EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PELATIHAN SDM KEPERAWATAN : Studi kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan tenaga Perawat Hemodialisis Di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung.

EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PELATIHAN
SDM KEPERAWATAN

(Studi Kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan Tenaga Perawat
Hemodialisis Di RSKG Ny.R.A.Habibie Bandung Tahun 2002)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

^BNC
. anan

Peningkalan

;eseh, lan RS

mutu


Pengkajian

lingkungan keqa

Kebutuhan

keselamatan.
Penilaian S

dan

Imbalan

ke(|a

Pelatihan

kesehatan
Perbaikan 8


PemOnaan

Evaluasi

Penetapan

Pelatihan

Sasaran

Pengembanga
Kualitas Tenap
Perawat

Pengembangan

Pelaksanaan

Perencanaan Prog


Kac«

Pelatihan

Pelatihan

Visi & Misi

Peningkatan
Mutu Peiayana
Keperawatan

Kerangka Pikir

Sumber : Diklat RSKG ( 2002 )

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat dijelaskan
bahwa efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG

NY RA Habibie Bandung selain dipengaruhi oleh proses pelaksanaan pelatihan

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang melandasinya seperti perumusan

kebutuhan pelatihan, penetapan sasaran dan tujuan pelatihan serta hal lain yang
melatar belakanginya yaitu visi, misi dan strategi yang dipegang para pucuk
pimpinannya.

14

Dari uraian tersebut, terakhir terlihat bahwa visi, misi dan strategi yang

dipedomani oleh para pimpinan rumah sakit dalam pengembangan sumber daya
manusia harus menjadi acuan yang paling fundamental bagi perumusan
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM rumah sakit termasuk
pelatihan para perawat.

Komponen-komponen rancangan program pelatihan tenaga perawat di

rumah sakit di rumuskan melalui kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan hingga

dapat ditetapkan unit kerja mana yang perlu dilatih, macam pelatihan yang

diperlukan dan siapa perawat yang akan menjadi peserta pelatihan. Hasil

kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan ini dipengaruhi oleh proses kegiatan
penilaian

kebutuhan

pelatihan

dan

keterampilan

petugas

yang

melaksanakannya, serta situasi dan kondisi yang mendukung / menghambat di
lingkungan RSKG Ny. RA. Habibie Bandung.


Dalam proses penetapan sasaran dan tujuan pelatihan, kegiatan dimulai

dengan pengidentifikasian tujuan / sasaran pelatihan, menetapkan tujuan /
sasaran yang ingin dicapai dan merumuskan kriteria dari sasaran / tujuan yang
harus dicapai. Dalam rangka mendukung tercapainya pelaksanaan pelatihan
yang efektif maka tujuan / sasaran pelatihan yang ditetapkan harus berorientasi

kepada

peningkatan

keahlian,

pengetahuan,

pengalaman,

sikap

dan


keterampilan tenaga perawat di RSKG NY RA Habibie agar karyawan dapat
melaksanakan pekerjaannya saat ini dan saat mendatang sesuai dengan visi

15

dan misi RSKG NY. RA. Habibie. Perumusan kriteria tujuan / sasaran yang ingin
dicapai diperlukan agar hasil pelatihan dapat dievaluasi.

Berdasarkan rumusan tujuan / sasaran pelatihan tersebut dapat
dikembangkan komponen berikutnya yaitu kurikulum pelatihan yang akan

diterapkan, materi apa yang perlu diberikan dan pemilihan metoda yang tepat
serta pemilihan nara sumber / pelatih disamping itu juga harus

segera

ditetapkan komponen lainnya seperti fasilitas, sarana dan dana yang dibutuhkan
disusun dalam rangka tercapainya tujuan pelatihan serta sesuai dengan kondisi
dan situasi yang dimiliki oleh RSKG Ny RA Habibie Bandung.


Faktor lainnya yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pelatihan
tenaga perawat di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung adalah tahap pelaksanaan

pelatihannya sendiri dan bagaimana cara monitoring pelatihan agar pelaksanaan
pelatihan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan
pelatihan supaya dapat tercapai.

Komponen rencana evaluasi, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya

karena rencana evaluasi yang tepat, baik evaluasi internal (terhadap input,
proses, out put) ataupun evaluasi eksternal (terhadap out come, dampak) bila

dilaksanakan dapat memberikan umpan balik yang dibutuhkan dalam rangka
meningkatkan rencana program pelatihan berikutnya sehingga pelatihan yang
dilaksanakan dapat memberikan dampak yang positif selain bagi tenaga perawat
secara individu juga bagi rumah sakit.

16


Komponen-komponen yang dikembangkan diatas harus merupakan

suatu kegiatan yang terpadu sehingga setiap komponen merupakan bagian
integral dari suatu model sistem pelatihan.

17

•* A"—*••* p v. •*•

i r

-1"

|*?.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan metoda deskriptif analisis dengan

pendekatan kualitatif. Penggunaan metoda penelitian dengan pendekatan ini
disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan
menganalisa

tentang

efektivitas

pelaksanaan

pelatihan

tenaga

perawat

hemodialisis di RSKG NY RA Habibie Bandung, sebagai salah satu upaya dalam

rangka peningkatan dan pengembangan tenaga perawat yang merupakan
sumber daya manusia di RSKG NY RA Habibie Bandung.

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok
yang telah dikemukakan, tidak bermaksud untuk mengukur populasi secara
statistik kuantitatif. Dengan mendeskripsikan dan menganalisa data yang
diperoleh diharapkan dapat menemukan kecenderungan dan kemungkinan

berbagai pelaksanaan pelatihan tenaga perawat yang efektif, sehingga program
pelatihan merupakan solusi bagi masalah kinerja perawat yang disebabkan
kemampuan yang belum sesuai dengan harapan.

Bogdan dan Biklen (1990 : 27 - 30 ) serta Lincoln dan Guba (1985 : 34 - 44)
mengemukakan berbagai karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Penelitian kualitatif mempunyai latar alamiah atau natural setting; peneliti
mengumpulkan data dalam situasi lapangan secara wajar untuk memperoleh
gambaran yang sebenarnya, karena itu hanya peneliti sendiri yang dapat

64

memaknai, memahami dan merasakan situasi yang sebenarnya serta dapat
menyelami nilai yang terkandung dari ucapan, ungkapan dan situasi yang
ada.

2. Dalam penelitian ini manusia sebagai alat atau instrumen penelitian
3. Analisa data secara induktif ; yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data

yang dijumpai di lapangan.
4. Pemberian makna (meaning) merupakan sasaran utama untuk memahami
situasi

5. Laporan bersifat deskriptif ; data umumnya bersifat kualitatif yang kaya
tentang apa yang di teliti. Meskipun diperoleh data kuantitatif seperti angka -

angka, namun perlu diinterpretasikan secara kualitatif yaitu nilai yang
terkandung dalam angka - angka tersebut.

6. Lebih mementingkan proses dari pada hasil

7. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian
8. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data

9. Desain yang bersifat sementara

10. Hasil penelitian diundangkan dan disepakati bersama.

Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan diatas, maka
untuk penelitian ini peneliti sebaliknya secara langsung berhubungan dengan

sumber data untuk melakukan pengamatan sambil berpartisipasi, dengan
metoda tersebut akan dapat menghasilkan data yang lebih mendalam, lebih
banyak dan lebih terinci, seperti yang dikemukakan oleh M.Q Patton (Nasution

65

1996 : 60) bahwa : " Participant observation is the most comprehensive of all
types of research strategies. "

Penelitian kualitatif harus terhindar dari pengaruh bias pribadi terhadap objek
penelitian. Untuk itu perlu disusun catatan rinci tentang informasi yang diperoleh
dari lapangan secara lengkap dan akurat, karena hal ini sangat penting untuk
langkah analisa berikutnya.

B. Lokasi Penelitian

Seperti dijelaskan pada Bab I bahwa penelitian ini akan meneliti tentang

efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA
Habibie Bandung. Adapun lokasi penelitian berada di RSKG Ny RA Habibie
meliputi unit -

unit kerja yang ada keterkaitannya dengan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan tenaga perawat meliputi:
1. Bidang Pendidikan dan Pelatihan RSKG
2. Bidang Perawatan RSKG

C. Partisipan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pengertian populasi (Nasution 1996 : 29).

Sampel dalam penelitian kualitatif ditafsirkan sebagai aspek dari suatu peristiwa
dari siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu, sehingga teknik
sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada

penelitian kuantitatif sampel dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan

66

untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri
suatu populasi.

Pada penelitian kualitatif, menurut Lincoln dan Guba (Lexy J. Moleong, 1997 :

165) peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masingmasing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri. Selain itu dalam

penelitian

kualitatif peneliti sangat erat

kaitannya dengan

faktor-faktor

kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Tujuannya adalah untuk

merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik dan menggali
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Sampel diambil secara purposive (bertujuan), yaitu pengambilan subyek
sebagai sampel penelitian yang didasarkan kepada adanya tujuan tertentu.

Teknik sampling tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ( Lexy J. Moleong
1997: 165-166):

1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu

2. Pemilihan sampel secara berurutan, teknik "Snowball Sampling" yaitu
responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi

dan selanjutnya responden berikutnya diminta pula menunjuk yang lainnya
dan seterusnya

3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel dapat
sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang masuk
dan makin mengembangkan hipotesis kerja, sampel dipilih atas dasar fokus
penelitian

67

4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika tidak ada lagi
informasi

yang

dapat dijaring

maka

penarikan

sampel

harus sudah

dihentikan.

Sampel penelitian ini merupakan sumber data yang memiliki berbagai
karakteristik,

unsur,

nilai yang

berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
Dengan demikian sampel tersebut adalah Staf Bidang Pendidikan dan Pelatihan
sebagai pengelola program pelatihan, Staf Bidang Perawatan, perawat sebagai
peserta

/ alumnus peserta pelatihan , pelatih / instruktur, kepala ruangan

sebagai atasan langsung.

D. Data yang Diperlukan

Berdasarkan

pokok

permasalahan

telah

dikemukakan

pada

bagian

pendahuluan maka data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Informasi mengenai RSKG Ny RA Habibie Bandung yang meliputi:
a. Struktur organisasi
b. Tata kerja RSKG Ny RA Habibie Bandung

c. Visi dan misi serta strategi pengembangan SDM Khususnya tenaga
perawat

2. Kegiatan yang dilakukan sebelum menyusun rancangan program pelatihan
yang meliputi:

a. Pengkajian kebutuhan pelatihan

68

b. Cara menentukan macam dan tujuan pelatihan
c. Perawat yang akan dilatih

3. Rancangan program pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA
Habibie Bandung meliputi:

a. Cara menyusun rancangan program pelatihan

b. Komponen yang ada dalam rancangan program pelatihan
4. Pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
Data tersebut terdiri dari:

a. Fasilitas, pelatih, peserta dan kurikulum pelatihan
b. Pemberian instruksi / melatih / mengajar

c. Masalah - masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan
5. Evaluasi Pelatihan, data ini terdiri dari :

a. Siapa yang melaksanakan
b. Apa instrumen evaluasi

c. Bagaimana hasil evaluasi (Internal dan eksternal).

E. Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti langsung terjun
kelapangan

untuk

mengumpulkan

sejumlah

informasi

yang

dibutuhkan

berkenaan dengan pelatihan tenaga perawat, agar dapat memahami kenyataan
yang terjadi di lapangan sesuai konteksnya .

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
berbagai bentuk / cara yaitu :

69

1. Pengamatan (observasi)
2.

Wawancara

3. Studi Dokumentasi.

Ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan dengan harapan dapat

saling melengkapi sehingga dapat diperoleh informasi yang diperlukan. Data
yang diperoleh diklasifikasikan menjadi data primer dan sekunder. Data primer
didapat melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder didapat
melalui studi dokumentasi.

1. Observasi ( Pengamatan )

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Makna yang diperoleh dalam setiap pengamatan, harus selalu
kita kaitkan dua hal yakni informasi ( misalnya apa yang terjadi) dan konteks 9

hal - hal yang berkaitan disekitarnya ), karena segala sesuatu terjadi dalam
dimensi waktu dan tempat tertentu. Informasi yang dilepas dari konteksnya akan
kehilangan makna.

Menurut Nasution (1996 : 61) partisipasi pengamat dalam melakukan

observasi dapat dilakukan dalam berbagai tingkat yaitu ; parisipasi nihil, sedang,

aktif dan partisipasi penuh. Dalam penelitian ini posisi peneliti berada

pada

partisipasi aktif dan penuh. Hal ini dimungkinkan mengingat tempat penelitian
adalah lingkungan kerja peneliti sendiri. Selanjutnya dikemukakan bahwa
pengamatan dengan partisipasi penuh mempunyai keuntungan yaitu peranannya

70

sebagai peneliti tersamar bagi orang yang diselidikinya, sehingga dapat
mengetahui seluk beluk dan rahasia kelompok.

Teknik observasi (Pengamatan) digunakan untuk mengamati secara

langsung proses belajar mengajar dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan,
sarana, dan fasilitas pelatihan, keterampilan perawat dalam melaksanakan
tugasnya setelah pelatihan.

2.

Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi

yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti khususnya untuk
memperoleh data mengenai proses merancang program pelatihan dan data
mengenai perubahan kinerja perawat setelah mengikuti pelatihan. Wawancara
dilakukan dengan kepala Bidang / staf Diklat, Kepala Bidang Perawatan, Para

perawat peserta pelatihan dan para perawat yang pernah mengikuti pelatihan.

3. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang
komponen-komponen yang ada dalam rancangan program pelatihan tenaga

perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung, dan hasil evaluasi

pelatihan tenaga perawat RSKG yang pernah dilakukan, baik evaluasi internal
maupun eksternal, serta data-data lain yang ada kaitannya dengan kegiatan
pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.

71

F. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang akan dilalui yaitu :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Penyusunan laporan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, langkah pertama yang dilakukan adalah pemahaman literatur
yang berhubungan dengan pelatihan dan pengembangan SDM. Peneliti

mencoba mengumpulkan data - data mengenai upaya - upaya pengembangan
SDM diRSKG Ny RA Habibie Bandung dan beberapa permasalahannya melalui
studi pendahuluan.

Langkah berikutnya peneliti mencoba mendeskripsikannya dalam desain

penelitian untuk diajukan kepada pengelola seminar di PPS UPI Bandung.
Seminar diadakan pada tanggal 16 Januari 2002 bertempat di salah satu ruang
PPS UPI Bandung dibawah arahan Bapak Prof. Dr. H. Abin Syamsudin Makmun
MA; Bapak Prof.Dr.H.Bambang Suwarno.M.A ; Bapak Prof. Dr. H. M. Idochi

Anwar, M.Pd. Dari hasil seminar didapat banyak masukan-masukan. Langkah
selanjutnya adalah memproses surat perijinan sesuai prosedur yang berlaku.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti berusaha memperoleh informasi tentang latar
penelitian secara tepat. Untuk itu dijalin hubungan, baik secara formal maupun

72

informal dengan responden yang akan dimintai keterangan. Fleksibilitas dan

adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses pengumpulan data dan
pelaksanaannya berjalan lancar.

Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
ialah bahwa segala sesuatu belum punya bentuk yang pasti. Masalah, fokus

penelitian, prosedure penelitian, data yang akan dikumpulkan, bahkan hasil yang
diharapkan semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian kualitatif karena
memiliki ciri -ciri sebagai berikut (Nasution, 1996 : 55-56)

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus

c. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, dan hanya manusia sebagai
instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya.
d. Untuk memahami suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, perlu
merasakannya, menelaminya, berdasarkan penghayatan kita
e. Peneliti

sebagai

instrumen

dapat

segera

menganalisis

data

yang

diperolehnya

f.

Hanya

manusia

berdasarkan

data

menggunakannya

sebagai
yang

instrumen
dikumpulkan

sebagai

balikan

dapat
pada

untuk

mengambil
suatu

saat

memperoleh

kesimpulan
dan

segera

penegasan,

perubahan, perbaikan atau penolakan.

73

g. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang
diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain bahkan yang
bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat
pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan triangulasi yaitu mengecek kebenaran
data untuk menghindari subyektivitas dengan cara menanyakan data yang sama

dari sumber lain dengan menggunakan metode yang sama atau berbeda

(Nasution,

1996 : 10). Selain tiu dilakukan juga member check untuk

mengkonfirmasikan kebernaran catatan lapangan yang telah dianalisis pada

sumber datanya. Kemudian mendeskripsikan dan menganalisis data lapangan
dengan merujuk kajian teoritis untuk menghasilkan temuan penelitian.

3. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini disusun laporan penelitian secara sistematis dalam bentuk

tesis yang akan dipertanggung jawabkan secara ilmiah dalam progres report,
ujian tahap I dan ujian tahap II

G. Analisa Data

Analisa data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data kedalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh ( Lexy J.Moleong,
1997 : 103 ). Sedangkan ( Bogdan dan Biklen

1990 : 189 ) mengemukakan

74

bahwa analisa data merupakan proses mencari dan mengatur se

transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain\Y_,,

'e&

_.ita^-

dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai bahan-bahan^jti
melaporkan yang telah ditemukan kepada pihak lain. Dari pengertian tersebut
dapat

disimpulkan

bahwa

analisis

data

adalah

pengorganisasian

data,

mengurutkan data dan membentuknya kedalam pola, kategori dan uraian dasar
untuk pemberian makna dan pemahaman.
Analisa data

dilakukan pada waktu peneliti masih berada dilapangan dan

setelah proses pengumpulan data yaitu peneliti meninggalkan kancah lapangan.
Pada saat penelitian dilakukan, analisa data dilakukan dengan cara merekam

data lapangan, melakukan member check kepada sampel penelitian, melakukan
triangulasi, dan melakukan penyempurnaan analisis,

kemudian

menyusun

kecenderungan - kecenderungan yang timbul sesuai dengan proses dan jenis
data yang didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung didalamnya.
Analisa data setelah peneliti meninggalkan kancah lapangan dilakukan
dengan mereduksi data dan menunjukan data sehingga hubungan data akan
terlihat dan membentuk kesatuan yang utuh serta dapat ditarik kesimpulan.
Bila tahapan-tahapan penelitian tersebut dikaitkan dengan teknik analisa

data , akan tampak seperti pada Gambar 9

75

Teknik Analisa Data

Studi Pendahuluan

f
Dokumentasi

Observasi

Wawancara

Penyusunan Desain
Seminar Desain

I

Pengumpulan Data

T
Observasi

Triangulasi dan
Member check

-A

Dokumentasi

Wawancara

Pengelompokan Data
Klasifikasi, dan Analisis

Angket

Konsep Teori

Reduksi Data

i

Konsep, Teori

Makna

Gambar 9

Sumber: Peneliti

76

F. Kepercayaan Temuan Penelitian

Untuk Menetapkan

keabsahan

data

diperlukan

teknik

pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.(Lexy
J. Moleong, 1997 : 173) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ada

empat kriteria yang digunakan yaitu : derajat kepercayaan (credibility / validitas
internal),

keteralihan (transferability / validitas eksternal),

kebergantungan

(dependability / reliabilitas), dan kepastian (confirmability / obyektivitas).
Penerapan

kriteria

derajat

kepercayaan

(credibility)

pada

dasarnya

menggantikan konsep validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Validitas
membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang

sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang
diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada / terjadi.
Dalam penelitian kualitatif validitas internal (kredibilitas) menggambarkan konsep

peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan (Nasution, 1996 : 105).
Menurut (Lexy J. Moleong, 1997 : 175) agar penelitian memenuhi kredibilitas
harus memenuhi kriteria tertentu yaitu :
1) Perpanjangan keikut sertaan
2) Ketekunan pengamat
3) Triangulasi
4) Pengecekan sejawat

5) Kecukupan referensi
6) Kajian kasus negatif
7) Pengecekan anggota.

77

Dalam penelitian ini perpanjangan keikut sertaan sangat dimungkinkan

karena lokasi penelitian berada di lingkungan tempat peneliti bekerja. Selain itu

peneliti akan mencoba melakukan triangulasi, pengecekan anggota, dan
kecukupan referensi agar penelitian memenuhi kriteria kredibilitas.

Validitas ekstemal (transferablity) berkenaan dengan tingkat generalisasi

yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasuskasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian ini agar memenuhi kriteria validitas
eksternal / transferability peneliti mencoba melakukannya dengan cara "uraian

rinci", yaitu melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya dilakukan seteliti
dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan . Laporan mengacu kepada fokus penelitian, uraiannya akan
mengungkapkan
penemuan -

segala

sesuatu

sehingga

pembaca

dapat

memahami

penemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri merupakan

penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam
pertanggung jawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

Kebergantungan (dependability) merupakan substitusi istilah reliabilitas

dalam penelitian kuantitatif (Lexy J.Moleong, 1997 : 174), pada penelitian
kuantitatif, reliabilitas

ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi,

reliabilitas suatu penelitian tercapai jika diadakan beberapa kali pengulangan
suatu studi dalam kondisi

yang sama dan hasilnya secara esensial sama.

Reliabilitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Status dan kedudukan peneliti
2) Pilihan informan

78

3) Situasi dan kondisi sosial
4) Definisi konsep
5) Metode pengumpulan dan analisis data
Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian ini diusahakan :

1) Memberikan uraian deskriptif yang kongkrit, catatan ucapan dan percakapan
verbatin

2) Meminta bantuan teman yang berada dilokasi lapangan untuk mendiskusikan
dan membandingkan sehingga terjadi kesesuaian

3) Pencatatan informasi

rekaman (tape recorder) sehingga dapat ditangkap

informasi dengan lengkap dan cermat

4) Meminta kritik dari teman sejawat dengan membaca laporan hasil penelitian.

Kriteria kepastian (confirmability berasal dari konsep " obyektifitas) menurut
penelitian kuantitatif. Obyektifitas dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan
ciri-ciri data. Dapatkah data tersebut dipastikan ?

79

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada
bab - bab terdahulu, maka berikut ini kesimpulan penelitian adalah sebagai
berikut:

1.

Macam dam tujuan pelatihan yang direncanakan dan dilaksanakan
memiliki relevansi dengan visi dan misi rumah sakit yaitu menjadi model

rumah sakit pendidikan nasional , visi dan misi rumah sakit dijadikan
acuan oleh bidang perawatan.

Macam dan tujuan pelatihan yang ditetapkan dapat mendukung
tersusunnya rencana pelatihan yang efektif karena sesuai dengan
kebutuhan

RSKG

Ny RA Habibie

dan

program

perbaikan

serta

pengembangan tenaga perawat, tetapi dalam peserta pelatihan belum
seluruhnya tepat karena tidak seluruhnya didasarkan pada pengukuran

kesenjangan

kinerja,

sehingga perawat yang

tidak membutuhkan

pelatihan ada kemungkinan terpilih menjadi peserta pelatihan.
2.

Sebelum menyusun program rancangan pelatihan, bidang perawatan

RSKG melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan. Kegiatan ini dilakukan
sebelum tahun anggaran berjalan, karena hasilnya merupakan usulan

rencana pelatihan yang dibutuhkan oleh tenaga perawat RSKG Ny RA

115

Habibie. Pelatihan apa yang diperlukan unit kerja mana yang
membutuhkan adalah isi dari rencana pelatihan yang diusulkan oleh

bidang perawatan ke bidang diklat. Kegiatan pengkajian kebutuhan
pelatihan yang dilakukan bidang perawatan merupakan langkah yang
sangat penting yang perlu dilakukan secara tepat dan benar karena
hasilnya akan mendukung terhadap tersusunnya sebuah rancangan
program yang efektif.

Pola perumusan macam dan tujuan pelatihan yang telah dilaksanakan
oleh bidang perawatan RSKG Ny RA Habibie Bandung, telah dapat
memberikan informasi mengenai macam pelatihan yang dibutuhkan, unit

keja yang membutuhkan dan tujuan yang diharapkan. Hal ini merupakan
salah satu faktor yang dapat mendukung tersusunnya suatu rancangan

program pelatihan yang efektif. Walaupun demikian perlu dilakukan
pengkajian lebih lanjut mengenai kebutuhan pelatihan yang dida