Penerapan Metode Penugasan Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Peta Pada Siswa Sekolah Dasar : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Cengal Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan.

(1)

Nana Sutarna, 2015

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PENUGASAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PETA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Cengal Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan)

Nana Sutarna

Penelitian ini didasari kepedulian peneliti terhadap pembelajaran IPS yang kurang mengembangkan pemahaman siswa mengenai materi peta. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sekolah dasar dalam memahami peta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model penelitian yang digunakan adalah model daur (siklus) yang mencakup empat komponen, yaitu: rencana (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Subjek penelitian yaitu siswa SDN 1 Cengal kelas IV sebanyak 35 siswa. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah lembar tes, lembar observasi dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan yang pertama perencanaan pembelajaran dalam menerapkan metode penugasan memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan perencanaan metode pembelajaran lain. Dalam Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat, terdapat LKS yang berisi langkah-langkah bagi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Kedua terdapat peningkatan proses pembelajaran pada setiap siklus. Metode penugasan mendorong siswa untuk aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan pembelajaran menjadi lebih baik. Ketiga Perolehan nilai rata-rata pada siklus I adalah 70,07, dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 63,17 dan pertemuan kedua sebesar 72,17. Perolehan nilai rata-rata pada siklus II adalah 73,83, dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 72,54 dan pertemuan kedua sebesar 75,11. Perolehan nilai rata-rata pada siklus III adalah 82,00, dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 79,71 dan pertemuan kedua sebesar 84,29. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap siklus yang artinya metode penugasan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi peta.


(2)

ABSTRACT

THE USE OF ASSIGNMENT TO IMPROVE THE MAP UNDERSTANDING ABILITY IN ELEMENTARY STUDENTS (Classroom Action Research in Fourth Grade of Elementary School in Sekolah Dasar Negeri 1 Cengal Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan)

Nana Sutarna

This research is based on researcher’s concern in the lack of social studies improvement regarding to students’ map understanding. This research

aims to improve elementary students’ ability in understanding map. This research uses qualitative approach with classroom action research method. The research model uses cycle model which covers four components: planning, action, observation, and reflection. The research subjects are 35 fourth grade students of SDN 1 Cengal. The instrument uses quistionare, observation sheet, and field data records. Based on the research can be concluded as follow: first, lesson plan in applying assignment method has its own characteristic compared to another lesson plan method. In lesson plan, there is textbook which contains steps for students to do the given assignment. Second, there is learning development process in each cyclus. Assignment method encourages students to be active in learning and stimulates to improve learning process to be better. Third, the average score in the cyclus I is 70,07, with the first attendace average score is 63,17 and second attendace is 72,17. The average score in the cyclus II is 73,83, with the first attendace average score is 72,54 and second attendance is 75,11. The average score in the cyclus III is 82,00, with the first attendace average score is 79,71 and second attendance is 84.29. From the explaination above, can be concluded that there is the development in each cyclus which means that assignment method can improve the map understanding ability in elementary students.


(3)

Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Fasli Jalal, Dedi Supriadi (2001, hlm. 67) yang menyatakan bahwa:

Pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan kepribadian kuat, religius, dan menjunjung tinggi budaya luhur bangsa, kesadaran berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kesadaran moral hukum yang tinggi, dan kehidupan yang makmur sejahtera.

Pernyataan tersebut menunjukkan arti penting pembelajaran dalam proses pendidikan, khususnya pendidikan IPS sebagai dasar utama dalam pengembangan potensi individu untuk mengembangkan kecakapan di dalam dunia yang serba saling ketergantungan. Pasal 37 Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 menempatkan pendidikan IPS dalam bentuk mata pelajaran wajib pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dalam penjelasannya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) yang mengkaji seperangkat perubahan-perubahan dari berbagai peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pada jenjang Sekolah Dasar mata pelajaran Pendidikan IPS memuat materi Geografi, Sejarah, dan Sosiologi. Melalui mata pelajaran Pendidikan IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.


(4)

Memenuhi tuntutan perkembangan jaman yang semakin maju, aspek pendidikan diharuskan membingbing dan mengarahkan siswa untuk menjadi lebih aktif dan kreatif. Salah satu kompenen pendidikan dasar yang diberikan di sekolah adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dimana pencapaian keberhasilan pembelajaran terletak pada proses belajar siswa, teori piget (Sapriya dkk. 2007, hlm. 47) menyatakan bahwa:

Proses belajar terjadi apabila siswa belajar aktif. Dimana siswa dapat mengembangkan potensi dirinya melalui penemuan sebab- sebab suatu kejadian disekitarnya, menginteraksi antara fakta dan kehidupan / lingkungannya, sehingga siswa tidak akan asing dengan segala fenomena yang ada di lingkungannya.

IPS merupakan subjek meter dalam dunia pendidikan di negara kita, yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan konsep-konsep dasar ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan komunikasi dan tanggung jawab, baik sebagai individu, sebagai warga masyarakat maupun sebagai warga dunia. Tujuan IPS yang diberikan pada jenjang persekolahan adalah memperkenalakan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat manusia secara sistimatis yang dapat mendidik siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

Sapriya, dkk. (2007, hlm. 39) mengemukakan bahwa:

Di dalam kerangka tujuan IPS serta dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, termasuk di dalamnya missi pembelajaran yang mengacu kepada penanaman nilai dan pengembangan sikap yang akhirnya bermuara pada perubahan tingkah laku sosial sebagai warga negara/masyarakat.

Saat ini, proses pembelajaran IPS mengandung sejumlah tantangan yang harus segera ditemukan solusinya. Berbagai kritik dan sekaligus yang menjadi kelemahan dari pelaksanaan pendidikan IPS lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran IPS yang orientasinya lebih bersifat teoretis dan kognitif, termasuk di dalamnya aspek muatan kurikulum IPS dan dari faktor peserta didik itu sendiri. IPS dianggap hanya ilmu pengetahuan bersifat teoritis dan kering aspek-aspek praktis yang dapat diterapkan. Untuk menepis


(5)

Nana Sutarna, 2015

anggapan tersebut diperlukan terobosan baru dalam mengaplikasikan materi IPS dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran semestinya perlu ada keseimbangan antara peran guru dan peserta didik. Jika terlalu banyak peran guru yang dominan maka pembelajaran akan menjadi pasif. Agar peserta didik menjadi aktif maka dengan cara menerapkan pendekatan pembelajaran sambil mengarahkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang hidup dalam proses pembelajaran. Sagala (2009, hlm. 59) mengungkapkan bahwa, ”cara belajar yang baik, tentu harus mampu mengatasi kesulitan belajar. Untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, dibutuhkan suatu prosedur yang sistematis dan terencana. Artinya membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik dikerjakan secara sungguh-sungguh, bukan setengah hati”.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan model dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar siswa.

Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif anatara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai usaha mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai tahap evaluasi tindak lanjut agar tercapainya tujuan pengajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mana proses tersebut bukan sekedar transfer informasi antara guru dan siswa, tetapi juga menyangkut tindakan dan kegiatan yang dilakukan agar mendapatkan hasil


(6)

yang lebih baik. Salah satu proses pembelajaran yang menekankan tindakan dan kegiatan adalah dengan menggunakan model atau metode pembelajaran.

Letak suatu tempat dapat dilihat melalui peta. Peta memuat lokasi di permukaan bumi, baik yang berada di daratan maupun di lautan. Pengetahuan peta sangatlah penting agar seseorang tidak tersesat dalam mencari suatu lokasi. Dari pengetahuan peta juga dapat diketahui daratan tinggi, daratan rendah, letak perkebunan, jalan darat, dan daerah pegunungan. Dengan demikian ketika seseorang memahami peta dan membawanya pada saat bepergian terutama saat menempuh perjalanan jauh, akan sangat membantu. Selain sebagai penunjuk arah, memiliki pemahaman peta juga sangat membantu ketika ingin mengetahui berbagai kondisi daerah. Dengan memiliki kepandaian membaca peta, seseorang dapat menentukan jarak tempuh dari satu kota ke kota lainnya, yang tentunya sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan.

Pada jenjang sekolah dasar kelas IV dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terdapat materi tentang peta. Ketika berbicara peta, maka dibutuhkan metode pembelajaran yang sesuai untuk mengartikan simbol-simbol dalam peta membutuhkan pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu, perlu menggunakan metode pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan tersebut. Penelitian ini dilatar belakangi oleh seringnya siswa usia sekolah dasar tersesat. Siswa belum mampu menentukan arah, belum mampu membuat denah rumah dengan baik. Fungsi dari peta sangat penting bagi peserta didik usia SD. Ketika peserta didik mampu membaca dan menginterpretasikan peta, maka sesungguhnya ada beberapa kemampuan yang dipahami, meliputi kemampuan mengembangkan pemahaman tentang: (1) gejala alam dan kehidupan; (2) menerapkan pola berpikir keruangan dalam memahami gejala alam dan kehidupan manusia; (3) mengembangkan keterampilan mengelola sumber daya dan kesejahteraan; (4) berempati dalam membangun pola interaksi dan beradaptasi dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya; dan (5) menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan lingkungan, dan cinta tanah air. (Depdiknas, 2002; 2003). Dengan demikian, secara konseptual, materi peta pada jenjang sekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan “kompetensi


(7)

Nana Sutarna, 2015

keruangan/ spasial” atau “keterampilan geografi”, dan “kesadaran keruangan/spasial” atau “kesadaran geografis”. Secara umum kemampuan spasial terdiri dari kemampuan: (1) ruang geografis, yang berkaitan dengan pemetaan (tempat, lokasi, daerah, dsb); dan (2) ruang historis, yang berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah dalam suatu peristiwa bersejarah atau peninggalan-peninggalan bersejarah; (3) ruang ekonomis, yang berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah terjadinya berbagai aktivitas ekonomi; (4) ruang budaya, yang berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah budaya lokal, nasional, dan internasional; dan ruang sosial, yang berkaitan dengan interaksi sosial antar manusia dalam konteks keruangan (Farisi, 2005).

Dewasa ini berdasarkan pengamatan banyak pihak masih dirasakan bahwa model atau metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di Sekolah Dasar lebih didasarkan pada kebutuhan formal daripada kebutuhan riil siswa. Guru hanya menjelaskan secara teoritis mengenai materi peta dan sebagian besar masih belum paham bagaimana cara membaca peta yang baik dan benar kepada peserta didik. Hal ini menyebabkan peserta didik hanya mampu memahami arti peta tanpa dapat mengaplikasikan manfaat peta pada kehidupan sehari-hari. Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru terkesan lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Keadaan seperti yang diungkapkan di atas semakin lebih jelas lagi dengan ditemukannya data empirik di lapangan pada saat penelitian awal, dimana terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Pendidikan IPS tentang memahami peta.

Hasil penelitian Muctar (2005, hlm. 6) yang dikutip oleh Nurdin menunjukkan beberapa kelemahan dalam pengajaran Pendidikan IPS yang terjadi di sekolah adalah :

1. Kegiatan belajar lebih menekankan pada aspek pengetahuan. 2. Proses belajar mengajar berpusat pada guru dalam pola satu arah.

3. Bahan pelajaran yang berupa informasi tidak dijadikan media bagi pengembangan berfikir nilai.


(8)

4. Budaya belajar IPS lebih cenderung berkembang menjadi budaya belajar menghafal daripada budaya belajar berfikir kritis.

Kelemahan-kelemahan tersebut diperberat lagi oleh beberapa kondisi yang ada, diantaranya masih berlakunya sistem guru kelas yang punya konsekuensi bahwa seorang guru harus mengajarkan beberapa mata pelajaran. Masing-masing mata pelajaran itu punya karakteristik atau ciri tersendiri, yang bukan tidak mungkin belum terkuasai sepenuhnya oleh guru, baik substansi maupun metodologinya.

Fokus kajian materi peta terdapat pada ranah mengartikan simbol-simbol peta agar peserta didik dapat membaca dan memahami peta secara benar. Untuk dapat memahami simbol-simbol yang terdapat dalam peta harus diterapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode penugasan disumsikan dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan tersebut. Penugasan-penugasan dapat diberikan setelah peserta didik mendapatkan penjelasan materi dari guru. Metode penugasan bukanlah metode yang baru dalam pembelajaran. Metode ini sering menjadi alternatif guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah dasar. Dalam prakteknya terdapat kelemahan-kelemahan yang dilakukan guru dalam menerapkan metode ini, sebagian besar guru hanya memberi tugas tanpa melakukan evaluasi yang komprehensif terhadap tugas yang telah diberikan. Pada penelitian ini, evaluasi dan penilaian terhadap tugas yang diberikan akan menjadi salah satu fokus yang diteliti. Proses pembelajaran dan evaluasi penilaian menjadi rujukan keberhasilan penelitian dan perbaikan terhadap penerapan metode penugasan yang telah dilakukan sebelumnya. Metode penugasan dapat menjadi metode yang sangat baik diterapkan untuk mata pelajaran IPS jika tahapan-tahapan penugasan dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, maka untuk permasalahan di atas harus ada solusi. Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan memahami peta adalah perlunya penerapan proses pembelajaran yang baik dengan pembelajaran aktif. Berkaitan dengan hal ini, maka peneliti melaksanakan suatu penelitian yang


(9)

Nana Sutarna, 2015

berjudul “Penerapan Metode Penugasan untuk Mengembangkan Kemampuan

Memahami Peta Pada Peserta didik di Sekolah Dasar”.

B.Identifikasi Masalah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) kelas IV, salah satu indikator yang harus di kuasai oleh peserta didik kelas IV Sekolah Dasar adalah peserta didik diharapkan dapat mengetahui arti simbol-simbol pada peta lingkungan, selain itu juga peserta didik diharapkan melalui simbol-simbol pada peta dapat menemutunjukan kota-kota yang terdapat di provinsinya. Sehingga nantinya peserta didik dapat mengetahui arti simbol-simbol yang terdapat pada peta wilayah dan pada akhirnya peserta didik membaca dan menginterpretasikan peta secara utuh.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 25 November 2014 yang penulis laksanakan di kelas IV SDN 1 Cengal Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan, ditemukan permasalahan yaitu peserta didik tidak dapat mengetahui arti simbol-simbol pada peta wilayah. Setelah dianalisis dalam pembelajaran peta lingukangan setempat dapat dikatakan sebagai berikut :

a. Kinerja Guru

1) Pembelajaran berpusat pada guru, jadi peserta didik tidak terlibat langsung.

2) Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajarakan materi pembelajaran tanpa menggunakan metode lain.

3) Guru masih belum memahami cara membaca peta dengan benar

4) Guru tidak memberikan penjalasan materi terlebih dahulu yang mendukung dalam pembelajaran peta lingkungan setempat, misalnya saja mengenai simbol-simbol pada peta.

5) Guru langsung memberikan tugas tanpa menggali lebih jauh tentang pemahaman peserta didik dalam pembelajaran peta lingkungan setempat.


(10)

b. Aktivitas Peserta didik

1) Peserta didik tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran tentang materi peta lingkungan setempat karena pembelajaran yang diberikan guru masih bersifat konvensional dan berjalan secara monoton tanpa ada variasi metode atau teknik pembelajaran yang diberikan.

2) Peserta didik merasa kesulitan dalam mengeikuti pembelajaran dikaranakan penggunaan media yang tidak tepat dalam proses pembelajaran berlangsung.

3) Kurang memahami pengertian tentang simbol-simbol pada peta lingkungan setempat, sehingga hasil pembelajaran tidak tercapai pada tujuan

Melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik dalam pembelajaran IPS tentang materi peta lingkungan setempat masih sangat rendah terutama tentang membaca simbol-simbol pada peta. Proses pembelajaran berpusat pada guru peserta didik tidak terlibat langsung secara aktif, sehingga peserta didik tidak termotivasi dan pembelajaran kurang menarik perhatian peserta didik. Oleh karena itu hasil belajar yang dicapai peserta didik kurang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mengambil tindakan agar membentuk peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik, maka perlu adanya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan peserta didik.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dikemukakan bahwa permasalahan pokok yang dikaji sangat terkait dengan metode penugasan dalam mengembangkan kemampuan memahami peta pada pembelajaran IPS. Karena itu, diperlukan upaya perbaikan dan pembaharuan kualitas pembelajaran yang mencakup seluruh komponen dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta


(11)

Nana Sutarna, 2015

didik mengembangkan kemampuan memahami peta. Karena itu, rumusan penelitian ini adalah bagaimanakah metode penugasan yang dapat memfasilitasi peserta didik menguasai materi pelajaran dalam meningkatkan kemampuan memahami peta.

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan pada beberapa fokus masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah potret awal keadaan siswa sebelum penelitian dilakukan? 2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

penugasan dalam pembelajaran IPS mengenai memahami peta pada siswa Kelas IV SDN 1 Cengal Kabupaten Kuningan?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dalam pembelajaran IPS mengenai memahami peta pada siswa Kelas IV SDN 1 Cengal Kabupaten Kuningan?

4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam memahami peta pada pembelajaran IPS yang menggunakan metode penugasan di Kelas IV SDN 1 Cengal Kabupaten Kuningan?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui potret awal keadaan siswa sebelum penelitian

dilakukan.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dalam pembelajaran IPS mengenai memahami peta pada siswa Kelas IV SDN 1 Cengal Kabupaten Kuningan.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dalam pembelajaran IPS mengenai memahami peta pada siswa Kelas IV SDN 1 Cengal Kabupaten Kuningan.

4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami peta pada pembelajaran IPS yang menggunakan metode penugasan di Kelas IV SDN 1 Cengal Kabupaten Kuningan.


(12)

E.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan memahami peta siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan metode penugasan.

2. Manfaat Praktis

a. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan erat dengan permasalahan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam memahami peta.

b. Sebagai bahan referensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan memahami peta.

c. Dapat menambah wawasan guru dalam menerapkan metode penugasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

d. Meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran IPS.

F.Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri dari:

1. BAB I. Pendahuluan terdiri dari; Latar belakang Penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

2. Bab II. Kajian Pustaka terdiri dari; belajar dan pembelajaran, pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, metode mengajar, kemampuan membaca peta, penelitian yang relevan, hipotesis penelitian, dan paradigma penelitian. 3. Bab III. Metode penelitian terdiri dari; pendekatan penelitian, desain

penelitian, prosedur prnrlitian tindakan, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

4. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari; deskripsi latar siswa dan ruang, hasil kegiatan orientasi, hasil penelitian (deskripsi hasil penelitian siklus dan analisis hasil penelitian persiklus), dan pembahasan. 5. Bab V. Simpulan dan rekomendasi.


(13)

Nana Sutarna, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Dasar pertimbangan digunakannya metode ini adalah pendapat yang dikatakan Moleong (2004, hlm. 5) sebagai berikut:

Pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.Kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.Ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap nilai yang dihadapi.

Pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong 2004, hlm. 3) menyatakan sebagai berikut : Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan mengacu pada bentuk desain bercorak Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), sehingga model penelitian yang digunakan adalah model daur (siklus) yang mencakup empat komponen, yaitu : rencana (Planning), observasi (observation), tindakan (action), dan refleksi (reflection).


(14)

Gambar 3.1 Spiral Kemmis dan Taggart (Wiraatmaja, 2005, hlm. 66) Penjelasan dari bagan di atas adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : Menyusun Rancangan Tindakan(Planning)

Dalam tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa dan bagaimanatindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara iniadalah penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan adalah peneliti. Pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudahnya.

Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahapan ke-2 ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang harus dirumuskan dalam rancangan, dan harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

Rancangan penelitian seperti gambar dari bagan berikut in i.

Observation 1 Reflection 1

Action 1

Observation 2 Reflection 2

Action 2

plan


(15)

Nana Sutarna, 2015

Tahap 3 : Pengamatan (Observation)

Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya kurang tepat apabila pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan, karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu yang sama.

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan kegiatan.

Bagan di atas dapat memperjelas bagaimana prosedur pelaksanaan penelitian dalam upaya memecahkan permasalahan. Untuk mengatasi setiap pemasalahan yang muncul atau mungkin terjadi dalam proses pembelajaran, guru harus selalu membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu, baru kemudian pelaksanaan tindakan sebagai implementasi perencanaan tersebut. Pelaksanaan tindakan selalu disertai dengan pengamatan, baik oleh pelaku itu sendiri maupun oleh observer lain. Dalam hal ini observer yang dimaksud juga boleh siswa, rekan guru, kepala sekolah atau yang lainnya.Observasi dilakukan sebagai upaya mengumpulkan data.Observer berperan melihat, mendengar, dan mencatat segala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pengamatan.Observer hendaknya tidak menyalahkan tetapi bersifat mendukung, bukan menilai dan setelah diperoleh data sesegera mungkin dilakukan diskusi balikan.

Dalam pelaksanaan diskusi tentang data yang diperoleh dari hasil pengamatan maupun dari tes akan diseleksi, disederhanakan, diorganisasikan secara sistematik dan rasional serta dengan teknik triangulasi akan diperoleh suatu kesimpulan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan refleksi.Refleksi dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui hal-hal mana yang harus dipertahankan dan hal-hal mana yang masih harus ditingkatkan atau


(16)

ditinggalkan. Jika kegiatan yang disebut refleksi ini dilakukan dengan benar telah melibatkan semua yang terkait, maka kegiatan pembelajaran atau pelaksanaan tindakan akan selalu bermuara pada hasil dari suatu tindakan yaitu penyusunan perencanaan dan tindakan perbaikan berikutnya.

Dengan pengkajian seperti membuat perencanaan pembelajaran yang berorientasi pada suatu tujuan, melaksanakan perencanaan tersebut yang disertai pengamatan guna memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran, baik tentang kelebihan maupun kelemahannya, hasilnya dianalisis, dan dikaji secara bersama-sama guna pelaksanaan perencanaan perbaikan, maka disebut satu siklus.

C. Fokus Kajian (Indikator) Penelitian

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengenai kemampuan memahami peta. Dalam membaca dan memahami peta, seseorang harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi yang ada pada peta. Kalau seseorang dapat membaca peta dengan baik dan benar, maka akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan secara langsung.

Menurut Winarti (2008, hlm. 16) beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami peta :

a. Isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul. b. Lokasi daerah.

c. Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).

d. Jarak atau luas suatu tempat dilapangan melalui skala peta.

e. Kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta (legenda).

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk membaca peta dengan baik, harus mengenal dan mengetahui beberapa poin di atas dengan benar. Dengan begitu akan mudah memiliki gambaran mengenai


(17)

Nana Sutarna, 2015

keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun pada dasarnya belum pernah mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan secara langsung.

D. Rencana Kegiatan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SDN 1 Cengal yang terletak di Desa Cengal Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan. Adapun subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas 4 yang berjumlah 35 orang, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian ini akan dilakukan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari dua tindakan (dua pertemuan). Siklus I Pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015 pukul 07.00 – 08.10 WIB dan Pertemuan Kedua akan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 pukul 07.45 – 08.20 WIB. Materi pembelajaran pada siklus I mengenalkan dan menjelaskan fungsi peta secara umum bagi kehidupan, mengenalkan peta lingkungan setempat (peta provinsi Jawa Barat) sedangkan tugasnya membuat peta provinsi Jawa Barat sederhana dengan teknik pembesaran.

Siklus II merupakan kegiatan pembelajaran yang membahas tentang arah mata angin dan skala menggunakan metode penugasan. Penugasan yang diberikan yaitu berupa mengenal dan menggambar arah mata angin dan prkatek penerapan skala peta dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan siklus II terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan pertama penugasan mengenal dan membuat contoh arah mata angin untuk selanjutnya menentukan arah mata angin. Pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2015 pukul 07.00-08.10 WIB. Pertemuan kedua penugasan praktek menerapkan skala peta secara sederhana. Pertemuan kedua direncanakan akan dilaksanakan pada hari Senin, 30 Maret 2015 pukul 07.45-08.20 WIB. Siklus III merupakan kegiatan pembelajaran yang membahas tentang simbol pada peta untuk selanjutnya membuat siswa mampu menemununjukkan lokasi/wilayah/tempat yang terdapat dalam peta. Penugasan yang diberikan yaitu berupa mengenal dan menggambar simbol kenampakan alam dan unjuk kerja menemununjukkan lokasi pada peta. Kegiatan siklus III terdiri dari dua pertemuan yaitu pertemuan pertama penugasan mengenal dan membuat contoh simbol kenampakkan alam untuk selanjutnya menentukan simbol


(18)

tersebut pada peta. Pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari Senin, 13 April 2015 pukul 07.45-08.20 WIB. Pertemuan kedua penugasan praktek unjuk kerja menemununjukkankan kota/kabupaten yang ada di provinsi jawa barat. Pertemuan kedua direncanakan akan dilaksanakan pada hari Rabu, 15 April 2015 pukul 07.00-08.10 WIB.

E. Prosedur Penelitian Tindakan 1. Tahapan perencanaan Tindakan

a) Berangkat dari hasil pengamatan awal bahwa siswa kurang terbimbing dalam pembelajaran dan kurang aktif yang berakibat pada hasil belajar membaca peta yang rendah, maka peneliti menerapkan metode tugas dan latihan dalam pembelajaran Pendidikan IPS tentang memahami peta yang dituangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b) Menyusun lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa untuk mengamati proses pembelajaran dengan menerapkan metode tugas dan latihan dalam pembelajaran memahami peta,dan lembar observasi dituangkan bagaimana kinerjaguru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, yang dilengkapi dengan pedoman wawancara baik untuk guru maupun untuk siswa tentang kesan-kesannya selama proses pembelajaran memahami peta dengan menggunakan metode tugas dan latihan. Di samping itu menyiapkan pula format untuk catatan lapangan.

c) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode penugasan dalam pembelajaran memahami peta. 2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

a) Kegiatan Awal

(1) Mengkondisikan siswa ke arah situasi pembelajaran. (2) Menanyakan kehadiran siswa.

(3) Menyiapkan media pembelajaran. (4) Guru mengadakan apersepsi.

(5) Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran. b) Kegiatan Inti


(19)

Nana Sutarna, 2015

(1) Siswa diberi tes awal yaitu untuk menentukan dan menetapkan kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuannya dan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami peta.

(2) Setelah hasil tes terkumpul siswa di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kelompok itu mengerjakan tugas masing-masing berdasarkan kelompoknya.

(3) Pemberian perlakuan kepada ketiga kelompok dengan memperhatikan kondisi kelas yang kondusif.

(4) Siswa bersama guru membahas hasil kerja kelompok dan menyimpulkan pembelajaran.

c) Kegiatan Akhir

(1) Siswa mengerjakan tugas akhir/post test. (2) Umpan balik atau tindak lanjut.

3. Tahapan Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya suatu tindakan. Tujuan observasi adalah untuk mengumpulkan data yang didapat dari kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Langkah yang diambil pertama yaitu melakukan observasi bagaimana metode tugas dan latihan pada pembelajaran memahami peta diterapkan. Kemudian langkah selanjutnya merekam data atau membuat catatan lapangan mengenai hal-hal yang terjadi selama pembelajaran.

4. Tahapan Analisis dan Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang telah terjadi. Dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pengecekan kelengkapan data yang terjaring selama proses tindakan berlangsung.

2) Mendiskusikan dan memaknai data yang dilakukan guru, peneliti dan pihak lain yang terlibat.


(20)

3) Penyusunan rencana tindakan selanjutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasarkan pada analisa data yang terkumpul untuk memperbaiki proses pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Tes

Lembar tes yang dibuat adalah untuk mengetahui ketercapaian proses pembelajaran yang dilakukan. Ada beberapa jenis lembar tes penilaian diantaranya lembar penilaian untuk mengamati pelaksanaan kegiatan guru dan siswa pada pembelajaran IPS, lembar penilaian proses pembelajaran, lembar penilaian akhir pembelajaran dan lembar penilaian rekapitulasi penggabungan dari penilaian proses pembelajaran dan penilaian akhir pembelajaran sebagai hasil dalam pemahaman siswa terhadap materi membaca peta lingkungan setempat melalui metode penugasan.

2. Lembar observasi

Lembar observasi yang dibuat adalah untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu melakukan metode penugasan dengan menggunakan format lembar observasi

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan yaitu catatan kegiatan selama pelaksanaan berlangsung yang terjadi didalam kelas yang berisi deskripsi proses dan hasil pembelajaran, interpretasi, analisa, dan saran dari peneliti terhadap praktikan atau rekan sejawat. Berkaitan dengan istilah catatan lapangan,

Bogdan dan Biklen (Moleong 2005:209) menyatakan bahwa “Catatan

lapangan adalah catatan yang tertulis tentang apa yang di dengar, dilihat, dan diperkirakan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”.Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data kongkrit berbentuk catatan kualitatif yang terjadi dalam pembelajaran dengan format catatan lapangan.


(21)

Nana Sutarna, 2015

Adapun data penelitian adalah segala temuan baik yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kauntitatif. Data yang diperoleh merupakan data yang dianggap relevan dengan upaya perbaikan terhadap perencanaan pembelajaran dan proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data seperti berikut ini.

1. Seleksi Data

Adapun kriteria data yang dapat dianalisis seperti berikut ini. a. Data yang masuk beridentitas lengkap dan jelas.

b. Data yang diperoleh dapat dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan.

2. Pengelompokkan Data

Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis yang nyata, logis dan mudah dipahami. Sehingga dapat memberikan penjelasan dan makna terhadap hasil penelitianya. Data hasil penelitian dan pengamatan selanjutnya diidentifikasi kelemahan dan kelebihanya serta dikonsultasikan kepada rekan kolaborasi.

3. Interpretasi Data

Memberikan nilai sesuai dengan alat ukur yang telah direncanakan dan ditetapkan pada bagian evaluasi perencanaan pembelajaran, kemudian dipersentasikan nilai rata-rata dengan idealnya.

4. Kesimpulan

Dari hasil pengelompokan data, kemudian disusun menjadi kesimpulan-kesimpulan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam mencapai hasil tindakan yang lebih baik dan memuaskan.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Afrida. (2003). Pengembangan Pembelajaran Konsep Letak, Arah dan Jarak dalam Bidang Studi IPS di SD. Tesis. IKIP Bandung Tidak diterbitkan. Agung, A.A. Gede. (1997). Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Bakosurtanal. (2005). Panduan Membaca Peta. Jakarta: Pusat Penyajian Data dan Informasi Badan Koordnasi Survey dan Pemetaan Nasinal (Bakosurtanal).

Depdikbud.,1993:154. Petunjuk pemilihan dan pembuatan alat peraga. Jakarta Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusbangkurrandik,

Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusbangkurrandik, Depdiknas.

Dewi, Nurmala. (2009). Geografi: Jilid 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Djahiri, K. (1982). Modul 1 Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Edisi ke satu. Bandung: UPI PRESS.

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain.. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, R. dkk. (2009). Pengembangan pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Endarto, Danang.,dkk. (2009). Geografi 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Farisi, M.I. (2005). Rekonstruksi Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan IPS-SD Berdasarkan Perspektif Konstruktivisme. Disertasi Doktor, tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(23)

Nana Sutarna, 2015

Fathurrohman, Pupuh. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama

Gunawan, R. (2013). Pendidikan IPS, filosofi, konsep, dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Gunawan, Totok. (2001). Peta, Atlas, dan Globe Sebagai Sarana Belajar Geografi, Jakarta: Modul Geo. A.3. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Handayani, Tuty., 2006, Makna Simbol Dalam Peta, Geospasial, 4 (1): 16-17. Hermawan, AH. Dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI

PRESS

Jalal, F dan Supardi, D. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Kurniawati, Wiwin. (2012). Penggunaan Pendekatan Intruksional Desain Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Membaca Peta di Kelas IV SDN Sirnaluyu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Skripsi UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Meleong, Lexi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moedjono(1992:2). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dirjen Dep.Dikti.

Muhammad. (2011). Pengertian Pemahaman. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203596-pengertian-pemahaman/#ixzz2WZywlcjq. Pada 12 Februari 2015.

Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Karya Unipress

NCSS. (1994). The curriculum standards for social studies; expectations of excellence. USA.

Nurdin, Syafruddin, (2005). Model Pembelajaran Yang Memeperhatikan Keragaman Siswa. Tanggerang : Quantum Teaching.


(24)

Nurjanah, Siti. (2013). Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Kegiatan Menghasilkan Barang melalui Metode Penugasan di Sekolah Dasar pada Kelas IV SD Negeri 2 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis. Skripsi UPI Tasikmalaya: Tidak diterbitkan.

Raiz, Erwin. (1948) General Cartography. New York: McGraw-Hill Book Co., Inc.

Roestiyah, N.k. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Cetakan keenam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rosyada, D. (2008). Media Pembelajaran. Ciputat: Gaung Persada.

Sagala, S.(2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu dan Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. _______ .(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. _______. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sandy, I Made, 1987. Esensi Kartografi, Jakarta : Jurusan Geografi FMIPA UI. Santrock, J.W. (2012b). Life-Span development. Jakarta: Erlangga.

Sapriya, dkk. (2006). Pembelajaran dan evaluasi hasil belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.

_________. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek. _________. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI

PRESS.

Sardjiyo, dkk. (2009). Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Semi, Atar. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Skeel, D.J. (1995). Elementary social studies; challenges for tomorrow’s world. USA: Harcourt Brace & Company.

Solihatin, E. & Raharjo. 2007. Coopeative learning. Bumi Aksara. Jakarta.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (1987). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru


(25)

Nana Sutarna, 2015

_________. (2006). Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi Indonesia.

Sumaatmadja, N. (2002). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. SU Ischak, dkk. (2002). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Syamsudin. (1989). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Team Dosen Pengajar IPS. (2011). Bahan Ajar Pendidikan IPS Sekolah Dasar.

UPI Kampus Tasikmalaya.

Triani, Senja. (2013). Penerapan Teknik Permainan Scramble Untuk Meningkatakan Pemahaman Siswa tentang Mengartikan Simbol-Simbol pada Peta Kab. Sumedang Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas IV SDN Tegalkalong II Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Skripsi UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Pasal 37 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wibowo, Arie. (2005). Membaca, Memahami dan Menulis Dengan Peta,

Geospasial, 3 (6):21.

Winarti. (2008). Peta, Atlas, Globe. Klaten: Cempaka Putih

Winkel. 1996:53. Psikologi Pengajaran (Revisi). Jakarta : Grasindo

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Angkasa.


(1)

Nana Sutarna, 2015

Penerapan Metode Penugasan Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Peta Pada Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Penyusunan rencana tindakan selanjutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasarkan pada analisa data yang terkumpul untuk memperbaiki proses pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Tes

Lembar tes yang dibuat adalah untuk mengetahui ketercapaian proses pembelajaran yang dilakukan. Ada beberapa jenis lembar tes penilaian diantaranya lembar penilaian untuk mengamati pelaksanaan kegiatan guru dan siswa pada pembelajaran IPS, lembar penilaian proses pembelajaran, lembar penilaian akhir pembelajaran dan lembar penilaian rekapitulasi penggabungan dari penilaian proses pembelajaran dan penilaian akhir pembelajaran sebagai hasil dalam pemahaman siswa terhadap materi membaca peta lingkungan setempat melalui metode penugasan.

2. Lembar observasi

Lembar observasi yang dibuat adalah untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu melakukan metode penugasan dengan menggunakan format lembar observasi

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan yaitu catatan kegiatan selama pelaksanaan berlangsung yang terjadi didalam kelas yang berisi deskripsi proses dan hasil pembelajaran, interpretasi, analisa, dan saran dari peneliti terhadap praktikan atau rekan sejawat. Berkaitan dengan istilah catatan lapangan,

Bogdan dan Biklen (Moleong 2005:209) menyatakan bahwa “Catatan

lapangan adalah catatan yang tertulis tentang apa yang di dengar, dilihat, dan diperkirakan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”.Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data kongkrit berbentuk catatan kualitatif yang terjadi dalam pembelajaran dengan format catatan lapangan.


(2)

kualitatif maupun yang bersifat kauntitatif. Data yang diperoleh merupakan data yang dianggap relevan dengan upaya perbaikan terhadap perencanaan pembelajaran dan proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data seperti berikut ini.

1. Seleksi Data

Adapun kriteria data yang dapat dianalisis seperti berikut ini. a. Data yang masuk beridentitas lengkap dan jelas.

b. Data yang diperoleh dapat dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan.

2. Pengelompokkan Data

Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis yang nyata, logis dan mudah dipahami. Sehingga dapat memberikan penjelasan dan makna terhadap hasil penelitianya. Data hasil penelitian dan pengamatan selanjutnya diidentifikasi kelemahan dan kelebihanya serta dikonsultasikan kepada rekan kolaborasi.

3. Interpretasi Data

Memberikan nilai sesuai dengan alat ukur yang telah direncanakan dan ditetapkan pada bagian evaluasi perencanaan pembelajaran, kemudian dipersentasikan nilai rata-rata dengan idealnya.

4. Kesimpulan

Dari hasil pengelompokan data, kemudian disusun menjadi kesimpulan-kesimpulan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam mencapai hasil tindakan yang lebih baik dan memuaskan.


(3)

Nana Sutarna, 2015

Penerapan Metode Penugasan Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Peta Pada Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afrida. (2003). Pengembangan Pembelajaran Konsep Letak, Arah dan Jarak

dalam Bidang Studi IPS di SD. Tesis. IKIP Bandung Tidak diterbitkan.

Agung, A.A. Gede. (1997). Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

(Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Bakosurtanal. (2005). Panduan Membaca Peta. Jakarta: Pusat Penyajian Data dan Informasi Badan Koordnasi Survey dan Pemetaan Nasinal (Bakosurtanal).

Depdikbud.,1993:154. Petunjuk pemilihan dan pembuatan alat peraga. Jakarta Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusbangkurrandik,

Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusbangkurrandik, Depdiknas.

Dewi, Nurmala. (2009). Geografi: Jilid 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Djahiri, K. (1982). Modul 1 Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Edisi ke satu. Bandung: UPI PRESS.

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain.. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, R. dkk. (2009). Pengembangan pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Endarto, Danang.,dkk. (2009). Geografi 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Farisi, M.I. (2005). Rekonstruksi Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan IPS-SD

Berdasarkan Perspektif Konstruktivisme. Disertasi Doktor, tidak diterbitkan.


(4)

Fathurrohman, Pupuh. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama

Gunawan, R. (2013). Pendidikan IPS, filosofi, konsep, dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Gunawan, Totok. (2001). Peta, Atlas, dan Globe Sebagai Sarana Belajar

Geografi, Jakarta: Modul Geo. A.3. Departemen Pendidikan Nasional,

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Handayani, Tuty., 2006, Makna Simbol Dalam Peta, Geospasial, 4 (1): 16-17. Hermawan, AH. Dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI

PRESS

Jalal, F dan Supardi, D. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi

Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Kurniawati, Wiwin. (2012). Penggunaan Pendekatan Intruksional Desain

Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Membaca Peta di Kelas IV SDN Sirnaluyu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Skripsi UPI Sumedang: Tidak

diterbitkan.

Meleong, Lexi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moedjono(1992:2). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dirjen Dep.Dikti.

Muhammad. (2011). Pengertian Pemahaman. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203596-pengertian-pemahaman/#ixzz2WZywlcjq. Pada 12 Februari 2015.

Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Karya Unipress

NCSS. (1994). The curriculum standards for social studies; expectations of

excellence. USA.

Nurdin, Syafruddin, (2005). Model Pembelajaran Yang Memeperhatikan


(5)

Nana Sutarna, 2015

Penerapan Metode Penugasan Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Peta Pada Siswa Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurjanah, Siti. (2013). Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Kegiatan

Menghasilkan Barang melalui Metode Penugasan di Sekolah Dasar pada Kelas IV SD Negeri 2 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

Skripsi UPI Tasikmalaya: Tidak diterbitkan.

Raiz, Erwin. (1948) General Cartography. New York: McGraw-Hill Book Co., Inc.

Roestiyah, N.k. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Cetakan keenam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rosyada, D. (2008). Media Pembelajaran. Ciputat: Gaung Persada.

Sagala, S.(2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu dan

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

_______ .(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. _______. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sandy, I Made, 1987. Esensi Kartografi, Jakarta : Jurusan Geografi FMIPA UI. Santrock, J.W. (2012b). Life-Span development. Jakarta: Erlangga.

Sapriya, dkk. (2006). Pembelajaran dan evaluasi hasil belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.

_________. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek. _________. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI

PRESS.

Sardjiyo, dkk. (2009). Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Semi, Atar. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Skeel, D.J. (1995). Elementary social studies; challenges for tomorrow’s world. USA: Harcourt Brace & Company.

Solihatin, E. & Raharjo. 2007. Coopeative learning. Bumi Aksara. Jakarta.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (1987). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru


(6)

_________. (2006). Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi Indonesia.

Sumaatmadja, N. (2002). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. SU Ischak, dkk. (2002). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Syamsudin. (1989). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Team Dosen Pengajar IPS. (2011). Bahan Ajar Pendidikan IPS Sekolah Dasar.

UPI Kampus Tasikmalaya.

Triani, Senja. (2013). Penerapan Teknik Permainan Scramble Untuk

Meningkatakan Pemahaman Siswa tentang Mengartikan Simbol-Simbol pada Peta Kab. Sumedang Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas IV SDN Tegalkalong II Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Skripsi

UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Pasal 37 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wibowo, Arie. (2005). Membaca, Memahami dan Menulis Dengan Peta,

Geospasial, 3 (6):21.

Winarti. (2008). Peta, Atlas, Globe. Klaten: Cempaka Putih

Winkel. 1996:53. Psikologi Pengajaran (Revisi). Jakarta : Grasindo

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Angkasa.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE SQ3R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN PADA SISWA PENERAPAN METODE SQ3R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GIRIWONDO KECAMATAN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 16

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 0 29

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Tentang Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 8 Ciseureuh Kabupa

0 1 39

PENERAPAN PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kasemen Kecamatan Kasemen Kota Serang.

0 1 51

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT :Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibeunying Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 36

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta,

0 4 41

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KEGIATAN MENGHASILKAN BARANG MELALUI METODE PENUGASAN DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

0 0 34

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas Pada StrukturTumbuhanKelas IV SD Negeri 1 BunderKecamatanJatiluhurKabupaten Purwakarta.

0 0 97

PEMBUATAN PETA SEMANTIK PADA KEGIATAN PRABACA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA SEKOLAH MENENGAH.

0 1 24

Meningkatkan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Pelatihan Aspek Pemahaman Bacaan Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar - Ubaya Repository

0 0 2