PENGARUH GAYA MENGAJAR DOSEN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (STUDI GAYA MENGAJAR DOSEN PADA MATAKULIAH MATEMATIKA PROGRAM STUDI MANAJEMEN UMY)

(1)

ix

(Lecturers’ teaching style in mathematics at management department of UMY) which is located on Lingkar selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. The method of this research is total sampling or cencus, therefore sample of this research is all student atmanagement of UMY batch 2016. The analysis technique in this research is linier regression and path analysis.

Based on analysis the result islecturers’ teaching style is not influence to student learning achievement. As it is seenfrom the value of beta is 0,031 and the significance is 0,574 > 0,05. Accordingly, the conclusion is there is no direct influence variable of lecturers’ teaching style to student learning achievement. Lecturer teaching style is influence to learning motivationwith the result of the value of beta 0,329 and significance value 0,000 < 0,05. Motivation is influence to students’ learning achievement with the beta of value 0,562 and the significance 0,000 < 0,05.

Keyword : Lecturers’Teaching Style, Learning Motivation, Students’ Learning Achievement, Path Analysis.


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan perkembangan suatu bangsa, selain itu pendidikan juga memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di Universitas dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara terus menerus yang dapat diukur dari nilai semester mahasiswa setelah melakukan atau mengerjakan tugas & ujian yang telah diberikan oleh dosen pada saat perkuliahan dilaksanakan. Keberhasilan belajar mahasiswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor internal yang berasal dari dalam diri mahasiswa dan juga faktor eksternal yang berasal dari luar diri mahasiswa. Faktor dari dalam diri mahasiswa, diantaranya adalah motif, sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar diri mahasiswa diantaranya adalah metode mengajar (Slameto, 2010).

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia, yang saat ini berada di ranking ke-37 diantara semua PTN dan PTS yang ada di Indonesia. UMY memiliki tujuan terwujudnya sarjana muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri, mampu


(3)

mengembangkan pengetahuan dan teknologi serta berguna bagi umat, bangsa dan kemanusiaan. Selain itu UMY juga bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial. Untuk bisa tercapai nya semua tujuan diatas yang berfokus kepada mahasiswa, maka perlunya prestasi belajar yang tinggi.

Untuk mencapai suatu prestasi belajar yang tinggi, mahasiswa membutuhkan motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk berkeinginan belajar lebih giat lagi. Ketika mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi maka semangat nya pun akan meningkat dan mahasiswa tersebut pun akan mengerjakan tugas nya dengan baik, disiplin, rajin kuliah, mengikuti perkuliahan dengan baik, memahami materi yang disampaikan oleh dosen, mempunyai pengelolaan waktu yang bagus, memiliki target dan rencana masa depan. Dari adanya semangat yang tinggi dan hal-hal positif tersebut maka dapat memberikan hasil yang maksimal pula terhadap prestasi belajar mahasiswa tersebut. Tak cukup hanya dengan motivasi dari dalam diri sendiri tetapi mahasiswa juga membutuhkan semangat dari luar diri nya untuk bisa belajar secara maksimal agar bisa meningkatkan prestasinya. Mahasiswa juga butuh support dan motivasi dari orangtua maupun keluarganya untuk memperoleh prestasi yang tinggi di Universitasnya. Dosen juga turut berperan penting selama proses belajar mengajar untuk bisa meningkatkan semangat mahasiswa, memotivasi dan membimbing mahasiswa untuk memperoleh prestasi yang tinggi.


(4)

Semua hal ini juga berkaitan dengan gaya mengajar dosen dikelas. Ketika mahasiswa tersebut memiliki dorongan yang tinggi dalam dirinya untuk belajar lebih giat lagi dan gaya mengajar seorang dosen dikelas juga sesuai dengan apa yang di harapkan mahasiswa, tidak membosankan, tidak bersifat kaku, bisa menghargai usaha mahasiswa, bisa berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa, maka mahasiswa pun bisa semangat belajar dan memiliki motivasi yang tinggi, mendengarkan dosen ketika mengajar dikelas, paham apa yang disampaikan di kelas ketika kuliah berlangsung, mampu mengerjakan tugas maupun ujian yang diberikan oleh dosen dengan lancar, sehingga prestasinya pun akan meningkat.

Ketika mahasiswa memiliki semangat yang tinggi, berkeinginan kuat untuk berprestasi tetapi gaya mengajar dosen tidak sesuai harapan nya maka hal ini juga dapat mempengaruhi menurunnya prestasi mahasiswa. Ada beberapa gaya mengajar dosen yang dapat menurunkan semangat belajar mahasiswa sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya juga. Seperti dosen yang sibuk dengan urusan pribadinya sendiri ketika mengajar dikelas, ketika menyampaikan materi selama kuliah berlangsung hanya sekilas dan tidak pernah memperdulikan mahasiswa nya sudah sepenuhnya paham atau belum terhadap materi yang disampaikan, ketika mahasiswa mencoba berani untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh dosen tetapi malah diejek oleh dosennya, tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya jika ada yang belum dipahami, tidak disiplin waktu atau hal lainnya. Dari hal


(5)

tersebut akan munculnya rasa malas dari dalam diri mahasiswa tersebut untuk mengikuti perkuliahan dengan baik, sehingga semangat nya pun akan mulai menurun, jadi malas kuliah, tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan baik, tugas dan ujian dikerjakan dengan asal-asalan, tidak mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh dosen, sering datang terlambat, selama perkuliahan berlangsung seakan asik dengan dunia nya sendiri, sehingga prestasi nya pun jadi menurun.Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam pencapaian prestasi belajar, mahasiswa tidak hanya butuh motivasi dan semangat dari dalam dirinya sendiri tetapi juga membutuhkan dukungan dari luar dirinya yaitu salah satu nya gaya mengajar dosen.

Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar berdasarkan atas pengukuran tertentu (Hamalik, 2001). Dalam usaha untuk mencapai prestasi belajar yang optimal dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Dalyono, 2005). Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, terdiri atas kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar, sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, terdiri atas keluarga, kampus dan masyarakat.

Gaya mengajar dosen dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Ketika seorang dosen mampu menyampaikan materi dengan baik hingga mahasiswa paham dan dapat menerima materi, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran atau materi tersebut, yang aktif tak hanya dosen tetapi dosen dan mahasiswa maka pada saat itu semangat mahasiswa


(6)

untuk belajar pun akan meningkat. Ketika semangat belajar nya meningkat, maka mahasiswa tersebut akan lebih gampang menerima setiap materi yang disampaikan oleh dosen, disiplin waktu, mengerjakan tugasnya tepat waktu dan dengan sungguh-sungguh hingga hal itu akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

Gaya mengajar dosen adalah cara bagaimana seorang dosen mengajar didalam kelas. Biasanya di perguruan tinggi proses belajar mengajar dikelas ini terjadi dari dua arah dimana tak hanya dosen yang aktif menjelaskan materi tetapi mahasiswa juga akan dituntut lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sudjana (2009) dalam (Irwanto, 2015) mengatakan gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting hubungannya dengan mahasiswa bahkan gaya mengajar lebih dari satu kebiasaan dan cara istimewa dari pembicaraan guru atau dosen. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran dosen yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandangan nya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikolog yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Febriyanawati (2012) yang menyimpulkan bahwa persepsi siswa tentang gaya mengajar guru berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Purwanto (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Irwanto (2015) yang menyatakan


(7)

gaya mengajar dosen berpengaruh positif dan signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa.

Selain gaya mengajar dosen, adapun variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu motivasi. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2012). Ketika mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi maka ia senantiasa akan mengerjakan tugas dengan baik, semangat dalam belajar, disiplin, mampu mengelola waktu belajar dengan baik, mempunyai target, mengikuti perkuliahan dengan bagus, selalu ceria, aktif dikelas, sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang memiliki motivasi yang rendah maka prestasinya pun akan rendah karena ketika mahasiswa itu tidak memiliki motivasi dalam dirinya maka ia akan malas kuliah, tidak bisa mengelola waktunya dengan baik, tidak memiliki target tertentu yang harus dicapai, kuliah hanya sekedar untuk mengisi absen, tidak bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, hingga hal itu bisa berpengaruh pada prestasi belajar nya yang akhirnya menyebabkan prestasi belajar jadi rendah. Penelitian Noviyanti (2013) yang berjudul “Pengaruh motivasi dan keterampilan berkomunikasi terhadap prestasi belajar mahasiswa pada tutorial online berbasis pendekatan kontekstual pada matakuliah statistic


(8)

pendidik” memperoleh hasil ada nya pengaruh positif dan signifikan motivasi terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan hasil survey di UMY terutama di FEB Manajemen masih banyak nya mahasiswa yang mendapatkan nilai C, D, bahkan E pada Mata Kuliah Matematika. Mahasiswa yang mendapatkan nilai C, D, maupun E pada Mata Kuliah Matematika ini dikarenakan gaya mengajar dosen yang terlalu kaku, membosankan, materi yang diajarkan dikelas dan soal yang keluar saat ujian berbeda, suka mengejek mahasiswa ketika salah, kurangnya motivasi yang diberikan kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa pun malas untuk belajar lebih giat lagi ataupun menyampaikan pendapatnya ketika dikelas dan membenci matakuliah tersebut. Ada juga beberapa mahasiswa yang memang sulit untuk memahami mata kuliah matematika dan juga tidak memiliki motivasi yang kuat, baik dari dalam maupun luar diri mahasiswa tersebut untuk memperoleh nilai yang bagus. Ketika mahasiswa tersebut tidak paham terhadap materi yang disampaikan, tetapi tidak mau bertanya dan malah mengabaikan mata kuliah tersebut maka nilai yang di dapat nantinya pun tidak akan maksimal. Biasanya mahasiswa tersebut hanya akan mencontek dengan teman nya ketika ada tugas maupun ujian. Ketika mahasiswa tidak memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri, dosen memiliki peran sebagai tenaga pengajar bisa memberikan dan membangkitkan motivasi agar mahasiswa tersebut mau belajar dan berprestasi.


(9)

Hasil belajar matematika itu penting, hal ini karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan Matematika. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang sudah diberikan kepada seseorang sejak masih dalam bimbingan orangtua bahkan sampai seseorang tersebut berumur tua. Sejak TK sampai masuk perguruan tinggi pun matematika tak luput dari pembelajaran di jenjang pendidikan tersebut. Banyak mahasiswa yang masih kesulitan dalam memahami matematika. Bahkan sampai ada mahasiswa yang tidak menyukai matematika karena mereka merasa kesulitan memahami. Hal tersebut terjadi karena masih banyaknya mahasiswa yang pasif dalam pembelajaran, sehingga memahami pembelajaran matematika masih sangat kurang.

Pembelajaran yang optimal memerlukan motivasi belajar yang baik pada diri mahasiswa. Jika seseorang mahasiswa memiliki motivasi yang lemah, maka hasil belajarnya pun tidak maksimal. Oleh karena itu motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar. Tanpa adanya motivasi, proses belajar akan kurang berhasil. Ketika dosen mengajukan pertanyaan mengenai kepahaman mahasiswa tentang materi yang dijelaskan, beberapa mahasiswa hanya terdiam, namun ada pula mahasiswa yang menjawab dengan pelan. Saat dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya, mahasiswa hanya diam, sehingga dosen menganggap mahasiswa sudah jelas.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi Mata Kuliah Matematika mendapat nilai yang buruk, yaitu mahasiswa tersebut merasa bukan kuliah pada jurusan pilihannya sendiri melainkan mengikuti kemauan orangtua nya,


(10)

kurangnya perhatian dan support dari orangtua maupun keluarga, sehingga merasa adanya rasa keterpaksaan dan tak memiliki semangat untuk kuliah dan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik lagi. Beberapa mahasiswa juga ada yang beralasan malas untuk kuliah karena gaya mengajar dosen yang tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya, dosen yang killer, kurang bisa bersosialisasi dengan baik dengan mahasiswa, kurang bisa menghargai usaha yang dilakukan mahasiswa, sering mengejek mahasiswa ketika salah dalam menjawab soal, terlalu banyak memberikan tugas dan kurangnya support dari orangtua nya dan banyak hal lain nya, sehingga yang berperan aktif selama perkuliahan berlangsung, disini hanya satu arah yaitu dari seorang dosen tanpa melibatkan mahasiswa, sehingga mahasiswa tersebut malas untuk kuliah dan merasa tidak membutuhkan pencapaian prestasi yang bagus dan kuliah hanya sekedar asal-asalan saja.

Hal yang menyebabkan prestasi belajar mahasiswa mendapatkan nilai rendah salah satu faktor nya adalah kurang nya motivasi instrinsik yakni motivasi atau dorongan dalam diri orang itu sendiri. Ketika orang tersebut tak memiliki dorongan dalam dirinya sendiri, maka mahasiswa tersebut kuliahnya hanya asal-asalan, tak memiliki semangat dari dalam dirinya untuk mengikuti perkuliahan dengan baik, tidak mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas dengan baik, hingga tak bisa memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Biasanya motivasi intrinsik ini tak muncul dalam diri orang tersebut yaitu salah satu nya mahasiswa kuliah hanya karena terpaksa disuruh orangtua nya untuk berkuliah


(11)

ataupun mereka berkeinginan kuliah tetapi lulus tes nya bukan dibidang yang mereka inginkan hingga merasa kuliah bukan menjadi prioritasnya atau juga terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang membawa dampak negative terhadap dirinya, sehingga pada akhirnya mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, yang mereka pikirkan hanyalah hura-hura, bermain-main, tidak pernah bisa serius untuk kuliah sehingga akan mempengaruhi hasil belajar nya dan prestasi belajar nya pun jadi rendah. Maka dari itu, gaya mengajar dosen yang baik dan motivasi mahasiswa yang tinggi pada masalah ini memiliki peran yang penting, untuk bisa memperoleh hasil belajar yang maksimum.

Berdasarkan masalah di atas maka peneliti mengambil judul “Pengaruh gaya mengajar dosen terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar mahasiswa (Studi Gaya Mengajar Dosen Pada Matakuliah Matematika Program Studi Manajemen UMY)”. Penelitian ini mereplikasi judul dari penelitian Khuzaimah (2011) yang berjudul “Pengaruh gaya mengajar guru dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi” B. Batasan Masalah Penelitian

Mengingat luasnya masalah yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, maka penelitian ini hanya dibatasi oleh dua faktor yaitu gaya mengajar dosen dan motivasi belajar. Pertimbangan yang mendasari bahwa gaya mengajar dosen diduga memiliki pengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar mahasiswa. Agar mahasiswa dapat belajar dengan baik, maka metode


(12)

mengajar diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Ketika gaya mengajar dosen yang digunakan tepat, maka dapat tersampaikan nya materi perkuliahan dikelas dengan baik, ketika materi dapat tersampaikan dengan baik maka mahasiswa akan lebih mudah untuk memahaminya. Selain itu, dalam proses belajar mahasiswa harus memiliki dorongan untuk belajar dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi atau daya penggerak maka mahasiswa akan semangat dalam belajar hingga hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

Dalam hal ini hanya memfokuskan pada Pengaruh Gaya Mengajar Dosen terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Gaya Mengajar Dosen Pada Matakuliah Matematika Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang permasalahan yang disampaikan sebelumnya, maka dapat dijabarkan beberapa permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya adalah :

1. Apakah gaya mengajar dosen berpengaruh terhadap motivasi belajar? 2. Apakah gaya mengajar dosen berpengaruh terhadap prestasi belajar

mahasiswa?


(13)

D. Tujuan Penelitian

Kegiatan yang penulis lakukan tentulah memiliki tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya mengajar dosen dengan motivasi belajar

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentulah memiliki manfaat, adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya :

1. Bagi Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan bagi semua pihak yang membutuhkan dan mahasiswa yang melakukan kajian terhadap prestasi belajar.

2. Bagi Praktis a. Bagi Dosen

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh gaya mengajar dosen terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar mahasiswa, sehingga dapat membantu pihak universitas


(14)

untuk memantau dan memperhatikan mahasiswa dalam hal peningkatan prestasi belajar.

b. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini peneliti dapat menambah dan meningkatkan wawasan, pengetahuan yang berkaitan Pengaruh gaya mengajar dosen terhadap motivasi dan prestasi belajar mahasiswa.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal (Djamarah, 2011).

Cronbach dalam (Sardiman, 2012) berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Howard L. Kingskey dalam (Djamarah, 2011) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (In the broader sense)is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Menurut Slameto (1995) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang


(16)

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Hakikat Belajar

Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni kata “perubahan” atau change. Change adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris, yang bila di Indonesia berarti “perubahan”.

Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan dipermasalahkan maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar. Apa pun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah “perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar.


(17)

Seserorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu telah dikatakan belajar. Tetapi perlu diingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena minuman-minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan dan sebagainya, bukanlah kategori belajar yang dimaksud. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar (Djamarah, 2011).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu tersebut (Slameto, 1995).

1. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :

a. Faktor Keluarga

Mahasiswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.


(18)

b. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar mahasiswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya mahasiswa dalam masyarakat. Faktor ekstern yang tergolong pada faktor masyarakat yaitu kegiatan mahasiswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.

c. Faktor Kampus

Faktor kampus yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin waktu, matakuliah dan waktu kuliah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

2. Faktor Intern

Didalam faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor, yaitu : a. Faktor Jasmaniah

Faktor internal yang tergolong dalam faktor jasmaniah meliputi dua faktor yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar,


(19)

faktor-faktor itu adalah : Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk melakukan sesuatu hilang.

2. Prestasi Belajar

Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha mendewasakan dan memandirikan manusia melalui kegiatan yang terencana dan disadari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dan dosen. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut melalui proses pelatihan dan pengajaran. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah merupakan proses kegiatan belajar dan pembelajaran, dimana pada proses tersebut diharapkan adanya sebuah feedback yang didapatkan oleh mahasiswa, feedback dari sebuah pembelajaran tersebut adalah diukur dengan hasil/prestasi belajar nya.


(20)

Prestasi Belajar terdiri dari 2 kata yaitu “prestasi” dan “belajar” yang memiliki arti berbeda. Prestasi adalah hasil yang di dapatkan dari sebuah proses yang kita lakukan, sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan nya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses mengajar tersebut (Syah, 2013).

Prestasi belajar adalah kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari mahasiswa adalah hasil yang telah dicapai oleh mahasiswa yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dipahami dan diterapkan (Syah, 2013).

Setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu


(21)

indikator terjadi perubahan dalam diri mahasiswa sebagai hasil belajar di sekolah dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh mahasiswa pada akhir semester.

Winkel (1989) dalam Irwanto (2015) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Gunarso (1993) dalam Irwanto (2015) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar dan lagi menurut Syah (2013) Prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan.

Menurut Siregar & Nara (2014) Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dari dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam


(22)

pembentukan perubahan perilaku yang relativ permanen dan menetap disebabkan adanya interaksi individu dengan interaksi lingkungan belajar (Irham & Wiyani) 2013).

Menurut Syah (2013) Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi dan penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan mahasiswa. Kemajuan prestasi belajar mahasiswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan dan penilaian berbagai pengetahuan dan ketrampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang dalam bentuk nilai yang di berikan oleh dosen.

Semua pelaku pendidikan (mahasiswa, orangtua dan dosen) pasti menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua mahasiswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi tetapiterdapatjuga mahasiswa yang


(23)

mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi banyak faktor.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dalam diri mahasiswa maupun luar diri mahasiswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor Internal, Eksternal dan Pendekatan Belajar. Berikut tabel ragam faktor dan elemen yang mempengaruhi prestasi belajar :

Tabel 2. 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Mahasiswa Eksternal Mahasiswa Pendekatan Belajar Mahasiswa 1. Aspek Fisiologis

 Sehat Jasmani  Mata

&Telinga 2. Aspek Psikologis

 Intelegensi  Sikap  Minat  Bakat  Motivasi

1. Lingkungan Sosial  Keluarga  Dosen&

Staff  Masyarak

at  Teman 2. Lingkungan

Nonsosial

 Rumah

 Kampus

 Peralatan  Alam

1. Pendekatan Tinggi  Speculative  Achieving 2. Pendekatan

Sedang  Analytical

 Deep

3. Pendekatan Rendah

 Reproductive  Surface

Sumber : Syah (2013)

Faktor-faktor di atas saling berinterkasi secara langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, maka sangat diperlukan lingkungan yang baik dan kesiapan dalam diri mahasiswa yang meliputi


(24)

strategi, metode serta gaya belajar, agar dapat memberi pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dihasilkan.

b. Tujuan Evaluasi Prestasi Belajar

Tujuan-tujuan evaluasi prestasi belajar adalah sebagai berikut (Syah, 2013) :

1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh mahasiswa dalam suatu kurun waktu belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi dosen dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku mahasiswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar mahasiswanya itu.

2. Untuk mengetahui posisi dan kedudukan seorang mahasiswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan dosen sebagai alat penetap apakah mahasiswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya.

3. Untuk mengetahaui tingkat usaha yang dilakukan mahasiswa dalam belajar. Hal ini berarti dengan evaluasi, dosen akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha mahasiswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efisien.


(25)

4. Untuk mengetahui segala upaya mahasiswa dalam mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. Jadi, hasil evaluasi itu dapat dijadikan dosen sebagai gambaran realisasi pemanfaatan kecerdasan mahasiswa.

5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan dosen dalam proses mengajar-belajar. Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan dosen tidak mendorong munculnya prestasi belajar mahasiswa yang memuaskan, dosen amat dianjurkan mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi.

c.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Nasution, dkk (1993) dalam Djamarah (2011) mengungkapkan bahwa belajar itu bukanlah merupakan suatu aktivitas yang berdiri sendiri namun ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya. Unsur-unsur atau faktor tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(26)

Tabel 2. 2

Faktor-Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar Faktor yang mempengaruhi dan Elemennya

Eksternal Mahasiswa Internal Mahasiswa 1. Lingkungan

a. Alami b. Sosial Budaya 2. Instrumental a. Kurikulum b. Program

c. Sarana & Fasilitas d. Dosen

1. Fisiologis

a. Kondisi Fisiologis b. Kondisi Pancaindra 2. Psikologis

a. Minat b. Kecerdasan c. Bakat d. Motivasi

e. Kemampuan kognitif Sumber : Djamarah (2011)

d. Prinsip-Prinsip Evaluasi Hasil Belajar

Agar hasil evaluasi dapat bermanfaat dengan baik dan menggambarkan kondisi proses pembelajaran dan beberapa faktor yang mempengaruhinya, proses evaluasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi. Adapun prinsip-prinsip-prinsip-prinsip pelaksanaan hasil belajar yang perlu diperhatikan menurut Sugiharto, dkk (2007) dalam Irham & Wiyani (2013) sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Evaluasi Secara Berkesinambungan

Berkesinambungan artinya proses evaluasi harus dilaksanakan secara terus-menerus, baik secara materi maupun waktu pelaksanaannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kepastian dan kemantapan penilaian evaluasi. Kesinambungan evaluasi dilakukan baik dari segi materi maupun waktu pelaksanaan. Hal ini disebabkan, proses evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara


(27)

berkesinambungan akan membantu dosen untuk memperoleh kepastian dan kemantapan keberhasilan atau kegagalan proses pembelajaran yang akan digunakan dalam menentukan langkah dan merumuskan kebijakan untuk proses pembelajaran selanjutnya (Sudijono, 2005) dalam Irham & Wiyani (2013).

2. Pelaksanaan Evaluasi Secara Komprehensif

Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan secara komprehensif bermakna bahwa proses evaluasi diharapkan mampu menilai dan memahami seluruh aspek pembelajaran. Keseluruhan aspek pembelajaran tersebut mampu menilai dan mengukur perkembangan hasil belajar mahasiswa, baik secara kognitif, afektif, psikomotorik. Sesuai dengan tujuan awal proses pembelajaran dan tujuan umum pendidikan.

3. Pelaksanaan Evaluasi Secara Objektif

Menurut Sugiharto, dkk (2007) dalam Irham & Wiyani (2013) pelaksanaan evaluasi yang objektif artinya proses evaluasi hanya menunjukkan pada aspek-aspek yang akan dinilai sesuai dengan keadaan dan kondisi yang sebenarnya. Evaluasi akan dapat dikatakan objektif apabila pemberian penilaian terhadap satu objek hanya ada satu interpretasi


(28)

4. Penggunaan Alat Pengukur yang Baik dalam Evaluasi

Kualitas atau mutu pendidikan dan proses pembelajaran dapat diketahui dari hasil evaluasi. Alat pengukur yang baik menentukan hasil pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Oleh sebab itu, agar hasil evaluasi menjadi baik, dibutuhkan alat evaluasi atau alat pengukur yang baik.

e. Indikator Prestasi Belajar

Menurut Syah (2013) “Pengungkapan hasil belajar meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar mahasiswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar mahasiswa adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.

Di bawah ini adalah tabel yang menunjukan jenis, indikator dan cara evaluasi belajar :

Tabel 2. 3

Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi A. Ranah Kognitif

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan


(29)

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi 2. Dapat menunjukan

Kembali

2. Tes tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

1. Tes lisan 2. Tes tertulis

4. Penerapan 1.Dapat

memberikancontoh 2. Dapat menggunakan secara tepat

1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas

3. Observasi 5.Analisis (pemeriksaan dan

pemilahan secarateliti)

1. Dapat menguraikan 2. Dapat

Mengklasifikasikan

1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas

6. Sintesis (membuatpanduan baru danutuh)

1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan 3.

Dapat menggeneralisasi

1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas

B. Ranah Rasa/Afektif

1. Penerimaan 1. Menunjukan sikap menerima

2. Menujukan sikap Menolak

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi

2. Sambutan 1.Kesediaanberpartisipasi/ terlibat

2.

Kesediaan memanfaatkan

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi

3. Apresiasi (sikap menghargai)

1. Menganggap penting &bermanfaat 2. Menganggap indah dan harmonis

3. Mengagumi

1. Tes skala penilaian/sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi

4.Internalisasi(pendalaman) 1. Mengakui & meyakini 2. Mengingkari

1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) & proyektif (yang menyatakan perkiraan ramalan)

3. Observasi 5.Karakteristik (penghayatan) 1. Melembagakan atau

meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

1. Pemberian tugas ekspresif &proyektif 2. Observasi

C. Karsa/Psikomotor 1. Keterampilan

bergerak dan bertindak

1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya

1. Observasi 2. Tes tindakan

2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal

1. Mengucapkan 2. Membuat mimik dan gerakan jasmani

1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan Sumber : Syah (2013)


(30)

3. Gaya Mengajar Dosen

Mengajar adalah tugas utama dosen yang didalamnya terkandung komponen kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa. Mengajar merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dosen. Dalam pembelajaran dikelas, dosen mempunyai karakteristik tertentu dalam menyampaikan mata kuliah yang dibimbingnya. Karakteristik tersebut adalah gaya mengajar.

Arifin (1978) dalam Syah (2013) mengungkapkan mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada mahasiswa agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Definisi ini menekankan pada penguasaan pengetahuan (bahan pelajaran) belaka. Nuansa yang terdapat dalam definisi ini adalah adanya pengembangan penugasan mahasiswa atas materi pelajaran. Namun, citra pengajaran yang hanya terpusat pada dosen masih juga tergambar sangat jelas. Dengan demikian, mahasiswa selaku peserta didik dalam definisi Arifin diatas, tetap tidak atau kurang aktif.

Tyson dan Carol (1970) dalam Syah (2013) mendefinisikan mengajar adalah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara mahasiswa dan dosen yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Sehubungan dengan definisi itu, Tyson dan Carol menetapkan sebuah syarat, yakni apabila interaksi antarpersonal (dosen dan mahasiswa) didalam kelas terjadi dengan


(31)

baik, maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika interaksi dosen-mahasiswa buruk, maka kegiatan belajar dosen-mahasiswa pun tidak sesuai dengan harapan.

Gaya mengajar merupakan salah satu faktor tersampaikannya materi yang diajarkan kepada mahasiswa. Mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2012). a. Ciri-Ciri Hasil Pengajaran yang Dikatakan Baik

Adapun hasil mengajar yang dikatakan betul-betul baik adalah sebagai berikut :

1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh mahasiswa. Dalam hal ini dosen akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para mahasiswa yang akan menghadapi ujian.

2. Hasil itu merupakan “asli” atau “otentik” pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu dibagi mahasiswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap mahasiswa, sehingga akan dapat memengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan.

Dari penjelasan diatas, gaya mengajar dosen dapat dikaitkan dengan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses di mana individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai


(32)

tujuan bersama, sedangkan gaya mengajar adalah bagaimana cara atau metode seorang dosen mengajar, menyampaikan materi dan mempengaruhi mahasiswa nya agar bisa tercapai nya hasil belajar yang tinggi. Dengan demikian, maka kehidupan di kelas , khususnya didalam proses belajar mengajar, hubungan antara dosen dan mahasiswa itu hendaknya tidak selalu merupakan hubungan hierarki, akan tetapi potensi dosen dan potensi mahasiswa kiranya dapat sama-sama dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Seorang dosen dalam kaitannya dengan hal ini, hendaknya membimbing dan mempengaruhi agar mahasiswa-mahasiswi nya melaksanakan kegiatan yang relevan dan efisien (Anwar, 1990).

Gaya kepemimpinan bisa jadikan sebagai indikator gaya mengajar dosen yaitu gaya mengajar otoriter, gaya mengajar Laissez faire, gaya mengajar demokratis, gaya mengajar autoritatif. Terdapat persamaan antara gaya mengajar dan kepemimpinan dimana kedua nya sama-sama bekerja untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai sebuah tujuan.

b. Macam-Macam Gaya Mengajar Dosen

Terdapat beberapa gaya mengajar dosen yang dikaitkan dengan gaya kepemimpinan yaitu Otoriter, Laissez faire, Demokratis, dan Autoritatif. Adapun penjelasan dari masing-masing gaya mengajar tersebut adalah :


(33)

1. Otoriter secara harfiah berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Dalam proses pembelajaran dosen yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktivitas para mahasiswa untuk berperan serta memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar mereka. Memang diakui kebanyakan dosen yang otoriter dapat mengajarkan tugas nya dengan baik dalam arti sesuai rencana. 2. Laissez faire, dosen laissez faire padannya adalah individualis

(paham yang menghendaki kebiasaan pribadi). Dosen yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan cara pembelajaran secara seenaknya, ia tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun memiliki kemampuan yang memadai. Keburukan lain yang juga disandang adalah kebiasaan rutinnya menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil. 3. Demokratis, arti demokratis adalah bersifat demokrasi, yang pada

intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang. Dosen yang memiliki sifat ini pada umumnya dipandang sebagai dosen yang paling baik dan ideal. Alasan nya, dibanding dosen-dosen lainnya dosen ragam demokratis lebih suka bekerja sama dengan rekan seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugas nya secara mandiri.

4. Autoritatif artinya berwibawa karena adanya kewenangan baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan. Dosen


(34)

yang autoritatif adalah dosen yang memiliki dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan studi yang diampunya maupun kekuasaan yang diberikan. Dosen yang autoritatif adalah dosen yang memiliki dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan studi yang diampunya maupun pengetahuan umum. Dosen seperti ini biasanya ditandai oleh kemampuan memerintah secara efektif kepada para mahasiswa dan kesenangan mengajak kerjasama dengan mahasiswa jika diperlukan dalam mengiktiarkan cara terbaik untuk menyelenggarakan proses pembelajaran.

Berikut adalah tabel penjelasan lebih rinci mengenai gaya kepemimpinan dosen dalam proses mengajar belajar.

Tabel 2. 4

Macam-macam gaya kepemimpinan dosen dalam PMB Ragam Dosen Ciri Khas Dosen

1. Otoriter (Authoritarian) 

Berwatak otoriter (sewenang-wenang)

 Keras & kaku dalam mengarahkan aktivitas PMB  Menghambat kebebasan akademik

mahasiswa

2. Laissezfaire

 Berwatak individualistis (Mementingkan diri sendiri)  Sering mengubah aktivitas PMB

secara seenak nya

 Sering menimbulkan pertengkaran

3. Demokratis 

Berwatak sangat demokratis  Suka bekerja sama dengan

rekan-rekan sejawat dan para mahasiswa  Sering memberikan peluang

akademis kepada para mahasiswa

4. Autoritatif

 Berwatak cukup demokratis  Lebih berwibawa dari dosen ragam ke-1, ke-2, dan ke-3


(35)

Ragam Dosen Ciri Khas Dosen

 Lebih disegani para mahasiswa dan lebih efektif dalam

memerintah dan memberi anjuran Sumber :Syah, 2013

c. Dampak Positif dari Proses Mengajar yang Optimal terhadap Hasil Belajar Mahasiswa

Hasil positif yang diperoleh mahasiswa, ketika hasil belajar yang dicapainya diperoleh melalui proses belajar mengajar yang optimal sebagai berikut (Rajagukguk, 2015) :

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada mahasiswa. Mahasiswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya. Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha sesuai dengan kesungguhannya.

3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan memperoleh informasi dan


(36)

pengetahuan lain, kemampuan dan kemauan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4. Hasil belajar diperoleh mahasiswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif (pengetahuan atau wawasan), ranah afektif (sikap dan apresiasi) serta ranah psikomotoris (keterampilan atau perilaku). Ranah kognitif terutama adalah hasil belajar yang diperolehnya sedangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya. Baik efek instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.

5. Kemampuan mahasiswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapai maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tahu dan sadar bahwa tinggi atau rendah hsil belajar yang dicapainya tergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

4. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Ada dua prinsip yan dapat digunakan untuk meninjau motivasi, yaitu : (1) Motivasi dipandang sebagai proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang. (2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat


(37)

petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Menurut Mc. Donald dalam Hamalik (2011) Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hamalik (1992) dalam Djamarah (2011) mengungkapkan perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar (Djamarah, 2011). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi. Menurut McClelland seseorang dianggap mempunyai motivasi apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi. McClelland menguatkan pada tiga kebutuhan yaitu :


(38)

1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.

2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat.

3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya. b. Pengertian Motivasi Belajar

Sardiman (2009) mengungkapan definisi motivasi belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar tercapai.

Motivasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari : (1) Minat dan perhatian mahasiswa terhadap mata kuliah. (2) Semangat mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya. (3) Tanggung jawab mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya. (4) Reaksi yang


(39)

ditunjukkan mahasiswa terhadap stimulus yang diberikan dosen. (5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Sudjana, 1991)

c. Model Motivasi ARCS

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) dalam Siregar & Nara (2014) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut ARCS model yaitu Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (Kepercayaan Diri), Satisfaction (Kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran, keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting di praktikkan untuk terus dijaga sehingga motivasi mahasiswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran.

1. Attention

Attention (perhatian) yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif/kompleks.

2. Relevance

Relevance (Relevansi) yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi mahasiswa.


(40)

3. Confidence

Confidence (Kepercayaan Diri) yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil.

4. Satisfaction

Satisfaction (Kepuasan) merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, mahasiswa akan termotivasi untuk terus berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa.

d. Macam-Macam Motivasi Belajar

Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “Motivasi Intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut “Motivasi Ekstrinsik” (Djamarah, 2011).

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak


(41)

memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.

Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial bukan sekedar atribut dan seremonial.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan nya dari motivasi intrinsik.Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila mahasiswa menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Mahasiswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya.


(42)

Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar mahasiswa mau belajar. Dosen yang berhasil mengajar adalah dosen yang pandai membangkitkan minat mahasiswa dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dengan berbagai bentuknya. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan mahasiswa. Akibatnya motivasi ekstrinsik bukan sebagai pendorong, tetapi menjadikan mahasiswa malas belajar. Karena itu, dosen harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di kelas.

Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian mahasiswa atau karena sikap tertentu pada dosen atau orangtua. Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi perilaku mahasiswa. Diakui angka ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dengan merangsang mahasiswa untuk giat belajar, sedangkan ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran kasar, dan


(43)

sebagainya berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan dosen dan mahasiswa. Jadilah dosen sebagai orang yang dibenci oleh mahasiswa. Efek pengiringnya, matakuliah yang dipegang dosen itu tidak disukai mahasiswa.

e. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar (Djamarah, 2011)

Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti berikut :

1. Motivasi sebagai daya penggerak yang mendorong aktivitas belajar 2. Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ektrinsik dalam

belajar

3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman


(44)

5. Motivasi dapat memupuk optimis dalam belajar 6. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

f. Ciri-Ciri Seseorang yang Memiliki Motivasi (Sardiman, 2012) Ada beberapa cirri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya pembangunan agama, politik, ekonomi, keadalian, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, moral, dsb).

4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

6. Dapat mempertahakan pendapat nya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu


(45)

g. Fungsi dan Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar & Nara, 2014).

Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para mahasiswa. Sardiman (2012) mengungkapkan ada tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa


(46)

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang mahasiswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Disamping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

h. Nilai Motivasi dalam Pengajaran (Hamalik, 2003)

Dalam garis besarnya motivasi memiliki nilai-nilai sebagai berikut : 1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya proses belajar

mahasiswa. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.

2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada mahasiswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.


(47)

3. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi dosen untuk berusaha secara sungguh-ungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar mahasiswa. Dosen senantiasa berusaha agar mahasiswa akhirnya memiliki self motivation yang baik.

4. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin dikelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.

Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam megajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar i. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ali Imron (1996) dalam Siregar & Nara (2014) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Cita-Cita Atau Aspirasi Pembelajar

Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan,


(48)

bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.

2. Kemampuan Pembelajar

Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Seperti dapat dipahami bersama bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.Karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan dibidang tertentu, belum tentu memiliki kemampuan dibidang lainnya.Kemampuan pembelajar juga demikian, korelasinya dengan motivasi akan terlihat ketika si pembelajar mengetahui bahwa kemampuannya ada pada bidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya dibidang tersebut.

3. Kondisi Pembelajar

Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pembelajar. Pada kondisi fisik, hubungannya dengan motivasi dapat dilihat dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang kelelahan, maka akan cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar atau melalukan berbagai aktivitas. Sementara jika kondisi fisik sehat dan segar bugar maka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Selain kondisi fisik, maka dapat juga diamati


(49)

dari kondisi psikis. Hal ini dapat terlihat jika seseorang kondisi psikisnya sedang tidak bagus misalnya sedang stress maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikiologis seseorang dalam keadaan bagus, gembira atau menyenangkan, maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.

4. Kondisi Lingkungan Pembelajar

Kondisi lingkungan pembelajar sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi, dapat diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar. Misalnya, lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh, hal ini dapat diamati dari lingkungan sosial yang ada di sekitar pembelajar seperti teman sepermainannya, lingkungan keluarganya atau teman sekelasnya. Lingkungan sosial yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi sebaliknya, maka akan berdampak pada meningkatnya motivasi belajar.

5. Unsur-Unsur Dinamais Belajar/Pembelajaran

Faktor dinamisasi belajar juga mempengarhui motivasi. Hal ini dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi tersebut dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu


(50)

belajar, suasana belajar, dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.

6. Upaya Dosen dalam Membelajarkan Pembelajar

Mengoptimalkan pemanfaat upaya dosen dalam membelajarkan pembelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Jika dosen tidak bergairah dalam proses pembelajaran maka akan cenderung menjadikan mahasiswa atau pembelajar tidak memiliki motivasi belajar, tetapi sebaliknya jika dosen memiliki gairah dalam membelajarkan pembelajar maka motivasi pembelajar akan lebih baik. Hal-hal yang disajikan secara menarik oleh dosen juga menjadi sesuatu yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi pembelajar atau pengalaman/kemampuan yang telah dimiliki. j. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut DeCecco & Grawford, 1974 dalam Slameto (1995) ada empat fungsi dosen sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar mahasiswa, yaitu dosen harus dapat menggairahkan mahasiswa, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif dan mengarahkan perilaku mahasiswa kearah yang menunjang tujuan pengajaran.


(51)

k. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi merupakan dorongan atau daya penggerak yang dapat melahirkan kegiatan bagi seseorang. Meskipun motivasi merupakan daya gerak, namun tidaklah merupakan substansi yang dapat diamati. Motivasi belajar mahasiswa dapat diukur untuk mengetahui besarnya motivasi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Akan tetapi kita tidak dapat mengukurnya secara langsung.Pengukuran motivasi belajar mahasiswa dapat dilakukan dengan beberapa indikator-indikator dalam bentuk perilaku individu yang bersangkutan. Adapun indikator-indikator tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Engkoswara (2010) dalam Wicaksono (2012) yaitu :

1. Frekuensi kegiatan (Berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu)

2. Persistensinya (Ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan 3. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran bahkan

jiwa dan nyawanya)

4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan

5. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan


(52)

6. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatan nya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)

7. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif)

B. Hipotesis

1. Gaya Mengajar Terhadap Motivasi Belajar

Mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Gaya mengajar dosen adalah cara dosen menyampaikan materi dalam proses belajar mengajar, sedangkan motivasi adalah suatu penggerak seseorang untuk melakukan sesuatu. Ketika dosen mampu menggunakan gaya mengajar yang baik, materi yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik pula, hingga hal ini akan menarik perhatian mahasiswa untuk dapat memahami materi tersebut. Dengan sikap dan gaya dosen dalam mengajar akan dapat memotivasi mahasiswa dalam belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Motivasi tidak hanya dari dalam diri sendiri tetapi juga datang dari luar diri mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi intrinsik akan melakukan segala sesuatu dengan sendirinya tanpa harus adanya doronagan dari luar dirinya. Motivasi juga bisa di datangkan dari luar individu yang biasa disebut motivasi ekstrinsik. Dosen yang berhasil mengajar adalah dosen


(53)

yang mampu meningkatkan minat belajar siswa. Dosen dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik ini dengan berbagai cara, semisalnya dengan memberi pujian ataupun angka. Dengan gaya mengajar yang baik dan tepat, tidak kaku, maka akan menimbulkan suasana kelas yang senang sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik, mahasiswa mudah untuk memahami dan semangat dalam belajar hingga dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa.

Hal ini sejalan dengan hasil Penelitian Husain & Niode (2015) yang berjudul “Pengaruh Variasi Gaya Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 3 Gorontalo” yang mengatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variasi gaya mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa.

H1 = Ada pengaruh Gaya Mengajar Dosen terhadap Motivasi Belajar 2. Gaya Mengajar Terhadap Prestasi Belajar

Mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Gaya mengajar dosen adalah cara dosen menyampaikan materi dalam proses belajar mengajar. Gaya mengajar merupakan salah satu faktor tersampaikannya materi yang diajarkan kepada mahasiswa. Gaya mengajar dosen tentu saja dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Ketika seorang dosen mampu menyampaikan materi dengan baik, dosen dan mahasiswa sama-sama aktif, menciptakan suasana yang menyenangkan


(54)

saat mengajar, dosen memberikan kebebasan dalam berpendapat, maka mahasiswa pun dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan hingga hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

Hal ini sejalan dengan penelitian Astrini, dkk (2016) yang berjudul “Pengaruh Kemandirian Belajar, Pergaulan Teman Sebaya, dan Persepsi Siswa Tentang Variasi Guru Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS Mata Pelajaran Ekonomi di MAN Gondanglegi” yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara parsial persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar dosen terhadap prestasi belajar siswa. Irwanto (2015) juga mengungkapkan adanya pengaruh gaya mengajar dosen terhadap prestasi belajar aplikasi akuntansi pemeriksaan. Purwanto (2014) & Syafei (2016) juga mengungkapkan gaya mengajar berpengaruh positif dapat meningkatkan hasil belajar.

H2= Ada pengaruh positif dan signifikan gaya mengajar dosen terhadap prestasi belajar matematika

3. Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Motivasi adalah daya pendorong atau penggerak seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar motivasi adalah salah satu faktor yang saangat penting, tanpa adanya motivasi maka seseorang tidak bisa belajar dengan baik. Seseorang yang memiliki motivasi maka akan melakukan segala sesuatu dengan baik, akan lebih mudah memahami terhadap materi yang disampaikan oleh dosen, sehingga bisa mengerjakan


(55)

tugas maupun ujian dengan lancar, disiplin waktu, mempunyai target dan tujuan, bersemangat dalam belajar, sehingga hal ini akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2014) yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Kompetensi Professional Guru Melalui Motivasi Belajar Sebagai Variabel Intervening Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Semarang” yang menunjukkan hasil bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian Amin & Widodo (2013) juga mengungkapkan bahwa adanya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akademik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Astuti & Sukardi (2012) yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS terpadu kelas VIII SMP PGRI 16 Brangsong, Kendal” yang menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS terpadu. Hidayat & Dwiningrum (2016) juga mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian Inayah, dkk (2013) juga mengungkapkan hasil adanya pengaruh langsung motivasi belajar terhadap prestasi belajar.

H3= Ada Pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar


(56)

l. Model Penelitian

Dari telaah teoritis yang mengembangkan hipotesis di atas, maka model penelitian yang menggambarkan hipotesis adalah di tunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Model Penelitian

Pengaruh Gaya Mengajar Dosen terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa

Gaya Mengajar Dosen (X1)

Motivasi Belajar (X2)

Prestasi Belajar (Y)


(57)

BAB III

MODEL PENELITIAN

A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian dengan data primer dimana data yang di peroleh atau diambil langsung dari responden.

C. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prodi Manajemen angkatan 2016 di Universitas Muhammdiyah Yogyakarta. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode sampel total (total sampling) atau sensus, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Manajemen angakatan 2016 di UMY.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner maupun dengan wawancara langsung. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan


(58)

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data mengenai Gaya Mengajar Dosen, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Matematika pada Mahasiswa Manajemen Angkatan 2016 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Prestasi Belajar (Y)

Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar mahasiswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2013). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 10 item pertanyaan yang di adopsi dari Sudikdo (2011) dengan 5 poin skala Likert. Responden diminta memilih alternative jawaban dari skala 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 5 (Sangat Setuju). Indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.Tes Kemampuan Afektif (Reaksi, Keterampilan, Berkemampuan bertindak )

b.Tes Kemampuan Kognitif (Pengetahuan/Ingatan, Pemahaman, Analisis) c.Tes Kemampuan Psikomotorik (Ketepatan)

2. Gaya Mengajar Dosen (X1)

Gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting hubungannya dengan mahasiswa bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebiasaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau pembicaraan guru atau


(59)

dosen (Sudjana, 2009). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 10 item pertanyaan dengan 5 poin skala Likert yang di adopsi dari Irwanto (2015). Responden diminta memilih alternative jawaban dari skala 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 5 (Sangat Setuju). Indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Otoriter (sikap dosen dalam memberi kebebasan di dalam kelas) b. Laisezz faire (sikap dosen yang acuh tak acuh)

c. Demokratis (sikap dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian tugas)

d. Autoritatif (kemampuan dosen dalam meningkatkan minat belajar, sikap dalam menghadapi mahasiswa, perhatiannya terhadap mahasiswa)

3. Motivasi Belajar (X2)

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai (Sardiman, 2012). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 16 item pertanyaan dengan 5 poin skala Likert yang di adopsi dari Wicaksono (2012). Responden diminta memilih alternative jawaban dari skala 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 5 (Sangat Setuju). Indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Engkoswara, 2010) :


(60)

a. Durasi kegiatan (Berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)

b. Frekuensi kegiatan (Berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu)

c. Persistensi (Ketetapan dan kelekatanya pada tujuan kegiatan)

d. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan

e. Tingkat aspirasi (Maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan f. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk/output yang dicapai dari

kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)

g. Arah sikap (like or dislike, positif atau negative) F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2011) uji validitas merupakan pengujian yang menunjukkan valid atau tidaknya suatu kuesioner dan suatu kuesioner dikatakan valid apabila semua pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner mengungkapkan apa yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Kriteria pengambilan keputusan untuk menyatakan valid atau tidaknya yaitu :


(61)

b. Jika nilai signifikan > 0,05 (ɑ = 5%) maka pernyataan dinyatakan tidak valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Pengukuran ulang atau repeated measured, pada hal ini responden diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda dan kemudian dilihat apakah jawaban dari responden hasilnya tetap konsisten atau tidak.

b. Pengukuran sekali saja atau one shot, dalam hal ini pengukuran hanya dilakukan sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (ɑ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunnally, 1967).

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik atau persyaratan analisis data meliputi uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas dan uji linearitas.


(62)

Persyaratan analisis ini dilakukan agar dapat dilakukan uji hipotesis dengan analisis jalur (Path Analysis). Sebelum dilakukan uji analisis tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Normalitas.

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi di temukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Varibel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat melalui nilai VIF ataupun Tolerance :

a. Nilai VIF > 10 = Terjadi Multikolonieritas b. Nilai VIF < 10 = Tidak Terjadi Multikolonieritas c. Nilai Tolerance < 10 = Terjadi Multikolonieritas d. Nilai Tolerance > 10 = Tidak Terjadi Multikolonieritas

Kesimpulannya, jika tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen maka uji analisis jalur (Path Analysis) dapat dilanjutkan. b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan


(1)

Coefficientsa Mdel Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleran ce VIF 1 (Constant) 14,429 2,444 5,905 ,000

∑ Gaya

Mengajar -,032 ,059 -,031 -,549 ,584 ,892 1,122

∑ Motivasi

Belajar ,321 ,033 ,562 9,795 ,000 ,892 1,122

a. Dependent Variable: ∑ Prestasi belajar

Coefficient Correlationsa

Model ∑ Motivasi Belajar ∑ Gaya Mengajar 1 Correlations ∑ Motivasi Belajar 1,000 -,329

∑ Gaya Mengajar -,329 1,000

Covariances ∑ Motivasi Belajar ,001 -,001

∑ Gaya Mengajar -,001 ,003

a. Dependent Variable: ∑ Prestasi belajar

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index Variance Proportions (Constant) ∑ Gaya Mengajar ∑ Motivasi Belajar

1 1 2,986 1,000 ,00 ,00 ,00

2 ,008 18,949 ,02 ,46 ,84

3 ,005 23,683 ,98 ,54 ,16


(2)

Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 240

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 3,39039326

Most Extreme Differences

Absolute ,050

Positive ,050

Negative -,031

Kolmogorov-Smirnov Z ,050

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

Lampiran 11 Analisis Regresi Sederhana

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered Variables Removed Method

1 ∑ Gaya

Mengajarb . Enter

a. Dependent Variable: ∑ Motivasi Belajar

b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 ,329

a ,108 ,105 6,744

a. Predictors: (Constant), ∑ Gaya Mengajar

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Regression 1316,288 1 1316,288 28,939 ,000b

Residual 10825,446 238 45,485 Total 12141,733 239

a. Dependent Variable: ∑ Motivasi Belajar b. Predictors: (Constant), ∑ Gaya Mengajar

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 39,578 4,105 9,642 ,000

∑ Gaya

Mengajar ,593 ,110 ,329 5,379 ,000


(5)

Lampiran 12 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered Variables Removed Method

1 ∑ Motivasi

Belajar, ∑

Gaya Mengajarb

. Enter

a. Dependent Variable: ∑ Prestasi belajar

b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R

R Squar

e Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,552a ,305 ,299 3,405

a. Predictors: (Constant), ∑ Motivasi Belajar, ∑ Gaya Mengajar

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Regression 1205,247 2 602,623 51,987 ,000b

Residual 2747,249 237 11,592 Total 3952,496 239

a. Dependent Variable: ∑ Prestasi belajar


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 14,429 2,444 5,905 ,000

∑ Gaya Mengajar -,032 ,059 -,031 -,549 ,584

∑ Motivasi Belajar ,321 ,033 ,562 9,795 ,000


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR DOSEN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Tentang Variasi Gaya Mengajar Dosen Dan Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Manajemen Keuangan Mahasiswa Progr

0 3 17

PENGARUH PERSEPSI TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR DOSEN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Tentang Variasi Gaya Mengajar Dosen Dan Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Manajemen Keuangan Mahasiswa Progr

0 2 13

PENGARUH GAYA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH TEKNOLOGI Pengaruh Gaya Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Teknologi Informasi Pembelajaran Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan A

0 1 17

PENGARUH GAYA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH TEKNOLOGI Pengaruh Gaya Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Teknologi Informasi Pembelajaran Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan A

0 3 11

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA ATAS KETRAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Mahasiswa Atas Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Auditing Pada Mahasiswa Program Studi Pendid

0 0 18

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA ATAS KETRAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Mahasiswa Atas Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Auditing Pada Mahasiswa Program Studi Pendid

0 1 12

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Semester 6 Tahun Ajaran 2011 Pada M

0 0 17

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI MENGAJAR DOSEN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN BELAJAR PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI MENGAJAR DOSEN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIK

0 1 18

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Mahasiswa FKIP-UMS Progdi Pendidika

0 0 16

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Mahasiswa FKIP-UMS Progdi Pendidika

0 0 19