PENDAHULUAN Pemberian Reward Untuk Siswa Aktif Memanfaatkan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar Di Mts Negeri 2 Semarang.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan selalu menjadi sorotan dan topik yang menarik sampai saat ini bagi semua kalangan. Hal ini tidak terlepas dari kepentingan masing-masing pihak yang mempunyai pandangan yang berlainan mengenai arti pentingnya pendidikan. Pendidikan juga dipandang sebagai hak individu dan keharusan bagi negara untuk menyelenggarakannya. Hak atas pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Arti penting pendidikan didasarkan pada pertimbangan tentang faedah bagi bangsa dan negara. Pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan untuk keperluan sehari-hari, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mengembangkan potensi secara optimal, sehingga dengan pendidikan diharapkan siswa dapat menggunakan keadaan sekarang untuk mengantisipasi dan memprediksi kemungkinan di waktu yang akan datang.

Perubahan di suatu negara sebagian besar ditentukan oleh perkembangan pendidikan. Ini berarti bahwa pendidikan mempunyai peranan besar dalam menciptakan masa depan bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 232) “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Mengingat pentingnya pendidikan


(2)

ini, maka negara Indonesia selalu berusaha meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan. Pesatnya perubahan zaman tersebut menuntut adanya tenaga-tenaga terdidik dan terlatih serta memiliki keahlian dengan kemampuan yang dapat diandalkan untuk mengejar dan mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar dan menjadi tumpuan harapan bangsa. Dari pendidikan akan lahir manusia-manusia yang berkualitas. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan yang menunjukkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif dan mandiri serta profesional pada bidangnya masing-masing. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS sebagai dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia dicantumkan dalam Bab II Pasal 3 bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan nonformal (lingkungan). Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Sekolah memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mengembangkan


(3)

kemampuan-kemampuan dirinya yang masih bersifat potensial, sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai individu maupun sebagai warga negara.

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pendidikan antara lain buku-buku pendidikan, laboratorium, alat-alat peraga dan perpustakaan (Wati, 2010: 3). Hal ini sesuai dengan isi Bab XII pasal 45 Undang-Undang SISDIKNAS Nomor 23 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Salah satu sarana prasarana yang paling penting dan harus ada di sekolahan adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting yang memungkinkan tenaga kependidikan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperoleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lasa (2009: 13) yang menyatakan bahwa “Keberadaaan perpustakaan sekolah diharapakan berfungsi sebagai media pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi”. Dengan adanya perpustakaan diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai. Seperti yang diungkapkan oleh Basuki (1991: 51) bahwa “Tujuan khusus perpustakaan sekolah ialah membantu sekolah mencapai tujuannya sesuai dengan kebijakan sekolah tempat perpustakaan tersebut bernaung”.


(4)

Perpustakaan mempunyai peran yang sangat besar karena dalam perpustakaan tersimpan buku-buku dan bahan pustaka lain yang dapat membantu peserta didik dan tenaga kependidikan dalam proses belajar mengajar. Bafadal (2009: 3) menyatakan bahwa “Perpustakaan tidak hanya sebagai tumpukan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip, perpustakaan harus dapat dijadikan atau berfungsi sebagai sumber informasi bagi setiap yang membutuhkan”. Peserta didik yang tidak mempunyai buku-buku pegangan pelajaran dapat memanfaatkan perpustakaan sekolah. bukan hanya hal itu saja, peserta didik dapat memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar, sehingga peserta didik tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan dari guru saja.

Di Sekolah Menengah Pertama atau sederajat perpustakaan sekolah mempunyai berbagai macam bahan pustaka yang telah disesuaikan dengan materi pelajaran yang termuat dalam kurikulum yang bersangkutan Nurhadi (dalam Herwanto, 2008: 3). Oleh karena itu, siswa dapat memanfaatkan perpustakaan sekolah untuk menunjang dalam peningkatan hasil belajarnya.

Realitanya, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakatnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil survei yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten. Di antaranya survey Internasional Associations for Evaluation of Educational (IAEE) pada tahun 1992 menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat di atas Venezuella. Riset International Association


(5)

for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa melek baca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara yang disurvei. Data Bank Dunia tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia berada pada level paling rendah (skor 51,7). Skor ini di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura (74,0) (Hanani, 2008: 1). Dalam tahun 1998-2001 hasil suveri IAEEA dari 35 negara, menginformasikan melek baca siswa Indonesia berada pada urutan yang terakhir. Publikasi IAEEA tanggal 28 November 2007 tentang minat baca dari dari 41 negara menginformasikan melek membaca siswa Indonesia selevel dengan negara belahan bagian selatan bersama Selandia Baru dan Afrika Selatan (Hanani, 2008: 1).

Padahal siswa yang mempunyai minat baca tinggi akan menjadikan aktivitas membaca sebagai suatu kebiasaan atau kebutuhan. Minat baca merupakan kecenderungan yang ada dalam diri siswa untuk melaksanakan aktivitas membaca buku-buku yang bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat. Minat baca juga merupakan sikap yang perlu dikembangkan pada diri siswa karena dengan minat tersebut siswa dapat terdorong dan termotivasi untuk belajar mandiri.

Pemerintah menanggapi hal tersebut, meminta setiap satuan pendidikan untuk memberdayakan perpustakaan sekolah agar perpustakaan dapat berfungsi sebagai pusat informasi, pusat referensi, pusat edukasi, pusat sumber belajar dan pusat rekreasi guna pencapaian tujuan pendidikan nasional dan juga dapat meningkatkan minat baca siswa (Rahayu, 2009: 3). Keterkaitan


(6)

antara perpustakaan dengan prestasi belajar siswa, Sulistiyo dalam Umy (1999:25) berpendapat bahwa keberhasilan dalam menimba sumber informasi dalam perpustakaan akan banyak mempengaruhi hasil belajar siswa.

Program peningkatan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar siswa perlu diberikan kepada anak sejak dini sehingga perlu dukungan dari berbagai pihak diantaranya dari kepala sekolah, guru, tenaga pustakawan, dan tentunya dari orang tua. Peran guru sangat dibutuhkan guna memberikan tehnik-tehnik agar anak gemar membaca di perpustakaan atau dengan cara memberikan tugas yang menuntut siswa untuk membaca berbagai buku, misalnya resensi, makalah, dan lain-lain (Rahayu, 2009: 4). Penggunaan Metode Reward merupakan salah satu alternatif yang dapat diberikan kepada siswa agar siswa aktif dalam menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar (Huda, 2009: 20-21).

Perkembangan metode reward ini tidak hanya terbatas pada ranah edukasi akan tetapi bisa dijumpai pada hampir semua ranah sosial, khususnya organisasi dan industri. Dalam sebuah penelitian psikologi yang ingin membandingkan kejituan antara metode Reward dengan Punishment (hukuman) dalam mengukur tingkat kesuksesan yang lebih memuaskan. Pada periode yang singkat metode Punishment memang tampak lebih mengangkat motivasi belajar siswa, namun pada periode selanjutnya dengan waktu yang lebih lama terbukti metode Reward lebih berhasil dan memberikan peningkatan motivasi belajar siswa (Huda, 2009: 21-22)


(7)

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian reward dapat meningkatkan motivasi siswa terutama dalam memanfaatkan perpsutakaan sebagai sumber belajar. Siswa akan meningkatkan aktivitas belajarnya di perpustakaan, jika ada reward yang diberikan kepada siswa tersebut. Hal ini berarti bahwa adanya reward dapat mengaktifkan siswa memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. Masalah ini juga sesuai apa yang dikemukakan Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan. Arden N. Frandsen memaparkan dengan adanya enam faktor psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar, antara lain:

1. Adanya sifat dan rasa ingin tahu 2. Adanya sifat yang kreatif

3. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha baru 4. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan

teman

5. Adanya keinginan mendapatkan rasa aman

6. Adanya ganjaran dan hukuman (Suryabrata, 2004: 236-237).

MTs Negeri 2 Semarang dalam menyelenggarakan pendidikannya telah menerapkan sistem reward bagi siswa yang aktif dalam memanfaatkan perpustakaan. Siswa tidak hanya menggunakan layanan referensi saja, namun juga aktif dalam menggunakan layanan sirkulasi dan layanan lainnya. Reward yang diberikan kepada siswa dapat berupa piagam atau barang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Reward Terhadap Siswa Yang Aktif Memanfaatkan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar di MTs Negeri 2 Semarang”.


(8)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah”Bagaimana Pemberian Reward Terhadap Siswa yang Aktif Memanfaatkan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar di MTs Negeri 2 Semarang?”. Fokus tersebut dijabarkan menjadi tiga subfokus sebagai berikut.

1. Bagaimana karakteristik siswa yang mendapatkan reward dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

2. Bagaimana karakteristik pemberian reward untuk siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

3. Bagaimana karakteristik reward yang diberikan kepada siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan pemberian reward terhadap siswa yang aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.


(9)

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik siswa yang mendapatkan reward dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

b. Mendeskripsikan karakteristik pemberian reward untuk siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

c. Mendeskripsikan karakteristik reward yang diberikan kepada siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Segi Teoretis

Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan terutama dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya pemberian reward dan pemanfaatan perpustakaan sekolah.

2. Segi Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Bahan masukan akan pentingnya perpustakaan bagi kemajuan pendidikan siswanya dan peran serta koordinasinya dalam pemberian reward bagi siswa yang aktif dalam memanfaatkan perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.


(10)

b. Bagi Guru

Bahan masukan untuk memberdayakan perpustakaan sekolah dan peran sertanya dalam pemberian reward kepada siswa sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

c. Bagi Pustakawan

Bahan masukan untuk mengelola perpustakaan sekolah dengan baik dan selalu siap melayani siswa serta tepat waktu buka maupun tutup. d. Bagi Siswa

Bahan masukan untuk senang membaca dan memanfaatkan perpustakaan sekolah guna memperluas pengetahuannya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

e. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehingga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan.

E. Daftar Istilah

1. Reward

Reward adalah suatu segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.


(11)

2. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi siswa. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan 3. Perpustakaan

Perpustakaan adalah suatu organisasi yang bertugas mengumpulkan informasi, mengolah, menyajikan, dan melayani kebutuhan informasi bagi pemakai perpustakaan.


(1)

antara perpustakaan dengan prestasi belajar siswa, Sulistiyo dalam Umy (1999:25) berpendapat bahwa keberhasilan dalam menimba sumber informasi dalam perpustakaan akan banyak mempengaruhi hasil belajar siswa.

Program peningkatan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar siswa perlu diberikan kepada anak sejak dini sehingga perlu dukungan dari berbagai pihak diantaranya dari kepala sekolah, guru, tenaga pustakawan, dan tentunya dari orang tua. Peran guru sangat dibutuhkan guna memberikan tehnik-tehnik agar anak gemar membaca di perpustakaan atau dengan cara memberikan tugas yang menuntut siswa untuk membaca berbagai buku, misalnya resensi, makalah, dan lain-lain (Rahayu, 2009: 4). Penggunaan Metode Reward merupakan salah satu alternatif yang dapat diberikan kepada siswa agar siswa aktif dalam menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar (Huda, 2009: 20-21).

Perkembangan metode reward ini tidak hanya terbatas pada ranah edukasi akan tetapi bisa dijumpai pada hampir semua ranah sosial, khususnya organisasi dan industri. Dalam sebuah penelitian psikologi yang ingin membandingkan kejituan antara metode Reward dengan Punishment (hukuman) dalam mengukur tingkat kesuksesan yang lebih memuaskan. Pada periode yang singkat metode Punishment memang tampak lebih mengangkat motivasi belajar siswa, namun pada periode selanjutnya dengan waktu yang lebih lama terbukti metode Reward lebih berhasil dan memberikan peningkatan motivasi belajar siswa (Huda, 2009: 21-22)


(2)

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian reward dapat meningkatkan motivasi siswa terutama dalam memanfaatkan perpsutakaan sebagai sumber belajar. Siswa akan meningkatkan aktivitas belajarnya di perpustakaan, jika ada reward yang diberikan kepada siswa tersebut. Hal ini berarti bahwa adanya reward dapat mengaktifkan siswa memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. Masalah ini juga sesuai apa yang dikemukakan Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan. Arden N. Frandsen memaparkan dengan adanya enam faktor psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar, antara lain:

1. Adanya sifat dan rasa ingin tahu 2. Adanya sifat yang kreatif

3. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha baru 4. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan

teman

5. Adanya keinginan mendapatkan rasa aman

6. Adanya ganjaran dan hukuman (Suryabrata, 2004: 236-237).

MTs Negeri 2 Semarang dalam menyelenggarakan pendidikannya telah menerapkan sistem reward bagi siswa yang aktif dalam memanfaatkan perpustakaan. Siswa tidak hanya menggunakan layanan referensi saja, namun juga aktif dalam menggunakan layanan sirkulasi dan layanan lainnya. Reward yang diberikan kepada siswa dapat berupa piagam atau barang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Reward Terhadap Siswa Yang Aktif Memanfaatkan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar di MTs Negeri 2 Semarang”.


(3)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah”Bagaimana Pemberian Reward Terhadap Siswa yang Aktif Memanfaatkan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar di MTs Negeri 2 Semarang?”. Fokus tersebut dijabarkan menjadi tiga subfokus sebagai berikut.

1. Bagaimana karakteristik siswa yang mendapatkan reward dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

2. Bagaimana karakteristik pemberian reward untuk siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

3. Bagaimana karakteristik reward yang diberikan kepada siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan pemberian reward terhadap siswa yang aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.


(4)

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik siswa yang mendapatkan reward dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

b. Mendeskripsikan karakteristik pemberian reward untuk siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

c. Mendeskripsikan karakteristik reward yang diberikan kepada siswa aktif memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar di MTs Negeri 2 Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Segi Teoretis

Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan terutama dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya pemberian reward dan pemanfaatan perpustakaan sekolah.

2. Segi Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Bahan masukan akan pentingnya perpustakaan bagi kemajuan pendidikan siswanya dan peran serta koordinasinya dalam pemberian reward bagi siswa yang aktif dalam memanfaatkan perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.


(5)

b. Bagi Guru

Bahan masukan untuk memberdayakan perpustakaan sekolah dan peran sertanya dalam pemberian reward kepada siswa sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

c. Bagi Pustakawan

Bahan masukan untuk mengelola perpustakaan sekolah dengan baik dan selalu siap melayani siswa serta tepat waktu buka maupun tutup. d. Bagi Siswa

Bahan masukan untuk senang membaca dan memanfaatkan perpustakaan sekolah guna memperluas pengetahuannya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

e. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehingga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan.

E. Daftar Istilah

1. Reward

Reward adalah suatu segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.


(6)

2. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi siswa. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan 3. Perpustakaan

Perpustakaan adalah suatu organisasi yang bertugas mengumpulkan informasi, mengolah, menyajikan, dan melayani kebutuhan informasi bagi pemakai perpustakaan.