkatkan melalui pelatihan atau penataran. 3. Guru Penjas di SD sebaiknya memberikan porsi knowing, training dan being secara


(56)

261

Syamsul Arifin, 2013

tetapi juga mampu menginternalisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai sportivitas dalam kehidupan

4. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani supaya memperhatikan lingkungan fisik sebagai tempat pembelajaran, seperti adanya lapangan untuk berolahraga yang cukup luas, agar siswa merasa aman dan nyaman untuk melakukan aktivitas gerak, hal ini bisa membangkitkan sensasi penarik yang kuat secara psikologis bagi anak SD untuk melakukan berbagai gerakan seperti lari, melompat bahkan bisa bermain dengan leluasa.

5. Pembelajaran penjas lebih didominasi psikimotor, agar ranah afektif tidak terabaikan, maka aktivitas fisik atau gerak dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mengandung nilai sikap perilaku berkarakter, kejujuran, disiplin, kerja saman, tanggungjawab dalam konteks pendidikan yang bersifat menyeluruh.

6. Perlu diadakan kebijakan yang mengarah pada upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga keteraturan dan ketertiban proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik.

7. Kepada para ilmuwan dan peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian yang serupa dengan fokus pengamatan yang berbeda, kiranya temuan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut secara luas dan mendalam yang masih banyak belum terungkap dalam penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai sportivitas di sekolah.


(57)

262


(58)

262

Syamsul Arifin, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Rizqi Press. Bandung.

Akbar, S. (2007) Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif Pendidikan Umum. Universitas Negeri Malang

Al Rasyidin (2005) Model Pendekatan Inkuiri Dalam Pengembangan Nilai-nilai Demokrasi Pendidikan Islam. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Alwasilah, Ch (2008) Pokoknya Kualitatif ; Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta

Azra, A (2002) Paradigma Baru Pendidikan Islam, Kompas: Jakarta Bartens, K . (2007). Etika. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Budimansyah, D. (2010).Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Widya Aksara Press, Bandung.

Charles A. Bucher (1979) Foundations of Physical Education. P.117. London: The C.V. Mosby Company

Depdiknas (2001) Pedoman Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Buku I. Jakarta.

Depdiknas (2003) Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Creswell,J.W. (1994) Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. London, New Delhi: Sage Publication International Education and Professional Publisher.

Djahiri, K (1992) Menelusuri Dunia Afektif Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral. Laboratorium Pengajar PMP. IKIP . Bandung

Djahiri, K (1996) Menelusuri Dunia Afektif untuk Moral dan Pendidikan Nilai Moral. Bandung : LPPMP.


(59)

263

Syamsul Arifin, 2013

Depdiknas, (2003) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Depdiknas. Jakarta.

Depdikbud (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka :Jakarta

Elmubarok, Z (2008) Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Afabeta Bandung.

Fraenkel, J. R. (1997) How To Teach About Value. New Jersey : Prentice-Hall Inc. Frondizi, Risieri (2001) Pengantar Filsafat Nilai. Pustaka Pelajar. Yogyakarta GBPP (1994). Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud: Jakarta Hakam, K.A. (2000). Pendidikan Nilai. Value Press. Bandung.

Hakam, K.A. (2010) Model Pembudayaan Nilai Moral Di Sekolah Dasar, Disertasi Program Pascasarjana UPI. Bandung

Hakam, K.A. (2010) Bunga Rampai Nilai Moral dalam Kajian Pendidikan.CV. Yasindo Multi Aspek. Bandung.

John, A. (1995) Membangun Karakter Tangguh Mempersiapkan Generasi Anti Kecurangan, Portico Publishing, Surabaya.

Kusnaidi, (2011) Internalisasi Nilai-nilai Spritual Kewirausahaan, Rizqi Press. Bandung

Knikker, Charles,K. (1977). You and Value Education, Columbus, Ohio : Charles.E. Merril Publishing Company.

Kemendiknas, (2011) Pendidikan Karakter pada Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Dirjen Pendidikan Dasar, Jakarta.

Lasiyo. (1999). Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sistem Metafisika. Dirjen Dikti. Jakarta Larry P. Nucci and Darcia Narvaes (2008) Handbook of Moral and Character

Education, by Routledge, New York and London

Lickona,T. (1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York.


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan

Jasmani. Rizqi Press. Bandung.

Akbar, S. (2007) Pembelajaran Nilai Kewirausahaan dalam Perspektif Pendidikan

Umum. Universitas Negeri Malang

Al Rasyidin (2005) Model Pendekatan Inkuiri Dalam Pengembangan Nilai-nilai

Demokrasi Pendidikan Islam. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung.

Alwasilah, Ch (2008) Pokoknya Kualitatif ; Dasar-dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta

Azra, A (2002) Paradigma Baru Pendidikan Islam, Kompas: Jakarta Bartens, K . (2007). Etika. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Budimansyah, D. (2010).Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun

Karakter Bangsa. Widya Aksara Press, Bandung.

Charles A. Bucher (1979) Foundations of Physical Education. P.117. London: The C.V. Mosby Company

Depdiknas (2001) Pedoman Pendidikan Budi Pekerti pada Jenjang Pendidikan Dasar

dan Menengah. Buku I. Jakarta.

Depdiknas (2003) Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Creswell,J.W. (1994) Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. London, New Delhi: Sage Publication International Education and Professional Publisher.

Djahiri, K (1992) Menelusuri Dunia Afektif Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral. Laboratorium Pengajar PMP. IKIP . Bandung

Djahiri, K (1996) Menelusuri Dunia Afektif untuk Moral dan Pendidikan Nilai Moral. Bandung : LPPMP.


(3)

Depdiknas, (2003) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan

Jasmani, Depdiknas. Jakarta.

Depdikbud (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka :Jakarta

Elmubarok, Z (2008) Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Afabeta Bandung.

Fraenkel, J. R. (1997) How To Teach About Value. New Jersey : Prentice-Hall Inc. Frondizi, Risieri (2001) Pengantar Filsafat Nilai. Pustaka Pelajar. Yogyakarta GBPP (1994). Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud: Jakarta Hakam, K.A. (2000). Pendidikan Nilai. Value Press. Bandung.

Hakam, K.A. (2010) Model Pembudayaan Nilai Moral Di Sekolah Dasar, Disertasi Program Pascasarjana UPI. Bandung

Hakam, K.A. (2010) Bunga Rampai Nilai Moral dalam Kajian Pendidikan.CV. Yasindo Multi Aspek. Bandung.

John, A. (1995) Membangun Karakter Tangguh Mempersiapkan Generasi Anti

Kecurangan, Portico Publishing, Surabaya.

Kusnaidi, (2011) Internalisasi Nilai-nilai Spritual Kewirausahaan, Rizqi Press. Bandung

Knikker, Charles,K. (1977). You and Value Education, Columbus, Ohio : Charles.E. Merril Publishing Company.

Kemendiknas, (2011) Pendidikan Karakter pada Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan, Dirjen Pendidikan Dasar, Jakarta.

Lasiyo. (1999). Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sistem Metafisika. Dirjen Dikti. Jakarta Larry P. Nucci and Darcia Narvaes (2008) Handbook of Moral and Character

Education, by Routledge, New York and London

Lickona,T. (1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York.


(4)

Lincoln, Y .S., dan, E,G. Guba. (1985) Naturalistic Inquary. London: Sage

Lutan, R. dkk (1997) Manusia dan Olahr aga. Seri Bahan Kuliah Olahraga di Institut Teknologi Bandung dan FPQK/IKIP Bandung.

Lutan, R. (1997), Hakekat dan Karakteristik Penjaskes. Depdikbud, Jakarta

Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik : Pengantar Teori dan Metode. Jakarta :P2LPTK Depdikbud. RI.

Lutan, R (2001). Olahraga dan Etika (Fair Play). CV. Berdua Satu Tujuan, Wihani Group. DIREKTORAT IPTEK dan Diknas. Jakarta.

Mahendra, A (2008) Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani, FPOK UPI dan Direktorat Pembinaan Diklat Ditjen PMPTK, Bandung.

Mc Millan J. H & Schumacher, S. (2001). Research in Education, Fifth Education. A,

Conceptual Intruduction. United State: Addition Wesly Longman,Inc

Melylestari (2011) http://melylestari.wordpress.com/2011/04/12/konsep-bermain-pada-anak/)

Moeleong, Lexy J. (2008). Metododologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muthohir,T.C (1996) Studi Identifikasi Model Pengajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan di Sekolah Dasar. Lembaga Penelitian :IKIP Surabaya

Muthohir T.C. (1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdikbud. RI.

Muthohir, T.C. (1998). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD . Lembaga Penelitian : IKIP Surabaya.

Muhaimin. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Citra Media : Surabaya Mulyana, R. (2004) Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Alfabeta: Bandung. Maftuh, B. (2009). Bunga Rampai Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. CV


(5)

Muhtar T, (2010). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Nilai Sportivitas

Bagi Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Sumedang, Disertasi UPI.

Bandung.

Nasution. (1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung

Pangrazi, Robert Victor, Dauer P (1995). Dynamic Physical Education for Elementary

School Children, Eleventh Edition. USA : Massachusetts A. Division of

Simon and Schuster, Publishing Company.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 bahwa terdapat 20 Indikator Nilai-Nilai Akhlak Mulia. Jakarta.

Permana, J dkk (2011) Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Purwanto. (2011) Tujuh Manfaat Bermain Bagi Anak, Radar Banjarmasin

Qomari Anwar 2010. http://www.2dix.com/doc2011/makalah-pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa-doc.php

Rokeach, Milton (1973) The Natrue of Human Value. The Free Press. New York. Sanjaya, Wina (2010) Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta

Sauri, S (2010) Meretas Pendidikan Nilai. ARFINO RAYA , Bandung.

Sauri, S (2006) Membangun Komunikasi dalam Keluarga, Kajian Nilai Religi, Sosial

dan Edukatif. PT. Genesindo. Bandung.

Sauri, S (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Ganesindo : Bandung

Shaver, James P. Dan Strong, William (1982) Facing Value Decisions:

Rationale-building for Teachers.New York and London: Teachers College Columbia

University.

Siedentop, D. (1990). Intruduction to Physical Iducation Fitness and Sport, Mountain View, Calofornia : Mayfield Publishing Company.

Somantri.E (1993) Pendidikan Moral Suatu Tinjauan Dari Sudut Kontruksi dan


(6)

Supandi. (1983). Teori Belajar Motorik. Fakultas Olahraga dan kesehatan IKIP Bandung.

Sukintaka (2004) Teori Pendidikan Jasmani: Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan. Nuansa : Bandung

Superka, D.P. (1973). A typology of valuing theories and values education approaches. Doctor of Education Dissertation. University of California, Berkeley.

Subroto T, dkk (2009) Modul Teori Bermain, Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK, UPI, Bandung.

Suherman A. (2009) Revitaisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani, CV. Bintang Warli Artika, Bandung

... (1997). Kajian Masalah Kurikulum Pendidikan Jasmani. Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga, IKIP Bandung

………. (2006) Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Makalah. FPOK IKIP

Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas.

Wibowo A, (2012) Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Yulaelawati Ella (2004) Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi.Pakar Raya: Bandung