RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG.

(1)

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tata Ruang Kota dan Pemenuhan Lahan Pemakaman ... 7

B. Respon Masyarakat Terhadap Fasilitas Umum Perkotaan... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Metode Penelitian... 24

B. Lokasi ... 25

C. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional... 30

1. Respon ... 30


(2)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

1. Observasi ... 34

2. Wawancara ... 35

3. Angket ... 36

4. Pengumpulan Data Sekunder ... 36

H. Analisis Data ... 37

1. Persiapan ... 37

2. Tabulasi ... 38

3. Analisis dan Penafsiran Data ... 39

4. Analisis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 41

3. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penelitian ... 42

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 44

1. Karekteristik Responden ... 44

2. Kebijakan Makam Tumpang ... 55

3. Respon Masyarakat Terhadap Makam Tumpang ... 64

4. Proyeksi Ketersediaan Lahan Pemakaman Di Kota Bandung Dengan Kebijakan Makam Tumpang ... 70

C. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(3)

1.1 TPU di Kota Bandung ... 3

2.1 Respon Yang Digunakan untuk Penyimpulan Sikap ... 18

3.1 Kisi-kisi Penelitian ... 33

3.2 Kriteria Penelitian Prosentase ... 39

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama... 48

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan ... 52

4.6 Daerah Asal Pendatang di Kota Bandung ... 53

4.7 Lama Tinggal di Kota Bandung ... 54

4.8 Lokasi Tempat Pemakaman Tumpang ... 56

4.9 Respon Masyarakat Terhadap Mekanisme Makam Tumpang ... 57

4.10 Respon Masyarakat Terhadap Retribusi Makam Tumpang ... 59

4.11 Respon Masyarakat Terhadap Peraturan Pelaksanaan Makam Tumpang ... 60

4.12 Respon Keyakinan Masyarakat Terhadap Kebijakan Makam Tumpang ... 61


(4)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

Makam Tumpang ... 65 4,15 Respon Afektif Masyarakat Kota Bandung Terhadap Kebijakan

Makam Tumpang ... 67 4.16 Respon Konatif Masyarakat Kota Bandung Terhadap Kebijakan


(5)

Gambar Halaman

3.1 Peta Lokai Tempat Pemakaman Umum di Kota Bandung ... 26

4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia ... 47

4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Status Kependudukan ... 52

4.5 Lama Tinggal Di Kota Bandung ... 55

4.6 Repon Masyakat Terhadap Mekanisme Makam Tumpang ... 58

4.7 Repon Masyakat Terhadap Sosialisasi Kebijakan Makam Tumpang ... 64

4.8 Respon Kognitif Masyarakat Kota Bandung Terhadap Kebijakan Makam Tumpang ... 66

4.9 Respon Afektif Masyarakat Kota Bandung Terhadap Kebijakan Makam Tumpang ... 68

4.10 Respon Konatif Masyarakat Kota Bandung Terhadap Kebijakan Makam Tumpang ... 70


(6)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

Lampiran Halaman

1 Surat Keputusan Pembimbing ... 87

2 Surat Pemberitahuan Observasi ... 90

3 Surat Penelitian ... 91

4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 93

5 Pedoman Wawancara Dinas Pemakaman Kota Bandung ... 95

6 Pedoman Wawancara Pengelola TPU ... 96

7 Intrumen Penelitian ... 97

8 Data Penelitian Hasil Penelitian ... 100

9 Data Tempat Pemakaman Umum ... 103


(7)

(8)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suatu kota terbentuk karena adanya kebutuhan, utamanya ialah kebutuhan manusia baik dalam hal ekonomi, tempat tinggal maupun makanan. Namun seiring berjalannya waktu tidak hanya kebutuhan makanan dan tempat tinggal saja yang coba dipenuhi dalam kota, melainkan pelayanan pemerintahan dan fasilitas ruang terbuka.

Rinaldi (2012:1) mengemukakan bahwa “suatu kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain”.

Kota sebagai tempat berbagai aktifitas warga kotanya.Suatu kota akan memiliki beban yang besar dalam memenuhi kebutuhan warganya. Dalam memenuhi kebutuhan warga kotanya suatu kota perlu memiliki sarana dan prasarana yang menunjang. Menurut Mirsa (2012:32) prasarana kota mendasar ialah seperti jalan, saluran drainase, penyediaan lahan parkir, pemancar telekomusikasi dan gardu listrik. Sedangkan sarana perkotaan berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah bagi seluruh umat beragama, fasilitas social, fasilitas hiburan, serta fasilitas pelayanan pemerintahan.

Di samping itu terdapat fasilitas komersil yang harus ada pada suatu kota berupa warung, tempat perbelanjaan, pasar, pusat perbelanjaan umum/pertokoan, fasilitas sosial berupa panti asuhan, serta fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) berupa tempat bermain, lapangan olah raga, kolam berenang, taman kota, hutan kota, dan tempat rekreasi. Dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah PERMENDAGRI No. 2 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terkuka Hijau Kawasan Perkotaan sebenarnya tempat pemakaman umum termasuk kedalam kawasan ruang terbuka hijau atau RTH.

Tempat Pemakaman Umum yang kemudian disingkat TPU memiliki fungsi sebagai ruang terbuka hijau. TPU terdiri atas tiga jenis , yaitu (1) Tempat Pemakan


(9)

Umum (TPU), (2) Tempat Pemakaman Bukan Umum (TPBU), (3) Tempat Pemakman Khusus (TPK). Jenis-jenis tempat pemakaman tersebut memiliki perbedaan dalam penggunaan dan pengelolaanya, menurut Peraturan Daerah Kota Bandug No 21 Tahun 2001 Tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum Dan Pengabuan Mayat, “Tempat Pemakaman Umum selanjutnya disingkat TPU adalah areal tempat pemakaman milik/dikuasai Pemerintah Daerah yang disediakan untuk umum yang berada dibawah pengawasan, pengurusan dan pengelolaan pemerintah daerah dan sekaligus dapat menjadi paru-paru kota/taman kota”.

Kota Bandung sebagai ibu kota dari Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat berdasarkan data tahun 2007 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kota Bandung sebesar 1,88% atau mengalami pertambahan penduduk rata-rata pada tahun 2007 sebesar 43.802 jiwa penduduk. Salah satu faktor penyebabnya ialah terpusatnya kegiatan pemerintahan di Kota Bandung, terutama bagi masyarakat Jawa Barat.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika tahun 2013, Kota Bandung berpenduduk sebesar 2.455.517 jiwa penduduk. Dengan jumlah penduduk yang besar Kota Bandung memiliki tingkat kepadatan penduduk yang terhitung tinggi. Angka kepadatan penduduk Kota Bandung bedasarkan data Badan Pusat Statistika tahun 2013 ialah 14.676 jiwa/km2.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dipengeruhi oleh pertumbuhan penduduk, baik oleh pertumbuhan penduduk secara alami maupun pertambahan penduduk secara sosial. Pertambahan penduduk alami ialah pertambahan penduduk yang sebabkan faktor kelahiran dan kematian. Sedangkan pertambahan peduduk sosial ialah pertambahan penduduk yang disebabkan oleh terjadinya arus urbanisasi, imigrasi dan transmigrasi.

Pertambahan penduduk alami Kota Bandung berdasarkan data pada tahun 2012, tercatat angka kelahiran berdasarkan pada akta kelahiran yang dikeluarkan terdapat


(10)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebanyak 33.858 akta. Angka kematian di kota bandung berdasarkan data pada tahun 2012, akta kematian tercatat sebanyak 1.777 akta. Pertumbuhan penduduk sosial Kota Bandung pada tahun 2012 tercatat dari surat ijin tinggal tetap bagi warga asing yang dikeluarkan oleh dinas imigrasi Kota Bandung sebanyak 36.446 berkas. Selain itu jumlah transmigrasi dari Kota Bandung tercatat sebanyak 82 jiwa, dengan penyebaran penduduk ke daerah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

Kepadatan penduduk Kota Bandung memiliki tingkat kepadatan yang cukup padat dengan masyarakatnya yang heterogen. Agama yang dipeluk oleh masyarakat Kota Bandung sebagian besar yaitu agama Islam dan Kristen. Dilihat dari segi agama dan kepercayaan yang dipegang oleh penduduk Kota Bandung, kebutuhan akan lahan tempat pemakaman umum menjadi sangat penting dan perlu mendapat perhatian lebih, karena mayoritas penduduk memerlukan lahan untuk memakamkan sanak saudara maupu keluarganya yang sudah meniggal. Kota Bandung memiliki 13 tempat pemakaman umum yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung dengan luas keseluruhan sebesar 1.461.508 m2, diantaranya:

Tabel 1.1 TPU Di Kota Bandung

No Nama TPU Peruntukkan Luas Lahan

(m2) Lokasi TPU 1 TPU Cikadut Hindu/Buddha 561.557 Jalan Cikadut 2 TPU Astana Anyar Islam 74.469 Jalan Bojongloa 3 TPU Sirnaraga Islam 156.000 Jalan Pajajaran

4 TPU Pandu Kristen 127.700 Jalan Pandu

5 TPU Maleer Islam 79.534 Jalan Jembatan Opat

6 TPU Gumuruh Islam 20.000 Jalan Gumuruh

7 TPU Cikutra Islam 83.608 Jalan Cikutra

8 TPU Legok Ciseureuh Islam 16.651 Jalan Moch. Toha 9 TPU Ciburuy Islam 21.000 Jalan Moch. Toha 10 TPU Babakan Ciparay Islam 32.990 Jalan Makam 11 TPU Cibarunay Islam 17.500 Jalan Cibarunay

12 TPU Nagrog Islam 222.415 Jalan Nagrog

13 TPU Rancalili Islam 41.531 Jalan Sawo Endah


(11)

Berdasarkan tabel 1.1 Kota Bandung memiliki 13 TPU dengan jumlah keseluruhan makam yang dimiliki berjumlah 187.565 makam, dengan terdiri dari 133.872 makam aktif dan 53.693 makam tidak aktif. Dihitung dari luasnya, pemakaman di Kota Bandung berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rafi’i memiliki luas 1.454.955 m2, namun dalam penelitiannya tercatat sekitar 96% lahan telah digunakan dan hanya tersisa 4% atau sekitar 58.198 m2 lahan yang dapat digunakan.

Ketersediaan lahan pemakaman di Kota Bandung sudah jauh berkurang. Akan tetapi pada kenyataannya Kota Bandung sudah tidak lagi memiliki lahan kosong yang dapat digunakan. Dengan hanya memiliki 4% lahan yang dapat dipergunakan, ketersediaan lahan pemakaman di Kota Bandung hanya mencukupi hingga 9 tahun mendatang atau pada tahun 2021 bila dihitung dari tahun penelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan angka kematian di Kota Bandung berdasarkan berita (metro Bandung) mencapai 20-30 orang setiap harinya, dan warga yang dimakamkan di Kota Bandung mencapai 6.600 jiwa penduduk pertahunnya.

Untuk mengatasi ketersediaan lahan pemakam, ada beberapa cara yang digagas oleh pemerintah khususnya dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. Salah satunya dengan mengadakan sistem makam tumpang, dengan syarat masih dalam satu keluarga ataupun mendapatkan ijin secara tertulis dari ahli waris jenazah yang bersangkutan. Selain itu terdapat pula jasa kremasi atau pengabuan jenazah yang disediakan oleh pihak swasta.

Penggunaan kedua cara pemakaman tersebut merupakan solusi dalam memenuhi ketersediaan dan kebutuhan lahan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Namun semua itu masih perlu dikaji dan dilihat bagaimana masyarakat mampu menanggapi hal demikian. Untuk itu melihat latar bekakang diatas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan sasaran utama ialah pandangan dan sikap dari warga Kota Bandung terhadap ketersediaan lahan pemakam, maka untuk kepentingan itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul


(12)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“RESPONS MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yang diajukan dan dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu :

1. Bagaimana respons kognitif masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang?

2. Bagaimana respons afektif masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang?

3. Bagaimana respons konatif masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang?

4. Bagaimana proyeksi penyediaan lahan pemakaman di kota Bandung dengan kebijakan makam tumpang?

C. Tujuan Penelitian

Adapula tujuan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagi berikut :

1. Untuk mengidentifikasi respons kognitif masyarakat Kota Bandung dalam menyikapi kebijakan makam tumpang.

2. Untuk mengidentifikasi respons afektif masyarakat Kota Bandung dalam menyikapi kebijakan makam tumpang.

3. Untuk mengidentifikasi respons konatif masyarakat Kota Bandung dalam menyikapi kebijakan makam tumpang.

4. Untuk memproyeksikan ketersediaan lahan pemakaman di Kota Bandung dengan kebijakan makam tumpang.


(13)

D. Manfaat Penelitian

Dilakukannya penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik untuk dinas terkait maupun bagi pandangan masyarakat pada umumnya, dan diantaranya ialah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai respon masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang.

b. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai proyeksi lahan pemakaman dengan menerapkan kebijakan makam tumpang

c. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk bidang pendidikan geografi yang berkaitan dengan geografi dalam ranah sosial.

d. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu sumber data bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi mengenai proyeksi lahan pemakaman di Kota Bandung dengan kebijakan makam tumpang.

b. Sebagai bahan masukan bagi Pemerntah Kota Bandung mengenai kebijakan makam tumpang.


(14)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

Metode penelitian meurut Ulber Silalahi (2010:12) “merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut”. Metode Penelitian yang peneliti gunakan dalam pnenelitian ini ialah metode penelitian deskriptif, dimana metode penelitian deskriptif menurut Koetjaraningrat (1994:29)

Penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuansi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain daam masyarakat.

Penelitian deskriptif di jelaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat menjelaskan atau menggambarkan suatu gejala dengan pola hungan sebab-akibat. Penelitian deskriptif di jelaskan pula oleh Ulber Silalahi (2010:27) “penelitian deskriptif menyajikan suatu gambaran yang terperinci tentang suatu situasi khusus, seting social, atau hubungan”.

Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat menggunakan dua jenis data, baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Selain itu Mayer dan Greenwood dalam Ulber Silalahi (2010:27) membedakannya kedalam dua jenis yaitu deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Yang membedakan antara deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif ialah, bila deskripsi kaulitatif umumnya bersifat mengidentifikasi sifat dari kelompok-kelompok, benda maupun peristiwa tertentu serta menghasilkan bentuk klasifikasi. Sedangkan pada deskripsi kuantitatif umumnya merupakan lanjutan dari sebuah observasi, yang kemudian dilakukan pengukuran besar maupun distribusi dari kelompok-kelompok tertentu.


(15)

Dalam pelaksanaannya penelitian tipe deskriptif ini dilakukan bila terdapat suatu gejala sosial yang kemudian akan diteliti dengan dasar dari pengetahuan tersebut bersumber dari literatur maupun hasil penelitian sebelumnya. Dalam penelitian deskriptif pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data survei dan nonsurvei. Pengumpulan data survey atau survei

deskripsi menurut Herbert Hyman dalam Keotjaraningrat (1994:32) adalah “semata

-mata untuk memberikan gamaran yang tepat dari suatu gejala dan pokok perhatiannya adalah pengukuran yang cermat dari sutu atau lebih variabel terkait dalam suatu kelompok penduduk tertentu atau dalam sampel dari kelompok penduduk tertentu.” B. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat secara geografis Kota Bandung Berada di 107O36’ BT dan 6O 55’ Lintang Selatan dan terletak pada ketinggian ±791 mdpl, dengan titik ketinggian tertinggi terdapat di Utara dengan ketinggian ±1050 mdpl. Kota Bandung secara administratif berbatasan langsung dengan

Lokasi penelitian mencakup kedalam 30 kecamatan dengan 11 kecamatan yang terdapat lahan pemakaman umum. Kecamatan yang memiiliki Tempat Pemakaman Umum (TPU) diantaranya, Kecamatan Batununggal, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Astana Anyar, kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Cibeunying Kaler, dan Kecamatan Cicadas.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kota Cimahi

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat


(16)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(17)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:61) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Mengambil pengertian populasi tersebut maka dalam penelititan ini yang menjadi populasi ialah seluruh masyarakat Kota Bandung. Berdasarkan data yang di dapatkan dari Badak Pusat Statistika Kota Bandung tahun 2013 jumlah penduduk Kota Bandung sebesar 2.455.517 jiwa penduduk.

2. Sampel

Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah areal sampling. Teknik sampling dengan menggunakanan areal sampling dikarenakan yang menjadi polulasi dalam penelitian ini sangat luas yaitu Kota Bandung. Dalam melakukan pengambilan sampling dengan menggunakan areal sampling di jelaskan oleh Sugiyono (2011:65) “pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru dipilih sampel secara acak”.

Dalam penelititan ini karena yang menjadi populasi merupakan Kota Bandung, maka di pilih sampel berupa kecamatan. Selanjutnya karena setiap kecamatan tidak sama, maka di klasifikasikan kecamatan yang menjadi sampel yaitu kecamatan yang memiliki lokasi areal Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sehingga didapatkan 11 kecamatan yang menjadi sampel dari 30 kecamatan di Kota Bandung yaitu:

a. Kecamatan Cicendo : TPU Sinagara

b. Kecamatan Batununggal : TPU Sinagara dan TPU Maleer c. Kecamatan Rancasari : TPU Rancalili


(18)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Kecamatan Babakan Ciparay : TPU Babakan Ciparay

f. Kecamatan Bojongloa Kidul : TPU Legok Seureuh dan TPU Ciburuy

g. Kecamatan Sukasari : TPU Cibarunay h. Kecamatan Ujungberung : TPU Nagrog i. Kecamatan Cibeunying Kaler : TPU Cikutra j. Kecamatan Cicadas : TPU Cikadut k. Kecamatan Cicendo : TPU Pandu

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini dihiting menggunakan rumus Solvin dalam Noor (2013:158), yakni

Dimana:

n : jumlah elemen/anggota sampel N : jumlah elemen/anggota populasi

e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1% atau 0.01, 5% atau 0.05, dan 10% atau 0.1) (catatan boleh dipilih oleh peneliti

Peneliti menggunakan tingkat kesalahan 10% atau 0.1 dalam penelitian ini sehingga di hasilkan jumlah sampel yaitu 100 orang. Dengan populasi penduduk Kota Bandung yaitu 2.455.517 jiwa dengan rumus Solvin di ajukan sebesar 99,9959277 yang kemudian dibulatkan menjadi 100 orang dari keseluruhan penduduk Kota Bandung.


(19)

Variabel Bebas 1. Makam Tumpang

 Lokasi  Sistem  Kebijakan 2. Tingkat Efektifitas

Makam Tumpang D. Variabel Penelitian

Definisi variabel menurut Sugiyono (2011:3) “merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu”. Sedangkan Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2011:3) mengatakan variabel “sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain”. Dengan demikian variabel merupakan suatu hal baik berupa objek maupun orang yang memiliki variasai, tanpa adanya variasi maka bukanlah variabel. Variabel pun dapat berupa objek yang dapat di hitung ataupun pandangan beberapa orang yang berbeda.

Variabel penelitian terbagi atas variabel variabel yang saling terkait dan tidak tekait, dimana antara satu variabel dengan variabel lain memeiliki hubungan dan tidak memiliki hubungan. Variabel tersebut diantaranya ialah variabel terikat dan variabel bebas. Varibel terikat dan variabel bebas dalam Sugiyono (2011:4) diakatakan bahwa yang berupa variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab suatu perubahan atau terjadinya variabel terikat, dan yang merupakan variabel terikat yaitu variabel yang mempengaruhi atau merupakan variabel yang menajadi akibat dari adanya variabel bebas.

Dalam peneltian ini yang menjadi variabel terikat dan variabel bebas akan di jelaskan melalui bagan berikut ini.

Variabel Terikat

1. Respons masyarakat Kota Bandung

 Respon Kognitif  Respon Afektif  Respon Konatif

2. Proyeksi Kebutuhan Lahan Pemakaman di Kota Bandung


(20)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Devinisi Operasional

Agar dalam penelitiani ini tidak terjadi kesalah pahaman dalam pengertian judul penelititan, maka penulis dalam hal ini akan mendefinisikan mengenai judul dan batasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Respon

Respon ialah jawaban atau berupa tanggapan dari seseorang terhadap suatu hal atau persoalan yang di hadapi. Respon dapat berasal dari seseorang individu maupun dari suatu kelompok tergantung kepada bagaimana suatu stimulus memberikan rangsangan. Respon menurut Syah dalam Mitha mengemukakan bahwa:

“Respon adalah pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera, seperti mata dan telinga, jadi serpon adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan kita setelah melalui proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan respon tidak terikat oleh tempat dan waktu”.

Respon yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah tanggapan dari masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan Pemerintah Kota Bandung mengenai makam tumpang. Dimana dalam pandangan respon yang dimaksud dibagi kembali kedalam tiga kategori respon seperti yang diungkapkan oleh Azwar (2012:20) yaitu respons kognitif, respons afektif dan serpons konatif. Respons kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jawaban ataupun tanggapan yang berasal dari responden yang berupa keyakinan akan sesuatu hal. Lalu yang dimaksud respons afektif dalam penelitian ialah tanggapan ataupun pertanyaan perasaan seseorang berkenaan suatu hal maupun objek sikap. Kemudian yang dimaksud dengan respons konatif merupakan respon seseorang yang berupa kecendrungan berbuat atau melakukan sesuatu hal.

2. Masyarakat

Devinisi yang dimaksudkan dengan masyarakat kota menurut Mansyur (2005:107) ialah “mayarakat kota adalah masyarakat yang angota-anggotanya


(21)

terdiri dari menusia yang bermacam-macam lapisan/tingkatan kehidupan, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain”. Kemudian peneliti dalam penelitian ini yang dimaksud dengan masyarakat Kota Bandung secara singkat adalah masyarakat atau penduduk yang berdomisili di Kota Bandung.

Dimana masyarakat Kota Bandung terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik secara pendidikan, kebudayaan maupun dalam lapisan kehidupan bermasyarakatnya. Masyarakat Kota Bandung terdiri dari orang-orang yang sebagian besar merupakan pendatang atau kaum urban yang berasal dari berbagai tempat, sehingga mengakibatkan kota memiliki masyarakat yang beragam secara budaya maupun latar belakang.

3. Makam Tumpang

Pada suatu daerah atau pada masa kepemimpinan seorang pemimpin, pastinya akan terdapat suatu kebijakan baru. Kebijakan dalam penelitian ini yang di maksudkan ialah kebijakan Pemerintah Daerah Kota Bandung terkait Peraturan Daerah Kota Bandung No. 21 Tahun 2001 Tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat. Dimana dalam peraturan tersebut pemerintah Kota Bandung mengatur tentang adanya kebijakan makam tumpang. Pengertian makam tumpang dalam peraturan tersebut merupakan :

“Makam tumpang adalah makam/pusara yang telah dipersiapkan untuk memakamkan 2 (dua) mayat, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.

Makam tumpang merupakan dimana dalam satu liang atau lubang kubur dimakamkan dua jenazah. Diaman jenazah yang dikuburkan merupakan jenazah dalam satu keluarga maupun bukan satu keluarga, selama itu mendapatkan ijin secara tertulis dari ahli waris ataupun dari orang yang bertanggung jawab atas jenazah yang dikuburkan. Selama makam yang akan ditumpangi itu jenazah yang pertama sekurang-kurangnya telah dimakamkan selama satu tahun.


(22)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebijakan makam tumpang dikeluarkan mengingat semakin sedikitnya lahan cadangan bagi pemakaman yang diperkirakan akan habis pada tahun 2021 berdasarkan penelitian sebelumnya. Dalam penggunaan makam tumpang, bila suatu makam bertujuan untuk digunakan sebagai makam tupang, maka pada penguburan jenazah yang pertama memiliki kedalaman ±2 meter. Kemudian untuk jenazah yang kedua dikuburkan dengan kedalaman seperti pada umumnya yaitu 1,5 meter. Hal ini diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung No 21 Tahun 2001 Tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat pasal 7 menyebutkan:

(1) Ukuran tanah makam ditetapkan maksimal 2 X 1 M2 dengan kedalaman sekurang-kurangnya 1,50 M2 dari permukaan tanah.

(2) Kedalaman tanah makam tumpang sekurang-kurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah untuk pemakaman mayat pertama.

(3) Tiap petak makam diberi batu nisan yng bertuliskan : a. Nomor;

b. Nama; c. Blok;

d. Tanggal lahir;

e. Tanggal meninggal/pemakaman.

Selain itu dalam penelitian ini memfokuskan kepada kebijakan Makam Tumpang dikarenakan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan dari proyeksi wilayah dan ketersediaan lahan pemakaman dengan menggunakan makam tumpang. Proyeksi kebutuhan lahan pemakaman merupakan suatu cara antisipasi dari kebutuhan akan jumlah lahan yang dibutuhkan untuk di funsikan sebagai lahan pemakaman. Dalam penelitian ini proyeksi dilakakan dengan menghitung angka harapan hidup warga Kota Bandung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data. Terdapat beberapa metode dan intrumen dalam melakukan suatu penelitian, hal ini di maksudkan untuk menutupi kelemahan dari masing-masing metode atau instrument penelitian yang


(23)

digunakan. Menurut Arikunto (160:2006) “intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator Nomor

Item Instrumen Responden

1 Makam

Tumpang

Lokasi Jumlah 1-2 Wawancara

Dinas Pemakaman Persebaran 3-4 Wawancara

Dinas Pemakaman

Sistem

Mekanisme 1-11 Kuisioner Masyarakat 1-4 Wawancara Pengelola TPU Struktur 5-6 Wawancara

Dinas Pemakaman Pengelolaan 7-8 Wawancara

Dinas Pemakaman 5-8 Wawancara Pengelola TPU

Kebijakkan

Waktu 9-10 Wawancara

Dinas Pemakaman Sosialisasi

12-14 Kuisioner Mayarakat 11-13 Wawancara

Dinas Pemakaman Sistem

14-15 Wawancara

Dinas Pemakaman 2 Respon Masyarakat Kota Bandung Respon Kognitif Keyakinan/ Kepercayaan 15-18

Kuisioner Masyarakat Respon

Afektif Perasaan

19-21

Kuisioner Masyarakat Respon

Konatif

Kecenderungan Untuk Berbuat

22-25

Kuisioner Masyarakat Proyeksi Kebutuhan Lahan Pemakaman Di Kota Bandung Luas Lokasi


(24)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Intrumen penelitian diperlukan guna untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data penelitian. Dikatakan oleh Riduwan (78:2010) “instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti”. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah respon masyarakat dan makam tumpang.

Pada penelitian ini peneliti menyusun sebuah kisi-kisi intrumen dengan memerhatikan aspek penelitian yang diamati yaitu (1) makam tumpang dengan indikator lokasi makam tumpang, sistem makam tumpang dan retribusi, (2) Individu dengan indikator keyakinan/kepercayaan, perasaan dan kecenderungan berbuat. Kisi-kisi instrumen penelitian respon masyarakat terhadap makam tumpang terdapat pada tabel 3.1.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian data menjadi sangat penting guna membuktikan hipotesis maupun menyimpulkan hipotesis di akhir penelitian. Selai itu dalam proses penggunaan alat ukur seperti statistika sangatlah di butuhkan data yang dapat dipercaya dan tepat waktu. Guna mendapatkan data yang baik dan dapat di pertanggung jawabkan teknik pengumpulan data yang di gunakan menggunakan teknik observasi, wawancara, angket serta menggunakan pengumpulan data secunder.

1. Observasi

Pengertian observasi menurut Tika (2005:44) adalah:

“cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomenamyang ada pada objek penelitian”.

Dalam pelaksanaannya observasi di bagi kedalam dua macam yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung dilakukan terhadap objek yang diteliti pada tempat penelitian dan saat berlangsungnya peristiwa tersebut. Sedangkan observasi tidak langsung ialah penelitian yang dilakukan


(25)

tidak saat peristiwa itu berlangsung, penelitian ini umumnya dilakukan dengan melalui foto, film maupun data.

Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara langsung dan tidak langsung yang di tujukan kepada Dinas Pemakaman Kota Bandung. Observasi langsung peneliti bertujuan untuk mendapatkan data mengenai bagaimana proses dan system kerja yang dilakukan baik dari pemakaman biasa maupun makam tumpang. Observasi tidak langsung dimaksudkan untuk memperoleh data yang bersumber dari pencatatan, berupa data mengenai jumlah makam makam aktif, makan tidak aktif, dan makam cadangan, selain itu ada pula data mengenai pencatatan jumlah kematian warga Kota Bandung yang di makamkan di ke 13 TPU di Kota Bandung.

2. Wawancara

Menurut Nasution dalam tika (2005:49) wawancaraa adalah “suatu bentuk komunikasi verbal”. Sedangkan menurut Susanti (2010:19) “wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari narasumber. Dalam melakukan wawancara ada beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya wawancara diantaranya ialah pewawancara, narasumber, pedoman wawancara dan juga situasi pada saat wawancara tersebut berlangsung.

Teknik wawancara digunakan sebagai pelengkap dari data yang belum didapatkan dari observasi. Selain itu wawancara digunakan karena teknik ini memiliki keluesan dalam pelaksanaannya, sehingga diharapkan akan mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Selain itu dengan wawancara peneliti bermaksud memperoleh pandangan masyarakat yang mungkin belum tersampaikan melalui lembar angket/kuisioner ataupun dari pihak dinas pemakaman sindiri yang memiliki kewenangan akan kebijakan makam tumpang tersebut.


(26)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik ini di tujukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Yang dimana dalam penelitian ini yang menjadi narasumber ialah pihak Dinas Pemakaman serta jajarannya baik Kepala Dinas Pemakaman maupun petugas dilapangan. Dengan maksud untuk mendapatkan informasi lebih mengenai pelaksanaan makam tumpat pada kenyataannya dilapangan.

3. Angket

Menurut Susanti (2010:17) yang di maksud dengan angket ialah:

“daftar pertanyaan yang di berikan kepada orang lain yang bersedia memberikan informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa rasa khawatir bila memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.”

Dalam penelitian ini angket di gunakan kepada narasumber atau responden guna mengetahui respon masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang. Dengan maksud untuk mendapatkan data yang bersifat faktual dari reponden yang menjadi sampel dalam penelitianin. Pengambilan data ini dengan memberikan angket atau kuisioner kepada narasumber yang berisi pertanyaan mengenai respon masyarakat mengenai kebijakan makam tung di Kota Bandung.

Intrumen penelitian berisikan biodata responden dan juga 25 butir soal. Berdasarkan validas instrument penelitian dari 25 butir soal didapatkan 12 butir soal yang dinyatakan valid. Instrument dinyatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipegunakan untuk mendapatkan data itu atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang dapat diukur (Sugiyono 2010:137). Sedangkan sisanya didapatkan 5 butir soal yang di perbaiki dan 8 butir soal yang di ganti. Perbaikan butir soal yang di ganti ataupun hanya diperbaiki dilakukan sesuai tingkat ketercapaian validitas.

4. Pengumpulan Data Sekunder


(27)

“data yang diperoleh seorang peneliti tidak secra langsung dari subjek atau objek yang diteliti, tetapi melalui puhak lain seperti instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang terkait, perpustakaan, arsip perorangan dan sebagainya.”

Data sekunder berfungsi sebagai data pendukung dan pelengkap dari data primer yang di himpun oleh peneliti. Data sekunder yang akan di gunakan dalam penelitian ini diantaranya data pelengkap berupa data-data yang bersumber dari instansi dan lembaga, seperti instansi pemerintahan terkait. Dimana dalam penelitian ini data sekunder yang dimaksud yaitu data mengenai pemakaman yang di keloloa oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung. Selain itu data pendukung yang digunakan diantaranya merupakan data-data tinjauan teoritis yang bersumber dari buku baik yang di terbitkan oleh penerbit resmi ataupun yayasan.

H. Analisis Data

Analisi data merupakan peroses pengolahan data, lebih lanjut menurut Sumaatmadja (1988:114), analisis data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Menurut G.E.R. Borroughas dalam Ariskunto (2006:236) mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut:

1. Tabulasi data 2. Penyimpulan data

3. Analisis data untuk tujuan testing hipotesis 4. Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan

Berikut ini adalah tahapan-tahapan analisis data dalam penelitian ini: 1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam rangkapersiapan antara lain:

a. Melakukan pengecekan dama dan kelengkapan identitas. Hal ini perlu dilakukan guna pengolahan data lebih lanjut.


(28)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan pengecekan kelengkapan data, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap data pada istrumen untuk menghindari adanya kekurangan data akibat tercecer atau sobek.

c. Mengecek isian data, untuk mengetahui apakah data data dari responden telah memenuhi semua data yang dibutuhkan.

d. Memilih data-data yang telah terkumpul sehingga hanya data yang dapat diolah atau dianalisis lebih lanjut saja yang digunakan.

2. Tabulasi

Dalam tabulasi data, data yang telah terkumpul kemudian ditabulasikan untuk memudahkan perhitungan dan analisisnya dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan. Menurut Santoso (2001:299)

“untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena dilapangan

digunakan analisis presentase dengan menggunakan formula”. Dengan formula presentase sebagai berikut:

� =Fn � %

Keterangan:

P : Bersarnya persen (%) hasil penelitian F : Frekuensi jawaban

n : frekuensi munculnya data

Hasil persentase tersebut akan digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekuensi jawaban responden. Kriteria persentase yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Effendi dan Manning (1991:263) seperti dalam tabel 3.6 berikut:


(29)

Tabel 3.2 Kriteria Penelitian Prosentase

No Prosentase Kriteria

1 0% Tidak ada / tidak seorangpun

2 1% - 24% Sebagian kecil

3 24% - 49% Kurang dari Setengah

4 50% Setengahnya

5 51% - 74% Lebih dari setengah

6 75% - 99% Sebagian Besar

7 100% Seluruhnya

Sumber: Effendi dan Manning (1991) 3. Analisis dan Penafsiran Data

Setelah dilakukan pengolahan data dengan dilakukan tabulasi, kemudian hasil perhitungan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin di capai. Setelah di temukan hasil selanjutnya diuraikan mengenai gambaran akan kebutuhan makam di Kota Bandung serta hasil proyeksi ketersediaan lahan pemakaman dengan menggunakan kebijakan makam tumpang di KotaBandung.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu analisi statistik dan analisis deskriptif. Analisis statistik dilakukan dengan melakukan perhitungan persentase terhadap data penelitian seperti yang dijelaskandalam tabulasi data. Sedangkan analisis deskriptif ialah mendeskripsikan hasil penelitian secara verbal dari data-data yang dihasilkan. Dimana dalam penelitian ini analisis deskriptif mendeskripsikan mengenai proyeksi ketersediaan lahan pemakaman menggunakan kebijakan makam tumpang di Kota Bandung yang bersumber dari hasil penelitian, baik wawancara maupun angket yang diberikan kepada narasumber. Dalam hal ini narasumber ialah masyarakat Kota Bandung.

4. Analisis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Setelah dianalisis, maka ditariklah kesimpulan dengan proyeksi ketersediaan lahan pemakaman dengan menggunakan kebijakan makam tumpang di Kota


(30)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung melalui pemetaan. Dimana didalamnya disajikan data mengenai ketersediaan lahan pemakaman serta data-data presentase hasil penelitian.


(31)

Dalam bab ini, penulis selaku peneliti akan memaparkan kesimpulan dari seluruh penelitian ini secara ringkas, disertai saran kepada pihak-pihak tertentu agar permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

A. Kesimpulan

Respon masyarakat terbagi menjadi 3, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Rerpon kognitif masyarkat berhubungan dengan pengetahuan masyarakat terhadap kebijakan makam tumpang, respon afektif yang berhubungan dengan perasaan atau dukungan, serta respon konatif yang berhubungan dengan kesediaan atau keinginan. Respon masyarakat terhadap makan tumpang dapat berupa respon positif maupun respon negatif. Respon yang positif berupa pernayaan setuju, dukungan serta kesediaan menggunakan makam tumpang. Sedangkan respon negative berupa pernyataan ketidak setuan, tidak mendukung serta tidak bersedia menggunakan kebijakan makam tumpang.

Respon kognitif masyarakat Kota Bandung yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat mengenai makam tumpang menunjukkan setengah responden merespon baik dengan menyatakan mengetahui adanya kebijakan makam tumpang. Sedangkan kurang dari setengah responden menyatakan tidak mengatahui adanya kebijakan makam tumpang. Hal ini dikarenakan sosialisasi yang tidak terkena langsung kepada masyarakat. Kebijakan makam tumpang diketahui oleh masyarakat hanya dari pemberitahuan dari petugas saat akan melakukan penguburan jenazah teman maupun keluarganya. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan Dinas Pemakaman melalui baligho dan media TV tidak banyak di ketahui oleh masyarakat.

Respon afektif masyarakat berhubungan dengan bagaimana masyarakat memberikan dukungan atau tidak mendukung kebijakan makam tumpang. Hasil penelitian menunjukkan respon afektif masyarakat menunjukan


(32)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagian besar masyarakat menyatakan tidak mendukung kebijakan ini. Tidak mendukungnya masyarakat dikarenakan responden merasa penggunaan makam tumpang tidak benar sekalipun digunakan dalam satu keluarga. Sedangkan yang mendukung kebijakan makam tumpang hanya sebagian kecil saja dari masyarakat Kota Bandung. Sebagian kecil ini responden yang mendukung dikarenakan mereka merasa penggunaan makam baik dalam mengatasi keterbatasan lahan pemakaman di Kota Bandung selama dalam satu keluarga.

Respon konatif masyarakat berhubungan keinginan masyarakat menggunakan makam tumpang dalam memakamkan jenazah. Berdasarkan penelitian ini respon konatif masyarakat menunjukkan hasil yang positif dengan lebih dari setengah masyarakat menyatakan berkeinginan menggunakan makam tumpang. Pada umumnya masyarakat berkeinginan menggunakan makam tumpang apabila telah banyak dari masyarakat lainnya yang menggunakan, selain itu juga bila telah ada dasar hukum secara agama dalam hal ini fatwa dari MUI. Namun setengah dari responden tidak berkeinginan menggunakan makam tumpang, dikarenakan belum ada aturan yang jelas berupa fatwa MUI yang menyatakan makam tumpang dapat dipergunakan oleh umat beragama..

Proyeksi kebutuhan lahan pemakaman di Kota Bandung dengan menggunakan kebijakan makam tumpang akan mencukupi kebutuhan lahan pemakaman bagi masyarakat Kota Bandung hingga tahun 2023. Bila perhitungan dilakukan dengan pemakaman biasa, lahan pemakman hanya akan bertahan selama 4,4 tahun. Sedangkan dengan pemakaman tumpang akan tersedia hingga 8,8 tahun kedepan. Sehingga Kota Bandung masih memiliki lahan pemakaman yang dapat menampung 59.198 jenazah dengan jumlah penduduk Kota Bandung 2.483.977 jiwa pada tahun 2013.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, antara lain :


(33)

1. Bagi pemerintah, sebaiknya dalam merealisasi pelaksanaan makam tumpang sebaiknya meningkatkan sosialisasi mengenai kebijakan makam tumpang kepada masyarakat Kota Bandung secara jelas. Sehingga masyarakat tidak lagi di pusingkan dengan pelaksanaan makam tumpang dan juga persyaratan dalam menggunakan makam tumpang. Dan sebaiknya Dinas Pemakaman Kota Bandung berkoordinasi dengan Pengurus MUI maupun lembaga keagamaan lainnya di Kota Bandung agar mengeluarkan ada kebijakan atau fatwa sehingga masyarakat tidak ragu dalam melaksanakan kebijakan makam tumpang.

2. Bagi masyarakat, sebaiknya masyaarakat dapat koperatif dalam melihat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Masyarakat sebaiknya lebih peka terhadap kondidi lahan di Kota Bandung, terutama ketersediaan lahan kosong bagi pemakaman yang sudah tidak terdapat lagi lahan yang dapat di kembangkan. Selain itu masyarakat harus cerdas dan ikut peduli dengan permasalahan lahan pemakman di Kota Bandung yang telah tidak lagi tersisa banyak, sehingga masyarakat dapat mendukung kebijakan pemerintah yang dinilai sesuai.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian mengenai adanya keterkaitan ilmu pengetahuan masyarakat Kota Bandung terhadap persepsi masyarakat mengenai pemakaman jenazah di Kota Bandung. semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai referansi bagi penelitian selanjutnya.


(34)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

Ariskunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. : Pusraka Pelajar.

Dr. N Daldjoeni. (1998). Geografi Kota Desa. Bandung : PT. Alumni

Vredenbregt, Jacob. (1983). Metode Penelitian Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia

Koetjaraningrat, (1994). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Mansyur, Cholil. (2005). Sosiologi Masyarakat Desa Kota. Usaha Nasional. Surabaya.

Mirsa, Rinaldi., (2012), Elemen Tata Ruang Kota, Graha Ilmu, Yogyakarta

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Mulyani, (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Rosda Karya.

Noor. J. (2013). Metode Penelitian Skripsi, Tesisi, Disertasi dan Karya Tulis Ilmiyah. Jakarta : Kencana

Rafi’I Suryatna. (1987). Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Sarwono, SarlitoWirawan. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka Silalahi Ulber, (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanti, Meilia Nur Indah. (2010). Statistika Deskriptif & Induktif. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(35)

Syaeful F., Refi, Ketersediaan Lahan Tempat Pemakaman Umum di Kota Bandung, (2009). Universitas Pendidikan Indonesia.

Tika, Moh. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT Bumi Aksara

Yunus, Hadi Sabari,. Manajemen Kota Perspektif Spasial, (2008). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Internet

Ardika Nyoman. (2009). Pemakaman Kremasi. [online]. tersedia: http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/kremasi.html [28 Februari 2014]

Aziz. (2012). Kremasi dan Larung Abu Ke Laut. [online]. tersedia:

http://akurmala.wordpress.com/2012/04/07/kremasi-dan-larungan-abu-ke-laut/ [28 Februari 2014]

Hakim Rustam, Ruang Terbuka Dan Ruang Terbuka Hijau. [online]. tersedia: http://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau/ [27 Februari 2014]

Dokumen

BPS. (2014). Kota Bandung Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistika Kota Bandung.

Intruksi Mentri Dalam Negri No 14 Tahun 1988 mengenai Pedoman Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan

Laporan Pendahuluan Siteplan Situasi 12 TPU Beserta Photo, Dinas Pemakaman Dan Pertamanan Kota Bandung Tahun anggaran 2013

Peraturan Daerah Kota Bandug No 21 Tahun 2001 Tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum Dan Pengabuan Mayat

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 Tentang Penetaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Pekotaan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987 Tentang Penyediaan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman


(1)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung melalui pemetaan. Dimana didalamnya disajikan data mengenai ketersediaan lahan pemakaman serta data-data presentase hasil penelitian.


(2)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis selaku peneliti akan memaparkan kesimpulan dari seluruh penelitian ini secara ringkas, disertai saran kepada pihak-pihak tertentu agar permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

A. Kesimpulan

Respon masyarakat terbagi menjadi 3, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Rerpon kognitif masyarkat berhubungan dengan pengetahuan masyarakat terhadap kebijakan makam tumpang, respon afektif yang berhubungan dengan perasaan atau dukungan, serta respon konatif yang berhubungan dengan kesediaan atau keinginan. Respon masyarakat terhadap makan tumpang dapat berupa respon positif maupun respon negatif. Respon yang positif berupa pernayaan setuju, dukungan serta kesediaan menggunakan makam tumpang. Sedangkan respon negative berupa pernyataan ketidak setuan, tidak mendukung serta tidak bersedia menggunakan kebijakan makam tumpang.

Respon kognitif masyarakat Kota Bandung yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat mengenai makam tumpang menunjukkan setengah responden merespon baik dengan menyatakan mengetahui adanya kebijakan makam tumpang. Sedangkan kurang dari setengah responden menyatakan tidak mengatahui adanya kebijakan makam tumpang. Hal ini dikarenakan sosialisasi yang tidak terkena langsung kepada masyarakat. Kebijakan makam tumpang diketahui oleh masyarakat hanya dari pemberitahuan dari petugas saat akan melakukan penguburan jenazah teman maupun keluarganya. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan Dinas Pemakaman melalui baligho dan media TV tidak banyak di ketahui oleh masyarakat.

Respon afektif masyarakat berhubungan dengan bagaimana masyarakat memberikan dukungan atau tidak mendukung kebijakan makam tumpang. Hasil penelitian menunjukkan respon afektif masyarakat menunjukan


(3)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagian besar masyarakat menyatakan tidak mendukung kebijakan ini. Tidak mendukungnya masyarakat dikarenakan responden merasa penggunaan makam tumpang tidak benar sekalipun digunakan dalam satu keluarga. Sedangkan yang mendukung kebijakan makam tumpang hanya sebagian kecil saja dari masyarakat Kota Bandung. Sebagian kecil ini responden yang mendukung dikarenakan mereka merasa penggunaan makam baik dalam mengatasi keterbatasan lahan pemakaman di Kota Bandung selama dalam satu keluarga.

Respon konatif masyarakat berhubungan keinginan masyarakat menggunakan makam tumpang dalam memakamkan jenazah. Berdasarkan penelitian ini respon konatif masyarakat menunjukkan hasil yang positif dengan lebih dari setengah masyarakat menyatakan berkeinginan menggunakan makam tumpang. Pada umumnya masyarakat berkeinginan menggunakan makam tumpang apabila telah banyak dari masyarakat lainnya yang menggunakan, selain itu juga bila telah ada dasar hukum secara agama dalam hal ini fatwa dari MUI. Namun setengah dari responden tidak berkeinginan menggunakan makam tumpang, dikarenakan belum ada aturan yang jelas berupa fatwa MUI yang menyatakan makam tumpang dapat dipergunakan oleh umat beragama..

Proyeksi kebutuhan lahan pemakaman di Kota Bandung dengan menggunakan kebijakan makam tumpang akan mencukupi kebutuhan lahan pemakaman bagi masyarakat Kota Bandung hingga tahun 2023. Bila perhitungan dilakukan dengan pemakaman biasa, lahan pemakman hanya akan bertahan selama 4,4 tahun. Sedangkan dengan pemakaman tumpang akan tersedia hingga 8,8 tahun kedepan. Sehingga Kota Bandung masih memiliki lahan pemakaman yang dapat menampung 59.198 jenazah dengan jumlah penduduk Kota Bandung 2.483.977 jiwa pada tahun 2013.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, antara lain :


(4)

83

1. Bagi pemerintah, sebaiknya dalam merealisasi pelaksanaan makam tumpang sebaiknya meningkatkan sosialisasi mengenai kebijakan makam tumpang kepada masyarakat Kota Bandung secara jelas. Sehingga masyarakat tidak lagi di pusingkan dengan pelaksanaan makam tumpang dan juga persyaratan dalam menggunakan makam tumpang. Dan sebaiknya Dinas Pemakaman Kota Bandung berkoordinasi dengan Pengurus MUI maupun lembaga keagamaan lainnya di Kota Bandung agar mengeluarkan ada kebijakan atau fatwa sehingga masyarakat tidak ragu dalam melaksanakan kebijakan makam tumpang.

2. Bagi masyarakat, sebaiknya masyaarakat dapat koperatif dalam melihat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Masyarakat sebaiknya lebih peka terhadap kondidi lahan di Kota Bandung, terutama ketersediaan lahan kosong bagi pemakaman yang sudah tidak terdapat lagi lahan yang dapat di kembangkan. Selain itu masyarakat harus cerdas dan ikut peduli dengan permasalahan lahan pemakman di Kota Bandung yang telah tidak lagi tersisa banyak, sehingga masyarakat dapat mendukung kebijakan pemerintah yang dinilai sesuai.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian mengenai adanya keterkaitan ilmu pengetahuan masyarakat Kota Bandung terhadap persepsi masyarakat mengenai pemakaman jenazah di Kota Bandung. semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai referansi bagi penelitian selanjutnya.


(5)

SUGIYANTO UTOMO, 2015

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

Buku

Ariskunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. : Pusraka Pelajar.

Dr. N Daldjoeni. (1998). Geografi Kota Desa. Bandung : PT. Alumni

Vredenbregt, Jacob. (1983). Metode Penelitian Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia

Koetjaraningrat, (1994). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Mansyur, Cholil. (2005). Sosiologi Masyarakat Desa Kota. Usaha Nasional. Surabaya.

Mirsa, Rinaldi., (2012), Elemen Tata Ruang Kota, Graha Ilmu, Yogyakarta

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Mulyani, (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Rosda Karya.

Noor. J. (2013). Metode Penelitian Skripsi, Tesisi, Disertasi dan Karya Tulis Ilmiyah. Jakarta : Kencana

Rafi’I Suryatna. (1987). Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Sarwono, SarlitoWirawan. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka Silalahi Ulber, (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanti, Meilia Nur Indah. (2010). Statistika Deskriptif & Induktif. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(6)

85

Syaeful F., Refi, Ketersediaan Lahan Tempat Pemakaman Umum di Kota Bandung, (2009). Universitas Pendidikan Indonesia.

Tika, Moh. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT Bumi Aksara

Yunus, Hadi Sabari,. Manajemen Kota Perspektif Spasial, (2008). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Internet

Ardika Nyoman. (2009). Pemakaman Kremasi. [online]. tersedia: http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/kremasi.html [28 Februari 2014]

Aziz. (2012). Kremasi dan Larung Abu Ke Laut. [online]. tersedia: http://akurmala.wordpress.com/2012/04/07/kremasi-dan-larungan-abu-ke-laut/ [28 Februari 2014]

Hakim Rustam, Ruang Terbuka Dan Ruang Terbuka Hijau. [online]. tersedia: http://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau/ [27 Februari 2014]

Dokumen

BPS. (2014). Kota Bandung Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistika Kota Bandung.

Intruksi Mentri Dalam Negri No 14 Tahun 1988 mengenai Pedoman Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan

Laporan Pendahuluan Siteplan Situasi 12 TPU Beserta Photo, Dinas Pemakaman Dan Pertamanan Kota Bandung Tahun anggaran 2013

Peraturan Daerah Kota Bandug No 21 Tahun 2001 Tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum Dan Pengabuan Mayat

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 Tentang Penetaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Pekotaan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987 Tentang Penyediaan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman