PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER SISWA MELALUI TEKNIK INKUIRI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS.

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 4 Citangtu Kabupaten Kuningan)

T E S I S

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Disusun Oleh:

S U P I

NIM. 1204728

PRODI PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI IPS

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 4 Citangtu Kabupaten Kuningan)

Oleh S U P I

S.Pd. UT Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial

© S u p i 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

1 Supi, 2014

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat / Signifikansi Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kemampuan Pemecahan Masalah ... B. Nilai Karakter ... ... C. Teori Belajar Pendukung ... D. Strategi Pembelajaran Inkuiri ... E. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... F. Teknik Inkuiri Nilai dengan Pertanyaan Acak/Random ... G. Pembelajaran IPS ... H. Dimensi Pendidikan IPS di SD ... I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 12 16 22 24 32 34 38 40 42 BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... ... 46

B. Desain Penelitian ... 46

C. Metode Penelitian ... 50

D. Definisi Koseptual ... ... 51

E. Instrumen Penelitian ... ... 52

F. Proses Pengembangan Pedoman Penelitian ... 56

G. Teknik Pengumpulan Data ... 62

H. Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69


(5)

2

c. Pengamatan Tindakan ke 1 ... d. Refleksi Tindakan ke 1 ... e. Perencanaan Tindakan ke 2 ... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2 ... h. Refleksi Tindakan ke 2...

80 82 83 83 86 93 4. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan ke 1 ... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1 ... d. Refleksi Tindakan ke 1 ... e. Perencanaan Tindakan ke 2 ... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2 ... h. Refleksi Tindakan ke 2...

94 99 103 104 105 106 108 115 5. Siklus III

a. Perencanaan Tindakan ke 1 ... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1 ... d. Refleksi Tindakan ke 1 ... e. Perencanaan Tindakan ke 2 ... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2 ... h. Refleksi Tindakan ke 2...

116 117 119 119 120 126 129 137 B. Pembahasan ... 143

1. Perencanaan Pembelajaran IPS dengan Teknik Inkuiri Nilai 2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Teknik Inkuiri Nilai 3. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah

dengan Teknik Inkuiri Nilai ... 4. Internalisasi Nilai Karakter melalui Teknik Inkuiri Nilai ...

144 147 153 154 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 159

A. Simpulan .... ... B. Saran ...

159 161 DAFTAR PUSTAKA ... 163 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(6)

Supi, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER SISWA MELALUI TEKNIK

INKUIRI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN 4 Citangtu Kab. Kuningan)

S U P I NIM. 1204728

Penelitian ini diawali dari permasalahan pembelajaran yang selalu didominasi oleh guru, kurang mengaktifkan siswa, tidak memberi kesempatan pada siswa untuk berani mengeluarkan pendapatnya, dan kurangnya mengembangkan nilai karakter di kelas sehingga banyak permasalahan sosial yang muncul. Penelitian ini difokuskan pada keterampilan pemecahan masalah dan pengembangan nilai karakter yang dilaksanakan di SDN 4 Citangtu pada siswa kelas IV dengan jumlah 13 orang. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa dengan menggunakan teknik inkuiri nilai dengan pertanyaan acak/random dalam pembelajaran IPS. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori John Dewey tentang kemampuan pemecahan masalah, pengembangan nilai karakter berpedoman pada Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan teori dari Bayer yang dikembangkan oleh Kosasih Jahiri (1985) tentang Teknik Inkuiri Nilai. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif. Prosedur penelitian yang digunakan adalah model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) dimana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar penilaian kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter, catatan lapangan, lembar wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter pada siswa setelah pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik inkuiri nilai. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Internalisasi karakter yang muncul adalah kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, disiplin, komunikatif, tanggung jawab dan peduli lingkungan. Penelitian merekomendasikan bahwa teknik inkuiri nilai dapat dijadikan salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan menginternalisasi nilai karakter siswa baik pada pembelajaran IPS maupun pembelajaran lainnya yang disesuaikan dengan materi ajar.


(7)

Supi, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Internalisasi Nilai Karakter,

dan Teknik Inkuiri Nilai. ABSTRACT

IMPROVING STUDENTS’ PROBLEM-SOLVING ABILITY AND

INTERNALIZATION OF CHARACTER VALUES THROUGH VALUE INQUIRY TECHNIQUE IN THE TEACHING AND LEARNING OF

SOCIAL STUDIES

(A Classroom Action Research among the Fourth Graders of State Elementary School 4 Citangtu, Kuningan Regency)

S U P I Student ID 1204728

The research was prompted by the fact that teachers have frequently dominated the teaching and learning, insufficiently encouraged students to be active, not provided opportunities for students to express their opinion, and not adequately developed character values in the classroom, there by creating various social problems. The research is focused on the skills of problem solving and character value development in the State Elementary School 4 Citangtu among as many as 13 fourth graders. Thus, the research aimed to improve problem solving ability and the internalization of character values of the students using value inquiry random question technique in the teaching and learning of social studies.. The ground theories used are John Dewey’s theory of problem-solving ability, character value development based on the Guidelines of Cultural and National Character Education Development, and Bayer’s theory of Value Inquiry Technique developed by Kosasih Jahiri (1985). The method used was Classroom Action Research using qualitative approach. The procedures of the research employed Spiral model by Kemmis and Taggart (1988), where each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The data were collected using observation sheets of teacher and student activities, assessment sheet, interview, and documentation. The results of the research showed that there was some improvement in the students’ problem-solving ability and internalization of character values after the teaching and learning of Social Studies using value inquiry technique. This could be observed from the students’ abilities in formulating problems, analysing problems, formulating hypotheses, gathering data, testing hypotheses, and formulating problem-solving recommendations. The characters internalized were hard work, independence, curiosity, self-discipline, communicativeness, responsibility, and care for the environment. The research recommends that value inquiry technique be made one of the strategies to improve problem-solving and internalization of character values of the students both in the


(8)

Supi, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER teaching and learning of Social Studies and other subjects with suitable learning materials.

Keywords: Problem-Solving Ability, Internalization of Character Values, and Value Inquiry Technique.


(9)

Supi, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpahruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Majid dan Andayani. (2012: 2)

mengatakan bahwa “Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.” Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era

globalisasi menuntut bangsa Indonesia menjadi warga negara yang berakhlak mulia dan berilmu, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 33 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut perlu dilakukan proses belajar. Berdasarkan aliran belajar kognitif, belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar bukan semata-mata proses menghapal sejumlah fakta, tetapi proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, artinya perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problem yang dihadapi.

Dalam kenyataannya manusia akan selalu dihadapkan kepada permasalahan yang menyangkut kehidupannya. Mulai dari masalah pribadi, masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai ke masalah dunia. Di era globalisasi dan reformasi seperti sekarang ini kita semua


(10)

dapat merasakan bersama, bahwa merebaknya masalah-masalah moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain-lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat dianggap lagi sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi saat ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para pendidik (guru), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama pelajar dan mahasiswa.

Salah satu penyebab terjadi masalah-masalah tersebut adalah karena ketidakmampuan anak-anak atau remaja dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam lingkungan kehidupannya. Mereka cenderung menyelesaikan masalah sendiri tanpa memperhatikan norma-norma masyarakat. Penyelesaian masalah kadang dilakukan secara spontanitas yang banyak dipengaruhi oleh teman sebaya. Baik anak-anak maupun orang dewasa banyak yang tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah baik masalah yang menyangkut pribadi maupun masalah sosial. Hal ini terjadi karena mereka tidak terlatih dan terbiasa menyelesaikan masalah secara baik.

Masalah yang muncul pada pembelajaran di kelas IV SDN 4 Citangtu adalah tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah sangat rendah dan kurangnya pengembangan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dalam pembelajaran seperti kurangnya keberanian siswa ketika menjawab pertanyaan yang disampaikan guru, jawaban yang disampaikan oleh beberapa siswa pun lebih bersifat teks book, pembelajaran lebih didominasi oleh guru sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktip, materi pembelajaran IPS selama ini lebih bersipat teoritis, pembelajaran lebih bersifat mentransfer pengetahuan, kurang mengembangkan keterampilan berpikir, pembelajaran kurang mengembangkan nilai-nilai karakter, dan kemampuan yang dinilai lebih dominan aspek pengetahuannya saja, misalnya jika siswa mendapat


(11)

nilai 10 atau 100 dianggap sudah berhasil, sedangkan aspek sikap dan keterampilan tidak mendapat penilaian. Akibat pembelajaran seperti itu, banyak perilaku kurang baik muncul pada siswa, seperti sikap toleransi antar teman kurang, rasa ingin tahu rendah karena selalu diberikan pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya praktis, sikap kerja keras dalam belajar tidak muncul karena selalu diberi kemudahan-kemudahan oleh guru, siswa kurang komunikatif dalam pembelajaran karena pembelajaran bersifat satu arah, kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas, kurangnya kepedulian kepada sesama teman dan pada lingkungan dan sikap negatif lainnya.

Masalah bagi guru dan kepala sekolah bukan menentukan nilai-nilai yang harus siswa ikuti, tetapi bagaimana melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah terutama masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan bagaimana mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tujuan pokok pendidikan IPS haruslah dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan membuat keputusan-keputusan yang bersipat reflektif sehingga mereka dapat memecahkan masalah-masalah pribadi (individual) dan membentuk kebijakan umum dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Kemampuan individual bagi para siswa dalam memecahkan masalah-masalah pribadi maupun sosial menuntut adanya pelayanan dari pihak sekolah yang lebih khusus. Dalam hal ini pembelajaran memerlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat memberikan kemampuan memecahkan masalah kepada para siswa secara individual.

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dapat terungkap dari penelitian Takidin (2010) yang diperoleh data skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah sosial dalam pre tes di kelas kontrol sebesar 6,06 atau 30% dari skor ideal 20 dan skor rata-rata di kelas eksperimen 6,25 atau 31% dari skor ideal 20, sehingga hasilnya menunjukkan kemampuan pemecahan masalah masih rendah. Penelitian Megawangi (2009) menjelaskan temuan tentang kemampuan penyelesaian masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV dikatakan tidak berhasil karena dari 24 siswa yang menguasai materi pelajaran hanya 35%,


(12)

sedangkan yang lainnya belum memahami penyelesaian masalah-masalah sosial. Berdasarkan hasil observasi Januar Masliady (2010) di beberapa sekolah di kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung ditemukan beberapa fakta yang menunjukkan bahwa pembelajaran IPS banyak mengalami kelemahan dalam pelaksanaannya, adalah : 1) IPS di Sekolah Dasar maupun di sekolah lanjutan dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang tidak penting dan mata pelajaran yang membosankan. 2) kondisi PBM di persekolahan dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada partisipasi siswa dalam pembelajaran. 3) proses pembelajaran IPS tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif, PBM IPS dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar yang baik dikalangan siswa. 4) informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket dan kurang menggunakan sumber-sumber lainnya. 5) Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered) sehingga kebutuhan siswa tidak terlayani atau dengan kata lain dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan. 6) metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional yang lebih menekankan pada lingkungan belajar individual dan kompetisi sehingga tidak menumbuhkan nilai sosial kemasyarakatan. 7) belum melibatkan siswa dalam seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas, sehingga tidak tampak keterampilan sosial dalam hal berpartisipasi dan kerjasama.8) guru tidak banyak mengarahkan siswa untuk terampil memecahkan masalah-masalah sosial dalam pembelajaran. Kemampuan memecahkan masalah yang dimaksud termasuk dalam kajian penelitian adalah siswa tidak pernah diajak dan diarahkan guru untuk memecahkan masalah-masalah sosial sederhana yang tampak disekitar sekolah, seperti masalah-masalah penumpukan sampah, kepadatan penduduk, perubahan gaya hidup anak remaja di lingkungan sekitar sekolah karena pengaruh maraknya warung internet, ketidakdisiplinan dalam perilaku baik di masyarakat maupun di sekolah, polusi kendaraan yang mengganggu udara di sekitar sekolah, bahkan masalah kondisi kamar mandi sekolah yang terkadang tidak terjaga kebersihannya. Dari


(13)

temuan-temuan tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan pemecahan masalah tidak dibiasakan pada siswa sekolah dasar, sehingga ketika siswa beranjak dewasa tidak memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah dan pengembangan nilai karakter pada siswa perlu ditanamkan sejak dini. Menurut Piaget (Nurihsan ,2011: 29), menjelaskan bahwa:

Anak usia SD berada pada tahap Concrete operational periode (tahap operasional konkrit), dimana perilaku yang tampak pada periode ini ialah kemampuannya dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkrit. Proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu berlangsung mengikuti suatu sistem atau prinsip mencari keseimbangan

(seeking equilibrium) dengan menggunakan dua cara atau teknik yaitu

Assimilation dan Accomodation. Teknik asimilasi digunakan apabila individu memandang bahwa hal-hal baru yang dihadapinya dapat disesuaikan dengan kerangka berpikir yang telah dimilikinya. Adapun teknik akomodasi digunakan apabila individu memandang bahwa objek-objek atau masalah-masalah baru yang tidak dapat diselesaikannya dengan kerangka berpikirnya yang ada sehingga ia harus mengubah cognitive

strukturnya.

Berdasarkan teori tersebut, anak usia SD harus ditanamkan keterampilan dalam pemecahan masalah agar ia mampu mengubah struktur kognitifnya sehingga kemampuan dalam pemecahan masalah menjadi suatu kebiasaan yang tertanam dalam dirinya. Pembelajaran IPS harus mampu mengembangkan aspek pengetahuan dan pemahaman (knowledge and understanding), aspek sikap dan nilai (attitude and value) dan aspek keterampilan (skill) pada diri siswa. Aspek pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan dunia dan kehidupan masyarakat di sekitarnya, aspek sikap berkaitan dengan pemberian bekal mengenai dasar etika dan norma yang nantinya menjadi orientasi nilai dalam kehidupan di masyarakat, sedangkan aspek keterampilan meliputi keterampilan sosial (social skill) dan keterampilan intelektual (intelektual skill) agar siswa tanggap terhadap permasalahan sosial dan mampu bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari (Jarolimek, 1993). Sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2006, tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI yaitu agar peserta didik:


(14)

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Melihat dari tujuan pembelajaran IPS sesungguhnya kemampuan memecahkan masalah dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan menjadi salah satu tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai untuk menghadapi kehidupan yang semakin maju dan kompleks.

Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri. Sehingga satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan karakter yang berjalan secara sistemik dan integratif bersama dengan komponen lainnya.

Sejak zaman John Dewey (1859-1952) pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah menjadi obsesi. Walaupun pada masa itu pemikirannya masih bersipat umum, namun cukup untuk dijadikan pijakan bagi para pengikutnya. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran IPS. Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas beberapa pemikiran para ahli pendidikan IPS dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan, sikap, dan nilai pada peserta didik dibanding dengan


(15)

pendekatan klasikal dan tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat kepada kebutuhan siswa ( student centered instruction) daripada kepada guru (teacher centered instruction), ( Sapriya, 2009: 69-70). Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi dalam pembelajaran IPS di sekolah, metode inkuiri dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif.

Salah satu model pembelajaran terkait dengan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus dapat mengembangkan nilai karakter adalah Teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random (Value Inquiry Random Questioning Technique disingkat VIRQT) yang merupakan bagian dari model pembelajaran

Value Clarification Technique (VCT). Inkuiri nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random (Value Inquiry Random Questioning Technique disingkat VIRQT) menurut Bayer yang dikembangkan oleh Kosasih Djahiri (1985). Sedangkan Banks (1990) berpendapat bahwa inkuiri nilai merupakan pendekatan tidak langsung pendidikan nilai/moral lainnya. Inkuiri nilai tidak bebas nilai. Alasan pemilihan teknik ini berdasarkan pendapat Banks (Maftuh, 2009: 75) menyatakan bahwa “ students should be required to justify their moral choices within the context of societal values such as human dignity, justice, and equality.” Inkuiri nilai dapat membantu siswa sebagai

pembuat keputusan, mengidentifikasi sumber nilai mereka, menentukan bagaimana nilai-nilai tersebut berkonflik, mengidentifikasi alternatif nilai, dan menilai nilai-nilai tersebut secara bebas.

Pentingnya nilai dalam IPS terbukti ketika anak-anak akan membuat keputusan atau memecahkan masalah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam IPS. Dalam sebuah artikelnya yang berpengaruh dan dipublikasikan tahun 1960, Shirley Engle menyatakan bahwa pengambilan keputusan mesti menjadi tujuan utama dalam pengajaran IPS. Pendapatnya tersebut mendapat dukungan dari para penulis lainnya yang berpendapat bahwa misi utama pendidikan IPS adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk menganalisis dan mengembangkan solusi terhadap masalah ( Savage and Amstrong, 1987), atau


(16)

untuk membuat keputusan yang berpengetahuan dan bernalar (NCSS, 1994), atau untuk mengambil keputusan harus dikembangkan dan dipraktekan di sekolah, khususnya melalui IPS (Maftuh, 2009: 70).

Djahiri (1985: 82) juga menyatakan bahwa metode pengajaran inkuiri adalah paling tinggi kadar CBSA dan CMGA-nya. Melalui inkuiri siswa akan memperoleh: 1) Latihan keterampilan pemecahan masalah secara rasional, objektif dan mandiri. 2) Pembinaan sikap dan tabiat agar setiap masalah yang dihadapinya merupakan tantangan yang harus dipecahkannya. 3) Bimbingan, latihan dan pembakuan untuk berpikir secara kritis analitis dan interaktif baik secara konvergen (dari sejumlah hal/fakta menuju suatu fokus/kesimpulan diterapkan kepada sejumlah hal/fakta). Sehingga sesuatu dikaji, dianalisis dan dinilai dari berbagai segi, tidak dibiasakan menilai sesuatu secara sumir-sepintas dan hanya dari satu segi saja. 4) Latihan mencari dan merumuskan berbagai kemungkinan perkiraan (hipotesa/asumsi) serta berbagai kemungkinan pemecahan masalah. 5) Latihan memilih dan menentukan keputusan (decission making skill)

dari sejumlah alternatif. 6) Pembinaan untuk selalu “penasaran = curious” dan

mencari serta membuktikan kepenasarannya ini secara objektif.

Berdasarkan alasan di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Internalisasi Nilai Karakter melalui Teknik Inkuiri Nilai dalam pembelajaran IPS, dengan harapan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah dan menginternalisasi nilai karakter meningkat di masa yang akan datang dalam menghadapi kehidupan yang semakin kompleks.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berawal dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi, peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah dalam pembelajaran di kelas khususnya di kelas IV, yaitu:

1. Siswa cenderung menjawab pertanyaan guru secara teks book, tidak berdasarkan pemikiran dan pendapatnya sendiri


(17)

2. Perhatian siswa terhadap pembelajaran kurang, terlihat dari kurang tanggapnya siswa pada tugas yang diberikan guru.

3. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga siswa kurang aktif.

4. Materi pembelajaran bersipat teoritis dan sarat dengan hapalan.

5. Pembelajaran lebih bersifat mentransfer pengetahuan dan kurang mengembangkan keterampilan berpikir

6. Penilaian aspek pengetahuannya lebin dominan dibandingkan sikap dan keterampilan.

Bertitik tolak dari hasil identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menginternalisasi nilai karakter?”. Dengan demikian peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menggunakan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan teknik inkuiri

nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa?

3. Bagaimana hasil peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik inkuiri nilai?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian iniadalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan teknik inkuiri

nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa.


(18)

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa.

3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter setelah pembelajaran IPS dengan teknik inkuiri nilai.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Memperoleh pembelajaran yang menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter.

b. Bagi guru

1) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif mencari model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu topik atau konsep tertentu sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2) Dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan menginternalisasi nilai karakter siswa dalam pembelajaran IPS.

3) Dipergunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter. c. Bagi Sekolah


(19)

Dapat digunakan untuk pembelajaran nilai (value), meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan mengembangkan model pembelajaran inovatif.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur penulisan Pada bagian ini terdiri dari lima bab yang meliputi: BAB I : Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang,

identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian dan struktur organisasi Tesis.

BAB II : Kajian Pustaka.

Yang memaparkan kajian pustaka tentang kemampuan pemecahan masalah, internalisasi nilai karakter, strategi pembelajaran inkuiri, teknik inkuiri nilai dan pembelajaran IPS

BAB III : Metode Penelitian.

Pada bab ini berisi penjabaran tentang : lokasi dan subjek populasi/sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi konseptual, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian yang meliputi pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis hasil temuan BAB V : Simpulan dan Saran

Bab simpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan


(20)

penelitian. Daftar Pustaka


(21)

Supi, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah SD Negeri 4 Citangtu yang berlokasi di Jalan Sastrasantana RT.13 RW.03 Lingkungan Lebakburang Kelurahan Citangtu Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah masalah pertama ditemukan dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas tersebut, sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran.

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 13 orang, dibantu satu orang guru kelas sebagai pelaksana tindakan, peneliti sebagai observer dan pengumpul data.

B. Desain Penelitian

Ebbut yang dikutip Hopkins (Wiriaatmaja, 2012: 12) mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Kurt Lewin (Kunandar, 2012: 42) mengarikan peneltian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Dari pengertian tindakan di atas, dapat disimpulkan tiga prinsip, yakni (1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan; (2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut; dan (3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan. Mengacu pada prinsip di atas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksi tindakan secara kolaboratif atau partisipatif yang


(22)

bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelsnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmaja, 2012: 66) digambarkan sebagai berikut:

PLAN

ACT

OBSERVE

R

EF

LEC

T

REVISED PLAN

ACT

OBSERVE

R

EF

LEC

T

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS BERIKUTNYA

Bagan 3.1


(23)

Prosedur penelitian ini diawali orientasi atau pengecekan di lapangan (reconnaissance) sebagai langkah pendahuluan untuk pemeriksaan kesiapan. Kegiatan yang dilakukan antara lain bertemu dengan kepala sekolah, meminta izin untuk meneliti di salah satu kelas dengan menunjukkan proposal penelitian. Kegiatan orientasi merupakan studi pendahuluan yang dilakukan untuk mengenal karakteristik subyek penelitian. Mengadakan diskusi dengan guru kelas untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi di kelas terutama dalam pembelajaran IPS. Dan akhirnya di dapat kesepakatan untuk mencoba meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai dengan teknik inkuiri nilai, yang dirasa penting untuk dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui empat kegiatan, yaitu:

Perencanaan (Plan). Langkah pertama berdiskusi dengan mitra peneliti (guru kelas) tentang perbaikan dan arah penelitian, langkah-langkah tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya , menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dan pendidikan karakter yang cocok untuk pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang akan diintegrasikan pada pembelajaran IPS. Langkah kedua menyusun silabus pembelajaran, Langkah ketiga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat kemampuan pemecahan masalah dengan mengimplementasikan pendidikan karakter dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random dalam proses pembelajaran IPS, menyusun lembar kerja siswa, menyusun lembar pengamatan/lembar observasi untuk pedoman observer dalam mengamati kegiatan pembelajaran guru dan siswa, dan menyusun rubrik penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan pengembangan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan tindakan (Action) dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan. Dalam pembelajaran difokuskan pada kegiatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter dengan teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random dalam pembelajaran IPS. Pelaksanaan tindakan mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan teknik


(24)

inkuiri nilai, yaitu perumusan masalah, perumusan hipotesa/Asumsi (perkiraan jawaban atas masalah yang harus dikaji dan dibuktikan), menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa, pengambilan keputusan/kesimpulan, menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan keputusan. Setiap siklus dilakukan dengan mengembangkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh, pembelajaran dengan melakukan pengamatan ke obyeknya secara langsung dan menggunakan media pembelajaran yang inovatif. Siklus diakhiri apabila tujuan penelitian telah tercapai atau penelitian telah menunjukkan keberhasilan yaitu meningkatnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, dan realisasi nyata dari internalisasi nilai-nilai karakter dalam diri siswa.

Observasi (Observe) yang dilakukan adalah jenis observasi partisipatif. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Seperti dijelaskan oleh Susan Stainback (Sugiyono, 2013: 311) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengamati kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran, 2) Membuat catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran yang sedang dilakukan. 3) Menuliskan hasil pengamatannya pada lembar observasi. 4) ikut serta membantu guru dalam pembelajaran, 5) mengamati perilaku siswa yang berhubungan dengan karakter yang diharapkan, dan 6) menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui pertanyaan yang diberikan secara lisan selama proses pembelajaran.

Refleksi (Reflect) dilakukan dengan cara merenungkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, menetapkan apa yang sudah dicapai dan apa yang harus diperbaiki, langkah-langkah yang dilakukan adalah: a)


(25)

Merenungkan kembali ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter b) Melakukan analisis bersama observer dan guru kelas terhadap hasil observasi yang kemudian dijadikan sebagai bahan perencanaan pada siklus berikutnya. c) Mengevaluasi kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter melalui teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random dalam pembelajaran IPS. d) Peneliti mensintesiskan dari hasil refleksi tersebut untuk menyempurnakan pada pembelajaran siklus berikutnya.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini merupakan suatu penelitian secara langsung kepada subjek penelitian tentang penerapan teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random (Value Inquiry Random Questioning Technique disingkat VIRQT) dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa kelas IV SD Negeri 4 Citangtu kabupaten Kuningan. Penelitian tindakan kelas ini bertipe tindakan kemitraan atau penelitian kolaboratif. Berupa bentuk kerja sama antara guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti dalam hal ini adalah sebagai observer dan pengumpul data.

Alasan pemilihan metode penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai metode dalam penelitian ini karena berawal dari adanya masalah yang muncul dalam pembelajaran di kelas sebagai hasil refleksi guru terhadap pembelajaran sehingga guru harus melakukan perbaikan pembelajaran sampai masalah yang dihadapinya berhasil.

Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas, dimana guru merefleksi hasil pembelajarannya dan melakukan proses perbaikan dan perubahan untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Sebagaimana yang dikemukakan Rapoport yang dikutip Hopkins (Wiriaatmaja, 2012: 11) mengartikan penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.


(26)

Sedangkan Ebbut (Hopkins, 1993) mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.

Sukmadinata (2011: 140) menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor) dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.

D. Definisi Konseptual

Agar penelitian lebih terfokus dan tidak menimbulkan kesalahan persepsi, berikut ini dijelaskan beberapa definisi, yaitu:

1. Kemampuan Pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang telah dimilikinya. Kemampuan pemecahan masalah yang akan dikembangkan dan ditingkatkan adalah kemampuam merumuskan masalah, kemampuan menganalisis masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, kemampuan mengumpulkan data, kemampuan pengujian hipotesis, dan kemampuan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

2. Internalisasi Nilai Karakter adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam terhadap nilai-nilai pembentukan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Pusat Kurikulum Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa dalam Pedoman sekolah mengembangkan 18 nilai karakter. Dalam penelitian ini ada tujuh nilai karakter yang akan dikembangkan yaitu disiplin, kerja keras, mandiri, rasa


(27)

ingin tahu, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.

3. Teknik inkuiri nilai diartikan sebagai teknik pengajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk membantu siswa dalam mencari atau menemukan sendiri suatu nilai yang dianggap baik melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa, mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

4. Pendidikan IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas, menyoroti, menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan atau melakukan interelasi berbagai aspek kehidupan sosial dalam membahas gejala atau masalah sosial.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian bertradisi kualitatif dengan latar atau seting yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya instrumen karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu seperti yang terjadi di dalam kelas. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

Instrumen yang digunakan untuk membantu proses penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Tes lisan

Tes lisan berbentuk sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian tindakan kelas yang harus dijawab secara lisan pula.


(28)

Tes lisan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tentang suatu konsep atau kinerja. Tes lisan dalam penelitian ini digunakan untuk menilai kemampuan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan merumuskan masalah, kemampuan menganalisis masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, kemampuan mengumpulkan data, kemampuan pengujian hipotesis dan kemampuan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Tes lisan ini diberikan selama proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang dilakukan secara acak/random kepada seluruh siswa.

Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan pemecahan masalah menggunakan Scoring Rubric (Zainul, 2007: 5.25) sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Deskripsi

3 Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dengan benar, jelas, lengkap dan sangat terinci.

2 Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dengan benar, jelas, namun tidak lengkap dan tidak terinci.

1 Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dengan benar, namun kurang jelas, tidak lengkap dan tidak terinci.

Penilaian kemampuan pemecahan menggunakan prosentase dengan perhitungan jumlah skor/skor maksimum x 100%. Jumlah skor yaitu jumlah nilai dari seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah. Skor maksimum untuk pemecahan masalah yaitu 18 (skor tertinggi 3 x jumlah indikator 6).


(29)

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi yaitu teknik pengamatan dan pencatatan langsung atau tidak langsung terhadap obyek yang sedang diteliti Hadari (Dayana, 2011)) dengan menggunakan alat-alat seperti daftar isian, daftar pertanyaan, cheking list

dan sebagainya, dimana cara pengisiannya diisi oleh observer.

Pedoman observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh gambaran langsung tentang unjuk kerja guru dan aktivitas belajar siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan mengembangkan nilai karakter. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai observer. Pedoman Observasi yang digunakan mencakup komponen aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, langkah-langkah Teknik Inkuiri Nilai, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Internalisasi nilai karakter. Pedoman observasi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran sebagaimana terdapat pada lampiran. Sedangkan untuk mengamati internalisasi nilai karakter menggunakan Skala Likert, yaitu:

 Skor 3 apabila nilai karakter yaitu kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, disiplin, komunikatif, tanggung jawab, dan peduli lingkungan sering muncul.

 Skor 2 apabila nilai karakter yaitu kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, disiplin, komunikatif, tanggung jawab, dan peduli lingkungan kadang-kadang muncul.

 Skor 1 apabila nilai karakter yaitu kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, disiplin, komunikatif, tanggung jawab, dan peduli lingkungan jarang muncul.

Penilaian Internalisasi nilai karakter menggunakan prosentase dengan perhitungan jumlah skor/skor maksimum x 100%. Jumlah skor yaitu jumlah nilai dari seluruh indikator nilai karakter. Skor maksimum untuk internalisasi nilai karakter yaitu 21 (skor tertinggi 3 x jumlah indikator 7).

3. Pedoman wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan


(30)

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012: 186). Menurut Denzin (Wiriaatmaja, 2012: 117), wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbak kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan yang dipandang perlu.

Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring data berkaitan dengan pandangan dan pendapat guru dan siswa, terhadap teknik inkuiri nilai yang diterapkan dalam pembelajaran IPS, upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan pengembangan nilai karakter.

Indikator pedoman wawancara:

1. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang pernah diajarkan.

2. Model dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran 3. Keuntungan penggunaan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran bagi

siswa dan guru.

4. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan teknik inkuri nilai dalam pembelajaran.

5. Cara yang digunakan untuk mengatasi kendala.

6. Pengaruh teknik inkuiri nilai terhadap kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter pada siswa.

7. Kesan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai.

8. Perubahan yang dirasakan oleh siswa setelah pembelajaran dengan teknik inkuiri nilai.

4. Catatan lapangan / jurnal

Catatan lapangan merupakan instrumen yang mencatat kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran dari awal sampai akhir kegiatan. Catatan lapangan dibuat oleh observer dan peneliti. Catatan lapangan itu berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiodrama, diagram dan lain-lain. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,


(31)

dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan berisi dua bagian;

pertama bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan. Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya (Moleong, 2012: 209).

Catatan lapangan dibuat selama penelitian berlangsung, dari mulai siklus I tindakan 1 sampai siklus III tindakan 2, berisi paparan secara narasi kegiatan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, komentar dan tanggapan peneliti dan refleksi yang dilakukan bersama guru mitra.

5. Kamera

Kamera digunakan untuk merekam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan memotret peristiwa atau kegiatan dalam penelitian. Tujuannya agar dapat menangkap suasana kelas dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam kelas secara detail, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Hasil rekaman berupa foto sebagai dokumentasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dan sebagai bukti kebenaran penelitian yang dilakukan.

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Proses pengembangan instrumen penelitian diawali dengan pembuatan kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun pedoman tes lisan dan pedoman observasi. Kisi-kisi untuk kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai seperti pada tabel berikut:


(32)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Internalisasi Nilai Karakter

Variabel Indikator Sub Indikator Teknik

Pulta Respon den Butir Item Kemampuan Pemecahan masalah 1. Kemampuan merumuskan masalah a. Siswa menentukan masalah dari kasus yang disajikan. b. Siswa

merumuskan masalah secara jelas

c. Siswa menjelaskan hubungan masalah yang muncul dengan kenampakan alam.

d. Siswa menjelaskan

masalah-masalah lain yang muncul dari

permasalahan inti.

Tes Lisan

Siswa 1,2,3,4

2. Kemampuan menganalisis masalah a. Siswa menggunakan kemampuannya untuk memperinci masalah b. Siswa menganalisis masalah dari berbagai sudut

Tes Lisan


(33)

Variabel Indikator Sub Indikator Teknik Pulta Respon den Butir Item 3. Kemampuan merumuskan hipotesis a. Siswa merumuskan penyebab

masalah yang muncul

b. Siswa merumuskan dugaan-dugaan sementara (hipotesa) untuk mengatasi masalah . c. Siswa menentukan alternatif pemecahan masalah d. Siswa memberikan argumen dari rumusan

hipotesisnya

Tes Lisan

Siswa 7,8,9,10

4. Kemampuan mengumpulk an data

a. Siswa mencari data yang diperlukan dari berbagai sumber b. Siswa memberikan data pembanding yang berhubungan dengan masalah Tes Lisan


(34)

Variabel Indikator Sub Indikator Teknik Pulta Respon den Butir Item 5. Kemampuan pengujian hipotesis

a. Siswa menelaah dan membahas data yang ada b. Siswa memberi

contoh untuk pembuktian hipotesa c. Siswa menyimpulkan hasil pembahasan masalah Tes Lisan

Siswa 13,14,15

6. Kemampuan merumuskan rekomendasi

a. Siswa

menyampaikan alasan terhadap hasil keputusannya b. Siswa memberikan rekomendasi dan menentukan sikap terhadap hasil

keputusannya

Tes Lisan

Siswa 16,17

Internalisasi Nilai Karakter

1. Kerja keras a. Siswa menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai

hambatan belajar dan tugas

b. Siswa

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. c. Siswa antusias

dalam

menyelesaikan tugas

Observa si


(35)

Variabel Indikator Sub Indikator Teknik Pulta Respon den Butir Item

2. Mandiri a. Siswa menunjukkan sikap dan perilaku tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas

b. Siswa menunjukkan sikap percaya diri c. Siswa

menunjukkan keberanian dalam bertanya atau menyelesaikan tugas

Observa si

Siswa 4,5,6

3. Rasa ingin tahu

a. Siswa berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas b. Siswa rajin

membaca sumber pembelajaran c. Siswa cepat

merespon

pertanyaan yang diajukan guru d. Siswa aktif

bertanya baik kepada guru maupun

temannya

Observa si

Siswa 7,8,9,10

4. Disiplin a. Siswa berperilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

b. Siswa

menyelesaikan tugas tepat waktu c. Siswa melakukan

pembiasaan secara rutin

Observa si


(36)

Variabel Indikator Sub Indikator Teknik Pulta Respon den Butir Item 5. Bersahabat/ko munikatif

a. Siswa aktif berkomunikasi dengan orang lain b. Siswa tidak

membeda-bedakan teman c. Siswa bersikap

ramah dengan siapa saja

d. Siswa menunjukkan sikap mau bekerja sama dengan orang lain

Observa si

Siswa 14,15,16, 17

6. Tanggung jawab

a. Siswa

melaksanakan setiap tugas yang diberikan guru b. Siswa

bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang

dilakukannya c. Siswa

melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar dengan baik d. Siswa

melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan e. Siswa

melaksanakan kewajibannya terhadap diri sendiri,

masyarakat dan lingkungannya

Observa si

Siswa 18,19,20, 21,22


(37)

Variabel Indikator Sub Indikator Teknik Pulta Respon den Butir Item 7. Peduli lingkungan a. Siswa menunjukkan sikap peduli terhadap

lingkungan (melaksanakan piket, membuang sampah pada tempatnya

b. Siswa menunjukkan sikap dan tindakan

mencegah kerusakan

lingkungan alam (memelihara tanaman) c. Siswa

menunjukkan sikap dan tindakan

mengembangkan upaya

d. untuk memperbaiki kerusakan alam dan lingkungan sekitar (menanam pohon)

Observa si

Siswa 23,24,25

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. (Sugiyono,2013: 309).


(38)

1. Tes

Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian. Kunandar (2012: 186) menjelaskan tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya.aspek psikologis itu dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya. Tes yang digunakan adalah tes lisan. Tes lisan berbentuk sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian tindakan kelas yang harus dijawab secara lisan pula. Tes lisan yang digunakan terdiri dari beberapa pertanyaan tentang pemecahan masalah yang berhubungan dengan kenampakan alam dan pemanfaatan sumber daya alam, untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif (participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap individu yang tampak. Susan Stainback (1988) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to whatthey say, and participates in their activities” dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan

orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (Sugiyono, 2013: 310-311).


(39)

Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan teknik inkuiri nilai, mengamati kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang disajikan, dan kemampuan siswa dalam menginternalisasi nilai-nilai karakter.

3. Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2013: 317) mendefinisikan interview adalah “a meeting of two personsto exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tersrtuktur (structured interview), yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul dta telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Wawancara dilakukan diawal penelitian kepada guru kelas dan beberapa siswa untuk mengetahui kondisi awal kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan dan di akhir penelitian kepada guru kelas dan beberapa siswa untuk mengetahui pendapat mereka tentang penerapan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran dan pengaruh yang dirasakannya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai-nilai karakter.

4. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life stories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya


(40)

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dokumen yang diperlukan dalam penelitin ini adalah catatan harian/catatan lapangan, foto-foto kegiatan dan perangkat pembelajaran. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

H. Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2013: 334)

menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (Sugiyono, 2013: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu:


(41)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan perhatian pada penyederhanaan data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar mudah dikondisikan. Reduksi data merupakan bentuk analisis ,menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperlukan. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap aspek-aspek permasalahan yang diteliti sehingga memudahkan dalam melakukan langkah-langkah analisis selanjutnya.

2. Display Data (Penyajian Data)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative

research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif .

Display Data merupakan upaya menyajikan data untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Semua dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu dan mudah dilihat (dimanfaatkan) sehingga peneliti dapat menguasai data itu dan tidak tenggelam dalam tumpukan data setelah dilakukan reduksi data. Penyajian data ini selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menafsirkan data sampai dengan pengambilan keputusan.

3. Kesimpulan dan verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti


(42)

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya-upaya mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat, mudah dipahami dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan yang diteliti.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang dianalisis dengan menggunakan Skala Likert, kemudian diprosentasekan dan dikonversi dengan menggunakan Rating Scale

(Arikunto, 2013: 41) dengan pengkategorian tinggi, sedang, rendah untuk kemampuan pemecahan masalah, dan baik, cukup, kurang untuk internalisasi nilai karakter. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif naratif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi:

1. Data awal siswa dalam kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter sebelum dilakukan tindakan perbaikan

2. Data hasil observasi pada proses pembelajaran yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan teknik inkuiri nilai

3. Data hasil wawancara dengan siswa dan guru sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan perbaikan yang berkenaan dengan persepsi siswa dan guru tentang pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai

4. Kriteria yang digunakan dengan menggunakan mean data kelompok sebagaimana dijelaskan oleh Riduwan (2003: 105). Pedoman penilaian yang digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah dan nilai karakter dijelaskan sebagai berikut:

a. Internalisasi nilai karakter yang diobservasi terdiri dari 7 indikator dengan 25 sub indikator. Penilaian yang diberikan yaitu skala 3 apabila sering muncul, skala 2 apabila kadang-kadang muncul, dan skala 1 apabila jarang muncul. Hasilnya diprosentasekan dan dikonversi dalam tiga kategori yaitu 33% - 54% termasuk kategori kurang, 55% - 77% termasuk kategori cukup, dan 78% - 100% termasuk kategori baik.


(43)

b. Tes lisan yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang dinilai selama pembelajaran dengan menggunakan Scoring Rubric yaitu skor 3 apabila jawaban benar, jelas, lengkap dan sangat terinci; Skor 2 apabila jawaban benar, jelas, namun tidak lengkap dan tidak terinci; dan 1 apabila jawaban benar, tidak jelas, tidak lengkap, dan tidak terinci. Hasil penilaian diprosentasekan dan dikonversi dalam tiga kategori yaitu 33% - 54% termasuk kategori rendah, 55% - 77% termasuk kategori sedang, dan 78% - 100% termasuk kategori tinggi.

c. Nilai yang diberikan untuk setiap indikator minimal 1 dan maksimal 3, jika diprosentasekan minimal 33% dan maksimal 100% sehingga rentang nilai yang digunakan antara 33% - 100% yang dibagi menjadi tiga kategori.


(44)

Supi, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN 4 Citangtu Kabupaten Kuningan dengan fokus penelitian peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang dilaksanakan selama satu bulan dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan teknik inkuiri nilai diperlukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang dilakukan oleh guru dan peneliti adalah pertama berdiskusi dengan mitra peneliti (guru kelas) tentang perbaikan dan arah penelitian, langkah-langkah tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, mempelajari model dan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam hal ini adalah teknik inkuiri nilai, menentukan indikator-indikator kemampuan yang akan ditingkatkan dalam hal ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter. Kedua menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dan pendidikan karakter yang cocok untuk pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang akan diintegrasikan pada pembelajaran IPS. Ketiga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat kemampuan pemecahan masalah dengan mengimplementasikan nilai karakter melalui teknik Inkuiri Nilai dalam pembelajaran IPS dengan langkah-langkah: 1) Perumusan masalah, 2) Perumusan Hipotesa/Asumsi (perkiraan jawaban atas masalah yang harus dikaji dan dibuktikan), 3) Menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa, 4) Pengambilan keputusan/kesimpulan, 5) Menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan keputusan, menyusun lembar kerja siswa (LKS), menyusun lembar pengamatan/lembar observasi untuk pedoman observer dalam mengamati kegiatan pembelajaran guru dan siswa, dan menyusun pedoman observasi untuk menilai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.


(45)

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus dengan dua kali tindakan setiap siklusnya, dilaksanakan di dalam kelas dan diluar kelas dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode karyawisata, observasi, diskusi, tanya jawab, presentasi, penugasan dan ceramah. Pembelajaran memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga siswa dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan dapat memberikan alternatif pemecahannya secara kontekstual. Model pembelajaran yang digunakan adalah teknik inkuri nilai dengan langkah–langkah perumusan masalah, perumusan hipotesa/asumsi menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa, pengambilan keputusan/kesimpulan, dan menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan keputusan. Materi yang disajikan tentang kenampakan alam dengan permasalahannya dan sumber daya alam serta pemanfaatannya dengan permasalahannya. Proses pembelajaran dengan teknik inkuiri nilai menekankan proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun antara siswa dengan guru, bahkan anatara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan teknik inkuiri nilai adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

Penggunaan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran IPS dengan materi Kenampakan Alam dan Sumber daya Alam dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Kemampuan pemecahan masalah terlihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi. Aktivitas siswa lebih dominan, guru hanya sebagai fasilitator. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai bukan ditentukan oleh sejumlah mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana


(46)

siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka menggunakan potensi yang dimilikinya.

Internalisasi nilai karakter dilakukan melalui tahapan pengetahuan tentang nilai-nilai, Penjiwaan terhadap nilai-nilai dan implementasi nilai dalam perilaku

sehari-hari. Nilai karakter harus ditanamkan dan dipelajari sejak dini agar dapat terinternalisasi dalam diri individu. Internalisasi nilai karakter yang nampak pada siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai terlihat dalam perilaku siswa sehari-hari, seperti antusias dalam menyelesaikan tugas (nilai kerja keras), tidak tergantung orang lain dalam menyelesaikan tugas (nilai mandiri), cepat merespon pertanyaan guru (nilai rasa ingin tahu), berperilaku tertib dan disiplin (nilai disiplin), aktif berkomunikasi dengan orang lain (nilai komunikatif), melaksanakan tugas yang diberikan guru (nilai tanggung jawab), melaksanakan piket dan menjaga kebersihan lingkungan (nilai peduli lingkungan).

B. Saran

Guru hendaknya melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran baik melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, media maupun pengelolaan kelas agar menyenangkan bagi siswa dan tidak membosankan. Teknik inkuiri nilai sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, menanamkan nilai dan sikap serta mengembangkan materi pembelajaran yang berbasis masalah. Kemampuan pemecahan masalah hendaknya dikembangkan dalam setiap mata pelajaran untuk memberi bekal kepada siswa dalam menghadapi permasalahan di masa yang akan datang. Penanaman nilai karakter juga hendaknya ditanamkan sejak dini dengan mengintegrasikannya dalam setiap mata pelajaran.

Sekolah hendaknya mendukung dan memfasilitasi guru yang ingin melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran, baik dengan penyediaan sarana pembelajaran yang memadai, pengadaan buku sumber yang lengkap, media


(1)

Supi, 2014

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya-upaya mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat, mudah dipahami dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan yang diteliti.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang dianalisis dengan menggunakan Skala Likert, kemudian diprosentasekan dan dikonversi dengan menggunakan Rating Scale (Arikunto, 2013: 41) dengan pengkategorian tinggi, sedang, rendah untuk kemampuan pemecahan masalah, dan baik, cukup, kurang untuk internalisasi nilai karakter. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif naratif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi:

1. Data awal siswa dalam kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter sebelum dilakukan tindakan perbaikan

2. Data hasil observasi pada proses pembelajaran yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan teknik inkuiri nilai

3. Data hasil wawancara dengan siswa dan guru sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan perbaikan yang berkenaan dengan persepsi siswa dan guru tentang pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai

4. Kriteria yang digunakan dengan menggunakan mean data kelompok sebagaimana dijelaskan oleh Riduwan (2003: 105). Pedoman penilaian yang digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah dan nilai karakter dijelaskan sebagai berikut:

a. Internalisasi nilai karakter yang diobservasi terdiri dari 7 indikator dengan 25 sub indikator. Penilaian yang diberikan yaitu skala 3 apabila sering muncul, skala 2 apabila kadang-kadang muncul, dan skala 1 apabila jarang muncul. Hasilnya diprosentasekan dan dikonversi dalam tiga kategori yaitu 33% - 54% termasuk kategori kurang, 55% - 77% termasuk kategori cukup, dan 78% - 100% termasuk kategori baik.


(2)

Supi, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER SISWA MELALUI TEKNIK INKUIRI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tes lisan yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang dinilai selama pembelajaran dengan menggunakan Scoring Rubric yaitu skor 3 apabila jawaban benar, jelas, lengkap dan sangat terinci; Skor 2 apabila jawaban benar, jelas, namun tidak lengkap dan tidak terinci; dan 1 apabila jawaban benar, tidak jelas, tidak lengkap, dan tidak terinci. Hasil penilaian diprosentasekan dan dikonversi dalam tiga kategori yaitu 33% - 54% termasuk kategori rendah, 55% - 77% termasuk kategori sedang, dan 78% - 100% termasuk kategori tinggi.

c. Nilai yang diberikan untuk setiap indikator minimal 1 dan maksimal 3, jika diprosentasekan minimal 33% dan maksimal 100% sehingga rentang nilai yang digunakan antara 33% - 100% yang dibagi menjadi tiga kategori.


(3)

Supi, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN 4 Citangtu Kabupaten Kuningan dengan fokus penelitian peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang dilaksanakan selama satu bulan dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan teknik inkuiri nilai diperlukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang dilakukan oleh guru dan peneliti adalah pertama berdiskusi dengan mitra peneliti (guru kelas) tentang perbaikan dan arah penelitian, langkah-langkah tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, mempelajari model dan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam hal ini adalah teknik inkuiri nilai, menentukan indikator-indikator kemampuan yang akan ditingkatkan dalam hal ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter. Kedua menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dan pendidikan karakter yang cocok untuk pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang akan diintegrasikan pada pembelajaran IPS. Ketiga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat kemampuan pemecahan masalah dengan mengimplementasikan nilai karakter melalui teknik Inkuiri Nilai dalam pembelajaran IPS dengan langkah-langkah: 1) Perumusan masalah, 2) Perumusan Hipotesa/Asumsi (perkiraan jawaban atas masalah yang harus dikaji dan dibuktikan), 3) Menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa, 4) Pengambilan keputusan/kesimpulan, 5) Menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan keputusan, menyusun lembar kerja siswa (LKS), menyusun lembar pengamatan/lembar observasi untuk pedoman observer dalam mengamati kegiatan pembelajaran guru dan siswa, dan menyusun pedoman observasi untuk menilai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.


(4)

Supi, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER SISWA MELALUI TEKNIK INKUIRI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus dengan dua kali tindakan setiap siklusnya, dilaksanakan di dalam kelas dan diluar kelas dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode karyawisata, observasi, diskusi, tanya jawab, presentasi, penugasan dan ceramah. Pembelajaran memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga siswa dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan dapat memberikan alternatif pemecahannya secara kontekstual. Model pembelajaran yang digunakan adalah teknik inkuri nilai dengan langkah–langkah perumusan masalah, perumusan hipotesa/asumsi menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa, pengambilan keputusan/kesimpulan, dan menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan keputusan. Materi yang disajikan tentang kenampakan alam dengan permasalahannya dan sumber daya alam serta pemanfaatannya dengan permasalahannya. Proses pembelajaran dengan teknik inkuiri nilai menekankan proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun antara siswa dengan guru, bahkan anatara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan teknik inkuiri nilai adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

Penggunaan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran IPS dengan materi Kenampakan Alam dan Sumber daya Alam dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Kemampuan pemecahan masalah terlihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi. Aktivitas siswa lebih dominan, guru hanya sebagai fasilitator. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai bukan ditentukan oleh sejumlah mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana


(5)

Supi, 2014

siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka menggunakan potensi yang dimilikinya.

Internalisasi nilai karakter dilakukan melalui tahapan pengetahuan tentang nilai-nilai, Penjiwaan terhadap nilai-nilai dan implementasi nilai dalam perilaku sehari-hari. Nilai karakter harus ditanamkan dan dipelajari sejak dini agar dapat terinternalisasi dalam diri individu. Internalisasi nilai karakter yang nampak pada siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai terlihat dalam perilaku siswa sehari-hari, seperti antusias dalam menyelesaikan tugas (nilai kerja keras), tidak tergantung orang lain dalam menyelesaikan tugas (nilai mandiri), cepat merespon pertanyaan guru (nilai rasa ingin tahu), berperilaku tertib dan disiplin (nilai disiplin), aktif berkomunikasi dengan orang lain (nilai komunikatif), melaksanakan tugas yang diberikan guru (nilai tanggung jawab), melaksanakan piket dan menjaga kebersihan lingkungan (nilai peduli lingkungan).

B. Saran

Guru hendaknya melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran baik melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, media maupun pengelolaan kelas agar menyenangkan bagi siswa dan tidak membosankan. Teknik inkuiri nilai sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, menanamkan nilai dan sikap serta mengembangkan materi pembelajaran yang berbasis masalah. Kemampuan pemecahan masalah hendaknya dikembangkan dalam setiap mata pelajaran untuk memberi bekal kepada siswa dalam menghadapi permasalahan di masa yang akan datang. Penanaman nilai karakter juga hendaknya ditanamkan sejak dini dengan mengintegrasikannya dalam setiap mata pelajaran.

Sekolah hendaknya mendukung dan memfasilitasi guru yang ingin melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran, baik dengan penyediaan sarana pembelajaran yang memadai, pengadaan buku sumber yang lengkap, media


(6)

Supi, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER SISWA MELALUI TEKNIK INKUIRI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran memadai, pelatihan-pelatihan untuk pengembangan kompetensi guru, dan mendukung kegiatan guru yang positif. Hasil penelitian ini dapat digunakan sekolah untuk memotivasi dan guru agar meningkatkan kinerjanya, melakukan inovasi pembelajaran, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Untuk yang akan melakukan penelitian selanjutnya hendaknya memadukan teknik inkuiri ini dengan model dan metode pembelajaran yang lain, misalnya dengan pembelajaran berbasis lingkungan, agar permasalahan yang muncul bersifat kontekstual dan pemecahannya dapat direalisasikan secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan diluar kelas akan menghilangkan kejenuhan pada siswa, dapat mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir kritis. Teknik inkuiri nilai dapat juga digunakan untuk penanaman nilai-nilai karakter lainnya, namun untuk menunjukkan internalisasi nilai karakter membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga penanamannya harus melalui pembiasaan dan pembudayaan.