Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada konsep sumber daya alam di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM
DI MI. TERPADU RAUDLATUL ULUM BEDAHAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ray Fitayah
NIM 1811018300101

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat beserta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan yang
terbaik

bagi

sedgenap

manusia,

juga

kepada

segenap

keluarga


dan

sahabatnyayang selalu menjaga kemurnian teladan-Nya.
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.
Dalam pembuatan dan pennulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan
dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan
penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik
yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1.

Bpk. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.– Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Dr. Fauzan, MA. – Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd. – Dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bpk, Mahruddin, M.Pd. – Kepala MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan,
Terima kasih atas atas kerjasama dan fasilitas yang disediakan demi
kelancaran penelitian ini.
5. Kedua orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan
motivasi dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.
6. Sahabat dan handai taulan yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan
juga pemikiran dalam penulisan skripsi ini.

iv

Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya

tiada

untaian


kata

yang

berharga

kecuali

ucapan

alhamdulillahirabbil ‘alamin atas rahmat, karunia, dan ridha-Nya. Semoga skripsi
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.

Jakarta, Februari 2015
Penulis

v

ABSTRAK
Ray Fitayah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan

Kontekstual Pada Konsep Sumber Daya Alam di MI. Terpadu Raudlatul Ulum
Bedahan”, skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan
menggunakan pendekatan kontekstual di kelas III MI. Terpadu Raudlatul Ulum
Bedahan Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Indikator
ketercapaian yaitu apabila > 85% siswa mencapai KKM yakni 78. Hasil penelitian
pada siklus I dan siklus II menunjukan bahwa penggunaan Pendekatan
Kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya
alam dikelas III MI. Hasil penelitian pada siklus I siswa yang mencapai KKM
sebanyak 76% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 96%. Sedangkan hasil
Observasi Kegiatan guru dalam menerapkan Pendekatan Kontekstual juga
mengalami peningkatan disetiap siklus, yakni pada siklus I sebesar 71,4% dan
siklus II sebesar 95,8%. Demikian pula pada hasil Observasi siswa, mengalami
peningkatan disetiap siklus yakni pada siklus I sebesar 65% dan pada siklus II
sebesar 88,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendekatan
Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam

dikelas III MI. Terpadu Raudlatul Ulum Sawangan Kota Depok.

Kata Kunci

: Pendekatan Kontekstual, Hasil Belajar IPA.

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .......................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................


iii

KATA PENGANTAR .............................................................................

iv

ABSTRAK ...............................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................


xi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ....................................

3

C. Pembatasan fokus penelitian ......................................................

4

D. Perumusan Masalah Penelitian ..................................................


5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .....................................

5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus Yang di Teliti .............................

6

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................... 19
C. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 23
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .............. 23

vii


C. Subjek Penelitian ........................................................................ 25
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................. 25
E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................... 26
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ........................... 29
G. Data dan Sumber Data ............................................................... 30
H. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 30
I. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ...................................... 32
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ......................................... 33
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................... 34

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 35
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................... 61
C. Analisis Data Hasil Penelitian .................................................... 62
D. Pembahasan ................................................................................ 65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 68

B. Saran ............................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 69
LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................... 71

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

Data Hasil Pelajaran IPA Siklus I

.................................. 39

Tabel 4.2

Persentase Ketercapaian KKM Siklus I .............................. 40

Tabel 4.3

Rekapitulasi Persentasi Hasil Observasi Kegiatan Guru
Siklus I (pertemuan ke-1) ................................................... 41

Tabel 4.4

Rekapitulasi Persentasi Hasil Observasi Kegiatan Guru
Siklus I (pertemuan ke-2) ................................................... 41

Tabel 4.5

Observasi Siswa Siklus I (pertemuan ke-1) ....................... 42

Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I
(pertemuan ke-1) ................................................................ 43

Tabel 4.7

Hasil Observasi Siswa Siklus I (pertemuan ke-2) ............. 43

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I
(pertemuan ke-2) ................................................................ 44

Tabel 4.9

Catatan Lapangan Siklus I (pertemuan ke-1) ..................... 45

Tabel 4.10

Catatan Lapangan Siklus I (pertemuan ke-2) ..................... 46

Tabel 4.11

Data Hasil Belajar Siklus II ................................................. 52

Tabel 4.12

Persentase Ketercapaian KKM Siklus II ............................. 53

Tabel 4.13

Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
(pertemuan ke-1) ................................................................ 54

Tabel 4.14

Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II
(pertemuan ke-2) ................................................................ 55

Tabel 4.15

Observasi Siswa Siklus II (pertemuan ke-1) ...................... 55

Tabel 4.16

Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus II
(pertemuan ke-1) ................................................................ 56

Tabel 4.17

Hasil Observasi Siswa Siklus II (pertemuan ke-2) .......... 57

ix

Tabel 4.18

Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus II
(pertemuan ke-2) ................................................................ 57

Tabel 4.19

Catatan Lapangan Siklus II (pertemuan ke-1) ................... 58

Tabel 4.20

Catatan Lapangan Siklus II (pertemuan ke-2) ................... 59

Tabel 4.21

Kategori Skor Nilai Hasil Belajar Siswa ............................ 62

Tabel 4.22

Data Nilai Pre-test dan Pos-test Siklus I dan Siklus II ...... 62

Tabel 4.23

Rekapitulasi Ketercapaian KKM ....................................... 64

Tabel 4.24

Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan
Siklus II .............................................................................. 64

Tabel 4.25

Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa ................................... 65

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Keterkaitan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes .......... 16

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Tegart.... 24

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I (pertemuan ke-1)........................................................... 71

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I (pertemuan ke-2)........................................................... 77

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II (pertemuan ke-1).......................................................... 82

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II (pertemuan ke-1).......................................................... 87

Lampiran 5

Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)
Siklus I (pertemuan ke-1)........................................................... 93

Lampiran 6

Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)
Siklus I (pertemuan ke-2)........................................................... 95

Lampiran 7

Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)
Siklus II (pertemuan ke-1).......................................................... 97

Lampiran 8

Instrumen (Lembar Observasi Kegiatan Guru)
Siklus II (pertemuan ke-2).......................................................... 99

Lampiran 9

Instrumen (Lembar Observasi Siswa)
Siklus I (pertemuan ke-1)........................................................... 101

Lampiran 10 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)
Siklus I (pertemuan ke-2)........................................................... 102
Lampiran 11 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)
Siklus II (pertemuan ke-1).......................................................... 103
Lampiran 12 Instrumen (Lembar Observasi Siswa)
Siklus II (pertemuan ke-2)......................................................... 104
Lampiran 13 Kisi-kisi Siklus I ...................................................................... 105
Lampiran 14 Kisi-kisi Siklus II ...................................................................... 109
xii

Lampiran 15 Rekap Analisis Butir Siklus I ................................................... 114
Lampiran 16 Rekap Analisis Butir Siklus II ................................................. 115
Lampiran 17 Soal Evaluasi Siklus I .............................................................. 116
Lampiran 18 Soal Evaluasi Siklus II ............................................................. 118
Lampiran 19 Data hasil belajar IPA UTS Genap TP. 2013/2014 ................. 120
Lampiran 20 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ...................................... 121
Lampiran 21 Surat Permohonan izin Penelitian ............................................ 124
Lampiran 22 Surat Keterangan Melakukan Penelitian .................................. 125
Lampiran 23 Daftar Riwayat Hidup Peneliti ................................................. 126

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan salah satu
pelaksana proses pendidikan. Pada jenjang Sekolah Dasar pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan sikap dan memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam
bermasyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan
untuk mengikuti pendidikaan tingkat menengah.
Pada jenjang Sekolah Dasar salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai
siswa adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA
memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, yang berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pada
pembelajaran IPA, pengetahuan yang diberikan guru dikembangkan untuk
disesuaikan dengan lingkungan, disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang
sedang terjadi dan dipergunakan untuk menyeleseikan masalah keseharian.1
Dalam proses pembelajaran IPA guru sangat mempunyai peran penting
sebagai Organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru harus dapat
merancang pembelajaran yang tidak semata menyentuh aspek kognitif, tatapi juga
dapat mengembangkan keterampilan dan sikap siswa.2 Guru hanya memberi
tangga yang membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi,
namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut. 3Secara umum
tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas
menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri
1

Suyono dan Haryanto. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) h. 17
Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana Media Group, 2011) h. 32
3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu : konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP).--Ed. I. Cet. 4.--(Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h.143
2

1

2

siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas menciptakan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang
optimal.
Namun pada prakteknya, proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) atau
Madrasah Ibtidaiyah (MI) guru sebagai satu-satunya sumber informasi, kegiatan
siswa dalam proses pembelajaran hanya sebagai objek belajar bukan sebagai
subjek belajar yang hanya mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat
pelajaran. Metode yang digunakan hanya ceramah untuk semua jenis materi yang
akan disampaikan. Situasi seperti ini menyebabkan siswa cepat merasa jenuh dan
apa yang disampaikan guru sulit difahami secara optimal yang menyebabkan hasil
belajar IPA menjadi rendah.
Dari hasil pengamatan awal, peneliti mendapatkan informasi bahwa
kegiatan pembelajaran IPA di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan kurang
menarik dan membosankan. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar aspek kognitif siswa pada pelajaran IPA di MI. Terpadu
Raudlatul ulum masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu 78.4 Ada beberapa hal
yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan seperti
guru tidak menggali pengetahuan awal siswa, Pembelajaran hanya bersifat
informatif dan transfer pengetahuan, Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan
diruang kelas dan belum menggunakan sumber belajar lain, Penggunaan metode,
pendekatan atau model pembelajaran yang kurang tepat, Siswa tidak pernah
mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, Siswa
sulit memahami materi karena penjelasan yang terlalu abstrak.
Untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran
IPA kelas III semester 2 pada konsep Sumber daya alam dapat di sampaikan
dengan pendekatan

Kontekstual. Pendekatan

Kontekstual merupakan suatu

pendekatan yang membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan
dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk menghubungkan
pengetahuan yang diperoleh di kelas, dan penerapannya dalam kehidupan siswa
sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota masyarakat. Melalui semua
4

Lampiran hal.120

3

proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual siswa dapat lebih memahami
materi yang disampaiakan karena siswa mencari, menemukan dan mengkonstruk
sendiri pengetahuan mereka.
Menurut peneliti, Konsep sumber daya alam sangat cocok jika
disampaikan menggunakan pendekatan Kontekstual. Karena anak-anak usia
Sekolah Dasar memiliki karakteristik yang senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok senang merasakan sesuatu secara langsung.5
Dalam proses pembelajaran Kontekstual mengacu pada karakteristik-karakteristik
tersebut, dengan Kontekstual proses pembelajaran tidak selalu diruang kelas,
kegiatan siswa tidak selalu duduk tetapi banyak bergerak, bekerja dalam
kelompok, merasakan dan mendapatkan informasi berupa pengetahuan yang
mereka cari dan termukan sendiri. Pembelajaran tidak lagi hanya berpusat pada
guru, akan tetapi siswa diajak untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya
melalui kegiatan observasi, pemodelan, kerja kelompok, mengajukan pertanyaan
dan penemuan. Proses pembelajaran akan terasa menyenangkan dan lebih
bermakna karena siswa mengalami sendiri materi yang sedang dipelajari. Dengan
mengalami sendiri materi pelajaran yang dihubungkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari, diharapkan penguasaan materi pelajaran akan optimal dan hasil
belajar IPA siswa meningkat.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengadakan penelitian dengan
judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual
Pada Konsep Sumber Daya Alam di MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan” .

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang

diatas, dapat didefinisikan masalah-masalah

sebagai berikut :
1. Guru tidak menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep.
2. Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan.

5

Desmita, Psikologi Perkembangan Pesrta Didik (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2010) h.35

4

3. Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan diruang kelas dan belum
menggunakan sumber belajar lain.
4. Penggunaan metode, pendekatan atau model pembelajaran yang kurang
tepat.
5. Siswa tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Siswa sulit memahami materi karena penjelasan yang terlalu abstrak.
7. Hasil belajar aspek kognitif siswa pada pelajaran IPA masih dibawah
KKM yang ditentukan yaitu 78

C. Pembatasan dan Fokus Penelitian
Untuk memperjelas dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan
skripsi, maka peneliti berusaha memberikan batasan sesuai judul, yakni sebagai
berikut :
1. Hasil Belajar yang akan diukur adalah hasil belajar ranah kognitif jenjang
C1-C3.
2. Untuk mengatasi masalah hasil belajar yang belum mencapai KKM diterapkan
Pendekatan Kontekstual dalam proses pembelajaran dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Konstruktivisme (Constructivisme)
b) Inkuiri (Inquiry)
c) Bertanya (Questioning)
d) Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
e) Pemodelan (Modeling)
f) Refleksi (Reflection)
g) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)

5

D. Perumusan Masalah Penelitian
Setelah membatasi masalah, maka peneliti merumuskan permasalahannya
adalah “Apakah penerapan pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar IPA kelas III MI.Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan pada konsep sumber
daya alam?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
melalui pendekatan

Kontekstual di kelas III MI. Terpadu Raudlatul Ulum

Bedahan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pelaku
pendidikan yaitu :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penerapan pendekatan
Kontekstual dalam proses pembelajaran.
2. Memberikan informasi mengenai peningkatan hasil belajar IPA pada
konsep Sumber Daya Alam menggunakan pendekatan Kontekstual.
3. Memberikan informasi dan masukan dalam pemilihan pendekatan yang
tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar.
4. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menghadapi pengetahuan
dalam menghadapi permasalahan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti
1. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit dan tidak datang denga tibatiba. Pengetahuan terus berkembang dan bertambah melalui suatu proses.
Pengetahuan itu bukan kumpulan atau seperangkat fakta, konsep, teori, atau
kaidah yang siap diambil, diingat, dan dihafalkan.
Pembelajaran akan lebih baik dan bermakna dapat ditempuh oleh guru,
dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan siswa, dan prosesnya secara alamiah. Pembelajaran
seperti ini, berarti pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL)1
Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan terbentuk
dalam kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajarn,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual,
pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh
siswa. Pengnetahuan yang diperoleh dari pemberitahuan orang lain, tidak akan
menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan seperti itu akan mudah
dilupakan dan tidak fungsional.2
CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan,
karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat
mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Pembelajaran
kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat
belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, termotivasi untuk senantiasa
1

Enjah Takari R, Pembelajaran IPA dengan SAVI dan kontekstual (sumedang: Genesindo,2008)
h. 36
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan, ( Bandung,
Kencana Prenada Media Group, 2006) h. 259.

6

7

belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika peserta didik
menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara
menggapainya.3
Pendekatan CTL adalah pendekatan Pembelajaran yang menerapkan
konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi
dunia nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengalaman
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka.4
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.5
Pendekatan kontekstual (CTL) menurut Nurhadi adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagia anggota
keluarga dan masyarakat.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas,
sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

3

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010) h. 103
Zulfiani, dkk, Op. cit. h. 97
5
Rusman, Op. cit. h. 190
6
Masyitoh, Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran (Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia,2009) h.279

4

8

Karakteristik Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan Kontekstual sebagai berikut:
1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu
diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku
siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
atau penyempurnaan strategi.7

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan, ( Bandung,
Kencana Prenada Media Group, 2006) h. 256.

9

Pendekatan pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
memiliki 7 komponen, yaitu :
1. Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstrukktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
konstruktivisme pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi
dikonstruksi dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk
oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. 8
Priyatni

(2002:2)

menyebutkan

bahwa

pembelajaran

yang

berciri

konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif,
kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari
pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri.
2. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Maka guru bukan hanya mempersiapkan materi yang harus dihafal namun
merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan
sendiri konsep dan fakta yang harus difahaminya.9
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
merupakan keahlian dasar

yang dikembangkan dalam pembelajaran

kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
8
9

Ibid., h. 264
Ibid., h. 265

10

pembelajaran

yang

berbasis

inkuiri,

yaitu

menggali

informasi,

mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahui.
Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang
dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas.
4. Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Konsep

dalam

masyarakat

belajar

dalam

pembelajaran

kontekstual

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan
orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara
alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh melalui sharing dengan orang lain, antar
teman, antar kelompok.10
5. Pemodelan ( Modeling )
Dalam sebuah pembelajaran selalu ada sebuah model yang mudah ditiru,
model itu bisa berupa mengoperasikan sesuatu, cara mengukur, cara belajar,
menguji bahan kimia, cara menguji zat makanan dsb.11 Model merupakan
acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual. Konsep ini
berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran agar
siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan
model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satusatunya model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan
model.
6. Refleksi ( Refliction )
Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran
kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah
dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang
10
11

Ibid., h. 267
Enjah Takari R, op. cit., h. 51.

11

dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi
munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian,
kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah
diketahui, dan hal yang belum diketahui. Realisasinya adalah pertanyaan
langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa,
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.
Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari, atau
berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pada
tahap refleksi ini, siswa mengendapkan atau menyimpan hal-hal yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan
pengayaan dan revisi atau perbaikan dari pengetahuan sebelumnya.12
7. Penilaian nyata ( Aunthectic Assessment )
Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan
informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Dalam

pembelajaran

kontekstual,

penilaian

ditekankan

pada

proses

pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh
dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajarannya.
Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa
secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes,
portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian
yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata.
Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya
membantu siswa agara mamapu mempelajari sesuatu, bukan hanya
memperoleh informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai
bukan hanya yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.

12

Ibid., h. 58

12

2. Konsep Belajar dan Hasil Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata hanya
mengumpulkan dan menghafal fakta-fakta, melakukan latihan yang berhubungan
dengan materi pembelajaran. sesungguhnya belajar merupakan sebuah proses
yang pada akhirnya akan memperoleh perubahan baik dalam segi pengetahuan
maupun sikap. Pakar psikologi belajar mengatakan bahwa pengalaman hidup
sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai
belajar. 13
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Sedangkan hasil belajar menurut Gagne meliputi lima kemampuan yang
diharapkan dalam sebuah pembelajaran yakni: (1). Keterampilan Intelektual; (2).
Strategi Kognitif; (3). Informasi Verbal; (4) Sikap; (5). Keterampilan motorik.14
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pembelajaran
amat bergantung pada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa baik
dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan

13

Muhibbin syah.Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,1999) h. 61
Ratna Wilis Dahar. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran (Bandung: Penerbit Erlangga, 2006)
hal. 118
14

13

penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
pada aspek kognitif adalah tes.
Olehkarena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk, dan manisfestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik.
Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengan itu mungkin akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali,
dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluesan,
kedalaman, kerumitan, dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur
dengan teknik-teknik penilaian tertentu.15
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk. Hasil belajar dapat dikelompokan
kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain
disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana
sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang konkrit sampai hal-hal
yang abstrak.16 Adapu rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
a. Domain kognitif
1) Pengetahuan (Knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,
prinsip,

fakta

atau

istilah

tanpa

harus

mengerti

atau

dapat

menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran
yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
3) Penerapan (aplication) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menggunakan ide-ide umum, tat cara ataupun metode prinsip,
dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.

15
16

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009 )
Ibid, h. 21

h. 26

14

4) Analisis (analysis) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menguraikan sustu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsurunsur atau komponen-komponen pembentuknya.
5) Sintetis (syntesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan
berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau
mekanisme.
6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau
konsep berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain Afektif (affective domain)
Yaitu internalisasi sikap yang menunjuk kearah ke arah batiniah dan terjadi
dan bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk
dan menentukan tingkah laku. Jenjang kemampuannya adalah :
1) Kemampuan menerima (receiving)
2) Kemampuan menanggapi/menjawab (responding)
3) Menilai (valuing)
4) Organisasi (organization)17
c. Domain Psikomotor (psychomotordomain)
Yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau
bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana

sampai dengan

gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurangkurangnya 30 menit.18

Pengukuran,Penilaian (Assesmen) dan Evaluasi
Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada
pemahamannya terhadap penilaian pendidikan dan kemampuannya bekerja efektif

17
18

Ibid, h. 22
Ibid, h. 23

15

dalam penilaian hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor sesuai karakteristik mata pelajaran.19
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
sesuatu.20 Menurut Subiyanto pengukuran adalah pengenaan angka-angka pada
performansi atau sifat untuk dapat menyatakan kualitas atau kuantitas. Sedangkan
menurut Zainul & Nasution (2001) pengukuran adalah pemberian angka kepada
suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek,
tertentu berdasarkan formulasi atau aturan yang jelas.21
Penilaian (assesmen) adalah proses pengumpul dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (BSNP,2006:4).22
Sedangkan menurut Zainul & Nasution Penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Penilaian

(Assesmen) adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai
siswa (Depdikbud,1994).23 Sebagaimana telah diatur dalam UU RI No.14 Tahun
2005 pasal 64 ayat (1) bahwa Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
dan ulangan kenaikan kelas.24
Evaluasi menurut Goba dan Lincoln adalah suatu proses memberikan
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangan (Evaluation).
Sesuatu yang dipertimbangan itu berupa orang, benda, keadaan, atau sesuatu
kesatuan tertentu.25 Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seorang untuk
memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dua atau lebih
19

Jejen Musfah. Op. cit. h. 40
Ibid, h. 4
21
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta, Lembaga Penelitian UIN, 2002)h. 73
22
Musfah. loc. cit
23
Zainal Arifin. Op. cit.
24
Tatang Syafrudin, Landasan Pendidikan (Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009) h. 241
25
Wina Sajaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Bandung, Kencana Prenada
Media Group, 2008) h. 241
20

16

alternatif yang paling diinginkan.26 Evaluasi bukan hanya berkaitan dengan nilai
tetapi juga arti atau makna. Jadi evaluasi adalah suatu proses untuk
menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti.27
Evaluasi

Penilaian

Kuantitatif

Kualitatif

Pengukuran

Non pengukuran

Non tes

Tes

Bentuk
Uraian

Bentuk
Objektif

Pengamatan

Wawancara

Gambar 2.1. Keterkaitan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes.28
26
27

Zulfiani. Op. cit. h. 74
Zainal Arifin. Op. cit. h. 8

17

3. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA
a. Hakikat IPA
Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam dan kompleks
sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena

Ilmu

Pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu
Pengetahuan Alam = IPA) dan social science ( Ilmu Pengetahuan Sosial = IPS).
Meskipun demikian penggunaan istilah sciece masih tetap digunakan sebagai Ilmu
Pengetahuan Alam, yang di Indonesiakan menjadi Sains.29
Menurut Davis dalam bukunya On the scientific methods yang dikutip
oleh chalmers menyatakan menyatakan bahwa sains sebagai suatu struktur yang
dibangun dari fakta-fakta. 30
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan
atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’
berasal dari Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu.31
Merujuk pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
meliputi 4 unsur utama yaitu :
1. Sikap : Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar. IPA bersifat open ended.
2. Proses : Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan , evaluasi pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3. Produk : Berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.
4. Aplikasi : Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
28

Ibid, h. 9
I made Alit Mariana. Wandy Praginda.,M.si. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA, (Jakarta:
DIRJEN PMPTK,2009) h. 14
30
Ibid, h. 15
31
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu : konsep, strategi, dan implementasinya dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).—Ed. I. Cet. 4.— (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h.136

29

18

b. Hakikat Pendidikan IPA
Pada hakikatnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam pemahaman tentang
pentingnya mempelajari alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan
yang bermakna dan bermartabat. Dengan mempelajari alam dapat menjadikan
manusia atau peserta didik berfikir secara positif dan memberikan dampak yang
baik, misalnya peserta didik menjadi melek teknologi dan ramah lingkungan
sebagai elaborasi dan literasi sains, manakala mereka mempelajari alam melalui
proses pendidikan yang tepat sehingga terlihat manfaatnya bagi peserta didik itu
sendiri baik efek pembelajaran maupun efek ringan.
Pendidikan IPA adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan
siswa untuk memahami hakikat IPA : produk, proses, dan mengembangkan sikap
ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat untuk
pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif.32
Pendidikan sains seharusnya bukan saja berguna bagi anak dalam
kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan
kehidupannya yang akan datang.33
Pada saat ini kita saksikan pesatnya perkembangan IPA dan Teknologi
dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan cara
pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik melek IPA dan teknologi,
mampu berfikir logis, kritis, kreatif serta dapat berargumentasi secara benar. Agar
siswa menyukai pembelajaran IPA maka pembelajaran IPA harus dikemas secara
menarik, efisien, dan efektif.

4. Konsep Sumber Daya Alam
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lainlain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia.
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak
sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa

32

33

I made Alit Mariana, op. cit., h. 28
Usman Sumatowa. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. (Jakarta:Indeks, 2010) h.8

19

udara dan air misalnya, manusia tidak dapat hidup. Demikian pula sumber daya
alam yang lain seperti hutan, ikan dan lainnya merupakan sumber daya yang tidak
saja mencukupi kebutuhan hidup manusia, namun juga memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam
yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya
pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk. Oleh
karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya
alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan
kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
Sumber Daya alam adalah bahan-bahan yang berasal dari alam yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.34
Dalam literatur ekonomi sumber daya, pengertian atau konsep sumber
daya didefinisikan cukup beragam. Ensiklopedia Webster yang dikutip oleh Fauzi
pada tahun 2004, misalnya mendefinisikan sumber daya antara lain sebagai : (1)
kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu, (2) sumber persediaan,
penunjang atau bantuan, (3) sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau
pemikiran seseorang.35
Pada konsep Sumber daya alam di kelas III siswa dikenalkan tentang
pengertian, jenis dan cara memelihara sumber daya alam

B. Hasil Penelitian yang Relevan
Elviani Setyaningrum, 2011. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching
And Learning (CTL) Melalui Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika
siswa. Menyimpulkan bahwa pendekatan contextual teaching and learning (CTL)
melalui metode eksperimen berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hasil
belajar fisikasiswa yang menggunakan pendekatan contextual teaching and

34

Haryanto, Sains KTSP kelas III ,( Jakarta, Erlangga2007) h. 144
(http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-Sumber daya alam.html) tgl. 8-7-2014/22:28
WIB
35

20

learning melalui metode eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang
tidak menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (metode
demonstrasi).36
Romelah, 2013. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Pada Konsep Lingkungan Sehat Dan Merawat Tanaman.
Menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada konsep lingkungan sehat dan merawat tanaman. Rata- rata
pencapaian hasil belajar pada setiap siklusnya yaitu 72,36 dengan ketuntasan
siklus I 67 % menjadi 89,36 dengan ketuntasan siklus II 90%. 37
Rohani, 2014. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber
Energi Gerak Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Menyimpulkan

bahwa

penerapan

pendekatan

pembelajaran

CTL

dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep energi gerak siswa kelas 1 di MI.
Muhammadiyah 2 kukusan Depok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa
pada siklus 1 nilai rata-rata hasil belajar siswa 66,13 (61,29%) dan masih ada 19
dari 31 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Sedangkan pada siklus II
terjadi peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata 85,32 (87,16%) diatas
KKM. Dan hasil observasi proses pembelajaran dengan pendekatan CTL ini
menjadikan siswa lebih aktif dan berani untuk bertanya jika ada materi yang
belum dimengerti.38
Fathi Maulawi, 2014. Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Sistem Pernafasan Manusia.
Menyimpulkan bahwa pendekatan CTL berpengaruh secara segnifikan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sistem pernafasan manusia. Yang

36

Romelah, Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada
Konsep Lingkungan Sehat Dan Merawat Tanaman. 2013. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah)
37
Romelah, Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada
Konsep Lingkungan Sehat Dan Merawat Tanaman. 2013. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah)
38
Rohani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak Melalui
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). 2014. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah)

21

ditujukan dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada taraf segnifikan
0,05, dimana fhitung > ttabel yaitu 3.388 > 1,99. 39
Rohati, 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pendekatan CTL Di Mi. Miftahul Huda Muhammadiyah Cinangka Sawangan
Depok. Menyimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa di Mi. Miftahul Huda Muhammadiyah Cinangka Sawangan
Depok dibuktikan dengan meningkatnya hasil rata-rata hasil belajar siswa dari
62,8 pada pretest menjadi 82,8 setelah dilaksanakan tindakan. Sedangkan untuk
tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai KKM meningkat dari 36 % pada
pretest menjadi 72% setelah dilaksanakan tindakan. 40
Indah Puspitasari, 2014. Pengaruh Pendekatan Kontekstual

Terfhadap

Keterampilkal Generik Sains Siswa Pada Konsep Pengukuran. Meyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang segnifikan pada pendekatan kontekstual terfhadap
keterampilan generik sains siswa pada konsep pengukuran. Pengaruh ini terlihat
pada peningkatan persentase hasil postest aspek membangun konsep karena aspek
ini meningkat secara signifikan. Pada hasil uji t taraf signifikan 95% diperoleh
bahwa t

hitung

>t

tabel

2,01 > 2,00, hipotesis (H0) ditolak dan hipotesis alternatif

(Ha) diterima.41
Ahmad Gojali, Pendekatan CTL Pada Pembelajaran Konsep Sistem Organ
Manusia Berbasis Nilai-nilai Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Sikap Positif Siswa. Memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan CTL pada pembelajaran konsep sistem organ manusia berbasis nilainilai sains dap

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD

0 6 134

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA TENTANG SUMBER DAYA ALAM MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Tentang Sumber Daya Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Bagi Siswa Semester Ii Kelas IV Sdn Jembulwunut Gu

0 4 12

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA TENTANG SUMBER DAYA ALAM MELALUI PENDEKATAN Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Tentang Sumber Daya Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Bagi Siswa Semester Ii Kelas IV Sdn Jembulwunut Gunungwungkal Pati Tahun

0 3 13

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Tentang Sumber Daya Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Bagi Siswa Semester Ii Kelas IV Sdn Jembulwunut Gunungwungkal Pati Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 4

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR TANAH MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 0 35

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA KONSEP BAGIAN DAUN DAN FUNGSINYA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 0 39

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 0 42

PENERAPAN GAMES METHOD OF ENVIRONMENT (GMOE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SUMBER DAYA ALAM.

0 1 5

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE ...

1 2 105