PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Sectio Caesaria Di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

(1)

i

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun Oleh :

Erlin Dwi Hartanti

NIM. J100100054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

ii

PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Erlin Dwi Hartanti

J 100 100 054

Pembimbing

Wahyuni, SKM, SST. FT, M. Kes


(3)

iii

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA DI PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

( Erlin Dwi Hartanti, 2013, 70 halaman )

Abstrak

Latar Belakang : Pada kondisi pasca Sectio Caesaria, terdapat permasalahan yang erat kaitannya dengan fisioterapi. Masalah yang dapat terjadi antaranya nyeri, DVT, penurunan kekuatan otot perut dan dasar panggul dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional.

Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mencegah DVT, mengurangu nyeri, meningkatkan kekuatan otot-otot perut dan dasar panggul dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus Sectio Caesaria dengan menggunakan Terapi Latihan ( TL ).

Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian awal DVT negatif ( - ), nyeri diam T1 : 3 menjadi T6 : 1, nyeri tekan T1 : 5 menjadi T6 : 2, nyeri gerak T1 : 6 menjadi T6 : 2, peningkatan otot fleksor trunk T1 : 2 menjadi T6 : 3, rotasi trunk T1 : 2 menjadi T6 : 3, peningkatan aktivitas fungsional dari T1 : C menjadi T6 : A.

Kesimpulan : Terapi Latihan ( TL ) pada Sectio Caesaria dapat mencegah terjadinya DVT, mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot perut dan dasar panggul serta meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional.


(4)

iv

MANAGEMENT THERAPEUTIC EXERCISE IN THE CASE OF SECTIO CAESARIA IN PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

( Erlin Dwi Hartanti, 2013, 70 pages)

Abstract

Background : In the aftermath Sectio Caesaria, there is a problem that is closely related to physiotherapy. Problems that can occur include pain, DVT, decreased muscle strength and abdominal and pelvic floor and decrease the ability of functional activity.

Aims of research : To determine of physiotherapy in preventing DVT, reduce pain, increase abdominal strength and pelvic muscles, improve the ability of functional activity in the Sectio Caesaria using Exercise Therapy.

Result : After therapy for about six times the obtain result of the assesment of pain in silence pain T1 : 3 to T6 : 1, tenderness T1 : 5 to T6 : 2, motion pain T1 : 6 to T6 : 2. An increase in fleksor trunk muscle strenght T1 : 2 to T6 : 3, an increase in rotasi trunk muscle strenght T1 : 2 to T6 : 3. Improve the ability of functional activity T1 : C to T6 : A.

Conclusion : Exercise Therapy in preventing DVT, reduce pain, increase abdominal strength and pelvic muscles, improve the ability of functional activity in the Sectio Caesaria.


(5)

5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses persalinan adalah proses fisiologis dari uterus untuk mengeluarkan hasil konepsi melalui vagina. Dalam proses persalinan terkadang janin tidak bisa lahir secara spontan dikarenakan oleh beberapa faktor, misalnya adanya disproporsi sefalo-pelvik, partus lama (prolonged labour), ruptura uteri mengancam dan lain-lain (Mochtar, 1998). Dalam keadaan demikian tindakan medis berupa sectio caesaria merupakan indikasi dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Dewasa ini, cara sectio caesaria jauh lebih aman daripada dahulu, berhubung dengan adanya transfusi darah, antibiotika, teknik operasi yang lebih sempurna, dan teknik anestesi yang lebih baik (Mochtar, 1998).

B. Rumusan Masalah

(1) apakah terapi latihan dapat mengurangi nyeri sekitar incisi, (2) apakah terapi latihan dapat mencegah terjadinya DVT, (3) apakah terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot perut, (4) apakah terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, (5) apakah terapi latihan dapat meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional harian (ADL).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat terapi latihan terhadap masalah-masalah yang muncul seperti (1) nyeri akibat incisi otot perut, (2) potensial terjadinya DVT, (3) penurunan kekuatan otot perut, (4) penurunan kekuatan otot dasar panggul, (5) penurunan kemampuan aktivitas fungsional harian (ADL).


(6)

6 BAB II

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi Sectio Caesaria

Sectio Caesaria (caesarian section) disebut juga C-section (disingkat dengan Cs) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi ( Delima, 2007 ).

2. Etilogi

Operasi sectio caesaria seharusnya dilakukan jika keadaan medis memerlukannya ( Kasdu Dini, 2003). Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi. a) Faktor janin

Dari factor janin ada beberapa sebab yang sering menjadi indikasi dilakukan sectio caesaria yaitu bayi terlalu besar, letak bayi sungsang/lintang, ancaman gawat janin (fetal distress), janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali pusat, bayi kembar. b) Faktor ibu

Pada faktor ibu ada beberapa sebab diantaranya Usia, CPD (Chepalo Pelvic Disproportion), kelainan kotraksi rahim, ketuban pecah dini, hambatan lahir (tumor). 3. Jenis Sayatan

a)Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan di bagian bawah rahim (SBR), dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntungan dari sayatan melintang adalah perut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna ( Kasdu Dini, 2003).

b) Sayatan vertikal

Sayatan dibuat secara vertikal atau mediana, tegak lurus mulai dari tepat di bawah perut pusar sampai tulang kemaluan.


(7)

7

BAB III

A. PROSES FISIOTERAPI

Pasien merupakan seorang perempuan bernama S, berumur 41 bulan, beralamat di Jalan Josoyudan III No 7 Yogyakarta, beragama islam, dengan diagnosa Post Sectio Caesaria. Telah dilakukan pemeriksaan DVT, nyeri, kekuatan otot, dan kemampuan fungsional.

1. Impairment adalah (1) adanya rasa nyeri pada daerah bekas incisi, oleh karena adanya robekan jaringan dinding perut dan uterus, (2) potensial terjadinya DVT, (3) adanya penurunan kekuatan otot perut karena nyeri, (4) adanya penurunan kekuatan otot dasar panggul, (5) adanya penurunan kemampuan aktivitas fungsional.

2. Functional Limitation

functional limitation adalah : adanya gangguan dalam ambulasi dan adanya penurunan aktifitas sehari-hari (ADL).

3. Retriction of Participation

Retriction of participation adalah adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sosial antara pasien dengan keluarga dan masyarakat.

B. Teknologi Intervensi Fisioterapi

. Banyak teknik yang bisa digunakan pada terapi latihan, namun disini teknik yang digunakan adalah:

a. Free active movement

Merupakan gerakan aktif di mana pasien melakukan sendiri gerakan tersebut dengan mengkotraksikan otot pada bagian tubuh tanpa adanya bantuan dari luar.

b. Breathing exercise

Pada breathing exercise ada dua teknik yang terpilih pada pasien post op sectio caesaria. Teknik-teknik tersebut adalah :

(1) Deep breathing exercise, merupakan bagian dari teknik latihan pernafasan yang menekankan pada inspirasi maximum yang panjang yang dimulai dari akhir ekspirasi (posisi FRC) dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru, meningkatkan redistribusi ventilasi

(2). Abdominal breathing exercise, merupakan teknik pernapasan yang pada saat inspirasi diikuti dengan mengembangnya rongga perut.


(8)

8 c. Statik kontraksi

Suatu metode terapi latihan yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot (Ebner, 1959).

d. Latihan otot-otot perut dan otot dasar panggul

Latihan pada otot-otot perut dan otot dasar panggul bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan elastisitas otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul. 2. Edukasi

Beberapa bentuk edukasi diberikan pada pasien pasca sectio caesaria meliputi (1) anjuran-anjuran untuk melakukan secara rutin gerakan-gerakan yang telah diajarkan di rumah sakit, (2) berbagai anjuran dalam melakukan aktifitas yang benar dalam kegiatan sehari-hari (Dini Kasdu, 2003), (3) mengatur jarak kehamilan berikutnya,yaitu minimal lebih dari satu tahun dengan persalinan sekarang (Mochtar, 1998).

Hasil Evaluasi

Tabel Hasil Evaluasi DVT

Evaluasi T1 T2 T3 T4 T5 T₆

Deep Vein Trombosis dengan Homan’s Sign (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Tabel Hasil Evaluasi Nyeri

Nyeri dengan VDS T1 T2 T3 T4 T5 T₆ a. Nyeri Diam

b. Nyeri tekan c. Nyeri Gerak

3 5 6 3 5 5 2 3 4 2 3 4 1 3 3 1 2 2

Tabel Hasil Evaluasi Kekuatan Otot

Kekuatan otot perut dengan MMT T1 T2 T3 T4 T5 T₆ a. Fleksor trunk

b. Rotasi trunk

2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3


(9)

9 Hasil Evaluasi Kemampuan Fungsional

Kemampuan Fungsional T1 T2 T3 T4 T5 T₆

a. Mandi

- Dapat mengerjakan sendiri

- Sebagian / pada bagian tertentu dibantu - Sebagian besar / seluruhnya dibantu C

B B

A A A

b. Berpakaian

- Seluruhnya tanpa bantuan - Sebagian dibantu

- Seluruhnya dengan bantuan C B

A A A A

c. Pergi ke Toilet

- Dapat mengerjakan sendiri - Sebagian dibantu

- Tidak dapat pergi ke WC C

B B

A A A

d. Berpindah - Tanpa bantuan

- Dapat melakukan dengan bantuan

- Tidak dapat melakukan C

B

A A A A

e. Defekasi & Berkemih - Dapat mengontrol

- Kadang ngompol/defekasi di tempat tidur

- Dibantu seluruhnya (dengan cateter/manual) C C

A A A A

f. Makan

- Dapat melakukan tanpa bantuan

- Dapat makan sendiri kecuali hal-hal tertentu

- Seluruhnya dibantu C


(10)

10 BAB IV

A. Pembahasan

Setelah dilakukan terapi dan evaluasi dari kasus sectio caesaria diperoleh hasil bahwa sejak awal tidak mempunyai potensi adanya DVT, terdapat pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan perut dan otot dasar panggul dan peningkatan aktivitas fungsional.

1. Potensi DVT

Trombosis adalah proses pembentukan trombus. Trombus adalah suatu gumpalan darah yang dibentuk oleh komponen darah jantung. Tromnosis dapat terjadi pada waktu hamil, terapi lebih sering pada masa nifas. Tiga faktor yang meenjadi penyebab timbulnya trombosis: a) perubahan susunan darah, terjadi pembekuan dalam darah, b) perubahan laju aliran darah, saat hamil tua, uterus yang berisi janin menekan pembuluh darah dipelvis, juga berkurangnya aktivitas wanita hamil, akan membuat aliran darah wanita hamil menjadi lambat, c) perlukaan tunika intima pembuluh darah, pada persalinan yang melakukan pembedahan terdapat gangguan pada pembuluh darah terutama di daerah pelvis, trombosis bisa terdapat pada vena-vena ditungkai, tetapi juga mungkin terdapat vena-vena dipanggul (Hudaya, 2002). Diagnosis trombosis vena provunda dapat dilakukan dengan phebography dengan menggunakan radiosotop atau dengan USG ( Ultrasono Graphy) (Hudaya, 2002). Pada evaluasi DVT menggunakan

Homan’s Sign dari awal pemeriksaan tidak terdapat potensial adanya DVT. Hal

ini karena sejak awal pasien sudah diberikan terapi latihan active movement untuk anggota gerak bawah. Terapi latihan ( active movement ) bertujuan untuk perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh (Rustam M, 1998).


(11)

11 2. Pengurangan nyeri

Nyeri diartikan sebagai proses abnormal pertahanan tubuh yang diperlukan untuk memberikan tanda bahwa telah terjadi kerusakan jaringan. Terapi latihan dapat bermanfaat untuk mengurangi nyeri. Dimana dengan adanya gerakan akan memberikan efek sedative (nyaman), dimana sirkulasi darah meningkat dan otot-otot menjadi rileks karena terjadipembuangan zat “P” (histamine, prostaglandin dan pirimidin) sebagai penyebab nyeri yang merupakan akumulasi sisa hasil metabolisme yang menumpuk (wahyono, 2001). Pada hasil evaluasi nilai nyeri pada bekas sayatan menggunakan VDS terdapat pengurangan nilai nyeri setelah dilakukan program fisioterapi. Terapi Latihan yang diberikan dapat merileksasikan otot dan terpeliharanya fungsi otot (Kisner, 1996). Karena sarcomer yang teregang, maka otot akan lebih rileks dan ketegangan menurun sehingga nyeri dapat berkurang. Menurut Kisner dengan kontraksi yang kuat pada otot maka golgi tendon akan terstimulasi dan ketegangan otot dapat menurun sehingga nyeri dapat berkurang. Nyeri berkurang karena pengaruh dari Terapi Latihan berupa statik kontraksi sehingga mengurangi nyeri dan spasme otot (Kasdu, 2003) .

3. Meningkatkan kekuatan otot

Nilai kekuatan otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul juga terdapat peningkatan setelah dilakukan program fisioterapi. Pada kasus sectio caesaria penurunan kekuatan otot disebabkan karena pada masa kehamilan terjadi penguluran pada otot-otot tersebut. Dengan memberikan modalitas terapi latihan dengan menggunakan latihan penguatan otot perut dan Kegel Exercise otot-otot sering dikontraksikan sehingga kekuatan otot dapat meningkat. Peningkatan


(12)

12

kekuatan otot juga merupakan efek dari adanya pengurangan nyeri, karena nyeri sudah berkurang maka pasien lebih sering mengontrasikan otot-otot perut dan dasar panggul sehingga dapat mempengaruhi kekuatan otot. Terapi latihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat elastisitas otot-otot dinding perut. Otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia (Rustam M, 1998).

4. Peningkatan kemampuan aktifitas fungsional

Dalam kasus section caesaria terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dimana dalam pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara pasif maupun aktif (Kisner, 1996). Terapi latihan bertujuan untuk pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan otot-otot perut dan dasar panggul mengakibatkan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional. Pasien sudah mampu makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet,ambulasi secara mandiri serta sudah dapat mengontrol BAK dan BAB.


(13)

13 BAB V

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan pada halaman depan, di simpulkan bahwa pasien pasca operasi sectio caesaria trans peritonialis terdapat permasalahan antara lain : adanya nyeri karena incise, berpotensial terjadi Deep Vein Trombosis, penurunan kekuatan otot perut dan otot dasar panggul serta penurunan kemampuan aktivitas fungsional harian (ADL).

Dengan diberikan Terapi Latihan: adanya pengurangan nyeri dikarenakan pasien diberikan latihan statik kontraksi, tidak ditemukan adanya trombosis dikarenakan pasien sejak awal diberikan terapi latihan gerak aktif, peningkatan kekuatan otot perut dan otot dasar panggul dikarenakan nyeri daerah incisi sudah berkurang dan aktifitas fungsional pasien sudah mandiri dikarenakan nyeri sudah berkurang dan kondisi pasien yang semakin baik.

Jadi dengan Terapi Latihan yang dilakukan pada pasien pasca operasi sectio caesaria baik, dengan kondisi pasien yang semakin membaik dan penurunan permasalahan yang timbul.

B. Saran

Penulis menyarankan kepada pasien pasca operasi sectio caesaria untuk melakukan latihan penguatan otot perut waktu di rumah dengan cara pasien tidur terlentang kemudian pasien disuruh melihat jari – jari kakinya. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan antara lain melakukan gerakan sit up, mengangkat benda berat dengan membungkuk. Selain itu, ibu di harapkan menyusui bayi dengan ASI, menunda kehamilan selama 2 tahun, dan rutin kontrol dokter pada kehamilan berikutnya.

Penulis menyarakan kepada teman sejawat (fisioterapis) baik yang berkerja di instansi rumah sakit maupun praktek klinik agar tidak ragu-ragu dalam memberikan pelayanan fisioterapis kepada pasien pasca sectio caesaria, dikarenakan semua pasien pasca sectio


(14)

14

caesaria pasti mengalami permasalahan seperti yang disebutkan di atas yang kesemuanya itu merupakan bidang kerja fisioterapis.

Saran untuk instansi rumah sakit swasta maupun negeri atau praktek klinik bahwa agar setiap pasien pasca sectio caesaria segera dirujuk ke fisioterapi dikarenakan untuk menghindari atau mencegah permasalahan yang ditimbulkan pasca sectio caesaria.


(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Delima, 2007.; Sectio Caesaria; diakses tanggal 12/04/2013, dari http://me2tcemmeth.blogspot.com/2007/07/sectiocaesaria.html.

Hudaya, P, 2002 ; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi, Akademi Fisioterapi Surakarta, hal 10.

Hudaya, P,2002 ; Obstetri dan Ginekologi,Akademi Fisioterapi Surakarta Kasdu, D, 2003; Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta Kenyon, J, 2004 ; The Physiotherapist’s Pocket Book, Churchiil Livingstone Mochtar, R, 1998 ; Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi ke I, EGC, Jakarta Mochtar, R, 1998 ; Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Edisi ke I, EGC, Jakarta

Wahyono, Y, 2001; Metode Terapi Latihan untuk Mengurangi Nyeri ; Pelatihan management nyeri di RSOP. Surakarta.


(1)

10 BAB IV A. Pembahasan

Setelah dilakukan terapi dan evaluasi dari kasus sectio caesaria diperoleh hasil bahwa sejak awal tidak mempunyai potensi adanya DVT, terdapat pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan perut dan otot dasar panggul dan peningkatan aktivitas fungsional.

1. Potensi DVT

Trombosis adalah proses pembentukan trombus. Trombus adalah suatu gumpalan darah yang dibentuk oleh komponen darah jantung. Tromnosis dapat terjadi pada waktu hamil, terapi lebih sering pada masa nifas. Tiga faktor yang meenjadi penyebab timbulnya trombosis: a) perubahan susunan darah, terjadi pembekuan dalam darah, b) perubahan laju aliran darah, saat hamil tua, uterus yang berisi janin menekan pembuluh darah dipelvis, juga berkurangnya aktivitas wanita hamil, akan membuat aliran darah wanita hamil menjadi lambat, c) perlukaan tunika intima pembuluh darah, pada persalinan yang melakukan pembedahan terdapat gangguan pada pembuluh darah terutama di daerah pelvis, trombosis bisa terdapat pada vena-vena ditungkai, tetapi juga mungkin terdapat vena-vena dipanggul (Hudaya, 2002). Diagnosis trombosis vena provunda dapat dilakukan dengan phebography dengan menggunakan radiosotop atau dengan USG ( Ultrasono Graphy) (Hudaya, 2002). Pada evaluasi DVT menggunakan Homan’s Sign dari awal pemeriksaan tidak terdapat potensial adanya DVT. Hal ini karena sejak awal pasien sudah diberikan terapi latihan active movement untuk anggota gerak bawah. Terapi latihan ( active movement ) bertujuan untuk perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh (Rustam M, 1998).


(2)

11 2. Pengurangan nyeri

Nyeri diartikan sebagai proses abnormal pertahanan tubuh yang diperlukan untuk memberikan tanda bahwa telah terjadi kerusakan jaringan. Terapi latihan dapat bermanfaat untuk mengurangi nyeri. Dimana dengan adanya gerakan akan memberikan efek sedative (nyaman), dimana sirkulasi darah meningkat dan otot-otot menjadi rileks karena terjadipembuangan zat “P” (histamine, prostaglandin dan pirimidin) sebagai penyebab nyeri yang merupakan akumulasi sisa hasil metabolisme yang menumpuk (wahyono, 2001). Pada hasil evaluasi nilai nyeri pada bekas sayatan menggunakan VDS terdapat pengurangan nilai nyeri setelah dilakukan program fisioterapi. Terapi Latihan yang diberikan dapat merileksasikan otot dan terpeliharanya fungsi otot (Kisner, 1996). Karena sarcomer yang teregang, maka otot akan lebih rileks dan ketegangan menurun sehingga nyeri dapat berkurang. Menurut Kisner dengan kontraksi yang kuat pada otot maka golgi tendon akan terstimulasi dan ketegangan otot dapat menurun sehingga nyeri dapat berkurang. Nyeri berkurang karena pengaruh dari Terapi Latihan berupa statik kontraksi sehingga mengurangi nyeri dan spasme otot (Kasdu, 2003) .

3. Meningkatkan kekuatan otot

Nilai kekuatan otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul juga terdapat peningkatan setelah dilakukan program fisioterapi. Pada kasus sectio caesaria penurunan kekuatan otot disebabkan karena pada masa kehamilan terjadi penguluran pada otot-otot tersebut. Dengan memberikan modalitas terapi latihan dengan menggunakan latihan penguatan otot perut dan Kegel Exercise otot-otot sering dikontraksikan sehingga kekuatan otot dapat meningkat. Peningkatan


(3)

12

kekuatan otot juga merupakan efek dari adanya pengurangan nyeri, karena nyeri sudah berkurang maka pasien lebih sering mengontrasikan otot-otot perut dan dasar panggul sehingga dapat mempengaruhi kekuatan otot. Terapi latihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat elastisitas otot-otot dinding perut. Otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia (Rustam M, 1998).

4. Peningkatan kemampuan aktifitas fungsional

Dalam kasus section caesaria terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dimana dalam pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara pasif maupun aktif (Kisner, 1996). Terapi latihan bertujuan untuk pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan otot-otot perut dan dasar panggul mengakibatkan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional. Pasien sudah mampu makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet,ambulasi secara mandiri serta sudah dapat mengontrol BAK dan BAB.


(4)

13 BAB V A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan pada halaman depan, di simpulkan bahwa pasien pasca operasi sectio caesaria trans peritonialis terdapat permasalahan antara lain : adanya nyeri karena incise, berpotensial terjadi Deep Vein Trombosis, penurunan kekuatan otot perut dan otot dasar panggul serta penurunan kemampuan aktivitas fungsional harian (ADL).

Dengan diberikan Terapi Latihan: adanya pengurangan nyeri dikarenakan pasien diberikan latihan statik kontraksi, tidak ditemukan adanya trombosis dikarenakan pasien sejak awal diberikan terapi latihan gerak aktif, peningkatan kekuatan otot perut dan otot dasar panggul dikarenakan nyeri daerah incisi sudah berkurang dan aktifitas fungsional pasien sudah mandiri dikarenakan nyeri sudah berkurang dan kondisi pasien yang semakin baik.

Jadi dengan Terapi Latihan yang dilakukan pada pasien pasca operasi sectio caesaria baik, dengan kondisi pasien yang semakin membaik dan penurunan permasalahan yang timbul.

B. Saran

Penulis menyarankan kepada pasien pasca operasi sectio caesaria untuk melakukan latihan penguatan otot perut waktu di rumah dengan cara pasien tidur terlentang kemudian pasien disuruh melihat jari – jari kakinya. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan antara lain melakukan gerakan sit up, mengangkat benda berat dengan membungkuk. Selain itu, ibu di harapkan menyusui bayi dengan ASI, menunda kehamilan selama 2 tahun, dan rutin kontrol dokter pada kehamilan berikutnya.

Penulis menyarakan kepada teman sejawat (fisioterapis) baik yang berkerja di instansi rumah sakit maupun praktek klinik agar tidak ragu-ragu dalam memberikan pelayanan fisioterapis kepada pasien pasca sectio caesaria, dikarenakan semua pasien pasca sectio


(5)

14

caesaria pasti mengalami permasalahan seperti yang disebutkan di atas yang kesemuanya itu merupakan bidang kerja fisioterapis.

Saran untuk instansi rumah sakit swasta maupun negeri atau praktek klinik bahwa agar setiap pasien pasca sectio caesaria segera dirujuk ke fisioterapi dikarenakan untuk menghindari atau mencegah permasalahan yang ditimbulkan pasca sectio caesaria.


(6)

15

DAFTAR PUSTAKA

Delima, 2007.; Sectio Caesaria; diakses tanggal 12/04/2013, dari http://me2tcemmeth.blogspot.com/2007/07/sectiocaesaria.html.

Hudaya, P, 2002 ; Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi, Akademi Fisioterapi Surakarta, hal 10.

Hudaya, P,2002 ; Obstetri dan Ginekologi,Akademi Fisioterapi Surakarta Kasdu, D, 2003; Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta Kenyon, J, 2004 ; The Physiotherapist’s Pocket Book, Churchiil Livingstone Mochtar, R, 1998 ; Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi ke I, EGC, Jakarta Mochtar, R, 1998 ; Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Edisi ke I, EGC, Jakarta

Wahyono, Y, 2001; Metode Terapi Latihan untuk Mengurangi Nyeri ; Pelatihan management nyeri di RSOP. Surakarta.


Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA.

0 3 14

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA.

0 2 15

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI Penatalaksaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Caesarean Section Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

0 3 13

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPEN REDUCTION Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Open Reduction Dislokasi Hip Dekstra Di RSO. Prof. DR. Soeharso Surakarta.

0 3 22

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Operatif Fracture Patella Sinistra Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

0 1 7

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Sectio Caesaria Di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Sectio Caesaria Di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

0 1 4

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT KALA II LAMA Di RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 6

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 7

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Paska Sectio Caesaria Akibat Pre Eklampsia Berat Di RSUD Dr. Muwardi Surakarta.

0 1 15