MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI.

(1)

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Hipotesis Penelitian ... 11

F. Definisi Operasional... 12

BAB II PEMAHAMAN MATEMATIK, PEMECAHAN MASALAH, DAN PEMBELAJARAN INKUIRI ... 13

A. Pemahaman Matematik... 13

B. Pemecahan Masalah Matematik... 15

C. Pembelajaran Inkuiri... 20

D. Penelitian yang Relevan... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Metode dan Desain Penelitian... 26

B. Populasi dan Sampel... 26

C. Pendekatan Penelitian... 27

D. Pengembangan Instrumen Penelitian... 27

E. Prosedur Penelitian... 39

F. Teknik Pengumpulan Data... 40


(2)

A. Hasil Penelitian... 47

B. Pembahasan... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 72

A. Kesimpulan... 72

B. C. Saran... Implikasi... 73 73 DAFTAR PUSTAKA... 74


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tingkat diploma III dan diploma IV merupakan satu bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang berusaha mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui jalur pendidikan vokasi. Program Pendidikan Politeknik yang merupakan jalur Pendidikan Vokasi pada tingkat Perguruan Tinggi membekali lulusannya dengan keterampilan yang didukung dengan pengetahuan dasar teoritis dan sikap disiplin yang tangguh. Pemahaman pengetahuan dasar teoritis diperlukan karena politeknik merupakan pendidikan vokasi yang membekali lulusannya dengan keterampilan yang didukung dengan pengetahuan yang baik untuk menyelesaikan masalah aplikasi. Pengetahuan dasar teoritis ini salah satunya adalah matakuliah matematika, yang diberikan kepada mahasiswa di setiap program studi.

Saat ini terjadi perubahan kurikulum di dunia perguruan tinggi di Indonesia yang semula menitikberatkan pada pemecahan masalah internal perguruan tinggi dengan target penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi (SK Mendiknas No. 056/U/1994), sekarang menekankan pada proses pendidikan yang mengacu pada konteks kebudayaan dan pengembangan manusia secara komprehensif, mendunia/universal dengan targetnya adalah menghasilkan lulusan yang berkebudayaan dan mampu berperan di dunia internasional. Para lulusan


(4)

dari perguruan tinggi harus mampu berperan di dunia internasional, oleh karena itu para lulusan tersebut haruslah dapat menguasai kemampuan yang ditetapkan oleh jurusan atau program studi yang terdapat di perguruan tinggi tersebut.

Demikian pula halnya kurikulum di politeknik sudah terjadi perubahan. Misalkan pada matakuliah Matematika Bisnis, Matematika Terapan, Statistika Bisnis dan Statistika Terapan dimana matakuliah tersebut membekali mahasiswa dengan pengetahuan dasar dan terapan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika pada jurusannya. Dengan demikian matematika pada politeknik merupakan alat bantu (kendaraan) untuk penyelesaian masalah. Oleh karena itu pengetahuan matematika dan pola pikir matematika diperlukan oleh semua mahasiswa politeknik, tetapi sebagai alat bantu seharusnya jangan membuat mahasiswa menjadi sulit dalam mengendarai kendaraannya (mata kuliah jurusan).

Namun pada kenyataannya, hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa politeknik menganggap matematika sebagai mata kuliah yang sulit, sehingga motivasi untuk mengikuti perkuliahan menjadi kurang. Selain itu pemahaman matematik mahasiswa juga lemah. Hal ini bisa disebabkan oleh motivasi mereka yang kurang terhadap perkuliahan matematik karena mata kuliah matematik kurang menarik (khususnya pada kelompok Tata Niaga). Mahasiswa kuliah di kelompok Tata Niaga karena tidak mau bertemu dengan matematik, seperti yang diungkapkan oleh Hamzah (2007) bahwa salah satu hakikat motivasi adalah adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Karena kurangnya


(5)

ketertarikan terhadap mata kuliah ini menyebabkan motivasi mahasiswa juga lemah.

Supaya mahasiswa tidak merasa sulit dalam belajar matematika maka diberikan proses pemahaman sebagai dasar untuk penyelesaian masalah dengan pembelajaran yang berbeda dari biasanya (konvensional), sehingga dalam penelitian ini dicoba alternatif pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Meskipun dasar-dasar matematika yang digunakan di Politeknik sebagian besar telah diberikan di jenjang sebelumnya (SMU) tetapi dari penelitan Nagikondor(2007) dijelaskan bahwa pada kenyataan di lapangan matematika yang diberikan di tingkat perguruan tinggi harus dilakukan pengulangan lagi dalam pemberian materi tersebut meskipun hanya disampaikan sekilas. Di politeknik tidak hanya disampaikan sekilas, bahkan dalam pemberian materinya disampaikan dari awal, tetapi dari pengalaman penulis dalam penyampaian materi dengan cara konvensional ternyata pencapaian nilai (grade) terjadi penurunan, hal ini disebabkan pembelajaran yang diberikan monoton (tidak bervariasi).

Dalam GBPP Matematika SLTP dinyatakan bahwa fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran yaug konsisten dalam proses belajar untuk mencapai suatu tujuan (Depdikbud Republik Indonesia : 1993). Sesuai dengan fungsinya tersebut maka pelajaran matematika mulai diberikan dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah yang secara umum bertujuan : (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis,


(6)

cermat, jujur dan efektif; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Di Politeknikpun fungsi dari matematika sama dengan pada tingkat dasar dan menengah dengan penekanan pada aplikasi di jurusan masing-masing.

Semula kurikulum merupakan kurikulum berbasis isi (KBI), kemudian beralih ke kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dengan adanya peralihan dari kurikulum berbasis isi (KBI) ke kurikulum berbasis kompetensi (KBK) maka matakuliah matematika mempunyai standar kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa sama seperti yang dipunyai siswa SMP dan SMA yaitu pada KTSP dijelaskan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, pemecahan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).


(7)

Terdapat lima kelompok matakuliah pada kurikulum politeknik diantaranya adalah MPK (Matakuliah Pengembangan dan Kepribadian), MKK (Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan), MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya), MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya) dan MBB (Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat). Pada MKK terdapat matakuliah Matematika Terapan dengan kompetensi bahwa mahasiswa harus mampu memahami dan membangun konsep dasar berpikir logis dan sistematis. Kemampuan memahami dan membangun konsep dasar pada matematika ini diharapkan bahwa matematika dapat memecahkan masalah atau dikatakan sebagai alat untuk pemecahan permasalahan di jurusan yang berhubungan dengan matematika.

Matematika Terapan yang merupakan matakuliah dasar sebagai penunjang matakuliah kuliah lainnya mempunyai peranan penting karena sebagian besar masalah dalam aplikasi pada berbagai bidang dipecahkan dengan matematik. Tetapi kenyataan di lapangan mahasiswa mendapat kesulitan untuk menerapkan matematik pemecahan permasalahan. Hasil diagnosis penulis tentang penyebab kurangnya kemampuan pemahaman matematik dan pemecahan masalah mahasiswa adalah kurang menariknya model pembelajaran yang digunakan oleh dosen, karena selama ini yang terjadi di lapangan dosen memberikan ceramah dan mahasiswa aktif mencatat, meskipun diselingi dengan diskusi tetapi tidak semua mahasiswa aktif melakukan diskusi. Kemungkinan ini terjadi karena kurangnya pemahaman konsep sehingga kemampuan pemecahan masalah sangatlah kurang.


(8)

Seperti yang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006) dikatakan matematika sebagai ilmu pengetahuan murni dirasakan sulit dan cukup memusingkan untuk beberapa siswa terutama pada penerapannya. Penerapan yang dimaksud di sini adalah soal-soal dalam bentuk cerita. Di Politeknikpun keadaan seperti ini terjadi juga. Hal ini dikarenakan mahasiswa masih bingung dalam hal penggunaan rumus yang harus dipakai. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika dalam proses pembelajaran, para mahasiswa memperoleh pemahaman konsep matematik yang baik. Contohnya dalam matematika keuangan dipelajari bunga dan pemecahan dari persoalan bunga tersebut berlandaskan pada deret baik deret geometri ataupun deret aritmetika. Konsep-konsep matematika ini perlu ditanamkan pada mahasiswa supaya mahasiswa bisa menjadikan dirinya sebagai mahasiswa yang terampil dalam pemecahan permasalahan pada jurusan yang dia tekuni sehingga kesulitan yang ditemukan dapat diatasi.

Seperti yang ditemukan oleh Gunawan (2006) dari hasil studi awal yang dilakukannya, dikatakan bahwa proses kegiatan belajar mengajar secara umum dilakukan dengan metoda ceramah dan terpusat pada guru. Guru masih mendominasi proses kegiatan belajar di kelas, siswa sebagian besar hanya mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis dan disampaikan guru. Meskipun demikian siswa tetap diberi kesempatan untuk berdiskusi, tetapi hanya seperlunya saja, dengan demikian tidak semua siswa dapat berperan aktif.

Menurut Sumarmo (1987), supaya siswa dapat memahami dan untuk dapat menganalisis serta menarik kesimpulan pada pelajaran matematika, siswa harus


(9)

memahami dua hal pokok tentang matematika. Hal pertama siswa harus memahami konsep, prinsip, hukum, aturan dan kesimpulan yang diperoleh. Hal berikutnya, siswa harus memahami cara memperoleh semua itu.

Untuk mengantisipasi masalah mengenai kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik mahasiswa tersebut, maka perlu dicarikan suatu formula pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematik dan pemecahan masalah matematik mahasiswa. Para dosen disarankan hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai cara yang bervariasi agar mahasiswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika, salah satunya melalui pembelajaran inkuiri.

Proses pemahaman tentang cara memperoleh konsep, prinsip, hukum, aturan dan kesimpulan diharapkan akan tetap diingat siswa jika cara memperolehnya diduga menggunakan inkuiri, karena inkuiri menurut (Sanjaya, 2006) merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dengan mencari dan menemukan sendiri suatu masalah untuk pemahaman konsep diharapkan mahasiswa akan selalu ingat pada konsep tersebut sehingga matakuliah matematika khususnya matematika bisnis akan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan teori makna (meaning theory) yang dikemukakan Ausubel bahwa kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah


(10)

dipahami dan tertanam pada long term memory peserta didik sehingga lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.

Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa ditemukan bahwa para mahasiswa Politeknik pada semester 1 secara umum tidak mengetahui kegunaan matematika, tetapi setelah diberi pengarahan barulah mereka mengetahuinya, bahwa matematika tidak langsung digunakan pada kehidupan sehari-hari tetapi logik berpikirlah yang digunakan bukan hanya materi semata. Hal ini diungkapkan juga oleh para alumni politeknik bahwa matematika tidak langsung digunakan hanya pola berpikir dan logika matematika bagi mahasiswa yang mendapat kuliah matematika bisa mengembangkan diri dalam pekerjaan yang ditekuninya sedangkan bagi pekerja yang langsung dari SMA mereka tidak dapat berkembang, mereka bekerja hanya sebagai robot saja. Dengan demikian matematika sangatlah berguna bagi para mahasiswa bila mahasiswa tersebut dapat mengembangkan diri dengan berlatih supaya keterampilan pemecahan masalah dalam dirinya dapat berkembang, serta pemahaman konsep matematikanya harus benar-benar dipahami untuk menunjang kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Ruseffendi (1991) kegunaan matematika itu besar, baik sebagai ilmu pengetahuan, sebagai alat, maupun sebagai pembentuk sikap yang diharapkan. Matematika itu memegang peranan penting dalam pendidikan masyarakat baik sebagai objek langsung (fakta, keterampilan, konsep, prinsip) maupun objek tak langsuug (bersikap kritis, logis, tekun, mampu pemecahan masalah, dan lain-lain).


(11)

Dengan melihat kegunaan matematika dan beberapa latar belakang di atas menggunakan inkuiri yang merupakan kendaraan untuk mencapai tujuan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah diduga dapat tercapai. Hal ini dikarenakan inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang membuat mahasiswa menemukan dan mencari konsep sendiri sehingga pemahaman konsepnya tertanam dengan baik dan akan terus teringat karena tahapan penemuannya dialami mahasiswa.

Berdasarkan pemikiran di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Mahasiswa Melalui Pembelajaran Inkuiri”. Dalam penelitian ini pembelajaran ditekankan pada aktivitas mahasiswa baik secara individu maupun kelompok, dimana dosen berperan sebagai fasilitator. Dosen membantu mahasiswa melalui bimbingan untuk mencapai pemahaman konsep dimana pemahaman konsep merupakan dasar penguasaan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah peningkatan pemahaman dan pemecahan masalah pada mahasiswa yang diberi pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional?”

Dari rumusan masalah di atas maka secara operasional permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan seperti di bawah ini.


(12)

1. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematik mahasiswa ditinjau berdasarkan pembelajaran inkuiri dan konvensional? 2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

mahasiswa ditinjau berdasarkan pembelajaran inkuiri dan konvensional? 3. Bagaimana asosiasi antara kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah

matematik mahasiswa?

4. Bagaimana pendapat mahasiswa tentang pembelajaran matematik ditinjau secara keseluruhan dan berdasarkan pembelajaran inkuiri?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematik pada mahasiswa berdasarkan pembelajaran inkuiri dan konvensional;

2. Menganalisis kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik pada mahasiswa berdasarkan pembelajaran inkuiri dan konvensional;

3. Untuk mengetahui asosiasi antara kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah mahasiswa;

4. Untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap implementasi pembelajaran dengan inkuiri.


(13)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Memberikan masukan kepada dosen, khususnya dosen matematika pada politeknik yang menjadi tempat penelitian bahwa pembelajaran inkuiri dapat menjadi pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. 2. Memberikan informasi kepada dosen matematika serta institusi yang terkait tentang bagaimana pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan pemecahan masalah (problem solving) mahasiswa. E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka hipotesis pada penelitian ini adalah 1. Kemampuan pemahaman matematik mahasiswa yang mendapat pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada mahasiswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematik mahasiswa yang mendapat pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat asosiasi antara kemampuan pemahaman matematik dengan kemampuan pemecahan masalah matematik.


(14)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini meliputi:

1. Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang memuat rangkaian kegiatan ilmiah ketika mahasiswa dihadapkan pada masalah, yang meliputi mengamati, bertanya, membuat hipotesis, menguji hipotesis, menarik kesimpulan.

2. Pemahaman matematik adalah kemampuan mengaplikasikan konsep, hukum, rumus, dalil dan teorema matematika, mengaplikasikan operasi hitung dan operasi aljabar dalam masalah matematika dan masalah kehidupan sehari-hari, memformulasikan atau mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol matematika.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan yang meliputi kemampuan memahami masalah, membuat rencana pemecahan, menjalankan rencana, dan memeriksa kebenaran hasil.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Diagram desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

O X O O O Keterangan :

X = Proses belajar mengajar dengan pembelajaran inkuiri.

O = Pretes dan Postes pemahaman dan pemecahan masalah matematik. B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di satu Politeknik Negeri di Kota Bandung. Sedangkan mahasiswa yang menjadi sampel adalah mahasiswa semester I pada bidang Tata Niaga. Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling, sebanyak dua kelas dari 12 kelas yang ada pada bidang Tata Niaga di Politeknik Negeri tersebut. Pengambilan mahasiswa semester I karena Matematika Bisnis hanya terdapat pada semester 1 dan disesuaikan dengan materi pembelajaran.


(16)

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Hal ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar antara kelas eksperimen apakah lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Pendekatan kuantitatif ini berguna untuk menemukan data hasil belajar mahasiswa yang berbentuk angka yaitu dari hasil pretes dan postes mahasiswa. Sedangkan untuk melihat pendapat mahasiswa terhadap hasil belajar matematika keuangan dengan menggunakan inkuiri berdasarkan hasil observasi, angket.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian.

Topik pada penelitian yang akan diberikan adalah topik deret yang terdiri dari deret aritmetika dan deret geometri, bunga tunggal, bunga majemuk dan anuitas yang merupakan pokok bahasan dalam matematika bisnis.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes dan non-tes. Tes terdiri dari tes pemahaman matematik dan tes pemecahan masalah matematik yang terkait dengan bahan ajar Matematika Bisnis. Sedangkan untuk non-tes terdiri dari skala pendapat mahasiswa.

D.1. Tes Pemahaman dan Pemecahan masalah Matematik

Tes pemahaman dan pemecahan masalah matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk uraian. Tes disusun berdasarkan pokok bahasan yang dipelajari pada matakuliah Matematika Bisnis dengan tahap-tahap sebagai berikut : pertama pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup pokok bahasan, kemampuan yang diukur (indikator), serta jumlah butir soal. Kemudian


(17)

dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Tes pemahaman matematika digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep, hukum, rumus, dalil dan teorema matematika, memahami operasi hitung dan operasi aljabar, memformulasikan atau mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol matematika. Adapun tes pemecahan masalah matematika dikembangkan berdasarkan langkah-langkah Polya. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami masalah, membuat rencana pemecahan, menjalankan rencana, dan memeriksa kebenaran hasil. Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu diujicobakan dan divalidasi mengenai isi dan konstruksinya.

Bahan dan materi pelajaran yang disampaikan dalam penelitian adalah mengenai deret aritmetika dan deret geometri, bunga tunggal, bunga majemuk dan anuitas, materi ini disajikan pada kelas 1 semester ganjil yang menggunakan kurikulum Politeknik. Jadi penyusunan soal tes juga mengacu pada materi yang digunakan saat penelitian yaitu materi program studi Keuangan Perbankan kelas 1 pada semester ganjil dengan menggunakan kurikulum Politeknik. Kriteria pemberian skor dalam penelitian ini adalah dari 0 – 4. Adapun rubrik skoring yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut, soal dan jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.


(18)

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Pemahaman Matematik

Respon siswa terhadap soal Skor 1. Mengaplikasikan konsep, hukum, rumus, dalil dan teorema

matematika

Tidak dapat mengaplikasikan konsep, hukum, rumus, dalil dan teorema matematika.

Dapat mengaplikasikan konsep, hukum, rumus, dalil dan teorema matematika

0

1

2. Mengaplikasikan operasi hitung dan operasi aljabar dalam masalah matematika

Tidak dapat mengaplikasikan operasi hitung dan operasi aljabar dalam masalah matematika

Dapat mengaplikasikan operasi hitung dan operasi aljabar dalam masalah matematika tapi salah dalam perhitungan. Dapat mengaplikasikan operasi hitung dan operasi aljabar dalam masalah matematika dan benar dalam perhitungan.

0

1

2

3. Memformulasikan atau mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol matematika

Tidak dapat memformulasikan

Dapat memformulasikan atau mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol matematika tapi tidak terselesaikan

Dapat memformulasikan atau mengubah pernyataan ke dalam bentuk simbol matematika dan terselesaikan.

0 1

2

Sumber: Diadaptasi dari pemberian skor oleh Cai, Lane, dan Jacosin melalui Holistic Scoring Rubrics (Nanang, 2009: 97)


(19)

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Pemecahan Masalah matematik

Respon siswa terhadap soal Skor

1. Memahami Masalah

Salah menginterprestasikan/ salah sama sekali

Salah menafsirkan masalah, mengabaikan kondisi soal Memahami masalah soal selengkapnya

0 1 2 2. Membuat dan menjalankan rencana pemecahan

Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan

Membuat dan menjalankan rencana pemecahan masalah soal yang tidak dilaksanakan

Membuat dan menjalankan rencana yang benar, tapi salah dalam hasil/ tidak ada hasil

Membuat dan menjalankan rencana yang benar, tetapi belum lengkap

Membuat dan menjalankan rencana sesuai dengan prosedur dan memperoleh jawaban yang benar

0 1

2

3 4

3. Melakukan perhitungan

Tidak ada jawaban atau jawaban salah

Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin jawaban benar, tetapi salah perhitungan

Melaksanakan proses yang benar dan mendapatkan hasil benar

0

1

2 4. Memeriksa kembali hasil

Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas

Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses

0 1 2 Sumber: Diadaptasi dari pemberian skor pemecahan masalah model studi


(20)

Untuk memperoleh soal yang baik, maka soal-soal tersebut diujicobakan agar diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Uji coba instrumen dilakukan di tingkat 2 mahasiswa program studi Keuangan Perbankan yang telah mendapat matakuliah Matematika Bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan uji coba soal adalah sebagai berikut:

1) Soal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan didiskusikan dengan teman-teman pendidikan matematika SPS UPI untuk melihat validitas isi dan validitas konstruk berkenaan dengan ketepatan alat ukur dengan materi yang akan diuji; kesesuaian antara indikator dan butir soal;kejelasan bahasa dalam soal.

2) Kemudian untuk melihat validitas empirik, dalam hal ini validitas banding tiap butir soal menggunakan korelasi produk momen dengan angka kasar (Suherman dan Kusumah, 1990: 154).

= ∑ − ∑ ∑

∑ − ∑ . ∑ − ∑

Keterangan :

= koefisien validitas = banyak subjek

= Skor tiap butir soal = Skor total

Kemudian untuk menentukan kriteria derajat validitas menurut Suherman dan Kusumah (1990: 147) tersaji pada Tabel 3.3.


(21)

Klasifikasi Koefisien Validitas

Nilai rxy Interpretasi

0,90 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,70 < rxy ≤ 0,90 Validitas tinggi (baik)

0,40 < rxy ≤ 0,70 Validitas sedang (cukup)

0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

rxy ≤ 0,00 Tidak valid

3) Reliabilitas instrumen adalah suatu kondisi konsisten terhadap hasil yang diberikan oleh suatu alat ukur, walaupun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda (Suherman dan Kusumah, 1990: 167). Dengan rumus formula Alpha Cronbach (Suherman dan Kusumah, 1990: 194) sebagai berikut:

= − 1 1 − Keterangan :

= koefisien reliabilitas = banyak butir soal

= jumlah variansi skor tiap item = variansi skor total

Kemudian untuk menginterpretasikan reliabilitas instrumen menggunakan kriteria yang dibuat Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990) tersaji pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4


(22)

Nilai r11 Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11 ≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang

0,60 < r11 ≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

4) Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal tes, langkah pertama yang dilakukan adalah mengurutkan perolehan skor seluruh siswa dari yang skor tertinggi sampai skor terrendah, langkah kedua mengambil 27% siswa yang skornya tinggi dan 27% siswa yang skor rendah selanjutnya disebut kelompok atas dan kelompok bawah. Kemudian menggunakan rumus sebagai berikut

DP =

Maks n

S SA B

2 1

(Jihad dan Haris,2008)

Keterangan :

DP = Daya pembeda

SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah.

SB = Jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir soal yang diolah.

Maks = skor maksimal soal yang bersangkutan. n = Jumlah siswa dari kelompok atas

Untuk menginterpretasikan daya pembeda menurut (Suherman dan Kusumah, 1990) menggunakan kriteria yang tersaji pada Tabel 3.5

Tabel 3.5


(23)

Nilai DP Interpretasi

≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < ≤ 0,20 Jelek

0,20 < ≤ 0,40 Cukup

0,40 < ≤ 0,70 Baik

0,70 < ≤ 1,00 Sangat Baik

5) Untuk menganalisis tingkat kesukaran soal kemampuan pemahaman dan soal pemecahan masalah matematika matematika, digunakan rumus sebagai berikut:

IK=

maks n

S SA B

. +

(Jihad dan Haris,2008)

Keterangan :

IK = Indeks kesukaran

SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah.

SB = Jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir soal yang diolah.

Maks = skor maksimal soal yang bersangkutan. n = Jumlah siswa dari kelompok atas

Kemudian menurut Suherman dan Kusumah (1990) mengklasifikasi indeks kesukaran tersaji pada Tabel 3.6

Tabel 3.6


(24)

Nilai IK Interpretasi Soal IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah 6) Rekapitulasi hasil uji coba instrumen

Kesimpulan dari semua perhitungan mengenai validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran butir soal pemahanan matematika tersaji pada Tabel 3.7 dan sedangkan kesimpulan dari semua perhitungan mengenai validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran butir soal pemecahan masalah matematik tersaji pada Tabel 3.8

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Uji coba Soal Pemahaman Matematika

No Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran Soal

Yang dipilih Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,581 Sedang 0,56 Baik 0,66 Sedang √

2 0,88 Sedang 0,42 Baik 0,79 Mudah √

3 0,852 Tinggi 0,29 Cukup 0,77 Mudah √

4 0,997 Tinggi 0,53 Baik 0,26 Sukar √

Nilai reliabilitasnya adalah 0,442 dengan interpretasi sedang.

Tabel 3.8


(25)

No Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran Soal

Yang dipilih Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,652 Sedang 0,66 Baik 0,55 Sedang √

2 0,783 Tinggi 0,39 Cukup 0,26 Sukar √

3 0,667 Sedang 0,75 Sangat Baik 0,63 Sedang √

4 0,760 Tinggi 0,46 Baik 0,27 Sukar √

Nilai reliabilitasnya adalah 0,664 dengan interpretasi tinggi. D.2. Skala Pendapat Mahasiswa

Skala pendapat mahasiswa dikembangkan untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Tujuan pemberian skala pendapat ini adalah untuk mengungkap apakah karakteristik pembelajaran inkuiri yang dieksperimenkan terimplementasikan secara nyata dalam pembelajaran. Dalam skala pendapat ini mahasiswa dihadapkan pada sejumlah pernyataan yang harus dijawab dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju (STS). Pernyataan-pernyataan ini berisikan kesenangan terhadap pembelajarn inkuiri, manfaat pembelajarn inkuiri.

Dalam pemberian skor menurut Suherman (2003) untuk setiap pernyataan adalah 1 (STS), 2 (TS), 4 (S), 5 (SS), untuk pernyataan favorable (pernyataan positif), dan sebaliknya diberikan skor 1 (SS), 2 (S), 4 (TS), 5 (STS), untuk pernyataan unfavorable (pernyataan negatif). Empat option pilihan ini berguna untuk menghindari pendapat ragu-ragu atau rasa aman untuk tidak memihak pada suatu pernyataan yang diajukan. Pernyataan dalam skala pendapat ini terdiri dari pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Hal ini dimaksudkan,


(26)

supaya siswa yang menjawab tidak asal-asalan karena suatu kondisi pernyataan yang monoton. Membuat siswa lebih cenderung malas berpikir, adanya pernyataan positif dan juga negatif menuntut siswa harus membaca dengan lebih teliti atas pernyataan yang diajukan. Sehingga hasil yang diperoleh dari pengisian siswa terhadap skala pendapat diharapkan lebih akurat.

Untuk menganalisa respon mahasiswa pada angket digunakan dua jenis skor respon yang dibandingkan yaitu, skor respon mahasiswa yang diberikan melalui angket dan skor respon netral. Jika skor subjek lebih besar daripada jumlah skor netral, maka subyek tersebut mempunyai pendapat positif. Sebaliknya jika skor subjek kurang dari jumlah skor netral maka subjek tersebut memiliki pendapat negatif. Instrumen skala pendapat dalam penelitian ini diberikan kepada mahasiswa kelompok eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes. Skala pendapat pada penelitian ini terdiri dari 25 butir pernyataan.

Langkah pertama dalam menyusun skala pendapat mahasiswa adalah membuat kisi-kisi. Kemudian validitas isi diestimasi melalui kesesuaian kisi-kisi skala pendapat dengan butir skala. Selanjutnya untuk pemberian skor skala pendapat dalam penelitian ini ditentukan secara aposteriori (Fitriani, 2009), yaitu skala dihitung berdasarkan distribusi jawaban responden. Langkah-langkah pemberian skor setiap butir skala pendapat adalah sebagai berikut :

a. Menghitung banyaknya jawaban responden untuk setiap pilihan jawaban. b. Menghitung persentase jawaban kumulatif.


(27)

d. Menghitung nilai z + (z) untuk setiap pilihan jawaban, dengan (z) adalah negatif dari nilai z paling rendah.

e. Membulatkan nilai z + (z).

f. Menambahkan nilai 1 pada setiap pilihan jawaban, sehingga diperoleh nilai SS, S, TS dan STS yang lebih dari atau sama dengan 1.


(28)

Secara garis besar langkah-langkah pelaksanaan penelitian terlihat pada alur penelitian

Diagram 3.1 Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan

data Analisis data

Laporan dan Kesimpulan Kelas kontrol

Identifikasi masalah Studi pendahuluan

Kelas Eksperimen

Postes

Penyusunan modul, penyusunan instrumen, validasi, uji coba instrumen

& perbaikan instrumen

Penentuan sampel & pretes

Belajar matematika dengan Inkuiri Belajar matematika

tanpa Inkuiri

Observasi dan skala sikap


(29)

Agar data yang terkumpul dapat menjawab rumusan masalah penelitian dan layak untuk menguji hipotesis penelitian, maka prosedur pengumpulan data mencakup:

1. Menentukan sampel penelitian dari mahasiswa semester I di salah satu politeknik yang ada di Bandung sehingga terpilih dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Memberikan tes awal kepada dua kelompok yang terpilih sebagai sampel penelitian. Tes yang diberikan berupa tes pada pokok bahasan deret, bunga tunggal, bunga majemuk dan anuitas.

3. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan inkuiri pada kelompok eksperimen dan konvensional pada kelompok kontrol.

4. Mengadakan tes akhir dengan menggunakan perangkat tes yang sama dengan tes awal.

5. Mendeskripsikan data penelitian untuk pengujian hipotesis.

6. Melakukan pembahasan berdasarkan hasil hipotesis dan kajian teoritis.

7. Menyiapkan kesimpulan penelitian, penyusunan draft dan laporan akhir penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi awal, uji coba soal tes, tes awal, obsevasi saat proses belajar mengajar, tes akhir, kuisioner pada mahasiswa. Berdasarkan berbagai kegiatan pengambilan data, diperoleh jenis data seperti tercantum pada Tabel 3.9


(30)

Tabel 3.9 Jenis-jenis data penelitian

No Kegiatan Data yang diperoleh Sumber Waktu Pengumpulan 1. Uji coba Hasil analisis butir soal Mahasiswa

semester 3

Sebelum proses belajar mengajar

2. Pretes dan postes

Pemahaman dan

Keterampilan

Pemecahan masalah

Mahasiswa semester 1

Sebelum dan sesudah

pelaksanaan proses

belajar mengajar 3. Observasi

pembelajaran

Nilai pendapat aktivitas dosen dan mahasiswa

Dosen dan

mahasiswa semester 1

Selama proses belajar mengajar

4. Kuisioner Tanggapan mahasiswa

terhadap model

pembelajaran

Mahasiswa semester 1

Sesudah pelaksanaan proses belajar mengajar

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis perbedaan dengan menggunakan rumus uji-t. Untuk menguji hipotesis pertama, dilakukan analisis menggunakan rumus statistik untuk menguji kesamaan dua rata-rata. Sebelumnya harus ditentukan dahulu rata-rata skor dan simpangan bakunya. Untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Data yang diperoleh secara lebih jelas dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik mahasiswa. Skor yang diperoleh dari hasil tes mahasiswa sebelum dan setelah belajar Matematika Keuangan dengan menggunakan inkuiri dianalisa dengan cara membandingkan dengan skor mahasiswa yang diperoleh dari hasil tes mahasiswa sebelum dan setelah belajar Matematika Keuangan dengan menggunakan cara belajar konvensional. Besarnya


(31)

peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang dikembangkan oleh Meltzer (2002) sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g) =

pretes skor ideal skor

pretes skor postes skor

− −

Kategori gain ternormalisasi (g) menurut Meltzer (2002) adalah : g〈0,3 ; rendah

0,3 ≤ g 〈0,7 ; sedang 0,7 ≤ g ; tinggi

2. Hasil tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik mahasiswa dilakukan secara kuantitatif. Seluruh uji statistik yang dilakukan menggunakan program SPSS 15.0 dengan rincian sebagai berikut:

- Menguji normalitas data dengan menggunakan Kolmogrof-Smirnov dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α, maka sebaran berdistribusi normal. Kemudian jika data berdistribusi normal maka untuk menguji homogenitas varians menggunakan uji Levence dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α, sehingga disimpulkan data berasal dari populasi yang varians sama.

- Menguji homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama ataukah berbeda. Uji statistiknya menggunakan uji-F dengan rumus:


(32)

2 2 2 1 s s

F = (Sudjana, 1996)

Kriteria pengujian:

Jika Fhitung < Ftabel maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sedangkan jika

Fhitung >Ftabel maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan dk pembilang = (n1

– 1) dan dk penyebut = (n2–1) dengan taraf nyata α= 0,05

3. Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji adalah: 2

1 0 :µ =µ

H Berarti rata-rata hasil belajar Matematika Keuangan mahasiswa dengan menggunakan inkuiri sama dengan rata-rata hasil Matematika Keuangan mahasiswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2 1 :µ >µ

a

H Berarti rata-rata hasil belajar Matematika Keuangan mahasiswa dengan menggunakan inkuiri lebih baik dari rata-rata hasil Matematika Keuangan mahasiswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Untuk menguji hipotesis tersebut menggunakan uji pihak kanan. Karena besar σ1 danσ2 tidak diketahui, dalam penelitian ini diasumsikan σ12 =σ . Maka digunakan rumus uji t yaitu:

2 2 2 1 1 1 n n S X X thitung − −

= dengan :

(

)

(

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n S n S n S


(33)

Dimana : X1 = Skor rata-rata mahasiswa yang belajar Matematika Keuangan dengan menggunakan inkuiri.

2

X = Skor rata-rata mahasiswa yang belajar Matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

n1 = Jumlah mahasiswa yang belajar Matematika dengan

menggunakan inkuiri.

n2 = Jumlah mahasiswa yang belajar Matematika dengan

menggunakan pembelajaran konvensional.

S1 = Varians dari kelompok eksperimen yang belajar

Matematika dengan menggunakan inkuiri.

S2 = Varians kelompok kontrol yang belajar Matematika dengan

menggunakan pembelajaran konvensional. Kriteria pengujian:

Terima H0 jika thitung <t1−αdimana dk = (n1+ n2 - 2). Dalam hal ini H0 ditolak jika

t

hitung mempunyai harga-harga yang lain.

Namun jika setelah dilakukan tes hasil yang didapat bahwa variansi tidak homogen maka rumus uji t yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

"# = $̅ − $̅

& ' + '


(34)

−) " + ) ") + ) < "# <) " + ) "

) + )

Dengan: ) = ' ; ) = '

" = "+ , ' -., /0, dan " = "+ , ' -., /1, Sudjana (1996)

Tetapi bila datanya tidak berdistribusi normal maka uji yang dilakukan adalah uji Mann Whitney (Ruseffendi, 1993).

4. Untuk mengetahui asosiasi kemampuan pemahaman dengan kemampuan pemecahan masalah matematik, menggunakan koefisien kontingensi. Nilai postes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik terlebih dahulu dikategorikan: Baik, Sedang, dan Rendah. Dengan kriteria sebagai berikut:

Baik : x > 75% dari skor ideal

Sedang : 60% dari skor ideal < $ ≤ 75% dari skor ideal Rendah : $ ≤ 60% dari skor ideal

H. Data Hasil Non Tes

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui aktivitas mahasiswa dan dosen selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan data hasil skala pendapat mahasiswa dianalisis untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap Matematika Keuangan dengan pembelajaran inkuiri yang telah dilakukan, soal-soal pemahaman dan pemecahan masalah matematik. Kemudian dianalisis dengan metode Subino (1997), yang menentukan kriteria skor dari jawaban, dan skor ini merupakan skor proporsional kumulatif dari frekuensi jawaban yang didapat dari


(35)

sampel, kemudian ditransformasi ke skor z. Setelah skor dari jawaban didapat, dilakukan validasi pernyataan, dengan metode uji-t satu arah dengan rumus :

" = ̅2, ̅3

&∑ 425462 17∑ 435463 18 850

Keterangan

$̅9 = rata-rata kelompok atas

$̅:= rata-rata kelompok bawah

n = banyaknya siswa

Apabila ";<=>?@ > "=BCDE , maka butir skala pendapat mahasiswa dinyatakan valid dan dapat digunakan. Untuk mengetahui apakah siswa berpendapat positif atau tidak, dilakukan perhitungan skor mahasiswa dan perhitungan skor netral, yaitu rerata skor dari tiap pernyataan. Apabila skor mahasiswa lebih besar dari skor netral, maka dapat dikatakan mahasiswa berpendapat positif terhadap perkuliahan matematika dengan pembelajaran inkuiri.


(36)

BAB V

Kesimpulan, Saran dan Implikasi

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematik mahasiswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Peningkatan pada kelas inkuiri tergolong tinggi dengan kwalitas postes tinggi sedangkan kelas konvensional peningkatannya adalah sedang dengan kualitas postes kurang.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik mahasiswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Peningkatan pada kelas inkuiri tergolong sedang dengan kwalitas postes tinggi, sedangkan peningkatan pada kelas konvensional tergolong rendah dengan kualitas postes rendah.

3. Terdapat asosiasi antara kemampuan pemahaman matematik dengan pemecahan masalah matematik mahasiswa.

4. Mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap matakuliah matematika bisnis dengan pembelajaran inkuiri.


(37)

B. Temuan dan Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Perkuliahan matematika bisnis pada topik-topik matematika yang esensial disarankan menggunakan pembelajaran inkuiri, sehingga konsep dari topik-topik ini dapat lebih dipahami secara mendalam.

2. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, dikarenakan pelaksanaan pembelajaran inkuiri memakan waktu lebih lama dari pembelajaran konvensional sehingga disarankan pembelajaran inkuiri digunakan pada topik-topik matematika yang esensial, sehingga konsep topik-topik ini dapat lebih dipahami secara mendalam.

3. Para peneliti selanjutnya kiranya dapat menerapkan pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan yang lain serta mengembangkan aspek kemampuan yang lain seperti penalaran, kemampuan komunikasi dan kemampuan koneksi matematik.

C. Implikasi

Kesimpulan yang telah dikemukakan pada sub bab A, memberikan implikasi bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri layak digunakan oleh dosen matematika di Politeknik khususnya sebagai alternatif untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah matematik mahasiswa.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. Kurikulum SMP/MTs 2006. [Online].

http://www.puskur.net/produkpuskur/kurikulum/Matematika.pdf. [20

Mei 2008]

Dewi, S. (2006). Pemahaman Konsep Volume Bola dengan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Kontekstual pada Siswa Kls III SMP. [Online]. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1, nomor 2, Maret 2006. Tersedia: http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/04-setya-dewi.pdf

Esler, W. K. et.al. (1993). Teaching Elementary Science. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.

Fatah, A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Fitriani, A. D. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Model Pembelajaran Means-Ends Analysis. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Gunawan, G. (2006). Penerapan Pengajaran Modul untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Hafriani. (2004). Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Mahasiswa melalui Problem-Centered Learning. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Hamzah, H. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Jawahir, A. (2004). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika dengan Bantuan Tutor Sebaya di SMU Negeri. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Jihad, A dan Haris, A. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Jogjakarta. Multi Pressindo.


(39)

Kondor, N. (2006), Special characteristics of engineer students’ knowledge of functions, University of Debrecen, Hungary

Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Posible “Hidden Variable” in Diagnostics Pre Test Scores. Vol. 70. Page 1259-1268. Physics Education

Research Group [Online] Tersedia

http://www.physics.iastate.edu./per/articles/index.html [3 Desember 2008] Nanang. (2009). Studi Perbandingan Kombinasi Pembelajaran Kontekstual dan

Metakognitif terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Disertasi PPS UPI. Tidak diterbitkan.

NCTM (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Virginia. The National Council of Teacher of Mathematics, inc.

Nindiasari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematik Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Siswa. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Rahayu, P. (2006). Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Pernada Media

Setiawati, E. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Melalui Teknik SQ4R dan Peta Konsep Siswa Madrasah Aliyah. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Sondari, T. (2003). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahanan Masalah Matematika Siswa SLTP melalui pembelajaran Berbasis Masalah . Skripsi FMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Subino. (1997). Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(40)

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya.

Suherman, E dan Kusumah, Y.S. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar, Disertasi PPS UPI. Tidak diterbitkan. Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian pada Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA IKIP Bandung.

Trianto (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Yuniarti, Y. (2007). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuri. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.


(1)

sampel, kemudian ditransformasi ke skor z. Setelah skor dari jawaban didapat,

dilakukan validasi pernyataan, dengan metode uji-t satu arah dengan rumus :

" = ̅2, ̅3 &∑ 425462 17∑ 435463 18 850

Keterangan

$̅9 = rata-rata kelompok atas

$̅:= rata-rata kelompok bawah

n = banyaknya siswa

Apabila ";<=>?@ > "=BCDE , maka butir skala pendapat mahasiswa dinyatakan valid dan dapat digunakan. Untuk mengetahui apakah siswa berpendapat positif

atau tidak, dilakukan perhitungan skor mahasiswa dan perhitungan skor netral,

yaitu rerata skor dari tiap pernyataan. Apabila skor mahasiswa lebih besar dari

skor netral, maka dapat dikatakan mahasiswa berpendapat positif terhadap


(2)

72 BAB V

Kesimpulan, Saran dan Implikasi

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematik mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada pembelajaran

konvensional. Peningkatan pada kelas inkuiri tergolong tinggi dengan

kwalitas postes tinggi sedangkan kelas konvensional peningkatannya adalah

sedang dengan kualitas postes kurang.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada model pembelajaran

konvensional. Peningkatan pada kelas inkuiri tergolong sedang dengan

kwalitas postes tinggi, sedangkan peningkatan pada kelas konvensional

tergolong rendah dengan kualitas postes rendah.

3. Terdapat asosiasi antara kemampuan pemahaman matematik dengan

pemecahan masalah matematik mahasiswa.

4. Mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap matakuliah matematika


(3)

73

B. Temuan dan Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Perkuliahan matematika bisnis pada topik-topik matematika yang esensial

disarankan menggunakan pembelajaran inkuiri, sehingga konsep dari

topik-topik ini dapat lebih dipahami secara mendalam.

2. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, dikarenakan pelaksanaan

pembelajaran inkuiri memakan waktu lebih lama dari pembelajaran

konvensional sehingga disarankan pembelajaran inkuiri digunakan pada

topik-topik matematika yang esensial, sehingga konsep topik-topik ini dapat

lebih dipahami secara mendalam.

3. Para peneliti selanjutnya kiranya dapat menerapkan pembelajaran inkuiri

pada pokok bahasan yang lain serta mengembangkan aspek kemampuan yang

lain seperti penalaran, kemampuan komunikasi dan kemampuan koneksi

matematik.

C. Implikasi

Kesimpulan yang telah dikemukakan pada sub bab A, memberikan implikasi

bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri layak digunakan oleh dosen

matematika di Politeknik khususnya sebagai alternatif untuk mengembangkan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. Kurikulum SMP/MTs 2006. [Online]. http://www.puskur.net/produkpuskur/kurikulum/Matematika.pdf. [20 Mei 2008]

Dewi, S. (2006). Pemahaman Konsep Volume Bola dengan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Kontekstual pada Siswa Kls III SMP. [Online]. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1, nomor 2, Maret 2006. Tersedia: http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/04-setya-dewi.pdf

Esler, W. K. et.al. (1993). Teaching Elementary Science. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.

Fatah, A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Fitriani, A. D. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Model Pembelajaran Means-Ends Analysis. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Gunawan, G. (2006). Penerapan Pengajaran Modul untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Hafriani. (2004). Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Mahasiswa melalui Problem-Centered Learning. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Hamzah, H. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Jawahir, A. (2004). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika dengan Bantuan Tutor Sebaya di SMU Negeri. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Jihad, A dan Haris, A. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Jogjakarta. Multi Pressindo.


(5)

Kondor, N. (2006), Special characteristics of engineer students’ knowledge of functions, University of Debrecen, Hungary

Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Posible “Hidden Variable” in Diagnostics Pre Test Scores. Vol. 70. Page 1259-1268. Physics Education

Research Group [Online] Tersedia

http://www.physics.iastate.edu./per/articles/index.html [3 Desember 2008]

Nanang. (2009). Studi Perbandingan Kombinasi Pembelajaran Kontekstual dan Metakognitif terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Disertasi PPS UPI. Tidak diterbitkan.

NCTM (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Virginia. The National Council of Teacher of Mathematics, inc.

Nindiasari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematik Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Siswa. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Rahayu, P. (2006). Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Pernada Media

Setiawati, E. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Melalui Teknik SQ4R dan Peta Konsep Siswa Madrasah Aliyah. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Sondari, T. (2003). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahanan Masalah Matematika Siswa SLTP melalui pembelajaran Berbasis Masalah . Skripsi FMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Subino. (1997). Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(6)

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya.

Suherman, E dan Kusumah, Y.S. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar, Disertasi PPS UPI. Tidak diterbitkan. Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian pada Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA IKIP Bandung.

Trianto (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Yuniarti, Y. (2007). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuri. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.