PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PERMAINAN FUTSAL.
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh Adita Nurlanda
0906638
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
Oleh: Adita Nurlanda
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi
©Adita Nurlanda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PERMAINAN FUTSAL
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX- 2 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO NIP. 195603031983031005
Pembimbing II
Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Mudjihartono, M. Pd. NIP. 196508171990011001
(4)
(5)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung. Metode yang digunakan adalah eksperimen, desain penelitian pretest-posttest control group design. Populasi adalah siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung sejumlah 288 siswa, sedangkan sampel sebanyak 46 siswa diambil melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala Likert dan tes keterampilan futsal. Hasil pengujian tes motivasi diperoleh (14,96) lebih besar dari (1,684), tes keterampilan diperoleh (15,01) lebih besar dari (1,684) dan gabungan dari tes motivasi dan keterampilan futsal diperoleh (16,33) lebih besar dari (1,684), pada tingkat kepercayaan atau taraf
signifikansi α = 0,05 dengan dk (n1 + n2– 2) = 44. Kesimpulan, terdapat perbedaan pengaruh antara gaya mengajar inklusi dengan gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal, dan gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada gaya mengajar komando.
Kata kunci : Gaya mengajar inklusi, gaya mengajar komando, pembelajaran futsal, motivasi, hasil belajar.
(6)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman
PERNYATAAN………... i
ABSTRAK……… ii
KATA PENGANTAR…….………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iv
DAFTAR ISI ………..……… vii
DAFTAR TABEL………. x
DAFTAR GAMBAR …….……….. xi
BAB I PENDAHULUAN…………..……… 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Identifikasi Masalah……….…. 6
C. Rumusan Masalah………….……….……… 6
D. Tujuan Penelitian……….………….. 7
E. Manfaat Penelitian………. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESI………....……… 9
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran……… 9
2. Hasil belajar………..….. 17
3. Permainan Futsal……….. 19
4. Motivasi Belajar..……….. 26
(7)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Gaya Mengajar Inklusi………. 33
7. Hakikat Pendidikan Jasmani……… . 37
8. Karakterisik Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII .. 39
B. Kerangka Pemikiran………....... . 43
C. Hipotesis………..………. . 48
BAB III METODE PENELITIAN ……… 49
A. Metode Penelitian……….. 49
B. Lokasi Penelitian……… 50
C. Populasi dan Sampel……….... 51
1. Populasi Penelitian………..………. 51
2. Sampel Penelitian ………….………... 51
D. Desain Penelitian……… 52
E. Definisi Operasional...……… 54
F. Instrumen Penelitian……….. 55
1. Instrumen Motivasi Belajar…………..………. 55
2. Instrumen Kognitif……… 58
3. Instrumen Afektif ……….. 59
4. Instrumen Keterampilan Dasar Futsal……… ……….. 60
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………... 62
1. Uji Validitas Instrumen……… 62
2. Uji Reliabilitas Instrumen……… 63
H. Teknik Analisis Data……… 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 66
A. Pemaparan Data Penelitian……… 66 1. Hasil Penghitungan Skor Rata-rata dan Simpangan
(8)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Hasil Uji Homogenitas………. 69
4. Hasil Uji Hipotesis……….. 70
B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 79
A. Kesimpulan……… 79
B. Saran……….. 79
DAFTAR PUSTAKA..………... 81 LAMPIRAN - LAMPIRAN
(9)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan artinya, penjas tidak hanya dijadikan untuk dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, akan tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan.
Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik yang dilakukan melalui pembelajaran yang diarahkan dan mendorong guru agar seluruh siswa tumbuh dan berkembang untuk mencapai suatu tujuan secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal penting. Tujuannya yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional, dan moral. Disamping itu pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari proses pendidikan yang berpengaruh
(10)
terhadap aspek nilai-nilai dalam perkembangan sikap perilaku anak didik, sebagai makhluk sosial.
Pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan dari unsur permainan maupun bermain. Pendidikan jasmani seyogyanya bisa membentuk karakter-karakter positif pada diri siswa, dan bisa merangsang motivasi siswa untuk berbuat lebih baik dalam kehidupan sehari-harinya maupun ketika dalam proses pembelajaran disekolah.
Pendidikan di sekolah biasanya mengutamakan prestasi akademis, dengan memberikan banyaknya tugas-tugas belajar yang membuat beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kehidupan sekolah yang demikian sama dengan kehidupan rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapainya pada saat ini, malah mengungkung anak dalam lingkungan gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game.
Dengan semakin berkurangnya anak untuk bergerak maka akan menjadi masalah atau bahkan dapat meningkatkan gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui perencanaan program pembelajaran yang baik, maka didalamnya anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Lewat pendidikan jasmanilah anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, dan merangsang perkembangan-perkembangannya yang bersifat menyeluruh. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak didik untuk mempelajari hal-hal yang penting.
Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, di
(11)
lapangan sering terjadi proses pengajaran yang sifatnya seragam atau menyamakan semua siswa yang diajarnya dengan mengajarkan materi yang sama dengan metode yang sama pula. Adapun menurut Tarigan (2012, hlm.7) menegaskan bahwa, “seyogianya tugas dan beban ajar yang diberikan pada setiap siswa harus disesuaikan dengan kemampuan, tingkat pertumbuhan dan perkembangannya…”. Di lapangan sering terjadi bahwa guru penjas mengeluh karena siswa yang diajarnya dinilai malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajarannya.
Peranan guru Pendidikan Jasmani dalam hal ini harus dapat mengarahkan siswa ke arah tujuan yang sesui dengan tujuan kurikulum yang telah diterapkan. Salah satu cara yang ditempuh guru untuk membiasakan siswa terlibat dalam kegiatan belajar yang kondusif adalah menggunakan metode-metode pengajaran yang dapat merangsang siswa untuk lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar juga bisa membawa hasil yang diharapkan oleh kurikulum. Dengan keadaan guru yang kreatif dalam pembelajaran memberikan dampak positif pada kondisi pembelajaran itu sendiri, agar tujuan pembelajaran yang disampaikan tercapai dan mudah dipahami oleh siswa.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran disekolah, salah satunya adalah dalam pembelajaran permainan futsal yang sekarang sudah banyak diminati oleh setiap kalangan khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama, namun karena futsal adalah olahraga yang hampir sama dengan sepakbola yang telah lebih dulu dikenal maka, banyak dari siswa yang hanya senang bermain tanpa mengenal teknik dalam permainan futsal. Saat ini olahraga futsal merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat popular di kalangan pelajar saat ini. Tidak jarang siswa yang sangat menyenangi olahraga ini. Keinginan siswa untuk mengikuti olahraga futsal sangat beragam. Mulai dari hanya ingin bermain saja, sampai yang ingin mendalami olahraga ini. Futsal merupakan salah satu permainan yang hampir sama dengan sepakbola pada
(12)
umumnya namun yang membedakan adalah ukuran lapang, jumlah pemain dan peraturan permainan. Dalam permainan futsal banyak aspek-aspek karakter yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya Pendidikan Jasmani itu sendiri. Dalam olahraga futsal keterampilan bermain sangat diperlukan, diantaranya keterampilan teknik dasar futsal, harus diimbangi dengan kemampuan individu, kepercayaan diri dan kerjasama tim yang didasari dari motivasi pada siswa. Dalam permainan futsal terdapat beberapa macam teknik bermain diantaranya passing, dan shooting, karena keterampilan tersebut paling dominan yang digunakan pemain untuk dapat menguasai permainan dan tentunya untuk mencetak gol.
Untuk mencapai tujuan penjas yang berkaitan motivasi belajar siswa serta kemampuan keterampilan bermain yang efektif diperlukan sebuah kurikulum yang baik. Pada kenyataannya untuk mencapai tujuan tersebut banyak kendala yang dihadapi, diantaranya, jumlah siswa dan karakteristik siswa yang berbeda. Kaitannya dengan penerapan metode pembelajaran penjas disekolah, guru penjas senantiasa menerapkan gaya mengajar inklusi, dimana gaya tersebut memberikan materi yang dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Menurut Suryobroto (2001, hlm. 42) “Gaya cakupan atau inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan”. Gaya mengajar inklusi ini melihat prinsip-prinsip dan karakteristik siswa, siswa didorong untuk dapat berpikir rasional dengan menempatkan posisi yang sesuai dengan kemampuan diri siswa tersebut sehingga akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengikuti pembelajaran penjas.
Prinsip perbedaan individu pada siswa sangat ditekankan pada pembelajaran dengan gaya inklusi. Pada umumnya gaya tersebut biasa diterapkan pada sekolah inklusi yang penyelenggaraan pendidikannya memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
(13)
untuk mengikuti pendidikan dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Namun disini peneliti ingin mencoba menerapkan gaya tersebut pada kelas reguler, karena dalam kenyataan yang terjadi dalam sekolah-sekolah reguler masih banyak yang menyeragamkan cara memberikan materi pembelajaran, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menyampaikan pembelajaran pendidikan jasmani harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswanya. Dengan diterapkannya gaya mengajar inklusi yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan tugas gerak yang akan dikerjakan, serta adanya tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda, maka akan timbulnya motivasi pada siswa untuk melakukan tugas gerak yang diberikan oleh guru.
Masalah belajar yang terjadi selama proses pembelajaran penjas berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Motivasi tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap proses dan tujuan dalam pembelajaran, seperti yang dikemukakan Juliantine dkk (2012, hlm.17) “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau kekuatan dalam diri individu, yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam proses belajar-mengajar motivasi sangat diperlukan, karena motivasi menentukan bagaimana siswa menjalani proses pembelajarannya. Seorang siswa yang tidak termotivasi akan sulit mengerjakan suatu tugas yang diberikan, sehingga hasil belajarnya tidak maksimal. Sebaliknya, siswa yang termotivasi akan menghabiskan waktu dan usahanya untuk melakukan tugas yang diberikan. Siswa tersebut akan berlatih dengan serius, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan lebih efektif, dan hasil belajarnya maksimal.
Menurut Sudjana (2004, hlm. 22) “Hasil belajar adalah kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Terdapat tiga macam hasil belajar mengajar : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Dari pendapat diatas dapat digambarkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan
(14)
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah yang akan dikaji oleh peneliti berkaitan dengan motivasi belajar siswa dan hasil belajar permainan futsal. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Gaya
Mengajar Inklusi Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Permainan Futsal”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang ditemui oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan guru penjas mengenai metode pembelajaran.
2. Jarang ditemukan guru penjas yang menggunakan metode gaya mengajar inklusi.
3. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran penjas. 4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam permainan futsal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah gaya mengajar inklusi dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar permainan futsal?
2. Apakah gaya mengajar inklusi dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan futsal?
(15)
3. Apakah gaya mengajar komando dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar permainan futsal?
4. Apakah gaya mengajar komando dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan futsal?
5. Apakah gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh lebih besar dengan gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi belajar permainan futsal.
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap hasil belajar permainan futsal.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar komando terhadap motivasi belajar permainan futsal.
4. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar komando terhadap hasil belajar permainan futsal.
5. Untuk mengetahui pengaruh yang lebih besar antara gaya mengajar inklusi dengan gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal.
(16)
E. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini menjadikan pengembangan ilmu mengenai kebutuhan akan gaya mengajar pendidikan jasmani dalam olahraga permainan futsal.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan dan diterapkan dalam gaya mengajar pembelajaran pendidikan jasmani.
b. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan pemahaman, pengetahun, pemikiran konsep belajar melaalui gaya mengajar inklusi, meningkatkan motivasi dan rasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran penjas disekolah.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran dan mampu mengembangkan pendekatan belajar sesuai dengan materi ajar dan karakteristik siswa.
(17)
(18)
(19)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh tujuan. Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Metode penelitian mencakup lokasi, populasi dan sampel, desain penelitian instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan lain-lain. Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian.
Untuk menghasilkan suatu penelitian yang baik, terlebih dahulu ditentukan metode sebagai jalan atau arah penelitian yang akan dituju. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan sifat dari peneltian eksperimental itu sendiri yang mencoba mengetahui pengaruh dari sebuah perlakuan. Sugiyono (2012, hlm. 106) menyatakan bahwa, “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap hal yang lain dalam kondisi yang terkendali”. Kemudian dijelaskan oleh Arikunto (2007, hlm. 207) bahwa, “ Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari „suatu‟ yang dikenakan pada subyek selidik”.
(20)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode yang digunakan adalah true experimental,menurut Sugiyono (2012, hlm. 112):
Peneliti dapat mengontrol semua variable luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal dapat menjadi tinggi. Ciri utamanya adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random dari populasi tertentu.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design.
ambar 1.1 Gambar 3.1
Pretest – Postest Control Group Design
(Sugiyono, 2012, hlm. 112)
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal untuk mengetahui adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, metode ini merupakan rangkaian suatu kegiatan percobaan untuk menyelidiki permasalahan, secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Gaya Mengajar Inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal.
B. Lokasi Penelitian
R O1 X O2 R O3 XO4
(21)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah sekelompok subjek baik manusia, benda ataupun peristiwa yang ada hubungannya dengan peristiwa yang akan diteliti. Subjek tersebut mempunyai sumber data yang relevan dan sanggup memberikan jawaban terhadap masalah yang akan diteliti. Sugiyono (2012, hlm. 119) menyatakan bahwa, “Populasi adalah wilayah generaisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan”.
Populasi bukan hanya sekedar objek atau subjek saja, tetapi meliputi seluruh karakteristik sifat, perilaku, keadaan dan lain-lan yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut. Mengingat bahwa populasi sangat luas, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi populasi untuk membantu mempermudah penarikan sampel, hal ini dipertegas oleh Sudjana (2000, hlm. 91) yang berpendapat bahwa, “… pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accessible population)”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung dengan jumlah populasinya 228 orang siswa.
(22)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi objek penelitian, Sugiyono (2012, hlm. 117) menjelaskan “Sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling (sampel acak). Adapun penjelasan mengenai simple random sampling menurut Sugiyono (2012, hlm. 120) adalah “ dikatakan simpel karena sederhana, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”.
Sedangkan untuk jumlah subyek sampelnya Arikunto(2006, hlm. 134) menjelaskan bahwa,
Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, serta sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis menentukan sampel yang diambil dari 20% jumlah populasi 228 orang siswa menjadi 46 orang siswa, kemudian dibagi menjadi dua kelompok dengan cara pengundian sederhana yakni 23 orang siswa dikelompok eksperimen dan 23 kelompok kontrol.
D. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu menetapkan desain untuk dijadikan acuan dalam langkah-langkah penelitian. “Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian” (Nasution, 2004, hlm. 40). Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Penggunaan desain dalam penelitian ini adalah
(23)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pretest-postest control group design, yakni pada desain ini dilakukan pretest atau tes awal sebelum diberi perlakuan. Hal ini berarti hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Sampel Variabel bebas Variabel terikat
Kelompok Eksperimen
Gaya mengajar
inklusi
Motivasi belajar Hasil belajar futsal
Kelompok Kontrol Gaya mengajar
komando
Motivasi belajar Hasil belajar futsal
Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis deskripsikan dalam bentuk gambar, sebagai berikut :
POPULASI
SAMPEL
TES AWAL
Motivasi dan Hasil Belajar Futsal
Kelompok Treatment Gaya Mengajar Inklusi
Kelompok Kontrol Gaya Komando TES AKHIR
(24)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
E. Definisi Operasional
a. Gaya mengajar inklusi
Menurut Suryobroto (2001, hlm. 36)
“Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkat-tingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak”.
b. Gaya mengajar komando
Juliantine (2012, hlm. 39) menjelaskan “Gaya komando gaya mengajar yang sepenuhnya didominasi oleh guru, guru yang membuat tentang bentu, tempo, urutan, intensitas penilaian, dan tujuan proses belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar.
c. Motivasi belajar
Menurut Uno (2012, hlm. 22) “Motivasi dalam belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.
d. Hasil belajar
Pengolahan dan Analisis Data
(25)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008, hlm. 2)”.
e. Permainan futsal
Menurut Lhaksana (2011, hlm. 7)
“Futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis. Dari segi lapangan yang relatif kecil, hampir tidak ada ruangan untuk membuat kesalahan, oleh karena itu, diperlukan kerjasama antar pemain lewat passing yang akurat, bukan hanya untuk melewati lawan. Ini disebabkan dalam permainan futsal pemain selalu berangkat dengan falsafah 100% ball posseion”.
F. Instrumen Penelitian
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani perlu adanya alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data atau alat ukur untuk mengukur variabel penelitian. Untuk mencapai keberhasilan dalam meneliti, maka diperlukan suatu teknik dan alat pengumpulan data yang tepat atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Arikunto (2007, hlm. 121) menjelaskan “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode”.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan dalam permainan futsal dan skala atau angket motivasi belajar.
1. Instrumen Motivasi Belajar
Untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa digunakan kuesioner atau angket yang disusun oleh penulis. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 142) menyatakan bahwa,
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
(26)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan teknik pengumpulan data yang paling efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu pasti apa yang akan diharapkan dari responden.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup dan terbuka. Pertanyaan atau pernyataan terbuka adalah pernyataan yang mengharapkan responden untuk menulis jawabannya berbentuk uraian tentang suatu hal. Sedangkan pernyataan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. Arikunto (2006, hlm. 152) berpendapat bahwa “Angket tertutup atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih”. Maka, dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pertanyaan tertutup.
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Oleh karena itu angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi belajar, maka instrumen yang digunakan adalah tes motivasi belajar. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan angket motivasi yang dikemukakan oleh Mc Cleland (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006, hlm. 88) bahwa,
Motivasi dalam konteks pembelajaran berdasarkan tiga jenis kebutuhan yang berbeda, yaitu a. Motivasi untuk berprestasi, b. Motivasi untuk memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama c. Motivasi untuk berkuasa.
Yang kemudian dibuat menjadi kisi-kisi dimensi motivasi belajar, pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2
(27)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Subvariabel Indikator No. Soal
+ - Motivasi belajar menurut Mc Cleland dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:88) a. Motivasi untuk berprestasi a. Motivasi untuk memper-oleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama b. Motivasi untuk menguasai materi pembelaja ran. Yang dimaksud dengan
menguasai disini
1. Mampu menyelesaikan tugas 2. Berkeinginan mendapatkan penghargaan 3. Belajar dengan
semangat
4. Menjadi yang terbaik
1. Membina hubungan sosial 2. Menjalin interaksi
sosial
3. Membuat citra positif
4. Menyesuaikan
diri dengan
lingkungan 1. Mempunyai tujuan 2. Mampu menganalisa 3. Menghadapi 5, 36 28 12,25,26 2,24,34 20 3,14 1 25 4,21 18, 23 22 13 7 11 35 31 10 8 30,17 19,33 6, 32 9, 15
(28)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam artian
membuat dirinya tahu.
tantangan baru 4. Memahami
materi dengan metode baru
27, 29 16
Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup, yang telah tersusun atas pertanyaan atau pernyataan yang tegas, teratur, konkrit, lengkap dan tidak menuntut jawaban. Alat yang digunakan untuk mengukur angket tersebut adalah berupa skala dengan menggunakan skalal Likert. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 93) “skala Likert adalah variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyususn item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan”.
Penskoran atau alternatif jawab Likert ialah dalam bentuk chek list (v). pilihan jawaban setiap item memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Model Summated Ratings (Likert)
Alternatif Jawaban Pemberian Skala Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-Ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
(29)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel tersebut penulis menetapkan kategori penskoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1. Pernyataan untuk kategori negatif, yaitu Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-Ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak Setuju = 5. Pemberian skala skor pada setiap kategori pernyataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap lima alternatif jawaban.
2. InstrumenKognitif
Kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan terdiri atas enam macam kemampuan, yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari), pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal), penerapan (kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), analisis (kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami), sintesis (kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok ekstern atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu).
Terkait dengan pembelajaran futsal kemampuan intelektual yang peneliti buat yakni:
1) Jelaskan teknik dasar dalam permainan futsal yang diketahui? 2) Apa yang dimaksud dengan olahraga permainan futsal? 3) Apa yang dimaksud dengan passing atau sepak-tahan bola? 4) Apa yang dimaksud dengan shooting?
(30)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Jelaskan cara melakukan shooting dengan menggunakan kaki bagian dalam yang benar?
7) Jelaskan cara melakukan shooting dengan menggunakan punggung kaki yang benar?
8) Coba berikan penilaian terhadap cara passing dan shooting yang dilakukan oleh temannya!
3. Instrumen Afektif
Afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati suatu hal yang meliputi lima macam kemampuan, yaitu :
1) Kesadaran (kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal) 2) Partisipasi (kemampuan untuk turut serta atau terlibat dalam
sesuatu hal)
3) Penghayatan nilai (kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya)
4) Pengorganisasian nilai (kemampuan untuk memiliki sistem nilai dalam dirinya)
5) Karakterisasi diri (kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya)
Terkait dengan pembelajaran futsal sikap yang diamati dalam penelitian ini disesuaikan dengan standar kurikulum kompetensi dasar untuk SMP kelas VIII, yakni:
1) Percaya diri 2) Aktif 3) Kerjasama 4) Berani
(31)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Menghargai lawan
6) Berbagi tempat dan peralatan
4. Instrumen Keterampilan Dasar Futsal
Untuk mengukur hasil belajar futsal, peneliti menggunakan tes teknik dasar bermain futsal yang terdiri dari passing-stopping dan shooting ke gawang. Tes tersebut diadopsi dan telah dimodifikasi dari tes keterampilan Nurhasan& Cholil(2007, hlm. 207) disesuaikan dengan olahraga futsal untuk selanjutnya diuji validitas dan reliabilitas tesnya.
a. Tes Sepak-Tahan Bola (Passing-Stopping)
Tujuan : untuk mengukur keterampilan dan gerak kaki dalam menyepak dan menahan bola.
Alat/fasilitas : bola futsal, stopwatch, bangku swedia, kapur. Pelaksanaan : siswa berdiri dibelakang garis tembak yang
berjarak 4 m dari sasaran / papan. Pada aba-aba „Ya‟ siswa melakukan tes tersebut mulai menendang bola ke sasaran/papan dan menahannya kembali dengan kaki dibelakang garis tembak. Lakukan kegiatan ini bergantian antara kaki kiri dan kanan selama 30 detik. Apabila bola keluar dari daerah tendang, maka siswa menggunakan bola cadangan yang telah disediakan.
Gerakan dinyatakan gagal apabila, bola ditahan dan ditendang di depan garis tendang yang akan menendang bola.
Memberi skor : hitungan satu diperoleh dari satu kali kegiatan menendang bola yang sah, dijumlahkan selama 30 detik
Dinding
(32)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3
Tes Sepak tahan bola
b. Tes Menembak / Menendang Bola ke Sasaran (shooting)
Tujuan : mengukur keterampilan, ketepatan gerak kaki dalam menendang bola ke sasaran.
Alat / fasilitas : bola, stopwatch, gawang, angka-angka dalam kertas, tali
Pelaksanaan : siswa berdiri dibelakang bola yang diletakkan pada sebuah titik berjarak 10 m di depan gawang/sasaran, tidak aba-aba untuk memulai, siswa diberi 3 kali kesempatan. Gerakan tersebut dinyatakan gagal apabila bola keluar dari daerah sasaran, menempatkan bola tidak dijarak 10 m dari sasaran. Memberi skor : jumlah skor yang terkena sasaran dalam tiga kali
kesempatan, bila bola hasil tendangan mengenai tali pemisah skor pada sasaran, maka diambil skor terbesar dari kedua sasaran tersebut.
10
10
1
5
3
5
3
1
3
2 m 3 m
(33)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.4
Tes Shooting
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen
Untuk menguji sebuah instrumen tertentu dalam penelitian, valid atau tidaknya terdapat beberapa cara. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen dengan mengkorelasikan skor jawaban per-item dengan skor total dengan rumus sebagai berikut :
√
Keterangan :
r = Korelasi product moment
∑ = Jumlah skor suatu item ∑ = Jumlah total skor jawaban
∑x = jumlah kuadrat skor jawaban suatu item jawaban ∑x = jumlah kuadrat total skor jawaban
Ketentuan yang berlaku adalah apabila kedua kelompok tersebut diatas 0,30 maka dianggap instrumen memiliki validitas konstruksi yang baik.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
(34)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Sedangkan secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan uji reliabilitas dengan internal konsistensi, yang hanya dengan mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisi dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Dimana: = reliabilitas internal seluruh instrument
= korelasi product momen antara belahan pertama dan kedua
Peneliti memilih pengujian dengan menggunakan teknik dari spearman brown (split half) karena pengujian ini dilakukan dengan cara mengujikan instrumen sekali saja kemudian dianalisis dengan membelah dua bagian.
H. Teknik Analisis Data 1. Menghitung rata-rata
Mencari nilai rata-rata ( ̅ dari setiap data denga rumus :
̅
Keterangan: ̅ = nilai rata-rata
∑X = jumlah dari seluruh data n = jumlah sampel
(35)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Menghitung simpangan baku
S = ̅
Keterangan : S = simpangan baku Xi = nilai data ke – i
̅ = nilai rata-rata data n = jumlah sampel
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Lilliefors.
4. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menemukan jenis statistik yang digunakan. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F dengan rumus:
F =
(36)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang dibuat oleh peneliti. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t.
t = ̅ ̅
√
kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika
< t‟
<
dengan : ( ⁄ )
(37)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar
permainan futsal.
2. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan futsal.
3. Gaya mengajar komando tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar permainan futsal.
4. Gaya mengajar komando memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan futsal.
5. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh lebih besar dari gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal di SMP KartikaSiliwangi XIX-2 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran permainan futsal, seyogianya guru penjas menerapkan gaya mengajar inklusi dalam pembelajarannya.
(38)
2. Melalui gaya mengajar inklusi siswa akan lebih bersemangat, aktif dan termotivasi dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas gerak selama proses pembelajarannya.
3. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga baik pada pembelajaran futsal maupun penbelajaran pendidikan jasmani lainnya dapat mengembangkan motivasi belajar dan mengusai keterampilan secara optimal.
4. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani gaya mengajar inklusi dapat dijadikan alternative guna mengembangkan motivasi belajar dan keterampilan seluruh olahraga permainan.
(39)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktisi Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Dikdasmen. (2004). Konsep – Dasar – Penjas – SMP (Online). Tersedia: http://www.docstoc.com//docs/1991916/
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. FIFA. (2012). Futsal Laws Of The Game. Tidak Diterbitkan.
Hamzah, B.Uno. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara 2012. Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar Dan Pemblejaran Penjas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Lhaksana, Justinus. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion.
Lutan, Rusli. (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Depdiknas.
Mahendra. Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung, FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
(40)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mosston, Muska. (2008). Teaching Physical Education. First Online. Edition 2008. Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhasan, Cholil. (2007). Tes Teknik Dasar Bermain Futsal. Diakses di Respository.upi.edu/operator/upload
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Purwanto, Ngalim. (2002). Pengertian Belajar. Dalam Prisma Bekasi blogspot.com Sardiman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers 2012.
Sucipto. (2002). Pembelajaran Sepak bola (Konsep, Metode, Dan Implementasi).
Depdiknas.
Sucipto, dkk. (2000). Sepak bola. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudrajat, Akhmad. (2010). Tugas-Tugas Perkembangan Individu. (Online) Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/02/tugas-perkembangan-individu/
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
(41)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Surakhmand, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan.
Universitas Pendidkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Yudiana, Yunyun. (2010). Pembelajaran (Instruction) Merupakan Akumulasi dari Konsep Mengajar (Teaching). Dari Blogspot.com
(1)
66
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang dibuat oleh peneliti. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t.
t = ̅ ̅ √
kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika
< t‟ <
dengan : ( ⁄ )
(2)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar
permainan futsal.
2. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan futsal.
3. Gaya mengajar komando tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar permainan futsal.
4. Gaya mengajar komando memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan futsal.
5. Gaya mengajar inklusi memberikan pengaruh lebih besar dari gaya mengajar komando terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal di SMP KartikaSiliwangi XIX-2 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran permainan futsal, seyogianya guru penjas menerapkan gaya mengajar inklusi dalam pembelajarannya.
(3)
80
2. Melalui gaya mengajar inklusi siswa akan lebih bersemangat, aktif dan termotivasi dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas gerak selama proses pembelajarannya.
3. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga baik pada pembelajaran futsal maupun penbelajaran pendidikan jasmani lainnya dapat mengembangkan motivasi belajar dan mengusai keterampilan secara optimal.
4. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani gaya mengajar inklusi dapat dijadikan alternative guna mengembangkan motivasi belajar dan keterampilan seluruh olahraga permainan.
(4)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktisi Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Dikdasmen. (2004). Konsep – Dasar – Penjas – SMP (Online). Tersedia: http://www.docstoc.com//docs/1991916/
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. FIFA. (2012). Futsal Laws Of The Game. Tidak Diterbitkan.
Hamzah, B.Uno. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara 2012. Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar Dan Pemblejaran Penjas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Lhaksana, Justinus. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion.
Lutan, Rusli. (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Depdiknas.
Mahendra. Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung, FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
(5)
82
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mosston, Muska. (2008). Teaching Physical Education. First Online. Edition 2008. Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhasan, Cholil. (2007). Tes Teknik Dasar Bermain Futsal. Diakses di Respository.upi.edu/operator/upload
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Purwanto, Ngalim. (2002). Pengertian Belajar. Dalam Prisma Bekasi blogspot.com Sardiman, A.M. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers 2012.
Sucipto. (2002). Pembelajaran Sepak bola (Konsep, Metode, Dan Implementasi).
Depdiknas.
Sucipto, dkk. (2000). Sepak bola. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudrajat, Akhmad. (2010). Tugas-Tugas Perkembangan Individu. (Online) Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/02/tugas-perkembangan-individu/ Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
(6)
Adita Nurlanda, 2014
Pengaruh gaya mengajar inklusi terhadap motivasi dan hasil belajar permainan futsal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Surakhmand, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan.
Universitas Pendidkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Yudiana, Yunyun. (2010). Pembelajaran (Instruction) Merupakan Akumulasi dari Konsep Mengajar (Teaching). Dari Blogspot.com