BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kajian Prestasi Belajar - PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V SD N 1 TIPARKIDUL - repository perpust

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kajian Prestasi Belajar

  a. Pengertian Belajar Sesuatu yang dilakukan seseorang untuk berlatih dan mengetahui apa yang belum mereka ketahui sebelumnya disebut dengan belajar. Dengan belajar bisa membuat seseorang mengerti tentang hal-hal yang ada di sekitar lingkungan kita dan sebagainya serta menambah pengetahuan diri seseorang.

  Belajar merupakan suatu yang dilakukan seseorang untuk mengetahui hal yang baru seperti yang diungkapkan oleh Suryono & Hariyanto (2014: 9) bahwa

  : “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian”. Melalui belajar pengetahuan kita akan bertambah luas dan mengetahui apa yang belum pernah kita ketahui serta kita juga dapat merubah apa yang ada pada diri kita seperti sikap dan kepribadian.

  Romberg & Kaput dalam Trianto (2011: 15) mengemukakan bahwa: “belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman yang dimilikinya”. Pengetahuan baru tersebut dapat digunakan siswa

  8 untuk mengetahui hal-hal yang ada di lingkungan berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan.

  Praktik belajar yang kurang kondusif juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa seperti yang telah dikemukakan oleh Gross dalam Suyono & Hariyanto (2014: 11) bahwa: “akibat praktik belajar yang kurang kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan kesempatan untuk berkreasi dan belum mengembangkan seluruh potensi anak didik secara optimal”. Ada enam mitos tentang belajar, yaitu :

  (1) Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan. (2) Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan sekolah. (3) Siswa harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan guru. (4) Di dalam belajar, si pembelajar di bawah perintah dan aturan guru (5) Belajar harus sistematis, logis dan terencana. (6) Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan.

  Enam mitos yang telah disebutkan di atas dapat dijelaskan bahwa :

  1. Biasanya kegiatan belajar sangat disegani para siswa karena membosankan dan kurang adanya kreatifitas dalam pembelajaran, seharusnya dalam pembelajaran guru dapat menciptakan sesuatu yang baru yang dapat membuat siswa aktif serta tidak jenuh dalam belajar.

  2. Seorang guru harus mempunyai ketrampilan sendiri untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak hanya terikat dengan materi dan ketrampilan yang diberikan oleh sekolah saja.

  3. Sebenarnya bukan hanya guru yang harus aktif dan siswa itu pasif, seharusnya guru dapat membuat siswa aktif agar siswa paham tentang apa yang dijelaskan guru dan tidak mudah bosan dalam belajar.

  4. Siswa di bawah perintah dan aturan guru dalam kegiatan pembelajaran. Siswa harus patuh terhadap peraturan guru tapi seorang siswa dapat berpendapat tentang apa yang siswa ingin utarakan mengenai pembelajaran yang sedang diajarkan tersebut.

  5. Belajar harus mempunyai tujuan yang pasti jadi harus mempunyai rencana yang jelas. Jadi sebelum proses pembelajaran guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

  6. Belajar harus sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disediakan serta mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam proses pembelajaran.

  Mitos semacam itu timbul karena dilandasi oleh fakta, banyak praktik pembelajaran di sekolah yang menunjukan pelaksanaan hal-hal tersebut. Oleh sebab itu, harus diciptakan suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

  Belajar juga dapat merubah tingkah laku yang ada pada diri seseorang seperti yang dikatakan oleh Kingsley dalam Ahmadi & Supriyono (2013: 127) bahwa Learning is:

  “the process by which behavior (in the broader sense) is orginated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku

  (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan”. Jadi belajar di sini merupakan perubahan tingkah laku seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, belajar dapat dilakukan dilingkungan formal maupun non formal. Dengan belajar kita dapat lebih tahu dan menambah pengetahuan yang belum pernah kita ketahui.

  Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa pengertian belajar adalah suatu aktifitas atau interaksi dilingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pada diri seseorang dalam pengetahuan, keterampilan serta tingkah laku yang terjadi karena pengalaman dari diri seseorang tersebut.

  Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Melalui belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

  b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan yang baik, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Menurut Arifin (2013: 12) berpendapat:

  “Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar, prestasi belajar merupakan standar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam belajar, jika prestasinya baik maka orang itu dika takan berhasil dalam belajarnya”.

  Prestasi belajar (achievement) mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain : a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia” c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan..

  e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap materi pelajaran. Fungsi prestasi belajar di atas dapat dilihat bahwa betapa pentingnya jika kita mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cronbach dalam Arifin (2013: 13) bahwa: kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyukuhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

  Prestasi belajar banyak kegunaannya terutama yaitu untuk keperluan seleksi siswa serta mengetahui dan mengukur tingkat kemampuan para siswa dalam proses pembelajaran yang diajarkan.

2. Kajian Sikap Percaya Diri

  a. Pengertian Sikap Percaya Diri Percaya diri merupakan suatu sikap yang penuh keyakinan yang ada pada diri seseorang dalam menghadapi apapun baik itu pekerjaan atau belajar, sikap percaya diri ini tidak dimiliki oleh semua orang. Dengan sikap percaya diri kita dapat hidup dengan mandiri juga karena tidak ketergantungan kepada orang lain, kepercayaan diri yang kita miliki dapat membantu kita dapat menyelesaikan hal yang sedang kita lakukan atau hadapi.

  Percaya diri merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang tanpa ada keraguan seperti halnya yang dikemukakan oleh Elfiky (2008: 54) bahwa: “percaya diri adalah berbuat dengan sepenuh keyakinan. Apapun tantangan yang dihadapi dan dalam kondisi apapun dalam menggapai cita-citanya. Sikap percaya diri adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkemban g serta selalu memperbaiki diri”.

  Sikap percaya diri yaitu hal yang penting dalam membangun karakter seseorang dalam kehidupan di sekolah maupun di dalam masyarakat sekitar mereka tinggal. Orang yang kurang memiliki sikap percaya diri selalu takut pada kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui serta tidak berani melakukan perubahan sekecil apapun untuk keluar dari kebiasaan dan tidak akan menyelesaikan suatu tujuan dengan sukses tanpa adanya percaya diri. Pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin pada diri seseorang akan kemampuan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan.

  Sikap percaya diri yang sifatnya sudah permanen atau sudah menjadi gaya hidup, budaya atau bagian tak terpisahkan dengan diri kita (permanen). Ini biasanya dimiliki oleh orang-orang berprestasi tinggi yang telah mengalahkan berbagai tantangan dan hambatan. Ini disebut percaya diri faktual.

  Dampak-dampak positif juga ada pada sikap percaya diri seperti yang dikemukakan oleh Weinbreg dan Gould (2006: 58) percaya diri memberikan dampak-dampak positif pada hal-hal berikut: “a) Emosi, b) Konsentrasi, c) Sasaran, d) Usaha, e) Strategi,

f) Momentum”.

  Dampak positif yang sudah disebutkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a) individu yang memiliki percaya diri yang tinggi akan lebih mengendalikan emosi yang ada pada dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan, b) seorang individu yang memusatkan perhatiannya dan terfokus pada suatu tujuan pada hal- hal tertentu tanpa ada rasa terlalu khawatir dan keraguan, c) individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menantang karena juga akan mendorong dirinya untuk berupaya lebih baik lagi, d) seorang individu tidak mudah menyerah atau frustasi dalam upaya menggapai cita-cita yang diinginkannya sampai berhasil, e) seorang individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil usahanya, f) individu akan terlihat lebih tenang dan ulet serta tidak mudah menyerah terus berusaha mengembangkan dan membuka peluang bagi dirinya.

  Bandura dalam Ubaedy (2007: 12), menjelaskan bahwa : percaya diri ini punya kontribusi besar terhadap motivasi seseorang. Dengan percaya diri seseorang mempunyai motivasi untuk melakukan target yang dituju serta menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya. Orang yang percaya diri akan melakukan tindakan dan berpikir dengan didasari pemikiran bahwa dirinya adalah seseorang yang memiliki nilai (prestasi) dalam berbagai ruang lingkup. Mereka akan mampu bersosialisasi dengan masyarakat dalam berbagai aspek.

  Sikap percaya diri dapat dibentuk oleh seseorang melalui beberapa indikator. Menurut kemendikbud (2014;71) indikator percaya diri yaitu: 1) Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.

  2) Mampu membuat keputusan dengan cepat 3) Tidak mudah putus asa 4) Tidak canggung dalam bertindak 5) Berani presentasi di depan kelas 6) Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.

  Berdasarkan beberapa indikator diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan percaya diri apabila telah menunjukan perilaku atau tindakan seperti mampu membuat keputusan, tidak mudah putus asa, tidak canggung, berani presentasi dan berani berpendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan. Baik tidaknya rasa percaya diri siswa dapat dilihat dari keenam indikator diatas. Siswa yang dapat menunjukan perilaku atau tindakan sesuai dengan keenam indikator di atas maka siswa tersebut dapat dikatakan memiliki percaya diri yang baik. Orang yang selalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati- hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain, seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan dari pada teman.

  Siswa yang memiliki sikap percaya diri pastinya akan tahu tujuan hidupnya. Segala tindakan yang dilakukan didasari atas pikiran yang jelas dan terarah. Adanya unsur tujuan yang jelas pada diri siswa akan membuatnya lebih tekun karena mereka sadar seberapa kecil langkah yang dilakukan pastilah meliliki tujuan, mudah membuat keputusan karena mereka tahu apa tujuan dibalik semua yang mereka putuskan, mempunyai lebih banyak energi dan semangat karena mereka mempunyai motivasi.

  Pembentukan sikap percaya diri siswa tidak akan lepas dari lingkungannya. Jadi pembentukan sikap percaya diri pada seseorang perlu mendapat campur tangan dari orang lain. Lingkungan harus menyediakan iklim yang kondusif agar sikap percaya diri seseorang dapat berkembang. Hal ini juga berlaku pada dunia pendidikan terutama di sekolah, sikap percaya diri pada siswa juga harus mendapatkan campur tangan dari guru. Sebagaimana diketahui bahwa gurulah yang paling memegang peran penting dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi serta percaya diri siswa.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

  Pembelajaran dalam kelas seharusnya dilaksanakan dengan baik, menarik dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Salah satu pembelajaran yang inovatif, menyenangkan dan menuntut keaktifan siswa adalah pembelajaran kooperatif

  Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok seperti yang diutarakan oleh Majid (2013: 174) bahwa: “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran Jika dapat ditekankan bahwa pembelajaran ”. kooperatif tidak hanya aspek pengetahuan yang diperhatikan namun aspek sikap pun tidak kalah mendapatkan perhatian yang sama.

  Rusman (2014: 202) telah mengemukakan: pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan cara belajar dengan cara siswa bekerja dan belajar secara berkelompok dan didalam kelompok itu terdapat empat sampai 6 orang untuk saling bekerja sama didalam proses pembelajaran selama pembelajaran didalam kelas berlangsung.

  Pembelajaran dengan cara berkelompok seperti yang teah dijelaskan di atas akan mempermudah siswa untuk memecahkan masalah dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Lie dalam Majid (2013: 180) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu: 1)Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence), 2)Tanggung jawab perseorangan (individual

  accountability), 3)Interaksi tatap muka (face to face promation interaction), 4)Partisipasi dan komunikasi (participation and communication), 5)Evalusi proses kelompok.

  Prinsip-prinsip dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Tugas kelompok merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh anggota. Tidak boleh ada anggota yang hanya mendomplengkan namanya saja tanpa bekerja dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak boleh ada ketergantungan negatif melaiankan harus ada ketergantungan positif dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab atas tugas kelompok. Saling ketergantungan yang positif ditunjukan dengan tidak akan selesainya suatu tugas jika diantara anggotanya ada yang lepas tanggung jawab. Anggota yang lain tidak boleh untuk membantu apabila ada salah satu anggota yang tidak mampu mengerjakan.

  2. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada masing-masing anggota kelompoknya. Tanggung jawab perorangan dalam model pembelajaran kooperatif merupakan hal yang sangat penting karena keberhasilan tugas kelompok sangat ditentukan oleh tugas individu.

  3. Interaksi dengan tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga bagi siswa.melalui interaksi dengan tatap muka siswa dapat menerima dan memberi pesan.

  4. Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajarn kooperatif menuntut siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Partisipasi tentunya harus diimbangi dengan kemampuan komunikasi siswa agar apa yang disampaikan dapat sampai kepada orang lain dengan baik. Oleh karena itu guru harus mampu melatih kemampuan komunikasi siswa secara bertahap .

  5. Menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

4. Think-Pair Share

  a. Pengertian Think-Pair Share

  Think Pair Share adalah proses pembelajaran dengan cara

  berfikir berkelompok kemudian berbagi seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2011: 81) bahwa: “strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

  ”. Pendapat tersebut dapat menyatakan bahwa think pair share merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang dapat mempengaruhi pola interaksi siswa dalam proses belajar, dimana dalam pembelajarannya terdapat langkah thinking, pairing, dan

  sharing

  Adapun tahapanan dalam pembelajaran kooperatif tipe think

  

pair share menurut Majid (2013: 191) menjelaskan tahapan-tahapan

think pair share sebagai berikut : “Tahap 1: Thinking, tahap 2:

Pairing, tahap 3: Sharing

  Tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut:

  1. Tahap thinking, yaitu pada tahap ini siswa diminta untuk memikirkan beberapa saat secara mandiri tentang pertanyaan atau isu yang disajikan guru. Pertanyaan tersebut berupa soal evaluasi tentang pelajaran yang sebelumnya sudah diajarkan.

  2. Tahap pairing, yaitu setelah siswa berpikir untuk beberapa saat, siswa kemudian diminta untuk berpasangan dengan siswa lain dan saling berdiskusi tentang hasil pemikiran mereka. Cara membentuk pasangan tersebut yaitu dengan sebuah kartu yang sudah disediakan khusus untuk membentuk pasangan dalam belajar. Siswa dapat berbagi jawaban jika yang diajukan guru berupa pertanyaan dan berbagi ide jika yang diajukan guru adalah sebuah persoalan.

  3. Tahap sharing, yaitu tahap terakhir adalah setiap pasangan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan. Mereka mempresentasikan hasil kerjanya di depan teman-teman kelasnya

  Purnomo & Suprayitno (2013: 3), mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah: “a) kelompok terbentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, b) penghargaan lebih menekankan kelompok daripada masing-masing individu, c) dibentuk secara berpasang- pasangan, d) Bertukar informasi antar siswa lain”.

  Ciri-ciri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

  a. Setiap kelompok belajar atau kelompok diskusi didalam kelompok tidak dikelompokan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi juga, sisiwa yang memiliki kemampuan sedang dengan sisiwa yang memiliki kemampuan sedang, dan sisiwa yang memiliki kemampuan rendah dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah, akan tetapi didalam kelompok terbagi atas siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

  b. Setiap kelompok yang prestasi belajarnya baik dalam pembelajaran reward akan diberikan untuk kelompok bukan untuk individu yang paling aktif/ paling pintar dalam kelompok. c. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair shre ini memang model pembelajaran yang membetuk pasangan untuk teman belajarnya atau untuk berpikir bersama tentang materi yang sudah diberikan oleh guru.

  d. Jika siswa sudah dibentuk berpasang-pasangan pada tahap sebelumnya kemudian siswa saling bertukar informasi dengan pasangannya tersebut.

4. Kajian IPS

  1. IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah mata pelajaran yang diajarkan di Indonesia mulai dari tingkat SD mata pelajaran IPS cakupan materinya sangat luas sehingga siswa enggan untuk mempelajarinya. Martoella dalam Trianto (2010: pendidikan

  IPS dalam 172) berpendapat: “istilah menyelanggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat”. Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungannya dengan lingkungan, yaitu masyarakat dimana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat jadi siswa dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Susanto (2013: 138) berpendapat: “hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa

  ”. Jadi dengan pembelajaran IPS diharapkan dapat menjadikan siswa warga negara Indonesia yang baik serta bertanggung jawab, siswa juga dapat berpikir kritis dalam kehidupannya.

  Trianto (2010: 173) menyebutkan bahwa: “Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan yang ada disekitar dimana siswa tumbuh dan berkembang dilingkungan tersebut”. Jadi lingkungan yang kondusif sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk menciptakan siswa yang mempunyai sikap serta nilai moral yang baik.

  5. Tujuan Pembelajaran

  IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah memiliki beberapa tujuan menurut Susanto (2013: 145) mengemukakan tujuan utama pembelajaran IPS yaitu: “untuk mengembangkan potensi siswa agar dapat peka terhadap masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat”.

  Penekanan pembelajaran dalam pendidikan IPS tidak hanya pada upaya pemberian sejumlah konsep kepada siswa untuk hafalan, melainkan terletak pada pengimplentasian dari apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan mereka yang sesungguhnya. Awan Mutakin dalam (Trianto,2010: 176-177) merinci lebih jelas tentang tujuan pembelajaran IPS. Tujuan tersebut adalah :

  a. Siswa mempunyai kesadaran serta kepedulian akan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui pemahaman akan nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

  b. Siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial dengan megetahui dan memahami terlebih dahulu konsep dasar serta mengaplikasikan metode yang diadaptasi dari IPS.

  c. Siswa mampu memecahkan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

  d. Siswa mau menaruh perhatian terhadap isu dan masalah- masalah sosial, menganalisis dengan kritis, serta mengambil tindakan dengan tepat.

  e. Mampu mengembangkan berbagai potensi siswa.

  f. Memotivasi siswa agar bertindak berdasarkan moral.

  g. Sebagai fasilitator dalam lingkungan terbuka dan tidak menghakimi.

  h. Mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik serta mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam menggunakan penalaran untuk mengambil keputusan. i. Menentukan perasaan, emosi, serta derajat penerimaan dan penolakan siswa terhadap materi IPS.

  6. Ruang Lingkup IPS

  IPS sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki beberapa ruang lingkup. Berbagai ruang lingkup tersebut tentunya harus diajarkan dalam pembelajaran IPS di kelas. IPS tidak hanya mengajarkan berbagai pengetahuan kepada siswa, namun pengajaran keterampilan, nilai, dan sikap harus ada dalam pembelajaran IPS

  Sementara itu ruang lingkup pembelajaran IPS kelas V semesster 2 yang memuat KD sebagai berikut. KD 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang. KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. KD 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan

  2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Penelitian tentang meningkatkan prestasi belajar dan percaya diri siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD N 1 Tiparkidul ini akan difokuskan pada KD 2.3 Menghargai jasa dan pernan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan

  2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Indikator-indikator yang akan diteliti juga mengikuti KD yang dipilih.

  7. Pembelajaran IPS di SD Pembelajaran IPS harus diselenggarakan dengan memperhatikan karakteristik siswa. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa siswa usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik yang khas. Dalam usia SD ini siswa berada pada tahap perkembangan kognitif masa operasional konkrit. Pembelajaran IPS seharusnya dapat membantu siswa dalam mengembangkan berbagai kemampuan maupun potensi yang mereka miliki.

  Mata pelajaran

  IPS lebih banyak materinya dibandingkan mata pelajaran yang lain karena cakupannya luas. Sebaiknya pada saat pembelajaran guru tidak sepenuhnya ceramah dalam proses pembelajaran tetapi libatkan siswa supaya mereka aktif. Para siswa harus dilatih melakukan proses belajar melalui kekuatan pribadinya secara individual dan dalam bentuk kelompok. Seorang guru harus mengeola proses yang demikian secara efektif, efisien, dan produktif.

  Seorang guru harus menguasai strategi untuk menciptakan situasi dan suasana yang serasi.

B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan adalah penelitian yang keberhasilannya sudah teruji. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe think pair share dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar dan percaya diri siswa.

  Penelitian yang telah dilakukan oleh Agus Purnomo dan Suprayitno dalam Jurnal “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar” terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dari siklus ke siklus meningkat.

  Kemudian menurut penelitian Muhammad Husni W dalam jurnal “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap prestasi Belajar PKn Kelas IV SD Gugus I Selong Ditinjau Dari Motivasi Belajar” dibuktikan bahwa prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan model belajar konvensional. Jadi, model pembelajaran kooperatife tipe think pair share baik digunakan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SD N 1 Tiparkidul.

C. Kerangka Pikir

  Latar belakang yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya telah menjelaskan bahwa terdapat prestasi belajar dan kepercayaan diri yang kurang pada siswa-siswi kelas V SD N 1 Tiparkidul dalam pembelajaran

  IPS. Terdapat sebagian siswa yang masuk kategori percaya diri sedang dan prestasi belajar sedang. Hal ini ditunjukan dengan masih malu-malunya siswa dalam mengungkapkan gagasan atau hasil kerjanya, suara yang dikeluarkan siswa juga masih pelan dalam membacakan hasil kerjanya, dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat lesu dan kurang memperhatikan.

  Berdasarkan penuturan guru, siswa tidak percaya diri dikarenakan tidak yakin akan hasil kerja atau pengetahuan yang siswa miliki sendiri.

  Mereka takut salah dan takut mendapatkan nilai jelek apabila salah mengungkapkan pendapat. Siswa juga menuturkan siswa takut diolok-olok oleh temannya apabila salah menjawab soal atau kurang tepat dalam jawaban jika presentasi di depan kelas. Model pembelajaran yang kurang berfariasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi.

  Salah satu model yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar dan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini siswa SD akan mengalami tahapan- tahapan pembelajaran seperti pembentukan pasangan, penyampaian topik inti materi, thinking atau pemberian waktu untuk berpikir, pairing atau berpasangan mengutarakan hasil pemikiran, sharing atau presentasi, penyampaian pokok permasalahan yang menambah materi yang belum diungkapkan para siswa, simpulan, dan penutup. Berbagai pengkondisian tersebut akan melatih siswa untuk lebih percaya diri dalam pembelajaran.

  Adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir akan memfasilitasi siswa dalam mengembangkan rasa ingin tahunya, keinginan untuk belajar serta realitisnya. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik anak kelas tinggi di mana mereka ingin tahu, ingin belajar, dan relaistis.

  Tahapan pairing dan sharing dalam kegiatan pembelajaran juga sesuai dengan karakteristik anak tinggi, di mana mereka dihadapkan pada situasi kelompok untuk menyampaikan atau mendiskusikan hasil pemikirannya. Tahapan berpasangan dan berbagi merupakan sebuah penghargaan yang secara tidak langsung menepuk keyakinan siswa bahwa mereka dihargai. Pembelajaran IPS akan berjalan dengan lancar dengan didukung sikap percaya diri siswa dan antusiasmenya dalam mengikuti pembelajaran. Kerangka berpikir tersebet dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : Kondisi Awal Belum Rendahnya menggunakan prestasi belajar dan model sikap percaya diri pembelajaran pada pembelajaran kooperatif

  IPS tipe think

  pair share

  Tindakan Siklus I Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  think pair share

  Kondisi Akhir Tindakan Siklus II

  Model pembelajaran koperatif tipe think Menggunakan pair share dapat meningkatkan prestasi model belajar dan sikap percaya diri siswa pada pembelajaran pembelajaran IPS kelas V SD N 1 Tipar kooperatif tipe Kidul.

  think pair share

Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe think

  

pair share dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap percaya diri

  siswa dalam mata pelajaran IPS kelas V SD N 1 Tiparkidul