ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA KEDAI SATE LUGINA DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN.

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA KEDAI SATE LUGINA DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Oleh :

RENDY PRATAMA PUTRA NIM. 1006090

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

ANALISIS STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA PADA

KEDAI SATE LUGINA DALAM

MENINGKATKAN VOLUME

PENJUALAN

Oleh

Rendy Pratama Putra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rendy Pratama Putra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

i Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, juga kepada keluarga dan segenap Sahabatnya

Radhiyallahu 'anhuma.

Alhamdulilah, berkat pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dengan izin-NYA, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ‘’ Analisis

Strategi Pengembangan Usaha Pada Kedai Sate Lugina Dalam Meningkatkan Volume Penjualan ‘’

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, saran dan motivasi baik moril maupun materil, semoga segala kebaikan kalian dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Novi Iswahyuni dan Surdana. Selaku orang tua penulis.

2. HP. Diyah Setiyorini, MM. Selaku pembimbing I dan Erry Sukriah SE.,M.SE sebagai pembimbing II yang telah membantu, mengarahkan, meluangkan waktu dan membagi ilmunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Agus Sudono, SE.,MM. Selaku Ketua Prodi Manajemen Industri Katering. 4. Dewi sebagai pemilik Kedai Sate Lugina Seluruh staff di Kedai Sate Lugina

Cimahi.

5. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan bantuannya. Penulis berharap semoga kebaikan, dukungan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bandung, 16 Agustus 2014


(5)

ii Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Industri Wisata Seni Kulineri ... 9

2.1.1 Definisi Wisata Seni Kulineri (Gastronomi) ... 9

2.1.2 Jenis Bisnis Restoran sebagai Atraksi Wisata Kulineri ... 11

2.1.3 Bisnis Wisata Seni Kulineri Tergolong dalam UMKM ... 14

2.2 Konsep Manajemen Strategik dalam Rumah Makan sebagai Atraksi Wisata Seni Kuliner ... 16


(6)

iii Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2.2 Proses Manajemen Strategik ... 17

2.2.2.1 Mengidentifikasi Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 18

2.2.2.2 Strategi Pengembangan Usaha Terhadap Volume Penjualan ... 18

2.2.2.3 Analisis Lingkungan Perusahaan ... 21

2.2.3 Manajemen Strategik dalam Bisnis Restoran ... 29

2.3 Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 32

3.2 Instrumen Penelitian ... 33

3.2.1 Definisi Operasionalisasi Variabel ... 34

3.3Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 41

3.3.1 Metode Observasi ... 42

3.3.2 Wawancara Mendalam (indepth interview) ... 43

3.3.3 Studi Dokumentasi dan Literatur ... 45

3.3.4 Triangulasi ... 45

3.4 Informan Penelitian... 46

3.5 Teknik Analisis Data ... 46

3.5.1 Analisis Lingkungan Perusahaan... 49

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1Sejarah Kedai Sate Lugina ... 58

4.1.1 Profil Kedai Sate Lugina ... 58

4.1.2 Produk KSL ... 60

4.1.3 Lokasi KSL... 63

4.1.4 Informan Penelitian... 63

4.1.5 Deksripsi dan Analisis Data ... 65

4.2Analisis Faktor Internal ... 65


(7)

iv Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2.1.1 Recruitment and Selection ... 65

4.2.1.2 Training and Developing ... 66

4.2.1.3 Performance Apprisal ... 66

4.2.1.4 Compensation Management ... 67

4.2.2 Manajemen Perusahaan... 67

4.2.2.1 Profil dan Segmen Pasar ... 67

4.2.2.2 Produk... 68

4.2.2.3 Harga ... 70

4.2.2.3 Distribusi ... 72

4.2.2.4 Promosi ... 73

4.2.3 Manajemen Keuangan ... 74

4.2.3.1 Sumber Dana ... 74

4.2.3.2 Biaya Modal ... 74

4.2.3.3 Struktur Modal ... 75

4.2.3.4 Perpajakan... 75

4.2.3.5 Perencanaan Keuangan ... 76

4.2.4 Manajemen Produksi dan Operasi ... 76

4.2.4.1 Proses... 77

4.2.4.2 Kapasitas ... 83

4.2.4.3 Persediaan ... 83

4.2.4.4 Tenaga Kerja ... 84

4.2.4.5 Kualitas ... 84

4.2.5 Faktor-Faktor Internal yang Menjadi Kekuataan dan Kelemah- an Bagi KSL ... 85

4.3Analisis Faktor Eksternal ... 86

4.3.1 Analisis Ekonomi... 86

4.3.2 Analisis Teknologi ... 88

4.3.2 Analisis Politik dan Hukum ... 89

4.3.3 Sosial ... 90


(8)

v Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.5 Ancaman Masuknya Pendatang Baru/Pesaing ... 92

4.3.6 Ancaman dari Produk Pengganti ... 94

4.3.7 Kekuatan Daya Tawar Pemasok ... 94

4.3.8 Kekuataan Daya Tawar Pembeli ... 95

4.3.9 Persaingan Antara Perusahaan Sejenis ... 96

4.3.10 Faktor-Faktor Eksternal yang Menjadi Peluang dan Ancaman .... 96

4.4Matriks IFAS EFAS... 97

4.4.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evalution) ... 97

4.4.2 Analisis Matriks EFE (Eksternal Factor Evalution) ... 99

4.4.3 Analisis Matrik IE (Internal-Eksternal) ... 100

4.4.4 Analisis Matriks SWOT ... 103

4.5Alternatif Strategi QSPM ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan... 113

5.2Saran ... 114

5.2.1 Perumusan Tujuan Saran... 114

5.2.2 Pemetaan Stategi QSPM ... 114

5.2.3 Operasi Strategi dan Rencana Tindak ... 116

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

vi Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Grafik Beban Pajak KSL 3 Tahun Terakhir ...6

Gambar 2.1 Model Manajemen Strategik ...17

Gambar 2.2 Lima Faktor Pendorong Kompetensi ...19

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ...31

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data ...49

Gambar 3.2 Matriks EFE ...50

Gambar 3.3 Matriks IFE ...51

Gambar 3.4 Matriks IE...53

Gambar 3.5 Bagan Matriks SWOT...55

Gambar 4.1 Organigram Job Description KSL ...59

Gambar 4.2 Lokasi KSL ...63

Gambar 4.3 Alur Distribusi Menu Ala Carte dan Kambing Guling KSL ...77

Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Cimahi Tengah Menurut Mata Pencarian ...87


(10)

vii Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.5 Matriks Internal-Eksternal(IE)Pada KSL... ...102

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Daftar Restoran dan Jenisnya di Kota Cimahi ...4

Tabel 1.2 Pajak yang Disetorkan KSL Kepada Pemerintah...5

Tabel 1.3 Daftar Pesaing KSL Pada Tahun 2013 ...7

Tabel 3.1 Operasional Variabel ...35

Tabel 3.2 Matriks QSP (QSPM) ...57

Tabel 4.1 Infornan...64

Tabel 4.2 Menu Ala Carte dan Bahan Baku ...68

Tabel 4.3 Menu Ala Carte dan Harga ...70

Tabel 4.4 Daftar Harga Menu Utama Beberapa Restoran di Cimahi ...71

Tabel 4.5 Daftar Pemasok KSL ...95


(11)

viii Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.7 Matriks EFE ...99

Tabel 4.8 Matriks SWOT Pada KSL ... 104


(12)

Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Rendy Pratama Putra. NIM. 100690. Skripsi. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada Kedai Sate Lugina Dalam Meningkatkan

Volume Penjualan.

Persaingan dibidang industri kuliner semakin ketat. Keberhasilan strategi pengembangan usaha pada Kedai Sate Lugina yang merupakan suatu industri kuliner ditentukan oleh pihak-pihak terkait, baik internal maupun eksternal perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui strategi-strategi dalam meningkatkan volume penjualan pada Kedai Sate Lugina. Lokasi penelitian adalah di Kedai Sate Lugina Kota Cimahi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, matriks SWOT dengan analisis IFAS dan EFAS, ditahap akhir penelitian dengan matriks QSPM. Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dengan cara triangulasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa yang menjadi kekuataan Kedai Sate Lugina adalah aktivitas kedai 24 jam (0,375) dan yang menjadi kelemahan adalah promosi masih sederhana (0,172) sedangkan yang menjadi peluang adalah konsumsi daging masyarakaat tinggi (0,596) dan yang menjadi ancaman ialah kenaikan harga bahan baku (0,3). Hasil perhitungan matriks QSPM adalah strategi mempertahankan aktivitas produksi operasi (16,56), melakukan diversifikasi produk (16,8), menggunakan perkembangan teknologi sebagai sarana pemasaran (15,71) dan meningkatkan kualitas SDM dalam bidang keuangan (14,83).


(13)

Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Rendy Putra Pratama. NIM. 100690. Research. Strategy Analysis Business Development In Kedai Sate Lugina to Increase Sales Volume

Competition in the field of culinary industry has competitive stringent. The success of business development strategies in the Kedai Sate Lugina which is a culinary industry is determined by the relevant parties, both internal and external. The purpose of this research is to know the strategies to increase sales volume at Kedai Sate Lugina. Location of research is in the Kedai Sate Lugina in Cimahi. The research method use was qualitative, SWOT matrix, IFAS and EFAS, The final stage of the study with QSPM matrix. The techniques of data collection used were interviews, observation and documentation. The validity of data obtained by triangulation of sources. The results showed that the strengths of Kedai Sate Lugina is opened 24-hour everyday (0.375) and The weakness is doing promotion still in simple (0.172) while the opportunity societies need the highest of meats consumption (0.596) and that a threat is increase in raw material prices (0.3). QSPM matrix calculation result is a strategy to maintain the operation of production activities (16.56), diversification of products (16.8), using technology as a means as marketing development (15.71) To improve the quality of human resources of financial (14.83).


(14)

1 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak negara di dunia sekarang ini yang menganggap pariwisata sebagai sebuah aspek penting dan integral dari strategi pengembangan negara, dinilai dari aspek ekonomi pariwisata seperti yang kita ketahui berhubungan dengan kegiatan ekonomi langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha restoran. Industri perestoranan atau industri makanan dan minuman ini sangat berhubungan erat dengan persiapan dan penyajian dari beratus-ratus jenis makanan dan minuman yang disajikan kepada berjuta-juta manusia sepanjang hidup dan ini betul-betul bagian dari hidup, seseorang Richard C Ireland, misalnya dalam bukunya The Professional waiterss, mengatakan bahwa Industri penyajian makanan dan minuman adalah suatu industri ‘’people to people’’, yaitu industri yang berhubungan dengan manusia, suatu industri yang melayani kebutuhan orang lain yang jauh dari rumah atau kantor. Seperti kita ketahui bahwa industri penyajian makan dan minuman ini mempunyai sejarah yang sudah lama dan menjadi industri yang dinamik sepanjang tahun. Industri ini merupakan industri yang bersifat kontemporer karena selalu berubah-ubah dari tahun ke tahun berikutnya untuk mengikuti perkembangan jaman dan selera pembeli yang juga tidak menetap akibat pola hidup seseorang atau masyarakaat yang selalu berubah-ubah.

Pariwisata merupakan salah satu industri yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor produktivitas lainnya. Pengaruh industri pariwisata kecil dan menengah merupakan salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya yang berpotensi besar melahirkan industri pariwisata disebuah tempat.


(15)

2 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mayoritas pelaku bisnis di Indonesia dapat dikatakan adalah berskala usaha kecil. Sebagaimana dilaporkan dalam data yang dilaporkan oleh Biro Pusat Statistik, jumlah usaha kecil di Indonesia adalah sebanyak 14,1 juta usaha (96,1%) dari 14,66 juta usaha yang disurvei di luar sektor pertanian. Dengan kata yang diperoleh ini, dapat dikatakan bahwa para pengusaha di Indonesia kebanyakan adalah pengusaha kecil. Dengan proporsi usaha kecil yang 96,1% tersebut, usaha kecil di Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar 66,1% terhadap pendapatan domestik bruto dari Indonesia (data tahun 2001). Ini berarti bahwa perkembangan bisnis dan ekonomi di Indonesia sangat bergantung kepada perkembangan dari bisnis yang dijalankan oleh usaha kecil.

Terdapat beberapa anggapan pesimis seputar kegiatan dari usaha kecil. Diantara beberapa anggapan pesimis tersebut diantaranya menyangkut keberhasilan dari usaha kecil 66,1% kontribusi Produk Domestik Bruto berasal dari usaha kecil, dan proporsi usaha kecil dalam bisnis di Indonesia adalah sebesar 96,1%. Ini berarti, jika usaha kecil tidak berjalan atau mengalami kegagalan, tentu proporsi dan kontribusi usaha kecil dalam bisnis di Indonesia tidak akan sebesar itu bukan? Selain persoalan keberhasilan usaha, anggapan pesimis lainnya adalah menyangkut gaji atau penghasilan kecil yang diperoleh mereka yang menjalankan usaha kecil. Tanpa definisi kecil dan besar dalam hal gaji cenderung besifat relatif, pendapatan maksimum usaha kecil yaitu 1 miliar per tahun dan usaha dijalankan maksimal oleh 20 orang. Jika kita kalkulasikan secara sistematis, katakanlah diasumsikan total biaya dan beban dari hasil pendapatan adalah 60 % dari total pendapatan, maka keuntungan yang dapat diperoleh sebuah usaha kecil adalah 400 juta per tahun. Apabila keuntungan ini dibagi rata ke 20 orang pelaku kecil, maka jumlah penghasilan untuk masing-masing orang per tahun adalah sebesar 20 juta rupiah atau sekitar 1,7 juta per bulannya. Apakah dapat dikatakan bahwa usaha kecil memang berarti berpendapatan kecil? Tentu perhitungan yang dilakukan diatas juga tidak berarti bahwa usaha kecil selalu mampu mencapai tingkat pendapatan yang besar. Beberapa perusahaan yang berskala besar pada


(16)

3 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenyataannya masih dapat ditemukan memberikan gaji yang lebih rendah jika dibandingkan dengan usaha yang dijalankan secara mandiri, sekalipun usaha tersebut berskala kecil. Keberhasilan usaha yang ditandai oleh pendapatan tidak ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha yang dijalankan karena skala usaha bisnisnya lebih kecil, pengelolaan sumber daya organisasi bisnis dari usaha kecil menjadi lebih sederhana dan mudah direncanakan dan dikendalikan.

Pada masa sekarang ini UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UKM di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Industri kuliner lokal merupakan salah salah satu cabang pariwisata yang mana industri ini akan terus berperan dan bergerak dalam ruang industri pariwisata kreatif di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia sebagai pasar domestik yang besar membuat negeri ini kaya akan keberagaman kuliner tradisional peran pemerintah dalam merangkul industri menengah kebawah yang masuk pada industri kuliner ini sangat berpengaruh besar terciptanya peningkatan kesejahteraan produktivitas dalam bidang pariwisata. Pada saat ini banyak bermunculan UKM pada bidang kuliner hal ini memacu persaingan yang berdampak positif pada perekonomian dan kepariwisataan suatu daerah, lain halnya bagi produsen sebagai pemeran utama dituntut berpikir dan bekerja seoptimal mungkin dalam membangun, mengembangan bisnisnya dengan berbagai strategi yang lakukan agar tetap berkembang menghadapi berbagai macam pesaing.

Kota Cimahi merupakan salah satu Kota yang cukup memberikan kontribusi ekonominya yang cukup besar dari bidang pariwisata, saat ini banyak bermunculan industri kuliner besar, menengah dan kecil bermunculan di Kota Cimahi, seluruh elemen industri makanan dan minuman ini memberikan kontribusi positifnya dalam proses pengembangan sumber daya manusia di kota ini, menurut Dinas Pariwisata Kota Cimahi di tahun 2013 tercatat 47 Industri rumah makan dari berbagai jenisnya berdiri dan memberikan kontribusi mereka


(17)

4 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap Pemerintahan Kota Cimahi. Berikut ini daftar nama nama restoran dan jenisnya di Kota Cimahi :

Tabel 1.1 Daftar Restoran dan Jenisnya di Kota Cimahi

Wilayah Jenis Jumlah Nama

Cimahi Utara

Ethnic Food 14 Ampera, Sop buntut sentral, Padang Megasdar,

Pak kumis, Ramayana, Mirasa, Suryani, Cherry,

Bedu, Bejo, Baso Iqbal, Baso tomat,Sate Cipageran, Anur

Franchise 2 Pujasera Ramayana, Pizza Hut

Theme 2 Cafe kupu-kupu, CIC

Restoran

Cimahi Tengah

Ethnic Food 22 KSL, Soto solo, Nasi goreng kikil, Batagor ihsan,

Gado gado gatsu, Mie kocok gatsu, Kardan,

Mie gang sempit, Sate rel kereta, Sate ayam

alun-alun, Sate ayam jalan ria, Sate kelinci,

Mymo, Bu sri klaten, Pujasera pusdikbekang,

Laksana, Baso kepala sapi , Margana, R.M Yeni

Baso rudal, Ojo lali

Franchise 1 KFC

Cimahi selatan

Ethnic Food 6 R.M Dapur keraton, Mie kocok, Baso tresno

Mang otoy, Sate Bu sri klaten, Batagor Hanimun

Sumber : Dinas Pariwisata 2013

Berdasarkan Daftar 1.1 Restoran dan jenisnya di Kota Cimahi di atas menunjukan bahwa di Kota Cimahi terbagi menjadi 3 Kecamatan yaitu Cimahi


(18)

5 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan dari beberapa Restoran yang ada penulis membagi ke beberapa jenis Restoran seperti Etnic Food, Franchise dan

Theme Restoran dalam daftar di atas kecamatan Cimahi Tengah paling banyak jumlah restoran yang ada di dalamnya dibandingkan dengan kecamatan lainnya, hal ini menunjukan bahwa ada persaingan dalam memperoleh pasar selain itu di Kota Cimahi didominasi oleh jenis restoran Ethnic Food. Industri kuliner di Kota Cimahi diisi oleh usaha kecil dan menengah peran mereka mempengaruhi laju perekonomian masyarakaat selain itu keunggulan UKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM seperti ini perlu perhatian yang khusus dan didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.

Salah satu UKM yang mengeluti bidang kuliner di Kota Cimahi ialah Kedai Sate Lugina atau disingkat dengan KSL. KSL merupakan pelopor kedai, restoran dan rumah makan di Kota Cimahi , KSL berdiri dan mulai beroperasi sekitar tahun 1995. KSL inilah satu-satunya indusri kuliner yang masih bertahan sampai sekarang, UKM ini menjadi daya tarik wisata khususnya di Kota Cimahi karena KSL merupakan jenis industri kuliner Ethnic Food yang giat mempertahankan identitasnya diantara pesaing-pesaing lainnya, Ethnic Food KSL disini mereka menjual produk kuliner yang berkhas tradisional dari Puncak Bogor, Jawa Barat, produk kuliner KSL seperti Kambing Guling, Sate kambing (khas Bogor) dan olahan daging lainnya. KSL mendistribusikan laju perekonmian pariwisata Kota Cimahi secara tidak langsung hal ini selayaknya terus dikembangkan dan dioptimalkan oleh kedua belah pihak yaitu pemerintah maupun KSL.

Perkembangan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2011, 2012 dan 2013 KSL mengalami penurunan penjualan, hal ini didapatkan dari hasil wawancara dengan pemilik kedai. Berikut ini bukti adanya indikasi penurunan penjualan yang terjadi di KSL dengan beban pajak KSL yang menurun pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Pajak yang Disetorkan KSL Kepada Pemerintah


(19)

6 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2011. 2.000.000

2012. 1.600.000

2013. 1.200.000

Sumber : KSL 2014

Hal ini menggambarkan adanya penurunan beban pajak KSL yang menurun selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2011, 2012, 2013. Fenomena ini merupakan salah satu masalah yang ada di KSL yang mengindikasi penurunan penjualan, berikut ini gambar tabel diatas dalam bentuk grafik ;

Gambar 1.1

Grafik Beban Pajak KSL 3 Tahun Terakhir

Sumber ; Peneliti 2014

Berdasarkan grafik diatas terlihat adanya penurunan beban pajak KSL, pada tahun 2011 ke tahun 2012 dan pada tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini mengindikasi penurun penjualan di tiga tahun terakhir. Sebab penurunan jumlah penjualan KSL yang menurun ialah karena banyaknya pesaing yang sejenis yang

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000

2011. 2012. 2013.

P

ajak

d

al

am

(r

u

p

iah


(20)

7 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memproduksi jenis kuliner yang sama, yaitu olahan sate kambing, sate ayam dan sate sapi, berikut ini tabel 1.3 pesaing yang sejenis di Kota Cimahi.

Tabel 1.3 Daftar Pesaing KSL Pada Tahun 2013 No Nama Restoran Menu utama Alamat

1 Sate Pak kumis Sate kambing Jl.Kolmas 2 Sate Madura sate dan soto Cipageran 3 Sate Rel Kereta api sate ayam Komplek stasiun 4 Sate Ayam alun-alun sate ayam Jl.Ria

5 Sate Ayam jalan Ria sate ayam Jl.Ria

6 Sate Kelinci sate kelinci Jl.Amir Mahmud 7 Sate Bu Sri Klaten sate kambing Jl.Amir Mahmud 8 Sate Padasuka sate sapi Jl.Amir Mahmud Sumber ; Peneliti 2014

Dari daftar pesaing KSL yang sejenis, di atas menunjukan pesaing KSL cukup banyak di Kota Cimahi yang daerahnya tidak terlalu besar yang luasnya 48,42 KM 2, yang mana para pesaing menggunakan menu unggulan mereka yang tidak jauh berbeda dengan KSL yaitu olahan sate ayam, sate kambing dan sate sapi. Perusahaan harus memahami, mempelajari setiap pesaing bisnisnya, oleh karenanya KSL harus memiliki strategi pengembangan usahanya agar dapat terus berkembang dalam menghadapi pesaing.

Dari beberapa kelemahan tersebut, maka perlu diteliti tentang analisis faktor internal dan eksternal perusahaan untuk merumuskan strategi yang diperlukan KSL dalam mengembangkan usahanya. Adapun judul skripsi yang ambil adalah

’Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Kedai Sate Lugina dalam


(21)

8 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa permasalah sebagai berikut;

1. Bagaimana keadaan faktor internal yang merupakan kekuataan dan kelemahan bagi KSL?

2. Bagaimana keadaan faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi KSL?

3. Bagaimana strategi pengembangan dalam meningkatkan volume penjualan bagi KSL?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor internal yang dilihat dari kekuatan dan kelemahan KSL 2. Menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi

KSL

3. Menganalisis strategi pengembangan dalam meningkatkan volume penjualan bagi KSL

1.3.2 Kegunaan Penelitian a.Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dibidang ilmu Manajemen Kepariwisataan yang berhubungan dengan pengembangan usaha terutama di industri kuliner

b.Keguanaan Praktis

Bagi pihak yang terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna untuk bahan informasi sebagai berikut:


(22)

9 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai strategi pengembangan usaha terutama dibidang kuliner.

b) Sebagai bahan masukan bagi objek penelitian untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan volume penjualan yang sedang berjalan.

c) Sebagai kajian lanjut bagi siapa saja yang berminat terhadap masalah ini terutama hal-hal lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini.


(23)

32 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2005;1) metodologi penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menjelaskan bagaimana pengembangkan usaha kedai sate lugina dalam meningkatkan volume penjualan. Kemudian menerangkan hal-hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman KSL. Selain itu juga kondisi yang ada dengan lebih banyak dituangkan ke dalam kata-kata tertulis atau lisan dan data dokumentasi.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2005;4) mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Kirk dan Miler (Moleong, 2005;4) mendefenisikan kualitatif sebagai; ”Tradisi tertentu dalam pengetahuan ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Menurut Sugiyono (2005;2) mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah;’’Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagi lawan eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna generalisasi’’.


(24)

33 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dari banyaknya definisi-definisi yang ada mengenai penelitian kualitatif, Moleong (2005;6) menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam, karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasannya disebut instrumen (Sugiyono, 2005;118). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,menafsirkan data dan membuat kesimpulan atasnya (Sugiyono,2009;60). Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencangkup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses mengikhtisarkan dan memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim (Moleong 2006 ;169).

Menurut Nasution (Sugiyono, 2005; 62) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memilki ciri-ciri sebagai berikut;


(25)

34 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan, tidak ada suatu instumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata, untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyalaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksanaan.

7. Dengan manusia sebagi instrumen, respon yang aneh dan menyimpang justru diperhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

3.2.1 Definisi Operasionalisasi Variabel

Operasioanalisasi variabel merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur sutau variabel dimana terdapat konsep teoritis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang bersifat operasional yang merupakan penjabaran dari konsep teoritis. Adapun bentuk operasionalisasinya pada tabel 3.1 sebagaai berikut :


(26)

35 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Faktor Internal Konsep Teoritis David (2009;1 78) Sub Variabel Manajemen sumber daya manusia Dimensi

1) Recruitment and Selection

2) Training and developing

3) Performance appraisal

Indikator

1) serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi untuk dapat mengambil keputusan tentang siapa-siapa dari calon pegawai yang paling tepat (memenuhi syarat) untuk bisa diterima menjadi pegawai dan siapa-siapa yang seharusnya ditolak.

1) bertujuan untuk melatih karyawan dan membiasakan karyawan baru tesebut dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam proses tersebut karyawan baru akan diberikan baik itu materi teori maupun praktek kerja lapangan.

1) kemampuan dan keahlian

karyawan dalam

mengembangkan dan

membuat suatu inovasi terhadap pekerjaannya,


(27)

36 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Manajemen

Pemasaran

4) Compensation management

1) Produk (product)

2) Harga (price)

3) Distribusi (place)

berhak atas suatu

penghargaan yang didasarkan kepada kinerja

1) proses pemberian kompensasi bagi karyawan di dalam perusahaan. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan dapat bersifat financial berupa uang dan non-financial

1) segala sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu

perusahaan untuk

diperhatikan, diperoleh, dipakai atau dikonsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

1) nilai (uang) yang dibayarkan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan.

1) aktivitas penempatan dan penyaluran produk melalui sasaran distribusi, sehingga produk tersebut tersedia pada tempat yang tepat, waktu yang tepat dan dalam jumlah yang diinginkan


(28)

37 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keuangan

4) Promosi (promotion)

5) Segementasi pasar

1) Sumber dana

2) Biaya modal

1) aktivitas yang dijalankan

perusahaan untuk

mengkomunikasikan

produknya kepada konsumen dan membujuk konsumen untuk membeli.

1) pengelompokan pasar

menjadi kelompok-kelompok konsumen yang homogen, dimana tiap kelompok (bagian) dapat dipilih sebagai

pasar yang dituju

(ditargetkan) untuk pemasaran suatu produk.

1) Perusahaan yang efektif dilihat dari sudut manajemen keuangan seperti berasal dari mana perolehan dana, apakah dengan biaya yang murah atau dengan biaya yang tinggi.

1) Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang untuk menjalankan operasi perusahaan


(29)

38 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Produksi

dan Operasi

3) Struktur modal

4) Perpajakan

5) Perencanaan Keuangan

1) Proses

1) Adanya paduan atau

kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan

1) Pajak yang dipungut kepada pembeli atas pelayanan restoran yang diberikan oleh restoran yang bersangkutan lalu restoran atau badan tersebut memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah daerah setempat.

1) Dalam mencapai tujuan keuangan hendaknya dengan strategi keuangan dengan mempertimbangkan yang prioritas ataukah yang kurang prioritas lebih jelas, masuk akal dan bijaksana

1) Suatu cara metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber sumber seperti (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah


(30)

39 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Kapasitas

3) Persediaan

4) Proses produksi dan tenaga kerja

5) Kualitas

untuk memperoleh suatu hasil kepada konsumen.

1) Jumlah maksimun output yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu, kapasitas

produksi ditentukan

berdasarkan kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumber daya yang dimiliki antara lain: kapasitas mesin, kapasitas tenaga kerja dan kapasitas bahan baku.

1) Sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan

1) Jumlah tenaga kerja sebagai faktor produksi dan operasi yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi operasi, terkandung unsur fisik, pikiran serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja.


(31)

40 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lingku-ngan Ekster-nal Ekonomi Teknologi Politik dan Hukum Lingkung-an sosial Ancaman masuknya 1) Pendapatan masyarakaat

2) Pola Pengeluaran

1) Inovasi teknologi

1) Perundang-undangan 1) Kebiasaan masyarakaat 1) Kapasitas Produksi

produk dan jasa, dalam pemakaiannya akan sesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan

1) Jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu 1) Susunan teratur dari

pengularan keuangan

konsumen dalam

membelanjakan barang

1) Suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.

1) Hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur pemerintahan yang lainnya.

1) Aktivitas masyarakat mengulangi melakukan sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan


(32)

41 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pesaing

Ancaman masuknya produk pengganti

Daya tawar pemasok

Daya tawar pembeli

Persaingan antar

2) Diferensiasi Produk

1) Produk Subtitusi

1) Jumlah Pemasok

1) Skala ekonomis

2) Alternatif bagi pembeli

1) Persaingan Harga

berproduksi secara optimun dari sebuah perusahaan

1) Pembedaan suatu produk dengan produk lainnya

1) Produk yang digunakan untuk menggantikan produk lain

1) Jumlah

perusahaan-perusahaan dan individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi produk tertentu.

1) Pembeli akan selalu berusaha mendapat produk dengan kualitas baik dan dengan harga murah

1) Berapa alternatif pesaing yang akan dipilih oleh pembeli


(33)

42 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perusahaan

sejenis 2) Iklan Pesaing

1) Gambaran harga produk pesaing

1) Gambaran pesaing

memasarkan produk mereka Sumber ; Hasil Pengolahan Data, 2014

3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, Karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi (pengamatan), interview (wawancara) , dokumentasi dan gabungan ketiganya (Sugiyono,2009;63).

3.3.1 Metode observasi

Nasution menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Sugiyono, 2008;226). Menurut Soehartono (2004), secara luas observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi observasi pertisipan (participant observation) dan observasi nonpartisipan (nonparticipant observation). Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka (Soehartono, 2005;70). Dalam jenis prosedur ini, peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat


(34)

43 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukannya observasi. Seorang peneliti dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi dan menetapkan untuk mengamati kelompok itu dengan menggunakan satu atau beberapa cara atau dapat juga peneliti melakukan kerjasama dengan sebuah kelompok dalam tujuannya mengamati kelompok dengan beberapa cara (Black dan Champion,2001;289).

Dalam observasi tak partisipan, pengamatan berada diluar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Dengan demikian, pengamatan akan lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang diharapkan (Soehartono, 2005;70). Dalam observasi nonpartisian peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenan dengan kelompok yang dituntut. Observasi nonpartisipan adalah suatu prosedur yang dengannya peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan di lingkungan yang diamati (Black dan Champion, 2001;289)

Cara pengamatan yang dilakukan, observasi juga dibedakan menjadi dua bagian yaitu observasi tak berstuktur dan observasi berstruktur. Dalam observasi tak berstuktur, pengamat tidak membawa catatan-catatan tentang tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati. Observasi tak berstruktur ini biasannya dilakukan dengan observasi partisipan. Observasi berstruktur digunakan apabila peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku apa saja yang diamati (Soehartono, 2005;70).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipan dan observasi nonpartisipatoris. Dalam observasi partisipan, peneliti ikut terlibat langsung sebagai karyawan yang sifatnya training sementara di KSL selama 3 bulan. Sehingga peneliti terlibat langsung lama kegiatan-kegiatan produksi operasi berbagai menu di dapur KSL. Dan dalam observasi nonpartisipan, peneliti tidak terlibat langsung dilapangan penelitian dan hanya menjadi pengamat yang independen.


(35)

44 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemudian penelitian ini juga menggunakan observasi terus terang atau tersamar, dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

3.3.2 Wawancara Mendalam (indepth interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) (Moleong, 2009;186). Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indepth interview). Esterberg (Sugiyono, 2005;72) berpendapat bahwa wawancara (interview) adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Soehartono (2004) berpendapat bahwa wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumplan data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam. Menurut Black dan Champion (2001), wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapat informasi. Disamping akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh, juga akan mendapatkan informasi yang penting. Dan menurut Denzim (Black dan Champion), wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan


(36)

45 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2009;73).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan dengan wawancara secara mendalam (indept interview) dengan sumber data atau informan yang menguasai dan memahami data yang akan dicari oleh peneliti. Wawancara tidak terstruktur sangat berbeda dalam hal waktu bertanya dan memberikan respon, yaitu cara ini lebih bebas iramannya. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan, sehingga pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.

3.3.3 Studi Dokumentasi (documentation study) dan Literatur

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitaif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008;240). Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data penelitian diperoleh dari peraturan perundang-undangan, laporan-laporan, catatan-catatan serta menghimpun dokumen –dokumen dan menganalisisnya yang relevan dengan masalah yang diteliti. Studi literatur dan kepustakaan dimana pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan (Romdhoni, 2009)

Studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang


(37)

46 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar dan laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman)

3.3.4 Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2009;83).

Tujuan penelitian kualitaif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya. Selanjutnya Mathinson (Sugiyono, 2009;85) mengemukakan bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Menurut Patton (Sugiyono, 2009;85) dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

3.4 Informan Penelitian

Peneliti memperoleh informan penelitian ini melalui key person dimana peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun informan penelitian, sehingga membutuhkan key person untuk melakukan wawancara mendalam, key person sebagai tokoh formal adalah pemilik KSL, karyawan dan konsumen.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga


(38)

47 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan oleh peneliti yang berbeda (Sugiyono, 2009;88). Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2009;88) menyatakan analisis data adalah proses mencari dan menyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan startegi adalah matriks faktor internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks SWOT dan matriks QSP (QSPM). Dalam proses analisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data di lapangan model Miles and Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009;91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan conclusion drawing/verficication. Pada prosesnya, peneliti akan melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga aktivitas tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sebuah pengumpulan data. Ketiga kegiatan diatas dapat diuraikan sebagai berikut;

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ‘’kasar’’yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan (Miles & Huberman, 2009;16). Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi


(39)

48 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diversifikasi (Miles & Huberman, 2009;16). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2009;92)

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Miles & Huberman (2009) membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

c. Menarik Kesimpulan (vertifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitaif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi . Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.


(40)

49 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Telah dikemukakan tiga hal utama dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Tiga hal utma tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Reduksi data

Penyajian data Pengumpulan

data

Kesimpulan-kesimpulan; penarikan /Verifikasi


(41)

50 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data

3.5.1 Analisis Lingkungan Perusahaan

Menurut Konsep Fred R David (2006), untuk menganalisis lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage) dan tahap keputusan (decision stage).

1) Tahap Input

Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan matriks EFE dan matriks IFE.

a) Matriks EFE ( External Factor Evaluation ) Berikut penjelasan matriks EFE.

Key Success Factor Bobot Rating Nilai

Opportunities

X,XX X X,XX

1.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

2.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

3.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

Threats


(42)

51 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Matriks EFE

Tahapan kerja

1) Menentukan faktor-faktor penting dari lingkungan luar suatu industri yang akan diteliti, kelompokan ke dalam peluang-peluang dan ancaman-ancaman. Kolom bobot merupakan nilai tingkat kepentingan tiap-tiap faktor, jika dijumlahkan akan bernilai 100 persen.

2) Rating merupakan nilai tanggapan/antisipasi manajemen organisasi terhadap kondisi lingkungan tersebut. Nilai 4 untuk antisipasi luar biasa, nilai 3 untuk antisipasi memadai, nilai 2 untuk antisipasi biasa saja dan nilai 1 untuk antisipasi buruk. Data dicari dan ditentukan berdasarkan industri (kelompok usaha sejenis).

3) Nilai tiap-tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika seluruh nilai ini dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai EFE dari organisasi tersebut

b) Matriks IFE ( Internal Factor Evaluation ) Berikut penjelasan matriks IFE

5.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

6.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

100% Nilai EFE X,XX

Key Success Factor Bobot Rating Nilai

Strenghts

X,XX X X,XX

1.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

2.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

3.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX


(43)

52 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3 Matriks IFE

Tahapan kerja

1) Menentukan faktor-faktor penting dari kondisi internal suatu industri yang akan diteliti, kelompokkan ke dalam kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan. Kolom bobot merupakan nilai tingkat kepentingan tiap-tiap faktor, jika dijumlahkan akan bernilai 100 persen.

2) Rating merupakan nilai kondisi internal setiap organisasi. Nilai 4 untuk kondisi sangat baik, nilai 3 kondisi baik, nilai 2 untuk kondisi biasa saja, dan nilai 1 untuk kondisi buruk. Faktor-faktor bernilai 3 dan 4 hanya untuk kelompok strengths, sedangkan yang bernilai 2 dan 1 untuk kelompok weaknesses.

3) Nilai tiap-tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika seluruh nilai ini dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFE dari organisasi tersebut.

2) Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan matriks IE (Internal - External) dan Matriks SWOT

4.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

5.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX

6.XXXXXXXXXXXXX X,XX X X,XX


(44)

53 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Matriks IE (Internal-External)

Alat yang berperan memetakan SBU dalam sebuah diagram, dimana ukuran lingkaran memperhatikan persentase kontribusi pendapatan, dan pie slice

memperlihatkan persentase kontribusi keuntungan. SBU yang berada pada sel I, II, dan IV dapat menggambarkan kondisi grow dan build. Strategi yang cocok adalah pertama strategi intensif, yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk. Dan kedua strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. SBU yang berada pada sel III, V, dan VII dapat menggambarkan kondisi hold dan maintain. Strategi yang cocok adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.SBU yang berada pada sel VI, VIII, dan IX dapat menggambarkan kondisi harvest dan divestiture.

Kekuatan Bisnis/Posisi Persaingan

Kuat Rata-rata Lemah


(45)

54 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tinggi

3,0 – 4,0 3,0 Menengah 2,0-2,99 Kemenarikan Perusahaan 2,0 Rendah 1,0-199 1,0

Gambar 3.4 Matriks IE

Matriks IE terdiri dari dua dimensi, yaitu nilai total (total score) dari matriks IFE pada sumbu Y dan nilai total dari matriks EFE pada sumbu X. Pada sumbu X skornya ada tiga, yaitu skor 1,0 - 1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor 2,0 – 2,99 adalah rata-rata dan 3,0 - 4,0 adalah kuat yang ditetapkan dari sebelah kanan ke sebelah kiri. Dengan cara yang sama, untuk sumbu Y skornya ada tiga juga, yaitu skor 1,0 – 1,99 menyatakan bahwa posisi eksternal adlah rendah, skor 2,0 -2,99 adalah rata-rata dan 3,0 -4,0 adalah tinggi yang ditetapkan dari bawah ke atas.

b) Matriks SWOT

Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan diantisipasi dengan kekuatan dan kelemahan

I GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal II GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal III RETRENCHMENT Turnaround IV STABILITY Hati-hati V GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY Tidak ada perubahaan

strategi

VI RECTRENCHMENT

Captive Market atau Divesment VII GROWTH Diversifikasi konsentrik VIII GROWTH Diversifikasi Konglomerat IX RETRENCHMENT Bangkrut atau likuidasi


(46)

55 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi. Masing-masing alternatif strategi tersebut adalah;

1) Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi WT (Weakness-Threath)

Strategi ini dibuat berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengantisipasi ancaman-ancaman yang ada.

3) Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Strategi WI (Weakness-Threats)

Strategi ini didasarkan didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif, berusaha meminimalkan kelamahan-kelemahan perusahaan serta sekaligus ancaman-ancaman.

Berikut ini bentuk bagan matriks SWOT; Strengths (S) Susunlah daftar kekuatan-kekuatan kunci internal peruhaan. Weaknesses (W) Susunlah daftar kelemahan-kelamahan kunci internal perusahaan Opportunities (O)

Susunlah daftar peluang-peluang kunci eksternal perusahaan Strategi SO Hasilkan strategi-strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Hasilkan strategi-strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Susunlah daftar ancaman-ancaman kunci eksternal perusahaan Strategi ST Hasilkan strategi-strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Hasilkan strategi-strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(47)

56 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.5 Bagan Matriks SWOT

Tahapan proses penentuan startegi berdasarkan matriks SWOT adalah sebagai berikut;

1) Menentukan peluang-peluang penting bagi perusahaan. 2) Menentukan ancaman-ancaman serius bagi perusahaan. 3) Menetukan kekuatan-kekuatan utama internal perusahaan. 4) Menetukan kelemahan-kelamahan dominan internal perusahaan. 5) Menetukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah

mengombinasikan antara kekuatan-kekuataan internal yang perlu dimanfaatkan dan peluang-peluang eksternal yang dicoba untuk diraih. Mencatat hasilnya dalam sel SO

6) Menentukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kelemahan-kelemahan internal yang ada dan peluang-peluang eksternal yang dicoba untuk diraih. Mencatat hasilnya dalam sel WO.

7) Menetukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kekuatan-kekuatan internal yang ada dan ancaman-ancaman yang mungkin timbul. Menyatat hasilnya dalam sel ST

8) Menetukan kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan setelah mengombinasikan antara kelemahan-kelemahan internal yang ada dan ancaman eksternal yang mungkin timbul. Menyatatkan hasilnya dalam sel WT.


(48)

57 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matriks – QSPM). QSPM menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangan QSPM. a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal

kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal harus dimasukan dalam QSPM.

b) Berikut bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE.

c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang harus di pertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.

d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractive Scores – AS). Nilai Daya Tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2=agak menarik, 3=cukup menarik, dan 4 =sangat menarik.

e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores –TAS).Total Nilai Daya Tarik didefiniskan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah kedua) dengan Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi dangan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut.

f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total


(49)

58 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai Daya Tarik (STAS) menujukkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.

Tabel 3.2 Matriks QSP (QSPM)

Faktor Utama Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor

Eksternal

Faktor Internal

Sumber ;David (2009)

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian 3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kedai Sate Lugina jalan Gatot Subroto No 38, Cimahi tengah, Kota Cimahi.

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 5 bulan yang dimulai pada tanggal 15 Februari 2014.


(50)

113 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada KSL, maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : Hasil analisis faktor internal pada KSL memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan terkait dengan kegiatan pengembangan usahanya. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan bagi KSL adalah : (1) Aktivitas kedai 24 jam (2) Menu unggulan spesial Kambing guling (3) layanan antar konsumen (delivery) 24 jam (4) Sumber daya manusia terampil dan berpengalaman (5) koordinasi dan pembagian tugas cukup baik (6) Mutu produk yang dihasilkan berkualitas (7) akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin. Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan bagi KSL adalah : (1) Promosi masih sederhana (2) Pencatatan akuntansi masih sederhana (3) Biaya produksi cukup tinggi (4) Wilayah jangkauan pesan antar masih terbatas (5) Belum menjalankan fungsi manajemen secara menyeluruh.

Hasil analisis faktor eksternal, menjelaskan bahwa KSL memiliki beberapa peluang dan ancaman terkait dengan pengembangan usahanya. Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang bagi KSL adalah : (1) Konsumsi daging masyarakat tinggi (2) Perkembangan teknologi dan komunikasi sebagai sarana pemasaran (3) Kedai tertua di Cimahi sebagai tujuan wisata kulineri (4) Banyaknya pemasok bahan baku. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi KSL antara lain : (1) Variasi unik sate pesaing (2) Banyaknya produk subtitusi (3) Persaingan harga kompetitif (4) Kenaikan harga bahan baku.


(51)

114 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2 Saran

5.2.1 Perumusan Tujuan Saran

1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola KSL dalam mengembangkan usaha terutama meningkatkan volume penjualanya.

2. Sebagai masukan untuk dalam penelitian selanjutnya, terutamanya hal-hal lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini.

5.2.2 Pemetaan Strategi QSPM

Peringkat Rencana Tindak Alasan

I Mempertahankan aktivitas produksi operasi KSL selama 24 jam

Dapat melayani permintaan pelanggan secara penuh, yang merupakan salah satu pelayanan yang menonjol dibandingkan dengan para pesaingnya. Dengan ada Strategi ini diharapkan dapat memberikan dan menciptakan nilai yang baik bagi kuliner Kota Cimahi dengan memberikan beberapa menu yang berkualitas, pelayanan cepat terhadap pelanggan.

II Melakukan

diversifikasi dan pengembangan produk

Agar bisa menekan kenaikan bahan baku pada menu di KSL, pengembangan dan diversifikasi ini merupakan rencana tindak jangka panjang. Diversifikasi ini dapat menghindari konsumen beralih pada produk pesaing.

III Menggunakan perkembangan teknologi dan komunikasi sebagai sarana pemasaran

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin cepat beberapa tahun kebelakang ini, apabila digunakan secara positif, efektif dan optimal, akan berdampak positif pada peningkatan pelanggan sehingga meningkatakan volume penjualan KSL. Apalagi KSL didukung dengan beberapa pelayanan dan produk unggulan seperti layanan jam operasi produksi kedai dan pesan antar konsumen 24 jam untuk wilayah cimahi dan sekitarnya, produk sate kambing dan kambing guling


(52)

115 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IV Meningkatan kualitas SDM dalam bidang keuangan

Semakin banyak jumlah transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan, semakin meningkatkan jumlah arus kas yang masuk dan keluar, hendaknya proses ini didukung dengan beberapa ilmu dasar-dasar akuntansi yang dimiliki oleh beberapa karyawan sehingga meningkatkan kinerja dalam bidang keuangan perusahaan yang bertujuan akan terjadinya kejelasan arus masuk dan keluar yang terjadi pada perusahaan.

V Menambah

jumlah kendaraan pesan antar

Strategi ini akan mempengaruhi secara positif pada meluasnya wilayah jangkauan layanan pesan antar dan mempercepat pengambilan bahan baku dari pemasok VI Mempertahankan

komunikasi yang telah dijalin selama ini dengan pemasok

Komunikasi merupakan faktor utama dalam menjalin hubungan dengan pemasok, hal ini apabila terus terjalin dengan baik akan menimbulkan hubungan timbal balik terhadap keberlangsungan produksi dan operasi KSL, sehingga dalam persediaan bahan baku selalu unggul dengan pesaing. VII Mencari alternatif

pemasok dari luar kota dengan biaya produksi yang rendah

Meminimalkan biaya produksi dan operasi ,strategi ini merupakan strategi jangka panjang dalam menghadapi beberapa hambatan seperti adanya kenaikan harga disekitar wilayah perusahaan.


(1)

5.2 Saran

5.2.1 Perumusan Tujuan Saran

1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola KSL dalam mengembangkan usaha terutama meningkatkan volume penjualanya.

2. Sebagai masukan untuk dalam penelitian selanjutnya, terutamanya hal-hal lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini.

5.2.2 Pemetaan Strategi QSPM

Peringkat Rencana Tindak Alasan

I Mempertahankan

aktivitas produksi

operasi KSL

selama 24 jam

Dapat melayani permintaan pelanggan secara penuh, yang merupakan salah satu pelayanan yang menonjol dibandingkan dengan para pesaingnya. Dengan ada Strategi ini diharapkan dapat memberikan dan menciptakan nilai yang baik bagi kuliner Kota Cimahi dengan memberikan beberapa menu yang berkualitas, pelayanan cepat terhadap pelanggan.

II Melakukan

diversifikasi dan pengembangan produk

Agar bisa menekan kenaikan bahan baku pada menu di KSL, pengembangan dan diversifikasi ini merupakan rencana tindak jangka panjang. Diversifikasi ini dapat menghindari konsumen beralih pada produk pesaing.

III Menggunakan perkembangan teknologi dan

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin cepat beberapa tahun kebelakang ini, apabila digunakan secara


(2)

115 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IV Meningkatan

kualitas SDM

dalam bidang

keuangan

Semakin banyak jumlah transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan, semakin meningkatkan jumlah arus kas yang masuk dan keluar, hendaknya proses ini didukung dengan beberapa ilmu dasar-dasar akuntansi yang dimiliki oleh beberapa karyawan sehingga meningkatkan kinerja dalam bidang keuangan perusahaan yang bertujuan akan terjadinya kejelasan arus masuk dan keluar yang terjadi pada perusahaan.

V Menambah

jumlah kendaraan pesan antar

Strategi ini akan mempengaruhi secara positif pada meluasnya wilayah jangkauan layanan pesan antar dan mempercepat pengambilan bahan baku dari pemasok

VI Mempertahankan

komunikasi yang telah dijalin selama ini dengan pemasok

Komunikasi merupakan faktor utama dalam menjalin hubungan dengan pemasok, hal ini apabila terus terjalin dengan baik akan menimbulkan hubungan timbal balik terhadap keberlangsungan produksi dan operasi KSL, sehingga dalam persediaan bahan baku selalu unggul dengan pesaing. VII Mencari alternatif

pemasok dari luar kota dengan biaya produksi yang rendah

Meminimalkan biaya produksi dan operasi ,strategi ini merupakan strategi jangka panjang dalam menghadapi beberapa hambatan seperti adanya kenaikan harga disekitar wilayah perusahaan.


(3)

5.2.3 Operasional Strategi Penelitian dan Rencana Tindak Peringkat Rencana Tindak Bagian Job

description yang bertanggung jawab Jangka waktu

I Mempertahankan

aktivitas produksi operasi KSL selama 24 jam

Pemilik/Owner Pendek 3 bulan sampai 6 bulan

II Melakukan

diversifikasi dan pengembangan produk Manajemen operasi Panjang 8 bulan sampai 1 tahun

III Menggunakan

perkembangan

teknologi dan

komunikasi sebagai sarana pemasaran

Pemilik/Owner Pendek 3 bulan dampai 6 bulan

IV Meningkatan

kualitas SDM

dalam bidang

keuangan Manajemen operasi Pendek 3 bulan sampai 6 bulan

V Menambah jumlah

kendaraan pesan antar

Pemilik/Owner Pendek 3 bulan sampai 6


(4)

117 Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq.M, 2011. Manajemen Strategik: Konsep dan Aplikasi. Cetakan kesatu. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.

Atmodjo, Marsum Widjojo, 2007. Restoran dan segala permasalahannya. Yogyakarta : Andi.

Bagyono, 2005. Pariwisata dan Perhotelan. Bandung : Alfabeta.

David, Fred R, 2009. Jakarta. Manajemen Strategis, Terjemah, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Griffin, Ricky W, 2002. Manajemen, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hunger, JD dan Wheelen, T.L, 2005. Manajemen Strategis. Terjemahan. Edisi kedua. Yogyakarta : Andi.

Muljadi A.J, 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta: Raja Grafindo Matthew B, Miles dan A. Michael Huberman, 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI-Press.


(6)

Rendy Pratama Putra, 2014

Analisis Strategi PEngembangan Usaha pada Kedai ASte Lugina dalam Meningkatkan Volume Penjualan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 2010. MANAJEMEN, Edisi Kesepuluh, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga.

P.H Bartono, SE dan Ruffino E.M., SE. 2006. Dasar-Dasar Food Product. Yogyakarta:CV ANDI OFFSET.

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis. Edisi pertama. Yogyakarta. Graha ilmu.

Silalahi, Ulbert. 2011. Asas-asas Manajemen. Cetakan Kesatu. Bandung. PT Refika Aditama

Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Umar H. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik : Cara Mudah Meneliti Masalah-masalah Manajemen Strategik untuk Skripsi, Tesis, dan Praktik Bisnis. Cetakan Kesatu. Jakarta. PT. Rajagarfindo Persada. Umar H. 2008. Strategic Manajemen in Action. Cetakan Kelima. Jakarta. PT. Rajagarfindo Persada.