PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF.

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN

KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

TESIS

Diajukan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Magister (S2) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

Lia Amelia

Nim 1004999

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :

Pembimbing

Dr. Didi Tarsidi, M.Pd NIP. 195106011979031003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP 195904141985031005


(3)

HALAMAN PERNYATAAN

De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul Desai Modul Pe ge ba ga Program Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar I klusif seluruh isi ya adalah be ar -benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain, terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Lia Amelia


(4)

PENGEMBANGAN MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya modul yang memberikan manfaat khususnya kepada guru kelas inklusif sebagai bahan untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam pembelajaran. Untuk dapat menyusun modul dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru di Sebuah SD Inklusif di Kota Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif masih perlu pengembangan lebih lanjut. Pengembangan yang dilakukan adalah dalam penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, pengembangan dilakukan juga terhadap keterampilan guru dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai di kelas inklusif. Hal lain yang perlu pengembangan yaitu kemampuan guru kelas dalam melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka guru kelas inklusif perlu berupaya menambah wawasan/pengayaan dan keterampilannya.

Modul tersusun dalam tiga bagian. Ketiga modul berisi tujuan dan materi yang mengupas tentang kinerja guru dalam pembelajaran. Pada setiap modul diakhiri dengan uji kompetensi yang berupa latihan-latihan yang dapat dilakukan oleh guru kelas inklusif baik secara mandiri ataupun kelompok antar guru.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pihak sekolah dan para guru akan lebih memanfaatkan modul yang peneliti susun sebagai media yang dapat menambah wawasan guru kelas inklusif dalam meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran.


(5)

THE DEVELOPMENT OF A MODULE FOR THE IMPROVEMENT OF TEACHERS’

PERFORMANCE IN THE TEACHING LEARNING IN INCLUSIVE ELEMENTARY SCHOOLS

ABSTRACT

The aim of the research was to compile a module that could give advantages, ultimately for teachers of inclusive classes, through materials that would help broaden their horizon and improve their skills in teaching learning. The research employed descriptive method with qualitative approach. Data were obtained using observation, interview, and documentary study. The sources of the data for the research were teachers of an inclusive elementary school in Bandung City.

The results of the research demonstrate that teachers’ performance in the teaching

learning of an inclusive classroom still needed further development. The development already conducted was in the form of compiling lesson plans appropriate for students with special

needs. In addition, teachers’ skills in class management and the use of teaching learning

method appropriate for an inclusive classroom have been developed. Another aspect requiring development was the ability of classroom teachers in conducting assessment in the teaching learning in an inclusive classroom. By taking into account these considerations, teachers of inclusive classrooms need to make an effort of enriching/broadening their horizon and skills.

The module consists of three parts. The three parts contain objectives and

content-materials discussing teachers’ performance in teaching learning. Each module is

accompanied with competence tests in the forms of exercises teachers of inclusive classrooms can do either individually or in groups.

It is expected that through the results of the research, schools and teachers can gain more benefits from the module the researcher has compiled as a medium to broaden inclusive

classroom teachers’ horizon in an attempt of developing their performance in the teaching learning.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR……… iii

UCAPAN TERIMAKASIH ……….. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….. 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 7

E. Definisi Konsep ……… 8

F. Metode Penelitian ………. 9

BAB II KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN A. Kinerja Guru ……… 10

1. Pengertian Kinerja ………. 10

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ……… 12

3. Penilaian Kinerja Guru ……….. 16

B. Peranan Kinerja Guru dalam Pembelajaran ……… 17

C. Kinerja Guru dalam Pendidikan Inklusif ……… 21

1. Pengertian Pendidikan Inklusif ………. 21

2. Peranan Guru dalam Pendidikan Inklusif ………. 26

3. Pembelajaran di Kelas Inklusif ………. 29

D. Modul………… ……….. 39

1. Pengertian Modul ……….. 39

2. Sistematika Modul ………. 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ……….. 42

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 44

C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

D. Prosedur Penelitian ……….. 52

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………... 59

B. Pembahasan ………. 67

1. Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Kelas Inklusif ………… 67

2. Hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan Pembelajaran di kelas inklusif ………. 75

3. Keperluan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif Agar pembelajaran berjalan efektif ………. 80

4. Upaya yang telah dilakukan pihak sekolah dalam Meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran Di kelas inklusif ………. 91


(7)

5. Upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan

Kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ………. 94 6. Rumusan Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja Guru

Dalam Pembelajaran ………….. ……… 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….

A. Kesimpulan ……… 103 B. Saran ……… 104 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 MODUL

 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan telah menjadi bagian kehidupan yang diamanatkan secara nasional maupun internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal dan informal baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 diamanatkan bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian anak-anak berkebutuhan khusus (yang selanjutnya disingkat ABK) seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar lainnya juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Pengakuan atas hak pendidikan bagi setiap warga negara juga diperkuat dalam berbagai deklarasi internasional. Pada tahun 1948. Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia menegaskan bahwa : ”Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan”.

Deklarasi tersebut diperkuat lagi dalam Convention on The Rights of The Child yang diselenggarakan oleh PBB (1989) Konvensi PBB tentang Hak Anak 1989 tersebut

lebih jauh menyatakan bahwa pendidikan dasar seyogyanya “wajib dan bebas biaya

bagi semua” (pasal 28)

Selama beberapa dasawarsa setelah ditetapkannya Deklarasi Universal, banyak upaya dilakukan untuk menciptakan pendidikan yang universal. Namun, dengan cepat terlihat adanya jurang pemisah antara idealisme dan realitas. Pada tahun 1980-an pertumbuhan pendidikan universal tidak hanya melambat, tetapi di banyak negara bahkan berbalik arah. Diakui bahwa pendidikan untuk semua tidak terjadi


(9)

secara otomatis. Deklarasi Dunia Jomtien tentang pendidikan untuk semua di Thailand tahun 1990 mencoba untuk menjawab beberapa tantangan ini. Secara ringkas Jomtien menyatakan kembali bahwa pendidikan merupakan hak mendasar bagi semua orang.

Deklarasi Jomtien ini diperkuat lagi dalam The Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education tahun 1994 yang secara lebih tegas menuntut agar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bersifat inklusif, sehingga sistem pendidikan yang memisahkan individu dan komunitasnya merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

Kecenderungan dunia dalam memberikan perhatian terhadap hak-hak anak khususnya di bidang pendidikan terus bergulir. Dalam The World Education Forum (2000) di Dakar, ditegaskan kembali perlunya memberikan perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus melalui pendidikan inklusif, yaitu pendidikan yang melayani semua anak sesuai dengan kebutuhannya termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar semua anak, termasuk ABK memperoleh akses ke sekolah adalah menjadikan sekolah umum sebagai sekolah inklusif, yaitu sekolah yang mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk dapat belajar di kelas bersama-sama dengan siswa lain yang tidak berkebutuhan khusus, dengan pemberian layanan khusus sehingga ABK memiliki kesempatan yang sama dengan anak lain untuk mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut. Fokus pada pembangunan sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan setiap orang seperti ini seringkali disebut sebagai sebuah perubahan menuju sekolah inklusif.


(10)

Dalam dunia pendidikan, telah kita pahami bahwa guru merupakan pekerjaan yang amat mulia. Guru berhadapan dengan anak-anak manusia yang akan menentukan masa depan bangsa. Peran guru yang strategis, menuntut kerja guru yang profesional, dan mampu mengembangkan ragam potensi yang terpendam dalam diri anak didik. Sedemikian besar peran guru dalam melakukan perubahan terhadap peradaban lewat anak didik yang akan menuntut kemajuan masa depan. Memang guru bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Faktor lain seperti keadaan siswa, sarana dan prasarana, dan faktor lingkungan. Tetapi faktor yang paling esensial dalam keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kepiawaian guru dalam proses pembelajaran. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Prinsip pendidikan yang disesuaikan dalam sekolah inklusif menyebabkan adanya tuntutan yang besar terhadap guru reguler maupun pendidikan khusus. Ini

menuntut pergeseran besar dari tradisi “mengajarkan materi yang sama kepada semua

siswa di kelas”, menjadi mengajar setiap anak sesuai dengan kebutuhan

individualnya, tetapi dalam seting kelas. Siswa mempunyai bermacam-macam minat, bidang dan tingkat penguasaan, komunikasi dan strategi belajar, kecemasan dan kekhawatiran. Siswa-siswa tertentu memiliki kebutuhan khusus akan bantuan karena alasan yang berbeda-beda. Mungkin karena tidak dapat tidur, lapar, takut atau trauma emosional yang mendalam. Di daerah-daerah yang dilanda perang, kelaparan dan bencana alam, beberapa dari kondisi ini biasanya sama-sama dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa. Mungkin juga terdapat berbagai hambatan belajar dan kebutuhan akan dukungan khusus karena kesulitan atau kecacatan, seperti kesulitan


(11)

membaca, kecacatan sensori-motor atau fisik, gangguan perkembangan atau gabungan beberapa kecacatan yang dikombinasikan dengan sebab-sebab lain. Di setiap kelas sudah barang tentu diperlukan tingkat fleksibilitas yang tinggi untuk mengadaptasikan lingkungan belajar dengan tingkat penguasaan, kemungkinan dan hambatan belajar semua anak. Guru reguler dan guru pendidikan kebutuhan khusus mempunyai tugas bersama untuk mengadaptasikan lingkungan belajar dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa di kelas. Jadi, kelas reguler akan menjadi tempat bertemunya pendidikan reguler dan pendidikan kebutuhan khusus.

Pemerintah mengambil kebijakan menerbitkan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang pada intinya meningkatkan kualitas guru dan dosen. Semua ini merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut perlu didukung dan ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait. Pemerintah daerah dan satuan pendidikan mempunyai komitnen yang kuat memajukan pendidikan antara lain dengan cara membina tenaga pendidik lebih intensif dan terus menerus. Sehingga guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya lebih berdampak nyata dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru didorong untuk memiliki komitmen yang dapat dibanggakan oleh lingkungannya, jangan sampai malah menjadi biang dari problematika di tempat ia bertugas. Jadilah guru sebagai lentera yang dapat menerangi dirinya dan lingkungannya.

Kualitas pendidikan suatu bangsa berkaitan erat dengan mutu pengelola dan mutu guru yang menyelenggarakan pendidikan di sekolah, tidak terkecuali sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau yang selanjutnya disebut sebagai sekolah inklusif. Fakta di lapangan yang terjadi pada salah satu sekolah dasar inklusif


(12)

di kota Bandung yang selanjutnya disebut SD X, dalam perjalanannya sebagai sekolah inklusif tidak terlepas dari hambatan dan kekurangmampuannya dalam memberikan layanan pendidikan terhadap peserta didik yang ada di kelas inklusif.

Keberagaman peserta didik yang ada di kelas inklusif cukup membuat guru merasa kebingungan dan kewalahan menghadapi nya. Peserta didik yang tidak mau diam, selalu bergerak ke sana ke mari mengitari ruang kelas dan sesekali mengganggu temannya dengan mengambil alat tulis yang sedang digunakan, ditambah lagi dengan peserta didik yang selalu teriak-teriak di dalam kelas, tentu saja situasi seperti ini akan membuat guru kebingungan dan kewalahan menanganinya. Menghadapi situasi tersebut sudah barang tentu memerlukan kepiawaian guru untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Masalah kualitas guru yang rendah selalu mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru secara maksimal untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif serta proses transformasi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru tersebut kepada siswa. Berhasilnya pembelajaran pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Lahirnya undang-undang nomor 14 tentang Guru dan Dosen tersebut yang mewajibkan guru harus memiliki kualifikasi akademik strata satu atau diploma IV. Selanjutnya diikuti dengan Sertifikasi tenaga pendidik yang diiringi dengan tunjangan sertifikasi., pada kenyatannya masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi akademiknya dibandingkan dengan yang telah memenuhi kualifikasi akademik.

Dengan mempertimbangkan kenyataan tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian tentang kinerja guru di SD X.


(13)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Pendidikan inklusif, dalam penelitian ini dipersempit menjadi sekolah inklusif, sangat diperlukan agar setiap anak mendapatkan akses yang sama untuk memperoleh hak atas pendidikan. Sementara itu, kepiawaian guru dalam mengelola kelas sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan sekolah inklusif. Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan permasalahan

utama yang akan dikaji yaitu : “Bagaimana pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?”

Secara khusus, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?

2. Apa saja hambatan/kesulitan yang dialami guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ?

3. Apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif?

4. Upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

6. Bagaimanakah rumusan desain modul pengembangan program kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan modul peningkatan


(14)

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan data-data pendukung yang dapat diperoleh dengan :

1. Mengetahui gambaran tentang kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif.

2. Mengetahui tentang apa saja yang menjadi hambatan/kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran di kelas inklusif.

3. Mengetahui tentang apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif.

4. Mengetahui tentang upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah ) dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif.

5. Mengetahui tentang upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai salah satu peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif. Juga dapat memberikan manfaat khususnya kepada guru kelas inklusif sebagai bahan bacaan berupa modul yang dapat menambah pengayaan dan keterampilan dalam hal kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga dapat memberikan salah satu solusi untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien supaya dalam memberikan layanan pendidikan terhadap peserta didiknya dapat berjalan maksimal.


(15)

E. Definisi Konsep

Dalam definisi konsep, beberapa konsep didefinisikan secara sederhana sebagai berikut :

1. Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif adalah paradigma baru untuk menuju perubahan yang lebih baik dalam sistem layanan pendidikan. Pendidikan inklusif lebih luas daripada pendidikan formal, semua anak dapat belajar sesuai dengan kebutuhan anak dengan tidak diskriminatif. Hal tersebut sesuai dengan definisi pendidikan inklusif yang dirumuskan dalam Seminar Agra yang mendefinisikan pendidikan inklusif lebih luas daripada pendidikan formal, mengakui bahwa semua anak dapat belajar sesuai dengan kebutuhan anak, mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak, merupakan proses yang dinamis, dan merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempromosikan masyarakat yang inklusif.

2. Sekolah inklusif

Sekolah inklusif dapat didefinisikan sebagai sekolah biasa (regular) yang tidak diskriminatif terhadap semua anak untuk menjadi peserta didik di sekolah tersebut, dan dalam memberikan pembelajarannya, peserta didik yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus diberikan hak yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan di kelas dan sekolah yang sama dengan penyediaan sumber-sumber yang memadai sesuai dengan kebutuhan.

3. Modul Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran didefinisikan sebagai media yang memberikan informasi/masukan yang ditujukan secara


(16)

khusus kepada guru kelas inklusif tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif.

Modul yang disusun membahas tentang kinerja guru dalam hal : 1. Perencanaan pembelajaran yang menyangkut penyusunan program

pembelajaran, meliputi : (a) penyusunan program semester, (b) penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan (c) penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI).

2. Pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi : (a) keterampilan membuka pelajaran, (b) keterampilan menutup pelajaran, (c) keterampilan menjelaskan, (d) keterampilan bertanya, (e) keterampilan memberi penguatan, (f) keterampilan menggunakan media pembelajaran, (g) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (h) keterampilan mengelola kelas, (i) keterampilan mengadakan variasi, (j) keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil, dan

3. Penilaian yang meliputi : (a) prinsip penilaian, (b) jenis penilaian, (c) pelaksanaannya, (d) pengelolaan dan pelaporan hasil penilaian.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru di sebuah Sekolah Dasar Inklusif

di Kota Bandung (yang selanjutnya disebut “SD X”. penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan alat pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Untuk lebih jelasnya mengenai metode penelitian akan dipaparkan dalam bab III.


(17)

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah kinerja guru dalam pembelajaran. Untuk dapat mengungkap permasalahan tersebut maka peneliti membutuhkan data-data yang menunjang dengan melakukan penelitian. Permasalahan yang akan diungkap merupakan kondisi objektif yang meliputi kinerja guru dalam pembelajaran (merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan sistem penilaian) di kelas inklusif. Data yang diperlukan adalah :

1. Data tentang kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian.

2. Data tentang hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran di kelas inklusif. 3. Data tentang apa saja yang menjadi kebutuhan guru dalam proses pembelajaran

agar berjalan efektif.

4. Data tentang upaya yang dilakukan pihak sekolah / guru dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.

Data-data tersebut berguna dalam mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan panduan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.

Dengan memperhatikan permasalahan dan data yang diperlukan, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang berusaha untuk menggambarkan keadaan pada saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Surachmad (1992:76): “(a) penelitian deskriptif menuturkan secara sistematis tentang data atau karakteristik subyek atau bidang tertentu secara fokus dan cermat, (b) penelitian


(19)

deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana ilmiah (natural selling), ia mencari teori (hypothesis generating) dan bukan mengajukan (hypothesis testing)”.

Permasalahan dan data penelitian yang diperoleh berupa kata-kata dan tidak berupa angka. Maka pendekatan peneltian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Untuk memahami tentang pendekatan penelitian kualitatif berikut, batasan yang dikemukakan oleh para ahli:

Moleong (2004:6) mengemukakan tentang penelitian kualitatif adalah:

“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa”.

Pandangan lain tentang penelitian kualitatif oleh Malik (2011) adalah:

“Penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian”. Pendekatan kualitatif diharapkan dapat memecahkan permasalahan. Hal tersebut karena data yang diperoleh tidak berupa angka-angka melainkan kata-kata atau kalimat. Hal ini sesuai dengan pengertian pendekatan kualitataif.

Dengan memperhatikan pendapat para ahli tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitataif. Adapun alasannya, seperti merujuk pada pendapat para ahli tersebut deskriptif karena memang data yang diperlukan merupakan data yang menggambarkan keadaan pada saat ini, yaitu tentang kinerja guru pada saat ini. Dan data yang diperoleh juga tidak berupa angka melainkan berbentuk kata-kata ataupun gambar. Dengan demikian jelas pemilihan metode dan pendekatan yang digunakan peneliti.


(20)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Tunas Harapan yang terletak di Jalan Cijerah Kota Bandung (selanjutnya disebut SD X) ,yang merupakan sekolah yang sudah lama meenyelenggarakan pendidikan inklusif dengan jumlah peserta didik berkebutuhan khusus yang cukup banyak. Sehingga sekolah ini dikenal di kalangan masyarakat sebagai sekolah inklusif.

Dengan mempunyai tenaga pendidik (guru) yang cukup banyak, dengan kualifikasi pendidikan yang berbeda mulai dari tingkat sekolah menengah sampai pada tingkat sarjana (S-1) dan di antaranya ada juga yang tingkat pendidikannya S-2, yang sebagian besar gurunya memiliki backround pendidikan bukan dari pendidikan khusus.

Selain didukung dengan sumber daya manusia yang cukup memadai, SDN Tunas Harapan Kota Bandung juga ditunjang oleh sumber daya lainnya seperti sarana dan prasarana yang cukup memadai sebagai penunjang kelancaran kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang menjadi subjek atau dalam penelitian ini disebut sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru di SD X, yang terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing khusus (GPK). Atas pertimbangan jumlah guru dan waktu penelitian maka sumber data ditentukan terhadap 5 guru kelas, 3 guru mata pelajaran, dan 2 guru pembimbing khusus.


(21)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian berkaitan dengan alat-alat atau instrumen untuk memperoleh data di lapangan. Instrumen yang paling utama dalam penelitian ini sebenarnya adalah peneliti itu sendiri. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik (Sugiyono, 2011). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2012) bahwa dalam penelitian naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan peneliti itu sendiri sebagai instrumen penelitian utamanya. Ini mengandung arti karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka instrumen atau alat pengumpul data yang utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Dengan demikian, alat-alat atau instrumen yang dipaparkan di bawah ini sebenarnya merupakan instrumen pelengkap atau hanya bersifat pedoman keputusan penggunaan instrumen-instrumen pelengkap ini didasarkan pada metode penelitian yang digunakan dan jenis data yang diperlukan.

Data hasil penelitian ini berbentuk kata-kata, sesuai pendapat Lofland

(Malik:2011) bahwa: “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Selanjutnya penggunaan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

Rahardjo (2011:2) berpendapat bahwa: “pendekatan penelitian kualitatif, lazimnya

data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu: 1)

wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, dan 4) diskusi terfokus ”.

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berkenaan dengan penelitian yang dilakukan ini, terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu :


(22)

1. Wawancara

Wawancara adalah melakukan tanya jawab kepada subyek penelitian . Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari subyek penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.

Menurut Susan Stainback yang dikutip Sugiyono (2012) mengemukakan

bahwa wawancara „... provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than

can be gained through observation alone.’ Jadi dengan wawancara, maka

peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan (subyek penelitian) dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Sejalan pendapat di atas Rahardjo (2011:2) memberikan batasan teknik wawancara sebagai berikut:

“Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.”

Wawancara dilakukan dalam suasana yang alami, kekeluargaan dan dalam waktu yang fleksibel. Dengan wawancara peneliti dapat mengungkapkan perspektif emik, yaitu pandangan, gagasan dan pikiran dari subyek penelitian. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dicatat dan dapat disalin menjadi bentuk tulisan/laporan.


(23)

Hasil dari penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara adalah diperolehnya data mengenai kinerja guru, hambatan yang dialami guru, kebutuhan guru agar pembelajaran berjalan efektif ,dan upaya yang telah dilakukan pihak sekolah / guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.

2. Observasi

Selain wawancara peneliti melakukan observasi, observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Hasil observasi ini berupa aktivitas, kejadian, kondisi atau suasana kondisi objektif proses Kegiatan Belajar Mengajar di kelas inklusif. Menurut nasution (Sugiyono,2012) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan.” Sementara itu Marshall (Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa

through observation, the researcher learn about behavior and the meaning

attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku,

dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data utama guna memperoleh kejelasan dan kekayaan informasi yang bersifat faktual dan

observeble. Menurut Guba dan Lincoln (Sugiyono, 2012), dalam penelitian

kualitatif secara metodologis penggunaan observasi dapat mengoptimalkan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Hasil dari penelitian dengan teknik obeservasi ini adalah diperolehnya data mengenai kinerja guru, khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu keterampilan mengajar guru saat berada dalam kelas.


(24)

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pertayaan penelitian. Sugiyono (2012 :329) “ Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.”

Hasil studi dokumentasi dalam penelitian ini diperolehnya beberapa dokumen yang diperlukan sebagai data penunjang untuk menjawab pertanyaan penelitian, adapun dokumen yang diperlukan sebagai berikut:

a. Dokumen kurikulum

b. Program tahunan guru kelas inklusif c. Program semester guru kelas inklusif. d. Silabus

e. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) f. Catatan Pelaksanaan Pembelajaran Harian g. Dokumen evaluasi pembelajaran.

Setelah menentukan teknik pengumpulan data sebagaimana telah dijelaskan di atas maka berikutnya adalah pengembangan instrumen penelitian. Pengembangan instrumen ini diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen penelitian. Selanjutnya berdasarkan kisi-kisi ini peneliti menyusun butir-butir pernyataan untuk dijadikan pedoman observasi, dan menyusun butir pertanyaan untuk dijadikan pedoman wawancara. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi instrumen penelitian terlampir.

Kisi-kisi tersebut dikembangkan untuk menyusun pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi sebagai berikut :


(25)

Tabel 3.1 Pedoman Observasi

NO PERTANYAAN PENELITIAN ITEM

1 Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

1. Bagaimana cara guru kelas inklusif dalam melaksanakan pembelajaran yang meliputi keterampilan dasar :

 Keterampilan bertanya

 Keterampilan memberi penguatan

 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

 Keterampilan

menggunakan media pembelajaran

 Keterampilan pengelolaan kelas

 Keterampilan mengadakan variasi

 Keterampilan

membimbing keklompok kecil


(26)

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara N O PERTANYAAN PENELITIAN ITEM WAWANCARA

1. Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

1. Bagaimana cara anda merumuskan tujuan pembelajaran ?

2. Bagaimana anda dalam memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran ?

3. Bagaimana anda dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran ? 4. Bagaimana anda dalam memilih dan

mengembangkan media pembelajaran yang sesuai ?

5. Bagaimana anda dalam memilih dan memanfaatkan sumber belajar ?

6. Bagaimanakah anda dalam menciptakan suasana pembelajaran yang tepat ?

7. Bagaimanakah anda dalam mengatur ruangan kelas inklusif ?

8. Bagaimanakah anda dalam mengelola interaksi pembelajaran di kelas inklusif ?

9. Bagaimanakah anda dalam melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

2. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas inklusif ?

10.Adakah hambatan yang anda alami dalam merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 11.Adakah hambatan yang dialami anda dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 12.Adakah hambatan yang dialami anda dalam

melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?


(27)

3. Apa saja yang diperlukan guru dalam proses pembelajaran di kelas inklusif agar pembelajaran berjalan efektif?

13.Hal-hal apa saja yang anda perlukan dalam merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 14.Hal-hal apa saja yang diperlukan anda dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 15.Hal-hal apa saja yang diperlukan anda dalam

melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

4.. Upaya apa yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

16.Upaya apa saja yang telah dilakukan anda dalam meningkatkan kemampuan anda dalam

merencanakan pembelajaran di kelas inklusif ? 17.Upaya apa yang telah anda lakukan dalam

meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif ?

18.Upaya apa yang telah dilakukan anda dalam meningkatkan kemampuan melakukan penilaian pembelajaran di kelas inklusif ?

5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif ?

19.Upaya apa saja yang telah dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan kemampuan anda dalam merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif ?


(28)

Tabel 3.3

Pedoman Studi Dokumentasi

NO PERTANYAAN PENELITIAN ITEM

1 Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif

1. Bagaimana cara guru dalam menyusun program perencanaan pembelajaran

2. Bagaimana dokumen kurikulum yang digunakan 3. Bagaimana

penyusunan rencana pengajarannya yang meliputi :

 Asesmen

 AMP

 Program tahunan dan program semester

 Silabus

 RPP

 Agenda harian

 Daftar penilaian

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian agar tujuan penelitian tercapai. Adapun prosedur penelitian dilakukan secara bertahap, melalui prosedur sebagai berikut


(29)

1. Tahap Studi Kondisi Objektif Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan ini peneliti menghimpun data melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumen dengan tujuan untuk memperoleh informasi / data mengenai kondisi objektif yang meliputi : kinerja guru dalam pembelajaran, hambatan yang dialami guru kelas inklusif dalam pembelajaran, kebutuhan guru dalam pembelajaran agar berjalan efektif, dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah/guru dalam meningkatkan kinerja guru kelas inklusif dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dari tahap studi dokumentasi ini sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.

2. Tahap Merumuskan Draft Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Pada tahap ini peneliti menghimpun data hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang diperoleh dari tahap kondisi objektif di atas. Kemudian data tersebut dianalisis untuk dijadikan bahan rumusan draft pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. Pada tahapan ini peneliti menganalisis data lapangan dan mencari beberapa sumber penunjang untuk kemudian disusun draft pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran. Dalam tahapan ini dihasilkan draft pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran yang disusun dalam bentuk modul.

3. Tahap Validasi

Pada tahap ini peneliti melakukan validasi terhadap draft pengembangan modul peningkatan kinerja guru dengan cara melakukan tatap


(30)

muka dan berdiskusi dengan maksud untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari validator terhadap draft. Dari hasil masukan dan tanggapan tersebut peneliti merevisi draft agar tersusunnya suatu modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran sebagai hasil akhir. Validasi dilakukan oleh seorang guru dari SD X, dan pakar pendidikan (Dosen UPI). Prosedur penelitian digambarkan sebagai berikut :


(31)

Gambar 3.1

PROSEDUR PENELITIAN TahapKondisi Objektif

Pengumpulan Data

Kondisi Objektif :

- Kinerja guru

dalam pembelajaran - Hambatan yang dialami - Kebutuhan - Upaya Sumber Data : Guru Alat pengumpulan data : - Pedoman observasi - Pedoman wawancara - Pedoman dokumentasi Teknik

pengumpulan data :

- Observasi

- Wawancara

- Dokumentasi

Tahap Validasi Validasi

Validator : 1 Guru 2 Pakar Pendidikan

Melakukan tatap muka dan berdiskusi sehingga diperoleh masukan sebagai revisi terhadap draft.

HASIL AKHIR

MODUL PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN Tahap Merumuskan Draft Pengembangan Modul Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Revisi Draft Modul 1. Revisi penulisan bahasa dan pengetikan 2. Revisi Sistematika


(32)

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus mulai tahap pengumpulan data sampai akhir.

Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini ditempuh dengan melakukan kegaiatan-kegiatan :

1. Reduksi Data

Sebagai langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan mereduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas tentang aspek-aspek permasalahan yang direduksi yaitu kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif, faktor-faktor yang menghambat dalam kinerja guru kelas dalam pembelajaran, kebutuhan guru kelas inklusif dalam pembelajaran agar berjalan efektif, dan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran.

2. Penyajian Data

Langkah berikutnya adalah menyajikan data secara jelas dan singkat. Dalam hal ini, data hasil kegiatan reduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat/teks yang bersifat naratif berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti. Yang selanjutnya data tersebut dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan draft pengembangan modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran.


(33)

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data adalah melakukan pengambilan kesimpulan dan verifikasi kesimpulan yang dimaksudkan dalam tahap ini adalah memaknai terhadap data yang telah terkumpul. Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada permasalahan yang diteliti.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan pembelajaran yaitu dalam penyusunan program pembelajaran masih kurang sistematis dan efektif. Beberapa langkah dalam penyusunan program belum dapat dilakukan oleh guru kelas. demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran yang menuntut guru kelas terampil dalam memberikan layanan pendidikan inklusif, ternyata masih perlu adanya pengembangan yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan guru dalam mengajar terutama dalam keterampilan mengelola kelas inklusif, keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan keterampilan mengadakan variasi metode.

2. Berkenaan dengan hambatan/kesulitan yang dialami dalam kinerja guru di kelas inklusif adalah kurangnya pemahaman guru kelas terhadap konsep anak berkebutuhan khusus dengan kata lain guru kelas inklusif kurang paham dengan peserta didik berkebutuhan khusus, hal tersebut dikarenakan latar belakang pendidikan guru kelas yang bukan dari pendidikan khusus. Dengan demikian dibutuhkan adanya pengembangan kinerja guru kelas inklusif agar dapat lebih paham tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan cara layanan pendidikan inklusif.


(35)

3. Diperlukan kesiapan fisik dan mental guru kelas inklusif dengan menambah pengayaan / wawasan tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan latihan dalam pengembangan keterampilan proses pembelajaran agar pembelajaran di kelas inklusif berjalan efektif.

4. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif adalah memberikan ijin kepada guru untuk mengikuti seminar/workshop /pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak PPPPTKdanPLB atau pun yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau swasta lainnya.

5. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif adalah melakukan sharing antar guru baik secara pribadi ataupun kelompok.

6. Pada akhirnya mengacu dari hasil penelitian ini adalah tersusunnya modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Saran untuk Kepala Sekolah

a. Dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif diperlukan upaya yang lebih optimal melalui berbagai kegiatan yang terkait langsung dengan profesionalisme guru.

b. Pengembangan kinerja guru dalam pembelajaran melalui sharing/komunikasi antar guru dapat dilakukan melalui optimalisasi kegiatan yang selama ini sudah dilakukan untuk lebih optimal lagi melalui program pengembangan


(36)

karir guru, seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, rapat kordinasi atau dengan kegiatan lain yang bersifat formal kedinasan maupun non formal serta selalu melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti.

c. Meningkatkan hubungan kebersamaan, kekeluargaan yang transparan dan komunikatif melalui pemberian penghargaan secara moril maupun materil.

a. Saran untuk Guru Kelas

Untuk lebih meningkatkan wawasan keprofesian guru dalam tugas kesehariannya, gunakan modul ini untuk menambah informasi/wawasan yang efektif dalam memberikan layanan pendidikan inklusif.

b. Pergunakan modul ini sebagai salah satu acuan yang dapat memberikan solusi dalam memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

c. Gunakan modul ini sebagai media yang dapat meningkatkan keterampilan guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif.

d. Gunakan modul ini sebagai tambahan pengayaan keterampilan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif.


(37)

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Amuda, Heryanto. (2009). Pedoman Resource Center. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Asul Wiyanto & Mustakim. (2012). Panduan Karya Tulis Guru, Yogyakarta : Pustaka Grhatama.

Banun, Sri. (2008). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta.

Dekawati, Ipong. (2011). Manajemen Pengembangan Guru Profesional. (suatu Tinjauan Teoritik dan Empirik), Bandung : Rizqi Press.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi, Bandung : Aditama.

Djam’an Satori, Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Elli Srimelinda, Asep Karyana, Acep Tuswara, (2011). Pedoman Administrasi Sekolah. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Hatimah, Ihat. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung : Andira.

Kustawan, Dedi. (2006). Penilaian Berdasarkan kurikulum Pendidikan Khusus 2004. Disampaikan pada Pelatihan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah.

Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian kualitatif . Edisi Revisi, Bandung : Rosdakarya.

Semiawan, Conny. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta : Indeks.

Sue Stubbs. (2002). Where There Are Few Resources (dialihbahasakan oleh Susi Septaviana R.) Pendidikan Inklusif Ketika hanya ada sedikit sumber. The Atlas Alliance.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandubng : Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah dasar metode teknik, Bandung : Tarsito.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta. Syaefudin, U. (2011). Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta

Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua), Bandung : Remaja Rosdakarya. Yamin, martinis & Maisah. (2010). Standarisasi kinerja Guru, Jakarta : gaung Persada.


(39)

Yamin, martinis. (2010). Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta : Gaung Persada.

Yuniarsih, Tjutju & Suwatno . (2008). Manajemen Sumber daya Manusia. (Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian), Bandung : Alfabeto.

_______, (2006). Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran, Indonesia, IDPN, Arbeiter-Samarinda-Bund.

_______, (2010). Analisis Materi Pembelajaran SDLB.Analisis dan Pembuatan Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar SDLB A,B,C,C1,D1, dan Autis yang disertai ketunagrahitaan. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa. ________, (2010). Pedoman Penyusunan RPP Pendidikan Khusus Bidang PLB Disdik Jawa

Barat. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

________, (2011). Buku Informasi PLB Informasi Grand Desain Pendidikan Inklusif. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

________. (200). Pengembangan Model Penyesuian Kurikulum Pendidikan Inklusif Di Tingkat SD / MI. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Kinerja guru dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan merencanakan pembelajaran yaitu dalam penyusunan program pembelajaran masih kurang sistematis dan efektif. Beberapa langkah dalam penyusunan program belum dapat dilakukan oleh guru kelas. demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran yang menuntut guru kelas terampil dalam memberikan layanan pendidikan inklusif, ternyata masih perlu adanya pengembangan yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan guru dalam mengajar terutama dalam keterampilan mengelola kelas inklusif, keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan keterampilan mengadakan variasi metode.

2. Berkenaan dengan hambatan/kesulitan yang dialami dalam kinerja guru di kelas inklusif adalah kurangnya pemahaman guru kelas terhadap konsep anak berkebutuhan khusus dengan kata lain guru kelas inklusif kurang paham dengan peserta didik berkebutuhan khusus, hal tersebut dikarenakan latar belakang pendidikan guru kelas yang bukan dari pendidikan khusus. Dengan demikian dibutuhkan adanya pengembangan kinerja guru kelas inklusif agar dapat lebih paham tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan cara layanan pendidikan inklusif.


(2)

104

3. Diperlukan kesiapan fisik dan mental guru kelas inklusif dengan menambah pengayaan / wawasan tentang peserta didik berkebutuhan khusus dan latihan dalam pengembangan keterampilan proses pembelajaran agar pembelajaran di kelas inklusif berjalan efektif.

4. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif adalah memberikan ijin kepada guru untuk mengikuti seminar/workshop /pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak PPPPTKdanPLB atau pun yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau swasta lainnya.

5. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran di kelas inklusif adalah melakukan sharing antar guru baik secara pribadi ataupun kelompok.

6. Pada akhirnya mengacu dari hasil penelitian ini adalah tersusunnya modul peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah dasar inklusif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Saran untuk Kepala Sekolah

a. Dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas inklusif diperlukan upaya yang lebih optimal melalui berbagai kegiatan yang terkait langsung dengan profesionalisme guru.

b. Pengembangan kinerja guru dalam pembelajaran melalui sharing/komunikasi antar guru dapat dilakukan melalui optimalisasi kegiatan yang selama ini sudah dilakukan untuk lebih optimal lagi melalui program pengembangan


(3)

karir guru, seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah, rapat kordinasi atau dengan kegiatan lain yang bersifat formal kedinasan maupun non formal serta selalu melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang diikuti.

c. Meningkatkan hubungan kebersamaan, kekeluargaan yang transparan dan komunikatif melalui pemberian penghargaan secara moril maupun materil.

a. Saran untuk Guru Kelas

Untuk lebih meningkatkan wawasan keprofesian guru dalam tugas kesehariannya, gunakan modul ini untuk menambah informasi/wawasan yang efektif dalam memberikan layanan pendidikan inklusif.

b. Pergunakan modul ini sebagai salah satu acuan yang dapat memberikan solusi dalam memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

c. Gunakan modul ini sebagai media yang dapat meningkatkan keterampilan guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif.

d. Gunakan modul ini sebagai tambahan pengayaan keterampilan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran di kelas inklusif.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amuda, Heryanto. (2009). Pedoman Resource Center. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Asul Wiyanto & Mustakim. (2012). Panduan Karya Tulis Guru, Yogyakarta : Pustaka Grhatama.

Banun, Sri. (2008). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta.

Dekawati, Ipong. (2011). Manajemen Pengembangan Guru Profesional. (suatu Tinjauan Teoritik dan Empirik), Bandung : Rizqi Press.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi, Bandung : Aditama.

Djam’an Satori, Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Elli Srimelinda, Asep Karyana, Acep Tuswara, (2011). Pedoman Administrasi Sekolah. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Hatimah, Ihat. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung : Andira.

Kustawan, Dedi. (2006). Penilaian Berdasarkan kurikulum Pendidikan Khusus 2004. Disampaikan pada Pelatihan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah.

Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian kualitatif . Edisi Revisi, Bandung : Rosdakarya.

Semiawan, Conny. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta : Indeks.

Sue Stubbs. (2002). Where There Are Few Resources (dialihbahasakan oleh Susi Septaviana R.) Pendidikan Inklusif Ketika hanya ada sedikit sumber. The Atlas Alliance.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandubng : Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah dasar metode teknik, Bandung : Tarsito.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta. Syaefudin, U. (2011). Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta

Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua), Bandung : Remaja Rosdakarya. Yamin, martinis & Maisah. (2010). Standarisasi kinerja Guru, Jakarta : gaung Persada.


(6)

Yamin, martinis. (2010). Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta : Gaung Persada.

Yuniarsih, Tjutju & Suwatno . (2008). Manajemen Sumber daya Manusia. (Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian), Bandung : Alfabeto.

_______, (2006). Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran, Indonesia, IDPN, Arbeiter-Samarinda-Bund.

_______, (2010). Analisis Materi Pembelajaran SDLB.Analisis dan Pembuatan Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar SDLB A,B,C,C1,D1, dan Autis yang disertai ketunagrahitaan. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa. ________, (2010). Pedoman Penyusunan RPP Pendidikan Khusus Bidang PLB Disdik Jawa

Barat. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bidang Pendidikan Luar Biasa.

________, (2011). Buku Informasi PLB Informasi Grand Desain Pendidikan Inklusif. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

________. (200). Pengembangan Model Penyesuian Kurikulum Pendidikan Inklusif Di Tingkat SD / MI. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.