ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA.

(1)

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

(Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ASIH RAHAYU

1103318

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

(Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon)

Oleh Asih Rahayu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Asih Rahayu 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Asih Rahayu. 2015: ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA (Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon). Departemen Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia. Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dikenal juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon merupakan masjid tua di kompleks Keraton Kasepuhan tepatnya di Jalan Keraton Kasepuhan 43, Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu masjid bersejarah di Indonesia yang dibangun oleh para Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati dengan pimpinan pembangunan adalah Sunan Kalijaga dan arsiteknya yaitu Raden Sepat. Penulis tertarik pada keunikan serta bentuk yang khas dari

banyaknya ornamen yang terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa, akulturasi budaya yang nampak dari bentuk visualnya menambah rasa keingintahuan penulis akan makna dibaliknya. Ornamen-ornamen tersebut merupakan karya seni rupa bersejarah

yang perlu dilestarikan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui visual dan makna ornamen pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan disiplin estetik. Berdasarkan hasil penelitian, Masjid Agung Sang Cipta

Rasa Cirebon dibangun pada masa Kesultanan Islam, namun prinsip dan unsur pembentuknya memiliki persamaan pada langgam tradisi pra-Islam. Terdapat 29 macam

motif hias pada bangunan utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa, antara lain motif geometri dan motif organis. Makna dari keseluruhan ornamen adalah hubungan antara manusia, Tuhan dan alam terkait Islam. Mayoritas bermakna tentang ketauhidan dan ibadah. Selain itu, ada pula ornamen-ornamen yang memiliki makna simbolik sebagai

Wali Sanga dan berfungsi sebagai tolak bala.

Kata Kunci: Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Keraton Kasepuhan, Motif, Ornamen, dan Makna Ornamen.


(6)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Asih Rahayu. 2015: ORNAMENTS OF GREAT MOSQUE SANG CIPTA RASA (Visual Analysis and Meaning Ornaments in the Main Building Great Mosque Sang Cipta Rasa in Palace Complex Kasepuhan Cirebon City). Education Department of Art and Design. Indonesia University of Education. Great Mosque Sang Cipta Rasa, also known as the Great Mosque Kasepuhan or the Great Mosque of Cirebon, an old mosque in the compound Kasepuhan precisely at Jalan Kasepuhan 43, Village Kesepuhan, Lemahwungkuk subdistrict, Cirebon. Great Mosque of Cirebon is one of the historic mosque in Indonesia built by the Wali Sanga on the initiative of Sunan Gunung Jati with leadership development is Sunan Kalijaga and architect Raden Sepat. Authors interested in unique and distinctive form of the many ornaments contained in the Great Mosque of Cirebon, acculturation appears from the visual form author adds to the curiosity of the meaning behind it. Ornaments is a work of art to be preserved historic purpose of this study is to determine the meaning of the ornaments on the visual and Great Mosque of Cirebon. This research uses descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques are observation, interview, documentation, and triangulation. The method of analysis in this study uses an aesthetic discipline. Based on the research results, Great Mosque of Cirebon built in the Sultanate of Islam, but the principles and constituent elements similar in style pre-Islamic traditions. There are 29 kinds of ornamental motifs

in the main building Great Mosque of Cirebon, among other geometric motifs and organic motifs. The meaning of the whole ornament is the relationship between man, God and nature related to Islam. A significant majority of monotheism and worship. In addition, there are also ornaments that have a symbolic meaning as the Wali Sanga and serves as a starting reinforcements.

Keywords: Great Mosque Sang Cipta Rasa, Great Mosque of Cirebon, Kasepuhan, Motifs, Ornaments, and Meaning Ornaments.


(7)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Masjid ... 7

1. Arti Masjid ... 7

2. Sejarah Masjid ... 8

a. Sejarah Awal Masjid ... 8

b. Sejarah Masjid di Indonesia ... 11

3. Arsitektur Masjid ... 12

4. Fungsi Masjid... 16

5. Unsur dan Prinsip Visual ... 16

a. Unsur Rupa ... 16

b. Prinsip Desain ... 19


(8)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Konsep Ornamen... 24

1. Pengertian dan Fungsi Ornamen ... 24

2. Motif dan Pola pada Ornamen ... 25

3. Ornamen Nusantara ... 26

4. Teknik Pembuatan Ornamen ... 31

5. Ornamen Masjid ... 32

a. Corak Floral ... 32

b. Corak Geometris ... 32

c. Kaligrafi ... 34

d. Penerapan Ornamen pada Masjid ... 36

C. Konsep Makna ... 36

1. Motif Hias dan Makna Simbolik Cirebon ... 36

a. Motif Hias Stilasi Benda Alam ... 37

b. Motif Hias Stilasi Tumbuhan ... 38

c. Motif Hias Stilasi Makhluk Hidup ... 41

d. Motif Hias Stilasi Geometris ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Desain Penelitian ... 45

1. Pendekatan Penelitian ... 46

2. Metode Penelitian ... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

1. Tempat Penelitian ... 47

2. Waktu Penelitian ... 49

C. Pengumpulan Data ... 51

1. Sumber Data Penelitian ... 51

2. Instrumen Penelitian ... 53

3. Teknik Pengumpulan Data ... 53


(9)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Gambaran Umum Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ... 58

1. Sejarah Cirebon ... 58

2. Penyebaran Islam di Cirebon ... 61

3. Keraton Kasepuhan ... 64

4. Sejarah dan Perkembangan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ... 65

5. Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ... 70

6. Signifikansi Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ... 87

B. Analisis Visual Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa ... 87

1. Ornamen Interior ... 87

a. Ornamen pada Mihrab ... 87

1) Motif Stilasi Kala-Makara ... 88

a) Motif Ombak ... 89

b) Motif Gunung ... 91

c) Motif Matahari ... 92

2) Motif Lidah Api ... 94

3) Motif Kuncup Melati ... 95

4) Motif Teratai... 97

5) Motif Jalinan... 99

6) Motif Lung-Lungan Delima ... 100

7) Motif Untu Walang ... 101

b. Ornamen pada Mimbar ... 102

1) Motif Stilasi Kala-Makara ... 103

a) Motif Matahari ... 104

2) Motif Floratif (Sulur, Daun, dan Bunga) ... 105

3) Motif Rantai ... 108

4) Motif Stilasi Gajah dan Naga ... 109

5) Motif Bingkai Cermin ... 111

c. Ornamen pada Maksurah ... 113


(10)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Motif Tumpal (Untu Walang) dan Motif Tutul .... 115

d. Ornamen pada Kusen Pintu Utama ...116

1) Motif Susun ...117

2) Motif Lung-lungan ...118

3) Motif Untu Walang ...119

e. Ornamen pada Tiang ...120

1) Motif Bundar ...120

2) Motif Antefiks ...122

f. Ornamen pada Dinding ...123

g. Ornamen Pada Lubang Angin/Ventilasi ...124

h. Ornamen pada Pintu Kecil...125

2. Ornamen Eksterior ...126

a. Ornamen pada Pintu Utama ...126

b. Ornamen pada Pilaster ...127

1) Motif Jalinan ...128

2) Motif Floratif ...130

3) Motif Untu Walang ...131

4) Motif Susun ...132

c. Ornamen pada Dinding ...133

1) Motif Jalinan ...133

2) Motif Oyod Ningmang ...134

3) Motif Untu Walang ...136

d. Ornamen pada Tiang Serambi ...136

1) Motif Segi Delapan ...136

2) Motif Floratif ...138

3) Motif Untu Walang ...140

4) Motif Antefiks ...142

e. Ornamen pada Benteng ...144

1) Hiasan Punden Berundak ...145

2) Motif Hias Candi Laras ...146


(11)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Kaligrafi ...149

5) Motif Belah Ketupat...151

6) Motif Segi Empat ...152

C. Makna Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa ... 153

1. Motif Hias Stilasi Kala-Makara ...153

2. Motif Ombak ...154

3. Motif Gunung ...154

4. Motif Matahari ...155

5. Motif Lidah Api ...156

6. Motif Kuncup Melati ...156

7. Motif Teratai ...157

8. Motif Jalinan ...158

9. Motif Lung-lungan Delima ...159

10. Motif Untu Walang ...160

11. Motif Floratif (Sulur, daun, bunga) ...161

12. Motif Rantai ...162

13. Motif Hias Stilasi Gajah dan Naga ...162

14. Motif Bingkai Cermin ...163

15. Motif Tutul ...163

16. Motif Susun ...164

17. Motif Lung-lungan ...164

18. Motif Bundar...165

19. Motif Antefiks ...166

20. Motif Belah Ketupat ...167

21. Motif Swastika ...168

22. Motif Punden Berundak ... 168

23. Motif Kerucut ...169

24. Motif Oyod Ningmang ...169

25. Motif Segi Delapan ...169

26. Motif Candi Laras ...170


(12)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28. Kaligrafi ...171

29. Motif Segi Empat ...171

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...194

A. Kesimpulan ...194

B. Saran ...195

DAFTAR PUSTAKA ...196

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(13)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...49 Tabel 3.2 Narasumber ...52 Tabel 4.1 Klasifikasi Ornamen ...173


(14)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Denah Awal Masjid Nabawi ... 9

Gambar 2.2 Prayer Hall of al-Azhar Mosque, Cairo, Egypt ... 10

Gambar 2.3 Fatimid Mihrab of al-Azhar Mosque, Cairo, Egypt ...13

Gambar 2.4 Mihrab and Minbar of the Great Mosque at Damascus, Syria ... 14

Gambar 2.5 Karakter Garis ...17

Gambar 2.6 Beberapa Bentuk Tekstur ...18

Gambar 2.7 Kontras Ekstrem Dan Kontras Discord ...20

Gambar 2.8 Paduan Repetisi ...21

Gambar 2.9 Macam-Macam Keseimbangan ...22

Gambar 2.10 Beberapa contoh komposisi dari kiri: memusat/sentris, a simetris, simetris ...22

Gambar 2.11Minbar of Ibn Tulun Mosque ...23

Gambar 2.12 Motif Pucuk Rebung pada Kain Songket Asal Sambas, Kalimantan Barat ...27

Gambar 2.13 Bindu, Motif Hiasan Tapanuli Selatan (Atas) dan Untu Walang (Bawah) ...27

Gambar 2.14 Motif Jalinan ...28

Gambar 2.15 Beberapa Bentuk Ragam Hias Bunga ...29

Gambar 2.16 Langgam Motif Ukir Floratif Berturut-turut dari kiri atas: Pajajaran, Majapahit, Bali, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Jepara, dan Madura ...30

Gambar 2.17 Surya Majapahit ...31

Gambar 2.18 Pertumbuhan Dekorasi Islam ...33

Gambar 2.19 Motif Salib Portugis ...34

Gambar 2.20 Motif Hias Antefiks ...34

Gambar 2.21 Kaligrafi atau Khat Tsuluts ...35

Gambar 2.22 Motif Gunungan pada Wayang...37


(15)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.24 Motif Teratai pada Mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa

...39

Gambar 2.25 Motif Cirebon ...40

Gambar 2.26 Motif Sulur Ukir Kayu Cirebon ...40

Gambar 2.27 Motif Hias Patra Keris pada Batik ...41

Gambar 2.28 Motif Gajah terdapat pada Kepala Paksinagaliman ...41

Gambar 2.29 Motif Naga pada Pedati Gede Pekalangan ...42

Gambar 2.30 Motif Kala pada Bagian Leher Kereta Paksinagaliman ...43

Gambar 2.30 Motif Ukel ...44

Gambar 2.31 Motif Tutul ...44

Gambar 3.1 Peta Kota Cirebon ...47

Gambar 3.2 Peta Kota Cirebon dilihat melalui Google Map ...48

Gambar 3.3 Peta lokasi Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilihat melalui Google Map ...49

Gambar 4.1 Naskah Perjanjian Cirebon-VOC ...60

Gambar 4.2 Sunan Gunung Jati ...65

Gambar 4.3 Prasasti Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...67

Gambar 4.4 Masjid Agung Sang Cipta Rasa Tahun 1930 ...69

Gambar 4.5 Bentuk Atap Masjid Agung Sang Cipta Rasa Tahun 1900-an ...69

Gambar 4.6 Badan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...71

Gambar 4.7 Pintu Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa Tampak dari Dalam ...73

Gambar 4.8 Pintu Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa Tampak Luar ...73

Gambar 4.9 Kanan Pintu Persegi Empat dan Kiri Pintu Krucut/Lancip Bagian Atas ...74

Gambar 4.10 Bagian Atas Tiang-Tiang Soko Guru Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...75


(16)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.12 Tempat Pengimaman (Mihrab) Masjid Agung Sang Cipta Rasa

...77

Gambar 4.13 Kiri adalah Mimbar Baru dan Kanan adalah Mimbar Lama ...78

Gambar 4.14 Maksurah Tempat Shalat Sultan Kesepuhan ...79

Gambar 4.15 Serambi Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...80

Gambar 4.16 Lorong Serambi Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...81

Gambar 4.17 Gapura Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...82

Gambar 4.18 Gapura Pendamping Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...82

Gambar 4.19 Sumur Lama Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...83

Gambar 4.20 Tempat Wudhu dan Kamar Mandi Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...84

Gambar 4.21 Makam yang Ada di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...84

Gambar 4.22 Denah I Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ...85

Gambar 4.23 Denah II Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon ...86

Gambar 4.24 Ornamen pada Mihrab Majid Agung Sang Cipta Rasa...88

Gambar 4.25 Ukiran Motif Ombak pada Mihrab ...89

Gambar 4.26 Ukiran motif Gunung pada Mihrab ...91

Gambar 4.27 Ukiran Motif Matahari pada Mihrab ...92

Gambar 4.28 Ukiran Motif Lidah Api pada Mihrab ...94

Gambar 4.29 Motif Jantung Melati pada Mihrab ...95

Gambar 4.30 Motif Kuncup Melati pada Mihrab ...95

Gambar 4.31 Sketsa Motif Kuncup Melati ...96

Gambar 4.32 Motif Teratai pada Mihrab ...97

Gambar 4.33 Sketsa Motif Teratai pada Mihrab ...98

Gambar 4.34 Motif Jalinan pada Mihrab ...99

Gambar 4.35 Motif Lung-Lungan Delima pada Mihrab ...100

Gambar 4.36 Motif Untu Walang pada Mihrab ...101

Gambar 4. 37 Ornamen pada Mimbar Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...102


(17)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4. 38 Motif Stilasi Kala-Makara paada Mimbar ...103

Gambar 4. 39 Motif Matahari pada Mimbar ...104

Gambar 4.40 Variasi Motif Floratif pada Mimbar ...105

Gambar 4.41 Variasi Motif Floratif pada Mimbar ...106

Gambar 4.42 Sketsa Motif Floratif pada Mimbar ...106

Gambar 4.43 Motif Rantai pada Mimbar ...108

Gambar 4.44 Motif Stilasi Gajah dan Naga pada Mimbar ...109

Gambar 4.45 Motif Bingkai Cermin pada Mimbar ...111

Gambar 4.46 Sketsa Motif Bingkai Cermin pada Mimbar ...112

Gambar 4.47 Motif Susun pada Maksurah ...114

Gambar 4.48 Motif Tumpal (Untu Walang) dan Motif Tutul pada Maksurah ...115

Gambar 4.49 Ornamen pada Kusen Pintu Utama Masjid agung Sang Cipta Rasa ...116

Gambar 4.50 Motif Susun pada Pintu Utama ...117

Gambar 4.51 Motif Lung-Lungan pada Pintu Utama ...118

Gambar 4.52 Motif Untu Walang pada Pintu Utama...119

Gambar 4.53 Motif Bundar pada Tiang ...120

Gambar 4.54 Sketsa Alas Motif Bundar pada Tiang ...120

Gambar 4.55 Sketsa Motif Antefiks pada Penyangga Tiang ...121

Gambar 4.56 Motif Antefiks pada Penyangga Tiang ...122

Gambar 4.57 Motif Belah Ketupat pada Dinding Bangunan Utama ...123

Gambar 4.58 Motif Swastika pada Lubang Angin/Ventilasi pada Bangunan Utama ...124

Gambar 4.59 Pintu Pendamping Berbentuk Kecil pada Bangunan Utama ...125

Gambar 4.60 Ornamen pada Pintu Utama Bagian Luar Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...126

Gambar 4.61 Ornamen pada Pilaster ...127

Gambar 4.62 Motif Jalinan pada Pilaster ...128


(18)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.64 Motif Untu Walang pada Pilaster ...131

Gambar 4.65 Motif Susun pada Pilaster ...132

Gambar 4. 66 Motif Jalinan pada Dinding Bagian Luar Bangunan Utama ...133

Gambar 4.67 Motif Oyod Ningmang pada Dinding Bagian Luar Bangunan Utama ...134

Gambar 4.68 Motif Untu Walang pada Dinding Bagian Luar Bangunan Utama ...136

Gambar 4.69 Motif Segi Delapan pada Tiang Serambi Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...136

Gambar 4.70 Sketsa Motif Segi Delapan pada Tiang Serambi Masjid Agung Sang Cipta Rasa, terlihat dari bawah (kanan) ...137

Gambar 4.71 Motif Floratif pada Penyangga Tiang Serambi...138

Gambar 4.72 Sketsa Motif Floratif pada Penyangga Tiang Serambi...139

Gambar 4.73 Motif Untu Walang pada Penyangga Tiang Serambi ...140

Gambar 4.74 Motif Antefiks pada Tiang Serambi ...142

Gambar 4.75 Ornamen pada Gapura Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...144

Gambar 4.76 Ornamen pada Gapura Pendamping Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...144

Gambar 4.77 Hiasan Punden Berundak pada Gapura Utama ...145

Gambar 4.78 Variasi Motif Candi Laras pada Benteng Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...146

Gambar 4.79 Sketsa Motif Candi Laras pada Benteng Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...147

Gambar 4.80 Motif Segi Enam pada Dinding atau Tembok Keliling Benteng ...148

Gambar 4.81 Kaligrafi pada Gapura Utama ...149

Gambar 4.82 Variasi Motif Belah Ketupat pada Benteng Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...151


(19)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.83 Motif Segi Empat pada Pintu Gapura Pendamping Masjid Agung Sang Cipta Rasa ...152


(20)

ϭ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya kota Cirebon sebagai pusat penyebaran dan pengembangan Islam di

wilayah Jawa Barat pada sekitar abad ke-16 yang dirintis oleh Pangeran

Cakrabuana. Pengembangannya oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu tokoh Wali Sanga yang bermukim di Cirebon. Wali Sanga adalah sebutan untuk para kekasih Allah yang ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dengan jumlah sembilan orang. Seperti yang diungkapkan oleh nara sumber R. Achmad Opan Safari (wawancara, Cirebon, 14 Juli 2015), selain Sunan Gunung Jati, para wali yang lainpun sering berkumpul di Cirebon sehingga daerah ini kaya akan khazanah keislaman seperti situs peninggalan kesultanan Cirebon, karya sastra hingga pondok pesantren.

Sebagai Kota Wali, Cirebon memiliki masjid besar yang mempresentasikan kehidupan religius masyarakatnya yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan peninggalan sekaligus bukti penyebaran agama Islam di Cirebon oleh para Wali Sanga. Cirebon juga merupakan kota yang bersejarah karena memiliki empat keraton yang menjadi bukti kejayaannya di masa lalu yaitu keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan. Yudoseputro (1986, hlm. 47) mengungkapkan bahwa “Keraton Kasepuhan merupakan kompleks bangunan istana sebagai perluasan dari istana Pakungwati yang dibangun sebelum zaman Islam yang meliputi daerah seluas kurang lebih 16 hektar.”

Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dikenal juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon merupakan masjid tua di kompleks Keraton Kasepuhan. Masjid ini dibangun atas prakarsa Sunan Gunung Jati, yang pada proses pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsiteknya


(21)

Ϯ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Raden Sepat (dari Majapahit). Sementara pelaksanaan pembangunan dikerjakan oleh kurang lebih 500 pekerja, dengan rincian jumlah yaitu 200 orang pekerja yang berasal dari Demak dan 300 orang dari Cirebon. Terdapat dua versi tentang dimulainya waktu pendirian masjid, pendapat pertama menyatakan tahun 1478 M sedangkan pendapat kedua menyatakan tahun 1498 M. (Wawancara dengan K. H. Aaz Azhari, Cirebon, 2015).

Sebelah barat alun-alun berdiri bangunan masjid yang dibangun pada th

1422 S atau 1500 M oleh Wali Sanga dan masjid itu dinamai Sang Cipta Rasa. Sang=keagungan, Cipta=dibangun, Rasa=digunakan, artinya bangunan besar ini pergunakanlah untuk ibadah dan kegiatan agama”. (Argadikusuma, 1998, hlm.3)

Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu masjid bersejarah di

Indonesia. Masjid sebagai karya seni bangunan Islam memiliki ciri khas masing

-masing sesuai dengan waktu pendirian, pendirinya, dan masyarakat yang berada

di sekitarnya. Ciri khas masjid-masjid tersebut diantaranya terletak pada bentuk

masjid dan konsep yang melatar belakanginya, bahan-bahan bangunan masjid,

ornamen-ornamen yang berada di dalamnya, dan lain sebagainya. Maka dari itu,

perlu dikaji lebih jauh mengenai ornamen-ornamen yang terdapat pada bangunan

masjid. “Bangunan Islam selalu menampakkan ornamen kaya pada dinding,

bingkai, lagit-langit, lantai, dan sebagainya dengan motif hias Islam yang sangat

kaya”. (Yudoseputro, 1976, hlm. 2).

Kehadiran ornamen pada suatu bangunan merupakan unsur keindahan yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Dalam pemakaian ornamen biasanya terdapat pesan tersendiri atau makna tertentu yang melatarbelakangi budaya pada saat itu, khususnya ornamen pada masjid dengan bentuk ornamen dan penempatannya yang tidak sembarangan.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dibangun pada masa Kesultanan Islam, namun prinsip dan unsur pembentuknya memiliki persamaan pada langgam

tradisi pra-Islam. Hal tersebut dapat terlihat dari ragam hias yang terdapat pada

bangunan masjid, contohnya antara lain yaitu ukiran yang terdapat pada bagian mahkota mimbar tempat berkhutbah atau berceramah yang terbuat dari kayu jati tampak pengaruh seni hias Hindu berupa hiasan seperti kala makara yang telah


(22)

ϯ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disamarkan. Penulis tertarik pada keunikan serta bentuk yang khas dari banyaknya ornamen yang terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, akulturasi

budaya yang nampak pada ornamen-ornamen tersebut menambah rasa

keingintahuan penulis akan makna dibaliknya. Maka dari itu penulis mencoba untuk mencari tahu sebagai bahan penelitian.

Terdapat sebuah pesan dari Sunan Gunung Jati yang sangat populer di

kalangan masyarakat Cirebon, yaitu ‘Ingsun titip tajug lan fakir miskin’ yang

artinya saya titip masjid dan fakir miskin. Yang dimaksud dengan menitipkan tajug atau masjid disini bukan hanya fisik masjid semata namun apa yang ada di dalamnya harus kita lestarikan. Jika ditelaah tentang masjid pada masa awal Islam di Jawa, maka dapat diketahui bahwa fungsi masjid pada saat itu adalah sebagai

pusat kegiatan syiar Islam yang meliputi keagamaan, pendidikan, sosial

-kemasyarakatan dan pemerintahan. Pengimplementasian dalam kehidupan sehari

-hari tentang amanah Sunan Gunung Jati tersebut di atas dapat diwujudkan dengan menjaga dan memakmurkan warisan budaya Islam Cirebon, salah satunya yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Lebih jauh lagi dapat dilakukan suatu kajian atau analisis pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yang menyimpan banyak sejarah dan makna yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA (Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon)”. B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini akan di fokuskan pada salah satu peninggalan bangunan Islam di kompleks keraton Kasepuhan, yaitu Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon). Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yang berdiri saat ini telah mengalami pembangunan ulang, maksud bangunan utama pada judul yaitu penulis memfokuskan pada ornamen


(23)

ϰ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terdapat pada bangunan asli atau bangunan awal masjid (dibangun oleh Wali Sanga) yang biasa disebut sebagai bangunan utama.

Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, maka secara terperinci perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana visual ornamen yang terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Cirebon?

2. Bagaimana makna ornamen yang terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta

Rasa Cirebon? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui proses pengerjaan skripsi penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui visual ornamen pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Cirebon.

2. Untuk mengetahui makna ornamen yang terdapat pada Masjid Agung Sang

Cipta Rasa Cirebon. D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teori adalah untuk mengembangkan dan menemukan konsep baru kesenirupaan tentang analisis dan makna ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon.

2. Manfaat Kebijakan

Manfaat penelitian ini dari segi kebijakan agar dapat membantu pemerintah daerah setempat maupun Badan Pengelola Keraton Kasepuhan guna menggali kembali potensi Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang ada sehingga dapat dilakukan pendataan lebih jauh lagi sebagai upaya pelestarian.


(24)

ϱ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai investaris karya ilmiah yang berharga, sangat bermanfaat untuk dibaca guna menambah pengetahuan serta wawasan tentang karya seni rupa bersejarah, khususnya mengenai analisis visual dan makna ornamen pada banguna utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kota Cirebon.

4. Manfaat Isu dan Aksi Sosial

Penelitian ini diharapkan agar masyarakat khususnya warga Cirebon dapat mengenali, menjaga, dan melestarikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon sebagai warisan budaya lokal yang memiliki ornamen yang khas serta makna yang terkandung di dalamnya. Hal ini perlu dipublikasikan sehingga menjadi langkah awal dalam menumbuhkan rasa kepedulian untuk turut serta menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia dan karya seni rupa bersejarah

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mengetahui gambaran awal mengenai penelitian Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan Kota Cirebon), maka penulis menyusun sistematika penulisan atau struktur organisasi skripsi yang direncanakan ke dalam lima BAB, yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II Kajian Pustaka, BAB III Metode Penelitian, BAB IV Temuan dan Pembahasan,

serta BAB V Kesimpulan dan Saran. Penjelasan masing-masing BAB adalah

sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berupa pendahuluan yang berisi uraian singkat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(25)

ϲ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan-landasan teori yang digunakan penulis

sebagai acuan dalam menyusun skripsi. Pembahasan pada bab ini secara garis besar meliputi tentang konsep seni rupa, masjid, gambaran umum kota Cirebon, ornamen, dan motif hias khas Cirebon, mempertimbangkan kajian pustaka yang mendukung dan dianggap relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini mengkaji tentang metode penelitian yakni menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti memaparkan, menguraikan, dan membahas tentang temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumusan serta melihat adanya keterkaitan antara teori yang terdapat pada bab kajian pustaka.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berupa kesimpulan dan rekomendasi, mengemukakan tentang hasil temuan dan pandangan dari penulis terkait temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan.


(26)

ϰϱ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Metode penelitian perlu diketahui dan dipahami dalam melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan agar dapat memperoleh data yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sugiyono (2011, hlm. 2) menjelaskan bahwa, “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Narbuko dan Achmadi (2001, hlm. 1) menjelaskan bahwa

“Metodelogi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodelogi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapa suatu tujuan. Sedangkan “penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, menganalisis sampai menyusun laporannya.”

Refleksi dari rasa keingin tahuan yang selalu ada dalam tiap diri manusia, menjadi dasar tujuan yang sama dalam sebuah penelitian. Terdapat tiga macam tujuan penelitian secara umum, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Agar tercapainya tujuan yang diinginkan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini, maka dibutukan suatu metode penelitian yang tepat. Proses penelitian harus dilakukan secara sistematis, melalui sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang dijadikan acuan oleh peneliti. Metode penelitian yang dianggap tepat dapat digunakan untuk proses pengumpulan data, mengolah data, sampai pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang merupakan bagian dari Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon menurut Baluarti Kraton Kasepuhan Cirebon.


(27)

ϰϲ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan oleh penulis yaitu pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif, berupa lisan atau tertulis dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pengamatan dapat dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan.

Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis visual ornamen pada bangunan utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon beserta makna yang terkandung di dalamnya.

2. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang termasuk ke dalam metode kualitatif. Menurut Sugiyono (dalam Prayitno, 2013, hlm. 49) menjelaskan bahwa

Penelitian kualitatif adalah obyek yang diteliti berkembang sesuai dengan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, kemudian dijadikan sebagai hipotesis atau teori. Dalam penelitian ini tidak dimanipulasi oleh peneliti, akan tetapi sumber data yang dihasilkan adalah data yang sebenarnya dengan mencari buku-buku sumber yang sesuai, bertanya kepada para nara sumber. Menganalisis, mendokumentasi, dan meninjau langsung ke lapangan.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif adalah untuk mengungkapkan fakta, keadaan, fenomena, variabel, dan dan keadaan yang terjadi saat penelitian dilakukan dan menyuguhkan dengan apa adanya. Hal ini dapat dijadikan pedoman untuk peneliti untuk memperoleh data yang sebanyak-banyaknya dan sesuai dengan apa yang menjadi rumusan masalah.


(28)

ϰϳ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Gambar 3.1 Peta Kota Cirebon


(29)

ϰϴ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian dilaksanakan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yang masih berada dalam kawasan kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon tepatnya di sebelah barat alun-alun Kasepuhan. Secara administratif, masjid ini berada di Jalan Keraton Kasepuhan 43, Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Sedangkan secara geografis, masjid ini berada pada daerah pedataran tepatnya pada koordinat 06º 43' 542" Lintang Selatan dan 108º 34' 321" Bujur Timur. Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati dengan dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Waktu pendirian masjid memiliki dua versi pendapat yaitu dibangun pada tahun 1478 M dan 1498 M.

Gambar 3.2

Peta Kota Cirebon dilihat melalui Google Map (sumber:

https://www.google.com/maps/place/Cirebon,+Kota+Cirebon,+Jawa+Barat,+Indonesia/@ -6.7428626,108.5540389,13z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!1s0x2e6ee2649e6e5bbb:0x70a07638a7fe1


(30)

ϰϵ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3

Peta lokasi Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilihat melalui Google Map

(sumber: https://www.google.com/maps/place/Masjid+Agung+Sang+Cipta+Rasa+Kasepuhan/@ -6.7255758,108.5699507,17z/data=!3m1!4b1!4m2!3m1!1s0x2e6ee27fdf13c351:0xdfc6fa6e6cea3a

5 )

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan beberapa bulan, tepatnya yaitu dari tanggal 11 Agustus 2014 hingga 15 Juli 2015

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Waktu Kegiatan

1. 11 Agustus 2014 Observasi awal, survei tempat penelitian ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan melakukan dokumentasi pendahuluan.


(31)

ϱϬ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. 21 Maret 2015 Perizinan sekaligus wawancara awal dengan pengurus

Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yaitu Bapak Rahmat untuk mengetahui langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh untuk melakukan penelitian di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, mencari tahu mengenai nara sumber yang bisa dihubungi, dan melakukan dokumentasi kembali guna melengkapi data.

3. 21 maret 2015 Wawancara dengan Pak Azhari selaku Kepala Kaum Masjid sekaligus sebagai orang yang telah

dipercayakan oleh Sultan Sepuh sebagai

pendamping/pemandu peneliti selama melakukan penelitian

Diskusi dengan Pak Rasa selaku seniman Cirebon dan sesepuh Keraton untuk membantu mencari data berupa literatur maupun narasumber terkait penelitian

4. 22 Maret 2015 Observasi ke Keraton Kasepuhan untuk mengetahui birokrasi melakukan penelitian dan meminta bantuan literatur yang dapat mendukung

5. 12 Juli 2015 Perizinan dengan Keraton Kasepuhan Cirebon melalui

Badan Pengelola Keraton Kasepuhan dengan staf kepercayaan yaitu Bapak Elang Subandi, mengurus administrasi pendaftaran penelitian ke Keraton Kasepuhan, serta melakukan pengukuran pada ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa

6. 13 Juli 2015 Wawancara kembali dengan bapak Azhari untuk

melengkapi data-data yang diperlukan

Perizinan dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kota Cirebon


(32)

ϱϭ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perizinan ke Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata

Menyerahkan surat pernyataan ke Keraton Kasepuhan Cirebon

7. 14 Juli 2015 Wawancara dengan Bapak R. Achmad Opan Safari

selaku sesepuh di Keraton Kasepuhan dan merupakan seorang seniman juga dosen filolog di IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Pengambilan surat balasan dari Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon

8. 15 Juli 2015 Pengambilan surat balasan dari KESBANGPOL Dalam

Negeri Kota Cirebon

Pengambilan surat balasan dari DISPORBUDPAR Kota Cirebon serta meminta bantuan berupa informasi maupun data yang terkait penelitian

9. 16 Juli 2015 Wawancara dengan Ust. Shohibi untuk melengkapi

data yang terkait tentang keislaman. 10. 17 Juli 2015 – 1

Agustus 2015

Analisis data

C.Pengumpulan Data 1. Sumber Data Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menentukan terlebih dahulu jenis data apa saja yang diperlukan terkait dengan penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dapat digunakan berbagai sumber data penelitian.

Arikunto (2010, hlm. 172) menjelaskan bahwa “yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Berdasarkan sumber datanya, pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.


(33)

ϱϮ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Data Primer

Data primer diperoleh peneliti secara langsung tanpa melalui perantara yaitu dengan berinteraksi atau berkomunikasi langsung.

1) Data visual berupa foto-foto keseluruhan masjid, kemudian difokuskan pada bagian-bagian ornamen yang terdapat pada bangunan utama masjid.

2) Data tertulis hasil wawancara dari nara sumber yang mengetahui tentang objek penelitian.

Tabel 3.2 Narasumber

No Nama Usia Pendidikan Jabatan Alamat

1 K.H. Aaz

Azhari

67 S1 Kepala

Kaum Masjid

Ds. Tengah Tani, Cirebon

2 R. Achmad

Opan Safari

48 S3 Dosen

filologi, seniman

Jl. Raya Kedawung No. 491 RT. 04 RW. 03 Blok. Paltudang Ds. Pilangsari Kec. Kedawung

3 Rahmat 60 Staff DKM

Sang Cipta Rasa

Kasepuhan-Cirebon

4 Shohibi Al

Fadhli

31 S1 Ustadz Jl. Syekh Bayanillah,

Ds. Setu Kulon Kec. Weru-Cirebon

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sember data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, seperti dokumen atau lewat peratara orang lain. Peneliti mengambil data melalui buku-buku sumber, artikel, dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian untuk melengkapi data dengan kajian pustaka yang relevan.


(34)

ϱϯ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Instrumen Penelitian

Pada awal penelitian kualitatif yaitu dimana permasalahnnya belum jelas, maka intrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti harus memiliki bekal berupa teori dan wawasan yang luas sehingga dapat bertanya, menganalisis, ,menyusun, mengembangkan, dan sebagainya. Meskipun demikian, dalam melakukan proses penelitian, peneliti harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak menggunakannya sebagai panduan wawancara, maupun observasi.

“Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektive emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan difikrkan oleh partisipan/sumber data.” (Sugiyono, 2011, hlm. 213)

Akan tetapi, setelah permasalahannya sudah jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Pengertian instrumen menurut Arikunto (2010, hlm. 203) yaitu “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Metode adalah cara sedangkan instrumen adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Maka dari itu, dalam penelitian deskriptif kualitatif yang menjadi intrumennya adalah pedoman penelitian itu sendiri. Seperti yang telah dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data yaitu salah satunya menggunakan metode wawancara dengan alat bantu berupa poin-poin pertanyaan atau pedoman wawancara yang diajukan kepada narasumber serta alat tulis untuk mencatat jawaban yang diterima. Selain itu, digunakan pula media perekam audio agar melengkapi catatan tertulis dari jawaban narasumber serta dokumentasi dengan kamera.

3. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan utama dari penelitian yaitu untuk memperoleh data. Maka dari itu diperlukan teknik pengumpulan data sebagai langkah menyusun strategi yang tepat dalam penelitian.


(35)

ϱϰ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, berbagai sumber, dan berbagai setting. Sugiyono (2011, hlm. 225) mengungkapkan “dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sesuai dengan metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: a. Observasi

Peneliti melakukan serangkaian pengamatan terhadap objek penelitian tentang analisis visual dan makna ornamen pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon di komplek Keraton Kasepuhan Kota Cirebon secara berkala dan kontinyu. Peneliti sebagai pengamat meneliti langsung ke tempat penelitian. Hal ini guna memperoleh data-data yang diperlukan secara utuh dan dapat dipercaya.

Emzir (2011, hlm. 37) mengungkapkan bahwa “observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.” Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi terus terang dan tersamar. Peneliti menyatakan langsung dengan terus terang kepada pihak yang terkait bahwa peneliti sedang melaksanakan penelitian. Oleh karena itu, pihak terkait mengetahui aktifias peneliti dari awal sampai akhir kegiatan penelitian. Namun dalam proses penelitian, ada saatnya peneliti tidak berterus terang atau tersamar dalam melakukan observasi, hal ini guna menghindari jika data yang diteliti dirahasiakan. Pada awalnya peneliti melakukan observasi secara tak berstruktur karena masih belum memahami permasalahan secara rinci sehingga tidak mempersiapkan secara sistematis. Tetapi setelah permasalah jelas, peneliti melakukan observasi secara sistematis dan terstruktur.

b. Wawancara

Karena pengambilan data tidak selalu lengkap dengan pengamatan maka peneliti melakukan teknik wawancara, kegunaanya untuk mendalami data yang bersifat opini/ persepsi/ penilaian terhadap objek yang diteliti.

Hasan (dalam Emzir 2011, hlm. 50) mendefinisikan wawancara sebagai “interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling


(36)

ϱϱ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat atau keyakinannya.”

Terdapat dua macam pedoman wawancara, yaitu wawancara terstruktur (disusun secara terperinci) dan wawancara tidak terstruktur (hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan). Peneliti menggunakan bentuk semi struktur yaitu mula-mula menanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.

Langkah yang ditempuh oleh peneliti pada awal proses wawancara yaitu melakukan wawancara untuk mendapatkan data mengenai siapa saja yang dapat dijadikan narasumber terkait permasalahan penelitian. Peneliti mendapatkan data narasumber melalui staff pengurus DKM Agung Sang Cipta Rasa, staff Keraton Kasepuhan, dan seniman Cirebon yang peneliti kenal. Kemudian setelah itu peneliti diarahkan untuk menemui langsung narasumber dengan sebelumnya membuat janji terlebih dahulu. Lokasi wawancara dilakukan di rumah narasumber, namun dalam prosesnya pada waktu tertentu wawancara juga dilakukan via telepon untuk melengkapi data. Dalam perkembangan teknologi saat ini, wawancara dapat dilakukan melalui berbagai media maupun alat komunikasi seperti telepon. Wawancara dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang visual dan makna ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon.

c. Studi dokumen

Yakni pengumpulan data lewat dokumen-dokumen, laporan-laporan penelitian, foto-foto, dan gambar serta karya orang lain yang relevan. Selain itu, berguna pula untuk meninjau ulang catatan suatu peristiwa. Metode studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya dengan didukung oleh metode studi dokumentasi ini.

Penulis lebih menitikberatkan pada buku-buku yang berkaitan dengan objek yang diteliti karena dokumen atau kumpulan arsip-arsip yang ada harus dipilih secara selektif dan merupakan sumber yang dapat dipertanggung


(37)

ϱϲ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawabkan. Namun peneliti juga menggunakan beberapa data yang diperoleh dari internet, elektronik book, dan karya ilmiah lainnya yang telah dikaji dan dapat dipertanggung jawabkan.

d. Triangulasi

Sugiyono (2011, hlm. 241) mengungkapkan bahwa “ triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi sumber dalam penelitian ini. Triangulasi sumber yaitu mendapatkan data yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekaligus mendapatkan data yang akurat sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

D.Analisis Data

Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 244) menyatakan dalam hal analisis data kualitatif bahwa “analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan -bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.” Kemudian Nasution (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 245) menjelaskan bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.”

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mengelompokkan data yang diperoleh dari mulai sebelum, sesudah dan selama proses penelitian. Menganalisis data merupakan tahap mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menjadi rumusan masalah. Pengolahan data dilakukan dengan cara dikumpulkan lalu dikelompokkan, serta menghubungkan data sebelum penelitian dan selama penelitian. Peneliti juga melakukan relevansi terhadap dokumen-dokumen yang sudah ada guna memperoleh pemahaman dan kesimpulan. Selain itu, mengecek dan membandingkan hasil pengamatan orang lain untuk memeriksa keabsahan data.


(38)

ϱϳ

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan disiplin estetik yaitu menganalisis unsur visual ornamen masjid Agung Sang Cipta Rasa seperti unsur garis, bentuk, tekstur, warna, beserta makna yang terkandung di dalamnya. Termasuk juga prinsip seni yaitu keseimbangan, keselarasan, kontras, repetisi, dan komposisi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah atau menganalisis data selama di lapangan Model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 246-253) adalah sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah terkumpul direduksi dengan cara merangkum data yang penting sehingga akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penelitian kualitatif sering menggunakan teks yang bersifat naratif dalam menyajikan data.

3. Conclusion Drawing/verification

Yakni penarikan kesimpulan dan verifikasi dari hasil pemahaman, pemikiran, dan didukung oleh bukti-bukti yang kuat serta bukan hanya sebuah karangan. Arikunto (2010, hlm. 385) menjelaskan bahwa “menarik kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan angan-angan atau keinginan peneliti.” Sebuah kesalahan besar jika seorang peneliti membuat kesimpulan dengan tujuan menyenangkan hati pemesan dengan cara memanipulasi data. Kesimpulan dapat diperoleh setelah data selesai dianalisis. Kesimpulan awal yang diperoleh dapat bersifat sementara dan dapat berubah ataupun tidak berdasarkan bukti-bukti pada tahap pengumpulan data berikutnya.


(39)

19

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi (penggabungan) penulis memperoleh berbagai data dan informasi dari beberapa narasumber tentang Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Dari hasil penelitian dan analisis akhirnya penulis menarik kesimpulan, yaitu:

1. Struktur bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon terdiri dari atap, badan masjid, pintu masjid berjumlah sembilan, tiang berjumlah 74 buah dengan 5 soko guru dan 1 soko tatal, mihrab, mimbar, dua maksurah, serambi/selasar yang terdiri dari dua bagian yaitu serambi dalam dan serambi luar, pagar keliling atau benteng dengan gerbang utama berbentuk

paduraksa/kori agung, dan bangunan-bangunan lain seperti tempat wudhu,

istiwa, pelayonan, serta makam. Terdapat 29 macam motif hias bangunan

utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Ornamen geometris berjumlah 16 motif, yang paling banyak diterapkan yaitu tumpal (untu walang) dan antefiks. Ornamen non-geometris berjumlah 13, yang paling banyak diterapkan yaitu motif floratif (sulur, daun, dan bunga) dengan jenis bunganya adalah teratai. 2. Bentuk visual ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa terpengaruh seni

budaya Hindu, Budha, dan Jawa. Analisis unsur visual ornamen yaitu ornamen geometris memiliki garis vertikal, horizontal, zig zag, diagonal, dan lengkung sedangkan ornamen non-geometris mayoritas memiliki garis lengkung. Wujud ornamen geometris berupa lingkaran, elips, segi tiga, segi empat, segi delapan, dan segi enam. Ornamen non-geometris memiliki corak nuansa alam berwujud daun, bunga, matahari, dan lainnya. Memiliki tekstur kasar nyata, kasar semu, dan halus. Warnanya mayoritas adalah warna natural namun ada pula warna sintetis. Sedangkan analisis prinsip visualnya yaitu ornamen dikomposisikan sedemikian rupa sehingga keselarasan, irama, keseimbangan dicapai dari penempatan motif dengan pola simetris dan berulang serta memiliki kontras ekstrem.


(40)

19

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa secara keseluruhan memiliki makna filsafat Cirebon yang menjelaskan tentang hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam yang terkait Islam. Mayoritas tentang ketauhidan dan berhubungan dengan ibadah Selain itu, ada pula ornamen-ornamen yang memiliki makna simbolik sebagai Wali Sanga dan ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai tolak bala.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di lapangan, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan terkait Masjid Agung Sang Cipta Rasa, khususnya mengenai ornamen yang terdapat pada tiap bagiannya. Saran -saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemeritah Kota Cirebon, khususnya Balai Pengelola Keraton Kasepuhan

dan DKM Agung Sang Cipta Rasa agar lebih memperhatikan kegiatan pemeliharaan dengan lebih mengangkat dan menginformasikan secara detail tentang ornamen yang terdapat pada tiap bagian masjid. Hal ini agar pengunjung lebih mengetahui bahwa ornamen-ornamen tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, namun juga memiliki fungsi simbolik dan filsafat Cirebon yang tinggi sehingga pengunjung ikut menjaga, merawat, dan melestarikannya serta dapat mengambil nilai-nilai baik yang dapat dijadikan pedoman hidup.

2. Bagi Departemen Pendidikan Seni dan Desain diharapkan menambah wawasan

dan masukan bagi mata kuliah yang berhubungan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan studi awal secara mendalam sebelum memutuskan mengambil judul skripsi. Lebih menggunakan pendekatan ilmu-ilmu lain yang beragam dan relevan dengan judul skripsi.


(41)

1

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Ambary, H. M. (1997a). Aspek-Aspek Arkeologi Indonesia: Kaligrafi Islam di

Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Ambary, H. M. (2001b). Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis

Islam Indonesia. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu

Andrews, M. F. (1960). Sculpture and Ideas. New Jersey: Practice-hall Inc.

Anwar, Saepul., Kantina, D. Y., & Ferial, I. W. (2012). Tutor Handbook. Bandung:

Islamic Tutorial Center.

Argadikusuma, E.N. (1998). Baluarti Keraton Kesepuhan Cirebon. Cirebon:

Media.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azhary, A. (2014). Budaya dan Filsafat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon.

Cirebon: Tidak diterbitkan.

Basit, Abdul. (2004). Madinah Munawwarah: Kelebihan & Sejarah. Madinah:

Dar Al-Maathir.

Bramwell & Martin. (1976). WOOD. New York: Crescent Books.

Burckhardt, T. (2009). Art of Islam: Language and Meaning. Indiana: World

Wisdom, Inc.

Darini, R. (2013). Sejarah Kebudayaan Indonesia Masa Hindu Buddha.

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Departemen Agama RI. (2008). Al Hikmah: Al-Quran dan Terjemahannya.

Bandung: Diponegoro.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. (2002). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar

Baru van Hoeve.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Cirebon. (t.t). Data Situs/Benda Cagar


(42)

1

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fanani, A. (2009). Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.

Fichner, L & Rathus. (1995). Understanding Art. New jersey: Prentice Hall.

Ghani, M. I. A. (2003). Sejarah Mekah. Madinah: Al-Rasheed Printers.

Hardjasaputra, A. S. dkk. (2011). Cirebon dalam Lima Zaman (Abad ke-15 hingga

Pertengahan Abad ke-20). Bandung: Disparbud Jabar.

Hoop, V. D. (1949). Indonesische Siermotievien/Ragam-ragam Perhiasan

Indonesia/Indonesian Ornamental Design. Batavia: Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen.

Irianto, B. (2009). Makna Simbolik Batik Keraton Cirebon. Cirebon.

Kartika, S. D. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Kertawibawa, B. B. (2007a). Dinasti Raja Petapa I Pangeran Cakrabuana Sang

Perintis Kerajaan Cirebon. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Kertawibawa, B. B. (2009b). Dinasti Raja Petapa II Syarif Hidayatullah Sang

Pengembang Kerajaan Cirebon. Bandung: PT. Kiblat buku Utama.

Lubis, N. H. dkk. (2011). Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat. Bandung:

Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia.

Mills, J. W. (1990). Encyclopedia of Sculpture Techniques. London: Batsford Ltd.

Munir, M. (2004). Mengenal Kaidah Kaligrafi Al-Qur’an Dilengkapi dengan 313

Contoh & Ornamen Islami. Semarang: Binawan.

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2001). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara.

Nigel, Bullough. (1995). Historic East Java, Remains in Stone, 50th Anniversary

of Indonesia Commemorative Edition. Jakarta: ADLine Communications.

Prawira, N. G. (2005b). Kebudayaan Keraton di Cirebon. Jurusan Pendidikan

Seni Rupa UPI: Tidak diterbitkan.

Prawira, N. G. (2005a). Tinjauan Busana Tradisional dari Perspektif Estetika dan

Budaya Cirebon. Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI: Tidak diterbitkan.

Sanyoto, E.S. (2010). Nirmana: Elemen-Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta:

Jalasutra.


(43)

1

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunaryo, A. (2010). Ornamen Nusantara Kajian Khusus Tentang Ornamen

Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Soemantri, Hilda. (Penyunting). (2002). Indonesian Heritage: Seni Rupa. Grolier

Internations, Inc.

Toekio, S. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI.

Wahyudi, Asnan. & Khalid, A. (t.t). Kisah Wali Songo Para Penyebar Agama

Islam di Tanah Jawa. Surabaya: Karya Ilmu.

Yudoseputro, W. (1986a). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung:

Angkasa.

Yudoseputro, W. (2008b). Jejak-Jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama.

Jakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia, Fakultas Film dan Televisi IKJ, Fakultas Seni Rupa IKJ, Koperasi Sinematografi IKJ.

Zuhdi, S. (Penyunting). (1996). Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta:

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Artikel Jurnal:

Supriyadi, B. (2008). Kajian Ornamen pada Masjid Bersejarah Kawasan Pantura

Jawa Tengah. Enclousure: Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan

Pemukiman, 7 (2), hlm. 106-121.

Muffid, M., Supriyadi, B., & Rukayah, S. Konsep Arsitektur Jawa dan Sunda

Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Modul, 14 (2), hlm. 65-70

Sumber Skripsi:

Inasari. (2014). Analisis Penerapan Motif pada Interior Masjid Al-Bantani di

Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(44)

1

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prayitno. (2013). Kajian Bentuk, Motif Hias, dan Makna Simbolik pada Kereta

Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tresnadi, P. (2015). Kompleks Masjid Agung Sang Cipta Rasa dalam Situs

Masyarakat Cirebon. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI


(1)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi (penggabungan) penulis memperoleh berbagai data dan informasi dari beberapa narasumber tentang Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Dari hasil penelitian dan analisis akhirnya penulis menarik kesimpulan, yaitu:

1. Struktur bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon terdiri dari atap, badan masjid, pintu masjid berjumlah sembilan, tiang berjumlah 74 buah dengan 5 soko guru dan 1 soko tatal, mihrab, mimbar, dua maksurah, serambi/selasar yang terdiri dari dua bagian yaitu serambi dalam dan serambi luar, pagar keliling atau benteng dengan gerbang utama berbentuk

paduraksa/kori agung, dan bangunan-bangunan lain seperti tempat wudhu,

istiwa, pelayonan, serta makam. Terdapat 29 macam motif hias bangunan

utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Ornamen geometris berjumlah 16 motif, yang paling banyak diterapkan yaitu tumpal (untu walang) dan antefiks. Ornamen non-geometris berjumlah 13, yang paling banyak diterapkan yaitu motif floratif (sulur, daun, dan bunga) dengan jenis bunganya adalah teratai. 2. Bentuk visual ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa terpengaruh seni

budaya Hindu, Budha, dan Jawa. Analisis unsur visual ornamen yaitu ornamen geometris memiliki garis vertikal, horizontal, zig zag, diagonal, dan lengkung sedangkan ornamen non-geometris mayoritas memiliki garis lengkung. Wujud ornamen geometris berupa lingkaran, elips, segi tiga, segi empat, segi delapan, dan segi enam. Ornamen non-geometris memiliki corak nuansa alam berwujud daun, bunga, matahari, dan lainnya. Memiliki tekstur kasar nyata, kasar semu, dan halus. Warnanya mayoritas adalah warna natural namun ada pula warna sintetis. Sedangkan analisis prinsip visualnya yaitu ornamen dikomposisikan sedemikian rupa sehingga keselarasan, irama, keseimbangan dicapai dari penempatan motif dengan pola simetris dan berulang serta memiliki kontras ekstrem.


(2)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa secara keseluruhan memiliki makna filsafat Cirebon yang menjelaskan tentang hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam yang terkait Islam. Mayoritas tentang ketauhidan dan berhubungan dengan ibadah Selain itu, ada pula ornamen-ornamen yang memiliki makna simbolik sebagai Wali Sanga dan ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai tolak bala.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di lapangan, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan terkait Masjid Agung Sang Cipta Rasa, khususnya mengenai ornamen yang terdapat pada tiap bagiannya. Saran -saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemeritah Kota Cirebon, khususnya Balai Pengelola Keraton Kasepuhan dan DKM Agung Sang Cipta Rasa agar lebih memperhatikan kegiatan pemeliharaan dengan lebih mengangkat dan menginformasikan secara detail tentang ornamen yang terdapat pada tiap bagian masjid. Hal ini agar pengunjung lebih mengetahui bahwa ornamen-ornamen tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, namun juga memiliki fungsi simbolik dan filsafat Cirebon yang tinggi sehingga pengunjung ikut menjaga, merawat, dan melestarikannya serta dapat mengambil nilai-nilai baik yang dapat dijadikan pedoman hidup.

2. Bagi Departemen Pendidikan Seni dan Desain diharapkan menambah wawasan dan masukan bagi mata kuliah yang berhubungan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan studi awal secara mendalam sebelum memutuskan mengambil judul skripsi. Lebih menggunakan pendekatan ilmu-ilmu lain yang beragam dan relevan dengan judul skripsi.


(3)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:

Ambary, H. M. (1997a). Aspek-Aspek Arkeologi Indonesia: Kaligrafi Islam di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Ambary, H. M. (2001b). Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu

Andrews, M. F. (1960). Sculpture and Ideas. New Jersey: Practice-hall Inc.

Anwar, Saepul., Kantina, D. Y., & Ferial, I. W. (2012). Tutor Handbook. Bandung: Islamic Tutorial Center.

Argadikusuma, E.N. (1998). Baluarti Keraton Kesepuhan Cirebon. Cirebon: Media.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azhary, A. (2014). Budaya dan Filsafat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Cirebon: Tidak diterbitkan.

Basit, Abdul. (2004). Madinah Munawwarah: Kelebihan & Sejarah. Madinah: Dar Al-Maathir.

Bramwell & Martin. (1976). WOOD. New York: Crescent Books.

Burckhardt, T. (2009). Art of Islam: Language and Meaning. Indiana: World Wisdom, Inc.

Darini, R. (2013). Sejarah Kebudayaan Indonesia Masa Hindu Buddha. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Departemen Agama RI. (2008). Al Hikmah: Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. (2002). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Cirebon. (t.t). Data Situs/Benda Cagar Budaya Kota Cirebon. Cirebon: Disparbud Kota Cirebon.


(4)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fanani, A. (2009). Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.

Fichner, L & Rathus. (1995). Understanding Art. New jersey: Prentice Hall. Ghani, M. I. A. (2003). Sejarah Mekah. Madinah: Al-Rasheed Printers.

Hardjasaputra, A. S. dkk. (2011). Cirebon dalam Lima Zaman (Abad ke-15 hingga Pertengahan Abad ke-20). Bandung: Disparbud Jabar.

Hoop, V. D. (1949). Indonesische Siermotievien/Ragam-ragam Perhiasan Indonesia/Indonesian Ornamental Design. Batavia: Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen.

Irianto, B. (2009). Makna Simbolik Batik Keraton Cirebon. Cirebon. Kartika, S. D. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Kertawibawa, B. B. (2007a). Dinasti Raja Petapa I Pangeran Cakrabuana Sang Perintis Kerajaan Cirebon. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Kertawibawa, B. B. (2009b). Dinasti Raja Petapa II Syarif Hidayatullah Sang

Pengembang Kerajaan Cirebon. Bandung: PT. Kiblat buku Utama.

Lubis, N. H. dkk. (2011). Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia.

Mills, J. W. (1990). Encyclopedia of Sculpture Techniques. London: Batsford Ltd. Munir, M. (2004). Mengenal Kaidah Kaligrafi Al-Qur’an Dilengkapi dengan 313

Contoh & Ornamen Islami. Semarang: Binawan.

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2001). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nigel, Bullough. (1995). Historic East Java, Remains in Stone, 50th Anniversary

of Indonesia Commemorative Edition. Jakarta: ADLine Communications.

Prawira, N. G. (2005b). Kebudayaan Keraton di Cirebon. Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI: Tidak diterbitkan.

Prawira, N. G. (2005a). Tinjauan Busana Tradisional dari Perspektif Estetika dan Budaya Cirebon. Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI: Tidak diterbitkan. Sanyoto, E.S. (2010). Nirmana: Elemen-Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta:

Jalasutra.


(5)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunaryo, A. (2010). Ornamen Nusantara Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Soemantri, Hilda. (Penyunting). (2002). Indonesian Heritage: Seni Rupa. Grolier Internations, Inc.

Toekio, S. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wahyudi, Asnan. & Khalid, A. (t.t). Kisah Wali Songo Para Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa. Surabaya: Karya Ilmu.

Yudoseputro, W. (1986a). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Yudoseputro, W. (2008b). Jejak-Jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama. Jakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia, Fakultas Film dan Televisi IKJ, Fakultas Seni Rupa IKJ, Koperasi Sinematografi IKJ.

Zuhdi, S. (Penyunting). (1996). Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Artikel Jurnal:

Supriyadi, B. (2008). Kajian Ornamen pada Masjid Bersejarah Kawasan Pantura Jawa Tengah. Enclousure: Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan

Pemukiman, 7 (2), hlm. 106-121.

Muffid, M., Supriyadi, B., & Rukayah, S. Konsep Arsitektur Jawa dan Sunda Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Modul, 14 (2), hlm. 65-70 Sumber Skripsi:

Inasari. (2014). Analisis Penerapan Motif pada Interior Masjid Al-Bantani di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Asih Rahayu, 2015

ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prayitno. (2013). Kajian Bentuk, Motif Hias, dan Makna Simbolik pada Kereta

Singa Barong Keraton Kasepuhan Cirebon. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tresnadi, P. (2015). Kompleks Masjid Agung Sang Cipta Rasa dalam Situs

Masyarakat Cirebon. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI