Perbedaan tingkat coping stress berdasarkan persepsi pola asuh orangtua pada remaja awal - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERBEDAAN TINGKAT COPING STRESS BERDASARKAN PERSEPSI
POLA ASUH ORANGTUA PADA REMAJA AWAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Maria Angga Anjelika Wahyuningsih
NIM. 099114085

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERBEDAAN TINGKAT COPING STRESS BERDASARKAN PERSEPSI
POLA ASUH ORANGTUA PADA REMAJA AWAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Maria Angga Anjelika Wahyuningsih
NIM. 099114085


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“SETIAP USAHA YANG DIBARENGI DENGAN DOA DAN NIAT,
SEKECIL APAPUN USAHA ITU, PASTI AKAN MEMBUAHKAN HASIL
YANG MENYENANGKAN”
(Ina)


“Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-

anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala
sesautu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”
(Pengkhotbah 3:10-11)

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


Karya ini saya persembahkan untuk:

TUHAN YESUS dan BUNDA MARIA Tersayang, yang
telah kukenal sejak aku kecil..Terima kasih buat anugerah
yang indah yang Engkau berikan bagiku..terutama karena
Engkau telah memberikanku......
Bapak dan Mama yang Luar Biasa seperti Bapak Donny dan
Mama Ririn, yang telah memberikanku doa, kasih sayang,
support, kesabaran, keceriaan, penguatan, teguran untuk lebih
baik, dll. Terima kasih untuk semuanya.
Adikku satu satunya, Tegar, yang sudah memarahi dan
memberikan dukungan saat saya lemah..jadi tempat untuk
curhat.
Katarina Yulisa Asa’ Novera Sari, S.Psi, terima kasih buat
selalu jadi apapun dan selalu ada disamping saya.
Teman seperjuangan saya, 4Stooges:
Ruth Meihanna Ardian, S.Psi
Amelia Noviani, S.Psi
Stephanie, S.Psi 
Kalian DAEBAK!! Kamsahamnida sudah hadir di hidup

saya.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,
Penulis


Maria Angga Anjelika W.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERBEDAAN TINGKAT COPING STRESS BERDASARKAN PERSEPSI
POLA ASUH ORANGTUA PADA REMAJA AWAL
Maria Angga Anjelika Wahyuningsih
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat coping stress pada remaja
awal berdasarkan persepsi pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua pada penelitian ini terdiri dari
empat jenis pola asuh yaitu pola asuh otoritatif, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola
asuh uninvolved. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 207 orang yang merupakan siswa SMP
kelas 7 dan kelas 8 dengan usia 12-15 tahun. Metode pengumpulan data dengan menggunakan

skala yaitu skala tingkat coping stress dan skala persepsi pola asuh orangtua. Koefisien reliabilitas
dari skala tingkat coping stress sebesar 0.832, sedangkan untuk skala persepsi pola asuh orangtua
dari yang tertinggi hingga terendah adalah 0.771 untuk pola asuh otoritatif, 0.676 untuk pola asuh
uninvolved, 0.670 untuk pola asuh permisif, dan 0,656 untuk pola asuh otoriter. Hasil analisis dari
penelitian ini dengan menggunakan one way anava memperoleh nilai probabilitas atau sig. sebesar
0.051 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat coping stress
berdasarkan persepsi pola asuh orangtua pada remaja awal.
Kata kunci: coping stress, remaja awal, persepsi pola asuh

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE DIFFERENCES COPING STRESS LEVELS BASED ON
PARENTING STYLES PERCEPTION IN EARLY ADOLESCENCE

Maria Angga Anjelika Wahyuningsih
ABSTRACT
This research was aimed to identify the differences in coping stress levels based on parenting
styles perception of early adolescence. Parenting styles in this research consisted of four styles:
authoritative parenting style, authoritarian parenting style, permissive parenting style, uninvolved
pareting style. Subjects were 207 junior high school students from 7th to 8th grade, whose ranged
from 12 to 15 years old. Instreuments are scale of coping stress level and the scale of parenting
style perception. Reliability coefficient from the scale of coping stress level was 0.832. However,
reliability coefficients of parenting styles perception scale were 0.771 for authoritative parenting
style, which had the highest rate, followed by uninvolved pareting style with 0.676, 0.670 for
permissive parenting style, and 0.656 for authoritarian parenting style. Analytical process of this
research data was done with one way anova which produce 0.051 (p >0.05) probability value or
Sig. This result pointed that there was no differences in early adolescence’s coping stress levels
based on their perception of parenting styles.
Keywords: coping stress, early adolescence, parenting styles perception

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma
Nama

: Maria Angga Anjelika Wahyuningsih

Nomomr Mahasiswa

: 099114085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN TINGKAT COPING STRESS BERDASARKAN PERSEPSI

POLA ASUH ORANGTUA PADA REMAJA AWAL
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 Agustus 2014
Yang menyatakan,

(Maria Angga Anjelika W.)

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yesus atas semua yang telah diberikan kepada
saya. Terima kasih atas kesabaran, kekuatan, bimbingan, dan penyertaanMu
hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Kasih yang luar biasa dari Tuhan melalui kedua orangtua saya, Bapak
Donny dan Mama Ririn karena curahan kekuatan dan kasih sayangnya
kepada saya dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir.
Penyelesaian dan pengerjaan tugas akhir ini juga melewati banyak
tantangan dan kendala, namun dibalik itu semua selalu ada orang-orang
yang terbaik yang memberikan saya dukungan dan semangat yang membuat
saya kembali bangkit. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang telah mendukung dan membantu
saya selama pengerjaan tugas akhir ini.
1.

Alm. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani yang telah menjadi dosen
seminar yang membuat saya memiliki ide dengan tugas akhir ini.
Terima kasih buat kekuatan ibu dan semangat ibu yang tetap
membimbing kami sekelas hingga menyelesaikan mata kuliah seminar
yang membantu dalam tugas akhir ini. Doa ibu dari sana membimbing
kami semua.

2.

Ibu Sylvi selalu dosen pembimbing yang selalu memberikan banyak
motivasi dan pandangan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Terima kasih buat kesabaran dan senyuman yang selalu ibu berikan

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

selama bimbingan serta semangat bimbingan walaupun harus berebutan
dengan angkatan 2010 
3.

Bapak Priyo Widiyanto selaku dekan Fakultas Psikologi yang selama
ini banyak membantu mahasiswa selama menempuh studi di Fakultas
Psikologi Sanata Dharma.

4.

Bu Titik Kristiyani dan Bu Tjipto Susana selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang memberikan banyak pengetahuan, motivasi, saran, dan
bantuannya dalam memahami setiap hal dalam perjalanan studi ini.

5.

Suster Wina, terima kasih buat bantuannya dan ajarannya dalam
menganalisis data. Terima kasih sudah mau direpotin, dan terima kasih
atas kesabarannya dalam mengajari saya.

6. Staff sekretariat, Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan
Pak Gie yang selalu memberikan senyuman hangat dan ramah setiap
kali saya membutuhkan bantuan dalam perkuliahan.
7.

Kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Yogyakarta atas ijin yang telah
diberikan untuk melakukan penelitian tugas akhir ini.

8.

Guru Bimbingan Konseling SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, Ibu V.
Indriastuti selaku koordinator BK, Ibu Natalia selaku guru BK kelas 8,
dan Ibu Kismiati selaku guru BK kelas 7 yang telah membantu dan
memberikan keramahannya dan jam mengajarnya selama pengambilan
data. Terima kasih banyak ibu atas bantuan yang luar biasa ini.

9.

Terima kasih yang banyak buat adik-adik SMP Pangudi Luhur kelas 7
dan 8 yang udah mau mengisi skala saya.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10. Adikku Antonius Lanang Tegar Wicaksana Praptantya, terima kasih
adekku yg item buat semua dukungan. Semoga waktu kamu kuliah
nanti semua dilancarkan. Amin.
11. Eyang Putri tersayang, Ign. Hardjani yang selalu memberikan doa dan
wejangan selama saya menyelesaikan studi dan merawat saya sebagai
ganti ibu selama ini. Terima kasih eyang, karena sudah menunggu saya
menyelesaikan studi ini.
12. Katarina Yulisa aka Kak icha, makasi sudah jadi kakak, sahabat,
musuh, guru, adek, semuanya buat saya..terima kasih buat kesabaran,
buat kenyamanan, buat menjadi orang yang mengerti saya..tempat
curhat, tempat berantem, tempat belajar...terima kasih buaaanyaaakkk!!
:* :*
13. Ruth Meihanna, Amelia Noviani, dan Stephanie..sahabat yang
menjelma menjadi saudara terhebat (lebay..lebay)..hehehe.. terima kasih
buat semuanya..kegilaan, keunikan, keceriaan, kesedihan, kekesalan,
kenyamanan, semuanyaa...terima kasih selalu ada, terima kasih karena
kalian selalu membantu, terima kasih karena kalian mau memarahi
saya, terima kasih karena kalian manusia yang tidak pernah JAIM dan
selalu berbicara apa adanya..dari kalian, aku belajar banyak hal.. #HUG
 :* :* :* :*
14. Buat Ibu Dyah dan Bapak Wanar sama Daniel (ortunya Ruthi :p),
terima kasih sudah mau direpotin karena sering menginap dan minta

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

makan selama saya studi..hehehehe...terima kasih banyak ibu dan bapak
yang membuat saya merasa punya rumah kedua disini 
15. Dwi Agnes Setiani “tolak angin”, terima kasih bangettt buat bantuan
analisisnya..lancar kuliahmu dekkk!! Hehehehe...(“kakak gilak!”)
16. Buat bu dokter Wico, bu akuntan Savitri, bu teknik sipil Stela, bu
pembuat formula susu Tyas, terima kasih buat bantuan dan
dukungan..buat keributan, buat support extremenya..hehhehe..
17. Ristina Mauliana dan Agatha Vitti, temen yang jauh tapi selalu peduli
dengan saya...terima kasih..kalian anak bungsu yang membuat saya
merasa seperti adik kalian...hehehe..makasi buat semuanya.
18. Buat Hugo tersayang, makasi ya Go..udah mau nemenin mbak angga
ngerjain skripsi ampe pagi...makasi juga udah mipisin jurnal jurnal
mbak angga...mbak angga kangen sama Hugooo (guk guk gukk: hugo
juga kangen mbak angga)
19. Terima kasih buat temen-temen PSYbasketballUSD karena saya boleh
pernah jadi bagian dari team ini.
20. Dan semua pihak yang telah mendukung dan tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga kalian semua selalu diberikan dan dilimpahkan rahmat dari
Tuhan.
Penulis

(Maria Angga Anjelika W.)
xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................

iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................

v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................

vi

ABSTRAK .......................................................................................................

vii

ABSTRACT .......................................................................................................

viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................

ix

KATA PENGANTAR .....................................................................................

x

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
BAB I

BAB II

xix

PENDAHULUAN ...........................................................................

1

A.

Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B.

Rumusan Masalah ..................................................................

5

C.

Tujuan Penelitian ...................................................................

6

D.

Manfaat Penelitian .................................................................

6

1.

Manfaat Teoritik .............................................................

6

2.

Manfaat Praktis ...............................................................

6

LANDASAN TEORI ......................................................................

8

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A.

B.

C.

D.

E.

F.

Stres .......................................................................................

8

1.

Pengertian Stres ............................................................

8

2.

Penyebab Stres (Stressor) .............................................

9

3.

Stress Appraisals ..........................................................

10

4.

Reaksi Terhadap Stres ..................................................

12

Coping Stress .........................................................................

15

1.

Pengertian Coping Stress ..............................................

15

2.

Fungsi Coping...............................................................

16

3.

Metode Coping Stress ...................................................

17

4.

Aspek-aspek Coping Stress ..........................................

18

5.

Sumber Daya untuk Coping Stress yang Efektif .........

23

Remaja Awal ..........................................................................

26

1.

Batasan Remaja Awal ...................................................

26

2.

Aspek Perkembangan Kognitif ....................................

27

3.

Aspek Perkembangan Sosial ........................................

28

Persepsi Pola Asuh Orangtua .................................................

29

1.

Pola Asuh .....................................................................

29

2.

Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh .............................

30

3.

Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua ...................................

31

4.

Dampak Pola Asuh Orangtua ......................................

34

Perbedaan Tingkat Coping Stress Pada Remaja Awal
Berdasarkan Persepsi Pola Asuh Orangtua ............................

36

Hipotesis Penelitian................................................................

40

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................

42

A.

Jenis Penelitian .......................................................................

42

B.

Variabel Penelitian .................................................................

42

C.

Definisi Operasional
1.

Persepsi Pola Asuh Orangtua........................................

42

2.

Coping stress ................................................................

43

D.

Subjek Penelitian....................................................................

44

E.

Metode Pengumpulan Data ....................................................

44

F.

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ......................................

48

1.

Uji Validitas ..................................................................

48

2.

Uji Reliabilitas .............................................................

48

3.

Uji Daya Diskriminasi Aitem ......................................

50

Teknik Analisis Data ..............................................................

52

1.

Uji Asumsi ....................................................................

52

2.

Uji Hipotesis .................................................................

52

Pelaksanaan Uji coba Alat Ukur ............................................

53

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN .............................

54

G.

H.

A.

Pelaksanaan Penelitian ...........................................................

54

B.

Hasil Penelitian ......................................................................

54

1.

Data Demografi Subjek ................................................

54

2.

Deskripsi Data Penelitian .............................................

56

3.

Uji Asumsi dan Uji Hipotesis Data Penelitian ............

58

Pembahasan ............................................................................

60

C.

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................

64

A.

Kesimpulan ............................................................................

64

B.

Saran .......................................................................................

64

1.

Bagi Orangtua ...............................................................

64

2.

Bagi Subjek Penelitian..................................................

65

3.

Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................

65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

66

LAMPIRAN .....................................................................................................

69

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Karakteristik Pola Asuh Orangtua ............................................

34

Tabel 2

Blueprint Skala Tingkat Coping Stress ....................................

45

Tabel 3

Skor Jawaban untuk Skala Tingkat Coping Stress ...................

45

Tabel 4

Skor Jawaban untuk Skala Tingkat Persepsi Pola Asuh ..........

47

Tabel 5

Blueprint Skala Persepsi Pola Asuh .........................................

47

Tabel 6

Blueprint Skala Tingkat Coping Stress Setelah Ujicoba ..........

51

Tabel 7

Blueprint Skala Persepsi Pola Asuh Setelah Ujicoba ...............

51

Tabel 8

Deskripsi Usia Subjek Penelitian .............................................

55

Tabel 9

Deskripsi Usia Orangtua Subjek Penelitian..............................

55

Tabel 10

Deskripsi Pendidikan Terakhir Orangtua Subjek......................

55

Tabel 11

Deskripsi Pekerjaan Orangtua Subjek.......................................

55

Tabel 12

Deskripsi Pola Asuh Subjek Penelitian ....................................

56

Tabel 13

Deskripsi Tingkat Coping Stress Subjek Penelitian ................

56

Tabel 14

Data Coping Stress Berdasarkan Persepsi Pola Asuh...............

57

Tabel 15

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.............................

58

Tabel 16

Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test......................................

59

Tabel 17

Hasil Uji Hipotesis One Way Anava........................................

60

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian...........................................................................

69

Lampiran 2 Reliabilitas Aitem .......................................................................

81

Lampiran 3 Hasil Penelitian ...........................................................................

97

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja menghadapi berbagai tuntutan dan harapan dari lingkungan
sekitarnya. Perceraian orangtua, pergaulan yang salah, tuntutan untuk
berprestasi melebihi kemampuan dasar yang dimiliki, dan komunitas
lingkungan yang kurang baik juga menjadi masalah-masalah yang dialami
oleh remaja sekarang ini (Haryanto, 2011). Hal ini membuat remaja memilih
untuk

melakukan

tindakan-tindakan

seperti

mengkonsumsi

narkoba,

merokok, vandalisme, tawuran pelajar, dan seks bebas sebagai akibat dari
ketidakmampuan remaja mengatasi masalah-masalah yang dialami.
Masalah-masalah tersebut dapat membuat remaja mengalami stres.
Walker (dalam Kemala dan Hasnida, 2005) mengatakan bahwa stres yang
dialami remaja bersumber dari dua hal yaitu dari lingkungan keluarga dan
sekolah. Vanessa Van Petten, mewawancarai pelamar magang usia remaja,
dan mendapatkan lima jawaban terkait hal yang membuat mereka khawatir
dan mengalami bagian tersulit dalam hidup menurut mereka yaitu interaksi
sosial, sekolah, masa depan, keuangan, dan percintaan (InfoGue, 2010). Salah
satu contoh kasus, BNN (Badan Narkotika Nasional) menangkap tiga pelajar
SMP yang sedang mengkonsumsi narkotika jenis ganja. Ketiga pelajar
tersebut ditangkap senin malam (24/2) setelah adanya laporan dari warga
(Mairiadi, 2014).

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Kasus di atas merupakan contoh remaja yang kurang memiliki coping
stress yang baik. Menurut Feldman (2012), coping stress adalah usaha untuk
mengontrol, mengurangi, atau belajar untuk menoleransi ancaman yang
menyebabkan stres. Banyak hal yang dapat mengembangkan kemampuan
coping pada remaja. Lingkungan sekolah memberikan banyak kegiatan yang
mampu menampung bakat dari remaja seperti kegiatan ekstrakurikuler yang
berbagai macam mulai dari bidang olahraga, kesenian, sains, dll. Kegiatankegiatan ini dapat membantu remaja menyalurkan kreativitas dan hobi
sehingga dapat membuat mereka mampu menghadapi masalah. Kegiatan lain
yang dapat membangun kemampuan coping remaja adalah kegiatan
keagamaan pada masing-masing tempat ibadah, seperti kegiatan di mesjid
TPA (Tempat Pengajian Anak), kegiatan di gereja Mudika, dsb . Selain itu,
remaja juga memiliki teman sebaya yang dapat menjadi tempat untuk
membicarakan masalah mereka. Menurut Sullivan (dalam Asmani, 2012),
teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan
perkembangan. Terkait dengan kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua
orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar termasuk kebutuhan akan
kasih sayang, teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial,
dan keakraban. Berbagai contoh kegiatan konstruktif di atas dapat
membangun kemampuan coping remaja lebih baik.
Kemampuan dalam mengembangkan coping stress ini didukung oleh
beberapa sistem dukungan, salah satunya adalah keterikatan yang dekat dan
positif dengan orang lain. Keluarga dan teman, secara konsisten dianggap

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

sebagai pertahanan yang baik terhadap stres dalam kehidupan remaja (East,
1989; Gottlieb, 1991; O’Brien, 1990; Eiffge-Krenke, 1995; Youniss &
Smollar, 1985 dalam Santrock, 2002). Dalam sebuah penelitian diketahui
bahwa remaja dapat menangani stres dengan lebih baik bila mereka memiliki
hubungan yang lekat dan penuh kasih sayang dengan ibu mereka (Wagner,
Cohen, & Brook, 1991 dalam Santrock, 2002). Penelitian lain mengenai stres
dan coping stress pada remaja pekerja seks komersil mengemukakan macammacam coping yang di lakukan oleh remaja pekerja seks komersil adalah
dengan cara membicarakan masalahnya dengan orang yang terpercaya
(Oktavianti, 2010).
Remaja dapat membicarakan masalah mereka dan mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah, tetapi karena pergolakan emosional
dan ketidakyakinan remaja dalam membuat keputusan penting, membuat
remaja perlu mendapat dukungan khusus dari orang dewasa terutama
orangtua melalui pengasuhan (Kemala dan Hasnida, 2005). Pola pengasuhan
yang diterapkan orangtua menyumbang dalam pembentukan keyakinan
positif, keterampilan sosial pada anak, dan dukungan sosial yang merupakan
sumber daya untuk coping stress yang efektif (Huffman, Vernoy & Vernoy,
2000).
Wolf

(dalam

Sawalha,

2012)

menyatakan

bahwa

keluarga

memainkan peranan yang penting dalam integritas atau penyimpangan dari
apa yang benar melalui model tingkah laku yang diberikan kepada anak.
Selain itu keluarga juga merupakan susunan sosial-budaya-ekonomi yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

berusaha memengaruhi secara signifikan perilaku anak dan perkembangan
karakter mereka (Baumrind, 1991). Berdasarkan uraian di atas, dapat
diasumsikan bahwa keluarga memberikan pondasi primer bagi perkembangan
anak dalam bentuk unit sosial terkecil. Penting bagi remaja untuk memiliki
coping stress yang tinggi sehingga dapat terhindar dari godaan-godaan yang
muncul. Apabila remaja memiliki coping stress yang rendah, maka remaja
tersebut akan kesulitan dalam menghadapi godaan-godaan tersebut.
Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa pola pengasuhan yang
digunakan orangtua dalam mengasuh anak berperan dalam pembentukkan
coping stress pada remaja.
Pola pengasuhan orang tua ada bermacam-macam. Baumrind (dalam
Berk, 2008) mengidentifikasikan beberapa pola pengasuhan antara lain
otoriter, otoritatif, permisif, dan uninvolved. Orangtua yang otoriter memiliki
penerimaan dan keterlibatan yang rendah, kontrol yang tinggi, dan
pemenuhan otonomi yang rendah. Orangtua yang otoritatif memiliki
penerimaan dan keterlibatan yang tinggi, kontrol yang tinggi dan pemenuhan
otonomi yang tinggi pula. Orangtua yang permisif memiliki penerimaan dan
keterlibatan yang tinggi, kontrol yang rendah dan pemenuhan otonomi yang
tinggi. Sedangkan orangtua yang uninvolved memiliki penerimaan dan
keterlibatan yang rendah,

kontrol rendah dan pemenuhan otonomi yang

rendah pula.
Berdasarkan penelitian Maddahi, Javidi, Samadzadeh, dan Amini
(2012) tentang hubungan antara gaya pengasuhan orangtua dan dimensi-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

dimensi kepribadian pada sampel mahasiswa, menunjukkan hasil bahwa
orangtua yang mendukung pola asuh otoritatif berkontribusi dalam
mengembangkan karakter positif seperti; agreeableness, extraversion, dan
openness. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Alizadeh, Talib,
Abdullah, dan Mansor (2011) mengatakan bahwa pola asuh otoritatif
berkelanjutan dalam memengaruhi perkembangan anak secara positif
melewati masa anak-anak dan juga masa remaja.
Remaja mempersepsi pola asuh otoritatif sebagai pola asuh yang
mendorong untuk mandiri namun tetap memberikan batasan dan kendali atas
tindakan mereka. Orangtua yang menerapkan pola asuh ini memberikan
kesempatan bagi remaja untuk berdiskusi secara bebas. Remaja yang di asuh
dengan pola asuh ini merasa orangtua mereka bersikap hangat dan menerima
mereka apa adanya (Santrock, 2011). Berdasarkan hal ini, dapat diasumsikan
pola asuh otoritatif dapat memberikan pengaruh positif pada perkembangan
anak termasuk perkembangan coping stress pada masa remaja dibandingkan
dengan anak yang diasuh dengan pola asuh lain. Peneliti berasumsi bahwa
remaja yang diasuh dengan menggunakan pola asuh otoritatif memiliki
tingkat coping stress yang tinggi daripada remaja yang diasuh dengan
menggunakan pola asuh yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat coping
stress pada remaja awal berdasarkan persepsi pola asuh orangtua. Peneliti
memilih subjek remaja awal karena pada masa remaja awal, remaja akan
menghadapi masalah-masalah baru yang lebih kompleks. Oleh karena itu,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

diperlukan adanya coping stress yang baik untuk remaja dapat menghadapi
masalah-masalah baru tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan
tingkat coping stress pada remaja awal berdasarkan persepsi pola asuh
orangtua?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya perbedaan tingkat coping stress pada remaja awal
berdasarkan persepsi pola asuh orangtua.

D. MANFAAT
1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan dan penerapan
ilmu Psikologi di bidang Psikologi Remaja dan Psikologi Perkembangan.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan tambahan
kepustakaan ilmiah bagi para peneliti lain yang berminat pada bidang
yang sama.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi remaja awal, penelitian ini dapat menambah
informasi dan pengetahuan tentang pentingnya coping stress yang baik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

agar mereka dapat mengembangkan kemampuan coping stress dengan
lebih baik sehingga terhindar dari masalah kenakalan remaja. Bagi
orangtua diharapkan melalui penelitian ini dapat mengetahui pentingnya
menerapkan pola asuh yang tepat bagi perkembangan coping stress anak
sehingga dapat membimbing dan mengarahkan saat anak memasuki usia
remaja awal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. STRES
1.

Pengertian Stres
Selye (dalam Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000) mendefinisikan
stres sebagai respon nonspesifik dari tubuh terhadap tugas yang dihadapi.
Menurut Sarafino (2006), stres adalah suatu keadaan dimana transaksi
antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya
sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang.
Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) kondisi stres
memiliki dua komponen yaitu fisik dan psikologis. Kedua komponen ini
dapat dilihat dengan tiga cara yaitu:
1.

Stres dilihat sebagai stimulus, yaitu kondisi atau kejadian tertentu
yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.

2.

Stres sebagai respon, yaitu berfokus pada reaksi individu terhadap
stresor. Respon yang muncul dapat secara fisik, seperti: jantung
berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut,
cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung. Respon fisik
dan psikologis terhadap stresor disebut sebagai strain

3.

Stres sebagai proses, meliputi stresor dan strain, tapi menambahkan
dimensi penting: hubungan antara individu dan lingkungan. Proses

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

ini melibatkan interaksi dan penyesuaian yang berkelanjutan yang
disebut transactions dengan individu dan lingkungan yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain. Menurut pandangan
ini, stres tidak hanya sebagai stimulus atau respon tetapi suatu
proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak
stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Rice (dalam Hasnida dan Kemala, 2005) mengatakan bahwa stres
adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan
individu merasa tegang. Atkinson (dalam Hasnida dan Kemala, 2005)
mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan
membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini
disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres
ini sebagai respon stres.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres
adalah suatu situasi yang membuat individu merasa tertekan. Stres
merupakan mekanisme kompleks yang menghasilkan respon tubuh
meliputi respon perilaku, fisiologis, dan psikologis. Mekanisme ini
bersifat individual dimana masing-masing individu berbeda dalam
mengalaminya.
2.

Penyebab Stres (Stressor)
Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam
Huffman et al, 2000). Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino,
2006) stresor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

dan

dapat

juga

berkaitan

dengan

lingkungan

sosial

(seperti

interaksisosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap
sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga
menjadi stresor.
Lazarus & Cohen (dalam Hasnida dan Kemala, 2005),
mengklasifikasikan tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres
yaitu:
a.

Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian
penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.

b.

Personal stressors
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit
orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.

c.

Background stressors
Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari,
seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, diambil kesimpulan bahwa

penyebab stres atau stresor dapat berasal dari berbagai sumber baik
internal maupun eksternal dari individu.
3.

Stress Appraisals
Penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat menyebabkan stres
disebut stress appraisals. Transactions yang mengarah pada kondisi stres
umumnya melibatkan proses asesmen yang disebut sebagai cognitive

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

appraisals (Lazarus, 1999; Lazarus & Folkman, 1984b). Cognitive
appraisals adalah suatu proses mental, dimana ada dua faktor yang
dinilai oleh seseorang: (1) apakah sebuah tuntutan mengancam
kesejahteraannya dan (2) sumber daya yang tersedia untuk memenuhi
tuntutan tersebut yang disebut sebagai primary dan secondary
appraisals:
1.

Primary appraisal yaitu penilaian pada waktu kita mendeteksi suatu
kejadian yang potensial untuk menyebabkan stres. Peristiwa yang
diterima sebagai keadaan stres selanjutnya akan dinilai menjadi 3
akibat yaitu harmless (tidak berbahaya), threat (ancaman), dan
challenge (tantangan).

2.

Secondary appraisal mengarah pada sumber daya yang tersedia pada
diri kita atau yang kita miliki untuk menanggulangi stres.
Berikut ini adalah karakteristik dari situasi yang stresful, yaitu:

a.

Life transitions, yaitu melewati satu kondisi atau fase dari kehidupan
ke fase berikutnya. Contoh: menjadi orangtua, masuk sekolah
pertama, atau pensiun dari pekerjaan.

b.

Difficult timing, yaitu kejadian yang terjadi lebih cepat atau lebih
lambat daripada yang biasa terjadi atau yang diharapkan. Contoh:
memiliki anak diusia 15 tahun atau masuk kuliah Strata-1 pada usia
40 tahun

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

c.

Ambiguity, yaitu ketidakjelasan akan situasi yang terjadi. Contoh:
seorang pekerja yang tidak memiliki kejelasan informasi tentang
tugas pekerjaan dan fungsinya.

d.

Low desirability, ada beberapa kejadian yang terjadi diluar dugaan
kita. Contoh: kebakaran rumah atau kehilangan seseorang yang kita
sayangi.

e.

Low controllability, yaitu keadaan yang terlihat diluar pengaruh
behavioral atau kognitif seseorang. Contoh: rendahnya kontrol
kognitif, seperti tidak mampu untuk berhenti berpikir tentang
pengalaman traumatik.

4.

Reaksi Terhadap Stres
a.

Aspek Biologis
Walter Canon (dalam Sarafino, 2006) memberikan deskripsi
mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang
mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-flight
response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk
menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut.
Canon mengusulkan bahwa fight-or-flight response memiliki efek
positif maupun negatif. Respon fight-or-flight adalah respon yang
adaptif karena menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat
terhadap situasi yang mengancam. Disisi lain, apabila arousal yang
tinggi terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan
individu.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang timbul
bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah
General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian
tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1.

Alarm reaction
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya
ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat
dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan
sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang mengalami
stres.

2.

Stage of Resistence
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan
pada

stres,

sebab

pada

tingkat

tertentu

stres

akan

membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stres
dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut,
tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena
tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.

Stage of Exhaustion
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan
perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase
ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian – bagian
tubuh yang lemah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

b.

Aspek psikologis
Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:
1.

Kognisi
Stres dapat mengganggu fungsi kognitif, seringkali
dengan mengalihkan perhatian kita. Kebisingan dapat menjadi
stressor yang kronis bagi orang yang tinggal di lingkungan yang
bising, seperti di dekat jalur kereta api (Lepore, dalam Sarafino,
2006). Bukti menunjukkan bahwa orang yang mencoba untuk
menghilangkan

kebisingan

kronis

secara

umum

dapat

mengalami penurunan kognitif karena mereka mengalami
kesulitan dalam mengenali suara yang ada dan yang harus
dihilangkan (Cohen, dalam Sarafino, 2006).
2.

Emosi
Emosi

cenderung

terkait

stres.

Individu

sering

menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres
dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan
marah (Sarafino, 2006).
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang
lain. Individu dapat berperilaku positif dan negatif (Sarafino,
2006). Perilaku positif seperti pada saat terjadi situasi stressful,
seperti gempa atau bencana lain, beberapa orang mungkin akan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

bekerja sama satu sama lain untuk bertahan hidup. Di sisi lain,
beberapa orang mungkin menjadi kurang dapat bersosialisasi,
kurang peduli, dan lebih memiliki sikap bermusuhan serta tidak
sensitif terhadap orang di sekitar (Cohen & Spacapan, dalam
Sarafino, 2008)

B. COPING STRESS
1.

Pengertian Coping Stress
Lazarus & Folkman (dalam Oktavianti, 2007) mendefinisikan
coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola
jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari individu sendiri
dengan tuntutan yang berasal dari lingkungan dengan sumber daya yang
mereka gunakan dalam menghadapi situasi stres. Sarafino (2006)
menambahkan bahwa coping adalah proses dimana individu melakukan
usaha untuk mengatur situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan
antara tuntutan dan sumber daya yang dinilai sebagai penyebab
munculnya situasi stres.
Berdasarkan

beberapa

definisi

para

ahli

tersebut,

dapat

disimpulkan bahwa coping adalah suatu cara dari individu untuk
menghadapi situasi yang menekan baik berasal dari dalam diri maupun
berasal dari lingkungan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki
sehingga individu tersebut dapat mengatasi situasi tersebut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

2.

Fungsi Coping
Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang
terlihat dari bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu :
a.

Emotional-focused coping
Coping ini berfungsi untuk melakukan kontrol terhadap
respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam
pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan
Folkman

(1986)

mengemukakan

bahwa

individu

cenderung

menggunakan emotional-focused coping untuk individu memiliki
persepsi bahwa stressor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi.
Bentuk dari coping ini tidak mendistorsi realitas, tetapi akurat dalam
penilaian kembali situasi stres sehingga dapat mengurangi stres.
Contoh: humor adalah salah satu coping dengan emosi yang secara
efektif dapat mengurangi rasa marah, mengubah mood, dan
menghilangkan depresi (Huffman et al, 2000). Metode coping yang
berdasarkan emosi penting, karena mereka terkadang menggunakan
perawatan medis atau terlibat pada perilaku tidak sehat seperti
penggunaan obat-obatan terlarang, merokok, dan minum minuman
berakohol. Orang sering menggunakan subtansi ini dalam usaha
mereka mencapai coping (Wills dalam Sarafino, 2006)
b.

Problem-focused coping
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi
stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

stres. Strategi ini terdiri dari mengidentifikasi masalah stres,
menghasilkan solusi yang mungkin, memilih solusi yang tepat, dan
menerapkan solusi untuk masalah ini, sehingga menghilangkan stres
(Huffman et al, 2000). Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006)
mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan problemfocused coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor
yang ada dapat diubah.
3.

Metode Coping stress
Para peneliti bekerja untuk mengidentifikasi metode coping yang
paling penting dan berhubungan dengan psikologis dan kesehatan. Ada
tiga dari beberapa metode coping (Folkman & Moskowitz, 2004):
a.

Peran Emosi Positif
Menurut Folkman (1994), satu cara emosi positif membantu
mengatasi stres adalah dengan mendukung proses coping tersebut.
Contoh: seorang homoseksual menceritakan kesulitan dalam
mengurus pasangannya saat episode berkeringat berat beberapa kali
sehari, seperti penderita AIDS kebanyakan, dan menyatakan bahwa
merasa bangga karena masih dapat membuat pasangannya nyaman.

b.

Menemukan manfaat atau makna
Menurut Folkman, menemukan manfaat atau makna akan
memberikan jalan penting untuk pengalaman emosi positif selama
masa stres. Orang yang mencoba mengatasi beberapa stres sering
mencari manfaat atau makna dari pengalaman, menggunakan beliefs,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

values, dan goals untuk memberikan arti positif (Folkman, 1997;
Sears, Stanton, & Danoff-Burg, 2003).
c.

Terlibat dalam pendekatan emosional
Pendekatan emosional, orang-orang mengatasi stres dengan
berproses secara aktif dan mengekspresikan perasaan mereka
(Stanton et al, 2000). Untuk menilai pendekatan emosional, orangorang menilai bagaimana sering mereka terlibat proses emosional
dan ekspresi emosional. Proses emosional seperti berkata “saya
akan mengambil waktu untuk mengetahui apa yang sedang saya
rasakan” dan mengekspresikannya dengan mengatakan “berikan
saya waktu untuk mengekpresikan emosi saya”.

4.

Aspek-Aspek Coping Stress
Aspek-aspek coping stress terdiri dari beberapa macam. Aspekaspek ini secara rinci dapat mengungkap coping stress remaja yang
menghadapi hal-hal baru ketika menuju dewasa. Menurut Jerabek (1998)
ada tujuh aspek coping stress, yaitu:
a.

Reaksi terhadap stres (reactivity to stress)
Semakin rendah kemampuan seseorang menghadapi stres,
maka reaksinya terhadap stres tergolong maladaptif. Sebaliknya,
semakin tinggi kemampuan seseorang menghadapi stres, maka
reaksinya terhadap stres semakin adaptif.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

b.

Kemampuan untuk menilai situasi (Ability to assess situation)
Kemampuan untuk menilai situasi yang dimaksud yaitu
bagaimana cara individu menanggapi situasi atau masalah yang
mengancam dirinya. Dimana situasi tersebut dapat terkendali jika
individu memiliki kemampuan yang tinggi untuk menilai situasi, dan
situasi yang menimpanya akan menimbulkan stres jika individu
memiliki kemampuan yang rendah untuk menilai situasi.

c.

Kepercayaan terhadap diri sendiri (self-reliance)
Self-reliance merupakan kepercayaan individu terhadap
dirinya untuk dapat menghadapi atau menyelesaikan situasi atau
masalah yang datang kepadanya. Semakin tinggi kepercayaan
individu dalam menghadapi situasi yang mengancam dirinya, maka
ia akan semakin terhindar dari stres. Sebaliknya, semakin rendah
kepercayaan

diri

individu

dalam

menghadapi

situasi

yang

mengancam, maka ia akan mengalami stres.
d.

Banyak akal daya (resourcefullness)
Resourcefullness merupakan daya atau kemampuan individu
untuk memikirkan jalan keluar dalam menghadapi situasi atau
masalah yang mengancamnya. Semakin tinggi kemampuan individu
untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya, ia akan terlepas dari
stres, namun semakin rendah kemampuan individu untuk mencari
jalan keluar bagi masalahnya, ia akan mengalami stres. Salah satu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

contoh dari aspek ini yaitu: berbagi masalah dengan teman atau
orang yang disayangi, dan mengikuti terapi kelompok.
e.

Adaptasi dan penyesuaian (adaptability and flexibility)
Adaptasi dan penyesuaian individu dalam menghadapi situasi
atau masalah yang mengancam dirinya juga mempengaruhi tingkat
stres seseorang. Semakin tinggi adaptasi dan penyesuaian diri
individu terhadap situasi atau masalah yang mengancam, ia akan
terhindar dari stres. Sebaliknya, semakin rendah adaptasi dan
penyesuaian diri individu terhadap situasi atau masalah yang
mengancam, ia akan mengalami stres.

f.

Sikap proaktif (proactive attitude)
Individu juga harus berperan aktif dalam menghadapi situasi
atau masalah yang mengancam dirinya. Apabila individu tidak aktif
dalam menyelesaikan masalahnya atau terlalu bergantung kepada
orang lain, ia akan mengalami stres. Namun sebaliknya, jika
seseorang aktif menghadapi situasi atau masalah yang mengancam
dirinya, ia akan terlepas dari stres.

g.

Kemampuan untuk relaks (Ability to relax)
Bersikap santai atau relaks dalam menghadapi masalah, dapat
mengurangi tingkat stres seseorang. Semakin tinggi kemampuan
individu untuk relaks dalam menghadapi masalahnya, semakin
rendah tingkat stresnya. Namun, semakin tegang seseorang
menghadapi stresnya, maka tingkat stresnya akan semakin tinggi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

Berdasarkan pertimbangan peneliti, aspek reaksi terhadap stres
dan aspek adaptasi penyesuaian dapat digabungkan karena memiliki
kedekatan arti sebagai bagian respon dari stres. Begitu pula dengan aspek
banyak akal daya dan aspek kemampuan untuk menilai situasi yang
memiliki kedekatan arti sebagai bagian dari pengelolaan stres. Dengan
demikian, terdapat lima aspek dari coping stress yang digunakan oleh
peneliti, yaitu:
a.

Respon dari stres: reaksi dan adaptasi penyesuaian
Reaksi dan adaptasi adalah kecenderungan aksi atau proses
yang muncul sebagai akibat dari suatu peristiwa dalam hal ini yaitu
suatu stressor, dan seseorang diharapkan dapat beradaptasi atau
mampu melakukan penyesuaian dalam menghadapi masalah yang
mengancam dirinya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Apabila
kemampuan seseorang bereaksi dan beradaptasi dalam menghadapi
situasi atau masalah tersebut semakin tinggi maka ia akan terhindar
dari stres dan reaksinya terhadap stres semakin adaptif. Sebaliknya,
apabila kemampuannya semakin rendah maka reaksinya terhadap
stres tergolong maladaptif dan ia akan mengalami stres.

b.

Pengelolaan: kemampuan menilai situasi dan banyak akal daya
Kemampuan untuk menilai situasi dan banyak akal daya yang
dimaksud yaitu bagaimana cara individu menanggapi situasi atau
masalah yang mengancam dirinya dan kemampuan individu untuk
memikirkan atau mencari jalan keluar dari situasi tersebut. Situasi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

tersebut dapat terkendali jika individu memiliki kemampuan yang
tinggi dalam menilai situasi dan mencari jalan keluar. Apabila
individu tidak memiliki kemampuan menilai situasi dan semakin
rendah dalam kemampuan mencari jalan keluar maka individu
tersebut akan mengalami stres.
c.

Sikap proaktif
Individu juga harus berperan aktif dalam menghadapi situasi
atau masalah yang mengancam dirinya. Apabila individu tidak aktif
dalam menyelesaikan masalahnya atau terlalu bergantung kepada
orang lain, ia akan mengalami stres. Namun sebaliknya, jika
seseorang aktif menghadapi situasi atau masalah yang mengancam
dirinya, ia akan terlepas dari stres.

d.

Kemampuan untuk relaks
Bersikap santai atau relaks dalam menghadapi masalah, dapat
mengurangi tingkat stres seseorang. Semakin tinggi kemampuan
individu untuk relaks dalam menghadapi masalahnya, semakin
rendah tingkat stresnya. Namun, semakin tegang seseorang
menghadapi stresnya, maka tingkat stresnya akan semakin tinggi.

e.

Kepercayaan ter