BUKU PANDUAN LAPANGAN KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MTs

(1)

i skripsi

disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Bayu Indra Pradana 4401406550

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

Negeri Semarang. Dr. Margareta Rahayuningsih, M.Si dan Drs. Kukuh Santosa.

Keanekaragaman herpetofauna merupakan contoh implementasi dari materi keanekaragaman makhluk hidup yang dapat dipelajari dan ditemukan di lingkungan sekitar siswa, terkait hal tersebut perlu dikembangkan buku yang dapat menunjang siswa mempelajari materi tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman herpetofauna di kampus Unnes dan kelayakan buku panduan herpetofauna Unnes yang dikembangkan sebagai sumber belajar pada materi keanekaragaman makhluk hidup.

Penelitian keanekaragaman herpetofauna kampus Unnes menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey) dan pengembangan buku menggunakan metodeReseach and Development (R&D), Uji coba dilaksanakan di kelas VII 1, 2 dan 8 SMP Teuku Umar Semarang Tahun ajaran 2011/2012.

Hasil penelitian menunjukkan, ditemukan 22 jenis herpetofauna di kampus Unnes. Penilaian pakar terhadap buku panduan herpetofauna mencapai kelayakan sebesar 94% dan menunjukkan buku yang dikembangkan sangat layak sesuai standar BSNP. Penilaian tersebut didukung dengan tanggapan positif dari siswa dan guru sebesar 92% dan 100%. Hasil belajar dua kelas uji coba menunjukkan 81% dan 79% siswa mencapai KKM yang ditetapkan, dengan rata-rata nilai hasil belajar sebesar 77.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan buku keanekaragaman herpetofauna kampus Unnes yang dikembangkan pada materi keanekaragaman makhluk hidup memenuhi kriteria standar BSNP dan layak digunakan sebagai sumber belajar siswa kelas VII.


(5)

v

berjudul “Buku panduan lapangan keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang sebagai sumber belajar biologi siswa SMP/Mts”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di FMIPA UNNES.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga dan materi yang tersita demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi strata 1 Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kelancaran administrasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dr. Margareta Rahayuningsih, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah berkenan memberikan ijin melakukan penelitian herpetofauna kampus Unnes dan dengan sabar memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.

5. Drs. Kukuh Santosa, Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi. 6. Drs. Bambang Priyono, M.Si Dosen Penguji yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi. 7. Dosen-dosen jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan pengalaman berharga dan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis.


(6)

vi

Teuku Umar Semarang dalam pelaksanaan penelitian ini.

10. Orang tua tercinta Bapak Chaidar dan Ibu Endang Retnoningsih yang telah memberikan doa, dukungan dan kepercayaan selama menyelesaikan studiku serta adikku Silva Rahmawati yang selalu mengingatkan dan memberiku semangat

11. Nenekku tercinta mbah Yutiah, mbah Jenah dan mbah Yati untuk semua doa dan kesabarannya.

12. Nilam Syifa yang selalu memberiku motivasi dan semangat.

13. Teman-teman ngobor herpet kampus (mas fian, mas falik, mbak dinar, munir, vian, agus, dafip), indah, yuli ndut, arista yang telah membantu mengumpulkan data herpetofauna kampus.

14. Seluruh keluarga Pelatuk Bird Study Club dan Green Comunity untuk kebersamaan, pengalaman dan semangatnya.

15. Teman kos “Annida” yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi.

16. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini baik moril maupun materiil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, Februari 2013


(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Penegasan Istilah... 4

D. Tujuan penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman jenis herpetofauna... 7

B. Herpetofauna... 8

C. Habitat ... 13

D. Universitas Negeri Semarang (Unnes) ... 15

E. Sumber Belajar ... 16

F. Kelayakan Buku Teks menurut BSNP ... 18

G. Karakteristik Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Keanekaragaman Herpetofauna... 21

1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3. Variabel Penelitian ... 22


(8)

viii

B. Pengembangan Hasil Penelitian Sebagai Sumber

Belajar Biologi ... 25

1. Subyek Penelitian... 25

2. Obyek Penelitian ... 25

3. Desain Penelitian ... 26

4. Prosedur Penelitian... 26

5. Data dan Cara Pengambilan Data ... 29

6. Analisis Data... 29

7. Indikator kinerja... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 52

B. Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(9)

ix

2. Penilaian pakar materi dan pakar media... 34

3. Saran dan perbaikan pada buku panduan lapangan herpetofauna Unnes ... 34

4. Hasil belajar siswa uji coba skala kecil ... 35

5. Tanggapan siswa uji coba skala kecil... 36

6. Hasil belajar siswa uji coba skala besar... 37

7. Tanggapan siswa uji coba skala besar ... 37


(10)

x

2. Kelompok hewan kelas Reptil ... 12

3. Kerangka berpikir... 20

4. Lokasi kampus Universitas Negeri Semarang ... 21

5. Ukuran SVL (snout vent lenght) pada katak... 24

6. Langkah-langkah penelitian RnD... 26

7. Perubahan jenis font/huruf ... 44

8. Perubahan gambar ... 45


(11)

xi

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 59

3. Jenis-jenis herpetofauna di kampus Unnes ... 63

4. Rekapitulasi penilaian kelayakan pakar... 69

5. Penilaian kelayakan pakar media ... 71

6. Penilaian kelayakan pakar materi... 74

7. Kisi-kisi soal evaluasi ... 77

8. Soal evaluasi ... 78

9. Kunci jawaban soal evaluasi ... 82

10. Rekapitulasi hasil belajar siswa uji coba kelas kecil ... 83

11. Lembar diskusi siswa uji coba kelas kecil ... 84

12. Tugas individu siswa uji coba skala kecil... 86

13. Evaluasi siswa uji coba skala kecil... 87

14. Rekapitulasi angket tanggapan siswa uji coba skala kecil... 88

15. Tanggapan siswa uji coba skala kecil... 89

16. Rekapitulasi hasil belajar siswa uji coba skala besar ... 91

17. Lembar diskusi siswa uji coba kelas besar ... 93

18. Tugas individu siswa uji coba skala besar ... 95

19. Evaluasi siswa uji coba skala besar ... 96

20. Rekapitulasi angket tanggapan siswa uji coba skala besar ... 97

21. Tanggapan siswa uji coba skala besar ... 101

22. Rekapitulasi angket tanggapan guru... 103

23. Tanggapan guru... 104

24. Dokumentasi penelitian ... 106

25. Surat keputusan pembimbing... 107

26. Surat ijin penelitian... 108

27. Surat keterangan penelitian... 109


(12)

1

Keanekaragaman hayati Indonesia menempati rangking kedua di dunia setelah Brazil. Gautama et al. (2000) diacu dalam Hendarto & Suka (2005) menyatakan Indonesia memiliki 25 % jenis Pisces, 17 % Aves, 16 % jenis Reptil dan Amfibi, 12 % Mammalia, dan 10 % jenis Flora yang telah dikenali. Jumlah tersebut belum termasuk hewan avertebrata, fungi, dan mikroorganisme lain yang belum dikenali. Berbagai keanekaragaman hayati yang dimiliki karena keanekaragaman ekosistem dan daerah vegetasi yang dimiliki oleh alam Indonesia.

Herpetofauna berasal dari kata herpeton yaitu binatang melata. Amfibi dan Reptil masuk ke dalam satu bidang ilmu yaitu ilmu herpetologi karena mereka mempunyai cara hidup dan habitatnya yang hampir serupa, sama-sama satwa vertebrata ektotermal (membutuhkan sumber panas eksternal), serta metode untuk pengamatan dan koleksi yang serupa (Kusrini et al.2008).

Amfibi dan Reptil menempati habitat yang hampir sama, antara lain sungai-sungai besar atau kecil, kolam air, kayu lapuk, kubangan, akar banir dan serasah daun. Amfibi dan Reptil digolongkan berdasar tempat ditemukannya adalah : 1) Akuatik, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya terdapat di perairan. 2) Arboreal, hewan yang hidup di atas pohon. 3) Terrestrial, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya di atas permukaan tanah. 4) Fossorial, hewan yang hidup dalam lubang-lubang tanah (Mistar 2003; 2008)

Universitas Negeri Semarang (Unnes) merupakan Universitas yang mengusung misi sebagai Universitas Konservasi, salah satu yang mendasarinya karena daerah vegetasi di sekitar kampus Unnes yang masih terjaga dengan baik dan memiliki tipe habitat yang beragam, diantaranya area sekitar gerbang masuk Unnes dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) terdapat habitat perkebunan dan terdapat kubangan air serta habitat aquatik berupa embung, kebun biologi merupakan habitat hutan dengan pepohonan heterogen dan dapat dijadikan habitat


(13)

berbagai jenis organisme. Habitat sawah yang terdapat di area Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan kawasan belakang Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) serta aliran sungai di sekitar Fakultas Teknik (FT). Beragam tipe habitat ini berpotensi sebagai habitat herpetofauna, namun keanekaragaman herpetofauna di suatu tempat berbeda dengan tempat lainnya, tergantung pada kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian awal yang telah dilakukan oleh Rahayuningsih & Abdullah (2012) menyebutkan bahwa kampus Unnes Sekaran merupakan habitat yang cukup baik bagi berbagai jenis herpetofauna. Hasil penelitian ditemukan 20 jenis herpetofauna 9 (sembilan) famili dan 3 (tiga) ordo dari keseluruhan jenis herpetofauna yang ada di Indonesia. Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan perlu diadakan juga penelitian lanjutan ataupun pendataan rutin untuk mengetahui apakah terdapat perubahan dalam keanekaragaman herpetofauna yang ada di kampus Universitas Negeri Semarang.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa proses pembelajaran IPA di tingkat SMP/MTs lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah maka perlu juga adanya buku pendukung untuk kegiatan tersebut. Salah satu karakteristik pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah merangsang siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Sesuai dengan salah satu karakteristik pembelajaran KTSP tersebut, maka metode pembelajaran yang digunakan harus mampu membimbing siswa agar mencapai standar kompetensi yang diharapkan dengan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memberikan kebebasan untuk dikembangkannya suatu media ataupun sumber-sumber belajar baru yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperdalam pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran.

Pembelajaran tingkat satuan pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) di kelas VII pada semester gasal mempunyai standar kompetensi (SK) 6 kelas VII : memahami keanekaragaman makhluk hidup dan kompetensi dasar antara lain (1) mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup, (2) mengklasifikasikan makhluk hidup


(14)

berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, (3) menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem, (4) mengindentifikasikan pentingnya

keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem, dan (5) mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi

alam, dan perkembangbiakan.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP Teuku Umar diketahui bahwa guru hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar siswa untuk memahami materi keanekaragaman makhluk hidup, buku paket yang digunakan berisi uraian materi, soal-soal serta panduan kegiatan praktikum. Guru hanya menyampaikan materi yang sudah ada di dalam buku paket, sementara dalam kegiatan praktikum, guru hanya mendemontrasikannya di depan kelas, hal ini dikarenakan keterbatasan alat praktikum ataupun materi praktikum yang tidak ada di sekitar lingkungan siswa.

Penggunaaan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar siswa menjadikan pengetahuan siswa hanya sebatas hafalan karena mereka tidak dilatih untuk berpikir ilmiah dan menerapkan konsep pengetahuan mereka terhadap fenomena-fenomena di lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar, kurangnya pemahaman menjadikan hasil belajar siswa yang kurang optimal, banyak siswa yang belum mencapai KKM. Rata-rata banyaknya siswa yang mencapai KKM dari 4 kelas yang diampu oleh guru yang sama menunjukkan kentuntasan klasikalnya rendah, kelas VII 1 (satu) hanya 54% siswa mencapai KKM, kelas VII 2 (dua) hanya 44%, kelas VII 3 (tiga) hanya 45% dan di kelas VII 4 (empat) hanya 43% siswa mencapai KKM, dengan skor hasil belajar siswa antara 52-78, untuk kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70.

Berdasarkan uraian diatas maka disusunlah buku panduan lapangan keanekaragaman jenis herpetofauna di Unnes untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa di SMP Teuku Umar pada materi klasifikasi makhluk hidup, melalui buku ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan pengaruh positif pada hasil belajar siswa.


(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

1. bagaimana keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang ?

2. apakah buku yang dikembangkan dari keanekaragaman herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang sesuai dengan standar penilaian buku teks BSNP dan layak digunakan siswa di kelas VII SMP Teuku Umar ? 3. apakah buku yang dikembangkan dari keanekaragaman herpetofauna di

kampus Universitas Negeri Semarang efektif digunakan dalam pembelajaran di kelas VII SMP Teuku Umar?

C. Penegasan Istilah

1. Keanekaragaman Jenis herpetofauna

Keanekaragaman jenis herpetofauna merupakan variasi-variasi yang terdapat dalam kelompok hewan Amfibi dan Reptil, dalam penelitian ini dibatasi hanya pada keanekaragaman jenis untuk kelompok herpetofauna (Amfibi dan Reptil) pada habitat hidupnya di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Kajian keanekaragaman jenis dalam penelitian ini hanya dalam lingkup kekayaann jenis yaitu banyaknya jenis herpetofauna serta banyaknya jumlah individu dalam satu jenis herpetofauna yang terdapat di kampus Unnes.

2. Kampus Universitas Negeri Semarang

Lokasi Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) terletak di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Habitat yang menjadi lokasi penelitian merupakan habitat-habitat yang potensial terdapatnya berbagai jenis herpetofauna, yaitu tipe habitat aquatik berupa embung, kolam, dan persawahan serta sungai dan tipe habitat terrestrial berupa habitat padang rumput, kebun serta habitat permukiman.


(16)

3. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mendukung hal-hal baru bagi siswa. Sudirman et al. (1991) dalam Djamarah & Zain (2002) mengemukakan macam-macam sumber belajar antara lain manusia (people), bahan (materials), lingkungan (setting), alat dan perlengkapan (tool and equipment) dan aktifitas (activities). Lingkungan dan segala makhluk hidup yang terdapat didalamnya menyediakan kemungkinan yang cukup untuk belajar ilmu pengetahuan alam khususnya biologi, dengan belajar langsung di alam ataupun dengan bantuan suatu media yang menyediakan informasi yang cukup untuk menggambarkan situasi atau keadaan nyata yang ada di alam akan memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep materi pelajaran.

Dalam penelitian ini yang dimaksud sumber belajar adalah keanekaragaman herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang yang disusun ke dalam buku panduan lapangan, sehingga dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep keanekaragaman makhluk hidup, khususnya herpetofauna.

D. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. mengetahui keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang

2. mengetahui kelayakan buku panduan yang dikembangkan dari keanekaragaman herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang sesuai standar penilaian buku teks BSNP dan layak digunakan siswa di kelas VII SMP Teuku Umar

3. mengetahui keefektifan penggunaan buku panduan herpetofauna di kampus Unnes dalam pembelajaran di kelas VII SMP Teuku Umar


(17)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. memudahkan siswa memahami materi dan menemukan konsep keanekaragaman makhluk hidup dari fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar.

2. memberikan alternatif sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa SMP/MTs dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup.

3. memberikan informasi mengenai keanekaragaman herpetofauna yang terdapat di kampus Universitas Negeri Semarang.


(18)

7

Keanekaragaman hayati merupakan terjemahan dari kata Biological Diversity. Raven (1992) menyatakan bahwa keanekaragaman hayati sebagai keseluruhan gen, spesies, dan ekosistem di dunia atau di suatu region tertentu. Keanekaragaman hayati meliputi berbagai jenis flora, fauna, mikroorganisme, dan ekosistem dengan segala prosesnya. Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman organisme yang hidup di berbagai kawasan baik daratan, lautan, dan ekosistem perairan lainnya, yang di dalamnya terdapat berbagai keanekaragaman yang mencakup keanekaragaman dalam satu spesies, keanekaragaman antar spesies, dan keanekaragaman ekosistem atau kawasan (Santosa 2004).

Raven (1992) menyatakan keanekaragaman hayati mempunyai makna yang sangat penting. Keanekaragaman genetik, spesies, ekosistem, dan habitat semuanya mempunyai produktivitas dan jasa yang diberikan oleh suatu ekosistem. Berbagai jenis keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem merupakan sumber yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan perubahan kebutuhan dan keinginan manusia.

Berdasarkan perbedaan skala geografik, kajian keanekaragaman jenis di bagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu: diversitas alfa, diversitas beta, dan diversitas gamma. Diversitas alfa dikelompokkan menjadi dua komponen yang berbeda yaitu kekayaan jenis (species richness) dan kemerataan jenis (evenness) yang berdasarkan kelimpahan relatif dan tingkat dominansi jenis. Indeks yang menggabungkan kedua komponen tersebut menjadi satu nilai tunggal disebut indeks keanekaragaman. Metode pengukuran atau penghitungan keanekaragaman jenis meliputi indeks kekayaan jenis (richness species), indeks keanekaragaman (diversity indices), dan indeks kemerataan (evenness indices) (Magurran 1988).

Daftar Appendix CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan IUCN Red List (International Union for


(19)

Conservation of Nature and Natural Resources) serta di dalam daftar fauna dilindungi negara dan pemerintah, menyebutkan masih banyak jenis herpetofauna yang diperdagangkan. Hal ini karena minimnya data dan informasi mengenai populasi serta persebaran herpetofauna. Penelitian mengenai penangkaran bagi jenis-jenis herpetofauna yang bernilai ekonomi masih minim dan terbatas sehingga banyak herpetofauna yang diekspor adalah hasil eksploitasi langsung dari alam. Keadaan ini apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mempercepat penurunan populasi. Menurunnya populasi pada masa mendatang mengakibatkan kepunahan dan kerugian bagi kita sendiri (Qurniawan 2010).

B. Herpetofauna

Herpetofauna merupakan kelompok hewan melata, anggota dari kelompok ini adalah Amfibi dan Reptil. Amfibi dan Reptil merupakan hewan yang sering disebut berdarah dingin. Istilah ini kurang tepat karena suhu bagian dalam yang diatur menggunakan perilaku mereka seringkali lebih panas daripada burung dan mamalia terutama pada saat mereka aktif. Amfibi maupun Reptil bersifat ektoterm dan poikiloterm yang berarti mereka menggunakan sumber panas dari lingkungan untuk memperoleh energi (Kusriniet al. 2008)

Herpetofauna memiliki manfaat secara ekologi maupun ekonomi. Secara ekologi, beberapa jenis herpetofauna oleh masyarakat Indonesia telah lama dimanfaatkan kulit serta dagingnya sebagai komoditas ekspor. Kadang-kadang jenis-jenis tertentu dikirim dan dijual hidup-hidup. Ratusan bahkan ribuan ekor jenis herpetofauna setiap bulannya ditangkap untuk diekspor, baik dijadikan sebagai fauna eksotis dan pakan maupun dijadikan bahan industri kulit dan makanan (Kusrini 2007). Herpetofauna juga memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, karena sebagian besar herpetofauna berperan sebagai predator pada tingkatan rantai makanan di suatu ekosistem. Amfibi dan Reptil dapat dijumpai hampir di semua tipe habitat, dari hutan ke gurun sampai padang rumput tetapi beberapa jenis Amfibi maupun Reptil yang hanya dijumpai pada tipe habitat spesifik tertentu sehingga baik dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan lingkungan (NRCS 2006).


(20)

Amfibi adalah salah satu hewan bertulang belakang (vertebrata), memiliki ciri kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar Amfibi mempunyai anggota gerak seperti tungkai dan jari-jari. telurnya tidak bercangkang, dan diletakkan dalam air atau tempat yang lembab untuk menghindari kekeringan (Mistar 2008). Amfibi dewasa memiliki paru-paru tetapi proses respirasi dan pertukaran udara terjadi melalui kulit tetapi berbeda pada saat masih muda (baru menetas) dikenal dengan sebutan berudu, sebagian besar bernapas dengan insang. Perubahan ini disebabkan adanya metamorfosis pada Amfibi dimana terjadi perubahan baik secara morfologis, anatomis maupun fisiologis dari tahapan muda menjadi tahapan dewasa.

Amfibi terbagi dalam 3 (tiga) ordo yaitu Urodela (Salamander), Gymnophiona (Sesilia) dan Anura (katak dan kodok). Ordo Urodela (Salamander) merupakan kelompok Amfibi yang berekor. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium. Urodela memiliki 3 sub ordo dan 9 famili dengan terdapat kurang lebih 400 jenis di seluruh dunia, tetapi tidak terdapat anggota jenis yang ditemukan di indonesia. Daerah persebaran terdekat adalah Vietnam, Laos dan Thailand.

Ordo Gymnophiona atau dikenal dengan nama Sesilia, terdiri dari 34 genus dan 5 (lima) famili, terdapat 163 jenis atau 3,5 % dari seluruh jenis Amfibi. Jenis ini sulit dijumpai karena hidup di sungai-sungai kecil maupun besar, pada perkembangannya saat stadium larva terdapat sirip pada bagian ekor dan kemudian akan mereduksi setelah dewasa kemudian hidup dalam liang-liang tanah (Mistar 2008). Satwa ini dianggap langka, empat dari tujuh suku dikenal secara luas, hanya salah satunya, yaitu Ichtyophiidae, yang telah tercatat di Asia Tenggara (Iskandar 1998).

Ordo Anura (katak dan kodok), merupakan Amfibi yang terbesar dan sangat beragam, terdiri lebih dari 4.100 jenis katak dan kodok. Katak dan kodok berbeda dari ciri katak yang memiliki kulit tipis dan halus, tubuh ramping, kaki yang lebih kurus dan panjang. Kodok memiliki tubuh yang lebih pendek dan gemuk dengan kulit kasar dan tertutup bintil-bintil. Warna katak bervariasi, dari hijau, coklat,


(21)

Gambar 1 Kelompok Hewan Kelas Amfibi D C

hitam, merah, oranye, kuning dan putih. Ukuran SVL (Snout Vent Length) Anura berkisar dari 1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm.

Morfologi katak berbeda tergantung pada habitatnya. Katak pohon seperti famili Rhacophoridae (gambar 1D) memiliki piringan (discs) pada ujung jarinya untuk membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semi-akuatik seperti famili Ranidae (gambar 1B) memiliki selaput diantara jari-jarinya untuk membantu dalam berenang. Katak terestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi cenderung memiliiki warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti pada genus Bufonidae (gambar 1A) dan genus Megophrys (Kusrini et al.2008).

Keterangan = A : Bufo Melanostictus C : Kaloula baleata

B : Rana chalconota D : Polipedates leucomystax

Reptil berbeda dengan Amfibi yang tidak bersisik, seluruh Reptil merupakan hewan bersisik dan telurnya mempunyai cangkang (Calcareous) (Mistar 2008). Warna kulit pada Reptil beragam dari warna yang menyerupai lingkungannya sampai warna yang membuat Reptil mudah terlihat. Terdapat perbedaan ukuran dan bentuk maupun warna tubuh antara Reptil jantan dan betina dan sebagian Reptil tidak tergantung pada air sehingga dapat bebas beraktifitas di daratan. Reptil terbagi dalam 4 ordo yaitu ordo Rhyncocephalia (Tuatara), Crocodylia (Buaya), Testudinata (Kura-kura dan penyu), Squamata (Ular dan kadal).

C

D A


(22)

Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo, yaitu ordo Testudinata, Squamata dan Crocodylia sedangkan ordo Rhyncocephalia merupakan Reptil primitif yang terdiri dari satu jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru. Ordo Squamata, dapat ditemukan di tipe habitat terrestrial, arboreal dan juga aquatik. Ordo ini dibagi lebih lanjut menjadi tiga sub-ordo, yaitu Sauria yang mencakup Kadal (Lacertilia), Amphisbaenia, dan Serpentes (Ophidia) yang mencakup Ular. Kadal merupakan kelompok terbesar dalam Reptil. Kadal terdiri dari 3,751 jenis dalam 383 genus dan 16 famili, atau 51% dari seluruh jenis Reptil. Amphisbaenia terdiri dari empat famili yang kemudian dibagi menjadi 21 genus dan 140 jenis, atau sekitar 2% dari seluruh Reptil. Ular atau Serpentes, terdiri dari 2,389 jenis dalam 471 genus dan 11 famili, atau sekitar 42% dari seluruh jenis Reptil (Kusrini

et al.2008).

Kadal memiliki dua bagian rahang yang terbagi sama rata dengan ukuran pembukaan mulut yang terbatas, lidah pada kadal juga berkembang dengan baik. membran timpani biasanya terlihat jelas dan kelopak mata yang dapat digerakkan serta dapat melepaskan ekornya sendiri (autotomi) dan meregenerasinya. Kadal memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Sebagian besar memiliki empat kaki, walaupun terdapat beberapa jenis yang tidak berkaki. Ukuran Snout-Vent Length (SVL) kadal berkisar dari 1,5 - 145 cm, tetapi sebagian besar berkisar antara 6-20 cm, seperti pada jenis Mabouya multifasciata (gambar 2D).

Ular (gambar 2A dan 2C) adalah hewan dengan bentuk tubuh memanjang, tidak memiliki kaki dan tulang dada, memiliki lidah panjang, bercabang, dan dapat dijulurkan. Tubuh ular dilindungi oleh sisik seperti pada tubuh kadal, tetapi tulang tengkorak pada ular berbeda dari kadal. Ular memiliki ikatan antar tulang rahang dan tulang cranial yang longgar sehingga dapat memisah. Dua bagian tulang rahang bawah tidak menyatu tetapi dihubungkan oleh ligament, hal ini yang menjadikan ular dapat melebarkan mulutnya dan menelan benda yang lebih besar dari ukuran tubuhnya (Goin & Goin 1962).


(23)

Gambar 2 Kelompok Hewan Kelas Reptil (sumber : www.ryanphotographic.com)

Keterangan = A : Ptyas korros C : Ahaetulla Prasina

B : Gecko gecko D : Mabouya multifasciata

Ular memiliki mekanisme pertahanan diri dengan adanya taring, beberapa jenis memiliki taring dengan kelenjar bisa. Menurut Hoesel (1959), penggolongan jenis ular menurut perbedaan-perbedaan tentang taring dan kelenjar bisa antara lain :

a. Ular yang tak bertaring (aglypha) Taring bisa dan kelenjar racun tidak ada b. Ular yang bertaring dibelakang (opistoglypha)

Rahang atas bagian belakang ada dua taring bisa kecil, yang bersaluran. Racun yang keluar dari kelenjar bisa tidak keras dan kuat, hanya dapat melumpuhkan mangsa kecil.

c. Ular yang bertaring dimuka (proteroglypha)

Rahang atas bagian muka ada dua taring pendek yang bersaluran, tetapi saluran itu hampir tertutup. Racun ular-ular ini amat kuat dan disebut semacam neurotoksin, karena merusak susunan saraf mansa. Semua ular yang masuk golongan ini amat berbahaya bagi manusia.

d. Viper atau ular yang bertaring berliang (solenoglypha)

Ular-ular ini mempunyai dua taring panjang yang berliang dirahang atas bagian muka. Taring-taring yang panjang itu dapat berputar. Waktu mulut terkatup keduanya terlipat pada langit-langit, waktu mulut terbuka

taring-A

D C


(24)

taring itu digerakkan ke muka. Racunnya semacam hemotoksin, yang menyebabkan kerusakan sekitar tempat gigitan, karena butir-butir darah merah dan dinding pembuluh-pembuluh darah yang dirusak. Semua viper berbahaya untuk manusia.

Penelitian tentang herpetofauna di Indonesia masih sedikit dilakukan. Jenis herpetofauna yang tercatat di Indonesia didapat dari penelitian di pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan dan Papua. Di Jawa penelitian keanekaragaman herpetofauna banyak dilakukan di Jawa Barat yaitu di taman nasional yang terdapat disana seperti penelitian keanekaragaman herpetofauna di taman nasional Gunung Halimun yang dilakukan oleh bidang zoologi, puslit biologi-LIPI (lembaga ilmu pengetahuan Indonesia). Hasil penelitian yang berlangsung dari tahun 1999-2000 di 4 (empat) resort kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, terdapat 26 jenis katak dari 5 (lima) famili dan 14 genera, sedangkan kelompok Reptil diperoleh 41 jenis dari 8 (delapan) famili dan 30 genera. Penelitian yang dilakukan di Kebun Raya Bogor yang mengkaji tentang keanekaragaman Anura tercatat 8 (delapan) jenis dari 4 (empat) famili Anura.

Penelitian awal keanekaragaman herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang yang dilakukan oleh Rahayuningsih & Abdullah (2012) mencatat 20 jenis herpetofauna dari 9 (Sembilan) famili, 4 (empat) famili ordo Anura dan 5 (lima) famili ordo Squamata. Banyak tempat-tempat yang masih belum diteliti keanekaragaman herpetofaunanya selain itu seiring perubahan iklim dan perubahan habitat sebagai tempat tinggal berbagai jenis herpetofauna maka perlu diadakan penelitian lanjutan atau pendataan secara rutin untuk memantau kembali populasi herpetofauna suatu lokasi yang telah diteliti sebelumnya.

C. Habitat

Habitat adalah lingkungan alam suatu jenis makhluk hidup yang biasa dijumpai, dengan perubahan kondisi faktor-faktor lingkungan berada dalam batas-batas yang sesuai dengan jenis yang bersangkutan, sehingga perjalanan hidupnya berjalan lancar. Di dalam habitatnya makhluk hidup sudah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada sehingga mampu bertahan hidup (survive), tumbuh


(25)

(growth), dan berkembang biak (reproduction). Habitat suatu organisme bisa mempunyai area yang luas atau sempit. Perbedaan luas habitat ada kaitannya dengan luas geografi yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan yang ada di dalam habitat tersebut. Di dalam menyebutkan habitat orang sering menunjukkan keadaan lingkungan fisik dimana suatu organisme bisa ditemukan, misalnya laut, sungai, tanah berpasir, atau tanah berlumpur. Orang sering menyebut habitat suatu organisme berdasarkan komunitas organisme paling dominan, misalnya hutan padang rumput, tundra, dan taiga (Susanto 2000).

Menurut Odum (1971) habitat suatu organisme adalah tempat organisme hidup, atau tempat ke mana seseorang harus pergi untuk menemukannya. Amfibi dan Reptil dapat ditemukan di hampir semua tipe habitat, dari hutan ke padang pasir sampai padang rumput. Banyak jenis menggunakan habitat yang berbeda dalam beberapa kurun waktu, sebagai contoh Salamander menghabiskan hidupnya di hutan, tetapi mereka perlu pergi ke daerah lahan basah untuk berkembang biak. Kura-kura tinggal di air dan akan pergi ke daratan di pantai untuk meletakkan telurnya. Sifat ini menyebabkan Amfibi memerlukan habitat terestrial maupun aquatik, sedangkan Reptil terdapat jenis yang menempati habitat secara umum ataupun menempati habitat yang sifatnya spesifik. Reptil dapat hidup di habitat terestrial, aquatik maupun habitat di tepi sungai yang tidak termasuk dalam habitat aquatik ( NRCS 2006).

Mistar (2008) menyatakan penggolongan untuk Amfibi dan Reptil dapat berdasar pada tempat yang umum ditemukannya yaitu : 1) Akuatik, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya terdapat di perairan. 2) Arboreal, hewan yang hidup di atas pohon dan berkembang biak di genangan air pada lubang-lubang pohon atau cekungan lubang pohon, kolam-kolam, danau, sungai, pada beberapa jenis Amfibi arboreal sering membungkus telur dengan busa untuk menjaga kelembaban, menempel pada daun atau ranting yang dibawahnya terdapat air. 3) Terrestrial, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya di atas permukaan tanah, jarang sekali di jumpai di tepi sungai, memanfaatkan genangan air dan kolam di lantai hutan untuk meletakkan telur atau meletakkan telur diantara serasah yang


(26)

tidak berair tetapi mempunyai kelembaban tinggi dan stabil. 4) Fossorial, hewan yang hidup dalam lubang-lubang tanah.

D. Universitas Negeri Semarang (Unnes)

Universitas Negeri Semarang (Unnes) adalah perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu, teknologi, olah raga, seni, dan budaya. Berdiri sejak tahun 1965 berlokasi di Kecamatan Gunung Pati, kota Semarang, Jawa Tengah. Luas wilayahnya 1.245.483 m2, secara geografis letak Unnes di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh berbagai tipe habitat, hutan, kebun, sawah, sungai dan permukiman. Tipe-tipe habitat yang berbeda inilah yang menjadilkan UNNES berpotensi sebagai habitat untuk berbagai jenis satwa (Anonim 2010). Kebun merupakan area yang ditumbuhi berbagai tumbuhan dan letaknya tidak jauh dari suatu area permukiman, kebun dapat menjadi habitat hidup bagi makhluk hidup karena dapat memberikan tempat perlindungan serta mencari makan. Habitat kebun yang ada di unnes di dominasi oleh pohon ketapang dan mahoni, serta berbagai macam tumbuhan semak dan perdu yang memberikan kondisi yang sesuai sebagai habitat herpetofauna.

Habitat permukiman di Unnes terbagi dalam beberapa area, yaitu komplek gedung rektorat, komplek Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Keolahragaan serta Fakultas Teknik. Keadaan gedung-gedung yang dipisahkan oleh area hijau memberikan potensi yang besar sebagai habitat hidup herpetofauna.

Habitat persawahan merupakan area pertanian yang kondisi airnya selalu di jaga. Tanaman pengisi habitat ini antara lain padi, adanya aliran air ke sawah yang ada di Unnes berasal dari aliran sungai kali segoro. Habitat perairan di Unnes meliputi sungai dan embung, herpetofauna merupakan hewan yang hidup tidak jauh dari air sehingga sungai dan embung merupakan lokasi yang sesuai untuk berlindung, mencari makan serta berkembang biak.


(27)

E. Sumber Belajar

Sumber belajar menurut Majid (2006) diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi, dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Berdasarkan pengertian di atas maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut (Majid 2006) :

a. tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar/proses perubahan tingkah laku.

b. benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik.

c. orang yaitu siapa saja yang memilih keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu.

d. buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik.

e. peristiwa atau fakta yang terjadi, dan dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar.

Suatu konsep pembelajaran dapat lebih mudah dipahami oleh siswa jika terdapat sumber belajar yang memadai dan mudah dipahami serta langsung mengena terhadap kompetensi yang ingin dicapai.

Menurut Rohani (1998) manfaat sumber belajar sebagai berikut :

a. memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik. misalnya, karya wisata ke obyek-obyek seperti pabrik, pelabuhan, kebun binatang dan sebagainya.

b. dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret. misalnya, denah, foto, majalah, sketsa dan sebagainya.

c. dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di dalam kelas. misalnya, buku-buku teks, foto-foto, film, narasumber, majalah dan sebagainya.


(28)

d. dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru. misalnya, buku-buku bacaan, ensiklopedia dan majalah.

e. dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro maupun makro.

f. dapat memberikan motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.

g. dapat merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut. misalnya, buku teks, buku bacaan, film dan lainnya, yang mengandung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk berfikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.

Sumber belajar yang biasa digunakan adalah buku paket dan guru. Sumber belajar sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Sumber belajar membantu siswa dalam proses pembelajaran dalam menemukan informasi, membuat keputusan, memecahkan masalah, dan membuat produk sendiri. peran guru adalah sebagai pembimbing, memotivasi dan menjadi fasilitator bagi siswa guna mencapai tujuan pembelajaran bukan menjadi satu-satunya sumber informasi.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan tuntutan terhadap peningkatan kemampuan ilmiah siswa dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, diperlukan juga berbagai sumber belajar yang memadai dan dapat menyediakan semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Minimnya kajian dan literatur tentang herpetofauna yang ditujukan untuk siswa tingkat SMP/MTs, menunjukkan perlu adanya suatu sumber belajar yang dapat menyediakan informasi yang sesuai dengan kemampuan siswa sekaligus mudah dipahami oleh siswa setingkat SMP/MTs, mengenai konsep keanekaragaman herpetofauna dalam keterkaitannya dalam materi memahami keanekaragaman makhluk hidup.

Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar yang dikembangkan atau media yang dikembangkan menunjukkan peningkatan baik dalam hasil belajar dan motivasi belajar siswa serta meningkatnya tingkat pemahaman siswa akan materi yang diajarkan. Sutrisno (2010) menyatakan nilai ketuntasan siswa yang mencapai 97,43% dan keaktifan siswa yang tinggi dengan persentase 92,83% nilai 96,36% dengan pola pembelajaran menggunakan gambar


(29)

serta preparat asli. Penelitian lain yang menggunakan kartu bergambar dan kunci determinasi Di SMA N 15 Semarang dengan indikator keberhasilan penelitian hasil belajar siswa sama dengan lebih dari (≥) 85%, keaktifan siswa lebih dari sama dengan (≥) 75% dan respon siswa terhadap pembelajaran lebih dari sama dengan (≥) 75%. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil keaktifan siswa dengan nilai 88,75% untuk pertemuan pertama dan 93,75% untuk pertemuan kedua, hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Kemudian, hasil belajar siswa juga telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian dengan persentase 97,50% (Masitoh 2009).

Berdasarkan contoh penelitian yang dilakukan dengan adanya pengembangan sumber belajar dan penggunaan sumber belajar berupa gambar atau foto menunjukkan hasil positif dan layak serta efektif sebagai sumber belajar biologi.

F. Kelayakan Buku Teks sesuai BSNP

Kelayakan buku teks pelajaran dapat dinilai atau diukur menggunakan instrumen khusus dalam bentuk angket dengan penskoran tertentu (BSNP 2006). Butir penilaian dalam instrumennya berisi unsur-unsur yang seharusnya ada dalam sebuah buku teks pelajaran. Kelayakan buku teks pelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada instrumen penilaian buku teks pelajaran biologi SMP/MTs dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Instrumen penilaian tersebut terdapat tiga komponen penilaian yaitu kelayakan isi, bahasa dan penyajian.

Kelayakan isi mencakup 7 atau 8 subkomponen yaitu cakupan materi, akurasi materi, kemutakhiran, merangsang keingintahuan (curiosity), mengembangkan kecakapan hidup (Life Skills), mengembangkan wawasan kebhinekaan (sense of diversity), dan mengandung wawasan kontekstual. Kelayakan kebahasaan mencakup 7 subkomponen yaitu sesuai perkembangan siswa, komunikatif, dialogis dan interaktif, lugas, koherensi dan keruntutan alur pikir, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, penggunaan istilah dan simbol/lambang. Kelayakan penyajian mencakup 2 subkomponen yaitu teknik


(30)

penyajian, pendukung penyajian materi, dan penyajian pembelajaran. Intrumen penilaian buku teks BSNP juga dilengkapi dengan rubrik penskoran serta deskripsi dari tiap butir penilaian guna memberikan acuan dalam proses penilaian kelayakan buku teks pelajaran.

Kelayakan buku panduan herpetofauna di kampus Unnes yang dikembangkan ditentukan dari persentase total hasil penilaian pakar, dari tiga komponen kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian selain itu juga didukung dengan data hasil tanggapan guru dan siswa mengenai buku tersebut.

G. Karakteristik Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup

Materi klasifikasi makhluk hidup merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang diajarkan di kelas VII semester II (genap) yang berisi pembagian kingdom serta penjelasan persamaan dan perbedaan ciri pada makhluk hidup inilah yang digunakan sebagai dasar klasifikasi.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) standar kompetensi yang ditetapkan adalah memahami keanekaragaman makhluk hidup dengan kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup, mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme.

Kegiatan pengelompokan makhluk hidup menjadi golongan-golongan disebut klasifikasi. Cabang biologi yang khusus mempelajari klasifikasi adalah taksonomi. Tujuan klasifikasi adalah mengelompokkan objek sehingga mempermudah dalam mempelajari dan mengenal berbagai jenis makhluk hidup.

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam klasifikasi makhluk hidup yaitu identifikasi dan pemberian nama. Identifikasi adalah menentukan ciri makhluk hidup yang diamati, berbagai jenis makhluk hidup memiliki persamaan dan perbedaan ciri. Persamaan dan perbedaan ciri pada makhluk hidup inilah yang digunakan sebagai dasar klasifikasi.

Pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup merupakan materi yang memerlukan praktik langsung atau kegiatan yang mendukung siswa untuk


(31)

melakukan proses klasifikasi secara langsung, agar siswa lebih memahami materi tersebut, tetapi dalam praktiknya pembelajaran dan kegiatan praktikum materi klasifikasi makhluk hidup hanya bersumber dengan buku paket. Panduan praktikum yang terdapat di buku paket sebagian besar tidak memberikan contoh-contoh yang dapat ditemui siswa di lingkungan sekitarnya, sehingga siswa hanya dapat memahami dalam tataran konsep.

Pengelompokan dan pengklasifikasian herpetofauna merupakan salah satu contoh mengenai pembelajaran klasifikasi makhluk hidup yang dapat dipraktikkan serta dipelajari siswa di lingkungan sekitarnya.

H. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka diatas, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3 Kerangka berpikir Berlakunya KTSP dalam kurikulum pembelajaran Hasil belajar siswa yang rendah Keterbatasan penggunaan sumber belajar/media pembelajaran

Mengembangkan sebuah sumber belajar baru yang dapat digunakan oleh siswa

 Pengembangan buku panduan yang dapat digunakan siswa sebagai sumber belajar

 Buku yang dikembangkan layak menurut standart penilaian kelayakan buku biologi SMP/Mts BNSP

 Hasil belajar siswa dapat mencapai KKM ≥ 75 Pembelajaran

hanya menggunakan

buku paket

Buku panduan lapangan herpetofauna di kampus Unnes

Dapat menarik minat belajar siswa Memberikan

contoh nyata keanekaragaman makhluk hidup di sekitar


(32)

21

Gambar 4 Lokasi kampus Universitas Negeri Semarang (sumber : googleearth)

A. Penelitian Keanekaragaman Herpetofauna 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah kampus Unnes, lokasi penelitian dibagi dalam 8 (delapan) Area yaitu area 1 kawasan penghijauan dekat gerbang Unnes, area 2 Rektorat, area 3 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan Embung, area 4 kebun eduwisata Unnes, dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), area 5 kawasan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), area 6 kawasan Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ekonomi (FE), area 7 kawasan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dan Fakultas Teknik (FT) dan area 8 kawasan lapangan golf dan lapangan bola. Waktu penelitian bulan Januari 2011 – Mei 2011.

Keterangan :

1 : Area kebun dekat gerbang 5 : Area FIP

2 : Area rektorat 6 : Area FIS,FE dan FH 3 : Area FBS dan Embung 7 : Area FIK dan FT

4 : Area kebun eduwisata 8 : Area lapangan golf UNNES dan FMIPA dan lapangan bola


(33)

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis herpetofauna (Amfibi dan Reptil) yang ada di kampus Unnes. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis herpetofauna yang teramati/tertangkap di beberapa area di kampus Unnes.

3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah keanekaragaman jenis herpetofauna. Variabel bebasnya adalah faktor lingkungan di beberapa lokasi penelitian di kampus Unnes.

4. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Senter/headlamp, kantong kain, spidol, jam, alat pengukur lingkungan, caliper, mistar, buku catatan lapangan, pensil, kamera, buku identifikasi Amfibi dan Reptil, Tally Sheet

pengamatan herpetofauna.

5. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksplorasi keanekaragaman herpetofauna dengan metode Visual Encounter Survey(VES) dan Random (Wide Patrolling) (Mistar 2003), serta data keanekaragaman herpetofauna akan dikembangkan menjadi sebuah buku panduan lapangan dengan pendekatan R&D (Research and Development).

6. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah kerja penelitian ditempuh dengan empat tahap, antara lain :

a. Persiapan

1) Pengumpulan pustaka yang memuat berbagai informasi tentang herpetofauna dan habitatnya.

2) Identikasi kawasan/tempat yang akan diteliti melalui peta lokasi. 3) Pengumpulan alat-alat penelitian.


(34)

b. Pelaksanaan

Kegiatan pengambilan data dilakukan pada pagi dan malam hari. Pagi hari dilakukan pada pukul 09.00-12.00 WIB, dan malam hari dilakukan pada pukul 20.00-23.00 WIB. Metode untuk pengambilan data herpetofauna menggunakan metode Visual Encounter Survey(VES) pada habitat terestrial dan habitat aquatik (Hayer 1994). Pemilihan metode VES dengan asumsi, bahwa 1). Setiap individu dari semua jenis mempunyai kesempatan yang sama untuk diamati, 2). Setiap jenis menyukai tempat atau habitat yang sama, 3). Semua individu hanya dihitung satu kali dalam pengamatan, dan 4). Hasil penelitian merupakan hasil pengamatan lebih dari satu orang. Melalui metode ini peneliti menentukan suatu area yang akan dijadikan lokasi pengamatan kemudian melakukan pencarian secara Random (wide patrolling), metode Random sering dikenal dengan Wide Patrolling umum dilakukan oleh peneliti, karena waktu yang terbatas dan dapat menjangkau area yang luas, serta memerlukan sedikit personil dalam koleksi data. Pencarian ditujukan pada tempat-tempat yang umumnya digunakan herpetofauna untuk beraktifitas, dilakukan oleh 5 orang yang pada masing-masing area pengamatan dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali.

Semua individu yang dijumpai dihitung setiap pengamatan, dan apabila dijumpai jenis yang masih ragu dalam identifikasi, atau memerlukan suatu spesimen maka individu tersebut dibawa pulang, kemudian spesimen tersebut diawetkan untuk identifikasi lebih lanjut.

Adapun data yang diambil dalam penelitian ini antara lain :

1) Data satwa, meliputi : jenis, jumlah individu tiap jenis, ukuran snout-vent length yaitu panjang tubuh dari moncong hingga kloaka (Gambar 4) tiap jenis, jenis kelamin, waktu saat ditemukan, perilaku dan posisi satwa di lingkungan habitatnya.


(35)

2) Data habitat berdasarkan checklist Heyer et al.(1994), meliputi: tanggal dan waktu pengambilan data, nama lokasi, substrat/lingkungan tempat ditemukan, tipe vegetasi dan ketinggian, posisi horisontal terhadap badan air, posisi vertikal terhadap permukaan air, suhu udara, kelembaban udara dan data fisik lainnya.

3) Data sekunder yang diperlukan adalah informasi tentang Amfibi dan Reptil untuk penyusunan buku panduan lapangan.

Semua satwa yang ditemukan ditangkap dan diidentifikasi menggunakan buku “ Amphibi Jawa dan Bali (Djoko T.Iskandar 1998), “panduan lapangan amphibi Kawasan Ekosistem Leuser” (Mistar 2003) Panduan Lapangan

Amfibi & Reptil di Area Mawas Propinsi Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus) (Mistar 2008), setelah identifikasi kemudian dilakukan morfometri pengukuran faktor lingkungan serta pencatatan hasil kedalam Tally Sheet.

c. Analisis data keanekaragaman herpetofauna.

d. Penyusunan serta validasi buku panduan lapangan keanekaragaman herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang sebagai sumber belajar siswa SMP/MTs oleh pakar yaitu Drs. Partaya, M.Si sebagai pakar materi, dan Prof. Dr. Sri Mulyani Endang S, M.Pd sebagai pakar media

7. Analisis Data

Komponen habitat dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan pada saat survey. Analisis data satwa dilakukan melalui dua tahap. Tahap

Gambar 5 Ukuran SVL (Snout Vent Length) pada katak (garis : a - b) (sumber : Darmawan 2008)


(36)

pertama yaitu mengidentifikasi jenis-jenis herpetofauna yang ditemukan pada setiap lokasi pengamatan. Identifikasi jenis herpetofauna menggunakan buku panduan seperti Iskandar (1998); Mistar (1998); kusrini et al (2007). Apabila terdapat jenis herpetofauna yang tidak teridentifikasi maka dilakukan pembuatan spesimen dengan menggunakan alkohol 70% yang berguna untuk identifikasi lebih lanjut.

Tahap kedua yaitu menganalisis data secara statistik deskriptif berdasarkan jumlah jenis herpetofauna yang ditemukan.

B. Pengembangan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Biologi

Data keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Unnes di kumpulkan dan diolah, selanjutnya adalah tahap penyusunan dan pengembangan ke dalam bentuk buku panduan yang layak digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa. Penyusunan buku panduan lapangan herpetofauna di kampus Unnes diharapkan mampu menambah ketertarikan serta pemahaman siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup, serta layak digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa dalam memahami prinsip-prinsip keanekaragaman makhluk hidup. 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah dosen jurusan Biologi FMIPA Unnes, guru biologi serta siswa kelas VII SMP Teuku Umar. Dosen Biologi sebagai tim ahli berjumlah dua orang, diantaranya adalah dosen ahli materi dan dosen ahli media. Uji coba produk diterapkan pada skala kecil, yaitu memilih beberapa siswa dari kelas VII 2 (dua) sebagai sampel. Adapun teknik pengambilan sampel melalui Cluster Random Sampling. Uji produk skala besar diterapkan pada lingkup yang lebih besar, yaitu semua siswa di kelas VII 1 (satu) dan VII 8 (delapan) yang dijadikan sampel penelitian.

2. Obyek Penelitian

Obyek tentang penelitian dalam penelitian ini adalah buku panduan lapangan keanekaragaman herpetofauna di kampus Unnes. Buku ini nantinya akan diuji kelayakannya menurut BSNP oleh para pakar. Pakar yang dimaksudkan


(37)

disini adalah dosen Jurusan Biologi FMIPA Unnes yaitu Drs. Partaya, M.Si sebagai pakar materi dan, Prof. Dr. Sri Mulyani Endang S, M.Pd sebagai pakar media

3. Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan desain Research and Development(R&D).

Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2009). Produk tertentu dapat dihasilkan dengan menggunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan, dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pengembangan buku panduan lapangan herpetofauna menggunakan metode Research and Development (R&D) yang diadaptasi dari Sugiyono (2006) adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Langkah-langkah penelitian Research and Development(R&D) Potensi dan

Masalah

Pengumpulan

Data Desain Produk

Validasi Desain Oleh 2 orang pakar (dosen) yaitu pakar materi

dan pakar media Revisi

Desain Uji Coba Produk

skala kecil pada beberapa siswa di kelas VII 2 (dua) di SMP Teuku Umar

Revisi Produk

Uji Coba Produk skala besar pada semua siswa di kelas

VII 1 (satu) dan 8 (delapan) di SMP

Teuku Umar

Revisi Produk Produk Final


(38)

a. Potensi dan Masalah

Potensi yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah keanekaragaman herpetofauna yang ada di kampus Unnes yang dapat dijadikan contoh penjabaran mengenai konsep keanekaragaman makhluk hidup yang dapat dikembangkan/disusun menjadi sebuah buku panduan lapangan untuk digunakan siswa sebagai sumber belajar.

Masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya bentuk buku sebagai sumber belajar yang dapat menunjang siswa mempelajari contoh-contoh keanekaragaman makhluk hidup secara khusus seperti hasil observasi di SMP Teuku Umar, dimana sumber belajar yang dipakai hanya buku paket yang kurang dapat menunjang siswa untuk mempelajari fenomena-fenomena keanekaragaman makhluk hidup.

b. Pengumpulan Data

Data dan foto-foto jenis herpetofauna didapat dari penelitian yang dilakukan di kampus Unnes dengan metode VES (visual encounter survey) dan dari sumber-sumber pustaka seperti buku panduan identifikasi Amfibi dan Reptil.

c. Desain Produk

Produk yang akan dikembangkan berupa buku panduan lapangan herpetofauna di kampus Unnes yang mudah dipahami untuk siswa SMP/MTs yang dapat membantu siswa memahami keanekaragaman herpetofauna sebagai penjabaran konsep keanekaragaman makhluk hidup.

d. Validasi Desain

Produk awal akan dievaluasi dan divalidasi oleh pakar ahli. Penulis meminta bantuan dua orang dosen untuk menilai produk ini dengan menggunakan acuan standar kelayakan bahan ajar menurut BSNP. Dosen Biologi yang menjadi tim ahli adalah Drs. Partaya, M.Si sebagai pakar materi, dan, Prof. Dr. Sri Mulyani Endang S, M.Pd sebagai pakar media.


(39)

e. Revisi Desain

Merevisi kekurangan dan menyempurnakan desain berdasarkan hasil evaluasi para pakar. Menyiapkan untuk uji coba produk skala kecil.

f. Uji Coba Produk skala kecil

Uji coba produk dilakukan kepada beberapa siswa di kelas VII 2 (dua) SMP Teuku Umar yang dipilih secara acak. Mengumpulkan angket tanggapan siswa dan guru mengenai produk dan hasil evaluasi siswa untuk mengetahui pemahaman siswa setelah menggunakan produk.

g. Revisi Produk

Mengevaluasi hasil uji coba produk. Mengkaji setiap kekurangan dan menyempurnakan kekurangan yang ada. Menyiapkan untuk uji coba produk skala besar.

h. Uji Coba Skala besar

Produk yang telah direvisi kemudian di uji cobakan dengan skala besar pada semua siswa di kelas VII 1 (satu) dan VII 8 (delapan) SMP Teuku Umar. Mengumpulkan kembali hasil tanggapan siswa dan guru mengenai produk hasil revisi kedua serta mengumpulkan hasil evaluasi siswa.

i. Revisi Produk

Mengevaluasi hasil uji coba pemakaian. Menyempunakan produk berdasarkan masukan dari uji coba pemakaian sehingga menghasilkan produk final.

j. Produk final

Produk final ini berupa sumber belajar yang layak digunakan siswa untuk mempelajari materi keanekaragaman makhluk hidup.


(40)

5. Data dan Cara Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, data dan cara pengambilan datanya adalah sebagai berikut:

a. Data keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), diperoleh dengan metode eksplorasi

b. Data tentang penilaian pakar, yaitu diperoleh dengan menggunakan lembar penilaian pakar

c. Data tanggapan guru dan siswa tentang bahan ajar yang dikembangkan, diperoleh dari angket tanggapan guru dan angket tanggapan siswa

d. Data hasil evaluasi siswa.

6. Analisis Data

a. Data tentang instrumen penilaian kelayakan buku panduan oleh 2 (dua) orang pakar (dosen), dianalisis dengan uji deskriptif persentase dengan rumus (Sudijono 2006) :

Keterangan :

P = angka persentase f = skor yang diperoleh

skor 4 = sangat setuju skor 3 = setuju skor 2 = kurang setuju

skor 1 = tidak setuju sama sekali N = skor keseluruhan

Kriteria penskoran hasil penilaian buku panduan lapangan : 1) Sangat layak, apabila produk mendapat skor 81,26 % - 100% 2) Layak, apabila produk mendapat skor 62,51% - 81,25% 3) Cukup layak, apabila produk mendapat skor 43,76% - 62,50% 4) Tidak layak, apabila produk mendapat skor 25% - 43,75%

%

100

x

N

f

P


(41)

b. Data Tanggapan Siswa dan Guru

Data angket tanggapan siswa dan guru diukur dengan skor :  Jawaban ya = 1

 Jawaban tidak = 0

Data yang telah diberi skor kemudian dijumlahkan lalu diprosentasekan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = angka persentase data angket f = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum (Sudijono 2006)

Hasil persentase data deskripsi dengan kriteria sebagai berikut 1) Sangat baik, apabila produk mendapat skor 81% - 100% 2) Baik, apabila produk mendapat skor 61% - 80%

3) Cukup baik, apabila produk mendapat skor 41% - 60% 4) Kurang baik, apabila produk mendapat skor 21% - 40% 5) Tidak baik, apabila produk mendapat skor ≤ 20%.

c. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif. 1) Menghitung nilai evaluasi siswa

Nilai evaluasi akhir = x 100

2) Menghitung nilai LDS

Nilai LDS = x 100

3) Menghitung nilai penugasan

Nilai tugas = x 100

4) Menghitung nilai hasil belajar

Nilai hasil belajar = . . .

%

100

x

N

f

P


(42)

5) Menentukan nilai batas lulus individual siswa oleh peneliti yaitu ≥75. Nilai ini berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan pada mata pelajaran Biologi di SMP Teuku Umar

6) Menentukan presentase kelulusan siswa secara klasikal dengan rumus :

Kelulusan Klasikal = x 100%

7. Indikator kinerja

Penyusunan buku dikatakan layak apabila hasil analisis data penilaian oleh tim ahli menyatakan ≥64% buku layak digunakan sebagai sumber belajar menurut syarat kelayakan BSNP, buku yang disusun mendapatkan tanggapan positif dari guru dan siswa mencapai ≥61% dan dikatakan efektif apabila ≥75% siswa mendapat nilai hasil belajar ≥ 75.


(43)

32

Hasil penelitian pengembangan buku panduan lapangan keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Unnes meliputi daftar jenis herpetofauna yang terdapat di kampus Unnes, hasil kelayakan buku oleh pakar, tanggapan siswa dan guru tentang buku yang dikembangkan sebagai sumber belajar materi keanekaragaman makhluk hidup.

1. Keanekaragaman jenis herpetofauna

Hasil penelitian menemukan sebanyak 22 jenis herpetofauna yang terdiri atas 10 jenis Amfibi dari ordo Anura dan 12 jenis Reptil dari ordo Squamata (Tabel 1). Amfibi yang paling banyak ditemukan adalah Bufo melanostictus, jenis ini ditemukan di 9 lokasi pengamatan dan Reptil yang paling banyak ditemukan adalah Hemidactilus frenatus, kemudian untuk jenis Amfibi dan Reptil yang paling sedikit ditemukan adalah Bufo asper dan jenis Reptil dari subordo Serpentes (Ophidia).

IUCN red list (2012) menyebutkan semua jenis Amfibi dan Reptil yang ditemukan di Unnes memiliki status perlindungan Least concern (LC) yaitu jenis yang beresiko rendah terhadap kepunahan karena jumlah dan persebaran masih banyak. Jenis-jenis tersebut bukan merupakan jenis yang dilindungi undang-undang maupun peraturan pemerintah.

Tabel 1 Jenis-jenis herpetofauna di kampus Unnes

No Jenis herpetofauna Lokasi penemuan Nama Indonesia Nama Ilmiah

1 Kodok Buduk/Kodok Puru Bufo melanostictusSchneider, 1799

Gerbang Unnes, Rektorat, FBS, FMIPA, FIP, FIS, FIK &FT, lapangan golf 2 Kodok Buduk

Sungai/Kodok Puru Bufo asper Gravenhorst, 1829 FBS 3 Katak sawah/Katak Hijau Fejervarya cancrivora Gravenhorst,

1829 FIP, Lapangan Golf

4 Katak Tegalan Fejervarya limnocharis Boie,1835 Gerbang Unnes, FBS, FIP, FIS, Lapangan Golf 5 Bancet Hijau Occidozyga limaGravenhorst, 1829 FMIPA, Lapangan Golf


(44)

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Lokasi Penemuan

6 Bancet Rawa Sumatra Occidozyga sumatrana Peters, 1877

Gerbang Unnes, FBS, FMIPA, FIP, FIS, Lapangan Golf

7 Kongkang Kolam Rana chalconota Schlegel,1837 FBS, FMIPA 8 Katak Pohon Bergaris Polypedates leucomystax

Gravenhorst, 1829

Gerbang Unnes, FBS, FMIPA, FIP, FIK & FT 9 Belentuk Kaloula baleata Muller, 1836 Gerbang Unnes, Rektorat,

FBS, FIK & FT 10 Percil Berselaput Microhyla palmipesBoulenger,

1897 Gerbang Unnes, FBS

11 cicak batu Gymnodactylus marmoratus Boulenger, 1885

Gerbang Unnes, FMIPA, FIP, FIS

12 cicak rumah Gehyra mutilata Boulenger, 1885 FBS, FMIPA, FIP, FIS, FIK & FT

13 cicak kayu Hemidactilus frenatusBoulenger, 1885

Gerbang Unnes, Rektorat, FBS, FMIPA, FIP, FIS, FIK &FT, Lapangan Golf 14 tokek rumah Gecko gecko Linneus, 1758 Gerbang Unnes, FMIPA, FIP,

FIS 15 cicak terbang Draco volansBoulenger, 1885 FMIPA 16 Bunglon hijau Bronchocela cristatella Kuhl,

1820

Gerbang Unnes, FMIPA, FIP, FIS

17 Kadal kebun Mabouya multifasciata Kuhl, 1820 Gerbang Unnes, FBS 18 Kadal rumput Trachydomus sexlineatus

Boulenger, 1887

Gerbang Unnes, FBS, FIP, FIS

19 Ular gadung Ahaetulla prasinaBoei, 1827 FMIPA, FIP, FIK & FT 20 Ular siput Pareas carinatus Wagler, 1830 FMIPA

21 Ular kisik/lariangon Xenochrophis vittatus Linneus,

1758 FMIPA

22 Ular tambang Dendrelaphis pictus Gmelin, 1789 FIK & FT *Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 3

2. Penilaian Kelayakan oleh pakar

Penilaian kelayakan buku panduan lapangan dinilai oleh dua pakar yaitu Drs. Partaya, M.Si sebagai pakar materi dan Prof. Dr. Sri Mulyani Endang S, M.Pd sebagai pakar media. Kedua pakar tersebut adalah dosen Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang. Komponen penilaian dari kedua pakar berbeda namun merupakan satu kesatuan. Pakar menilai berdasarkan lembar penilaian bahan ajar mengacu pada penilaian BSNP. Penilaian kelayakan oleh pakar menunjukkan kriteria sangat layak, dengan persentase untuk ketiga komponen >81,26% yaitu komponen kelayakan isi sebesar 85%, komponen kebahasaan sebesar 100% dan komponen penyajian sebesar 97% (Tabel 2).


(45)

Tabel 2 Penilaian pakar materi dan pakar media

No Komponen Skor %

1 Komponen Kelayakan Isi 34 85

2 Komponen Kebahasaan 44 100

3 Komponen Penyajian 31 97

Jumlah Skor 109 282

Skor Total 116 300

% Kelayakan 94%

Kriteria Sangat layak

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 4

Hasil penilaian oleh kedua pakar menunjukkan bahwa bahan ajar yang disusun memiliki persentase kelayakan 94% yaitu memiliki kriteria kelayakan sangat layak (Tabel 3), disamping itu diperoleh pula masukan/tanggapan untuk memperbaiki buku panduan yang dikembangkan.

Tabel 3 Saran dan perbaikan pada buku panduan lapangan herpetofauna Unnes

No Saran Perbaikan

1 Margin untuk beberapa halaman terlalu sempit

Penataan untuk margin halaman dan jarak antar kalimat

2 Pemberian dan peletakan keterangan gambar

Menambahkan keterangan gambar 3 Masih adanya beberapa salah

cetak huruf

Merevisi beberapa salah cetak yang ada

4 Penggunaan bahasa yang kurang sesuai dengan kaidah penulisan bahasa indonesia yang benar

Menyesuaikan bahasa sesuai dengan kaidah penulisan bahasa indonesia yang benar

5 Gambar dengan latar belakang hitam sebaiknya lebih di perhatikan penampakan obyeknya

Gambar dengan latar belakang hitam diedit dan diberi pencahayaan lebih agar obyek dapat terlihat jelas

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 5 & 6

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa masih adanya kekurangan pada buku panduan lapangan herpetofauna yang perlu diperbaiki, saran tersebut digunakan sebagai dasar merevisi sehingga dihasilkan buku panduan lapangan herpetofauna yang lebih baik


(46)

3. Hasil Uji Coba Skala Kecil

Data hasil belajar uji coba kala kecil menunjukkan buku panduan lapangan herpetofauna layak sebagai sumber belajar. Hasil ketuntasan klasikal siswa sebesar 80%, dengan persentase ketuntasan klasikal minimal ≥75% dengan nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75, tetapi masih terdapat 2 (dua) siswa yang tidak tuntas KKM yang telah ditetapkan dengan nilai akhir 71 dan 73 (Tabel 4).

Tabel 4 Hasil belajar siswa uji coba skala kecil Kode

siswa Nilai LDS

Nilai Tugas

Nilai Evaluasi

Nilai

akhir Keterangan

UK-01 79 80 60 71 Tidak Tuntas

UK-02 79 80 80 80 Tuntas

UK-03 84 80 75 79 Tuntas

UK-04 84 83 75 80 Tuntas

UK-05 84 80 80 81 Tuntas

UK-06 79 80 85 82 Tuntas

UK-07 84 83 60 73 Tidak Tuntas

UK-08 79 80 80 80 Tuntas

UK-09 79 80 80 80 Tuntas

UK-10 84 83 75 80 Tuntas

Rata-rata nilai akhir 79 ∑ Siswa tuntas 8 ∑ Siswa tidak tuntas 2 ∑ Ketuntasan klasikal 80%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 10

Tanggapan siswa menyatakan bahwa buku panduan lapangan herpetofauna menarik dan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi keanekaragaman makhluk hidup, semua aspek mendapat tanggapan sangat baik, namun pada aspek point 8 (delapan) “apakah mengalami kesulitan dalam menggunakan buku panduan” mendapat tanggapan negatif dari siswa sebesar 20% (Tabel 5).


(47)

Tabel 5 Tanggapan siswa uji coba skala kecil

No Aspek yang Ditanyakan Ya Tidak

% %

1 Pertama kali menggunakan buku seperti ini pada materi

keanekaragaman makhluk hidup 10 100% 0 0%

2 Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

UNNES” menarik untuk anda 10 100% 0 0%

3

Dengan menggunakan buku“mengenal lebih dekat

herpetofauna kampus UNNES”,anda dapat lebih

memahami contoh keanekaragaman makhluk hidup

10 100% 0 0%

4

Buku mengenal lebih dekat herpetofauna kampus UNNES mampu menambah referensi atau (sumber acuan) dalam belajar keanekaragaman makhluk hidup

10 100% 0 0% 5 Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami 10 100% 0 0% 6 Huruf cetak (tulisan) dalam buku mudah terbaca 10 100% 0 0% 7

Gambar/foto yang terdapat dalam buku menarik dan menambah pengetahuan anda dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup

10 100% 0 0% 8 Terdapat kesulitan dalam menggunakan buku “mengenal

lebih dekat herpetofauna kampus UNNES” 8 80% 2 20%

9

Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

UNNES” menambah minat anda untuk mempelajari

keanekaragaman makhluk hidup di lingkungan sekitar

10 100% 0 0%

10 Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

UNNES”mampu mengarahkan anda untuk belajar mandiri 10 100% 0 0%

Rata-rata 98% 2%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 14

4. Data Uji coba Skala Besar

Uji coba skala besar dilakukan pada kelas VII 1 dan VII 8 SMP Teuku Umar, dengan jumlah sampel adalah seluruh siswa dari dua kelas tersebut. Persentase ketuntasan klasikal pada kelas VII 1 (satu) dan VII 8 (delapan) sebesar 81% dan 79%, hal ini sudah mencapai target penelitian yang ditetapkan yaitu persentase ketuntasan klasikal ≥75% siswa mencapai hasil belajar ≥75(Tabel 6).

Tanggapan siswa menunjukkan hasil yang sangat baik dengan jumlah persentase tanggapan positif sebesar 92% (Tabel 7). Tanggapan guru terhadap buku panduan lapangan herpetofauna menunjukkan hasil yang sangat baik dengan jumlah persentase tanggapan positif sebesar 100% (Tabel 8).


(48)

Tabel 6 Hasil belajar siswa uji coba skala besar

Data VII 1 VII 8

Jumlah siswa 31 34

Rata-rata nilai hasil belajar 77 77

Nilai tertinggi 84 84

Nilai terendah 69 68

∑Siswa tuntas 25 27

∑Siswa tidak tuntas 6 7

∑ketuntasan klasikal 81% 79%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 16

Tabel 7 Tanggapan siswa uji coba skala besar

No Aspek yang Ditanyakan Ya Tidak

% %

1 Pertama kali menggunakan buku seperti ini pada materi

keanekaragaman makhluk hidup 48 74% 17 26%

2 Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

UNNES” menarik untuk anda 65 100% 0 0%

3

Dengan menggunakan buku“mengenal lebih dekat

herpetofauna kampus UNNES”,anda dapat lebih memahami

contoh keanekaragaman makhluk hidup

65 100% 0 0%

4 Buku mengenal lebih dekat herpetofauna kampus UNNES

mampu menambah referensi atau (sumber acuan) dalam belajar keanekaragaman makhluk hidup

60 92% 5 8%

5 Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami 57 88% 8 12% 6 Huruf cetak (tulisan) dalam buku mudah terbaca 63 97% 2 3% 7

Gambar/foto yang terdapat dalam buku menarik dan menambah pengetahuan anda dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup

61 94% 4 6%

8 Terdapat kesulitan dalam menggunakan buku “mengenal lebih

dekat herpetofauna kampus UNNES” 55 85% 10 15%

9

Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

UNNES” menambah minat anda untuk mempelajari

keanekaragaman makhluk hidup di lingkungan sekitar

59 91% 6 9%

10 Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

UNNES”mampu mengarahkan anda untuk belajar mandiri 63 97% 2 3%

Rata-rata 92% 8%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 20

Tanggapan siswa pada uji coba skala besar pada penggunaan buku panduan lapangan herpetofauna Unnes menunjukkan kriteria sangat baik yaitu mendapat persentase tanggapan positif ≥81, terdapat 2 (dua) aspek yang menunjukkan tanggapan positif sebesar 100%, tetapi terdapat juga aspek-aspek yang mendapat


(49)

tanggapan positif yang kurang yaitu aspek “apakah bahasa yang digunakan mudah dipahami” dengan persentase sebesar 88%, “apakah menemui kesulitan dalam penggunaan buku” dengan persentase sebesar 85% dan 1 aspek menunjukkan kriteria baik sebesar 74% pada aspek “apakah siswa baru pertama kali menggunakan buku sejenis ini” (Tabel 7).

Tabel 8 Tanggapan guru terhadap buku panduan lapangan herpetofauna Unnes

No Aspek yang Ditanyakan Ya Tidak

% %

1

Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus UNNES” dapat membantu dan mempermudah bapak/ibu dalam mengajarkan materi keanekaragaman makhluk hidup

100%

0%

2 Isi dari buku UNNES”sudah sesuai dengan standart kompetensi dan kompetensi “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus dasar yang telah ditetapkan BSNP

100% 0%

3 Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan sesuai dengan tingkat

pemahaman siswa 100% 0%

4 Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus UNNES”

mampu menambah referensi belajar peserta didik 100% 0% 5 Isi dalam buku UNNES” mampu membantu peserta didik memahami dan menemukan “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus

konsep materi yang diajarkan

100% 0% 6 Penggunaan huruf cetak (tulisan) dalam buku jelas dan mudah terbaca 100% 0% 7

Gambar/foto dalam buku “mengenal lebih dekat herpetofauna

kampus UNNES” memudahkan peserta didik memahami contoh

keanekaragaman makhluk hidup

100% 0%

8

Urutan penyajian dalam buku “mengenal lebih dekat herpetofauna

kampus UNNES” sudah runtut dan sistematis sehingga mudah

dipahami

100% 0%

9

Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus UNNES” dapat menambah minat siswa untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup di lingkungan sekitar

100% 0% 10 Buku “mengenal lebih dekat herpetofauna kampus UNNES” dapat

menunjang pembelajaran yang aktif 100% 0%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 22

Tanggapan guru terhadap pemanfaatan buku panduan lapangan lapangan herpetofauna Unnes menunjukkan kriteria sangat baik dengan persentase tanggapan positif sebesar 100% (Tabel 8). Buku ini dapat menambah pengetahuan siswa serta dapat menarik minat belajar siswa dengan pemberian contoh-contoh yang dilengkapi gambar tentang keanekaragaman makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar siswa.


(50)

B. Pembahasan

1. Keanekaragaman jenis herpetofauna

Penelitian keanekaragaman jenis herpetofauna yang dilakukan berlokasi di kampus Unnes (Universitas Negeri Semarang), hasil yang didapat adalah 22 jenis herpetofauna yang terdiri dari 10 jenis Amfibi dan 12 jenis Reptil. Jenis amfibi dan reptil yang tercatat di jawa sebanyak 38 jenis amfibi dan 167 jenis reptil (Iskandar & Colijin 2000). Penelitian keanekaragaman jenis herpetofauna di kampus Unnes ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Rahayuningsih & Abdullah (2012), tetapi terdapat penambahan 1 (satu) jenis dari masing-masing kelompok Amfibi maupun Reptil yaitu Bufo asper dan

Pareas carinatus. Perbedaan ini antara lain disebabkan perbedaan plot atau wilayah pengamatan herpetofauna, penelitian sebelumnya membagi kawasan pengamatan menjadi 4 (empat) plot kawasan pengamatan, sementara dalam penelitian ini membagi kawasan menjadi 8 (delapan) plot pengamatan dengan luasan plot yang lebih kecil dari penelitian sebelumnya, dengan tujuan agar cakupan kawasan pengamatan tidak terlalu luas dan proses pencarian lebih mudah karena luasan pencarian lebih sempit.

Jenis-jenis Amfibi yang didapat terdiri dari 4 (empat) famili dari 5 (lima) famili yang terdapat di Pulau Jawa yaitu famili Bufonidae, Ranidae, Microhylidae dan Rhacoporidae. Amfibi yang didapat sebagian besar ditemukan di lokasi-lokasi yang terdapat sumber air. Jenis-jenis Reptil yang dijumpai berasal dari ordo Squamata yang terdiri dari 4 famili dari subordo Lacertilia yaitu Lacertidae, Gekkonidae, Agamidae, Scincidae dan famili Colubridae dari subordo Ophidia (Lampiran 3).

Lokasi pengamatan yang memiliki kekayaan jenis Amfibi tertinggi adalah plot 3 (tiga) Fakultas Bahasa dan Seni, lokasi ini memiliki sumber-sumber air berupa embung dan terdapat banyak kolam-kolam/genangan air saat musim hujan. Iskandar (1998) menyatakan terdapatnya sumber air merupakan habitat yang ideal karena Amfibi hidup selalu berasosiasi dengan air untuk bertelur dan berkembang, selain itu air dapat menjaga perubahan temperatur pada tubuhnya.


(51)

Lokasi pengamatan dengan kekayaan jenis Reptil tertinggi adalah plot 4 (empat) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lokasi ini memiliki gedung perkuliahan dengan dikelilingi pepohonan. Kebun Eduwisata Unnes yang merupakan area hijau dengan banyak jenis pohon maupun tanaman perdu dan semak menjadi lokasi yang baik bagi habitat Reptil. Lokasi dengan banyak pepohonan mendukung Reptil dalam bertahan hidup, serta keberadaan area terbuka diperlukan Reptil dalam pengaturan thermoregulasi tubuhnya (Wanger 2011).

Reptil arboreal seperti ular Ahaetulla prasina dan jenis-jenis dari famili Agamidae (bunglon) akan aktif mencari makan pada siang hari di ranting pohon dan semak-semak sedangkan pada malam hari mereka bersembunyi di batang pohon atau diantara dedaunan. Reptil dari famili Geckonidae (cicak dan tokek) lebih banyak ditemukan pada dinding rumah dan bangunan publik, dikarenakan serangga yang menjadi makanannya dapat dengan mudah ditemukan disekitar lampu-lampu pada bangunan tersebut (Deris 2006; Endarwin 2006). Jenis makanan Gecko gecko seperti dinyatakan oleh Norval (2011) adalah jenis-jenis serangga dan juga cicak-cicak yang lebih kecil.

Jenis Amfibi dan Reptil yang paling sering ditemukan di 8 (delapan) plot pengamatan adalah Bufo melanostictus dan Hemydactilus frenatus. Iskandar (1998) menyatakan habitatBufo melanostictus adalah tempat – tempat yang dekat dengan hunian manusia, sehingga pada semua plot pengamatan mudah sekali dijumpai jenis ini. Jenis ini dapat ditemukan di kolam-kolam air, di padang rumput ataupun di bawah pepohonan, secara umum jenis ini hidup di permukaan tanah (terestrial). Bufo melanostictus merupakan jenis umum yang sering ditemui dan memiliki tingkat perjumpaan serta kelimpahan jenis yang paling tinggi, diungkapkan hal ini dikarenakan jenis ini merupakan jenis Amfibi yang mudah beradaptasi terhadap gangguan manusia (Fitriet al. 2008; Mumpuni 2011; Phade & Ghate 2002).

Jenis Reptil dengan tingkat perjumpaan paling banyak adalah Hemydactilus frenatus, jenis ini merupakan jenis yang mudah beradaptasi dengan gangguan manusia, secara umum jenis-jenis Reptil dari famili Gekkonidae merupakan jenis


(52)

yang paling banyak dijumpai diantaranya Gehyra mutilata, Gymnodactylus marmoratus dan Gecko gecko(Deris 2006). IUCN Red List (2012) menyebutkan

Hemydactilus frenatus memiliki populasi yang besar di seluruh dunia, umum ditemukan di bebatuan, pepohonan dan di dekat sumber cahaya/lampu di sebuah bangunan.

Hasil pendataan keanekaragaman jenis herpetofauna merupakan contoh dari keanekaragaman makhluk hidup di lingkungan sekitar yang dapat diimplementasikan ke dalam sebuah buku panduan lapangan herpetofauna yang diharapkan dapat digunakan oleh siswa SMP/Mts kelas VII dalam mempelajari materi keanekaragaman makhluk hidup pada standar kompetensi mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

2. Penilaian kelayakan oleh pakar

Penilaian kelayakan buku panduan lapangan herpetofauna Unnes ini dilakukan dengan metode angket yang mengacu pada penilaian kelayakan buku biologi oleh Badan standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang meliputi tiga komponen penilaian yaitu komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan serta komponen penyajian, ketiga kompenen tersebut merupakan indikator untuk menilai bahwa sebuah buku memberikan pemantapan baik untuk guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai penggunanya, buku yang digunakan sebagai sumber belajar harus dapat memberikan pemantapan yang tinggi dengan kejelasan isi, bahasa yang mudah dipahami serta penyajian yang baik (Banowati 2007). Penilaian kelayakan dilakukan oleh dua orang pakar, yaitu dosen di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang berkompeten dalam materi vertebrata serta dosen yang berkompeten dalam penilaian kelayakan media pembelajaran berbentuk buku.

Hasil penilaian pakar menunjukkan bahwa buku panduan lapangan herpetofauna Unnes masuk kriteria sangat layak dengan persentase kelayakan 94%, dan dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk siswa dalam belajar materi keanekaragaman makhluk hidup. Hasil penilaian untuk masing-masing komponen memiliki nilai yang berbeda yaitu penilaian kelayakan oleh pakar


(53)

materi dan pakar media tentang buku panduan lapangan herpetofauna Unnes (Tabel 2).

Buku panduan lapangan ini berbeda dengan buku paket ataupun LKS yang biasa digunakan siswa, karena buku ini hanya mencangkup satu kompetensi dasar saja yaitu mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimiliki. Buku ini fokus membahas contoh keanekaragaman makhluk hidup pada kelompok hewan herpetofauna yaitu yang tergolong dalam kelas Reptil dan Amfibi. Menurut Sardiman (2005) belajar berarti mencari makna, proses mencari makna yang dilakukan oleh siswa didapat dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Pemberian contoh-contoh keanekaragaman herpetofauna dalam buku ini diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa yang dapat mereka lihat, alami serta dapat mereka amati mengenai contoh keanekaragaman makhluk hidup yang bisa mereka jumpai disekitar mereka .

Buku panduan lapangan herpetofauna Unnes juga dilengkapi dengan foto-foto asli jenis-jenis herpetofauna yang ada di kampus Unnes dan disusun dengan bentuk yang menarik. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa mengenai keanekaragaman makhluk hidup yang dapat mereka lihat dari foto yang ada dan menarik minat serta memotivasi siswa untuk mencari informasi yang lain. Hal ini didukung dengan penilaian kelayakan pakar materi (Lampiran 6) dimana pada subkomponen “merangsang keingintahuan” mendapatkan penilaian dengan kriteria yang baik. Informasi mengenai deskripsi jenis dan foto berbagai macam jenis herpetofauna juga merangsang siswa untuk dapat berfikir kritis dan mendorong siswa untuk mencari informasi lain berkaitan dengan jenis herpetofauna yang terdapat di buku maupun jenis lain yang ada di lingkungan sekitar. Penilaian komponen kelayakan isi dengan subkomponen akurasi materi, kemutakhiran dan merangsang keingintahuan mendapat skor penilaian kelayakan sebesar 85%.

Komponen kebahasaan dengan skor penilaian kelayakan sebesar 100% yang mencakup subkomponen sesuai dengan perkembangan peserta didik, komunikatif, lugas, koherensi dan keruntutan alur pikir, kesesuaian penggunaan bahasa asing serta penggunaan istilah dan simbol lambang, hal ini berarti semua aspek pada


(1)

104 Lampiran 23. Tanggapan guru


(2)

(3)

106 Lampiran 24. Dokumentasi penelitian

Guru dan peneliti membimbing jalannya pembelajaran

Siswa berdiskusi mengerjakan LDS

Siswa mengamati dan

mengidentifikasi ciri pada hewan percobaan

Siswa mempresentasikan hasil pengamatan


(4)

(5)

108 Lampiran 26. Surat ijin penelitian


(6)