RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN BREBES

  B AB

  I I I RE NCANA PE MBANGUNAN

KABUPATE N BRE BE S

  

Strategi / Sk enario Pengembangan Wilayah

   Strategi / Sk enario Pembangunan KabupatenSafeguard Pengadaan Tanah dan Permuk iman Kembali

  Rencana PengelolaanSafeguard Sosial dan L ingk ungan

   Rencana PemantauanSafeguard Sosial dan L ingk ungan encana pembangunan Kabupaten Brebes, terkait kegiatan Penyusunan Review RPIJM Kabupaten Brebes tahun anggaran 2010 akan diuraikan sebagai berikut .

  

m

m

b

b

a a n n g g u u n n a a n n ( ( S S W W P P ) )

  Penetapan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) direncanakan sebagai berikut : 1) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) I terdiri dari Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec.

  Bulakamba, Kec. Tanjung, dan Kec. Losari. Kecamatan-Kecamatan yang masuk dalam SWP I pada dasarnya merupakan wilayah kecamatan yang mendapatkan pengaruh langsung dari Jalan Arteri Primer Pantura, pusat dari SWP I adalah Kota Brebes.

  Berdasarkan karakter perkembangannya kawasan SWP I dibagi menjadi 2 (dua) Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP), yaitu :  SSWP) I.1. : meliputi wilayah Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba.

  Pengembangan kawasan ini diarahkan pada usaha keterpaduan antar fungsi (terutama pemerintahan, perdagangan-jasa, permukiman industri, permukiman perkotaan, pertanian, dan pelestarian kawasan pesisir) dalam kawasan perkotaan.

  Kota pusat pelayanan SSWP I.1 adalah Kota Brebes.  SSWP I.2. : meliputi wilayah Kec Tanjung dan Kec. Losari. Arahan kegiatan SSWP ini adalah kegiatan perdagangan-jasa, transportasi, pengelolaan-konservasi kawasan pesisir dan pertanian. Kota pusat pelayanan SSWP I.2 ini adalah Kota Tanjung.

  R

3.1 STRATEGI/SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH

3.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

A. Rencana Sistem Pusat Pelayanan a a . . R R e e n n c c a a n n a a P P e e n n e e t t a a p p a a n n S S a a t t u u a a n n W W i i l l a a y y a a h h P P e e

  2) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) II terdiri atas Kec. Jatibarang, Kec. Songgom, Kec.

  Larangan, Kec. Ketanggungan, Kec. Kersana, dan Kec. Banjarharjo. Kecamatan- Kecamatan yang masuk dalam SWP II pada dasarnya merupakan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian tengah, pusat dari SWP II adalah Kota Ketanggungan. Berdasarkan karakter perkembangannya kawasan SWP II dibagi menjadi 2 (dua) Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP), yaitu:

   SSWP II.1. : meliputi wilayah Kec. Jatibarang, Kec. Songgom, Kec. Larangan.

  Arahan kegiatan SSWP II.1 adalah kegiatan pertanian lahan basah, agrobisnis, industri kecil, hutan produksi. Kota pusat pelayanan SSWP II.1 adalah Kota Jatibarang.  SSWP II.2. : meliputi wilayah Kec. Ketanggungan, Kec. Kersana, Kec. Banjarharjo.

  Arahan kegiatan SSWP II.2 adalah kegiatan perdagangan-jasa, transportasi, industri kecil, pertanian lahan basah, hutan produksi, konsevasi sumberdaya air. Kota pusat pelayanan SSWP II.2 adalah Kota Ketanggungan. 3) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) III terdiri atas Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec.

  Sirampog, Kec. Paguyangan, Kec. Bantarkawung, dan Kec. Salem. Kecamatan- Kecamatan yang masuk dalam SWP III pada dasarnya merupakan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian selatan, pusat dari SWP III adalah Kota Bumiayu.

  Berdasarkan karakter perkembangannya kawasan SWP III dibagi menjadi 2 (dua) Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP), yaitu :  SSWP III.1. : meliputi wilayah Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec. Sirampog, Kec.

  Paguyangan. Arahan kegiatan SSWP III.1 adalah kegiatan perdagangan-jasa, transportasi, konservasi alam, konservasi sumber daya air, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, agribisnis, hutan rakyat, industri (termasuk agro industri), dan konservasi alam. Kota pusat pelayanan SSWP III.1 ini adalah Kota Bumiayu.  SSWP III.2. : meliputi wilayah Kec. Bantarkawung, dan Kec. Salem. Arahan kegiatan

  SSWP III.2 adalah kegiatan pertanian lahan kering, agro industri, konservasi alam, konsevasi sumberdaya air. Kota pusat pelayanan SSWP III.2 ini adalah Kota Salem.

  b b . . R R e e n n c c a a n n a a S S i i s s t t e e m m P P u u s s a a t t P P e e r r k k o o t t a a a a n n

  Rencana struktur pusat pelayanan di kabupaten Brebes direncanakan sebagai berikut : 1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi kawasan perkotaan Brebes, kawasan perkotaan

  Ketanggungan, kawasan perkotaan Bumiayu. PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Kota PKL direncanakan memiliki skala pelayanan satu

  1 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) . Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan Kabupaten.

  2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi Ibukota Kecamatan (IKK) Tanjung, IKK Jatibarang, IKK Wanasari, IKK Bulakamba, IKK Losari, IKK Banjarharjo, IKK Larangan,

  IKK Songgom, IKK Tonjong, IKK Sirampog, IKK Paguyangan, IKK Bantarkawung, dan

  IKK Salem. PPK berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, perdagangan dan jasa, serta pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya. Untuk mendukung fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan jasa skala kecamatan. Kota PPK ini direncanakan memiliki skala pelayanan Kecamatan (dalam konteks ini PPK diarahkan juga memiliki skala pelayanan Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP). Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang untuk memiliki pelayanan satu kecamatan atau lebih. 3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), adalah Desa dengan dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa. Pusat-pusat permukiman tersebut berada di Desa Bentar Kec. Salem, Desa Kalilangkap Kec. Bumiayu, Desa Dawuhan Kec. Sirampog, Desa Sindangwangi Kec. Bantarkawung, Desa Pamulihan Kec. Larangan, Desa Cikeusal Kidul Kec. Ketanggungan, Desa Bandungsari dan Desa Cikakak Kec. Banjarharjo, Desa Bojongsari Kec. Losari, Desa Sitanggal Kec. Larangan, Desa Banjaratma Kec. Bulakamba, dan Desa Sawojajar Kec. Wanasari. PPL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. Fasilitas yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan pusat pelayanan lingkungan ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan beberapa desa atau satu wilayah kecamatan.

1 Skala pelayanan Sub Wilayah Pembangunan (SWP) adalah mampu menjadi pusat pelayanan bagi sebagian

  

wilayah kabupaten. Skenario penetapan PKL, PPK, dan PPL adalah untuk menciptakan pusat pelayanan di

wilayah Kabupaten Brebes, sehingga tercipta ppertumbuhan wilayah yang seimbang antara wilayah bagian utara,

tengah, dan selatan.

  c c . . R R e e n n c c a a n n a a S S i i s s t t e e m m P P e e r r d d e e s s a a a a n n

  Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Brebes diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah sebagai upaya untuk mencegah kesenjangan. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai dalam membuka potensi-potensi pembangunan bagi wilayah terbelakang. Untuk itu arahan selanjutnya adalah merencanakan pengembangan wilayah pedesaan dengan pemilihan desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan. Desa-desa tersebut menjadi pusat pelayanan lingkungan (PPL) dan sebagai Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa ( KTP2D ) dengan daerah desa-desa sekitar yang menjadi hinterlandnya. Secara lengkap rencana KTP2D dengan DPP di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel berikut.

  Tabel 3-1 Wilayah Pengembangan Pedesaan KTP2D Desa Pusat Pertumbuhan Wilayah Pengaruh Kecamatan Fungsi Pengembangan Utama

  

I Bentar Tembograja Salem  Pertanian tanaman pangan

lahan kering  Perdagangan  Perhubungan dengan Salem  Industri kecil Pabuaran Salem Bentarsari Salem Ciputih Salem Ganggawang Salem Gandowang Salem Pasirpanjang Salem

  II Kalilangkap Kalinusu Bumiayu  Pertanian tanaman pangan lahan kering  Perdagangan  Perhubungan dengan Bumiayu Cinanas Bantarkawung Telaga Bantarkawung Cibentang Bantarkawung Banjarsari Bantarkwung

  III Dawuhan Sridadi Sirampog  Hutan negara  Pertanian tahunan lahan kering  Perkebunan  Hutan lindung Kaligiri Sirampog Wanareja Sirampog Cipetung Paguyangan Pandansari Paguyangan Igirklanceng Sirampog Batursari Sirampog

  IV Sindangwangi Kadumanis Salem  Hutan Negara  Pertanian Lahan Kering Jemasih Ketanggunngan Kebandungan Bantarkawung Pengarasan Bantarkawung

  V Pamulihan Kamal Larangan  Hutan Negara Wlahar Larangan

  KTP2D Desa Pusat Pertumbuhan Wilayah Pengaruh Kecamatan Fungsi Pengembangan Utama  Pertanian pangan lahan kering  Pertanian tahunan lahan kering

  VI Cikeusal Kidul Sindangjaya Ketanggungan  Pertambangan  Pertanian lahan basah  Hutan Negara  Pertanian tahunan lahan kering Cikeusal Lor Ketanggungan Ciseureuh Ketanggungan Pamedaran Ketanggungan Sindanngjaya Ketanggungan

  VII Bandungsari Penanggapan Banjarharjo  Hutan negara  Pertanian lahan kering  Pertanian lahan basah  Perhubungan dengan kabupaten Kuningan Cipajang Banjarharjo Kertasari Banjarharjo Blandongan Banjarharjo Sindangheula Banjarharjo

  VIII Cikakak Cibendung Banjarharjo  Pertanian lahan kering  Pertanian lahan basah  Perkebunan  Jalur Alternatif  Perdagangan Karangmojo Banjarharjo Dukuhjenuk Banjarharjo Sukareja Banjarharjo Pende Banjarharjo Kubangrejo Banjarharjo Tiwulandu Banjarharjo

  IX Bojongsari Randegan Losari  Pertanian lahan kering  Pertanian lahan basah  Perkebunan  Jalur Alternatif Karangsambung Losari Karangjunti Losari Jatisawit Losari Babakan Losari Dukuhsalam Losari Kalibuntu Losari Rungkang Losari Negla Losari

  X Sitanggal Siandong Larangan  Pertanian Lahan basah  Pertanian lahan kering  Perhubungan  Perdagangan Tegalgandu Wanasari Siwungkuk Wanasari Slatri Larangan Rengaspenndawa Larangan Tegalglagah Bulakamba Jagolempeni Wanasari Jubanng Bulakamba

  XI Banjaratma Siwuluh Bulakamba  Pertanian Lahan basah  Pertanian lahan kering  Perhubungan Petunjungan Bulakamba Tanjungsari Wanasari Sigentong Wanasari Dukuhringin Wanasari Glonggong Wanasari Sisalam Wanasari

  XII Sawojajar Kertobesuki Wanasari  Pertanian Lahan basah  Pertanian lahan kering  Tambak  Sentra industri hasil laut Dumeling Wanasari Kaliwlingi Brebes

  Sumber : Tim Penyusun

  B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR

K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

  Hal III - 6 B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR

K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

  Hal III - 7

B. Rencana Prasarana Wilayah a a . . S S i i s s t t e e m m J J a a r r i i n n g g a a n n T T r r a a n n s s p p o o r r t t a a s s i i

  1 1 ) ) S S i i s s t t e e m m J J a a r r i i n n g g a a n n T T r r a a n n s s p p o o r r t t a a s s i i D D a a r r a a t t

  Sistem jaringan transportasi di kabupaten Brebes memiliki 2 (dua) sistem jaringan transportasi darat, yaitu jaringan jalan dan kereta api.

i. Jaringan Jalan

  Rencana jaringan jalan di Kabupaten Brebes dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Jalan Arteri Primer yaitu :

  a. Ruas Jalan Losari – Brebes;

  b. Ruas Jalan Lingkar Kawasan Perkotaan Brebes dan Kawasan Perkotaan Bumiayu;

  c. Ruas Jalan Pejagan– Ketanggungan – Bumiayu – Paguyangan;

  d. Jalan Bebas Hambatan Kanci – Pejagan, Pejagan – Pemalang, dan Pejagan – Cilacap.

  2. Jalan Kolektor Primer yaitu :

  a. Ruas jalan yang menghubungkan Jatibarang – Ketanggungan – Kersana – Ciledug.

  3. Jalan Lokal Primer meliputi ruas jalan yang menghubungkan ruas-ruas jalan berikut: a. Ruas jalan yang menghubungkan Tanjung – Kersana – Banjarharjo – Salem.

  b. Ruas jalan yang menghubungkan Brebes – Jatibarang – Songgom.

  c. Ruas jalan Losari – Cikakak.

  d. Ruas jalan Cibendung – Banjarharjo.

  e. Ruas jalan Larangan – Bumiayu (melalui Bantarkawung).

  f. Ruas jalan Salem – Bantarkawung – Bumiayu melalui Jalan Desa Kadomanis dan Sindangwangi Kecamatan Bantarkawung.

  g. Ruas jalan lokal primer lainnya yang menjadi kewenangan kabupaten. Untuk meningkatkan kinerja sistem transportasi jalan raya, maka rencana pengembangan sarana lalu lintas (terminal) ditetapkan sebagai berikut : a. Terminal tipe B direncanakan di Kawasan Perkotaan Brebes dan Kawasan

  Perkotaan Bumiayu. Pengembangan terminal tipe B direncanakan dengan izin dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan direncanakan untuk melayani angkutan umum antar kota dalam propinsi dan angkutan umum perdesaan. Namun karena sifat karakter pergerakan yang kompleks terminal ini juga dapat melayanai pergerakan angkutan umum antar kota antar propinsi. b. Terminal Tipe C direncanakan di Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Losari, Kecamatan Salem. Terminal ini direncanakan untuk melayani angkutan umum perdesaan. Namun karena sifat karakter pergerakan yang kompleks terminal ini juga dapat melayanai pergerakan angkutan umum antar kota antar propinsi dan angkutan perbatasan.

  c. Terminal Asal-Tujuan (origin-destination/OD); terminal ini berfungsi untuk melayani pergerakan yang menuju pusat-pusat desa. Terminal asal tujuan direncakan di Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Kersana, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog dan Kecamatan Songgom.

  d. Terminal barang direncanakan sebagai berikut: Terminal terminal ini berfungsi melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang, serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi. Terminal barang direncanakan di Perkotaan Bumiayu dan Perkotaan Brebes. Selanjutnya untuk rencana pemenuhan kebutuhan moda angkutan adalah untuk mengantisipasi kebutuhan angkutan manusia dan barang. Untuk ini dapat dilakukan dengan pendekatan pada pengusaha-pengusaha angkutan bus, angkutan kota, angkutan pedesaan dan angkutan barang. Sehingga pemenuhan kebutuhan pada masa yang akan datang tidak ada kesulitan. Selanjutnya untuk pemenuhan kebutuhan moda angkutan ini juga dapat dilakukan dengan pengendalian, pengelolaan, dan pengawasan pada angkutan barang dan jasa seperti melakukan penertiban lokasi- lokasi yang tidak direncanakan sebagai terminal namun berfungsi sebagaimana layaknya terminal, sehingga tidak ada pelanggaran-pelanggaran kapasitas, jenis pengangkutan dan juga pelanggaran lainnya. Rencana peningkatan rute trayek angkutan dibutuhkan untuk lebih meningkatkan pelayanan serta dalam rangka mendorong Kabupaten Brebes supaya lebih berkembang. Rencana peningkatan rute trayek ini meliputi :

  a. Jalur Tanjung ke arah Bumiayu melewati Ketanggungan, Larangan, Songgom, Prupuk, dan Tonjong. Pengadaan trayek tersebut untuk melayani masyarakat di sekitar Ketanggungan, Larangan dan Songgom yang akan bepergian ke arah Selatan.

  b. Jalur Ketanggungan – Bantarkawung melewati jalur tengah yang masih membutuhkan peningkatan kualitas jaringan jalan sehingga diharapkan setelah jalan tersebut sudah baik trayek tersebut dapat segera dijalankan. c. Jalur Brebes ke Bumiayu lewat Jatibarang, Songgom, dan Tonjong. Salah satu permasalahan moda angkutan umum manusia di Kabupaten Brebes yang perlu mendapatkan perhatian adalah terdapatnya jenis angkutan umum terbuka yang beroperasi di daerah Salem, Banjarharjo dan Bantarkawung. Ditinjau dari segi keselamatan maka jenis angkutan tersebut sangat berbahaya sehingga tidak layak dioperasikan untuk untuk angkutan manusia. Rencana penanganan masalah tersebut harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat pemakai angkutan karena penggunaan jenis angkutan ini sudah menjadi satu kebiasaan setempat yang butuh waktu untuk mengubahnya.

ii. Jaringan Kereta Api

  Jalur yang melintasi Kabupaten Brebes adalah Jalur Rel Kereta Api Utara Jawa dan jalur Tengah Jawa, yaitu jalur Semarang – Jakarta dan Jalur Kroya – Purwokerto – Prupuk – Cirebon. Jalur Semarang – Jakarta melintasi Stasiun Brebes, Stasiun Bulakamba, dan Stasiun Tanjung, sementara Jalur Kroya – Purwokerto – Prupuk – Cirebon melintasi Stasiun Patuguran, Stasiun Kretek, Stasiun Talok, Stasiun Linggapura, Stasiun Songgom, Stasiun Larangan, Stasiun Ketanggungan, dan Stasiun Ketanggungan Barat. Jalur kereta api ini merupakan salah satu potensi yang harus dioptimalkan sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan aksesibilitas terutama untuk wilayah yang memiliki stasiun Kereta api. Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian di Kabupaten Brebes meliputi:

  1. Rencana peningkatan jaringan kereta api utama meyelaraskan rencana jaringan kereta api nasional;

  2. Rencana peningkatan prasarana penunjang Satsiun Kereta Api di Kabupaten Brebes meliputi Stasiun Brebes, Stasiun Bulakamba, Stasiun Tanjung, Stasiun Ketanggungan Barat, Stasiun Ketanggungan, Stasiun Larangan, Stasiun Songgom, Stasiun Linggapura, Stasiun Talok, Stasiun Kretek dan Stasiun Patuguran;

  3. Rencana pengembangan stasiun Kereta Api Perkotaan Brebes direncanakan terpadu dengan terminal tipe B Kawasan Perkotaan Brebes.

  2 2 ) ) S S i i s s t t e e m m J J a a r r i i n n g g a a n n T T r r a a n n s s p p o o r r t t a a s s i i L L a a u u t t

  Pengembangan prasarana transportasi laut dilakukan melalui :

  1. Pengembangan pelabuhan regional sebagai pendukung kegiatan industri, perdagangan dan jasa berlokasi di pantai Kecamatan Brebes;

  2. Pengembangan pelabuhan ikan di kembangkan di Kecamatan Bulakamba; dan

  3. Fasilitas penambatan perahu direncanakan di kawasan pesisir Kabupaten Brebes meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Brebes dengan mempertimbangkan potensi masing-masing kawasan.

  B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR

K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

  Hal III - 12

b. Rencana Sistem Sumberdaya Air Sesuai dengan letak geografis, iklim di Kabupaten Brebes merupakan iklim daerah tropis.

  b. DAS Pemali, meliputi subdas :

  1. Gangsa Sungai-sungai yang ada dipermukaan ini dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi dan air bersih. Untuk cadangan penyediaan air di masa yang akan datang Kabupaten Brebes memiliki cadangan air sebagai berikut :

  c. DAS Gangsa, meliputi subdas :

  5. Kumisik

  4. Glagah

  3. Keruh

  2. Pemali

  1. Cigunung

  Dalam satu tahunnya ada dua (2) musim yaitu musim kemarau dan antara bulan April – September dan musim penghujan antara bulan Oktober – Maret. Pada tahun 2005 temperatur udara rata-rata 21,70

  o

  5. Pakijangan 6.

  Kluwut

  3. Babakan 4.

  2. Kabuyatan Hilir

  1. Kabuyatan Hulu

  a. DAS Kabuyutan, meliputi subdas :

  C, sehingga Kabupaten Brebes secara umum dikatakan bersuhu udara panas. Sedangkan rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2005 adalah 12,9 hari dengan jumlah curah hujan 1595,0 mm. Berdasarkan data curah hujan Kabupaten Brebes 2005 di atas, Kabupaten Brebes merupakan kawasan dengan curah hujan yang tinggi. Dengan curah hujan tinggi itu, menjadikan Kabupaten Brebes kaya akan sumber daya air yang sekalikgus menjadi ancaman, berupa banjir longsor dan bencana lainnya apabila Daerah Aliran Sungai (DAS hulu) tidak memiliki daya resap/tampung air yang tinggi. DAS pada Kabupaten Brebes dibagi menjadi 3 bagian yaiitu :

  Tanjung

  Tabel III-2 Neraca Sumber Daya Air Kabupaten Brebes Jenis & Klasifikasi Cadangan Pemanfaatan Saldo Sumberdaya Air (M3)

  (M3) (M3) n n

  1. Curah Hujan 4.091.461.710 2.118.146.096 1.973.315.614 Curah hujan efektif 3.166.781.588

2. Air Permukaan 2.317.906.066 1.600.051.878 717.854.188

  Sungai 2.065.784.283 Waduk 150.181.663 Mataair 101.940.120

  3. Air Tanah Bebas 30.609.701 20.338.098 10.271.603 Jumlah 6.439.977.477 3.738.536.072 2.701.441.405 Sumber : Hasil Studi Neraca Sumber daya Aalam kabupaten Brebes , tahun 2008

  Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan pemenuhan kebutuhan air bersih baik untuk rumah tangga, industri, pelayanan umum dan tanah pertanian tanaman pangan di Kabupaten Brebes harus segera melakukan langkah-langkah pembenahan terutama dalam hal : a.

  Pengembangan prasarana sumber daya air untuk memenuhi berbagai kepentingan pertanian dan bukan pertanian;

  b.

  Pengembangan prasarana sumber daya air untuk air bersih dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah baik yang berada di Kabupaten Brebes dan di kabupaten lainnya.

  c.

  Pengembangan prasarana air irigasi dengan membangun dan memelihara bendung, waduk dan embung di wilayah Kabupaten Brebes yang mempunyai potensi sumber daya air melimpah;

  

d. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai

  dan pada zona kawasan lindung tidak diizinkan pemanfaatan sumber daya untuk fungsi budidaya dan pertambangan;

  

e. Areal lahan irigasi teknis tetap dipertahankan agar tidak berubah fungsi dan / atau

  peruntukan lain, apabila terpaksa harus berubah fungsi maka wajib disediakan areal lahan baru dengan luasan yang sama serta dilengkapi prasarana irigasi teknis.

  1) Rencana Jaringan Irigasi

   Arahan rencana pengembangan sistem jaringan irigasi dilakukan melalui upaya pengoptimalan saluran irigasi untuk meningkatkan produktifitas pertanian (khususnya mempertahankan lahan berkelanjutan) tersebar pada sekitar 3 DI (Daerah Irigasi) di Wilayah Kabupaten Brebes dengan luas sekitar 39.577 Ha yang menjadi kewenangan pengelolaan Pemerintah Pusat, 6 DI seluas 1.716 Ha di Wilayah Kabupaten Brebes yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, dan 399 DI seluas 23.568 Ha di Wilayah Kabupaten Brebes yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten.

   Rencana sistem pengairan untuk irigasi dapat dilakukan dengan metode sumber lokal dan sumber non lokal. Untuk sumber lokal adalah menggunakan potensi sumber air lokal untuk pengairan dengan pengelolaan irigasi pedesaan (PID) dan pengelolaan irigasi kota (PIK), sedangkan sumber irigasi non lokal menggunakan sumber air yang disebarkan dengan sistem jaringan irigasi terpadu berupa jaringan primer dan dari bendung sungai dan waduk.

   Peningkatan kualitas dari bendungan-bendungan yang sudah ada sehingga dapat berfungsi dengan lebih baik.  Pemberdayaan masyarakat yang terus sehingga pada akhirnya program pengelolaan irigasi oleh masyarakat tercapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan, yaitu dengan meneruskan program Petani Pengguna Penggarap Air (P3A) yang telah terlaksana dan siap mandiri.

   Pengembangan sarana penampung air yang berupa waduk/ embung (waduk lapangan) .

  2) Rencana Jaringan Air Bersih

  Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Brebes akan direncanakan dengan menggunakan 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk.

  a. Sistem Jaringan Perpipaan Sistem jaringan perpipaan di Kabupaten Brebes ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM. Distribusi air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan pipa transmisi dan sistem jaringan pipa distribusi dimana sistem jaringan transmisi ini berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke instalasi pengolagan/ penampungan yang selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi langsung ke pelanggan, direncanakan pada tahun 2030 penduduk yang terlayani mencapai lebih kurang 80%. Rencana pengembangan jaringan primer yaitu melewati Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung, dan Losari serta jaringan yang melewati

  Kecamatan Jatibarang dan Ketanggungan dengan prioritas pengembangan pada kawasan cepat berkembang yaitu: Kawasan Perkotaan Brebes, Ketanggungan, Bumiayu, dan Tanjung. Serta pengembangan jaringan baru pada masing-masing ibukota kecamatan dengan prioritas pada pengembangan sambungan rumah (SR). Sistem operasi yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah sistem yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).

  b. Sistem Jaringan Non Perpipaan Pelayanan air bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa melalui jaringan penyaluran/pipa.

  Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa tangan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Brebes. Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan mempertimbangkan prioritas berikut : 1. wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumber daya air terbatas; 2. wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks; 3. wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat kesehatan. Rencana kebutuhan air bersih di Kabupaten Brebes dengan tingkat kebocoran 20% pada tahun 2020 dan 2030 di masing-masing SWP dapat dilihat pada Tabel berikut.

  B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

A. Rencana Kebutuhan Air Bersih SWP I

B. Rencana Kebutuhan Air Bersih SWP II

  Umum Kehilangan Jumlah

  

5 Kersana 64.010 4.608.753 1.382.626 460.875 1.290.451 7.742.705 68.441 4.927.734 1.478.320 492.773 1.379.766 8.278.593

  

6 Banjarharjo 117.761 8.478.820 2.543.646 847.882 2.374.070 14.244.418 119.515 8.605.079 2.581.524 860.508 2.409.422 14.456.533

Jumlah 44.602.551 13.380.765 4.460.255 12.488.714 74.932.286 46.101.934 13.830.580 4.610.193 12.908.542 77.451.250

  No kecamatan jml pnddk 2020 Kebutuhan Air Bersih 2020 jml pnddk tahun 2030

  Kebutuhan Air Bersih 2030 Domestik Industri & Komersial Hidran

  Umum Kehilangan Jumlah Domestik Industri & Komersial Hidran

  

2 Tonjong 70.235 5.056.885 1.517.065 505.688 1.415.928 8.495.566 71.652 5.158.974 1.547.692 515.897 1.444.513 8.667.077

  

1 Sirampog 62.974 4.534.106 1.360.232 453.411 1.269.550 7.617.298 64.936 4.675.395 1.402.618 467.539 1.309.111 7.854.663

  

3 Larangan 145.611 10.483.965 3.145.190 1.048.397 2.935.510 17.613.062 153.079 11.021.686 3.306.506 1.102.169 3.086.072 18.516.432

  

3 Bumiayu 111.100 7.999.172 2.399.752 799.917 2.239.768 13.438.609 119.829 8.627.661 2.588.298 862.766 2.415.745 14.494.471

  

4 Paguyangan 92.367 6.650.400 1.995.120 665.040 1.862.112 11.172.673 92.766 6.679.137 2.003.741 667.914 1.870.158 11.220.949

  

5 Bantarkawung 92.138 6.633.958 1.990.187 663.396 1.857.508 11.145.049 92.550 6.663.581 1.999.074 666.358 1.865.803 11.194.816

  

6 Salem 59.105 4.255.572 1.276.671 425.557 1.191.560 7.149.360 61.991 4.463.347 1.339.004 446.335 1.249.737 7.498.423

Jumlah 35.130.092 10.539.028 3.513.009 9.836.426 59.018.555 36.268.095 10.880.429 3.626.810 10.155.067 60.930.400 Sumber : Hasil Perhitungan

  

4 Ketanggungan 133.150 9.586.765 2.876.029 958.676 2.684.294 16.105.765 135.129 9.729.310 2.918.793 972.931 2.724.207 16.345.241

  

2 Songgom 73.674 5.304.508 1.591.352 530.451 1.485.262 8.911.573 73.969 5.325.764 1.597.729 532.576 1.491.214 8.947.283

  Hal

  

2 Wanasari 145.857 10.501.704 3.150.511 1.050.170 2.940.477 17.642.863 155.738 11.213.136 3.363.941 1.121.314 3.139.678 18.838.068

  III - 17

Tabel III-3

Rencana Kebutuhan Air Bersih Di Kabupaten Brebes Tahun 2020 dan 2030

  No kecamatan jml pnddk 2020 Kebutuhan Air Bersih 2020 jml pnddk tahun 2030

  Kebutuhan Air Bersih 2030 Domestik Industri & Komersial Hidran

  Umum Kehilangan Jumlah Domestik Industri & Komersial Hidran

  Umum Kehilangan Jumlah

  

1 Brebes 162.117 11.672.424 3.501.727 1.167.242 3.268.279 19.609.672 168.216 12.111.552 3.633.466 1.211.155 3.391.235 20.347.407

  

3 Bulakamba 164.218 11.823.696 3.547.109 1.182.370 3.310.635 19.863.809 170.186 12.253.392 3.676.018 1.225.339 3.430.950 20.585.699

  

1 Jatibarang 85.274 6.139.741 1.841.922 613.974 1.719.127 10.314.764 90.172 6.492.361 1.947.708 649.236 1.817.861 10.907.167

  

4 Tanjung 96.503 6.948.216 2.084.465 694.822 1.945.500 11.673.003 100.681 7.249.032 2.174.710 724.903 2.029.729 12.178.374

  

5 Losari 129.330 9.311.760 2.793.528 931.176 2.607.293 15.643.757 134.952 9.716.544 2.914.963 971.654 2.720.632 16.323.794

Jumlah 50.257.800 15.077.340 5.025.780 14.072.184 84.433.104 52.543.656 15.763.097 5.254.366 14.712.224 88.273.342

  No kecamatan jml pnddk 2020 Kebutuhan Air Bersih 2020 jml pnddk tahun 2030

  Kebutuhan Air Bersih 2030 Domestik Industri & Komersial Hidran

  Umum Kehilangan Jumlah Domestik Industri & Komersial Hidran

  Umum Kehilangan Jumlah

C. Rencana Kebutuhan Air Bersih SWP III

  B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR

K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

  Hal

  III - 18 B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR

K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

  Hal

  III - 19

  c . R e n c a n a S i s t e m P r a s a r a n a P e n g e l o l a a n L i n g k u n g a n c . R e n c a n a S i s t e m P r a s a r a n a P e n g e l o l a a n L i n g k u n g a n

  1 1 ) ) S S i i s s t t e e m m P P e e r r s s a a m m p p a a h h a a n n

  Prediksi volume sampah didasarkan kepada pelayanan penduduk yang dikaitkan dengan volume timbulan sampah domestik ataupun non domestik. Perhitungan tumbulan sampah domestik disasarkan pada asumsi-asumsi berikut:

  a. Volume timbulan sampah pada tahun 2011 : 3 liter/orang/hari b.

  Volume timbulan sampah pada tahun 2016 : 4 liter/orang/hari

  c. Persentase pelayanan sampah domestik : 80% jumlah penduduk

  d. Volume timbulan sampah non domestic : 25% volume timbulan sampah

  domestik Perkiraan volume timbulan sampah pada tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel berikut.

  Tabel III-4 Proyeksi Timbulan Sampah Sampai Dengan Tahun 2030 Sampah Total Sampah Pelayanan non Volume No Tahun Domestik % Domestik Sampah 3 (m /hari) 3 3 (m /hari) (m /hari) 1 2008 80 3.606,81 901,70 4.508,51 2 2012

  80 4.227,39 1.056,85 5.284,24 3 2020 80 5.007,52 1.251,88 6.259,40 4 2022 80 5.999,67 1.499,92 7.499,59 5 2028 80 7.276,08 1.819,02 9.095,10 6 2030 80 7.435,43 1875,52 9310,95

  Sumber: Hasil Rencana

  Permasalahan penanganan sampah, seperti telah disinggung sebelumnya disebabkan karena ketidakseimbangan antara jumlah sampah yang ditimbulkan dengan pelayanan penanganan yang dapat diberikan. Pelayanan pemerintah daerah belum dapat menangani sampah seluruhnya. Keterbatasan sarana menyebabkan hanya sebagian sampah yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Oleh karena itu pelaksanaan pengelolaan sampah harus melibatkan masyarakat karena sebagai penghasil utama sampah, masyarakat juga harus merasakan dampak negatif jika sampah tidak tertangani. Pengelolaan sampah seharusnya dilaksanakan secara bertingkat, dimulai dari tahap pengurangan timbulan sampah (pelaksanaan konsep reduce, reuse, recovery and recycle), hingga pengolahan dan penimbunan di TPA. Keberhasilan tahapan awal akan mempengaruhi tahapan selanjutnya. Hasil akhir yang diharapkan adalah berkurangnya jumlah sampah secara signifikan. Berkaitan dengan itu, perlu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pengelolan sampah. Dimulai dari upaya untuk mengurangi timbulan, memanfatkan kembali barang, memilih produk isi ulang, membuang sampah pada tempatnya hingga pemisahan antara sampah kering (anorganik) dengan sampah basah (organik). Termasuk di dalamnya upaya untuk menekan pemanfaatan plastik sebagai sarana pembungkus atau kemasan barang. Pemerintah daerah Kabupaten Brebes harus bekerjasama dengan masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah sedini mungkin dari sumbernya, terutama di daerah- daerah yang tidak termasuk dalam wilayah pelayanan pengelolaan sampah oleh pemerintah. Pada saat ini pengolaan sampah masih terkonsentrasi di kawasan perkotaan, sehingga proses pengelolaan sampah di pedesaaan harus didorong untuk dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat dan diusahakan dapat memberi manfaat. Dengan karakteristik sampah yang didominasi oleh sampah organik, maka pengomposan merupakan sarana alternatif yang dapat dikembangkan. Pengomposan dapat dilaksanakan di TPS-TPS, terutama di daerah-daerah yang dapat memanfaatkan hasil pengomposan tersebut, misalanya untuk pertanian. Komitmen pemerintah dareah untuk melaksanakan pengelolaan sampah seoptimal mungkin diwujudkan melalui pembangunan TPA Regional Rawabaju di Kecamatan Songgom, TPA Kaliwlingi di Kecamatan Brebes, TPA Kubangwungu di Kecamatan Ketanggungan, dan TPA Kalijurang di Kecamatan Tonjong yang direncanakan dengan menggunakan system controlled landfill. Dan sebagai upaya untuk meminimalkan dampak TPA tersebut, dilaksanakan upaya pemantauan kualitas lindi dan kualitas udara ambient secara berkala sesuai dengan ketentuan pada dokumen pengelolaan lingkungan.

  2 ) S i s t e m P e n a n g a n a n L i m b a h 2 ) S i s t e m P e n a n g a n a n L i m b a h

  Rencana sistem prasarana air limbah di Kabupaten Brebes dilakukan dengan:

  1. Pembangunan instalasi pengolahan limbah yang mampu mengolah limbah rata-rata 600 l/det. Instalasi yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang memadai untuk mengelola limbah bahan beracun dan berbahaya, rencana pengelolaan limbah ini ditujukan pada Kawasan Perkotaan Brebes, Bumiayu, dan Ketanggungan serta kawasan perkotaan lainnya;

  2. Pembangunan instalasi pengolahan limbah pada kawasan industri, lokasi peruntukan industri yang telah berkembang dan lokasi kegiatan industri besar, industri menengah, industri kecil, industri rumah tangga;

  3. Pengembangan dan peningkatan IPLT;

  4. Pengembangan sistem pengolahan dan pengangkutan limbah tinja dari WC umum terminal, pasar, lokasi Sanimas dan rumah tangga perkotaan;

  5. Pengembangan sistem pengolahan limbah kotoran hewan dan limbah rumah tangga perdesaan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.

3 Rencana pengembangan sistem jaringan drainase di suatu kawasan perencanaan

  3 ) ) R R e e n n c c a a n n a a D D r r a a i i n n a a s s e e

  bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bebas banjir dan genangan air, baik yang diakibatkan oleh meluapnya air permukaan (run off), maupun yang diakibatkan kondisi permukaan geografisnya yang relatif datar. Dalam perencanaan pengembangan sistem jaringan drainase pada suatu kawasan perencanaan, tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat kondisi dan potensi internal kawasan tersebut secara tersendiri (mikro saja), tetapi harus dilihat juga kondisi dan potensi dalam konteks yang lebih luas (makro). Demikian halnya dalam perencanaan sistem jaringan drainase pada wilayah perencanaan di Kabupaten Brebes tidak dapat hanya meninjau kondisi di kawasan tersebut, namun harus memperhitungkan pola drainase secara regional. Namun dalam penyusunan RTRW Brebes ini wilayah yang di kaji hanya meliputi Kabupaten Brebes saja. Untuk perencanaan lebih jauh dan detail mengenai rencana pengembangan sistem drainase harus dilakukan studi lanjutan yang bersifat lebih teknis. Secara garis besar pola aliran drainase eksisting di Kabupaten Brebes mengalir dari selatan menuju ke arah utara. Sedangkan untuk selanjutnya buangan air tersebut mengalir ke kali atau sungai yang merupakan badan air penerima dengan fungsinya sebagai saluran drainase primer. Perencanaan pengembangan sistem drainase ini didasarkan pada pertimbangan : a.

  Memanfaatkan sistem drainase yang telah ada (eksisting) secara maksimal, baik sungai, anak sungai maupun saluran lainnya;

  b. Saluran yang direncanakan diusahakan mengikuti kemiringan tanah yang ada sehingga

  air hujan dapat dialirkan secara gravitasi;

  c. Saluran primer diusahakan mengikuti pengeringan alami, sedangkan untuk saluran

  sekunder akan mengikuti saluran alam dan saluran buatan; dan saluran tersier akan mengikuti pola jaringan jalan;

  

d. Mengalirkan air hujan secepatnya melalui jaringan drainase ke badan air penerima

  terdekat sehingga waktu pengaliran lebih pendek dan mengurangi kemungkinan terjadinya genangan dalam waktu yang panjang;

  

e. Menghindari pembongkaran saluran yang telah ada dan pembebasan lahan yang

  berlebihan;

  

f. Mudah dalam pelaksanaan, investasi kecil dan operasi – pemeliharaan yang

sederhana.

  Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan sistem drainase di kawasan Kabupaten Brebes adalah :

  1. Perlu adanya koordinasi dengan wilayah sekitar kawasan rencana untuk pembuatan sistem drainase yang terpadu untuk menghindari timbulnya genangan air atau banjir di daerah hilir;

  2. Menetapkan garis sempadan yang jelas untuk setiap sungai dan waduk/dam;

  3. Penertiban dan pengendalian sungai agar tidak dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi pendangkalan dan penyempitan sungai;

  4. Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan, di samping tetap mempertahankan sungai-sungai yang ada sebagai saluran primer dan sekunder;

  5. Penghijauan untuk mengurangi run off air dan dan erosi tanah. Arahan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan untuk pengembangan dan pengelolaan saluran drainase di Wilayah Kabupaten Brebes meliputi :

  1) Menata Daerah Aliran Sungai Kabuyutan, Pemali, dan Gangsa; 2) Mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang dan kecil dan mengembangkan lokasi penampungan air sebagai kolam penampung atau pengendali banjir lokal yang dilengkapi dengan sistem pompanisasi di kawasan perkotaan yang rawan banjir;

  3) Penanganan sistem mikro melalui pembangunan tanggul penahan banjir dan saluran baru, perbaikan inlet saluran air hujan dari jalan ke saluran, perbaikan dan normalisasi saluran dari endapan lumpur dan sampah, memperlebar dimensi saluran;

  4) Penanganan sistem makro melalui perbaikan dan normalisasi badan air dari endapan lumpur dan sampah, pembangunan kolam penampungan sementara (tandon air), pemanfaatan daerah genangan sebagai retention pond;

  5) Melakukan pemeliharaan dan pembangunan saluran-saluran primer, sekunder dan tersier;

  6) Kawasan yang elevasinya kurang dari 1 (satu) meter di atas permukaan laut dilengkapi dengan pembangunan kolam tandon, pintu-pintu air dan sistem pompanisasi; 7) Pembangunan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun yang belum terlayani. Sedangkan dalam prioritas penanganan masalah banjir, maka perlu dikembangakan sistem penanganan banjir di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung, Ketanggungan dan Losari.

  B A B I I I R E N C A N A P E M B A N G U N A N K A B U P A T E N B R E B E S LAPORAN AKHIR

K egiatan Penyusunan Review RPI JM Bidang PU / Cipta K arya K abupaten Brebes

  Hal

  III - 25

3.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten

A. Rencana Kawasan Lindung

  a. Kawasan Hutan Lindung

  Rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Brebes ditetapkan seluas kurang lebih 6.261 Ha. Kawasan hutan lindung ini terdapat di Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Ketanggungan, dan Kecamatan Banjarharjo.

  b. Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan Di Bawahnya

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya diperuntukkan untuk menjamin terselenggaranya fungsi lindung hidrologis bagi kegiatan pemanfaatan lahan. Kawasan ini meliputi kawasan resapan air. Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi kawasan dibawahnya. Kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan. Rencana kawasan resapan air di Kabupaten Brebes ditetapkan disebagian wilayah Kecamatan Banjarharjo, Bantarkawung, Bumiayu, Ketanggungan, Larangan, Paguyangan, Salem, Sirampog, dan Tonjong, dengan luas kurang lebih 21.564,1 Ha. Lebih rincinya rencana alokasi ruang untuk kawasan resapan air meliputi: a. Kecamatan Banjarharjo kurang lebih 1.170 Ha;

  b. Kecamatan Bantarkawung kurang lebih 2.813 Ha;

  c. Kecamatan Bumiayu kurang lebih 0,1 Ha;

  d. Kecamatan Ketanggungan kurang lebih 1.043 Ha;

  e. Kecamatan Larangan kurang lebih 372 Ha;

  f. Kecamatan Paguyangan kurang lebih 2.041 Ha;

  g. Kecamatan Salem kurang lebih 10.550 Ha;

  h. Kecamatan Sirampog kurang lebih 3.375 Ha; i. Kecamatan Tonjong kurang lebih 200 Ha

c. Kawasan Perlindungan Setempat

  Kawasan perlindungan setempat diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan yang dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas dan penyediaan tata air dan kelancaran serta ketertiban pengaturan dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air.

1. Sempadan Pantai

  Kawasan tertentu sepanjang pantai, yang bermanfaat penting untuk menjaga kelestarian fungsi pantai dari berbagai kegiatan yang dapat mengancam kelestariannya.