EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PELATIHAN TENAGA PERAWAT DI RUMAH SAKIT: Studi Kasus Tentang Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Perawat di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PELATIHAN
TENAGA PERAWAT Dl RUMAH SAKIT

(Studi Kasus Tentang Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Perawat
di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung )

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendldikan

Bidang Studi Administrasi Pendldikan

Oleh:

EUIS DJUARIAH
NIM: 9696021

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


1

BANDUNG
1999

DISETUJUI DAN DISYAHKAN
UNTUK UJIAN TAHAP II

PROF. DR. H. E. KUSMANA, M. Pd

Pembimbing II

PROF. DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A.

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999


DISETUJUI OLEH :

KETUA PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PASCA SARJANA IKIP BANDUNG

PttOF DR. FL E. HIJSMANA, M.Pd.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan

rumah

sakit di Indonesia sebagai


lembaga

pemberi jasa dalam kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap
ke II (PJPT II), banyak dipengaruhi oleh adanya dua kebijaksanaan

penting yaitu kebijaksanaan yang mengharuskan rumah sakit pemerintah
dapat dikelola secara mandiri mengikuti kaidah-kaidah ekonomi dan

kebijaksanaan tentang standar akreditasi rumah sakit yang merupakan
instrumen pengukur untuk mengetahui mutu kinerja pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit (Dir Jen Yan Med Depkes Rl, 1993)
Pelaksanaan rumah sakit pemerintah sebagai unit layanan yang
harus swadana dilakukan secara bertahap. Dengan adanya SK Menteri

Kesehatan No 748/Menkes/IX/1992 yang

ditetapkan


pada tanggal

2 September 1992, RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung termasuk
rumah sakit yang ditetapkan sebagai salah satu Rumah Sakit Swadana
bersyarat. Selanjutnya mulai tahun 1994 RSUP. Dr. Hasan Sadikin

Bandung

memasuki Rumah Sakit Unit Swadana penuh (tanpa syarat)

berdasarkan SK Menteri Kesehatan No 1288/Menkes/SK/X/1994 tanggal
28 Desember 1994, dengan struktur Organisasi Rumah Sakit berdasarkan
SK Menteri Kesehatan No. 539 tahun 1994.

Ditetapkannya
Swadana

tujuannya

RSUP Dr Hasan Sadikin sebagai RS Unit

adalah

agar

dapat

meningkatkan

cakupan,

pemerataan, dan mutu pelayanan melalui manajemen mandiri ( otonomi)
yang efisien dan efektif dalam rangka pengembangan Sistem Kesehatan
Nasional (Amiroen S, 1991 ).

Faktor

yang

berperan


dalam mencapai tujuan tersebut

diantaranya adalah faktor Sumber Daya Manusia ( SDM ). Sebagai upaya

peningkatan mutu SDM tenaga kesehatan Direktorat Jendral Pelayanan
Medik Depkes Rl secara umum telah menetapkan tiga jalur sebagai
berikut:

1. Pengembangan SDM struktural managerial ; Untuk pengembangan
tenaga-tenaga struktural baik sebagai top manager, middle manager
atai low manager dilakukan melalui pelatihan atau pendidikan yang

meliputi ketrampilan pengambilan keputusan , ketrampilan antar

pribadi, pengetahuan kepemimpinan, manajemen dan keorganisasian.
2. Pengembangan SDM teknis fungsional ; Tenaga-tenaga teknis
fungsional seperti tenaga medis, paramedis perawatan, paramedis non
perawatan dan non

beradaptasi


terhadap

medis perlu dikembangkan agar mampu

segala

perubahan

akibat

kemajuan

pengetahuian dan teknologi serta mampu tetap berpegang pada etika
profesi.

3. Penelitian dan pengembangan yang bersifat terapan baik manajerial

maupun teknis fungsional agar kemampuan tenaga rumah sakit


bertambah untuk mengatasi segala perkembangan yang cepat serta

berdaya guna dalam bersaing dengan rumah sakit lain.
Perkembangan SDM di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
(RSHS) mulai mendapat perhatian lebih serius dari pimpinan sejak tahun
1993/1994 sejalan dengan ditetapkannya RSUP Dr Hasan Sadikin
sebagai unit swadana. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya

kesempatan bagi karyawan RSHS untuk dapat mengikuti pendidikan ,
kursus atau pelatihan baik yang dilaksanakan di luar maupun di

lingkungan RSUP Dr Hasan Sadikin sendiri.
Perencanaan

kegiatan

pendidikan dan pelatihan di RSUP Dr

Hasan Sadikin dikoordinir oleh


Bidang

Pendidikan

Pelatihan

dan

Penelitian ( Bidang Diklit ), sedangkan pelaksanaannya dikoordinir oleh
Instalasi Pendidikan dan Pelatihan (Instalasi Diklat).
Perawatan pasien di rumah sakit saat ini dilakukan oleh tim

kesehatan yang kegiatannya dipusatkan pada pasien ( Dirjen Jan Med,
1991:2 ). Tim tersebut adalah grup profesi kesehatan yang terdiri atas

dokter, perawat, tenaga gizi dan tenaga para medis lainnya. Dokter

sebagai ketua tim bertanggung jawab dalam segi medik, perawat

bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan, tenaga

paramedis lainnya seperti tenaga gizi bertanggung jawab dalam segi
asuhan gizi yang diberikan kepada pasien.

Dari studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa pada saat ini

RSUP Dr Hasan Sadikin memiliki 2840 karyawan yang terdiri atas tenaga

medis 484 orang, paramedis perawatan (perawat) 854 orang, paramedis

non perawatan seperti tenaga gizi, kesehatan lingkungan, analis, dan Iainlain sebanyak 238 orang, serta tenaga non medis 885 orang. Sebagian
besar tenaga perawat tersebut yaitu 544 orang (63,8 %) memiliki latar

belakang pendidikan Sekolah Pengatur Rawat yang merupakan jenis

pendidikan kejuruan dengan jenjang pendidikan menengah yang

pengelolaannya merupakan tanggung jawab Menteri Kesehatan. Sisanya
yaitu 303 orang ( 35,5 % ) memiliki latar belakang pendidikan D I dan D III
Keperawatan dan sebagian kecil yaitu 6 orang (0,7%) memiliki latar
belakang pendidikan Program Sarjana llmu Keperawatan ( PSIK)

Berdasarkan keadaan tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu

asuhan keperawatan sebagai salah satu upaya untuk mendukung

pencapaian visi dan misi RSHS, maka berbagai upaya perbaikan dan
pengembangan tenaga keperawatan telah dilaksanakan

oleh Bidang

Perawatan bersama-sama dengan Bidang Diklit dan Instalasi Diktat baik
melalui pendidikan lanjutan, kursus-kursus maupun pelatihan yang
dilaksanakan di RSUP Dr Hasan Sadikin sendiri atau di rumah sakit lain.

Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar kemampuan tenaga perawat

untuk beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam
bidang keperawatan sejalan dengan kemampuan tenaga medis dan
tenaga paramedis lainnya sebagai tenaga profesional dalam bidangnya
masing-masing.

Dalam

tahun anggaran

1996/1997 jumlah pelatihan bagi

karyawan yang dilakukan di RSUP Dr Hasan Sadikin sebanyak 30 macam
pelatihan dengan jumlah peserta 1210 orang yang meliputi tenaga medis,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Dari ke 30 macam pelatihan

tersebut 23 macam pelatihan yang sasarannya adalah tenaga paramedis

dan non medis. ( Laporan Bidang Diklit RSHS: 1997 ). Pimpinan RSUP
Dr

Hasan

Sadikin

mencanangkan

tahun

1997

sebagai

tahun

pemberdayaan perawat. Dampak dari kebijaksanaan tersebut, maka pada
tahun anggaran 1997/1998 tenaga keperawatan mendapat prioritas
pertama dalam

pengembangan program pendidikan dan

pelatihan,

sehingga tenaga perawat yang mendapat kesempatan untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan dalam dua tahun terakhir ini jumlahnya cukup

banyak, baik yang dilaksanakan di lingkungan RSHS maupun diluar
RSHS.

Dalam UUSPN No 2 Th

1989 pasal I, dikatakan bahwa

pendidikan adalah upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa

yang akan datang. Sedangkan kegiatan

adalah

keahlian,

serangkaian aktivitas yang

pengetahuan,

pengalaman

pelatihan pada hakekatnya

dirancang

atau

untuk

perubahan

meningkatkan

sikap

dan

ketrampilan agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaan saat ini dan

saat mendatang dengan lebih baik ( Simamora H, 1995 ; 287 ). Sebagian

besar program pelatihan dimaksudkan untuk menanggulangi kekurangan-

kekurangan kinerja, nampak dalam bentuk ketidak cocokan antara

perilaku aktual dan perilaku yang diinginkan. Jika seorang karyawan tidak
berprestasi pada level yang diharapkan atau terjadi penyimpangan

pelaksanaan maka program -program pelatihan diusulkan sebagai upaya
pemecahan masalah.

Dalam suatu organisasi baik pemerintah maupun industri,

pelatihan diperlukan agar para pelaksana dapat membantu pimpinan
mencapai maksud dan tujuan instansi yang dipimpinnya. Dengan
demikian pelatihan merupakan salah satu sarana manajemen yang

digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan agar
kinerja individu dan organisasi meningkat (Terence Jackson :1989 ).
Pelatihan yang efektif apabila pelatihan dapat merealisasi

berbagai tujuan yang ditetapkan dan dalam pelaksanaanya d&pat
beradaptasi dengan lingkungan serta membuat suasana yang menarik
bagi peserta pelatihan. Agar suatu pelatihan efektif, semua langkah yang
dikembangkan harus merupakan kegiatan yang terpadu.

Dari hasil studi pendahuluan diperoleh data bahwa belum pernah
ada informasi mengenai efektifitas pelatihan tenaga perawat yang telah
dilaksanakan di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. Mengingat

macam

dan jumlah peserta pelatihan bagi tenaga perawat yang dilaksanakan di
RSHS cukup banyak, maka hal ini menarik bagi peneliti untuk menelaah
secara empiris : " Apakah pelatihan tenaga perawat yang dilaksanakan
sudah efektif ?"

B. Fokus Masalah, Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Tema sentral dari penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat rumah sakit. Esensi tema sentral tersebut
adalah bagaimana upaya meningkatkan kualitas profesionalisme/ keahlian
tenaga perawat melalui pelatihan.

Lembaga Administrasi Negara ( 1983 : 6 ) menggambarkan
bahwa dalam suatu model sistem pelatihan terdapat lima komponen

kegiatan dimana setiap komponen saling berinteraksi satu sama lainnya.
Ke lima komponen tersebut adalah ; (1) Pengkajian kebutuhan pelatihan,

(2) Perumusan tujuan pelatihan, (3) Merancang program pelatihan, (4)
Pelaksanaan program pelatihan dan (5) Evaluasi program pelatihan.

Kelima

komponen ini merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap efektivitas pelatihan secara keseluruhan dan masing-masing
mengandung
kajian

permasalahan tertentu. Penelitian ini akan memusatkan

kepada

pelaksanaan

pelatihan

dengan

mengeksplorasi,

mengidentifikasi, mendeskripsi, dan menganalisis kondisi dari faktor-faktor

yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pelatihan tersebut. Dari hasil
studi pendahuluan di lokasi penelitian dapat dirumuskan 5 masalah pokok

penelitian. Selanjutnya ke lima masalah tersebut secara lebih rinci
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian seperti berikut ini:

1. Apakah macam dan tujuan pelatihan yang dilaksanakan relevan
dengan visi dan misi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung ? Pertanyaan
ini lebih lanjut dirinci sebagai berikut:

a. Apa visi dan misi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung ?

b. Bagaimana strategi pengembangan SDM tenaga perawat dan apa
macam dan tujuan pelatihan yang telah dilaksanakan bagi tenaga
perawat tersebut.

2. Apakah kegiatan yang dilakukan sebelum merancang program
pelatihan mendukung tersusunnya perencanaan pelatihan yang
efektif?. Pertanyaan ini dirinci kembali meliputi:

a. Apakah dilakukan pengkajian kebutuhan pelatihan ( Training Need
Assessment /TNA) ?

b. Bagaimana pola perumusan macam dan tujuan pelatihan ?

c. Bagaimana pola pemilihan tenaga perawat yang menjadi peserta
pelatihan ?

3. Apakah rancangan program pelatihan yang telah disusun dapat
mendukung berkembangnya pelatihan yang efektif ? Pertanyaan ini
dirinci lebih lanjut lagi menjadi:

a. Bagaimana cara menyusun rancangan program pelatihan tenaga
perawat ?

b. Komponen - komponen apa yang terdapat dalam rancangan
program pelatihan ?

4. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSUP Dr

Hasan Sadikin Bandung ? Pertanyaan ini dirinci lebih lanjut seperti
berikut ini:

a. Bagaimana keadaan fasilitas dan nara sumber/ pelatih dalam

pelatihan tersebut ?

b. Bagaimana cara pelatih memberikan instruksi/mengajar/melatih ?

c. Apakah pelaksanaan pelatihan sesuai dengan rancangan program
pelatihan ?

d. Masalah-masalah apa yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan
tersebut ?

5. Bagaimana evaluasi pelatihan tenaga perawat RSUP Dr Hasan Sadikin
Bandung dilaksanakan?

a. Siapa yang melaksanakan ?
b. Apa instrumen evaluasi tersebut ?

c. Bagaimana hasil evaluasi tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh
gambaran empirik mengenai efektivitas pelaksanaan pelatihan

tenaga perawat di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini ialah :

a. Mengetahui hubungan antara macam dan tujuan pelatihan
tenaga perawat dengan visi dan misi RSUP Dr Hasan Sadikin
Bandung.

10

b. Mengetahui kegiatan yang dilakukan sebelum merangcang

program pelatihan yang meliputi : 1) pengkajian kebutuhan
pelatihan; 2) Pola penentuan macam dan tujuan pelatihan tenaga

perawat RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung; 3) Pola pemilihan
tenaga perawat RSUP Dr Hasan Sadikin yang menjadi peserta
pelatihan.

c. Mengetahui pola rancangan program pelatihan tenaga perawat
yang ditempuh di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung

d. Mengetahui pelaksanakan program pelatihan tenaga perawat di
RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung yang meliputi : 1) Keadaan

fasilitas, sarana dan nara sumber pelatihan; 2) Cara pelatih
memberikan latihan/mengajar; 3) Kesesuaian antara pelaksanaan

pelatihan dengan rancangan program pelatihan; 4) Masalahmasalah yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan.
f. Mengetahui pelaksanaan evaluasi

pelatihan tenaga perawat

RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai:
1. Usaha untuk

memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti

tentang bagaimana melaksanakan

pelatihan yang efektif.

11

2. Masukan

atau

umpan

balik bagi penyempumaan perencanaan

dan pelaksanaan pelatihan di lingkungan RSHS khususnya pelatihan
tenaga perawat.

3. Acuan bagi pengembangan ilmu di bidang pelatihan tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan rumah sakit.

4. Bagi pengembangan studi/penelitian lanjut di bidang Administrasi
Pendidikan

E. Asumsi

Sehubungan dengan paradigma penelitian yang akan diuraikan
selanjutnya, ditentukan asumsi sebagai berikut:

1. Keperawatan

merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan yang merupakan pelayanan esensial dalam meningkatkan
harkat hidup individu, keluarga dan masyarakat (Tim Departemen
Kesehatan Rl, 1991:4).

2. Tenaga perawat di rumah sakit merupakan sumber daya yang sangat

penting dan strategis karena perawat terlibat langsung dalam
pelayanan. kesehatan di rumah sakit menangani pasien, sehingga
seorang

perawat perlu memiliki sikap, perilaku,

motivasi dan

kemampuan kerja ( Udja Sumantri, 1998; 4)

3. Pada saat ini hampir semua rumah sakit pemerintah dan swasta sangat
kekurangan tenaga perawat selain jumlahnya kurang, mutunya pun

sering dikeluhkan masyarakat (Laksono Trisnantoro et al, 1995;27)

12

4 Perbaikan dan pengembangan kualitas tenaga perawat di RSUP Dr

Hasan Sadikin mempunyai hubungan yang bersifat positif yang erat
dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja
.(Udja Sumantri; 1998; 195)

F. Paradigma Penelitian

Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah mengusahakan

kesempatan yang lebih luas bagi setiap penduduk untuk memperoleh
derajat

kesehatan

yang

setinggi-tinginya

penyediaan pelayanan kesehatan yang

dengan

mengusahakan

lebih luas dan lebih merata.

Pembangunan kesehatan melalui rumah sakit ini mengutamakan layanan
kesehatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah baik di desa maupun
di kota.

Rumah sakit

sebagai

mata

rantai

pelayanan kesehatan

mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bersamasama

dengan

Puskesmas

melalui jalur

rujukan

harus

mampu

menyediakan apa yang diharapkan masyarakat pada waktu ini dan

kemudian hari. Dalam melaksanakan misi tersebut setiap rumah sakit

beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya melalui cara yang
paling efektif agar dapat menghasilkan suatu jasa yang dapat memenuhi
harapan masyarakat.

13

Sumber daya yang dimiliki oleh suatu

rumah sakit dapat

dikatagorikan menjadi empat tipe sumber daya yaitu: (1) Finansial; (2)
Fisik; (3) Manusia; (4) Kemampuan teknologi dan sistem.
Dari ke empat tipe sumber daya tersebut sumber daya manusia

(SDM) merupakan sumber daya yang paling penting bagi organisasi
(rumah sakit) dalam memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Tenaga perawat adalah salah satu jenis tenaga kerja yang
selalu ada di setiap rumah saki, juga merupakan salah satu ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Melalui manajemen sumber daya manusia dilakukan suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan kegiatan-

kegiatan sumber daya manusia dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Randal (1987 : 6), mengemukakan lima fungsi manajemen sumber daya

manusia yaitu: Perencanaan sumber daya manusia, staffing, penilaian &
imbalan, perbaikan/pengembangan dan pembinaan. Pelatihan tenaga

perawat yang efektif merupakan salah

satu

upaya dalam rangka

perbaikan dan pengembangan kemampuan SDM rumah sakit.
Pelatihan

merupakan sarana manajemen untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan para pegawai agar mereka memiliki
ketrampilam, pengetahuan, mental dan kepribadian sesuai dengan yang

diharapkan organisasi. Agar suatu pelatihan efektif, maka semua langkah
kegiatan pelatihan yang dikembangkan harus merupakan suatu kegiatan
yang terpadu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.

14

Menurut Lembaga Administrasi Negara (1983: 6) dalam suatu

model sistem pelatihan terdapat lima komponen kegiatan yang saling
berinteraksi satu sama iainnya. Masing-masing komponen kegiatan
merupakan suatu proses

integral . Ke lima konponen kegiatan dalam

model sistem pelatihan tersebut adalah pengkajian/penilaian kebutuhan

pelatihan, penentuan tujuan pelatihan, perancangan pogram pelatihan,
pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan.

Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan tahap yang paling
penting dalam proses pelatihan. Dari hasil penilaian kebutuhan inilah

seluruh proses harus dirancang. Tahap ini merupakan fondasi bagi

keseluruhan upaya-upaya pelatihan. Dalam tahap ini dibutuhkan tiga tipe
analisis yang akan menghasilkan suatu keputusan mengenai kebutuhan
pelatihan. Ke tiga tipe analisis tersebut adalah :

1. Analisis

organisasional;

Merupakan

pemeriksaan

jenis-jenis

permasalahan yang dialami organisasi dan pada unit-unit kerja mana
permasalahan

kinerja

karyawan

tersebut

berada.

Selanjutnya

menentukan apakah pelatihan merupakan pemecahan masalah yang
tepat terhadap permasalahan kinerja tersebut. Hasil penilaian

kebutuhan pelatihan juga dikaitkan dengan perencanaan strategik
organisasi tersebut.

2. Analisis Operasional; Pada hakekatnya

analisis ini menyangkut

pertanyaan, apa yang harus diajarkan agar karyawan yang
bersangkutan mampu melakukan pekerjaan secara efektif. Hasil dari

15

analisis ini adalah diperolehnya informasi tentang: (l)Tugas-tugas
yang seharusnya dilakukan oleh karyawan; (2) Tugas-tugas yang telah

dilakukan saat ini; (3)Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan tetapi
belum dilakukan karyawan; (4)Sikap, pengetahuan dan ketrampilan
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

3. Analisis Personalia ; Merupakan pemeriksaan seberapa baik seorang

individu sebagai karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada
kelompok karyawan mana saja kesenjangan antara kinerja aktual dan
yang diinginkan terjadi. Dari hasil analisis personalia ini dapat diketahui
karyawan yang mana yang membutuhkan pelatihan.

Berdasarkan

hasil penilaian terhadap kebutuhan pelatihan

dirumuskan tujuan/sasaran program pelatihan. Sasaran ini memainkan

peranan penting baik dalam perancangan program pelatihan maupun
pada tahap evaluasi.

Perancangan Program Pelatihan baru dapat dilakukan setelah

adanya keputusan pelatihan yang dibutuhkan oleh organisasi dan
perumusan tujuan pelatihan yang harus dicapai. Suatu rancangan

program pelatihan yang tepat akan menggambarkan secara lengkap hasil

dari

kegiatan

penilaian

kebutuhan

pelatihan

dan

penetapan

tujuan/sasaran pelatihan. Dalam rancangan program pelatihan ini disusun

materi yang akan diberikan

untuk mencapai

tujuan pelatihan yang

ditetapkan. Penetapan tehnik pelatihan dan aktivitas-aktiyitas pengalaman

16

belajar harus relevan dengan hasil penilaian kebutuhan pelatihan dan
penetapan sasaran pelatihan.

Pemilihan narasumber, rencana fasilitas, sarana dan dana serta

rencana evaluasi pelatihan merupakan komponen-komponen lain yang
melengkapi rangcangan program pelatihan. Rancangan program pelatihan

yang tepat dan lengkap

akan mendukung terciptanya pelatihan yang

efektif.

Pelaksanaan
realisasi

dari

program pelatihan

rancangan

program

pada hakekatnya adalah

pelatihan

yang

telah

disusun

sebelumnya. Proses pemberian instruksi, melatih, mengajar dan kegiatan

lain dalam proses belajar mengajar dianggap yang paling penting dalam
proses pelaksanaan pelatihan. Pelaksanaan pelatihan yang efektif adalah

apabila proses pelatihan tersebut dapat dilaksanakan sesuai

dengan

rencana dan tujuan pelatihan yang ditetapkan.

Untuk melihat keberhasilan pelatihan tersebut dilakukan evaluasi
baik evaluasi internal (evaluasi terhadap input, proses dan output) juga
evaluasi eksternal yaitu terhadap out come dan dampak. Paradigma
penelitian tersebut apabila di visualisasikan ke dalam gambar dapat dilihat
sebagai mana terlihat pada Gambar 1 pada halaman 17

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat

dijelaskan bahwa efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di

RSUP Dr Hasan Sadikin

Bandung selain dipengaruhi oleh proses

pelaksanaan pelatihan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

GAMBAR1

PARADIGMA PENELITIAN
PELAYANAN
KESEHATAN
RS.

1

fr, PERENCANAAN
VISI & MiSI

STAFFING

KEGIATAN LAIN

"~l

MANAJEMEN
SDM

'V
PENILAIAN t,

PENINGKATAN MUTU

IMBALAN

LINGKUNGAN KERJA,

PENGKAJIAN

KESELAMATAN, DAN

KEBUTUHAN

KESEHATAN KERJA

PELATIHAN

PERBAIKAN & PE

NGEMBANGAN TE
NAGA KERJA &
LINGKUNGAN KERJA

PELATIHAN
TENAGA KERJA

EVALUAS!
IV!

| *Q~^p.

PERBAIKAN 4

1_

*

\ fc» jPENE
PENETAPAN

PELATIHAN

SASARAN

(PERAWAT RS.^

I]

PENGEMBANGAN
KUALITAS TENAGA
PERAWAT

M

HH PEMBINAAN
PENGEMBANGAN
KARIR

PELAKSANAAN

PB.ATIHAN

^

PERENCANAAN

\N j

PROG. PELATIHAN

ViSI & MISI

ir
PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN
KEPERAWATAN

18

melandasinya

seperti

perumusan

kebutuhan

pelatihan,

penetapan

sasaran dan tujuan pelatihan serta hal lain yang melatar belakanginya

yaitu visi, misi dan strategi yang dipegang para pucuk pimpinannya.
Dari uraian tersebut, terakhir terlihat bahwa visi, misi dan strategi

yang dipedomani oleh para pimpinan rumah sakit dalam pengembangan
sumber daya manusia harus menjadi acuan yang paling fundamental bagi

perumusan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM rumah
sakit termasuk pelatihan para perawat.

Komponen-komponen

rancangan

program

pelatihan

tenaga

perawat di rumah sakit dirumuskan melalui kegiatan penilaian kebutuhan
pelatihan hingga dapat ditetapkan

unit kerja mana yang perlu dilatih,

macam pelatihan yang diperlukan dan siapa perawat yang akan menjadi
peserta pelatihan. Hasil kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan ini
dipengaruhi oleh proses kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan dan
ketrampilan petugas yang melaksanakannya, serta situasi dan kondisi

yang mendukung/menghambat di lingkungan RSUP Dr Hasan Sadikin
Bandung.

Dalam proses penetapan sasaran dan tujuan pelatihan, kegiatan
dimulai dengan pengidentifikasian tujuan/sasaran pelatihan, menetapkan

tujuan/sasaran

yang

ingin

dicapai

dan

merumuskan

kriteria

dari

sasaran/tujuan yang harus dicapai. Dalam rangka mendukung tercapainya
pelaksanaan pelatihan yang efektif maka tujuan/sasaran pelatihan yang
ditetapkan harus berorientasi kepada peningkatan keahlian, pengetahuan,

19

pengalaman, sikap dan ketrampilan tenaga perawat RSUP Dr Hasan
Sadikin agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya saat ini dan

saat mendatang sesuai dengan visi dan misi RSUP Dr Hasan Sadikin.
Perumusan kriteria tujuan/sasaran yang ingin dicapai diperiukan agar
hasill pelatihan dapat dievaluasi.
Berdasarkan rumusan sasaran/tujuan pelatihan tersebut dapat

dikembangkan komponen berikutnya yaitu kurikulum pelatihan yang akan

diterapkan, materi apa yang perlu diberikan dan pemilihan metoda yang
tepat serta pemilihan nara sumber/pelatih disamping itu juga harus segera
ditetapkan komponen lainnya seperti fasilitas, sarana dan dana yang

dibutuhkan disusun dalam rangka tercapainya tujuan pelatihan serta

sesuai dengan kondisi dan situasi yang dimiliki oleh RSUP Dr Hasan
Sadikin Bandung.
Faktor

lainnya

yang

mempengaruhi

efektifitas

pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat di RSUP DR Hasan Sadikin Bandung adalah
tahap pelaksanaan pelatihannya sendiri dan bagaimana cara monitoring
pelatihan agar pelaksanaan pelatihan tersebut dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan tujuan pelatihan dapat tercapai.
Komponen rencana evaluasi, merupakan hal yang tidak kalah

pentingnya karena rencana

evaluasi yang tepat, baik evaluasi internal

(terhadap input, proses, output) ataupun evaluasi eksternal ( terhadap
outcome, dampak) bila dilaksanakan dapat memberikaaurapanJba///cyang

dibutuhkan dalam rangka meningkatkan rencana

program pelatihan

20

berikutnya, sehingga pelatihan yang dilaksanakan dapat memberikan
dampak yang positif selain bagi tenaga perawat secara individu juga bagi
rumah sakit.

Komponen-komponen

yang

dikembangkan

diatas

harus

merupakan suatu kegiatan yang terpadu sehingga setiap komponen
merupakan bagian integral dari suatu model sistem pelatihan.

Dari paradigma penelitian yang dijelaskan di atas, diharapkan

dapat dikembangkan suatu pelaksanaan pelatihan yang efektif dalam
rangka pengembangan sumber daya manusia khususnya tenaga perawat
di RSUP Dr Hasan Sadikin,

efektif merupakan

investasi

karena pelatihan

sumber

tenaga perawat yang

daya manusia yang

memberikan dampak positif terhadap rumah sakit.

dapat

C3

^X

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metoda deskriptif

analisis dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metoda penelitian

dengan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian ini yakni
untuk mendeskripsikan dan menganalisa tentang efektivitas pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, sebagai
salah satu upaya dalam rangka peningkatan dan pengembangan tenaga

perawat yang merupakan SDM di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena

tujuan pokok yang telah dikemukakan, tidak bermaksud untuk mengukur
populasi secara statistik kuantitatif.
menganalisa

data

yang diperoleh

Dengan

mendeskripsikan dan

diharapkan dapat

menemukan

kecenderungan dan kemungkinan berbagai pelaksanaan pelatihan tenaga

perawat yang efektif , sehingga program pelatihan merupakan solusi bagi
masalah kinerja perawat yang disebabkan kemampuan yang belum sesuai
dengan harapan.

Bogdan & Biklen ( 882 ; 27-30 ) serta Lincoln & Guba ( 1985 ; 34-

44 ) mengemukakan berbagai karakteristik penelitian kualitatif sebagai
berikut:

68

1. Penelitian kualitatif mempunyai latar alamiah atau natural setting;
peneliti mengumpulkan data dalam situasi lapangan secara wajar untuk
memperoleh gambaran yang sebenarnya , karena itu hanya peneliti

sendiri yang dapat memaknai, memahami dan merasakan situasi yang

sebenarnya serta dapat menyelami nilai yang terkandung dari ucapan,
ungkapan dan situasi yang ada.

2. Dalam penelitian ini manusia sebagai alat atau instrumen penelitian.
3. Analisa data secara induktif ; yaitu menarik kesimpulan berdasarkan
data yang dijumpai dilapangan.

4. Pemberian makna ( meaning ) merupakan sasaran utama untuk
memahami situasi.

5. Laporan bersifat deskriptif; data umumnya bersifat kualitatif yang kaya
tentang apa yang diteliti. Meskipun diperoleh data kuantitatif seperti
angka-angka, namun perlu diinterpretasikan secara kualitatif yaitu nilai
yang terkandung dalam angka-angka tersebut.

6. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
7. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian .
8. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.

9. Disain yang bersifat sementara .

10.Hasil penelitian diundangkan dan disepakati bersama.

Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan diatas,
maka untuk penelitian ini peneliti sebaliknya secara lane

dengan sumber data untuk melakukan pengamatam
V

69

dengan metode tersebut akan dapat menghasilkan data yang lebih
mendalam, lebih banyak dan lebih terinci, seperti yang dikemukakan oleh

M.Q. Patton ( Nasution 1996: 60 ) bahwa : "Participant observation is the
most comprehensive ofall types ofresearch strategies. "

Penelitian kualitatif harus terhindar dari pengaruh bias pribadi

terhadap obyek penelitian. Untuk itu perlu disusun catatan rinci tentang
informasi yang diperoleh dari lapangan secara lengkap dan akurat, karena
hal ini sangat penting untuk langkah analisa berikutnya.

B. Lokasi Penelitian

Seperti dijelaskan pada Bab I bahwa penelitian ini akan meneliti

tentang efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSUP Dr
Hasan Sadikin Bandung . Adapun lokasi penelitian berada di RSUP Dr

Hasan Sadikin meliputi unit-unit kerja yang ada keterkaitannya dengan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan tenaga perawat
, meliputi:

1. Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian ( Diklit) RSHS;
2. Instalasi Pendidikan dan Pelatitan ( Diklat) RSHS;
3. Bidang Perawatan RSHS;

4. Instalasi Rawat Inap RSHS .

70

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pengertian populasi ( Nasution

1996: 29 ). Sampel dalam penelitian kualitatif ditafsirkan sebagai aspek dari
suatu peristiwa dari siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi
tertentu. Sehingga tehnik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda
dengan pada penelitian

kuantitatif . Pada penelitian kuantitatif sampel

dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan
generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi.
Pada penelitian kualitatif, menurut Lincoln dan Guba ( Lexy J. Moleong,
1997: 165 ) peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga

masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri. Selain itu
dalam penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor

kontekstual . Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Tujuannya

adalah untuk merinci kekhususan yang ada kedalam ramuan konteks yang
unik dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan
teori yang muncul.

Sampel diambil secara purposive ( bertujuan ), yaitu pengambilan
subyek sebagai sampel penelitian yang didasarkan kepada adanya tujuan

tertentu. Tehnik sampling tersebut mempunyai cari-ciri sebagai berikut
(Lexy J. Moleong 1997; 165-166 ):
1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

71

2. Pemilihan sampel secara berurutan, tehnik " Snowball Sampling " yaitu
responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan
informasi dan selanjutnya responden berikutnya diminta pula menunjuk

yang lainnya dan seterusnya, sehingga dari satu menjadi makin lama
makin banyak.

3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel

dapat sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang
masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja , sampel dipilih atas
dasar fokus penelitian.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika tidak ada lagi
informasi yang dapat dijaring maka penarikan sampel harus sudah
dihentikan

Sampel penelitian ini merupakan sumber data yang memiliki

berbagai karakteristik, unsur, nilai, yang berkaitan dengan efektifitas
pelaksanaan pelatihan tenaga perawat RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
Dengan demikian sampel tersebut adalah Staf Bidang Diklit dan Instalasi
Diklat sebagai pengelola program pelatihan, staf Bidang Perawatan, staf

Bidang Pelayanan, perawat sebagai peserta/mantan peserta pelatihan,
pelatih/instruktur, kepala ruangan sebagai atasan langsung peserta.

D. Data Yang Diperiukan
Berdasarkan pokok permasalahan telah dikemukakan pada bagian
pendahuluan maka data yang diperiukan dalam penelitian ini terdiri dari:

72

1. Informasi mengenai RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung yang meliputi:
Struktur Organisasi dan tatakerja RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, dan
Visi, Misi serta Strategi pengembangan SDM khususnya tenaga perawat.

2. Kegiatan yang dilakukan sebelum menyusun rancangan program
pelatihan yang
menentukan

meliputi;

Pengkajian kebutuhan

pelatihan,

cara

macam dan tujuan pelatihan, dan perawat yang akan

dilatih.

3. Rancangan program pelatihan tenaga perawat di RSUP Dr Hasan yang
meliputi; Cara menyusun rancangan program pelatihan dan Komponenkomponen yang ada dalam rancangan program pelatihan.
3. Pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSUP Dr Hasan Sadikin

Bandung. Data tersebut terdiri dari : (1) Fasilitas, pelatih, peserta dan

kurikulum pelatihan, (2) Pemberian instruksi/melatih/mengajar, (3)
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan.

4. Evaluasi pelatihan. data ini terdiri dari : (1)

Siapa yang melaksanakan

evaluasi, (2) apa instrumen evaluasi, (3) bagaimana hasil evaluasi (
internal dan eksternal)

E. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti langsung

terjun ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang

73

dibutuhkan berkenaan dengan

pelatihan tenaga perawat, agar dapat

memahami kenyataan yang terjadi dilapangan sesuai konteksnya.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi berbagai bentuk / cara yaitu, pengamatan (observasi), wawancara
dan studi dokumentasi. Ketiga

tehnik pengumpulan data tersebut

digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi

sehingga dapat

diperoleh informasi yang diperiukan. Data yang diperoleh diklasifikasikan
menjadi data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui wawancara

dan observasi, sedangkan

data

sekunder didapat melalui

studi

dokumentasi.

1. Observasi ( pengamatan ).

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Makna yang diperoleh dalam

setiap pengamatan , harus selalu kita kaitkan dua hal yakni informasi (
misalnya apa yang terjadi )

dan konteks ( hal-hal yang berkaitan

disekitarnya ), karena segala sesuatu terjadi dalam dimensi waktu dan

tempat tertentu. Informasi yang dilepas dari konteksnya akan kehilangan
makna.

Menurut Nasution

( 1996 : 61 ) partisipasi pengamat dalam

melakukan observasi dapat dilakukan dalam berbagai tingkat yaitu ;

74

partisipasi nihil, sedang, aktif dan partisipasi penuh. Dalam penelitian ini
posisi

peneliti berada

pada partisipasi aktif dan

penuh

. Hal

ini

dimungkinkan mengingat tempat penelitian adalah lingkungan kerja peneliti
sendiri. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengamatan dengan partisipasi

penuh

mempunyai keuntungan yaitu

peranannya sebagai peneliti

tersamar bagi orang yang diselidikinya.sehingga dapat mengetahui seluk
beluk dan rahasia kelompok.

Tehnik
secara langsung

observasi ( pengamatan ) digunakan untuk mengamati
proses belajar mengajar dalam kegiatan pelaksanaan

pelatihan, sarana dan fasilitas pelatihan, ketrampilan perawat dalam
melaksanakan tugasnya setelah pelatihan.

2. Wawancara

Tehnik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau

informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti
khususnya untuk memperoleh data mengenai proses merancang program
pelatihan dan data mengenai perubahan kinerja perawat setelah mengikuti

pelatihan. Wawancara dilakukan dengan Kepala Bidang / staf Diklit, Staf
Instalasi Diklat, Kepala Bidang Perawatan dan Kepala Seksinya,

Para

perawat peserta pelatihan dan para perawat yang pernah mengikuti
pelatihan , Kepala Ruangan sebagai atasan langsung peserta pelatihan.

75

3. Studi Dokumentasi

Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi

tentang komponen-komponen yang ada dalam

rancangan

program

pelatihan tenaga perawat RS Dr Hasan Sadikin Bandung, dan hasil evaluasi
pelatihan tenaga perawat RSHS yang pernah dilakukan , baik evaluasi

internal maupun exsternal, serta data-data lain yang ada kaitannya dengan
kegiatan pelatihan tenaga perawat RS Dr Hasan Sadikin Bandung.

F. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang akan dilalui yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan.

1. Tahap Persiapan

Pada
pemahaman

tahap
literatur

pengembangan

ini,

langkah

yang

pertama

berhubungan

SDM. Peneliti mencoba

yang
dengan

dilakukan
pelatihan

mengumpulkan

adalah
dan

data- data

mengenai upaya-upaya pengembangan SDM di RS Dr Hasan Sadikin dan

beberapa permasalahannya melalui studi pendahuluan.

Langkah berikutnya peneliti mencoba mendeskripsikannya dalam

desain penelitian untuk diajukan kepada pengelola seminar_di PPS IKIP
Bandung . Seminar diadakan pada tanggal 26 Maret

76

salah satu ruang PPS IKIP bandung dibawah arahan Bapak Prof DR H.
Kusmana, Bapak Prof. DR.H Supandi dan Bapak DR Djam'an Satori, MA.
Dari hasil seminar didapat banyak masukan-masukan . Langkah selanjutnya
adalah memproses surat perijinan sesuai prosedur yang berlaku.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap

ini peneliti berusaha memperoleh informasi tentang

latar penelitian secara tepat. Untuk itu dijalin hubungan , baik secara formal
maupun informal dengan responden yang akan dimintaai keterangan.

Fleksibilitas dan adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses
pengumpulan data dan pelaksanaanya berjalan lancar.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen penelitian utama .

Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum punya bentuk yang pasti.
Masalah,

fokus

dikumpulkan,

penelitian,

prosedur

penelitian,

data

yang

akan

bahkan hasil yang diharapkan semuanya tidak dapat

ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Peneliti sebagai instrumen
penelitian serasi untuk penelitian kualitatif karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut ( Nasution, 1996 : 55-56 ):

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala

stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi penelitian.

77

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, dan hanya manusia
sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala selukbeluknya.

d. Untuk memahami suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia,

perlu merasakannya, menelaminya, berdasarkan penghayatan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperolehnya.

f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat menngambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera

menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,
perubahan, perbaikan atau penolakan.
g. Dengan manusia sebagai instrumen , respon yang aneh yang

menyimpang diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain
bahkan yang

bertentangan dipakai

untuk

mempertinggi tingkat

kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan triangulasi yaitu mengecek
kebenaran data untuk menghindari subyektivitas dengan cara menanyakan
data yang sama dari sumber lain dengan menggunakan metode yang sama

atau berbeda ( Nasution , 1996 : 10 ). Selain itu dilakukan juga member
check untuk mengkonfirmasikan kebenaran catatan lapangan yang telah

dianalisis

pada

sumber

datanya.

Kemudian

mendeskripsikan

dan

78

menganalisis data lapangan

dengan merujuk kajian teoritis untuk

menghasilkan temuan penelitian.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini disusun laporan penelitian secara sistematis dalam
bentuk tesis yang akan dipertanggung jawabkan secara ilmiah dalam
progres report, ujian tahap I dan ujian tahap II.

G. Analisa Data

Analisa data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data
kedalam pola, katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh
data ( Lex J. Moleong, 1997: 103 ). Sedangkan Bogdan dan Biklen (1990 :
189 ) mengemukakan bahwa analisa data merupakan proses mencari dan
mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman

mengenai bahan-bahan itu dan melaporkan yang telah ditemukan kepada
pihak lain. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa data

adalah pengorganisasian data, mengurutkan data dan membentuknya
kedalam pola, katagori dan uraian dasar untuk pemberian makna dan
pemahaman.

79

Analisa data dilakukan pada waktu

dilapangan

dan

setelah

proses

peneliti masih

berada

yaitu

peneliti

pengumpulan data

meninggalkan kancah lapangan. Pada saat penelitian dilakukan, analisa

data dilakukan dengan cara merekam data lapangan, melakukan member
check kepada sampel penelitian, melakukan triangulasi, dan melakukan

penyempurnaan

analisis,

kemudian

menyusun

kecenderungan-

kecenderungan yang timbul sesuai dengan proses dan jenis data yang
didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung didalamnya.
Analisa

data setelah peneliti

meninggalkan kancah lapangan

dilakukan dengan mereduksi data dan menunjukan data sehingga
hubungan data akan terlihat dan membentuk kesatuan yang utuh serta
dapat ditarik kesimpulan.

Bila tahapan-tahapan penelitian tersebut dikaitkan dengan tehnik
analisa data , akan tampak seperti pada Gambar 12 di halaman 80.

F. Kepercayaan Temuan Penelitian

Untuk menetapkan keabsahan data diperiukan tehnik pemeriksaan.
Pelaksaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

Lexy J.Moleong (1997: 173) mengemukakan bahwa dalam penelitian

kualitatif ada empat kriteria yang digunakan yaitu: derajat kepercayaan
(credibility/validitas internal), keteralihan (transferability/validitas eksternal),

80

kebergantungan ( dependability/reliabilitas ),dan kepastian ( confirmability
/obyektivitas)
Tehnik Analisa Data

Studi Pendahuluan

Dokumentasi

Observasi

Wawancara

Penyusunan Desain

I
Seminar Desain

Pengumpulan Data
I

r
Observasi

—[—•
Dokumentasi

Triangulasi &
member check

1

1

Wawancara

Angket

Pengelompokan Data,
Klasifikasi, dan Analisis

Konsep Teori

Reduksi Data

Konsep, Teori
Makna

Gambar 12

81

Penerapan kriteria derajat kepercayaan ( credibility ) pada

dasarnya menggantikan konsep validitas

internal dalam

penelitian

kuantitatif. Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai

dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan apakah
penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang
sebenarnya ada/terjadi.

Dalam penelitian kualitatif validitas internal

(kredibilitas) menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada
pada partisipan ( Nasution , 1996; 105 ). Menurut Lexy J. Moleong (1997:
175 ) agar penelitian memenuhi kredibilitas harus memenuhi kriteria tertentu

yaitu : (1) perpanjangan keikut sertaan, (2) ketekunan pengamat, (3)
triangulasi, (4) pengecekan sejawat, (5) kecukupan referensi (6) kajian
kasus negatif, (7) pengecekan anggota. Dalam penelitian ini perpanjangan
keikutsertaan sangat dimungkinkan karena lokasi penelitian berada
dilingkungan tempat peneliti bekerja. Selain itu peneliti akan mencoba
melakukan triangulasi, pengecekan anggota, dan kecukupan referensi agar
penelitian memenuhi kriteria kredibilitas.
Validitas eksternal ( transferability ) berkenaan dengan tingkat

generalisasi yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan juga
berlaku bagi kasus-kasus lain di luar penelitian. Dalam penelitian ini agar
memenuhi kriteria

validitas eksternal / transferability peneliti mencoba

melakukannya dengan cara "uraian rinci", yaitu melaporkan

hasil

penelitiannya sehingga uraiannya dilakukan seteliti dan secermat mungkin
yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Laporan

82

mengacu kepada fokus penelitian , uraiannya akan mengungkapkan segala
sesuatu sehingga pembaca dapat memahami penemuan-penemuan yang

diperoleh. Penemuan itu sendiri merupakan penafsiran yang dilakukan
dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggungan jawaban
berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

Kebergantungan

( dependability ) merupakan

subsitusi istilah

reliabilitas dalam penelitian kuantitatif ( Lexy J. Moleong , 1997: 174 ). Pada
penelitian kuantitatif, reliabilitas ditunjukan dengan jalan mengadakan
replikasi studi, reliabilitas suatu penelitian tercapai jika diadakan beberapa
kali pengulangan suatu studi dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara
esensial sama. Reliabilitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : (1)
status dan kedudukan peneliti, (2) pilihan informan, (3) situasi dan kondisi
sosial , (4) definisi

konsep, (5)

metode pengumpulan dan analisis

data.Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian ini diusahakan :

(1) memberikan uraian deskriptif yang konkrit, catatan

ucapan dan

percakapan verbatin, (2) meminta bantuan teman yang berada dilokasi

lapangan untuk mendiskusikan dan membandingkan sehingga terjadi

kesesuaian, (3) pencatatan informasi dengan rekaman ( tape recorder )
sehingga dapat ditangkap informasi

dengan lengkap dan cermat (4)

meminta kritik dari teman sejawat dengan membaca laporan hasil
penelitian.

83

Kriteria kepastian (comfirmability) berasal dari konsep "obyektivitas"

menurut penelitian kuantitatif. Obyektivitas dalam penelitian kualitatif
berkaitan dengan ciri-ciri data: Dapatkah data tersebut dipastikan ?

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan

pada bab-bab terdahulu, maka berikut ini disajikan kesimpulan penelitian
sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Apabila memperhatikan hasil-hasil penelitian dan pembahasannya,
maka dapat dikatakan makna yang dapat diungkapkan oleh penelitian ini
yaitu adanya upaya-upaya dari para pengelola rumah sakit untuk

memperbaiki dan mengembangan kualitas tenaga perawat yang dilakukan
melalui pelatihan, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit.

Kesimpulan penelitian mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat tersebut, belum seluruh proses kegiatan dapat
mendukung tercapainya pelaksanaan pelatihan yang efektif. Beberapa
proses kegiatan yang telah dilakukan yang dapat mendukung tercar.
suatu pelaksanaan pelatihan yang efektif adalah: perumusan

tujuan pelatihan dalam proses pengkajian kebutuhan pelati)(an^>€

161

prinsip-prinsip

pembelajaran

dalam

proses

pelaksanaan

pelatihan,

pelaksanaan evaluasi internal dalam proses evaluasi pelatihan. Kegiatan-

kegiatan lainnya dalam sistem pelatihan tersebut masih perlu dikembangkan
agar efektifitas pelatihan tenaga perawat tersebut dapat tercapai seoptimal
mungkin.

2. Kesimpulan Khusus

a. Relevansi

yang

tinggi antara macam dan tujuan pelatihan yang

direncanakan dan dilaksanakan merupakan salah satu faktor yang

mendukung tercapainya pelaksanaan pelatihan yang efektif. Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa macam dan tujuan pelatihan yang
direncanakan dan dilaksanakan memiliki relevansi dengan visi dan

misi rumah sakit yaitu menjadi model rumah sakit pendidikan nasional

khususnya dalam empat bidang unggulan yaitu ; bedah jantung, bayi
tabung, transplatasi organ, dan bedah endoskopi karena dalam
perumusan kegiatan pelatihan tenaga perawat, visi dan misi rumah
sakit dijadikan acuan oleh Bidang Perawatan.

b. Pengkajian

kebutuhan

pelatihan

merupakan

langkah

yang

dilakukan oleh Bidang Perawatan sebelum merancang program

pelatihan. Kegiatan ini meliputi :(1) Merumuskan macam dan tujuan
pelatihan yang akan dilaksanakan,(2) memilih perawat yang akan
menjadi peserta pelatihan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian

162

mengungkapkan bahwa macam dan tujuan pelatihan yang ditetapkan

dapat mendukung tersusunnya perencanaan pelatihan yang efektif
karena sesuai dengan kebutuhan RSUP Dr Hasan Sadikin dan

program perbaikan serta pengembangan tenaga perawat, tetapi dalam

pemilihan peserta pelatihan belum seluruhnya tepat karena tidak
seluruhnya didasarkan
sehingga

perawat

pada

yang

pengukuran

tidak

kesenjangan

membutuhkan

kinerja,

pelatihan

ada

kemungkinan terpilih menjadi peserta pelatihan.

c. Belum seluruhnya rancangan program pelatihan yang disusun
dapat mendukung berkembangnya pelatihan yang efektif, karena

masih ada komponen yang masih lemah yang terdapat dalam
rancagan program pelatihan. Komponen tersebut adalah kurikulum

pelatihan yang belum dikembangkan sampai sub materi/pokok
bahasan dan tujuan instruksional. Kualitas dari rancangan program
pelatihan yang disusun tidak terlepas dari kemampuan si penyusun
Dalam penyusunan kurikulum tersebut belum nampak keterlibatan
seseorang yang memiliki kemampuan sebagai tenaga pendidik yang

profesional dalam hal pemngajaran (widyaiswara).
d. Dalam proses pelaksanaan pelatihan tenaga perawat RSHS ke lima

prinsip pembelajaran dapat diterapkan hal ini mendukung proses

pelaksanaan pelatihan yang efektif. Tetapi keadaan fasilitas ruang

163

belajar dan kemampuan sebagian pelatih dalam metodologi
pengajaran belum sepenuhnya dapat mendukung terjadinya
proses pembelajaran yang efektif.

e. Dalam pelaksanaan evaluasi pelatihan tenaga perawat RSUP Dr
Hasan Sadikin Bandung, sebagian besar hasil evaluasi

yaitu

informasi

tentang penyelenggaraan program

internal

pelatihan

khususnya pada tahap proses dan out put telah dapat memberikan
umpan balik yang dibutuhkan untuk peningkatan dan perbaikan

pelaksanaan program tersebut, kecuali informasi peserta dan pelatih
pada tahap input. Sedangkan hasil evaluasi ekstemal yaitu informasi

hasil pelatihan di tempat kerja berupa data mengenai peningkatan
kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya secara formal belum

diperoleh, karena belum pernah dilakukan, walaupun demik