KEGUNAAN SURAT PERDAMAIAN BAGI HAKIM DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP P E N Y E t E S A I A N PERKARA K E C E L A K A A N L A L U LINTAS

KEGUNAAN SURAT PERDAMAIAN BAGI H A K I M DAN
A K I B A T HUKUMNYA TERHADAP P E N Y E t E S A I A N
P E R K A R A K E C E L A K A A N L A L U LINTAS

SKRIPSI
Diajuiuut sebagai salah satu syarat
Untuk menempnh ujian
Sarjana Hukum

OLEH
RINTOGUMAY
562011312

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
2015

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ludul Skripsi: KEGUNAAN SURAT PERDAMAIAN BAGI HUKUM DAN AKIBAT
HUKUMNYA TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA K E C E L A K A A N
L A L U LINTAS


Nama

: Rinto Gumay

NTM

: 502011312

Program Studi

: Hukum

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Pembimbing
RENIOKTAPRIANTI, SH.^M.Hum
Palembang,

Agustus 2016


Penguji
Ketua

: Atika Ismail, SH.,MH

Anggota

: 1. H. Helmi Ibrahim, SH,. M.Hiim

2. Mona Wulandari, SH., MH

DISAHKANOLEH
DEKAN FAKULTAS HUKUM

NBM/NIDN 791348/0006046009

MOTTO

^Apabila engkau ingin bahagia di dunia hendaklah engkau

menuntut ilmu, apabila engkau ingin bahagia di akhirat
hendaklah juga engkau menuntut ilmu dan apabila engkau
ingin bahagia kedua-duanya hendaklah engkau menuntut
ilmu"
(Hadist Muslim)

Ku Persembahkan kepada:
- Ayahanda dan Ibunda yang tercinta
Saudara-saudara yang tersayang
- Sahabat-sahabatku
- Almamater yang kubanggakan

iii

Judul Skripsi: KEGUNAAN SURAT PERDAMAIAN BAGI HAKIM DAN
AK$BAT HUKUMNYA TERHADAP P E N Y E L E S A I A N
PERKARA K E C E L A K A A N L A L U LINTAS

Pembimbing,
RENY OKPRIANTI, SH., MHum


Penulis,
RINTO GUMAY

ABSTRAK
Yang menjadi pcrmasalahan adalah:
1. Apakah kegunaan surat perdamaian bagi hakim dalam menyeiesaikan
perkara kecelakaan lalu lintas ?
2. Apakah ada akibat hukum surat perdamaian terhadap penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas ?
Selaras dengan tujuan yang bermaksud menelusuri prinsip-prinsip hukum
terutama yang bersangkut paut dengan kegunaan surat perdamaian bagi hakim dan
akibat hukumnya terhadap penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas, maka jenis
penelitiannya adalah penelitian normatif
yang bersifat
deskriptif
(menggambarkan) dan tidak bermaksud menguji hipotesa.
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data sekunder dititik beratkan pada penelitian
kepustakaan {library research) dengan cara mengkaji:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat
mengikat seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan
semua ketentuan peraturan yang berlaku
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum seperti hipotesa,
pendapat para ahli maupun peneliti terdahulu, yang sejalan
dengan permasalahan dalam skripsi ini
c. Bahan hukum tcrsier, yaitu bahan hukum yang menjelaskan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus bahasa, ensiklopedia, dan lainnya.
2. Teknik pengolahan data
Selalah data terkumpul maka data tersebut diolah guna mendapatkan
data yang terbaik. Dalam pengolahan data tersebut penulis melakukan
kegiatan editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti lagi
mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenarannya, sehingga
terhindar dari kekurangan dan kesalahan.

iv

3. Analisa data
Ana|isa data dilakukan secara kualitatif yang dipergunakan untuk

mengkaji aspek-aspek normatif atau yuridis melalui metode yang
bersifat deskriptif analitis yang menguraikan gambaran dari data yang
diperoleh dan menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan
suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Berdasarkan penelusuran lebih jauh, terutama yang berhubungan dengan
permasalahan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kegunaan surat perdamaian bagi hakim dalam menyeiesaikan perkara
kecelakaan lalu lintas adalah: merupakan salah satu alasan untuk
memberikan keringanan hukuman bagi terdakwa
2. Akibat hukum surat perdamaian terhadap penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas adalah: tidak mempunyai akibat hukum, artinya surat
perdamaian tersebut tidak menjadikan proses pemeriksaan perkara pidana
tersebut menjadi selesai, akan tetapi proses pemeriksaan perkara pidana
tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya.

V

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat, penulis dapat menyeiesaikan skripsi ini dengan judul:
"KEGUNAAN

SURAT

PERDAMAIAN

HUKUMNYA

TERHADAP

BAGI

PENYELESAIAN

HAKIM

DAN


PERKARA

AKIBAT

KECELAKAAN

LALULINTAS''
Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis

menyadari

bahv/a

skripsi ini masih

banyak


kekurangan,

kekeliruan, dan kekhilafan semua ini tidak Iain karena penulis adalah sebagai
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan banyak kelemahan, akan tetapi
berkat adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
akhimya kesukaran dan kesulitan tersebut dapat dilalui oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak

ABIT

DJAZULI,

SE.,

M M , selaku

Rektor

Universitas


Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Wakil Dekan I , II, III dan IV Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang.

vi

4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
5. Ibu Reny Okprianti, SH., M.Hum, selaku Pembimbing Skripsi yang telah
banyak

memberikan

petunjuk-petunjuk

dan


arahan-arahan

dalam

penulisan dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Hj. Siti Mardiyati, SH., MH, selaku Pembimbing Akademik pada
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan dan Karyawati Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
8. Ayahanda dan Ibunda, Kakanda dan Adinda, serta seluruh keluarga yang
telah banyak memotivasi penulis untuk meraih gelar kesaijanaan ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membacanya, akhimya segala kritik dan saran penulis terima guna perbaikan
dimasa-masa mendatang.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Palembang,

Desember 2015

Penulis,

RINTO GUMAY

vii

DAFTAR ISI

Halaman

H A L A M A N JUDUL

i

PERSETUJUAN UNTUK UJIAN KOMPREHENSIF
H A L A M A N MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ii
iii

ABSTRAK

iv

KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI

viii

BAB. I .

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Permasalahan

5

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

5

D. Defenisi Operasional

6

E. Metode Penelitian

7

F. Sistematika Penulisan

8

BAB. 11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana Pada Umumnya

10

B. Pengertian Lalu Lintas

15

C. Lalu Linlas Yang Tertib, Aman dan Lancar

17

D. Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Berlalu Lintas

23

E. Putusan Pengadilan Dalam Kasus Lalu Lintas

30

viii

BAB. III.

PEMBAHASAN

f
A. Kegunaan Surat Perdamaian Bagi Hakirn Dalam
Menyeiesaikan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas
B. Akibat Hukum Surat Perdamaian Terhadap Penyelesaian
Perkara Kecelakaan Lalu Lintas
BAB. IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

BAB. I
>

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam kenyataan hukum mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan kehidupan manusia. Dalam hal ini hukum yang sejalan dengan
perkembangan masyarakat sangat diperlukan. Kepatuhan terhadap aturan hukum
mempunyai kaitan yang erat antara hukum dengan perlindungan yang diberikan
oleh hukum. Peraturan-peraturan hukum yang lahir harus sejiwa dengan kebiasaan
yang balk ataupun norma-norma yang hidup agar dipatuhi secara sukarela oleh
karena itu hukum merupakan jiwa atau semangat rakyat.'
Fungsi hukum dalam pembangunan adalah sebagai sarana pembaharuan
masyarakat.^ Hukum yang baik akan melahirkan masyarakat yang aman.
Keamanan merupakan salah satu syarat untuk pembangun suatu bangsa kearah
yang lebih baik. Namun demkian, hukum harus bersifat luwes dan fleksibel,
terutama dalam menyeiesaikan suatu

perkara harus dapat mengilangkan

kegoncangan yang mungkin timbul sehingga akan tercipta suatu iklim yang
menunjang pelaksanaan pembangunan.
Hukum mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan
suatu bangsa. Pembangunan hukum mutlak diperlukan agar hukum berjalan
seirama dengan perkembangan masyaraat. Salah satu hukum yang mempunyai
'imam Sudiyat, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981, Im. 32
~Soerjono Soekanto, Kesadara Hukum dan Kepatuhan Hukum. Rajawali, Jakarta,
1982, him. 9

1

2

peranan strategis dalam mengatur tata tertib masyarakat adalah aturan-aturan
hukum yang bcrkembang dengan masalah lalu lintas.
Lalu

lintas dan angkutan jalan mempunyai pcran strategis dalam

mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya
memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang
Dasar 1945
Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari transportasi nasional
harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam
rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelengara negara.
Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, pembinaan bidang lalu lintas dan angkutan jalan
dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi

{stakeholders) sebagai

berikut:
1. urusan pemerintahan di bidang prasarana jalan, oleh kementerian yang
bertanggungawab di bidang jalan
2. urusan pemerintahan dibidang sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan, oleh kementerian yang bertangungjawab di bidang sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
3. urusan pemerintahan dibidang pengembangan industri lalu linlas dan
angkutan jalan, oleh kementerian yang bertanggungjawab
dibidang
industri
4. urusan pemerintahan dibidang pengembangan teknologi lalu Unlas dan
angkutan jalan, oleh kementerian yang bertanggungjawab dibidang
teknologi, dan
5. rusan pemerintahan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan
rekayasa lalu lintas , serta pendidikan berlalu lintas oleh Kepolisian
Negara Republik Indncsia.

3

Pembagian kewenangan pembinaan tersebut dimaksudkan agar tugas dan
tanggung jawab setiap Pembina bidang lalu lintas dan angkutan jalan lerlihat
lebih jelas dan transparan sehingga penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
dapat terlaksana dengan selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat
d i pertan gungj awabkan.
Hukum lalu lintas mempunyai fungsi ganda yaitu menciptakan ketertiban
dan ketenteraman atau kebebasan bagi seuruh lapisan masyarakat. Hukum

lalu

Intas harus memadukan antara kebebasan pemakai jalan raya dengan ketertiban
yang ingin dicapai masyarakat. Keadaan yang sedemikian harus dipadukan
dengan penegakan hukum oleh penegak hukum agar masyarakat merasa aman,
dan penyelesaian perkara lalu lintas akan melahirkan rasa keadilan.
Masalah lalu lintas merupakan hal yang menarik, oleh karena peraturanperaturan lalu lintas merupakan tata hukum yang non spiritual atau netral.''
Menegakan aturan lalu lintas merupaka tugas yang berat. Dalam peraturan lalu
lintas terdapat dua tugas yaitu menjaga ketertiban masyarakat serta ketenteraman
masyarakat. Disamping itu warga masyarakat pada dasamya menginginkan
adanya kebebasan dalam mengunakan faslitas jalan raya, sedangkan penegak
hukum bertugas menciptakan keamanan maupun ketertiban. Pertentangan dalam
menggunakan fasilitas berlalu lintas akan menimbulkan kecelakaan.
Seringkali kecelakaan yang terjadi di jalan raya sebenamya mempakan
akibat dari keteledoran (kelalaian) dan keberutalan pemakai jalan itu sendiri.
Keteledoran (kelalaian) dan kebemtaan pemakai jalan kerap memgikan pemakai

Ibid. him. 56

4

jalan yang lain. Kecelakaan yang terjadi cukup memperihatinkan karena yang
menjadi korban tidak hanya harta benda melainkan juga nyawa manusia.
Seseorang yang melakukan keteledoran (kelalaian) dan keberutalan dalam
mengendarai kendaraan bermotor, terutama yang mengakibatkan orang lain
kehilangan nyawanya (meninggal dunia), sering kali melakukan perdamaian
dengan keluarga korban. Sekalipun telah terjadi perdamaian antara para pihak,
namun terhadap perkara pidana yang menyebabkan orang lain meninggal dunia
tetap berjalan sebagaimana perkara pidana biasa.
Terhadap kejadian tersebut, seringkali menimbulkan persoalan seperti
bagaiman fungsi surat perdamaian yang dibuat oleh pelaku tindak pidana dengan
keluarga

korban

meninggal dunia. Juga apakah akibat

hukumnya surat

perdamaian yang dibuat oleh pelaku tindak pidana dan keluarga korban bagi
hakim dalam memutus perkara tersebut.
Keinginan

untuk menelusuri

lebih jauh segala sesuatu yang

ada

hubungannya dengan hal tersebut di atas, tela menjadi motipasi sekaligus latar
belakang permasalahan dalam penelitian ini, yang hasilnya akan dituangkan ke
dalam bentuk skripsi dengan judul: "KEGUNAAN SURAT PERDAMAIAN
BAGI H A K I M DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP PENYELESAIAN
PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS"

5

B. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apakah kegunaan

surat perdamaian bagi hakim dalam menyeiesaikan

perkara kecelakaan lalu lintas ?
2. Apakah ada akibat hukum surat perdamaian terhadap penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas ?

C . Ruang Lingkup dan Tujuan
Ruang lingkup penelitian terutama dititik beratkan pada penelusuran
terhadap kegunaa surat perdamaian bagi hakim dan akibat hukumnya terhadap
penyelesaian perkara keealakaan lalu lintas, tanpa menutup kemungkinan
menyinggung pula hal-hal Iain yang ada kaitannya.
Tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan apakah kegunaan surat perdamaian
bagi hakim dalam menyelesaiakan perkara kecelakaan lalu lintas.
2. Untuk mengetahui dan memahami apakah ada akibat hukum surat
perdamaian terhadap penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas.
Hasil penelitian ini dipergunaan untuk melengkapi pengetahuan teoritis
yang diperoleh selama studii di Faultas Hukum Uniersitas Muhammadyah
Palembang dan diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi bagi ilmu
pengetahuan, khususnya hukum acara pidana, sekaligus merupakan sumbangan
pemikiran yang dipersebahkan kepada almamater.

6

D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan pengertian dasar dalam suatu penelitian
yang memuat istilah-istilah, batasan-batasan serta pembahasan

yang akan

dijabarkan dalam penulisan karya ilmiah. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran
penafsiran serta imtuk mempermudah pengertian, maka dalam uraian di bawah ini
akan dikemukakan penjelsan dan batasan-batasan istilah yang berkaitan dengan
judul skripsi ini sebagai berikut: mengijinkan untuk untuk tidur atau meditasi
1. Perdamaian adalah: penyesuaian dan pengarahan yang baik dari orang
seorang terhadap penciptanya pada satu pihak dan kepada sesamanya pada
pihak lain. Hal ini berlaku bagi keseluruhan lembaga konsentris (bertitik
pusat yang sama) antara seorang dengan orang lainnya, seseorang dengan
masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, bangsa dengan bangsa dan
pendek kata dengan keseluruhan umat manusia satu sama lainnya dan
antara manusia dengan alam semesta.
2. Hakim dalah: Orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau
Mahkamah) keputusan tidak dapat diganggu gugat.
3. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah: Satu Kesatuan sistem yang terdiri
atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan,
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna
jalan, serta pengelolaannya.
4. Lalu Lintas adalah: gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.

7

E . Melude Penelitian
Selaras dengan tujuan yang bermaksud menelusuri prinsp-prinsip hukum,
terutama yang bersangkut paut dengan kegunaan surat perdamaian bagi hakim dan
akibat hukumnya terhadap penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas, maka jenis
penelitianya

adalah

penelitian hukum normatif yang

bersifat

deskriptif

(menggambarkan) dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.


Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data sekunder dititik beatkan pada penelitian
kepustakaan {library research) dengan cara mengkaji:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan semua ketentuan
peraturan yang berlaku
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum seperti, hipotesa, pendapat
para

ahli

mapun

penelitian terdahulu,

yang

sejalan

dengan

permasalahan dalam skripsi ini
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus bahasa,
ensiklopedia, dan lainnya


Teknik pengolahan data
Seteiah data terkumpul, maka data tersebut diolah guna mendapatkan data
yang terbaik. Dalam pengolahan data tersebut, penulis melakukan kegiatan
editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti lagi mengenai

8

kelengkapan, kejelasan

dan kebenarannya,

sehingga

terhindar dari

kekurangan dan kesalahan.


Analisa data
Analisa data dilakukan secara kualitatif yang

dipergunakan untuk

mengkaji aspek-aspek normaif atau yuridis melalui metode yang bersifat
deskriptif analitis yang menguraikan gambaran dari data yang diperoleh
dan dihubungkan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan
yang bersifat umum."*

F. Sistematika Penulisan
Sesuai dengan buku pedoman skripsi Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang, penulisan skripsi ini secara keseluruhan tersusun
dalam 4 (empat) bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab. I .

Pendahuluan,

berisi mengenai latar belakang, permasalahan, ruang

lingkup dan tujuan, metode penelitian, serta sistematika penulisan
Bab. II.

Tinjauan Pustaka, memaparkan tinjauan pustaka yang menyajikan
mengenai pengertian tindak pidana pada umumnya, pengertian lalu
lintas, lalu lintas yang tertib aman dan lancer, kesadaran hukum
masyarakat dalam berlalu lintas, putusan pengadilan dalam kasus lalu
lintas

Bab. i n .

Pembahasan, yang berisikan paparan tentang hasil penelitian secara
khusus menguraikan dan menganalisa permasalahan

•"Bambang Sunggono, Metode Penelitian
him. 129

yang diteliti

Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997

9

mengenai bagaimanakah ftingsi surat perdamaian bagi hakim dalam
memutus perkara kecelakaan lalu lintas yang korbannya meninggal
dunia dan juga mengenai apakah ada akibat hukum surat perdamaian
terhadap penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas.
Bab. IV. Penutup, pada bagian penutiip ini merupakan akhir pebahasan skripsi
ini yang diformat daiam kesimpulan da saran-saran.

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana Pada Umumnya
Dapat dikemukakan bahwa di Indonesia sumber utama hukum pidana
terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan peraturan
perundang-undangan

hukum

pidana lainnya, tetapi disamping itu masih

dimungkinkan terdapat di dalam hukum adat. Ilmu hukum pidana mempunyai
tugas untuk menjelaskan, menguraikan dan seterusnya menyusun dengan
sistematis norma hukum pidana dan sanksi pidana, agar pemakaiannya menjadi
berlaku lancer. Oleh karena itu yang menjadi objek ilmu hukum pidana adalah
hukum pidana positif.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pengertian dari
tindak pidana atau strajhaarfeit tidak dijelaskan. Perkataan feit itu sendiri dalam
bahasa Belanda
berarti

dapat

berarti sebagian dari suatu kenyataan, sedangkan strafbaar
dihukum,

sehingga

secara harfiah

strajbaarfeit

itu dapat

diterjemahkan sebagai berikut; "Sebagian dari suatu kenyalan yang dapat
dihukum yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh karena kelak akan kita ketahui
bahwa yang dapat dihukum itu sebenamya adalah manusia sebagai pribadi dan
bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan".^

VaF.

Lamintang, Dasar-dasar

Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1994,

him. 172

10

11

Oleh karena pembentuk undang-undang kita tidak memberikan sesuatu

Ipenjelasan menganai apa yang sebenamya yang dimaksud dengan perkataan
strajbaarfeit, maka timbullah di dalam doktrin berbagai pendapat tentang apa
yang sebenamya yang dimaksud dengan strajbaarfeit tersebut.
Menumt Hazawinkwl Suringa, mereka telah membuat suatu mmusan yang
bersfat umum dari strajbaarfeit sebagai berikut: suatu perilaku manusia yang pada
suatu saat tertentu telah diolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dianggap
sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan
sasaran-sasaran yang bersifat memaksa yang terdapat didalamnya.
Kemudian menumt Van Hamel, telah memmuskan strajbaarfeit itu
sebagai suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain.
Sedangkan menurut Pompe, merumuskan starfbaarfeit secara teoritis sebagai
suatu pelanggaran norma atau gangguan terhadap

tertib hukum yang dengan

sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya
tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.
Kemudian menurut Pompe bahwa menumt hukum positif kita, suatu
strajbaarfeit itu sebenamya adalah tidak lain dari pada suatu tindakan yang
menumt sesuatu mmusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang
dapat dihukum. Berbagai istilah yang telah diberikan oleh para sarjana terhadap
kata strajbaarfeit itu sendiri sebagai berikut:
1. Tindak

pidana

(undang-undang

Nomor

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)

3

Tahun

1971

tentang

12

2. Perbuatan pidana (Moeljatno, pidato Dies Natalis Universitas Gajah Mada
iVI Tahun 1955 di Yogyakarta)
3. Pelanggaran pidana ( M . Tirtaamidjaja, Pokok-pokok Hukum Pidana,
Fasco, Jakarta, 1955)
4. Perbuatan yang boleh dihukum (Kami, Ringkasan Tentang Hukum Pidana,
Balai Buku Indonesia, Jakarta, 1959)
5. Perbuatan yang dapat dihukum (Undang-undang Nomor 12/Drt Tahaun
1951, Pasal 3 tentang Pembahan

Ordonantie Tijdelijk

Bijzondere

Strajhapalingen).
Dari beberapa istilah tersebut di atas, yang paling tepat untuk dipakai
adalah istilah peristiwa pidana, karena yang diancam dengan pidana bukan saja
yang berbuat atau bertindak, tetapi juga yang tidak berbuat (melanggar suruhan)
atau tidak bertindak. Sedangkan menurut Simon peristiwa pidan adalah perbuatan
salah melawan hukum, yang diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang
mampu bertanggungjawab. Perumusan Simontersebut menunjukkan unsur-unsur
tindak pidana atau peristiwa pidana sebagai berikut:
1. Perbuatan manusia
2. Perbuatan manusia itu harus melawan hukum
3. Perbuata itu diancam dengan pidana oleh undang-undang
4. Harus dlakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab
5. Perbuatan itu harus terjadi karena kesalahan si pembuat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Moeljatno, menyatakan bahwa perbuatan
pidan adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum, larangan mana disertai

13

dengan ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang

Imelanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana
adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana,
asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan pada perbuatan yaitu
suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakukan orang, sedangkan
ancaman pidananya ditujukan orang yang menimbulkan kejadian tersebut.
Larangan dan ancaman pidan ada hubungan yang erat, karena antara
kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu, ada hubungan yang erat pula.
Kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang
yang tidak dapat dipidana, jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya.
Justru untuk menyatakan hubungan yang erat itu maka dipakailah kata perbuatan.
"Suatu perbuatan abstrak yang menunjukkan kepada keadaan konkrit pertama
adanya kejadian yang tertentu dan kedua adanya orangyang berbuat, yang berbuat
yang menimbulkan kejadian itu"
Atas dasar uraian di atas, maka Moejatno berpendapat bahwa kurang tepat
jika untuk pengertian yang abastrak itu digunakan istilah peristiwa sebagaimana
halnya dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Dasar Sementara dahulu, yang
memakai istilah peristiwa pidana. Sebab peristiwa itu adalah pengertian yang
konkrit, yang menunjuk kepada suatu kejadian yang tertentu saja, seperti matinya
orang.
Peristiwa ini saja tidak mungkin dilarang, hukum tida melarang adanya
orang mati, tetapi melarang adanya orang mati karena perbuatan orang lain yang

^Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Baina Aksara, Jakarta, 1987, him. 54

14

menyebabkan kematian tersebut. Jika matinya orang itu dikarenakan keadaan
alam entah karena sakit, karena sudah tua, karena peristiwa alam dan lain
sebagainya, maka peristiwa itu tidak peting sama sekali bagi hukum pidana. Juga
tidak penting jika matinya orang itu karena binatang, baru apabila matinya orang
itu ada hubungan dengan kelakuan orang lain, dalam hal inilah peristiwa tadi
menjadi penting bagi hukum pidana.
Dapat dikatakan bahwa ada istilah lain yang dipakai dalam hukum pidana
yaitu tindak pidana. Adapun istilah ini karena timbulnya dari pihak Menteri
Kehakiman sering dipakai dalam perundang-undangan. Meskipun kata tindak
pidana ditujukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya
menyatakan keadaan yang konkrit. Sebagaimana halnya dengan peristiwa dengan
perbedaan bahwa tindak adalah kelakuan, tingkah laku, gerak gerik, atau sikap
jasmani seseorang, hal mana lebih dikenal dalam tindak tanduk dan lain
sebagainya. Oleh karena itu tindak sebagai kata tidak begitu dikenal, maka dalam
perundang-undangan yang menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasalpasalnya maupun dalam penjelasannya hampir selalu dipakai kata perbuatan.
Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan juga terdapat ketentuan pidana yang diatur dari Pasal 273 sampai
dengan Pasal 317.
Dari beberapa uraian yang telah dikemaukan di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa tindak pidana dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah tindak pidana pelanggaran. Dalam
tindak

pidana

lalu

lintas ini akibat

kelalaian

pengemudi

yang

dapat

15

mengakibatkan seseorang atan sesama pemakai jalan ini meninggal dunia atau

Icacat tetap.

B. Pengertian Lalu Lintas
Lalu lintas merupakan suatu keadaan yang memerlukan gerak pindah dari
suatu tempat ke tempat lain. Lalu lintas merupakan kata majemuk yang terdiri dari
dua suku kata, yaitu lalu dan lintas. Pengertian lalu lintas adalah: "bolak balik,
hilir mudik, yang menyangkut perihal perjalanan dijalan dan sebagainya yang
berhubungan antara sebuah tempat dengan tempat yang lain". ^
Jadi lalu lintas mempunyai kesibukan. Sebab di dalam lalu lintas orang
mengejar kepentingan ataupun ingin melaksanakan serta memenuhi suatu janji.
Dalam hal ini aturan lalu lintas bermaksud untuk menjaga hilir mudik itu tidak
menimbulkan kerugian bagi rang lain.
Dalam melakukan hubungan lalu lintas, biasanya diguakan alat-alat
perhubungan. Walaupun dalam kenyataan ada juga yang berjalan kaki. Alat-alat
perhubungan yang digunakan bermacam-macam, ada kendaraan bermotor, dan
kapal laut maupun kapal udara. Hal ini dimaksudkan agar segala kepentingan
manusia dalam berhubungan dengan orang lain akan mudah tercapai.
Timbulnya lalu lintas tida dapat dipisahkan dengan

perkembangan

perekonomian maupun teknologi. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan
lama kelamaan semakin bertambah, menyebabkan arus lalu lintas

semakin

^Poerwadarminta, Daiam M Adrian. A, Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Linlas di
Luar Sistem Peradilan Pidana di Kota Palembang, Tesis, Program Pascasaijana Universitas
Sriwijaya, Palembang, 2002, him. 26

17

yang terdapat di dalam Pasal 1 butir 2, yang berbunyi sebagai berikut. Lalu lintas
adalah: Gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan".
Pengaturan lalu lintas mengandung arti yang sangat komplek, walaupun
masih teratas arti gerak pindah manusia. Hal ini disebabkan karena setiap
membicarakan soal lalu lintas selalu berhubungan dengan hilir mudik dan
kesibukan manusia, baik yang berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan.
Oleh karena itu, dalam pengertian lalu lintas terdapat tiga factor yang
saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dpisahkan. Dalam
hal ini baik manusia, alat penggerak dan jalan selalu berhubungan antara satu
dengan lainnya. Peraturan hukum yang berkaitan dengan lalu lintas selalu
memberikan perhatian yang seimbang diantara ketiga faktor tersebut agar
masyarakat dapat menggunakan jalan secara aman.

C. Lalu Lintas Yang Tertib, Aman Dan Lancar
Lalu lintas yang tertib, aman dan lancar dapat dilihat dari:^
L Pengembangan Model Jaringan
Pengembangan model jaringan {network) disini adalah pengembangan
model untuk menyatakan suatu jaringan mempergunakan aplikasi komputer. Data
yang

telah

terkumpul

atau

terhimpun,

kemudian

dilakukan

kodifikasi,

distrukturisasi serta dibentuk sesuai dengan format yang sudah ditentukan oleh
program komputer.

^/Ni/,hlm. 7-14

18

.laringan rute
Sistem jaringan rute yang ada dalam suatu daerah perkotaan biasanya
dapat dibagi menjadi dua keiompok, yaitu:
* jaringan

rute

yang

berbentuk

secara

evolutif,

dimana

pembentukannya dimulai oleh pihak-pihak pengelola individual
secara sendiri-sendiri
* jaringan rute yang berbentuk simultan secara menyeluruh dimana
pembentukannya dilakukan oleh pengelola angkutan umum yang
besar (swasta ataupun milik pemerintah) ataupun oleh sekelompok
individu secara simultan dan bersama-sama.
Jara antar rute
Dalam sistem jaringan rute, aspek yang berkaitan dengan jarak antar
rute merupakan aspek yang cukup penting untuk diperhatikan. Hal ini
disebabkan jarak antar rute mempunyai pengaruh yang langsung
terhadap penumpang dan operator.
Bagi penumpang jara antar rute juga mungkin sedapat mungkin agar
jarak pencapaian dari tempat mereka berasal ke perhentian dapat
sedekat mungkin.
/.

Konfigurasi jaringan rute
Konfigurasi adalah sebaran special dari masing-masing lintasan
rule dalam sistem secara keseluruhan. Bentuk konfigurasi jaringan
rute angkutan umum di suatu kota sangatlah berpengaruh pada:
a. persentase daerah yang dilayani leh sistem angkutan umum

19

b. jumlah pergantian

lintasan yang diperlukan dalam pergerakan

penumpang
c. pengaturan frekuensi
d. lokasi terminal.
Jaringan grid
Jaringan rute berbentuk grid hanya mungkin terbentuk jika struktur
prasarana jalannya adalah grid. Karakteristik dasar dari struktur rid
ni adalah adanya lintasan rute yang secara parallel mengikuti ruasruas jalannyang ada dipinggir kota yang satu kepinggir kota
lainnya dengan melewati pusat kota uamg letaknya ditengah.
Keuntungan utama dari struktur jaringan seperti ini adalah sistem
rute yang berbentuk menjadi mudah diingat da juga mudah
dimengerti oleh masyarakat luas. Jaringan rute berbentuk linear
biasanya terjadi karena

bentuk kotanya adalah linier, seperti

diketahui bentuk kota linier adalah kota dimana bentuknya
memanjang mengikuti satu jalan arteri utama. Kota ini biasanya
berbentuk sebagai kelanjutan dari ribbon development pada jalanjalan arteri antar kota. Pada dasamya bentuk jaringan linear seperti
ini hampir sama dengan bentuk jaringan grid.
Struktur jaringan berbentuk radial mempakan bentuk yang paling
seringditemui di kota-kota seluruh dunia merupakan kota-kolayang
tumbuh secara evolutif dan mengembangkan dari pusat kota secara
radial ke pinggir-pinggimya. Struktur jaringan seperti ini biasanya

20

di dukung oleh struktur jaringan seperti ini biasanya didukung oleh
struktur

jaringan

jalannya

yang

cenderung

secara

radial

berorientasi ke daerah CBD yang terletak ditengah kota.
Semua

rute

yang

ada

dalam

sistem

jaringan

radial ini

menghubungkan daerah pinggir kota dan daerah pusat kota, ada
juga lintasan-lintasan rute yang meiingkar tidak melewati daerah
pusat kota.
Pada struktur jaringan berbentuk radial ini banyak trip yang dapat
dilakukan tanpa

harus melakukan transfer.

Hal ini mudah

dimengerti mengingat bahwa sebagian besar trif yang terjadi
adalah work-trip atau shooping trip dimana orientasinya adalah
kearah CBD. Kerugian utama dari struktur jaringan berbentuk
radial ini adalah terjadinya tingkat pelayanan yang buruk di daerah
CBD. Hal ini terjadi karena pada daerah CBD beban lalu lintasnya
yang linggi, sering terjadi kemacetan yang pada gilirannya akan
mengganggu pengoperasian angkutan umum. Struktur jaringa tipe
radial ini paling sesuai diterapkan untuk kota yang terlalu besar,
dimana tingkat kemacetan yang terjadi di pusat kota tidak teralu
tinggi. Sesuai dengan namanya, konfigurasi rute territorial atau
daerah, dimana masing-masing daerah yang bersangkutan dilayani
oleh lintasan rute, selanjutnya semua lintasan rute bertemu atau
bersinggungan disuatu titik yang dapat digunakan sebagai titik
transfer. Konfigurasi rute bentuk Ini sangat sesuai untuk ota kecil.

21

ataupun daerah sub-urban, dimana kerap daerahnya relative rendah,
dan pada lokasi tertentu mempunyai pusat kegiatan (ekonomi,
sosial ataupun budaya) untuk seluruh daerah. Titik dimana terjadi
transfer disebut sebagaif fokal point. Titik fokal point ini menjadi
tempat seluruh lintasan rute bertemu. Agar peanfaatan lintasan rute
efektif, pengoperasian setiap lintas mte diatur sedemikian rupa
sehingga pada saat samapai di lokasi fokal point semua bus
bertemu pada satu periode waktu yang sama, sehingga para
penumpang dapat dengan mudah bertukar bus atau transfer fokal
point bentuknya berbeda dengan terminal biasa, bentuk yang
umum adalah berupa platform tersendiri {Ojf street platform),
dimana sekitar delapan sampaidua belas bus dapat diparkirkan.
Biasanya fokal point seperti ini digunakan dengan cycle time setiap
30 menit. Untuk sekitar 15 ampai 20 menit, platform fokal point
sama sekali kosong, kemudian muncul para calon penumpang,
seteiah itu kegiatan naik turun dan berganti lintasan bus selesai,
semua bus berangkat meninggalkan platform fokal point itu sepi
lagi, sampai priode berikutnya dimana terjadi aktivitas yang sama
lagi.
Tentu saja agar mekanisme yang dijelaskan di atas dapat terjadi,
perlu dilakukan koordinasi pada seluruh lintasan yang akan
melewati fokal point. Mengingat

bahwa jaringan seperti ini

biasanya diaplikasikan di kota kecil ataupun daerah sub urban,

22

dimana volume lalu lintas relative rendah adalah tidak sulil untuk
melakukan koordinasi. Lokasi fokal point biasanya ditempatkan di
daerah dimana trip generationnya cukup tinggi, seperti pusat
kegiatan masyarakat, pusat rekreasi atau pusat pertokoan. Dengan
menempatkan fokal point pada daerah-daerah tersebut, maka fokal
point mempunyai tiga fungsi, yaitu:
a. sebagai penghubung dengan setiap lintasan rute
b. sebagai titik hubimg dengan setiap lintasan rute
c. untuk melayani pusat kegiatan masyarakat
Konfigurasi jaringan rute seperti ini belum ada di Indonesia.
Berdasarkan pengalaman yang adadi negara-negara bagian barat,
konfigurasi jaringan rute seperti ini banyak diterapkan di daerahdaerah pemukiman dipinggira kota, dimana fokal

pointnya

ditempatkan di pusat kegiatan masyarakat yang sekaligus sebagai
ujung dari trunk routes ke CBD. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, satu kelemahan dari konfigurasi jaringan berbentuk
radial adalah sulitnya pergerakan yang terjadi antara sub-sub
kegiatan yang ada di kota. Hal ini disebabkan karena orientasi
lintasa

rute pada konfigurasi berbentuk

radial

ini adalah

terkonsentrasi ke CBD. Untuk mengantisipasi kelemahan

dari

jaringan berbentuk radial ini, dilakukan modifikasi yaitu dengan
menambahkan lintasan rute yang menghubungkan antara sub pusat
kegiatan dan juga antar sub kegiatan dengan CBD.

23

Keuntungan

utama

dari

konfigurasi

ini

adalali

iebh

dimungkinkannya penumpang untuk dapat menggunakan angkutan
umum dimanapun dia berada untuk berpergian

kemanapun

tujuannya. Tetapi perlu disadari disini bahwa akibat dari struktur
jaringan yang demikian, maka perjalanan akan membutuhkan lebih
banyak transfer dibandingkan dengan konfigurasi radial biasa.
2. Pembagian Zona Lalu Lintas
Pembagian zona wilayahini terbagi menjadi 59 zona dengan 4 zona yang
merupakan zona luar. Pembagian tiap zona ini umumnya merupakan kumpulan
dari beberapa keluhan atau hanya satu keluhan. Penggabungan beberapa keluhan
menjadi satu zona adalah untuk memudahkan analisa.
3. Pola Pergerakan Antar Zona
Pola pergerakan antar zona di dapat dengan mengambil sample survey dari
masing-masing rumah tangga yang mewakili dari masing-masing zona dan sample
dari jaian-jalan yang menghubungkan ke zona luar.

D. Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Berlalu Lintas
Kesadaran hukum masyarakat dalam berlalu lintas, dapat dilihat dari:
1. Fungsi Hukum Dalam Masyarakat
Hukum dalam masyarakat berfungsi sebagai berikut:
a

Hukum Sebagai Kaidah
Hukum adalah hasil karya manusia yang berisikan norma-norma dan
aturan-aturan

sebagai

pedoman

untuk

bertingkah

laku

dalam

24

masyarakat. Hukum merupakan cermin dari kehendak manusia tentang
bagaimana seharusnya masyarakat itu harus dibina dan kemana harus
diarahkan. Hal ini penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dalam suasana yang lebih baik, teratur dan tertib yang membuktikan
adanya hubungan-hubungan yang serasi antara anggota masyarakat .
Manusia sebagai mahluk pribadi maupun sebagai mahluk sosial di
dalam kehidupannya sehari-hari selalu tidak menyadari bahwa ia telah
bersikap tidak menurut pola-pola tertentu. Hal ini terjadi karena
manusia sejak ia dilahirkan sudah dalam pola tertentu dan mematuhi
aturan-aturan yang dicontohkan dari orang lain atau diperolehnya
berdasarkan berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
Dimana dalam suatu norma tekadang isi norma itu hanya berwujud
perintah dan larangan, menurut pendapat Soerjono Soekanto, sebagai
berikut:
Perintah merupakan kaharusan bagi individu {persoon) untuk
berbuat sesuatu yang akibat-akibatnya dipandang baik, sedangkan
larangan merupakan keharusan bagi individu (persoon) untuk tidak
berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Norma yang berwujud aturan-aturan itu mempunyai sanksi atau tidak
diikuti dengan sanksi. Apabila norma yang bersanksi ini dilanggar oleh
seseorang, maka ia akan mendapatkan hukuman,'^
Kaidah atau norma dalam pergaulan hidup dibagi menjadi;
1. Norma agama
2. Norma kesusilaan

'"Pumadi

Purbacaraka dan Soerjono

Bandung, 1982, him. 41

Soekanto,

Perihal

Kaidah

Hukum,

Alumni,

25

T Norma kesopanan
4. Norma hukum.
Kaidah atau petunjuk dalam hidup seperti di atas dapat dikelompokkan
ke dalam 2 (dua) macam aspek kehidupan, yaitu:
1. Aspek kehidupan pribadi
2. Aspek kehidupan antar pribadi
Di dalam kehidupan pribadi kita dapat menemukan kaidah atau norma
bagi seseorang untuk hidup pribadi, memberikan dirinya keteguhan,
menampilkan kepribadian (personality) yang kokoh, tidak cenderung
bersifat angkuh atau egois dan perasaan rendah diri, sehingga akhimya
seseorang itu dapat menjaga keseimbangan hidup dalam masyarakat.
Sedangkan dalam aspek hidup norma hukum, yang memberikan
petunjuk kepada kita apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan sehingga suasana yang aman dan tertib dapat terwujud
dalam masyarakat.
b. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Melalui Hukum
Suatu hukum hanya dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan bak
apabila dalam masyarakat terdapat struktur yang memungkinkan setiap
anggota masyarakalnya mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh keadilan.
Peraturan-peraturan hukum ataun undang-undang merupakan pedoman
bagi warga masyarakat tentang bagaimana mereka seharusnya bersikap
tindak di dalam masyaraat, bahkan hukum bukan saja sebagai

26

pedoman yang harus dibaca, dilihat atau diketahui melainkan harus
f
dihormati, ditaati, dilaksanakan dan selanjutnya ditcgakan. Oleh
karena tujuan hukum menciptakan keadilan, maka diharapkan kepada
warga masyarakat dan pengusaha mentaati hukum yang berlaku.
Menerapkan hukum itu ditujukan untu mengubah perilaku anggota
masyarakat, pembahan itu sendiri memerlukan kesadaran bagi setiap
individu sehingga perilakunya berdampak positif. Bilamana kesadaran
hukum itu telah melekat pada diri masing-masing warga masyarakat,
terciptalah apa yang dinamakan kepatuhan hukum. Pada tingkat dan
situasi demikian kita tidak mengenai lagi apa yang dinamakan tata atau
patuh pada hukum karena suatu paksaan fisik maupun mental. Hukum
tidak perlu lagi diawasi secara ketat oleh aparat penegak hukum, warga
masyarakat masing-masing puas akan tindakan-tindakan penagak
hukum. Namun kenyataan yang dijumpai dalam masyarakat bukan
yang demikian, mereka taat dan patuh terhadap hukum bukan karena
kesadaran yang dating dari diri mereka sendiri malinkan karena suatu
paksaan. Apabila hal ini kita kaji secara terbuka maka ketidak patuhan
terhadap

hukum

sebenamya

merupakan hasil atau akibat dari

mentalitas para penegak hukum, dan dapat juga terjadi karena
hukumnya sendiri yang tidak adil.
Asas Kesadaran Hukum Dalam Pembentukan Tata Hukum
Asas yang dimaksud adalah kenyataan yang mempengaruhi penerapan
hukum dalam masyarakat, serta dengan dasar ini pula hukum itu dibentuk.

27

agar ia sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hukum ilu sendiri di
t
dalam masyarakat. Pembentukan kaidah hukum yang demikian itulah
dimaksud dengan penyediaan hukum berdasarkan asas kesadaran hukum.
Unsur asas dalam pembentukan norma hukum memiliki suatu peranan
yang sangat penting, karena dalam pembantukan norma hukum asas selalu
melandasinya, meskipun untuk sampai kepada rmusan yang demikian ada
aliran-aliran yang menentangnya

artinya tidak semua orang dapat

menyetujui atau menerima norma hukum itu dalam pembentukannya harus
didasarkan pada asas. Dalam hal ini Mahadi berpendapat:
Pendiri aliran positivisme tidak menghiraukan peranan penting
yang dimainkan oleh unsur asas. Suatu norma hukum boleh saja sesuai
dengan asas, tetapi kaiaupun ia tidak sesuai, ia mempunyai daya laku.
Yang lerpenting dalam aliran positivisme iaiah penuangan (kaidah hukum)
oleh instansi yang berhak. Lain dengan aliran hukum lain ia
mempertahankan dali], norma hukum yang tidak sesuai dengan asas tidak
boieh dianggap sebagai hukum."
Ini disebabkan oleh karena di dalam asas terkandung pengertian bahwa,
sesuatu yang mendasari,

sesuatu yang dapat dijadikan alasan atau

didasarkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain yang dimaksud disini
adalah norma hukum itu sendiri, artinya dalam pembentukan norma
hukum itu dilihat apakah ia sesuai atau bertentangan dengan bunyi, makna
atau hakekat dari asas yang bersangkutan.
3. Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Sebelum

memberikan

penjelasan-penjelasan

tentang

pelanggaran-

pelanggaran yang sering terjadi di lalu lintas dan angkutan jalan, penulis

" O C . Chaimddin, So5/o/og///uAum, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, him. 103

28

akan memberikan pengertian tentang pelanggaran yang diambil dari
pendapat para ahli seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Dirdjosisworo
yang menyatakan bahwa: "Yang menyimpang atau melawan ketentuan
yang telah dirumuskan dalam norma tersebut merupakan perbuatan tidak
normal, yang mana perbuatan tersebut akan menimbukan reaksi dari
keiompok bersangkutan yang akan melimpahkan kepada si pelanggar
norma".
Melihat pendapat di atas, dapat diketahui secara sederhana, bahwa
pelanggaran dari ketentuan yang telah dirumuskan, dimana atas pelaku
pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut dapat berupa perbuatan menyimpang
terhadap kaidah atau norma yang sudah ditentukan, seperti melanggar
larangan suruhan ata kebolehan.
Demikian juga terhadap suat aturan lalu lintas dan angkutan jalan
pelanggaran-pelanggaran itu dapat terjadi karena tidak efektifnya oleh
peraturannya sendiri yang terlalu abstrak dan rumit atau mungkin pada
para penegak hukum atau pada warga masyarakat sendiri atau mungkin
pada ketiga-tiganya.'^
Sejalan dengan hal terseut di atas, suatu pelanggaran uga sering
dipengaruhi karena adanya
diciptakan

faktor

kesempatan

atau peluang yang

sehingga lebih mendorong seseorang untuk melakukan

'^Soerdjono Dirdjosisworo, Pokok-pokok Sosisologi Sebagai Penunjang Studi Hukum,
Alumni, Bandung, 1992, him. 90
'^Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Citra Aditya, Bandung,
1989, him. 90

29

pelanggaran, terutama dalam suatu peraturan lalu lintas dan angkutan
jalan."
4. Kepatuhan Hukum
Dalam

memberikan

pengertian

kepatuhan

hukum,

Soerdjono

Dirdjosisworo berpendapat bahwa:
Masalah kepatuhan hukum adalah menyangkut kemampuan
individu dalam menghayati atura hukum yang dibentuk, lebih lanjut
apabila tida menghayati aturan hukum yang dibentuk, lebih lanjut apabila
tidak menghayati benar kaidah yang dihadapinya akan menetapkan pilihan
sikap untuk patuh atau menyeleweng dari patokan kaidah yang ada.'^
Dengan adanya beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa
orang ahli tentang kepatuhan hukum, seperti yang telah diuraikan tadi,
maka dapat ditarik kesimpulan secara umum, bahwa kepatuhan hukum
seseorang itu sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstemal.
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri manusia
untuk patuh pada hukum, misalnya dengan adanya sifat benar-benar
menghayati aturan-aturan hukum akan lebih mendorong seseorang untuk
tidak melanggar hukum atau patuh terhadap hukum.
Faktor ekstemal merupakan faktor yang timbul dari luar diri seseorang,
misalnya seseorang patuh terhadap hukum, karena ingin tetap menjadi
bagian atau untuk menjaga keutuhan, dan Iain-lain sebaginya.
Dari hal tersebut di atas, Pumadi Purbacaraka memiliki suatu pendapat
dalam hal mengapa hukum itu ditaati oleh orang, yaitu:

'""Soerjono Soekanto, Sualu Tinjauan HukumTerhadap Masalah-masalah Sosial, Citra
Aditya, Bandung, 1991, him. 9
'^ Soerdjono Dirdjosisworo, Pengantar Tentang Psikologi Hukum, Alumni, Bandung.
1992, him. 30

30

a. Orang takut akan sanksinya
b. Orang-orang hanya sekedar Jkut-ikutan saja antar satu sama yang Iain.
Dalam hal ini maksudnya adalah bahwa orang yang belum mentaati
hukum menjadi mentaati hukum karena ikut-ikutan orang lain yang
sudah mentaati hukum tersebut
c. Hukum itu memang selaras dengan kepentingannya
d. Kesadaran sendiri dari orang tersebut. ^

E . Putusan Pengadilan Dalam Kasus Lalu Lintas
Dalam kasus kecelakaan lalu lintas dari kelalaian pengamudi

yang

mengakibatkan kematian korban akan diproses secara hukum. Oleh karena itu
seteiah dilakukan penyidikan oleh pihak peyidik yaitu kepolisian, selanjutnya
Berita Acara Pemriksaan (BAP) tersebut diserahkan kepada penuntut umum.
Kejaksaan untuk membuat surat dakwaan, jaksa penuntut umum membuat surat
dakwaan tersebut dengan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang
disampaikan pihak penyidik. Adapun yang dimaksud dengan surat dakwaan
adalah; "Suatu surat atau akte yang memuat suatu mmusan dari tindak pidana
yang dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan
pendahuluan yang mempakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan".'^
Selanjutnya pemeriksaan dilakukan di pengadilan yang dilakukan oleh
hakim. Hakim yang memeriksa perkara tersebut seteiah memeriksa para saksi dan
saksi korban jika korbannya cacat. Kemudian seteiah pemeriksaan selesai, maka
hakim akan mengambil putusan terhadap perkara tersebut.
Di dalam hukum acara pidana pada pokoknya dikenal dua jenis putusan
sebagai berikut:
'^A. Riduan Halim, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab,
Jakarta, 1998, him. 141
'Wndi Hamzah, Surat Dakwaan, Alumni, Bandung, 1997, him. 17

Ghalia Indonesia,

31

1. Jenis putusan yang bersifat formil
2. Jenis putusan yang bersifat materiil.
Jenis putusan yang bersifat formil adalah putusan pengadilan yang bukan
merupakan

putusan

akhir, yaitu

putusan

yang berisi pemyataan

tidak

berwenangnya pengadilan untuk memeriksa suatu perkara. Juga putusan yang
menyatakan bahwa dakwaan/surat dakwaan penuntut umum batal. Dalam hal ini
misalnya surat dakwaan jaksa tidak mencantumkan waktu dan tempat tindak
pidana dilakukan dalam surat dakwaan.
Putusan yang berisi pemyataan bahwa dakwaan penuntut umum tidak
dapat diterima, perkara yang diajukan oleh penuntut umum sudah daluarsa.
Sedangkan putusan yang bersifat materiil adalah jenis putusan pengadilan yang
merupakan putusan akhir sebagai berikut:
1. Putusan bebas
2. Putusan lepas dari segala tuntutan umum
3. Putusan pemidanaan.'^
Putusan bebas ini dijatuhkan oleh pengadilan jika ia berpendapat bahwa
kesalahan atau perbuatan yang didakwakan terhadap terdakwa tidak terbukti
secara sah dan menyakinkan di dalam persidangan. fidak terbuktinya kesalahan
terdakwa ini adalah minimum bukti yang telah ditetapkan oleh undang-undang
tida terpenuhi seperti hanya ada keterangan tersangka, tanpa dikuatkan oleh alat
bukti lain, atau alat bukti terpenuhi, tetapi hakim tidak yakin akan kesalahan
terdakwa.
'^Ansori Sabuan. Dkk, Hukum Acara Pidana, Angkasa, Bandung, 1990, him. 197
"Andi Hamzah, Pengantar Hukum Aara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1994, him. 262

32

Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, putusan ini diberikan oleh
hakim jika ia berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa
terbukti. tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, jad bukan
merupakan perbuatan yang dapat dipidana, oleh perbuatan yang terbukti itu sama
sekali tidak dapat dimasukan dalam salah satu ketentuan undang-undang pidana
atau karena adanya alasan pembenamya.
Putusan pemidanaan, putusan ini dijauhkan oleh hakim apabila terdakwa
terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya dianggap terbukti dengan sah
dan meyakinkan. Jadi menurut Pasal 193 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, apabila terdakwa terbukti bersalah maka harus dijatuhi pidana.

BAB, 111

PEMBAHASAN

A. Kegunaan surat Perdamaian Bagi Hakim Dalam Menyeiesaikan Perkara
Kecelakaan Lalu Lintas
Pembangunan transportasi yang berperan sebagai urat nadi kehidupan
ekonomi, sosial, budaya, politik dan pembahan

keamanan diarahkan kepada

terwujudnya

berkemampuan

sistem

diselenggarakan

transportasi

yang

andal,

tinggi

dan

secara lerpadu, tertib dan lancer untuk mendukung roda

pembangunan. Taransportasi atau pengangkutan mempunyai arti yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi pengangkutan

adalah:

"Memindahkan barang atau orang d

Dokumen yang terkait

E N I N G K A T A N H A S I L B E L A J A R M E N U L I S K A L I M A T E F E K T I F D A L A M P A R A G R A F A R G U M E N T A S I M E L A L U I K E G I A T A N P E E R C O R R E C T I O N P A D A S I S W A K E L A S X 1 S M A N E G E R I R A M B I P U

0 2 17

E V A L U A S I T E R H A D A P P E L A K S A N A A N R U JU K A N B E R JE N JA N G K A S U S K E G A WA T D A R U T A N M A T E R N A L D A N N E O N A T A L P A D A P R O G R A M JA M P E R S A L D I P U S K E S M A S K E N C O N G T A H U N 2012

0 2 19

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI K E P U T U S A N K O N S U M E N D A L A M P E MB E L I A N G U L A P A S I R K E MA S A N B E R L A B E L D A N TI DAK BERLABEL D I K A B U P A T E N J E M B E R

0 2 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI K E P U T U S A N K O N S U M E N D A L A M P EMB E L I A N G U L A P A S I R K EMA S A N B E R L A B E L D A N TIDAK BERLABEL D I K A B U P A T E N J E M B E R

0 4 17

H U B U N G A N A N T A R A P R O F E S I O N A L I S M E P E G A W A I D E N G A N K U A L I T A S P E L A Y A N A N P E N E R B I T A N K T P D A N K K D I K A N T O R K E C A M A T A N G A M B I R A N K A B U P A T E N B A N Y U W A N G I

0 6 22

H U B U N G A N T I N G K A T P E N G E T A H U A N I B U T E N T A N G D A M P A K K E C E L A K A A N P A D A B A L I T A D I R U M A H D E N G A N T I N D A K A N P E N C E G A H A N K E C E L A K A A N D I W I L A Y A H P O S Y A N D U A L A M A N D A

0 4 19

R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G M E L A L U I TA N A M A N

0 0 10

K E K U A T A N DO'A TERHADAP K E Y A K I N A N SISWA D A L A M B E L A J A R D I S E K O L A H DASAR N E G E R I 30 PAGAR DEWA K E C A M A T A N L U B A I MUARA E N I M

0 1 79

P E N E G A K A N H U K U M T E R H A D A P T I N D A K PIDANA P E R J U D I A N DAN K E N D A L A N Y A DI P O L S E K B E L I T A N G I I

0 0 79

ANALISIS AOArOJAfC P E N G E L O L A A N DAN P E L A K S A N A A N DANA BANTUAN O P E R A S I O N A L S E K O L A H (BOS) Dl S E K O L A H DASAR N E G E R I 3 S E M E N D E DARAT L A U f K A B U P A T E N MUARA ENIM SKRIPSI

0 3 108