Annisa Nurul Hikmah BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh financial distress, pertumbuhan

  perusahaan, pergantian manajemen dan opini audit terhadap pergantian KAP ini didasarkan pada kajian teori berikut:

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

  Agency theory atau teori keagenan merupakan konsep yang

  menjelaskan hubungan kontraktual antara pemegang saham selaku principle dan manajemen selaku agent. Pihak pemegang saham atau principle adalah pihak yang memberikan wewenang kepada pihak lain, yaitu manajemen atau

  , untuk melakukan semua kegiatan principle dalam kapasitasnya sebagai

  agent

  pengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah agensi timbul karena adanya perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara pihak

  principle dan manajemen. Karena dengan adanya perbedaan kepentingan

  didalam teori keagenan ini diperlukan seorang auditor independen yang berfungsi sebagai penengah antara kedua belah pihak (principal dan agent).

  Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer (Prahartari, 2013).

  Financial distress pada suatu perusahaan terjadi karena perusahaan

  tidak dapat memenuhi kewajibannya (Aprillia, 2013). Hal ini dikarenakan adanya pengambilan keputusan yang tidak tepat serta kurangnya pengawasan dari pihak principal untuk kegiatan perusahaan yang dilakukan agent.

  Pradipta dan Septiani (2014) menyatakan bahwa pihak principal atau pemilik perusahaan menginginkan perusahaan memperoleh opini yang mereka inginkan. Karena opini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan memperoleh opini selain

  

unqualitified , maka principal dapat menilai hal tersebut merupakan kesalahan

agent (manajemen). Oleh karena itu principal akan mengganti manajemen

  yang baru, namun manajemen yang baru pasti juga menginginkan auditor yang baru pula sesuai dengan praktik akuntansi yang diterapkan oleh manajemen yang baru tersebut.

  Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kualitas baik industrinya maupun kualitas baik kegiatan ekonominya secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Dalam hubungannya perusahaan dengan tingkat petumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dan manajemen (Nabilla, 2011).

2. Independensi Auditor

  Independensi auditor adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.

  Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta untuk merumuskan dan menyatakan pendapatnya

  (Mulyadi, 2010). Menurut (Mulyadi, 2010) sikap independensi seorang auditor dikelompokan dalam tiga aspek, yakni: a.

  Independensi dalam kenyataan (independence in fact) Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam auditnya,

  b. Independensi dalam penampilan (independence in appearance) Independensi seorang auditor yang ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor, c.

  Independensi dalam keahlian (independence in competence) Independensi seorang auditor yang dilihat dari keahlian dan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan hal yang penting bagi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dalam mengaudit laporan keuangan serta menilai kewajaran laporan keuangan.

3. Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor

  Di Indonesia peraturan mengenai kewajiban rotasi audit diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003

  pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” sebagai perubahan atas keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangandari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.

  Peraturan tersebut diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”.

  Perubahan yang dilakukan antara lain adalah pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut oleh KAP dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang diatas (pasal 3 ayat 2 dan 3). Pembaharuan Peraturan Menteri Keuangan dimaksudkan untuk membatasi hubungan auditor dengan klien sehingga dapat menjaga independensi auditor.

4. Pergantian KAP

  Pergantian KAP merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah kantor akuntan publik untuk memperoleh auditor yang akan melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal itu muncul karena adanya kewajiban rotasi audit. Berdasarkan bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan masa perikatan audit (audit tenure) yang lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan KAP (Nasser dkk, 2006).

  Masruroh (2016) menyimpulkan bahwa auditor switching adalah pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien pada periode tahun selanjutnya. Pergantian KAP tersebut dilakukan untuk menjaga independensi dan obyektivitas yang dimiliki seorang auditor. Menurut (Salim dan Rahayu, 2014) terdapat dua jenis pergantian KAP yang dapat terjadi antara lain: a.

  Pergantian KAP secara wajib (Mandatory) Pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan karena adanya peraturan berlaku yang mewajibkan perusahaan melakukan pergantian KAP secara berkala.

  b. Pergantian KAP secara sukarela (Voluntary) Pergantian KAP yang terjadi apabila klien mengganti KAP nya tanpa ada peraturan yang mewajibkan klien untuk melakukan pergantian auditor. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya dari sisi klien misalnya adanya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering dan ada pula dari sisi auditor misalnya fee audit, kualitas audit dan sebagainya.

  Keputusan untuk melakukan voluntary auditor switching mendapat berbagai macam respon dari berbagai pihak. Broody and Moscover (1998) menyatakan bahwa pergantian KAP akan meningkatkan kualitas audit dan independensi audit melalui suatu pengurangan pengaruh klien terhadap auditor. Disisi lain, Nasser, dkk (2006) menyatakan pergantian KAP secara sukarela akan cenderung mengakibatkan peningkatan fee audit. Di lain pihak, KAP dan OJK menganggap bahwa pergantian auditor secara sukarela akan mengganggu karena memerlukan monitoring yang berlebih serta dipercaya akan menimbulkan biaya yang lebih besar dibanding dengan hasil yang didapat (Liyani dkk, 2015).

  Auditor switching dapat dilakukan dengan adanya peraturan (atau

  bersifat mandatory) atau dengan sukarela diluar peraturan yang ada (Voluntary). Disaat perusahaan melakukan perpindahan KAP secara

  

voluntary , terdapat dua kemungkinan atas keputusan tersebut, yaitu:

perusahaan memberhentikan auditor atau auditor yang mengundurkan diri.

  Yang menjadi menarik adalah alasan dibalik keputusan praktik tersebut. Jika alasan tersebut salah satunya dipicu ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka sesuai dengan pernyataan (Dwiyanti, 2014) yang menyatakan bahwa perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan keuangan perusahaan.

5. Financial Distress

  Financial distress adalah kondisi perusahaan yang sedang mengalami

  masa kesulitan keuangan, dimana perusahaan mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya kepada kreditur. Kondisi perusahaan merupakan gambaran umum perusahaan. Jika kondisi keuangan perusahaan tidak dapat mengatasi masalah kesuliatan keuangan tersebut maka dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan bagi perusahaan. Kesulitan keuangan dapat menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pergantian auditor. Sejalan dengan pendapat (Hudaib dan Cooke, 2005) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress lebih sering berpindah auditor dibandingkan perusahaan yang tidak bangkrut.

  Ketidakpastian bisnis pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dapat menimbulkan suatu kondisi yang mendorong perusahaan untuk berganti KAP. Hudaib dan Cooke, 2005 menyatakan bahwa ancaman terhadap kesulitan keuangan juga merupakan biaya yang akan dihadapi perusahaan karena pihak manajemen cenderung akan menghabiskan waktunya untuk menghindari kebangkrutan dari pada membuat keputusan- keputusan untuk mengelola perusahaan.

  6. Pertumbuhan Perusahaan

  Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kualitas baik industrinya maupun kualitas baik kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan investor untuk membuat keputusan terhadap investasinya.

  Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan tidak mengalami stagnancy (kemacetan).

  Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan tingkat penjualan, dimana penjualan merupakan kegiatan utama dalam suatu perusahaan. Penjualan juga dapat menunjukkan keadaan perusahaan yang bisa bertahan di dalam persaingan dunia bisnis. Laba terjadi ketika penjualan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya. Sehingga dapat dikatakan penjualan merupakan faktor paling penting dalam perkembangan perusahaan.

  7. Pergantian Manajemen

  Pergantian manajemen adalah pergantian direksi perusahaan yang bisa jadi disebabkan oleh keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) atau pihak manajmen yang berhenti karena kemauannya sendiri ssehingga pemegang saham harus mengganti manajemen baru yaitu direktur utama CEO (Chief Executive Officer) suatu perusahaan (Damayanti dan Sudarma, 2008). Dalam suatu perusahaan manajer merupakan pihak yang memegang peranan penting dimana secara aktif melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan pengambilan keputusan, serta mengendalikan jalannya operasional suatu perusahaan. Dengan adanya pergantian manajemen seringkali diikuti dengan perubahan kebijakan dibidang akuntansi, keuangan bahkan dalam pemilihan KAP.

  Menurut Joher, dkk (2000) menyatakan bahwa manajer memerlukan seorang auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya. Sehingga dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan perusahaan akan memilih KAP baru yang lebih berkualitas dan selaras dengan kebijakan akuntansi suatu perusahaan.

8. Opini Audit

  Opini audit didefinisikan sebagai pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Dalam Standar Profesional Akuntansi Publik (2001) dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  Menurut (Mulyadi, 2010) terdapat 5 (lima) tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan auditor, yaitu: a.

  Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report) Pendapat wajar tanpa pengecualian merupakan pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing

  (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan pada laporan keuangan atau tidak terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Menurut Prahartari, 2013 terdapat beberapa kondisi laporan keuangan yang harus dipenuhi untuk menilai laporan keuangan yang dianggap wajar didalam penyajiannya, yaitu: 1)

  Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan, 2)

  Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, 3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Pendapat wajar tanpa pengecualian ini dikeluarkan jika semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan) telah lengkap diberikan dan tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. Dengan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan klien disajikan secara wajar dalam semua hal material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

  b.

  Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified

  opinion report with explanatory language )

  Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas yaitu keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan lain dalam laporan audit, namun laporan keuangan tetap disajikan secara wajar dalam posisi keuangan perusahaan klien.

  Penyebab utama yang membuat ditambahkannya satu kalimat penjelas dalam laporan audit adalah: 1)

  Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum, 2)

  Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas, 3)

  Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 4)

  Penekanan atas suatu hal, 5)

  Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya,

  6) Pendapat wajar sebagian didasarkan pada laporan audit yang melibatkan auditor lain. c.

  Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report) Terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu:

  1) Lingkungan audit dibatasi,

  2) Auditor tidak dapat melakukan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena yang berada di luar kemampuan klien maupun auditor,

  3) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

  d.

  Pendapat tidak wajar (adverse opinion report) Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar apabila laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum. Selain itu pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

  e.

  Tidak menyatakan pendapat (disclimer of opinion report) Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah karena auditor tidak memperoleh bukti tentang kewajara laporan keuangan auditornya, auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien dan auditor, dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam kinerjanya.

B. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian mengenai Financial Distress

  Dalam penelitian Al azhar (2015) yang melakukan penelitian terhadap auditor switching dengan menggunakan variabel financial

  distress yang menghasilkan bahwa kondisi kesulitan keuangan perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap auditor switching.

  Dalam penelitian Dwiyanti dan Sabeni (2014) memberikan hasil bahwa variabel Financial Distress berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Wea dan Murdiawati (2015) yang meneliti pergantian auditor dengan financial distress sebagai variabel penelitian menunjukkan bahwa

  financial distress berpengaruh signifikan dan positif terhadap pergantian

  auditor. Penelitian mengenai financial distress juga dilakukan oleh Saidin, dkk (2016) dengan hasil financial distress berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

  Namun terdapat penelitian dengan hasil berbeda diantaranya penelitian Putra dan Trisnawati (2016), Nugroho (2015) dan Faradila dan Yahya (2016) yang menyatakan bahwa variabel financial distress tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

2. Penelitian mengenai Pertumbuhan Perusahaan

  Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pergantian auditor telah diteliti oleh Nugroho (2015) dan Faradila dan Yahya (2016) yang menunjukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. Penelitian Suarjana (2015) menyatakan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor.

  Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Putra dan Trisnawati (2016) dengan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Saidin, dkk (2016) juga meneliti diamana pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Penelitian tersebut mendukung penelitian Putra (2014) yang juga meneliti tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan perusahann tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

3. Penelitian mengenai Pergantian Manajemen

  Penelitian mengenai pergantian manajemen telah dilakukan oleh Luthfiyati (2016) yang memberikan hasil bahwa pergantian manajemen berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor. Penelitian Nazri, dkk (2012), Ferdiano, dkk (2015), Al azhar (2015) dan Saidin, dkk (2016) menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. Pradhana (2015) dan Salim (2014) juga menyatakan bahwa pergantian manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pergantian auditor. Namun hasil yang berbeda mengenai pergantian manajemen ditunjukan oleh Nugroho (2015) dan Satriantini, dkk (2014) yang memberikan hasil bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

4. Penelitian mengenai Opini Audit

  Penelitian tentang pengaruh opini audit terhadap pergantian auditor telah dilakukan oleh Suarjana (2015) yang memberikan hasil opini auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergantian auditor. Dalam Putra (2014) dan Faradila dan Yahya (2016) disimpulkan bahwa variabel opini audit berpengaruh terhadap pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan Al azhar (2015) menyatakan bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor.

  Disisi lain beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda, diantaranya Salim (2014), Santriantini, dkk (2014), Ismaya (2017) dan Prahartari (2014) yang menunjukkan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Hal yang sama juga dilakukan oleh Setyawan dan Aryani (2014) yang memberikan hasil bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

  switching sedangkan ukuran

  Financial distress ,

  pertumbuhan perusahaan, rentabilitas, opini audit.

  Financial distress ,

  5. I Wayan Deva Widia Putra, 2014.

  pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor.

  financial distress ,

  Opini audit, pergantian manajemen, ukuran KAP,

  perusahaan dan kepemilikan publik.

  distress , pertumbuhan

  Opini audit, pergantian manajemen, ukuran KAP, financial

  4. Robby Aditiya Putra dan Ita Trisnawati, 2016.

  auditor switching .

  perusahaan dan kualitas audit memiiki pengaruh negatif dan audit fee tidak berpengaruh signifikan terhadap voluntary

  Pergantian manajemen, opini audit, financial distress berpengaruh signifikan terhadap voluntary auditor

  No Peneliti Variabel Hasil

  financial distress dan fee audit.

  Pergantian manajemen, Opini audit, ukuran klien, kualitas audit,

  3. R. Meike Erika Dwiyanti dan Arifin Sabeni, 2014.

  distress tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

  Pergantian Manajemen berpengaruh terhadap pergantian auditor. Sedangkan ukuran KAP, Opini audit dan financial

  financial distress

  Opini audit, Ukuran KAP, pergantian manajemen,

  2. Apriyeni Salim, Sri Rahayu, 2014.

  Opini audit dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pergantian auditor. Sedangkan financial distress tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.

  pertumbuhan perusahaan.

  financial distress ,

  Opini audit,

  1. Yuka Faradila dan M Rizal Yahya, 2016.

  pertumbuhan perusahaan dan rentabilitas tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor, opini audit berpengaruh terhadap pergantian auditor. Lanjutan tabel 2.1 6.

  I Wayan Suarjana, 2015.

  terhadap auditor switching. Dan change in management berpengaruh positif terhadap

  Audit opinion berpengaruh negatif

  auditor switching .

  berpengaruh positif terhadap

  Financial distress dan management turnover

  Financial distress, Management turnover, audit opinion.

  10. Al Azhar L, 2015.

  auditor switching .

  KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap

  Financial distress dan ukuran

  audit fee berpengaruh positif terhadap auditor switching.

  Management switching dan

  Accounting firm size, customer’s company size, management switching, financial distress and fee audit.

  9. Egi Ferdiano, Nurika Restuningdiah, Bety Nur Achadiyah, 2015.

  auditor switching .

  auditor switching . Client size and complexity berpengaruh

  Opini audit, reputasi auditor, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, perubahan rentabilitas.

  tidak berpengaruh terhadap

  Audit opinion dan growth

  Audit opinion, changes in management, client size and complexity, growth.

  8. Sharifah Nazatul Faiza Syed Mustapha Nazri, Malcolm Smith dan Zubaidah Ismail, 2012.

  auditor dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

  auditor switching . Opini

  KAP, financial trouble , ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

  auditor switching . Ukuran

  Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap

  perusahaan, pertumbuhan perusahaan.

  trouble , turn management , ukuran

  Opini audit, ukuran KAP, financial

  7. Saidin, Rina Arifati dan Rita Andini, 2016.

  Opini audit berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Reputasi auditor, ukuran perusahaan dan perubahan rentabilitas tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP.

  terhadap auditor switcing.

C. Kerangka Pemikiran

  Pergantian KAP dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari klien maupun dari auditor. Menurut Salim dan Rahayu (2014) menyatakan 2 faktor yang mempengeruhi perusahaan berganti KAP secara voluntary yaitu faktor klien (client-related factors) yang diataranya adalah kesulitan keuangan, manajemen gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan juga faktor dari auditor (Auditor-related factors) yang diantaranya adalah fee audit dan kualitas audit.

  Financial Distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam

  masa kesulitan keuangan. Dalam suatu perusahaan pasti mempunyai kemungkinan mengalami masa kesulitan dan besaran kemungkinan tergantung pada kebijakan yang diambil para pengambil keputusan dan lingkungan perusahaan yang mendukung perusahaan menuju suatu keadaan yang dapat mengakibatkan suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Dengan demikian perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung akan mengganti KAP dibandingkan dengan perusahaan yang kondisi keuangannya sehat (Utomo, 2014). Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu self interest, maka pihak agen agak cenderung berpindah pada KAP yang dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaan sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya audit yang terlalu besar (Fitriani dan Zulaikha, 2014). Penelitian Al azhar (2015), Gunady dan Mangoting (2013) dan Fitriani dan Zulaikha (2014) mendapatkan hasil bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap pergantian auditor

  (KAP). Dimana semakin tinggi tingkat financial distress suatu perusahaan mendorong perusahaan tersebut untuk cenderung mengganti KAP nya dibandingkan perusahaan lain yang tingkat financial distress nya lebih rendah.

  Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kualitas baik industri maupun kualitas baik kegiatan ekonominya secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Ketika pertumbuhan suatu perusahaan semakin tinggi maka kecenderungan untuk berpindah KAP semakin kecil atau bahkan tidak sama sekali. Karena pemilik akan semakin puas dengan kinerja manajemen sehingga perusahaan akan tetap mempertahankan KAP nya. Dan sebaliknya jika perusahaan mengalami pertumbuhan negatif dan mengindikasikan ke arah kebangkrutan sehingga perusahaan mengalami penurunan penjualan yang diikuti dengan penurunan laba perusahaan, maka manajemen perusahaan cenderung untuk berpindah KAP (Nabilla,2011). Hasil penelitian Suarjana (2015) dan Fitriani dan Zulaikha (2014) menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif pergantian auditor (KAP).

  Pergantian manajemen merupakan pergantian direktur utama atau CEO yang diputuskan dalam rapat umum pemegang saham ataupun karena keputusan pribadi manajemen tersebut. Dengan adanya CEO yang baru, memungkinkan adanya kebijakan-kebijakan baru dalam bidang akuntansi, keuangan juga pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2010). Menurut Nazri, dkk (2012) seorang manajemen yang baru biasanya tidak puas dengan kualitas dan cost dari auditor sebelumnya, sehingga manajemen yang baru cenderung akan melakukan pergantian auditor. Manajemen yang baru akan mencari auditor yang sesuai dengan kebijakan serta praktik akuntansi yang diinginkan oleh manajemen baru. Dapat disimpulkan bahwa adanya pergantian manajemen akan menyebabkan klien memilih auditor yang baru dengan kualitas yang lebih baik serta sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nazri, dkk (2012), Ferdiano, dkk (2015) dan Saidin, dkk (2016) yang menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor (KAP).

  Opini audit adalah pernyataan atau pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Bagi pengguna laporan keuangan eksternal seperti investor, opini audit dapat memberikan informasi yang sangat bermanfaat yang dapat dijadikan sebagai dasar didalam pengambilan keputusan (Pradipta dan Septiani, 2014). Jika perusahaan mendapatkan opini audit diluar wajar tanpa pengecualian dari auditor, maka perusahaan tersebut cenderung akan melakukan pergantian auditor (KAP) yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan sangat menghindari munculnya opini qualified dalam laporan keuangan mereka. Jika perusahaan menerima opini qualified maka akan menurunkan kredibilitas laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Al azhar (2015) yang memberikan hasil bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor (KAP).

  Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:

  Variabel Independen Variabel Dependen

  H1 (+)

  Financial Distress

  (X1) Pertumbuhan Perusahaan

  H2 (-) (X2)

  Pergantian KAP H3 (+)

  (Y) Pergantian Manajemen

  (X3) Opini Audit

  (X4) H4 (-)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran D.

   Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh financial distress dengan pergantian KAP

  Financial distress adalah kondisi perusahaan yang sedang mengalami

  masa kesulitan keuangan. Kondisi perusahaan merupakan gambaran umum perusahaan, dimana kondisi perusahaan juga bisa menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan melakukan pergantian KAP. Kondisi perusahaan yang sedang mengalami penurunan keuangan dan tidak mempunyai kemampuan untuk membayar biaya audit yang ditekankan oleh KAP cenderung akan menyebabkan perusahaan melakukan auditor

  

switching . Dengan demikian perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan

  cenderung akan mengganti KAP dibandingkan dengan perusahaan yang kondisi keuangannya sehat (Utomo, 2014). Hal ini didukung oleh penelitian Al azhar (2015), Gunady dan Mangoting (2013) dan Fitriani dan Zulaikha (2014) yang mendapatkan hasil bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap pergantian auditor (KAP). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesa yang dibuat adalah sebagai berikut:

  H 1 : Financial Distress berpengaruh positif terhadap pergantian KAP.

2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan dengan pergantian KAP

  Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kualitas baik industrinya maupun kualitas baik kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan, maka permintaan terhadap KAP yang mampu untuk menyediakan layanan jasa non-audit diperlukan untuk peningkatan perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan yang sedang bertumbuh cenderung untuk mempertahankan KAP mereka dari pada perusahaan lain yang mengalami pertumbuhan yang lebih rendah. Perusahaan yang sedang mengalami penurunan pertumbuhan penjualan juga cenderung untuk berpindah auditor. Dengan demikian pergantian KAP pada perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi, lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (Nabilla, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian Suarjana (2015) dan Fitriani dan Zulaikha (2014) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor (KAP). Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan hipotesa yang dibuat adalah sebagai berikut:

  H

2 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap

pergantian KAP.

3. Pengaruh pergantian manajemen dengan pergantian KAP

  Pergantian manajemen merupakan pergantian direktur utama atau CEO yang diputuskan dalam rapat umum pemegang saham ataupun karena keputusan pribadi manajemen tersebut. Setiap manajer mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, maka jika dalam suatu perusahaan melakukan pergantian manajemen hal itu akan menimbulkan adanya auditor

  

switching , karena manajemen yang baru cenderung akan mengganti

  auditornya dengan auditor yang lebih berkualitas dan sesuai dengan kebijakan-kebijakannya agar mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat (Prahartari, 2013). Hal tersebut didukung oleh penelitian Nazri, dkk (2012), Ferdiano, dkk (2015) dan Saidin, dkk (2016) yang menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. Sehingga hipotesa yang dibuat adalah sebagai berikut:

  H

3 : Pergantian Manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian

KAP.

4. Pengaruh opini audit dengan pergantian KAP

  Opini audit adalah pernyataan atau pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Ketidakpuasan manajemen atas pendapat yang diberikan oleh auditor juga mengakibatkan perusahaan melakukan pergantian KAP-nya.

  Terdapat beberapa pendapat audit yang mendorong perusahaan berganti KAP, diantaranya opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar dan auditor tidak mengeluarkan pendapatnya, dimana pendapat tersebut banyak tidak disukai oleh klien karena opini tersebut menunjukkan adanya masalah daporan keuangannya yang dapat mengakibatkan pandangan negatif bagi investor. Dengan demikian perusahaan yang menerima pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat akan lebih cenderung untuk berganti KAP (Utomo, 2014). Dalam penelitian Al azhar (2015) yang melakukan penelitian tentang opini audit memberikan hasil bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesa yang dibuat adalah sebagi berikut:

  H 4 : Opini Audit berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP