S KIM 0902156 Chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metodologi penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut mendeskripsikan secara sistematis bagaimana penelitian ini dilaksanakan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA swasta di Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada waktu pembelajaran materi pembuatan sistem koloid di sekolah tersebut sesuai dengan waktu penelitian dilakukan. Subjek dalam penelitian ini adalah 64 orang siswa kelas XI semester 2, yang terdiri atas dua kelas yaitu 32 orang siswa kelas eksperiman dan 32 orang siswa kelas kontrol. Pemilihan subjek penelitian siswa kelas XI semester 2 dikarenakan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi pembuatan sistem koloid pada kelas XI semester 2. Kedua kelas sampel yang digunakan memiliki keadaan yang sama, sehingga jumlah siswa sebagai subjek penelitian dibuat sama pada kedua kelas.

Siswa pada kelas ekperimen dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia sebelumnya yaitu kelompok yang memiliki kemampuan tinggi (kelompok tinggi), kelompok yang memiliki kemampuan sedang (kelompok sedang), dan kelompok yang memiliki kemampuan rendah (kelompok rendah). Pengelompokkan siswa dilakukan dengan cara menghitung rata-rata nilai ulangan mata pelajaran kimia dan standar deviasinya (Arikunto, 2008). Rumus untuk mencari rata-rata (mean) sebagai berikut:


(2)

�̅ =

∑��= ��

� (Reksoatmodjo, 2007) Keterangan : ∑Xi = Jumlah skor

n = Jumlah data

Rumus untuk mencari standar deviasi adalah :

� = √

∑��= ��−�̅

�−1 (Reksoatmodjo, 2007) Keterangan:

S : Standar deviasi XI : Nilai data �̅ : Nilai rata-rata

: jumlah data

Siswa kelompok tinggi memiliki nilai ulangan harian > mean+SD; siswa kelompok sedang memiliki nilai ulangan harian mean+SD > (ulangan harian) > mean-SD; dan siswa kelompok rendah memiliki nilai ulangan harian < mean-SD (Arikunto, 2008). Berdasarkan perhitungan tersebut, pembagian kelompok siswa pada kelas eksperimen ini yaitu siswa kelompok tinggi sebanyak 6 orang, siswa kelompok sedang sebanyak 19 orang, dan siswa kelompok rendah sebanyak 7 orang (Lampiran B.5).

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini dipilih karena penelitian yang dilakukan akan membandingkan peningkatan hasil pembelajaran dari dua perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok subjek. Berdasarkan desain penelitian ini, dibutuhkan dua kelas subjek sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan perlakuan, dan kelas kontrol yang tidak akan diberikan perlakuan. Kelas yang dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara acak dari populasi yang homogen, melainkan menerima keadaan subjek pada


(3)

keadaan sebenarnya (Ruseffendi, 2010). Kelas kontrol sebagai pembanding akan memberikan informasi untuk melihat pengaruh perlakuan pada kelas eksperimen.

Pada kedua kelas dilakukan pretes. Pretes diberikan untuk melihat kemampuan awal kedua kelas. Setelah pretes, dilaksanakan pembelajaran pada kedua kelas, untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode discovey-inquiry, sedangkan untuk kelas kontrol pembelajarannya dengan menggunakan metode praktikum. Setelah pembelajaran, diberikan postes pada kedua kelas tersebut untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Desain penelitian pretest-posttest nonequivalent control group design diilustrasikan dalam Gambar 3.1.

G1 O1 X O2

G2 O1 O2

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Wiersma, 2009)

Keterangan:

G1 : Kelas eksperimen

G2 : Kelas kontrol

O1 : Pretes

O2 : Postes

X : Perlakuan metode pembelajaran discovery-inquiry

Pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama melakukan praktikum tetapi pada kelas eksperimen pratikum yang dilakukan termasuk dalam rangkaian tahapan-tahapan metode discovery-inquiry, sedangkan pada kelas kontrol praktikum yang dilakukan adalah praktikum yang bersifat verifikasi (pembuktian konsep).

Pada kelas eksperimen, praktikum dilakukan dalam rangkaian tahap-tahap pembelajaran discovery-inquiry. Tahap pertama yaitu stimulasi, pada tahap ini siswa diberikan permasalahan berupa artikel yang memuat masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar, masalah yang disajikan berkaitan dengan materi pembuatan sistem koloid. Tahap kedua yaitu perumusan masalah, pada tahap ini


(4)

siswa melakukan identifikasi masalah yang terdapat di dalam artikel. Masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, kemudian siswa membuat jawaban sementara atas pertanyaan tersebut (hipotesis). Tahap ketiga yaitu pengumpulan data, pada tahap ini siswa mengumpulkan berbagai data untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis yang dibuat, salah satunya dengan melakukan praktikum. Tahap keempat yairu analisis data, pada tahap ini data yang didapatkan berdasarkan hasil praktikum kemudian dianalisis oleh siswa sampai siswa menemukan kesimpulan dari data-data tersebut. Pengolahan data yang dilakukan sesuai kebutuhan siswa. Pada pembelajaran siswa menganalisis data dengan mengamati pola kecenderungan yang terjadi, serta sebab pola tersebut terjadi. Tahap kelima yaitu verifikasi, pada tahap ini siswa mengecek hipotesis awal apakah sesuai atau tidak dengan kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis. Tahap terakhir yaitu generalisasi, pada tahap ini siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan umum berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan. Akhir dari tahap ini siswa menemukan konsep yang diharapkan secara utuh.

Pada kelas kontrol, pembelajaran diawali dengan penyampaian keseluruhan konsep pembuatan sistem koloid oleh guru, maka sebelum melakukan praktikum siswa telah menerima konsep tersebut. Setelah itu barulah dilakukan praktikum sebagai pembuktian konsep. Praktikum yang akan siswa lakukan telah dirancang sebelumnya oleh guru, siswa hanya tinggal melakukan sesuai prosedur yang disediakan. Pretes yang dilakukan sebelum pembelajaran digunakan untuk mengukur kesamaan keadaan dari kedua kelas, karena nilai pretes adalah variabel yang memiliki hubungan yang erat dengan variabel terikat (Wiersma, 2009). Adapun alur penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(5)

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Pretes

Telaah kurikulum dan materi pada standar isi mata pelajaran kimia SMA

Pembuatan RPP & instrumen penelitian (Soal, Wawancara)

Validasi instrumen penelitian Perbaikan instrumen Studi pustaka tentang

Discovery Inquiry dan Penguasaan Konsep Siswa

Pelaksanaan pembelajaran materi pembuatan sistem koloid

Kelas Kontrol (Metode Praktikum)

Analisis data dan pembahasan

Temuan Kesimpulan

Kelas Eksperimen (Metode Discovery Inquiry)

Postes Wawancara

Tahap 1 Persiapan

Tahap II Pelaksanaan

Tahap III Pengolahan dan Analisis

Data

Studi pendahuluan tentang pembelajaran kimia di


(6)

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Menganalisis standar isi SMA dan materi pelajaran pada buku-buku teks untuk menyusun materi yang akan diajarkan. Materi yang diambil dari hasil analisis adalah pembuatan sistem koloid.

b. Melakukan studi pendahuluan pada dua Guru kimia di salah satu SMA swasta kota Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran kimia diberikan oleh guru di SMA tersebut. Serta melihat masalah apa saja yang timbul dari pembelajaran kimia. c. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran dengan metode

discovery-inquiry.

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk materi pembuatan sistem koloid sesuai dengan metode discovery-inquiry.

e. Membuat materi bahan ajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan metode discovery-inquiry.

f. Membuat dan memvalidasi instrumen penelitian. g. Merevisi/memperbaiki instrumen penelitian. h. Menentukan sekolah dan kelas penelitian.

i. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dengan metode discovery-inquiry untuk kelas eksperimen dan metode eksperimen untuk kelas kontrol, sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

c. Memberikan posttes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Melakasanakan wawancara terhadap perwakilan siswa kelompok tinggi, sedang, rendah pada kelas eksperimen yang diteliti. Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran.


(7)

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari pretest, posttest, dan dari hasil wawancara.

b. Menganalisis data hasil temuan penelitian. c. Membuat kesimpulan penelitian yang dilakukan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Eksperimen ini disebut kuasi karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni (Sukmadinata, 2005). Metode ini digunakan untuk meninjau hubungan kausal antara dua variabel, yakni variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) (Firman, 2008).

Metode kuasi eksperimen digunakan karena pada penelitian ini tidak dilakukan pengacakan sampel, melainkan menggunakan kelas utuh sebagai subjek penelitian. Pada kuasi eksperiman ini peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap sekelompok subjek. Perlakuan ditujukan untuk mengetahui pengaruh yang muncul setelah sekelompok subjek tersebut diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah metode pembelajaran discovery-inquiry. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry terhadap penguasaan konsep siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupkan penjabaran variabel dan kondisi yang terjadi pada penelitian (Wiersma, 2009). Variabel-variabel dalam penelitian ini menyangkut variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini


(8)

adalah metode pembelajaran discovery-inquiry. Metode discovery-inquiry yang digunakan adalah jenis modified discovery-inquiry.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa. Penguasaan konsep siswa diperoleh berdasarkan nilai siswa menjawab soal-soal pada pretes dan postes.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah tingkatan kelas siswa yang dijadikan subjek penelitian, sekolah lokasi penelitian, guru yang mengajar, dan materi pokok yang diajarkan yaitu pembuatan sistem koloid.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (pretes dan postes) dan pedoman wawancara.

1. Tes tertulis

Tes tertulis digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan metode discovery-inquiry terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi pembuatan sistem koloid. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari pretes dan postes. Pretes diberikan sebelum pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal masing-masing siswa, sedangkan postes diberikan di akhir pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery-inquiry. Soal yang digunakan untuk pretes maupun postes adalah soal yang sama berjumlah 10 soal dan dalam bentuk pilihan berganda yang dibuat berdasarkan lima indikator pembelajaran yang dikembangkan (Lampiran A5, hal 133).


(9)

2. Pedoman Wawancara

Wawancara bertujuan untuk memperjelas dan memperkuat data yang diperoleh dari hasil jawaban siswa pada tes tertulis serta untuk mengetahui minat dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode discovery-inquiry. Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan desktiptif kuantitatif (Sukmadinata, 2009). Wawancara yang akan dilakukan termasuk wawancara terstruktur karena pertanyaannya sudah disusun terlebih dahulu. Sebelum melakukan wawancara, harus menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan singkat yang harus dijawab langsung oleh siswa (Lampiran A6, hal 142). Wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran/di luar pembelajaran. Hasil wawancara direkam dengan menggunakan alat perekam dan juga dicatat bagian-bagian jawaban penting.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen yang dilakukan adalah validasi. Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah instrumen yang akan dikembangkan sudah tepat dan sesuai dengan tujuan pengumpulan data pada penelitian Dengan kata lain, validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya. Instrumen yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Menurut Firman (2000), sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validasi yang dilakukan adalah validasi isi, yaitu derajat kesesuaian isi butir-butir soal dari suatu tes dengan karakteristik yang hendak diukur (Reksoatmodjo, 2007). Validasi isi diukur dengan menimbang kecocokan antara isi dan perilaku yang diukur oleh butir soal dengan isi dan perilaku yang terkandung dalam rumusan tujuan pembelajaran (Kartadinata, 1992). Validasi isi dilakukan dengan judgement (pertimbangan) para ahli yang berkompeten (Firman, 2008). Instrumen pada penelitian ini divalidasi oleh dua orang dosen.

Validasi instrumen dilakukan sebanyak enam kali. Bagian yang diperbaiki diantaranya adalah bahasa yang digunakan dalam membuat soal; kesesuaian


(10)

indikator yang dikembangkan dengan butir soal, aplikasi tahapan metode discovery inquiry, dan penguasaan konsep yang diinginkan; serta kesesuaian antara soal dengan pilihan yang diberikan. Hasil dari perbaikan tersebut menghasilkan suatu tes yang berisi 10 butir soal dengan masing-masing 5 pilihan jawaban (Lampiran A5, hal 133).

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan secara beberapa tahap yaitu pelaksanaan pretes, pemberian perlakuan, pelaksanaan postes, dan pelaksanaan wawancara terhadap siswa. Wawancara dilakukan setelah postes selesai diluar jam pembelajaran. Wawancara dilakukan terhadap perwakilan siswa dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pelaksanaan wawancara berada diluar jam pelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai metode discovery-inquiry serta untuk memperoleh keterangan dari beberapa perwakilan siswa atas data nilai pretes dan postes yang tidak dapat terungkap oleh soal-soal pretes dan postes.

H. Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dari hasil tes tertulis dan wawancara. Adapun langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut.

1. Pengolahan Data Tes Tertulis

a. Penguasaan konsep siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah pada kelas eksperimen.

1) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan rata-rata nilai ulangan. Adapun data pengelompokkannya sesuai dengan Tabel 3.1.


(11)

Tabel 3.1 Pengelompokkan Kelas Eksperimen

Kelompok Jumlah

Tinggi 6

Sedang 19

Rendah 7

2) Menghitung nilai pretes dan postes setiap kategori siswa siswa pada kelas eksperimen dalam bentuk persen.

= ℎ � %

3) Menghitung persentase nilai rata-rata tes per kategori siswa kelas eksperimen.

4) Menilai tingkat penguasaan siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep (Arikunto, 2009) Nilai (%) Kategori Kemampuan

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

b. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk masing-masing indikator pembelajaran.

1) Mengelompokkan soal berdasarkan masing-masing indikator pembelajaran.


(12)

2) Menghitung nilai pretes dan postes per indikator pembelajaran untuk siswa pada kelas eksperimen dalam bentuk persen.

3) Menghitung persentase nilai rata-rata pretes dan postes per indikator pembelajaran untuk siswa pada kelas eksperimen.

4) Menilai tingkat penguasaan siswa per indikator pembelajaran berdasarkan Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep.

c. Peningkatan penguasaan konsep seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1) Menskor tiap lembar jawaban pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan kunci jawaban.

2) Menghitung nilai pretesdan postes tiap siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk persen.

3) Menilai tingkat penguasaan siswa berdasarkan Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep.

4) Menghitung gain tiap siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

� = � − � �

5) Menghitung nilai gain rata-rata keseluruhan siswa, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

� − = � �

ℎ �

6) Mengolah data gain secara statistik untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0, dengan tahapan sebagai berikut.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan bagian pendahuluan yang penting dalam menganalisis data. Hasil uji normalitas ini berhubungan dengan jenis statistik yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data. Bila data yang diperoleh terdistribusi normal, maka analisis statistik selanjutnya


(13)

menggunakan analisis statistik parametrik. Sedangkan bila data tidak terdistribusi normal, maka digunakan analisis statistik nonparametrik. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk menggunakan program SPSS versi 18.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : data terdistribusi normal

H1: data terdistribusi tidak normal

Pengambilan Keputusan:

Jika Sig. dengan probabilitas > 0,05 maka H0 diterima. Jika Sig.

dengan probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

b) Uji Signifikansi

Jika uji normalitas menunjukkan data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametris yaitu uji Two Independent Sample Test. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis adakah perbedaan yang signifikan untuk peningkatan penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji yang digunakan yaitu uji Mann-Whitney. Uji ini untuk menguji hipotesis apakah pembelajaran dengan metode discovery-inquiry meningkatkan penguasaan konsep siswa berbeda secara signifikan dibandingkan dengan metode konvensional. Uji Mann-Whitney dilakukan menggunakan program SPSS versi 18.0 dengan penafsiran sebagai berikut.

Hipotesis:

H0 : tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep

yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. H1 : terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep yang

signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan keputusan:

Jika Asymp. Sig. (2-tailed) dengan probabilitas > 0,05 maka H0

diterima.

Jika Asymp. Sig. (2-tailed) dengan probabilitas < 0,05 maka H0


(14)

2. Pengolahan data hasil wawancara

a. Mengubah hasil wawancara dari lisan menjadi tulisan. b. Menganalisis hasil wawancara.

c. Menggabungkan analisis hasil wawancara sebagai penunjang jawaban tes tertulis.


(1)

2. Pedoman Wawancara

Wawancara bertujuan untuk memperjelas dan memperkuat data yang diperoleh dari hasil jawaban siswa pada tes tertulis serta untuk mengetahui minat dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode

discovery-inquiry. Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan desktiptif kuantitatif (Sukmadinata, 2009). Wawancara yang akan dilakukan termasuk wawancara terstruktur karena pertanyaannya sudah disusun terlebih dahulu. Sebelum melakukan wawancara, harus menyiapkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan singkat yang harus dijawab langsung oleh siswa (Lampiran A6, hal 142). Wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran/di luar pembelajaran. Hasil wawancara direkam dengan menggunakan alat perekam dan juga dicatat bagian-bagian jawaban penting.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen yang dilakukan adalah validasi. Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah instrumen yang akan dikembangkan sudah tepat dan sesuai dengan tujuan pengumpulan data pada penelitian Dengan kata lain, validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya. Instrumen yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Menurut Firman (2000), sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validasi yang dilakukan adalah validasi isi, yaitu derajat kesesuaian isi butir-butir soal dari suatu tes dengan karakteristik yang hendak diukur (Reksoatmodjo, 2007). Validasi isi diukur dengan menimbang kecocokan antara isi dan perilaku yang diukur oleh butir soal dengan isi dan perilaku yang terkandung dalam rumusan tujuan pembelajaran (Kartadinata, 1992). Validasi isi dilakukan dengan judgement (pertimbangan) para ahli yang berkompeten (Firman, 2008). Instrumen pada penelitian ini divalidasi oleh dua orang dosen.

Validasi instrumen dilakukan sebanyak enam kali. Bagian yang diperbaiki diantaranya adalah bahasa yang digunakan dalam membuat soal; kesesuaian


(2)

indikator yang dikembangkan dengan butir soal, aplikasi tahapan metode

discovery inquiry, dan penguasaan konsep yang diinginkan; serta kesesuaian antara soal dengan pilihan yang diberikan. Hasil dari perbaikan tersebut menghasilkan suatu tes yang berisi 10 butir soal dengan masing-masing 5 pilihan jawaban (Lampiran A5, hal 133).

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan secara beberapa tahap yaitu pelaksanaan pretes, pemberian perlakuan, pelaksanaan postes, dan pelaksanaan wawancara terhadap siswa. Wawancara dilakukan setelah postes selesai diluar jam pembelajaran. Wawancara dilakukan terhadap perwakilan siswa dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pelaksanaan wawancara berada diluar jam pelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai metode

discovery-inquiry serta untuk memperoleh keterangan dari beberapa perwakilan siswa atas data nilai pretes dan postes yang tidak dapat terungkap oleh soal-soal pretes dan postes.

H. Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dari hasil tes tertulis dan wawancara. Adapun langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut.

1. Pengolahan Data Tes Tertulis

a. Penguasaan konsep siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah pada kelas eksperimen.

1) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan rata-rata nilai ulangan. Adapun data pengelompokkannya sesuai dengan Tabel 3.1.


(3)

Tabel 3.1 Pengelompokkan Kelas Eksperimen

Kelompok Jumlah

Tinggi 6

Sedang 19

Rendah 7

2) Menghitung nilai pretes dan postes setiap kategori siswa siswa pada kelas eksperimen dalam bentuk persen.

= ℎ � %

3) Menghitung persentase nilai rata-rata tes per kategori siswa kelas eksperimen.

4) Menilai tingkat penguasaan siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep (Arikunto, 2009)

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang

b. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk masing-masing indikator pembelajaran.

1) Mengelompokkan soal berdasarkan masing-masing indikator pembelajaran.


(4)

2) Menghitung nilai pretes dan postes per indikator pembelajaran untuk siswa pada kelas eksperimen dalam bentuk persen.

3) Menghitung persentase nilai rata-rata pretes dan postes per indikator pembelajaran untuk siswa pada kelas eksperimen.

4) Menilai tingkat penguasaan siswa per indikator pembelajaran berdasarkan Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep.

c. Peningkatan penguasaan konsep seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1) Menskor tiap lembar jawaban pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan kunci jawaban.

2) Menghitung nilai pretesdan postes tiap siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk persen.

3) Menilai tingkat penguasaan siswa berdasarkan Tabel 3.2 Kriteria Penguasaan Konsep.

4) Menghitung gain tiap siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

� = � − � �

5) Menghitung nilai gain rata-rata keseluruhan siswa, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

� − = � �

ℎ �

6) Mengolah data gain secara statistik untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0, dengan tahapan sebagai berikut.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan bagian pendahuluan yang penting dalam menganalisis data. Hasil uji normalitas ini berhubungan dengan jenis statistik yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data. Bila data yang diperoleh terdistribusi normal, maka analisis statistik selanjutnya


(5)

menggunakan analisis statistik parametrik. Sedangkan bila data tidak terdistribusi normal, maka digunakan analisis statistik nonparametrik. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk menggunakan program SPSS versi 18.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : data terdistribusi normal H1: data terdistribusi tidak normal Pengambilan Keputusan:

Jika Sig. dengan probabilitas > 0,05 maka H0 diterima. Jika Sig.

dengan probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. b) Uji Signifikansi

Jika uji normalitas menunjukkan data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametris yaitu uji Two Independent Sample Test. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis adakah perbedaan yang signifikan untuk peningkatan penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji yang digunakan yaitu uji

Mann-Whitney. Uji ini untuk menguji hipotesis apakah pembelajaran dengan metode discovery-inquiry meningkatkan penguasaan konsep siswa berbeda secara signifikan dibandingkan dengan metode konvensional. Uji Mann-Whitney dilakukan menggunakan program SPSS versi 18.0 dengan penafsiran sebagai berikut.

Hipotesis:

H0 : tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. H1 : terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep yang

signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan keputusan:

Jika Asymp. Sig. (2-tailed) dengan probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.

Jika Asymp. Sig. (2-tailed) dengan probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.


(6)

2. Pengolahan data hasil wawancara

a. Mengubah hasil wawancara dari lisan menjadi tulisan. b. Menganalisis hasil wawancara.

c. Menggabungkan analisis hasil wawancara sebagai penunjang jawaban tes tertulis.