PROSES ADAPTASI DAN GAMBARAN KECEMASAN PADA ANAK BINAAN LPKA.

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

PROSES ADAPTASI DAN GAMBARAN KECEMASAN PADA ANAK BINAAN LPKA

TIM PENELITI

Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A. NIP: 198105072010121002

David Hizkia Tobing, S.Psi., M.A. NIP: 198306192010121007

Drs. Supriyadi, MS NIP: …

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2015


(2)

Halaman Pengesahan:

---

1. Judul Penelitian : Proses adaptasi dan gambaran kecemasan pada anak binaan LPKA ---

2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar : Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A. b. Pangkat/Gol : Asisten Ahli/IIIb

c. NIP/NIDN : 198105072010121002/0007058109 d. Jabatan Fungsional/Stuktural : Asisten Ahli

e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : PS Psikologi

g. Fakultas : Kedokteran

h. Alamat Rumah/HP : Jl. Sakura IV/16A, Denpasar/085228531005 i. E-mail : herdiyanto@gmail.com

--- 3. Jumlah tim Peneliti : 3 orang

--- 4. Pembimbing

a. Nama lengkap dengan gelar : --- b. Pangkat/Gol/ : ---

c. NIP/NIDN : ---

d. Jabatan Fungsional/Stuktural : --- Psikologi FK Unud d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV) e. Program Studi/Jurusan : Psikologi

f. Fakultas : Kedokteran ---

5. Lokasi Penelitian : Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Karangasem ---

6. Kerjasama (kalau ada)

a. Nama Instansi : ... b. Alamat : ...

--- 7. Jangka waktu penelitian : 12 bulan

--- 8. Biaya Penelitian : Rp. 10.835.000,- ---

Denpasar, 2 September 2015

Mengetahui Ketua Peneliti

Kaprodi PS Psikologi FK UNUD

(Dra. Adijanti Marheni, M.Si.) (Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A.) NIP: 195810011985032001 NIP: 198105072010121002


(3)

DAFTAR ISI

Halaman sampul... Error! Bookmark not defined.

Halaman Pengesahan ... 2

DAFTAR ISI ... 3

JUDUL PENELITIAN... 3

BIDANG ILMU ... 3

LATAR BELAKANG ... 3

PERUMUSAN MASALAH ... 3

TUJUAN PENELITIAN ... 6

MANFAAT PENELITIAN ... 6

KAJIAN PUSTAKA ... 6

METODE PENELITIAN... 8

JADWAL KEGIATAN ... 9

PERSONALIA KEGIATAN ... 10

RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA (RAB) ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

1. JUDUL PENELITIAN

Proses adaptasi dan gambaran kecemasan pada anak binaan LPKA

2. BIDANG ILMU

Psikologi sosial

3. LATAR BELAKANG

Kriminalitas sebagai salah satu bentuk problema sosial merupakan kenyataan yang sudah sepatutnya dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Setiap tahun angka kriminalitas terus meningkat. Menurut Kapolri Timur Pradopo setiap tahunnya angka kriminalitas mengalami peningkatan sebesar 6% (Lensaindonesia.com, 2011). Oleh karena itu, peningkatan kriminalitas tersebut adalah hal yang serius yang harus ditangani oleh Negara Republik Indonesia.

Pada umumnya kriminalitas dilakukan oleh orang-orang dewasa. Walaupun faktanya kriminalitas banyak dilakukan oleh orang-orang dewasa, namun kriminalitas juga dilakukan oleh


(4)

anak-anak dan remaja. Setiap tahun kasus kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak semakin meningkat. Ini dikarenakan anak-anak terjebak dalam pola asosial yang makin lama dapat menjurus pada tindakan kriminal, seperti pemerasan, narkotika, pemerkosaan, pencurian, penganiayaan dan sebagainya (Waluyo, 2004).

Anak-anak yang melakukan tindak kriminalitas akan menjalani masa hukuman khusus yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak. Dalam penanganan tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh anak atau remaja, pemerintah memiliki intervensi tersendiri dan berbeda dengan penanganan tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa. Sehingga lembaga pemasyarakatan (LAPAS) untuk anak terpisah dengan LAPAS orang dewasa. Sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi narapidana anak telah banyak berubah, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusinya yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan Negara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Anak (Hardiani, 2012).

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1995 Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan anak didik pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas anak didik pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Anak, narapidana akan dibina dan tetap mendapatkan pendidikan. Pembinaan anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak digolongkan berdasarkan umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan (Undang-Undang No 12 tahun 1995, pasal 20).

Selama berlangsungnya pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, maka para narapidana anak tersebut akan dibina dengan kurikulum tertentu layaknya seperti orang sekolah, seperti : pendidikan agama, pendidikan umum, kursus keterampilan, olah raga, kesenian, serta kunjungan-kunjungan yang disebut asimilasi ke dalam atau ke luar lembaga pemasyarkatan. Asimilasi sebagai tujuan permasyarakatan menampakkan ciri utama berupa aktifnya kedua belah pihak, yaitu pihak narapidana dan keluarga narapidana dan masyarakat (Panjaitan & Widiarty,


(5)

2008). Salah satu contoh Lembaga Pemasyarakatan Anak yang memiliki sistem kurikulum tersebut adalah Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B Gianyar di Karangasem – Bali.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Gianyar, mencatat pada November 2013 jumlah narapidana anak adalah 21 orang yang terdiri dari berbagai macam jenis kejahatan. Jenis kejahatannya tersebut meliputi : kejahatan terhadap ketertiban, perkelahian, pencabulan, pembunuhan, pencurian, perampokan, narkoba, dan pidana lalu lintas. Lapas Kelas IIB Gianyar adalah salah satu lapas yang memiliki kurikulum pendidikan anak yang memprioritaskan hak pada anak. Hal ini ditunjukkan dengan bukti bahwa Lapas memberi kebijakan pada anak-anak lapas untuk bersekolah di sekolah umum setelah menjalani setengah masa hukuman dan berkelakuan baik. Hal lain yang diberikan lapas kepada anak-anak tersebut adalah pendidikan keterampilan, pendidikan agama, dan kesenian yang dapat menjadi modal anak-anak lapas ketika masa tahanan selesai.

Selama berada di Lapas, narapidana sadar, bahwa dia jauh dari keluarga dan diasingkan dari lingkungan sosialnya serba adanya pembatasan-pembatasan bagi kebebasannya. Keadaan serta terbatas inilah yang menurut Gaol (2006) menyebabkan napi merasa tidak aman, cemas dan ingin segera bebas. Namun, disisi lain napi merasa takut untuk bebas karena adanya penolakan sosial, pengasingan dan pengucilan dari masyarakat (Hardiani, 2012).

Stigma atas pidana penjara merupakan masalah utama bagi narapidana. Sebagaimana dikatakan Schafmeister (dalam Panjaitan & Widiarty, 2008) bahwa setiap narapidana merasakan kebutuhan untuk menyembunyikan identitas mereka. Kebanyakan dari mereka takut, untuk didalam lingkungan sosial, dikenal sebagai pelanggan penjara yang oleh setiap orang akan selalu ditunjuk-tunjuk. Penolakan terhadap bekas narapidana hingga sekarang sangat sulit dihilangkan. Sehingga mau tidak mau kecemasan akan hal tersebut pasti dialaminya.

Penjara merupakan lingkungan yang baru bagi para narapidana, terlebih bagi anak yang seharusnya masih dalam perhatian orang tua. Anak secara materi dan emosi masih tergantung dengan orang tua sehinga permasalahan kecemasan muncul dari faktor ini. Kecemasan ini nampak dari perasan anak yang merasa membuat malu bagi keluarga, perasaan membebani, dan perasaan yang menyangkut hubungan keluarganya (Hardiani, 2012). Tetapi ada pula narapidana anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua, lemahnya keadaan ekonomi keluarga serta keadaan keluarga yang tidak harmonis.


(6)

Berdasarkan hasil wawancara Bapak Kalapas Anak Kelas IIB Gianyar, I Ketut Artha, S.H., M.H yang dilakukan oleh peneliti pada Mei 2012 di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Gianyar, bahwa kebanyakan para narapidana anak cenderung merasa cemas saat menjalani masa orientasi dan saat menjelang bebas. Hal ini dikarenakan sebagian anak kurang mendapatkan perhatian maupun pengarahan dari orang tuanya, sehingga narapida anak cenderung merasa cemas dan stres dalam menghadapi masa orientasi dan menjelang bebas. Selain itu, di Lembaga Pemasyarakatan Anak tersebut tidak terdapat layanan psikologis seperti konselor, sehingga kecemasan tersebut masih sering muncul pada narapidana anak, khususnya pada anak yang menjalani masa orientasi.

4. PERUMUSAN MASALAH

Hingga saat ini belum ada kajian yang menyeluruh terkait dengan gambaran atas proses adaptasi dan kecemasan yang dialami oleh anak binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).

5. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran atas proses adaptasi dan kecemasan yang dialami oleh anak binaan LPKA.

6. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat praktis

Memberikan gambaran atas proses adaptasi dan kecemasan yang dialami oleh anak binaan LPKA.

b. Manfaat teoretis

Memberikan tambahan khasanah keilmuan, khususnya pada psikologi sosial dan forensik.

7. KAJIAN PUSTAKA

Pada dasarnya, kecemasan adalah hal yang wajar yang pernah dialami oleh setiap individu. Kecemasan telah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan, khawatir, atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005). Kecemasan merupakan sesuatu yang dialami hampir setiap individu pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah, 2003). Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif


(7)

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010).

Kecemasan juga banyak dialami oleh para narapidana. Narapidana anak adalah seorang anak yang melakukan tindak pidana dan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Seorang narapidana didera perasaan cemas karena dirinya merasa khawatir, akan adanya bahaya yang mengancam dirinya setelah bebas nanti, serta adanya perasaan bersalah dan berdosa karena telah melakukan yang bertentangan dengan norma-norma moral.

Perasaan cemas pada anak-anak lapas tergambar sejak ketika awal pertama kali masuk kelapas dalam bentuk perasaan takut dan frustasi seperti ingin pulang, bosan menjalani hidup, bimbang, menyesali perbuatan dan ingin menenangkan diri. Perasaan cemas ini terus muncul dikarenakan stres adanya proses penyesuaian diri narapidana anak yang baru masuk lapas, dimana mereka melalui 1 minggu didalam sel tanpa diperbolehkan keluar dan membuat mereka mengalami titik jenuh dan ketakutan sehingga muncul simtom-simtom kecemasan.

Kecemasan yang muncul ketika narapidana anak menjalani kehidupan dilapas adalah ha-hal yang berkaitan dengan rasa bosan/jenuh akan situasi/kegiatan dilapas, sehingga merasa menekan batin. Hal ini membuat anak-anak lapas sering melamun memikirkan hal-hal yang membuat dirinya cemas seperti memikirkan masa depan.

Kecemasan yang dihadapi anak-anak ketika memasuki masa bebas 5 bulan mendatang, 3-5 bulan mendatang, dan 0-3 bulan mendatang. Misalnya ketika memasuki masa bebas 5 bulan mendatang subjek lebih mencemaskan hal-hal berkaitan dengan pemilihan pekerjaan yang akan dijalankan setelah subjek bebas kelak. Ketika memasuki masa bebas 3-5 bulan mendatang subjek merasakan kecemasan yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilakukan setelah bebas dan khawatir akan stigma buruk masyarakat. Memasuki masa bebas kurang dari 3 bulan subjek mengalami kecemasan yang berkaitan dengan penerimaan keluarga, subjek merasa khawatir dan takut apabila keluarga mereka menolak atau mendiskriminasikan mereka. Hal inilah yang menjadi rasa cemas paling banyak terjadi pada narapidana anak yang akan memasuki masa bebas.

Hal lain yang ditemukan adalah simtom-simtom dari sebagai gejala kecemasan tersebut seperti sulit untuk tidur, kemalasan, menjadi pasif, memunculkan emosi yang berubah-ubah,


(8)

kegelisahan, dan berperilaku yang tidak pada tempatnya. Menurut Nevid, Rathus & Beverly (2005) terdapat 3 jenis gejala-gejala kecemasan yaitu :

Gejala fisik dari kecemasan : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak keringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung. Hal ini dialami oleh beberapa subjek yang memasuki masa bebas seperti merasakan kegelisahan, sulit untuk tidur, mudah marah dan tidak antusias/pasif mengikuti kegiatan.

Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen. Tampak pada subjek lebih banyak menghindar untuk aktif dalam kegiatan.

Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan dan sulit berkonsentrasi. Hal ini yang paling sering dialami oleh para subjek dikarenakan mereka selalu mengkhawatirkan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, dan masa depan yang buruk kelak.

8. METODE PENELITIAN

a. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-fenomenologis. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang menitikberatkan pada pemaknaan tekstual data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan fenomenologi adalah salah satu pendekatan yang ada dalam kualitatif yang menitikberatkan pada pemaknaan personal pada setiap pengalaman atau fenomena yang dialami oleh individu.

b. Responden

Responden pada penelitian ini adalah para anak pidana di lembaga pemasyarakatan kelas IIB Gianyar – Karangasem yang sedang menjalani masa orientasi.

c. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan panduan wawancara semi terstruktur. Wawancara akan dilaksanakan secara individual dan kelompok.

d. Analisis data

Semua data akan direkam dan selanjutnya akan diubah dalam teks (transkrip/verbatim). Selain itu, setiap pewawancara akan menuliskan fieldnotes dalam format yang telah


(9)

ditentukan sebelumnya. Fieldnotes dan transkrip/verbatim tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis koding teoretikal yang mensyaratkan tiga fase koding yaitu open, axial, dan selektif. Hasil dari koding selektif tersebut yang akan dideskripsikan menjadi hasil dari penelitian ini.

e. Kredibilitas penelitian

Guna meningkatkan kredibilitas penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik trianggulasi, yaitu teknik trianggulasi subjek, data, dan peneliti. Pada trianggulasi subjek, peneliti menggunakan beberapa orang subjek untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang objektif terkait dengan fenomena yang mereka alami. Sedangkan trianggulasi data yang peneliti gunakan untuk meningkatkan kredibilitas penelitian adalah dengan menggunakan beberapa teknik pengambilan data yaitu wawancara individual dan kelompok, selain itu peneliti juga menggunakan fieldnotes sebagai pengumpul data penelitian. Trianggulasi yang terakhir adalah trianggulasi dengan sumber peneliti. Peneliti yang terlibat di dalam penelitian ini adalah 2 orang, setiap proses penelitian ini melibatkan dua orang peneliti tersebut sehingga penelitian ini dapat semakin objektif karena dihasilkan berdasarkan proses kolegial penelitian.

f. Etika penelitian

Etika penelitian yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah dengan mendapatkan informasi yang benar terkait dengan penelitian ini, melidungi kerahasiaan identitas responden yang terlibat, melindungi data yang diperoleh, menjamin hak-hak responden untuk terlibat maupun mundur pada penelitian ini/

Kesemua etika penelitian yang ditegakkan akan dibacakan di dalam inform consent pada awal proses penelitian ini berlangsung serta mendapatkan persetujuan dari responden dalam bentuk tanda tangan maupun rekaman suara.

9. JADWAL KEGIATAN

Kegiatan ini dimulai pada bulan Maret 2015 hingga bulan September 2015.

No. Kegiatan BULAN

3 6 7 8 10 11

1 Proposal

2 Persiapan lapangan (surat menyurat) 3 Mempersiapkan alat pengmpul data 4 Pengumpulan data (tahap 1)


(10)

5 Analisis awal

6 Pembuatan laporan kemajuan 7 Pengumpulan data (tahap 2) 8 Analisis akhir

9 Pembuatan laporan akhir dan publikasi 10 Persiapan konferensi

11 Konferensi

10.PERSONALIA KEGIATAN

No. Nama/NIDN Instansi asal Bidang Ilmu Alokasi

waktu

(jam/minggu)

Uraian Tugas

1 Yohanes K. Herdiyanto 198105072010121002

FK Unud Psikologi sosial

8 Ketua

penelitian 2 David H. Tobing

198306192010121007

FK Unud Psikologi komunitas

8 Analisa

kualitatif 3 Drs. Supriyadi

… FK Unud Psikologi sosial

4 Penulisan

artikel 4 IA Hutri Dharasasmita Mahasiswa

FK Unud

Psikologi 8 Enumerator

&


(11)

11.RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA (RAB)

Honor Penelitian

No Jenis Pengeluaran Satuan Honor/Jam (Rp) Waktu/jam Minggu Honor (Rp) 1 Ketua penelitian Orang 35,000 4 8 1,120,000 2 Anggota penelitian Orang 35,000 4 8 1,120,000 3 Enumerator Orang 18,000 3 8 432,000 4 Transkriptor Orang 18,000 3 8 432,000 Subtotal Honor Penelitian 3,104,000

No Jenis Pengeluaran Satuan Justifikasi Harga (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) 1 Kertas A4 80 gram ATK 40,000 2 80,000 2 Blocknotes ATK 10,000 45 450,000 3 Ballpoin ATK 45,000 5 225,000 4 Tinta printer laser (35A) ATK 850,000 1 850,000 5 Kaos polo Kontrapretasi 85,000 44 3,740,000 6 Hiasan dinding Kontrapretasi 239,200 1 239,200 7 Spidol besar ATK 8,360 5 41,800 8 Kertas flipchart ATK 1,000 50 50,000 9 Spidol warna ATK 36,000 5 180,000 10 Flashdisk 16 GB ATK 100,000 1 100,000 11 Baterai AA ATK 12,000 5 60,000 12 Fotokopi alat ukur tryout Alat ukur 200 250 50,000 13 Fotokopi alat ukur penelitian Alat ukur 200 500 100,000 14 Fotokopi modul Modul penelitian 200 450 90,000 15 Fotokopi laporan penelitian Laporan penelitian 200 250 50,000 16 Jilid laporan penelitian Laporan penelitian 7,500 10 75,000 17 Konsumsi responden dan peneliti (pertama) Pertemuan 10,000 45 450,000 18 Konsumsi responden dan peneliti (kedua) Pertemuan 10,000 45 450,000 19 Konsumsi responden dan peneliti (ketiga) Pertemuan 10,000 45 450,000 Subtotal Pengeluaran 7,731,000 TOTAL 10,835,000

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gaol, P. L. (2006). Hubungan Berfikir Positif dengan Kecemasan Menghadapi Masa Bebas Pada Narapidana.

Gawat, Kejahatan di Indonesia 2011 tembus 317.016 Kasus. (2011). Retrieved November 15, 2013, from lensaindonesia.com: http://www.lensaindonesia.com/2011/12/22/gawat-kejahatan-di-indonesia-2011-tembus-317-016-kasus.html

Hardiani, C. A. (2012). Kecemasan dalamMenghadapi Masa Bebas Pada Narapidana Anaka di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo.

Irwin, D. M., & Bushnell, M. M. (1980). Observational Strategies for Child Study. Kerlinger, F. N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral.


(12)

Moleong, L. J. (2012). Metodologi enelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Beverly, G. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Ottens, A. J. (1991). Coping with Academic Anxiety.

Panjaitan, P. I., & Widiarty, W. S. (2008). Pemasyarakatan Narapidana. Ramaiah, S. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Rochman, K. L. (2010). Kesehatan Mental.

Simarmata, N. (2012). Persepsi Nilai (Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon) terhadap Pola Asuh Suku Batak. Jakarta: Universitas Paramadina

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang. (n.d.). Waluyo, B. (2004). Pidana dan Pemidanaan.


(1)

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010).

Kecemasan juga banyak dialami oleh para narapidana. Narapidana anak adalah seorang anak yang melakukan tindak pidana dan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Seorang narapidana didera perasaan cemas karena dirinya merasa khawatir, akan adanya bahaya yang mengancam dirinya setelah bebas nanti, serta adanya perasaan bersalah dan berdosa karena telah melakukan yang bertentangan dengan norma-norma moral.

Perasaan cemas pada anak-anak lapas tergambar sejak ketika awal pertama kali masuk kelapas dalam bentuk perasaan takut dan frustasi seperti ingin pulang, bosan menjalani hidup, bimbang, menyesali perbuatan dan ingin menenangkan diri. Perasaan cemas ini terus muncul dikarenakan stres adanya proses penyesuaian diri narapidana anak yang baru masuk lapas, dimana mereka melalui 1 minggu didalam sel tanpa diperbolehkan keluar dan membuat mereka mengalami titik jenuh dan ketakutan sehingga muncul simtom-simtom kecemasan.

Kecemasan yang muncul ketika narapidana anak menjalani kehidupan dilapas adalah ha-hal yang berkaitan dengan rasa bosan/jenuh akan situasi/kegiatan dilapas, sehingga merasa menekan batin. Hal ini membuat anak-anak lapas sering melamun memikirkan hal-hal yang membuat dirinya cemas seperti memikirkan masa depan.

Kecemasan yang dihadapi anak-anak ketika memasuki masa bebas 5 bulan mendatang, 3-5 bulan mendatang, dan 0-3 bulan mendatang. Misalnya ketika memasuki masa bebas 5 bulan mendatang subjek lebih mencemaskan hal-hal berkaitan dengan pemilihan pekerjaan yang akan dijalankan setelah subjek bebas kelak. Ketika memasuki masa bebas 3-5 bulan mendatang subjek merasakan kecemasan yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilakukan setelah bebas dan khawatir akan stigma buruk masyarakat. Memasuki masa bebas kurang dari 3 bulan subjek mengalami kecemasan yang berkaitan dengan penerimaan keluarga, subjek merasa khawatir dan takut apabila keluarga mereka menolak atau mendiskriminasikan mereka. Hal inilah yang menjadi rasa cemas paling banyak terjadi pada narapidana anak yang akan memasuki masa bebas.

Hal lain yang ditemukan adalah simtom-simtom dari sebagai gejala kecemasan tersebut seperti sulit untuk tidur, kemalasan, menjadi pasif, memunculkan emosi yang berubah-ubah,


(2)

kegelisahan, dan berperilaku yang tidak pada tempatnya. Menurut Nevid, Rathus & Beverly (2005) terdapat 3 jenis gejala-gejala kecemasan yaitu :

Gejala fisik dari kecemasan : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak keringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung. Hal ini dialami oleh beberapa subjek yang memasuki masa bebas seperti merasakan kegelisahan, sulit untuk tidur, mudah marah dan tidak antusias/pasif mengikuti kegiatan.

Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen. Tampak pada subjek lebih banyak menghindar untuk aktif dalam kegiatan.

Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan dan sulit berkonsentrasi. Hal ini yang paling sering dialami oleh para subjek dikarenakan mereka selalu mengkhawatirkan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, dan masa depan yang buruk kelak.

8. METODE PENELITIAN

a. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-fenomenologis. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang menitikberatkan pada pemaknaan tekstual data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan fenomenologi adalah salah satu pendekatan yang ada dalam kualitatif yang menitikberatkan pada pemaknaan personal pada setiap pengalaman atau fenomena yang dialami oleh individu.

b. Responden

Responden pada penelitian ini adalah para anak pidana di lembaga pemasyarakatan kelas IIB Gianyar – Karangasem yang sedang menjalani masa orientasi.

c. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan panduan wawancara semi terstruktur. Wawancara akan dilaksanakan secara individual dan kelompok.

d. Analisis data

Semua data akan direkam dan selanjutnya akan diubah dalam teks (transkrip/verbatim). Selain itu, setiap pewawancara akan menuliskan fieldnotes dalam format yang telah


(3)

ditentukan sebelumnya. Fieldnotes dan transkrip/verbatim tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis koding teoretikal yang mensyaratkan tiga fase koding yaitu open, axial, dan selektif. Hasil dari koding selektif tersebut yang akan dideskripsikan menjadi hasil dari penelitian ini.

e. Kredibilitas penelitian

Guna meningkatkan kredibilitas penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik trianggulasi, yaitu teknik trianggulasi subjek, data, dan peneliti. Pada trianggulasi subjek, peneliti menggunakan beberapa orang subjek untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang objektif terkait dengan fenomena yang mereka alami. Sedangkan trianggulasi data yang peneliti gunakan untuk meningkatkan kredibilitas penelitian adalah dengan menggunakan beberapa teknik pengambilan data yaitu wawancara individual dan kelompok, selain itu peneliti juga menggunakan fieldnotes sebagai pengumpul data penelitian. Trianggulasi yang terakhir adalah trianggulasi dengan sumber peneliti. Peneliti yang terlibat di dalam penelitian ini adalah 2 orang, setiap proses penelitian ini melibatkan dua orang peneliti tersebut sehingga penelitian ini dapat semakin objektif karena dihasilkan berdasarkan proses kolegial penelitian.

f. Etika penelitian

Etika penelitian yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah dengan mendapatkan informasi yang benar terkait dengan penelitian ini, melidungi kerahasiaan identitas responden yang terlibat, melindungi data yang diperoleh, menjamin hak-hak responden untuk terlibat maupun mundur pada penelitian ini/

Kesemua etika penelitian yang ditegakkan akan dibacakan di dalam inform consent pada awal proses penelitian ini berlangsung serta mendapatkan persetujuan dari responden dalam bentuk tanda tangan maupun rekaman suara.

9. JADWAL KEGIATAN

Kegiatan ini dimulai pada bulan Maret 2015 hingga bulan September 2015.

No. Kegiatan BULAN

3 6 7 8 10 11

1 Proposal

2 Persiapan lapangan (surat menyurat) 3 Mempersiapkan alat pengmpul data 4 Pengumpulan data (tahap 1)


(4)

5 Analisis awal

6 Pembuatan laporan kemajuan 7 Pengumpulan data (tahap 2) 8 Analisis akhir

9 Pembuatan laporan akhir dan publikasi 10 Persiapan konferensi

11 Konferensi

10.PERSONALIA KEGIATAN

No. Nama/NIDN Instansi asal Bidang Ilmu Alokasi

waktu

(jam/minggu)

Uraian Tugas

1 Yohanes K. Herdiyanto 198105072010121002

FK Unud Psikologi sosial

8 Ketua

penelitian 2 David H. Tobing

198306192010121007

FK Unud Psikologi komunitas

8 Analisa

kualitatif 3 Drs. Supriyadi

… FK Unud Psikologi sosial

4 Penulisan

artikel 4 IA Hutri Dharasasmita Mahasiswa

FK Unud

Psikologi 8 Enumerator

&


(5)

11.RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA (RAB)

Honor Penelitian

No Jenis Pengeluaran Satuan Honor/Jam (Rp) Waktu/jam Minggu Honor (Rp)

1 Ketua penelitian Orang 35,000 4 8 1,120,000 2 Anggota penelitian Orang 35,000 4 8 1,120,000 3 Enumerator Orang 18,000 3 8 432,000 4 Transkriptor Orang 18,000 3 8 432,000 Subtotal Honor Penelitian 3,104,000

No Jenis Pengeluaran Satuan Justifikasi Harga (Rp) Kuantitas Biaya (Rp)

1 Kertas A4 80 gram ATK 40,000 2 80,000 2 Blocknotes ATK 10,000 45 450,000 3 Ballpoin ATK 45,000 5 225,000 4 Tinta printer laser (35A) ATK 850,000 1 850,000 5 Kaos polo Kontrapretasi 85,000 44 3,740,000 6 Hiasan dinding Kontrapretasi 239,200 1 239,200 7 Spidol besar ATK 8,360 5 41,800 8 Kertas flipchart ATK 1,000 50 50,000 9 Spidol warna ATK 36,000 5 180,000 10 Flashdisk 16 GB ATK 100,000 1 100,000 11 Baterai AA ATK 12,000 5 60,000 12 Fotokopi alat ukur tryout Alat ukur 200 250 50,000 13 Fotokopi alat ukur penelitian Alat ukur 200 500 100,000 14 Fotokopi modul Modul penelitian 200 450 90,000 15 Fotokopi laporan penelitian Laporan penelitian 200 250 50,000 16 Jilid laporan penelitian Laporan penelitian 7,500 10 75,000 17 Konsumsi responden dan peneliti (pertama) Pertemuan 10,000 45 450,000 18 Konsumsi responden dan peneliti (kedua) Pertemuan 10,000 45 450,000 19 Konsumsi responden dan peneliti (ketiga) Pertemuan 10,000 45 450,000 Subtotal Pengeluaran 7,731,000 TOTAL 10,835,000

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gaol, P. L. (2006). Hubungan Berfikir Positif dengan Kecemasan Menghadapi Masa Bebas Pada Narapidana.

Gawat, Kejahatan di Indonesia 2011 tembus 317.016 Kasus. (2011). Retrieved November 15, 2013, from lensaindonesia.com: http://www.lensaindonesia.com/2011/12/22/gawat-kejahatan-di-indonesia-2011-tembus-317-016-kasus.html

Hardiani, C. A. (2012). Kecemasan dalamMenghadapi Masa Bebas Pada Narapidana Anaka di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo.

Irwin, D. M., & Bushnell, M. M. (1980). Observational Strategies for Child Study.


(6)

Moleong, L. J. (2012). Metodologi enelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Beverly, G. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal.

Ottens, A. J. (1991). Coping with Academic Anxiety.

Panjaitan, P. I., & Widiarty, W. S. (2008). Pemasyarakatan Narapidana.

Ramaiah, S. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.

Rochman, K. L. (2010). Kesehatan Mental.

Simarmata, N. (2012). Persepsi Nilai (Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon) terhadap Pola Asuh Suku Batak. Jakarta: Universitas Paramadina

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang. (n.d.).

Waluyo, B. (2004). Pidana dan Pemidanaan.