PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR.

(1)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh :

HILMAN LATIEF

1007309

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

Pengaruh Pembelajaran Kontekstual

Terhadap Hasil Belajar

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran

Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang)

Oleh Hilman Latief S.Pd IKIP Bandung, 1997

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi

© Hilman Latief 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iii

LEMBAR PERSETUJUAN DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing II,

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi,

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. NIP. 19640603 198903 1 001


(4)

iv Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR

(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII di SMPN 4 Padalarang)

Oleh : Hilman Latief NIM. 1007309 Pembimbing :

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.

ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan atas permasalahan tidak adanya kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan siswa kurang faham dan rata-rata hasil belajarnya rendah. Teknik Penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control-group design, pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan lembar kerja siswa. Sedangkan pengolahan dan analisis data dengan Ms. Excel dan SPSS V.17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar peserta didik, karena peserta didik dilatih untuk mencari permasalahan, mengumpulkan fakta dan data, memecahkan masalah tersebut kemudian mengembangkan dan menganalisis masalah untuk dicarikan solusinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai pretest dan posttest yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan N-gain tiap kelas penelitian, sebanyak 12,5% peserta didik termasuk kategori tinggi, 72,5% kategori sedang dan 15% kategori rendah. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan terjadi pengaruh hasil belajar yang lebih besar pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan nilai hasil belajar yang lebih baik dari nilai hasil belajar sebelumnya. Sehingga pembelajaran kontekstual dapat dijadikan alternatif metode yang dipilih dalam pembelajaran. Karena pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.


(5)

v Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

INFLUENCE OF CONTEXTUAL LEARNING

AGAINST LEARNING OUTCOMES

(Experimental Study in Subjects Geography Class VII at SMP 4 Padalarang)

By : Hilman Latief NIM. 1007309 Supervisor :

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.

ABSTRACT

This study is based on the absence of problems students the opportunity to build and develop knowledge for the use of innovative learning approach makes students less and less ideology average low learning outcomes. Engineering studies using quasi-experimental design with nonequivalent control-group design, data collection was done by using the test and student worksheets. While processing and data analysis with MS. Excel and SPSS V.17.

The results showed that contextual learning can provide a considerable influence on the learning outcomes of students, because the students are trained to look for problems, collect facts and data, solving the problem and then develop and analyze a problem to find a solution. This is evidenced by the differences in pretest and posttest values were significant between the experimental class with the control class. Based on the calculation of the N-gain of each class research, as many as 12.5% of students were high, 72.5% medium category and 15% lower category. From these calculations it can be concluded occur influence learning outcomes were greater in the experimental class than the control class.

The conclusion of this study that there is a significant effect of contextual learning on learning outcomes as indicated by the change in the value of better learning outcomes than the value of the results of the previous study. So that contextual learning can be used as an alternative learning method chosen. Because of contextual learning is an effective learning and can increase the activity of students in the learning process.

Keywords: Contextual Teaching and Learning, Learning Outcomes, Pretest, Posttest, N-Gain


(6)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

x

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

F. Hipotesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Pendekatan Pembelajaran... 13

B. Pembelajaran Kontekstual ... 15

C. Pembelajaran Konvensional ... 29

D. Hasil Belajar ... 35

E. Penelitian Terdahulu ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Metode Penelitian ... 43

B. Populasi ... 44

C. Sampel ... 44

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 52

G. Tahapan Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

B. Deskripsi Data Penelitian ... 58

C. Analisis Data ... 67


(7)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(8)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xii

DAFTAR TABEL

Tabel. Hal

2.1. Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan

Pendekatan Konvensional ... 34

3.1. Desain Eksperimen ... 43

3.2. Populasi Penelitian ... 44

3.3. Penentuan Kelas Eksperimen ... 45

3.4. Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen ... 48

3.5. Kriteria Reliabilitas ... 49

3.6. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ... 49

3.7. Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 50

3.8. Validasi Daya Pembeda ... 50

3.9. Kriteria Indeks Kesukaran ... 51

3.10. Validitas Indeks Kesukaran ... 52

4.1. Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 4 Padalarang Tahun Ajaran 2012/2013 ... 56

4.2. Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Eksperimen ... 59

4.3. Hasil Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Kontrol ... 61

4.4. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 63 4.5. Uji Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 65

4.6. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Eksperimen ... 67 4.7. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest Pada Kelas Kontrol 68 4.8. Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 68


(9)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xiii

4.9. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest dan N-gain Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69 4.10. Perbandingan Pretest dan Posttest Paired Sample Test ... 70 4.11. Uji Beda Pretest dan Posttest Paired Sample Test ... 71 4.12. Hasil Uji Beda Nilai Posttest dan N-gain Antara Kelas Kontrol

Dan Kelas Eksperimen ... 72 4.13 Desain Pembelajaran CTL Pada Materi Kondisi Geografis


(10)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1. Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 22 3.1. Hubungan Antar Variabel ... 46 4.1. Grafik Perbadaan Nilai Pretes dan Postes pada Kelas Eksperimen 60 4.2. Grafik Perbadaan Nilai Pretes dan Postes pada Kelas Kontrol 62 4.3. Grafik Perbedaan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Dan Kelas Kontrol ... 64 4.4. Diagram N-gain Rata-rata Skor Pretest dan Posttest ... 66


(11)

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 86

2. BAHAN AJAR ... 91

3. LKS (LEMBAR KERJA SISWA) ... 99

4. KISI-KISI INSTRUMEN ... 101

5. KISI-KISI SOAL GEOGRAFI (IPS) SEMESTER GENAP ... 102

6. KARTU SOAL GEOGRAFI (IPS) SEMESTER GENAP ... 104

7. SOAL PRETEST GEOGRAFI (IPS) ... 107

8. SOAL POSTTEST GEOGRAFI (IPS) ... 108

9. ANALISIS HASIL PRETEST KELAS KONTROL ... 109

10. ANALISIS HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN ... 110

11. ANALISIS HASIL POSTTEST KELAS KONTROL ... 111

12. ANALISIS HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN ... 112

13. FOTO PROSES BELAJAR MENGAJAR MENERAPKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ... 113


(12)

1

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, teknologi serta kehidupan yang makin kompleks.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh pemerintah dan bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, melalui penyempurnaan sistem pendidikan, diantaranya lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, telah memberikan landasan kokoh dan mempertegas produk undang-undang sebelumnya (nomor 2 tahun 1989), terutama dalam usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, penyediaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, penataan strategi pengelolaan pendidikan, pendekatan dan strategi (metode dan teknis) pembelajaran yang efektif, efisien, menyenangkan dan bermakna, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to life together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dengan mengimflikasikan konsep pembelajaran CBSA, pendidikan kecakapan hidup (life skill), keterampilan proses, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, dan lain sebagainya. Namun demikian, sampai saat ini berbagai indikator peningkatan mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai dan merata diantaranya ; (1) keluaran/lulusan sekolah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan (2) penampilan kemampuan dalam semua


(13)

2

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

komponen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan masih lebih banyak memandang segi kuantitas (output).

Dalam Proses pembelajaran Geografi (IPS), seorang guru memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi, melatih keterampilan dan membimbing belajar siswa sehingga para guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu, agar proses belajar dan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien. Adanya minat yang tinggi, serta metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa mudah dalam menerima dan mengolah informasi yang disampaikan.

Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pengajaran.

Uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Geografi (IPS) mempunyai peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran Geografi adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran Geografi dengan model yang menarik dan menyenangkan. Guru seringkali menyampaikan materi Geografi dengan cara konvensional, sehingga pembelajaran Geografi cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa, yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang memuaskan.

Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran, ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, kurang adanya keinginan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Ketiga, kurangnya semangat belajar siswa dalam mempelajari Geografi. Maka pada setiap pembelajaran berlangsung siswa kurang merespon materi yang disampaikan oleh guru, pasif, bersikap masa bodoh, cerita dengan teman sebangku, tidak mempunyai catatan, tidak mau membawa buku paket atau buku penunjang, dan guru terlihat


(14)

3

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mendominasi aktivitas serta kegiatan pembelajaran bermuara pada ceramah. Akhirnya, hasil belajar yang dicapai sangat tidak memuaskan.

Hakekat pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakatnya bangsa dan negaranya. Dengan demikian para guru diharapkan senantiasa dapat meningkatkan peranannya dalam menempatkan pembelajaran yang berkualitas untuk mengantarkan para siswa meraih prestasi belajar yang maksimal. Dengan prestasi yang maksimal itu diharapkan para siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat.

Melalui pengenalan metode dalam pembelajaran oleh Departemen Pendidikan Nasional, seperti metode pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang muara akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam hal pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal ini tampak dari perubahan orientasi pembelajaran yang dahulu bersifat sangat konservatif telah bergeser kepada upaya meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2003: 1) bahwa telah terjadi pergeseran dalam praksis pembelajaran dan yang bersifat konservatif yaitu ditandai dengan dominannya peran aktif siswa dalam pembelajaran atau student centered.

Relasi peran guru dan siswa dalam pembelajaran memang telah jauh berubah, dari yang semula murid hanya diposisikan sebagai objek, kini tidaklah lagi demikian. Sejalan dengan hal tersebut telah banyak diperkenalkan berbagai metode baru dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu metode pembelajaran yang memposisikan peran aktif siswa dalam pembelajaran ini adalah metode pembelajaran kontekstual atau Contextual teaching and learning. Metode


(15)

4

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan, mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi ini diharapkan dapat memacu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, sehingga sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Melalui penerapan metode kontekstual dan reposisi peran guru dan siswa dalam pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran itu akan menjadi efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa. Munif (2003: 4) mengatakan bahwa sekolah dikatakan efektif bilamana proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan baik yang berimplikasi pada upaya guru dalam mengembangkan sistem pembelajaran secara profesional berdasarkan kurikulum yang ditetapkan.

Senada dengan pendapat di atas, Nursisto (2001: 48) mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif antara lain ditandai dengan a) siswa sebagai subjek didik, b) metode mengajar yang beragam, c) menghindari verbalisme, dan d) variasi pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran di kelas menuntut optimalisasi peran siswa dalam proses belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan atau kompetensi sebagaimana yang diharapkan atau ditetapkan dalam kurikulum. Hal ini didasarkan teori bahwa semakin optimal keterlibatan dan peran siswa dalam pembelajaran akan semakin optimal pula prestasi yang akan dicapai oleh siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang mengoptimalkan peran siswa dalam pembelajaran. Metode yang tepat tentunya sudah tidak menggunakan metode konvensional atau tradisional lagi tetapi menerapkan metode yang baru. Salah satunya adalah metode kontekstual (contextual teaching and learning).

Menurut Mulyasa (2005:103) pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka. “Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar,


(16)

5

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil yang diharapkan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), menurut Poedjiadi (2005: 98) adalah “untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari”.

Maryani (2007:920) menyatakan Geografi merupakan ilmu yang bersifat antroposentris, melihat manusia secara dua sisi yaitu imanen dan transenden. Secara imanen manusia merupakan bagian yang terintegrasi dengan unsur alam lainnya, dengan tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai peran yang sama dalam memanfaatkan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Secara transenden, manusia mempunyai tanggungjawab yang lebih dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, karena manusia dibekali dengan akal.

Salah satu standar kompetensi mata pelajaran Geografi (IPS) kelas VII berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi di tingkat SMP/MTs adalah memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungan, dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai yaitu mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut berperan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh siswa kelas VII SMP/MTs. Dalam proses belajar mengajar, upaya mencapai tujuan tersebut melibatkan komponen-komponen pembelajaran, yaitu isi/materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Pendekatan dan Model Pembelajaran sebagai salah satu komponen pembelajaran memiliki peranan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Geografi (IPS). Penggunaan pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu dalam proses pencapaian kompetensi siswa yang bersifat pemahaman terhadap lingkungan kehidupan manusia. Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual tidak hanya mencakup aspek kognitif saja tetapi mencakup seluruh aspek hasil belajar yaitu, kognitif,


(17)

6

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

afektif dan psikomotor dan membuat pembelajaran lebih bermakna dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di SMP Negeri 4 Padalarang masih banyak guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional, penyampaian materi hanya dengan ceramah dan partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa cenderung pasif, begitu juga dalam pembelajaran Geografi (IPS) guru hanya menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan kurang bisa dipahami oleh siswa. Tidak adanya kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan siswa kurang paham terhadap hasil belajar yang harus mereka capai.

Seringnya menggunakan metode ceramah berarti hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan ranah afektif dan psikomotor. Padahal kedua ranah tersebut juga memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa. Karena itu diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar mendapatkan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Beberapa penelitian yang relevan tentang keefektifan penggunaan pembelajaran kontekstual dengan mengacu kepada hasil-hasil yang telah teruji secara empirik diantaranya, Permasih (2005) dalam tesisnya : Pembelajaran Kontekstual di Sekolah Dasar (Studi Kaji Tindak Penerapan Pembelajaran Kontekstual Topik Pengangkutan dan Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada Siswa Kelas V SDN UPI), mengatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kontekstual terhadap kualitas pembelajaran IPS. Widiastusi (2010) dalam tesisnya : Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada mata pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang), menyimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual yang dikembangkan mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa. Oom Romli (2010) dalam tesisnya : Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika : Studi Eksperimen pada Siswa MA Negeri Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Hasil penelitiannya menyimpulkan


(18)

7

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bahwa (1) peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual lebih baik dari peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional; (2) aktivitas siswa selama belajar melalui pendekatan kontekstual berjalan dengan cukup baik, siswa terlihat aktif dan memiliki semangat dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal, berdiskusi antar sesama siswa, bertanya dengan guru, memperhatikan penjelasan guru, dan penjelasan teman-teman, serta mencatat hal-hal yang relevan dengan pembelajaran, dan (3) siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap matematika, pembelajaran kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok.

Penelitian tentang pendekatan pembelajaran kontekstual sudah banyak dilakukan seperti uraian di atas, dari beberapa penelitian pendekatan pembelajaran kontekstual yang pernah dilakukan sebagian besar peneliti hanya membahas implementasi pembelajaran kontekstual dari mulai perencanaan sampai tahap pelaksanaan dan sedikit yang membahas tentang pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar. Bertolak dari pembahasan tersebut dan rekomendasi dari peneliti terdahulu tentang perlunya diadakan penelitian pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pendekatan pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan semua pernyataan di atas, maka diperlukan suatu kajian yang cukup mendalam mengenai pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar. Pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan guru di sekolah adalah pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada mata pelajaran Geografi kelas VII di SMPN 4 Padalarang)”


(19)

8

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti sehingga terhindar dari kekaburan dan ketidakefektifan kerja dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas eksperimen dengan pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang?

2. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMP Negeri 4 Padalarang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas eksperimen pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang.

2. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang.

3. Perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMPN 4 Padalarang.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan dan pengembangan pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan pembelajaran yang


(20)

9

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap penelitian selalu memiliki kegunaan dan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Apabila ada pengaruh yang signifikan tentang penerapan metode kontekstual terhadap hasil belajar Geografi (IPS) siswa SMPN 4 Padalarang, maka hal ini dapat :

a. Sebagai masukan tentang keefektifan metode pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang.

b. Sebagai gambaran adanya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang. 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai pertimbangan dalam menentukan alternatif metode yang akan dipilih dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Geografi (IPS) di SMP Negeri 4 Padalarang.

b. Memberikan informasi akan pentingnya mengembangkan keaktifan belajar siswa agar siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang.

E. Definisi Operasional 1. Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : pemodelan (modelling), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), menemukan (inquiry), kontruktivisme (contructivism), tindak lanjut (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).


(21)

10

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut hasil penelitian Romli (2010), peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual lebih baik daripada peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Selain itu, siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran, pembelajaran kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok.

2. Pembelajaran Konvensional

Menurut Zamroni, dalam Nursisto (2001: xxv) pendekatan konvensional adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu secara kaku pada paradigma input-proses-output. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, pendekatan pembelajaran sebagaimana yang sudah lazim digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas disebut pendekatan pembelajaran konvensional.

Wibawa dan Mukti (1992:5) mengungkapkan Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan bermacam-macam metode pembelajaran. Dalam praktiknya metode ini berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pemberian uraian, contoh, dan latihan.

Dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP pendekatan konvensional ini masih banyak digunakan untuk pembelajaran di kelas. Dasar yang digunakan untuk menentukan pilihan pendekatan konvensional ini dalam pembelajaran adalah banyaknya jumlah siswa per kelas di sekolah dan terbatasnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan pengetahuan yang bersifat kognitif, sehingga untuk menciptakan keterampilan atau kemampuan psikomotorik siswa dilakukan dengan pemberian tugas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Metode pemberian tugas ini dilakukan oleh guru setelah guru menyampaikan materi


(22)

11

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengetahuan yang bersifat kognitif dengan metode ceramah untuk memantapkan penguasaan materi dalam pembentukan kemampuan psikomotoriknya.

3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (1989: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif yang mencakup keterampilan-keterampilan intelektual, informasi dan pengetahuan: (2) Aspek afektif menekankan pada sikap, nilai, perasaan, dan emosi; dan (3) Aspek Psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf.

Hasil belajar bisa didapat dari berbagai bentuk penilaian/evaluasi. Menurut Sumaatmaja (1997: 125) secara menyeluruh, bentuk evaluasi pada pengajaran Geografi meliputi bentuk tes dan nontes. Bentuk tes meliputi tes objektif, tes esai dan tes lisan. Sedangkan bentuk nontes berupa laporan tugas dan penampilan (presentasi).

Data yang dikumpulkan dari hasil belajar adalah nilai yang diperoleh peserta didik dari hasil pre-tes dan juga nilai yang diperoleh dari pos-tes, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh dari nilai tes, nilai tugas kelompok dan nilai presentasi kelompok.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2013: 96). Adapun menurut Surahmad, (1979: 58) mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatau jawaban duga yang dianggap benar.

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang.


(23)

12

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tidak ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang

3. Ada perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMPN 4 Padalarang.


(24)

43

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran geografi baik dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), maupun dengan menggunakan pendekatan konvensional. Sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar siswa yang mencakup penguasaan konsep.

Jenis desain kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design) yang peneliti gunakan dalam kajian ini, adalah desain Nonequivalent (Pre test and post test) Control-Group Design. Creswell (1994: 132) mengemukakan, Nonequivalent (Pre test and Post test) Control Group Design adalah “In this design, a popular approach to quasi-exsperiments, the experimental group A and the control B are selected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and only the experimental group received the treatment”.

Desain penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O3

Kontrol O2 O4

Sumber: Sukmadinata (2006: 207). Keterangan :

O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen O2 = Tes awal pada kelas kontrol

O3 = Tes akhir setelah perlakuan pada kelas eksperimen O4 = Tes akhir setelah pembelajaran pada kelas kontrol X = Penerapan model pembelajaran Kontekstual


(25)

44

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengelompokan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan kelas yang telah ada. Ciri utama dari eksperimental adalah adanya pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Peneliti menggunakan nilai raport semester ganjil yang mewakili kemampuan kognitif peserta didik sebagai dasar kesamaaan karakteristik atau yang disamakan.

B. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian adalah seluruh keseluruhan objek yang

dijadikan sumber penelitian. Menurut Furqon (2004:146) “populasi dapat

didefinisikan sebagai sekumpulan objek, orang atau keadaan yang paling tidak

memiliki satu karakteristik umum yang sama”. Senada dengan pendapat tersebut,

menurut Arikunto (1998 : 115) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan keterangan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 4 Padalarang semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 6 kelas.

Tabel. 3.2 Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa

1 VII.A 39

2 VII.B 39

3 VII.C 40

4 VII.D 39

5 VII.E 39

6 VII.F 40

C. Sampel

Sampel digunakan dalam penelitian untuk mempermudah pengambilan data dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi (Sudjana, 2007:85). Sedangkan Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa, “sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti.” Wakil populasi ini harus memiliki kesamaan (homogen) sehingga


(26)

45

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah cara peluang atau probability sampling yaitu memberikan peluang yang sama bagi semua populasi untuk dijadikan sampel, dengan teknik penarikan sampel kelas atau cluster random sampling, karena dalam cluster random sampling dilakukan dengan menggunakan kelompok yang tersedia sebagai sampel sehingga peneliti tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu akan tetapi dalam bentuk kelas yang tersedia dan pengacakannya hanya pada kelasnya saja yang bisa digunakan yang mana saja tidak pada individu atau siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, dengan rincian pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Penentuan Kelas Eksperimen

No Karakteristik Kelas VII

A B C D E F

1 Nilai tertinggi 87 80 80 80 80 80

2 Nilai terendah 70 70 70 70 70 70

3 Nilai rata-rata 73,18 73,23 73,71 73,27 74,28 73,68

4 KKM 68

Sumber: Nilai Raport Sem. 1 TP. 2012/2013.

Sampel yang telah ditentukan harus memiliki sifat dan karakteristik yang sama, seperti dalam hal kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan peneliti menggunakan nilai IPS pada raport semester ganjil. Kedua kelas tersebut memiliki rata-rata nilai IPS yaitu, kelas VII.C = 73,71 dan Kelas VII.F = 73,68. Kedua rata-rata nilai tersebut tidak jauh berbeda sehingga kemampuan awal kedua kelas tersebut dianggap sama.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai nilai untuk mendefinisikan suatu kajian penelitian. Variabel penelitian ini adalah model pembelajaran Kontekstual sebagai variabel bebas dan Hasil Belajar sebagai variabel terikat, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(27)

46

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar. 3.1 Hubungan antar variabel

E. Instrumen Penelitian. a. Tes

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pengukuran yang didalamnya terdapat pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes objektif pilihan ganda. Maksud tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS), khususnya tentang kemampuan dasar dan penguasaan terhadap materi pelajaran yang diberikan dengan menggunakan pendekatan/model pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan model pembelajaran saat ini (konvensional).

1) Uji Validitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak di ukur, derajat ketepatan mengukur merupakan derajat ketinggian validitas instrumen (Hadi, 1993:138).

Sementara Haryanto (1994:41) menjelaskan bahwa masalah validitas adalah mempersoalkan suatu alat ukur yang dipakai untuk mengukur suatu aspek yang

Variabel Bebas Pembelajaran Kontekstual :

pemodelan (modelling),

bertanya (questioning),

 masyarakat belajar (learning community),

menemukan (inquiry),

 kontruktivisme (contrustivism),

tindak lanjut (reflection)

 penilaian sebenarnya (authentic assessment)

Variabel Terikat Hasil Belajar :

 Tes

 Tugas/LKS


(28)

47

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ingin diukur. Sebagaimana dijelaskan di atas, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir-butir soal tes prestasi belajar pada mata pelajaran Geografi (IPS), maka validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas butir soal. Validitas ini digunakan untuk menguji setiap butir-butir soal yang telah dibuat.

Untuk menguji validitas butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X, sedangkan skor total dipandang sebagai nilai Y. Senada dengan pendapat ini, Arikunto (1998:74) menyatakan bahwa suatu instrumen dapat dinyatakan sahih atau valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Suatu item atau soal mempunyai validitas tinggi apabila skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi.

Untuk menguji korelasi antara skor baris butir dengan skor total digunakan Korelasi Product Moment dari Pearson yang dikutip Arikunto (199 : 162) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

: Korelasi Product Moment N : Banyaknya siswa

X : Skor butir soal Y : Skor total

XY : Jumlah (X) (Y)

Angka perhitungan rxy kemudian dikonsultasikan dengan tabel Korelasi Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Penentuan tingkat validitas kemudian dikonsultasikan pada tabel product moment. Adapun hasil perhitungan uji validitas instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(29)

48

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Item soal N rxy hitung rxy tabel Keterangan

Butir 1 40 0,312 0,329 Valid

Butir 2 40 0,312 0,331 Valid

Butir 3 40 0,312 0,408 Valid

Butir 4 40 0,312 0,317 Valid

Butir 5 40 0,312 0,438 Valid

Butir 6 40 0,312 0,253 Tidak Valid

Butir 7 40 0,312 0,313 Valid

Butir 8 40 0,312 0,328 Valid

Butir 9 40 0,312 0,365 Valid

Butir 10 40 0,312 0,425 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.

Berdasarkan uji validitas butir soal pilihan ganda pada tabel di atas, terdapat 9 butir soal pilihan ganda yang valid untuk digunakan dalam kegiatan penelitian sedangkan 1 soal yang tidak valid diperbaiki.

2) Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjuk pada keajegan instrumen dalam mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 1998 : 170). Reliabilitas menunjuk kepada suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk mengetahui instrumen reliabel atau tidak, maka harus dapat diketahui koefisien reliabilitasnya. Adapun dalam penelitian ini, uji reliabilitas dihitung secara manual

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut :

              v c k v c k C 1 

(Kusnendi : 2009) Keterangan :

k = jumlah item dalam skala c= rata-rata kovariansi antar-item


(30)

49

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v = rata-rata variansi skor item

Kriteria reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

Batasan Kriteria reliabilitas

0.81 < R ≤ 1.00 Sangat tinggi

0.61 < R ≤ 0.80 Tinggi

0.41 < R ≤ 0.60 Cukup

0.21 < R ≤ 0.40 Rendah

0.00 < R ≤ 0.20 Sangat rendah

Adapun hasil uji coba reliabilitas instrument soal pilihan ganda (PG) dan soal uraian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.848 10

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013

Hasil analisis reliabilitas dari uji instrumen tes untuk soal pilihan ganda menunjukkan bahwa Statistic Cronbach’s Alpha sebesar 0, 848 dengan jumlah item soal sebanyak 10 item dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa alat tes reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

3) Uji Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah atau yang sudah menguasai materi dengan yang kurang/belum menguasai materi. Daya pembeda butir soal/item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir soal/item. Angka indeks diskriminasi butir soal/item adalah angka/bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki butir soal/item yang dilambangkan dengan huruf (D) singkatan dari diskriminan. Rumus yang


(31)

50

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

digunakan untuk mengetahui daya pembeda butir soal/item adalah sebagai berikut.

Arikunto (2003: 213) Keterangan :

D = Daya pembeda

JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak peserta kelompok atas menjawab benar BB = Banyak peserta kelompok bawah menjawab salah PA = BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar PB = BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar

Kategori interpretasikan indeks diskriminan dijelaskan pada Tabel berikut : Tabel 3.7 Kriteria Indeks Daya Pembeda

Daya Pembeda (D) Interpretasi 0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0, 71 – 1,00 Baik sekali Sumber: Arikunto, 2003: 218.

Adapun hasil pengolahan data dalam penelitian ini indeks daya pembeda butir soalnya seperti tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.8 Validasi Daya Pembeda

No Indeks Pembeda Kualitas Daya

Pembeda Nomor Butir Soal Jumlah Soal 1 2 3 4

0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00

Soal Jelek Soal Sedang Soal Baik Soal Baik Sekali

6 1, 5, 10 2, 3, 4, 7 8, 9

1 3 4 2 Sumber : Hasil pengolahan data, 2013


(32)

51

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Uji Indeks Kesukaran.

Soal/item yang baik adalah butir soal/item yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Hal ini karena bila soal/item terlalu mudah tidak akan merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya juga bila butir soal/item terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik tidak bersemangat menjawab karena di luar jangkauan kemampuanya. Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar atau salah pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks, yaitu indeks kesukaran. Tingkat kesukaran butir soal/item dinyatakan dalam proporsi perbandingan antara yang menjawab benar dengan yang menjawab salah seluruh soal/item. Tingkat kesukaran dinyatakan dalam index kesukaran yang dilambangkan dengan huruf (P) singkatan proporsi atau (I) singkatan indeks. Rumus yang digunakan pada menguji indeks kesukaran butir soal/item adalah sebagai berikut (Sudjana, 1989: 137).

Sudjana (1989: 137) Keterangan : I = Index kesukaran

B = Banyak peserta didik yang menjawab betul N = jumlah peserta didik peserta tes

Kategori interpretasi tentang indeks kesukaran butir soal/item dapat dijelaskan pada Tabel berikut :

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran Index Kesukaran (I) Interpretasi

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Sumber: Sudjana, 1989: 137.

Adapun hasil pengolahan data dalam penelitian ini indeks kesukaran butir soalnya seperti tertera dalam tabel berikut :


(33)

52

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.10 Validitas Indeks Kesukaran

No Indeks

Kesukaran

Kualitas Kesukaran Nomor Butir Soal Jumlah Soal 1 2 3

0,00 – 0, 30 0,30 – 0, 70 0,71 – 1,00

Sukar Sedang Mudah

6

2, 3, 4, 5, 7, 9 1, 8, 10

1 6 3 Sumber : Hasil pengolahan data, 2013

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) adalah panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan tahapan pada model pembelajaran kontekstual.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes pemahaman konsep melalui tes tertulis (pretest dan posttest). Data hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS Versi 17.0 for Windows untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Data yang diperoleh berupa hasil jawaban peserta didik terhadap tes. Pengolahan dan analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengolahan data tes dilakukan dengan memberi skor mentah terhadap setiap jawaban peserta didik berdasarkan kriteria yang telah dibuat.

b. Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Penskoran jawaban peserta didik terhadap tes objektif dengan rumus sebagai berikut.


(34)

53

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan : Sk = Skor jawaban yang diperoleh B = Jawaban benar

S = Jawaban alah O = option

Setelah mendapatkan skor, kemudian skor tersebut diubah kedalam skor standar dengan skala 1-100. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Arikunto (2003: 236)

Keterangan : N = Skor standar

R (Sk) = Skor yang diperoleh peserta didik

Smax = Skor maksimum

100 = Konstanta

d. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes dan postes menggunakan uji statistik Kolmogorof Smirnov.

e. Melakukan uji homogenitas varians skor pre test dan post test menggunakan uji Levene.

f. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata skor pre test dan post test menggunakan uji t.

G. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dibalakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen dan perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen, implementasi pembelajaran dan tahap pengumpulan data.

3. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data dan penyusunan laporan secara lengkap.


(35)

77

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa penggunaan CTL pada materi Kondisi Geografis Indonesia kelas VII, berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai tes awal dengan nilai tes akhir peserta didik yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan pembelajaran CTL dengan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Hasil analisis uji perbedaan skor nilai tes awal dan nilai tes akhir hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh nilai probabilitas -11.099 < nilai α 0,05, sehingga Ha1 diterima artinya terdapat perbedaan tes awal dan nilai tes akhir dalam hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Hasil analisis uji perbedaan pada kelas kontrol diperoleh nilai probabilitas -6,773 < nilai α 0,05, sehingga Ha2 diterima, artinya terdapat perbedaan antara nilai tes awal dan nilai tes akhir dalam hasil belajar pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada kelas kontrol menunjukan adanya perbedaan dari nilai tes awal dan nilai tes akhir, tetapi perbedaannya tidak sebesar pada kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil pengujian uji beda nilai tes akhir dan N-gain antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen menunjukkan bahwa nilai probabilitas nilai tes akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0.000, dan nilai probabilitas N-gain Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol adalah 0,003. Keduanya berada pada nilai kurang dari nilai α 0,05 sehingga Ha3 diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan hasil belajar pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(36)

78

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada kesimpulan dan temuan-temuan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan rekomendasi.

1. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh terhadap hasil belajar dengan demikian model ini disarankan kepada guru untuk digunakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Namun demikian penggunaan CTL ini harus disesuaikan dengan karakter materi dan karakter peserta didik. Untuk itu maka guru disarankan mempelajari lebih mendalam agar memahami model CTL dan memiliki keterampilan untuk menyusun rencana pembelajaran dan menerapkannya dalam setiap proses belajar mengajar.

2. Sebelum melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), hendaknya guru terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP). Dalam RPP perlu dideskripsikan secara jelas langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik, agar proses pembelajaran berjalan sesuai rencana dan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia sehingga seluruh aspek dalam CTL dapat dilaksanakan.

3. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan secara kelompok, diskusi kelompok dapat dilaksanakan dimana saja, baik di ruang kelas, perpustakaan, atau di rumah yang dilakukan secara bergiliran. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih mendalam tentang pokok bahasan yang dikaji, dan memberi kesempatan untuk mencari sumber belajar sehingga mereka lebih kreatif lagi dalam mengemukakan gagasan dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

4. Dalam melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), guru hendaknya memanfaatkan media belajar yang ada di sekolah atau di lingkungan sekitar guna menunjang kelancaran proses pembelajaran. Media belajar merupakan sarana pendukung dalam proses pembelajaran, dan kepada peserta didik diharapkan mampu menggunakan media yang ada untuk menambah wawasan belajar dan menjadikan lingkungan sekitar menjadi


(37)

79

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sarana belajar. Jika sekolah tidak memiliki media belajar yang memadai, hendaknya guru mencari alternatif lain sebagai media belajar terutama lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dan lingkungan sekolah. 5. Bila terdapat kemajuan peserta didik dalam peraihan satu atau beberapa

keterampilan dalam proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar, hendaknya guru tidak segan-segan untuk memberikan reward atau pujian dan sejenisnya, sehingga peserta didik merasa terpacu. Sebaliknya bila ada peserta didik yang dianggap mengganggu dalam proses pembelajaran, maka guru harus dapat memberikan punishment yang setimpal dan mendidik.

6. Bagi peneliti hendaknya dalam melakukan penelitian mengenai model pembelajaran melihat terlebih dahulu karakteristik dari peserta didik dan lembaga pendidikan yang akan diteliti, serta pokok bahasan atau bidang studi apa yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh lebih dapat optimal dan mengenai pada sasaran yang akan diteliti.


(38)

80

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakri, D. S. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Bellanca, J. (2011). 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa. Jakarta: Indeks.

Budimansyah, D, dkk. (2009). PAKEM, Pembelajaran Aktif Kreatig, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: Genesindo.

Corebima, D, et al. (2002). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Creswell, J.W. (1994). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daldjoeni, N. (1992) Pengantar Geografi. Bandung: Alumni.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Belajar dan Mengajar Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ditjen Dikdasmen Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta English, E. W. (2005). Mengajar dengan Empati. Bandung: Nuansa.

Hadi, S. (1988). Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasibuan Dan Mudjiono. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda.

Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to stay. California: Corwin Press, Inc.


(39)

81

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kuswanto. (2005). Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual Teaching Learning. Surakarta : The Surakarta Post

Lie, A. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Mahfudin, A. (2009). Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi. Bandung: Rizqi Press.

Malik, O. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda. Maryani, E (2007) ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu

dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press

Mujiyanto, P. 2005. Pendekatan Kontekstual, Modul Pembelajaran. Batang : BKD

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.

Munif, A. (2003). Tinjauan tentang Pembaharuan Kurikulum. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

Mutakin, A. (2008). Metode Penilitian Geografi. Bandung: FPIPS – UPI.

Nugroho. ( 2003). Reposisi Peran Guru dalam Praksis Pembelajaran Modern. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi

Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Nurhadi dan Agus G S. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nursisto. (2001). Spektrum Pengalaman Lapangan dalam Dunia Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Permasih. (2005). Pembelajaran Kontekstual di Sekolah Dasar (Studi Kaji Tindak Penerapan Pembelajaran Kontekstual Topik pengangkutan dan


(40)

82

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada Siswa Kelas V SDN UPI). Tesis. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. (2005). Sain Teknologi Masyarakat, Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasyid, H dan Mansur. (2012). Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV. Wacana Prima

Romli, O (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika: Studi Eksperimen pada Siswa MA Negeri Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Tesis. Tidak diterbitkan. Rusman, (2008) , Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu,

Bandung : UPI Press.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, S. (2005). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Gramedia.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharyono, dan Moch. Amien (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Depdikbud

Sukmadinata, N. S. (2013). Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.


(41)

83

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarwan, FX. 2004. Contextual Teaching and Learning. Semarang : LPMP Jawa Tengah. Sutrisno Hadi. 1993. Metode Statistik I. Yogyakarta: Psikologi UGM.

Sumi’at. (2008). Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Membuat Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Teks, Tabel, Grafik, Gambar dan Diagram Melalui Model Penilaian Berbasis Portofolio (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI.IPS.1 SMA Negeri 1 Gebog Kabupaten Kudus). Tesis. Tidak diterbitkan.

Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang. Penerbit IKIP Malang.

Suparman, M. A. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: Pekerti

Surahmad, W. (1979). Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya

Suwandi, S. (2004). Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam mengimplementasikan KBK. Jurnal Retorika Vol.2 No. 2 UNS Surakarta.

Syaefudin, U. S. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Qanon Publising.

Wibawa dan Mukti. (1992). Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Widiastuti. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang). Tesis. Tidak diterbitkan.

Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo

Internet :

Anggreni. I. S. (2011). Pembelajaran dengan Pendekatan CTL yang Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar IPS di SDN 01 Kartoharjo Madiun. Jurnal Pendidikan. 2011, vol. 17, no. 1. Tersedia: http://ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/node/199.


(42)

84

Hilman Latief,2014

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nurdin. (2009). Imflementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Peningkatan Hasil Belajar. Dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No. 1 April 2009. [online] tersedia: file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR...NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf‎ Sovia. (2009). Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPS.

[online] tersedia: http://soviasay.wordpress.com/2009/08/30/ penerapan-pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-ips/

Zaboa, F. (2009). Pengaruh Model CTL Terhadap Hasil Belajar. [online] tersedia: http://zohito.blogspot.com/2009/05/pengaruh-model-ctl-terhadap-hasil.html


(1)

hendaknya guru mencari alternatif lain sebagai media belajar terutama lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik dan lingkungan sekolah. 5. Bila terdapat kemajuan peserta didik dalam peraihan satu atau beberapa

keterampilan dalam proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar, hendaknya guru tidak segan-segan untuk memberikan reward atau pujian dan sejenisnya, sehingga peserta didik merasa terpacu. Sebaliknya bila ada peserta didik yang dianggap mengganggu dalam proses pembelajaran, maka guru harus dapat memberikan punishment yang setimpal dan mendidik.

6. Bagi peneliti hendaknya dalam melakukan penelitian mengenai model pembelajaran melihat terlebih dahulu karakteristik dari peserta didik dan lembaga pendidikan yang akan diteliti, serta pokok bahasan atau bidang studi apa yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh lebih dapat optimal dan mengenai pada sasaran yang akan diteliti.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakri, D. S. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Bellanca, J. (2011). 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk

Melibatkan Kecerdasan Siswa. Jakarta: Indeks.

Budimansyah, D, dkk. (2009). PAKEM, Pembelajaran Aktif Kreatig, Efektif dan

Menyenangkan. Bandung: Genesindo.

Corebima, D, et al. (2002). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Creswell, J.W. (1994). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daldjoeni, N. (1992) Pengantar Geografi. Bandung: Alumni.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Belajar dan Mengajar Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ditjen Dikdasmen Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono.(1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta English, E. W. (2005). Mengajar dengan Empati. Bandung: Nuansa.

Hadi, S. (1988). Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasibuan Dan Mudjiono. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda.

Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s


(3)

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kuswanto. (2005). Pendekatan Pembelajaran Modern : Contextual

Teaching Learning. Surakarta : The Surakarta Post

Lie, A. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Mahfudin, A. (2009). Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi. Bandung: Rizqi Press.

Malik, O. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda.

Maryani, E (2007) ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu

dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press

Mujiyanto, P. 2005. Pendekatan Kontekstual, Modul Pembelajaran. Batang : BKD

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.

Munif, A. (2003). Tinjauan tentang Pembaharuan Kurikulum. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

Mutakin, A. (2008). Metode Penilitian Geografi. Bandung: FPIPS – UPI.

Nugroho. ( 2003). Reposisi Peran Guru dalam Praksis Pembelajaran Modern. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi

Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Nurhadi dan Agus G S. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Nursisto. (2001). Spektrum Pengalaman Lapangan dalam Dunia Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.


(4)

Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada Siswa Kelas V SDN UPI).

Tesis. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. (2005). Sain Teknologi Masyarakat, Model Pembelajaran

Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasyid, H dan Mansur. (2012). Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV. Wacana Prima

Romli, O (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Matematika: Studi Eksperimen pada Siswa MA Negeri Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Tesis. Tidak diterbitkan.

Rusman, (2008) , Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Bandung : UPI Press.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, S. (2005). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Gramedia.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharyono, dan Moch. Amien (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Depdikbud

Sukmadinata, N. S. (2013). Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis


(5)

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarwan, FX. 2004. Contextual Teaching and Learning. Semarang : LPMP Jawa Tengah. Sutrisno Hadi. 1993. Metode Statistik I. Yogyakarta: Psikologi UGM.

Sumi’at. (2008). Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Membuat Dokumen

Pengolah Angka dengan Variasi Teks, Tabel, Grafik, Gambar dan Diagram Melalui Model Penilaian Berbasis Portofolio (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI.IPS.1 SMA Negeri 1 Gebog Kabupaten Kudus). Tesis. Tidak diterbitkan.

Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang. Penerbit IKIP Malang.

Suparman, M. A. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: Pekerti

Surahmad, W. (1979). Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya

Suwandi, S. (2004). Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam mengimplementasikan KBK. Jurnal Retorika Vol.2 No. 2 UNS

Surakarta.

Syaefudin, U. S. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Qanon Publising.

Wibawa dan Mukti. (1992). Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Widiastuti. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang). Tesis. Tidak diterbitkan.

Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo

Internet :

Anggreni. I. S. (2011). Pembelajaran dengan Pendekatan CTL yang

Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar IPS di SDN 01 Kartoharjo Madiun. Jurnal Pendidikan. 2011, vol. 17, no. 1. Tersedia:


(6)

Nurdin. (2009). Imflementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Peningkatan Hasil Belajar. Dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No. 1 April 2009. [online] tersedia: file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR...NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf‎

Sovia. (2009). Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPS. [online] tersedia: http://soviasay.wordpress.com/2009/08/30/ penerapan-pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-ips/

Zaboa, F. (2009). Pengaruh Model CTL Terhadap Hasil Belajar. [online] tersedia: http://zohito.blogspot.com/2009/05/pengaruh-model-ctl-terhadap-hasil.html