Uji Toksisitas Akut Dermal Minyak Rosemary (Rosmarinus officinalis L.) terhadap Tikus Betina.
Universitas Kristen Maranatha iv
ABSTRAK
UJI TOKSISITAS AKUT DERMAL
MINYAK ROSEMARINIC (Rosmarinus officinalis L.) TERHADAP TIKUS BETINA
Gratia Manasye Gosal, 2015 Pembimbing I : Dra. Rosnaeni,Apt Pembimbing II : Dr. Savitri R. Wardhani, dr.SpKK
Herbal yang digunakan untuk terapi apabila mau dikembangkan menjadi obat fitofarmaka harus melewati uji prekilinik untuk mengetahui keamanan melalui uji toksisitas.
Tujuan penelitian untuk mengetahui batas keamanan minyak rosemary (MR) yang digunakan secara topikal.
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan 30 ekor tikus yang dibagi 6 kelompok (n=5). Kelompok I,II,III,IV, dan V berturut-turut diberi MR dosis 50 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB, dosis 1000 mg/kgBB, dosis 2000 mg/kgBB, dosis 4000 mg/kgBB, kelompok VI (kontrol) diberi minyak zaitun. Pemaparan perlakuan diberikan setiap hari, selama 14 hari berurutan.
Data yang diamati adalah kematian hewan coba, efek terhadap sistem saraf pusat (SSP), sistem saraf otonom (SSO), pengamatan kulit dan bulu, serta sistem pernapasan. Analisis data untuk kematian hewan coba, efek terhadap sistem saraf pusat, sistem saraf otonom, pengamatan kulit dan bulu secara deskriptif, sedangkan sistem pernapasan dengan ANAVA, =0.05, kemaknaan berdasarkan nilai p<0.05.
Hasil penelitian selama pengamatan 14 hari tidak terjadi kematian hewan coba, efek terhadap SSP normal pada dosis rendah sedangkan pada dosis sedang sampai tinggi gelisah , SSO normal pada dosis rendah sedangkan pada dosis sedang sampai tinggi midriasis, perubahan kulit dan bulu normal, dan sistem pernapasan memberikan hasil yang bermakna dengan p<0.05 pada hari-hari pertama.
Kesimpulan adalah pemaparan minyak rosemari dalam jangka waktu yang pendek tidak bersifat toksik dan aman digunakan.
(2)
ABSTRACT
ACUTE TOXICITY EXAMINATION IN DERMAL USE OF ROSEMARY (Rosmarinus officinalis L.) OIL
TOWARD FEMALE MICE
Gratia Manasye Gosal, 2015
1st Tutor : Dra. Rosnaeni,Apt
2nd Tutor : Dr. Savitri R. Wardhani, dr. SpKK
Herbal used for therapy, if desired to be developed into phytopharmacy drug, then must go through pre-clinical examination to find out the safety of the drug by undergoing toxicity examination.
The aim of the research is to identify the safety level of rosemary oil (RO) if used topically
This is an experimental-laboratory study, using 30 mice which were divided into 6 groups (n=5). Group numbered I, II, III, IV, and V was each given RO with the dose of 50, 200, 1000, 2000, and 4000 mg/kg body weight, while group numbered VI as the control group was given olive oil. The treatment was done each day for 14 days in a row.
The data observed was the death of the samples used, effect towards the central nervous system and autonomic nervous system, skin and fur of the samples, and respiratory system. The death of the samples used, effect towards the central nervous system and autonomic nervous system, skin and fur of the samples were analyzed using descriptive method, while the effect towards respiratory
system was analyzed using ANAVA with α = 0.05, the significancy was according
p<0.05.
The results of the research showed that for 14 days of observation, no death of samples was found, the effect towards central nervous system was normal at low doses whereas in moderate to high doses of anxiety , towards the autonomic nervous system normal at low doses whereas in moderate to high doses of mydriasis, the changes on the skin and fur of the samples were also normal, and the respiratory system showed significant result with p < 0.05 within the first days of observation.
Conclusion taken from this research is the exposure of rosemary oil in short-term treatment has no toxic effect and is safe to be used.
(3)
viii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
JUDUL DALAM ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 5
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 5
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksikologi. ... 7
2.2 Uji Toksisitas ... 8
2.2.1 Uji Toksisitas Akut Dermal ... 10
2.3 Fisiologi Kulit Manusia ... 10
2.3.1 Lapisan Epidermis ... 12
2.3.1.1Stratum Basal ... 13
(4)
2.3.1.3Stratum Granulosum ... 14
2.3.1.4Stratum Lusidum ... 14
2.3.1.5Stratum Korneum ... 14
2.3.2 Lapisan Dermis ... 16
2.3.3 Jaringan Subkutaneus ... 18
2.3.4 Fungsi Kulit Manusia ... 18
2.4 Rosemari (Rosmarinus officinalis L.) ... 19
2.4.1 Karakteristik Rosemari ... 20
2.4.2 Definisi dan Cara Pembuatan Minyak Rosemari ... 20
2.4.3 Kandungan Minyak Rosemari ... 21
2.4.4 Kegunaan Minyak Rosemari ... 22
2.5 Tikus ... 24
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 25
3.1.1 Bahan Penellitian... 25
3.1.2 Alat-alat penelitian ... 25
3.2 Subjek Penelitian ... 26
3.3 Waktu Penelitian ... 26
3.4 Lokasi Penelitian ... 26
3.5 Metode Penelitian ... 26
3.5.1 Desain Penelitian ... 26
3.5.2 Variabel Penelitian ... 27
3.5.2.1 Defenisi Konsepsional Variabel ... 27
3.5.2.2 Defenisi Opeasional Variabel ... 28
3.5.3 Besar Sampel Penelitian ... 30
3.6 Prosedur Kerja ... 30
3.6.1 Persiapan Bahan Uji ... 30
3.6.2 Persiapan Hewan Coba ... 30
(5)
x
Universitas Kristen Maranatha
3.6.4 Cara Pemeriksaan ... 32
3.7 Metode Analisis ... 32
3.8 Aspek Etik Penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Sistem Saraf Pusat ... 34
4.2 Pengamatan Sistem Saraf Otonom ... 41
4.3 Pengamatan Frekuensi Pernapasan Tikus Selama 14 Hari ... 48
4.4 Pengamatan Bulu dan Kulit ... 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 62
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Fungsi Lapisan Epidermis ... 15
2.2 Fungsi Lapisan Dermis ... 17
2.3 Fungsi Jaringan Subkutaneus ... 18
2.4 Fisiologi Tikus ... 24
3.1 Kriteria Penggolongan Sediaan Uji ... 32
4.1 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Pusat Tikus Betina Pada Kelompok I (Minyak Rosemari 50 mg/kgBB) ... 34
4.2 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Pusat Tikus Betina Pada Kelompok II (Minyak Rosemari 200 mg/kgBB) ... 35
4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Pusat Tikus Betina Pada Kelompok III (Minyak Rosemari 1000 mg/kgBB) ... 36
4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Pusat Tikus Betina Pada Kelompok IV (Minyak Rosemari 2000 mg/kgBB) ... 37
4.5 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Pusat Tikus Betina Pada Kelompok V (Minyak Rosemari 4000 mg/kgBB) ... 38
4.6 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Pusat Tikus Betina Pada Kelompok VI (kel kontrol dengan minyak nabati) ... 39
4.7 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Otonom Tikus Betina Pada Kelompok I (Minyak Rosemari 50mg/kgBB) ... 41
4.8 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Otonom Tikus Betina Pada Kelompok II (Minyak Rosemari 200 mg/kgBB) ... 42
4.9 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Otonom Tikus Betina Pada Kelompok III (Minyak Rosemari 1000 mg/kgBB) ... 43
4.10 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Otonom Tikus Betina Pada Kelompok IV (Minyak Rosemari 2000 mg/kgBB) ... 44
4.11Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Otonom Tikus Betina Pada Kelompok V (Minyak Rosemari 4000 mg/kgBB) ... 45
4.12 Hasil Pengamatan Terhadap Sistem Saraf Otonom Tikus Betina Pada Kelompok VI (kontrol) ... 46
4.13 Frekuensi Respirasi Jam ke 1 Antar Kelompok Perlakuan Berdasarkan ANAVA ... 48
4.14 Frekuensi Respirasi Jam ke 2 Antar Kelompok Perlakuan Berdasarkan ANAVA ... 49
4.15 Hasil Pengamatan Kulit dan Bulu Pada Tikus Betina Kelompok I (Minyak Rosemari 50 mg/kgBB) ... 51
4.16 Hasil Pengamatan Kulit dan Bulu Pada Tikus Betina Kelompok II (Minyak Rosemari 200 mg/kgBB) ... 52 4.17 Hasil Pengamatan Kulit dan Bulu Pada Tikus Betina Kelompok III
(7)
xii
Universitas Kristen Maranatha (Minyak Rosemari 1000 mg/kgBB) ... 53 4.18 Hasil Pengamatan Kulit dan Bulu Pada Tikus Betina Kelompok IV
(Minyak Rosemari 2000 mg/kgBB) ... 54 4.19 Hasil Pengamatan Kulit dan Bulu Pada Tikus Betina Kelompok V
(Minyak Rosemari 4000 mg/kgBB) ... 55 4.20 Hasil Pengamatan Kulit dan Bulu Pada Tikus Betina Kelompok VI
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Mekanisme terjadinya toksik pada tubuh manusia ... 7
2.2 Kulit Tebal ... 11
2.3 Kulit Tipis ... 12
2.4 Tanaman Rosemari... 19
(9)
xiv
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Aspek Etik Penelitian ... 62 Lampiran 2 Bagan Uji utama dengan starting dose 50, 200, 1000, 2000
mg/kg bobot badan ... 63 Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian ... 65 Lampiran 4 Berat Badan sebelum dan setelah percobaan ... 69
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia
Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat diketahui dengan mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia, efek karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik. Pada umumnya informasi tersebut dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas nonklinik secara in vivo meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal, iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal. Pemilihan uji tersebut tergantung dari tujuan penggunaan zat tersebut. Apabila penggunaannya ditujukan untuk pemakaian secara topikal/dermal, dilakukan uji toksisitas dermal untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko akibat pemaparan pada manusia. Uji toksisitas dermal berdasarkan waktu jenisnya bervariasi yaitu uji toksisitas akut dermal, uji toksisitas subkronik dermal,uji toksisitas kronik dermal, dan uji iritasi.
Uji toksisitas akut dermal merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat (24 jam selama 14 hari) setelah pemaparan suatu sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute dermal (BPOM, 2014). Pengujian ini perlu dilakukan untuk bahan / sediaan yang digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit, baik yang berupa obat sintesis maupun dengan
(11)
2 Universitas Kristen Maranatha bahan baku herbal dan penelitian menggunakan hewan uji dengan jenis kelamin betina karena kulit betina lebih sensitif dibandingkan jantan (BPOM, 2014). Herbal yang digunakan untuk terapi apabila mau dikembangkan menjadi obat fitofarmaka harus melewati uji prekilinik untuk mengetahui keamanan melalui uji toksisitas. Apabila tidak toksik dan tidak menimbulkan efek samping dilanjutkan uji farmakodinamik untuk mengetahui khasiat obat. Dari hasil uji praklinik tersebut, akan diperoleh beberapa kelompok obat herbal yang memberikan hasil sebagai berikut (BPOM, 2000):
- Kelompok 1 : obat herbal tersebut terbukti aman (tidak toksik) dan berkhasiat
- Kelompok 2 : obat herbal tersebut terbukti aman (tidak toksik) dan tidak berkhasiat
- Kelompok 3 : obat herbal tersebut terbukti tidak aman (toksik) dan berkhasiat
- Kelompok 4 : obat herbal tersebut terbukti tidak aman (toksik) dan tidak berkhasiat
Indonesia memiliki sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90 % dari jenis tanaman di Asia (Hedi & Dewoto, 2007). Obat herbal yang digunakan untuk terapi, jenisnya bervariasi termasuk herbal yang banyak mengandung minyak atsiri seperti rosemari (Rosemary officinalis L). Rosemari merupakan salah satu tanaman yang dijadikan sebagai obat herbal karena memiliki manfaat untuk kesehatan manusia seperti untuk obat sakit kepala, kelelahan otot, dan demam (DEPKES, 2006). Dahulu Rosemari digunakan untuk mengobati bahkan mencegah penyakit sistem pernapasan, sistem peredarah darah, gangguan pencernaan, ketegangan saraf dan peningkatan memori namun saat ini rosemari juga dipercaya dapat berguna untuk perawatan kulit, seperti mengobati jerawat dan dermatitis (American
(12)
Botanical Council, 2007). Saat ini minyak rosemari populer digunakan sebagai salah satu bahan aromaterapi.
Minyak rosemari dapat digunakan sebagai obat topikal karena salah satu manfaatnya untuk perawatan kulit karena mengandung zat berkhasiat yang memiliki efek terhadap kulit. Sedangkan bukti ilmiah yang dilakukan untuk mengetahui keamanan minyak rosemari terhadap kulit belum ada publikasinya. Dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian uji toksisitas akut dermal dari minyak rosemari dan memakai hewan coba jenis kelamin betina.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :
- Berapa batas keamanan atau LD50 pemaparan pada kulit memakai minyak rosemari yang digunakan secara topikal
- Apakah pemaparan minyak rosemari secara topikal menimbulkan efek pada susunan saraf pusat berupa pengamatan terhadap kelakuan, aktivitas, konvulsi, dan sedasi berdasarkan deskriptif kualitatif
- Apakah pemaparan minyak rosemari secara topikal menimbulkan efek pada susunan saraf otonom berupa pengamatan terhadap miosis, midriasis, dan salivasi berdasarkan deskriptif kualitatif
- Apakah pemaparan minyak rosemari secara topikal menimbulkan efek pada kulit, dan bulu berdasarkan deskriptif kualitatif
- Apakah pemaparan minyak rosemari secara topikal menimbulkan efek pada sistem pernapasan berupa pengamatan terhadap frekuensi pernapasan
(13)
4 Universitas Kristen Maranatha 1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah mengetahui efek dermal sediaan minyak atsiri dalam waktu jangka pendek.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Mengetahui batas keamanan atau LD50 pemaparan pada kulit memakai minyak rosemari yang digunakan secara topikal
- Mengetahui efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf pusat berupa pengamatan terhadap kelakuan, aktivitas, konvulsi, dan sedasi berdasarkan deskriptif kualitatif
- Mengetahui efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf otonom berupa pengamatan terhadap miosis, midriasis, dan salivasi Mengetahui efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada kulit, dan bulu berdasarkan deskriptif kualitatif berdasarkan deskriptif kualitatif - Mengetahui efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada sistem
pernapasan berupa pengamatan terhadap frekuensi pernapasan berdasarkan ANAVA
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
- Sebagai informasi untuk mengetahui efek penggunaan minyak rosemari melalui uji toksisitas akut dermal secara topikal terhadap hewan coba - Sebagai infomasi untuk mengetahui keamanan penggunaan minyak
rosemari melalui uji toksisitas akut dermal secara topikal terhadap hewan coba
(14)
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Uji toksisitas menggunakan minyak rosemari secara topikal yang digunakan dapat memberikan efek yang tidak diinginkan, yang berkaitan dengan kandungan dan konsentrasi zat yang digunakan, frekuensi pemakaian, lama pemakaian, interaksi dari zat kimia atau metabolitnya sehingga dapat menimbulkan efek merugikan atau efek samping. Dengan demikian pemaparan zat pada kulit oleh benda hidup (virus, bakteri, tumbuh-tumbuhan) dan oleh benda mati (pengaruh fisik dan kimiawi) dapat menyebabkan penyakit kulit akibat benda asing (Rassner & Tubingen, 1995).
Secara umum paparan zat asing masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui mulut, kulit, dan inhalasi. Zat yang masuk melalui kulit diserap ke dalam aliran darah dan akan didistribusi ke jaringan tubuh dan organ sehingga akan menyebabkan berbagai hal seperti keracunan, akan di metabolism lebih lanjut, akan disimpan, bahkan dapat langsung di ekskresi (Hodgson, 2004).
Minyak rosemari memiliki kandungan asam rosmarinat, asam caffeic, dan asam carnosol Asam carnosol berguna sebagai antioksidan dan dapat melindungi kulit dari radiasi sinar UV sebagai photo protector dengan melakukan regulasi aktivitas tirosinase lalu stimulasi melanin, sedangkan Asam caffeic merupakan bagian ikatan dari asam rosmarinat.
Asam rosmarinat dapat diserap tubuh melalui oral dan topikal. Dalam penyerapan melalui topikal memiliki bioavailabilitas sekitar 60% dan waktu puncak 4,5 jam. Asam rosmarinat berguna sebagai antioksidan dengan menginhibisi 7,12 dimethylbenz anthracene (DMBA), anti inflamasi dengan menurunkan aktivasi leukotrien dan modulasi inhibisi sistem komplemen, anti alergi dengan menginhibisi aktivitas hyaluronidase dan pelepasan -hexosaminidase, dan anti mikroba terhadap Bacillus Subtillis, Micrococcus Luteus, E.Coli (Indian jurnal of Experimental Biology, 1999).
(15)
6 Universitas Kristen Maranatha Rosemari digunakan sebagai obat-obat tradisional karena memiliki manfaat untuk kesehatan manusia yang cara pemberian dapat dilakukan secara topikal namun dosis yang dapat digunakan masih belum diketahui. Dalam hal ini perlu dilakukan uji keamanannya melalui uji toksisitas, sebagai langkah awal suatu pengembangan obat herbal seperti yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014.
1.5.2
Hipotesis PenelitianDari kerangka pemikiran yang telah disebutkan maka hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Batas keamanan atau LD50 pemaparan pada kulit memakai minyak rosemari yang digunakan secara topikal tidak dilakukan karena tidak menyebabkan kematian
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf pusat :
o Kelakuan timbul efek o Aktivitas timbul efek o Konvulsi tidak timbul efek o Sedasi tidak timbul efek.
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf otonom :
o Miosis tidak timbul efek o Midriasis timbul efek o Salivasi tidak timbul efek
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada sistem pernapasan berupa pengamatan terhadap frekuensi pernapasan dapat mempengaruhi pernapasan
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada lain-lain :
o Kulit tidak timbul efek toksik o Bulu tidak timbul efek toksik
(16)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf pusat berupa pengamatan terhadap :
Kelakuan yaitu gelisah mulai dari kelmpok 3-5 dengan dosis 1000 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB, dan 4000 mg/kgBB
Aktivitas normal pada semua kelompok
Konvulsi tidak terjadi pada semua kelompok
Sedasi terjadi pada kelompok satu dan dua
- Efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf otonom berupa pengamatan terhadap :
Miosis tidak terjadi pada semua kelompok
Midriasis terjadi pada kelompok 3-5 dengan dosis 1000 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB, dan 4000 mg/kgBB
Salivasi tidak terjadi pada semua kelompok
- Efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada sistem pernapasan berupa pengamatan terhadap frekuensi pernapasan berdasarkan ANAVA menunjukan pada jam ke-1 pemaparan minyak rosemari mempengaruhi pernapasan hewan coba dari hari pertama sampai hari ke 10 sedangkan pada jam ke-2 pemaparan minyak rosemari mempengaruhi hewan coba dari hari pertama sampai hari ke 9.
- Efek pemaparan minyak rosemari secara topikal :
Kulit normal pada semua kelompok
(17)
59 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitan :
Menggunakan hewan coba lain seperti yang dianjurkan oleh BPOM yaitu kelinci dan marmut
Menggunakan bentuk sediaan lain obat seperti lotion dan cream Uji toksisitas Subkronis dermal selama 28 hari atau 90 hari Uji iritasi akut dermal
(18)
DAFTAR PUSTAKA
American Botanical Council. (2007, may 31). Rosemary - The Hardy Herb. (M. Bluementhal, Editor) Retrieved january 22, 2015, from American Botanical Council: http://cms.herbalgram.org/herbclip/329/news57.html Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2014). Badan
Pengawas Obat dan Makanan Repubilik Indonesia. Retrieved 2014, from Badan Pengawas Obat dan Makanan Repubilik Indonesia Web site: jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=816
BPOM. (2000). Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Jakarta: BPOM.
CHADHA, D. P. (1995). catatan kuliah ilmu forensik dan toksikologi edisi v. jakarta: widya medika.
Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2006). Inventaris tanaman obat Indonesia (VI). Tawangmangu: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen, K. (2011). profil kesehatan indonesia 2011. Retrieved from www.depkes.go.id.
DEPKES, R. (2006). Inventaris tanaman obat Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Eroschenko, V. P. (2013). Atlas Histologi difiore (11 ed.). jakarta: EGC.
Hedi, & Dewoto, H. R. (2007, Juli 7). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia menjadi Fitofarmaka. Retrieved from Departemen Farmakologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:
file:///C:/Users/GERAD%20GOSAL/Downloads/520-582-1-PB.pdf
Hodgson, E. (2004). A textbook of modern toxicology (3 ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Indian jurnal of Experimental Biology. (1999, february). Bioline International.
Retrieved from Bioline International:
(19)
61 Universitas Kristen Maranatha Kementerian Kesehatan Republik Indonesia . (2012). Profil kesehatan Indonesia
2011. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2011.pdf
lnt.ch. (n.d.). toxicology. Retrieved from lnt.ch: www.lnt.ch/toxicology.pdf
MedicineNet. (2012, Maret 19). Definition Topical. Retrieved from MedicineNet: http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=9878
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2013). PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Retrieved 2013, from
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL:
file:///C:/Users/GERAD%20GOSAL/Downloads/Permenkes%2088-2013%20Rencana%20Induk%20Pengembangan%20BBOT.pdf
Moore, M. D. (2000). Laboratory Animal Medicine and Science Series II. Washington: University of Washington Health Science center for educational resources.
Nurlaila, D. I. (1992). Petunjuk Praktikum Toksikologi (1 ed.). Yogyakarta : Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi : Universitas Gajah Mada.
organicfacts. (n.d.).
Rassner, & Tubingen, G. R. (1995). buku ajar dan atlas dermatologi (4 ed.). jakarta: EGC.
RI, B. (2014).
Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2007). Essentials of anatomy and Physiology (5 ed.). Philadelphia: F. A. DAVIS.
Siregar, c. J. (1991). Prosedur Operasional Baku Uji Toksisitas. Jakarta. Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
University of Maryland Medical Center. (2014). umm.edu. Retrieved from http://umm.edu/health/medical/altmed/herb/rosemary
(1)
5 Universitas Kristen Maranatha
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Uji toksisitas menggunakan minyak rosemari secara topikal yang digunakan dapat memberikan efek yang tidak diinginkan, yang berkaitan dengan kandungan dan konsentrasi zat yang digunakan, frekuensi pemakaian, lama pemakaian, interaksi dari zat kimia atau metabolitnya sehingga dapat menimbulkan efek merugikan atau efek samping. Dengan demikian pemaparan zat pada kulit oleh benda hidup (virus, bakteri, tumbuh-tumbuhan) dan oleh benda mati (pengaruh fisik dan kimiawi) dapat menyebabkan penyakit kulit akibat benda asing (Rassner & Tubingen, 1995).
Secara umum paparan zat asing masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui mulut, kulit, dan inhalasi. Zat yang masuk melalui kulit diserap ke dalam aliran darah dan akan didistribusi ke jaringan tubuh dan organ sehingga akan menyebabkan berbagai hal seperti keracunan, akan di metabolism lebih lanjut, akan disimpan, bahkan dapat langsung di ekskresi (Hodgson, 2004).
Minyak rosemari memiliki kandungan asam rosmarinat, asam caffeic, dan asam carnosol Asam carnosol berguna sebagai antioksidan dan dapat melindungi kulit dari radiasi sinar UV sebagai photo protector dengan melakukan regulasi aktivitas tirosinase lalu stimulasi melanin, sedangkan Asam caffeic merupakan bagian ikatan dari asam rosmarinat.
Asam rosmarinat dapat diserap tubuh melalui oral dan topikal. Dalam penyerapan melalui topikal memiliki bioavailabilitas sekitar 60% dan waktu puncak 4,5 jam. Asam rosmarinat berguna sebagai antioksidan dengan menginhibisi 7,12 dimethylbenz anthracene (DMBA), anti inflamasi dengan menurunkan aktivasi leukotrien dan modulasi inhibisi sistem komplemen, anti alergi dengan menginhibisi aktivitas hyaluronidase dan pelepasan -hexosaminidase, dan anti mikroba terhadap Bacillus Subtillis, Micrococcus Luteus, E.Coli (Indian jurnal of Experimental Biology, 1999).
(2)
6 Universitas Kristen Maranatha
Rosemari digunakan sebagai obat-obat tradisional karena memiliki manfaat untuk kesehatan manusia yang cara pemberian dapat dilakukan secara topikal namun dosis yang dapat digunakan masih belum diketahui. Dalam hal ini perlu dilakukan uji keamanannya melalui uji toksisitas, sebagai langkah awal suatu pengembangan obat herbal seperti yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014.
1.5.2
Hipotesis PenelitianDari kerangka pemikiran yang telah disebutkan maka hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Batas keamanan atau LD50 pemaparan pada kulit memakai minyak rosemari yang digunakan secara topikal tidak dilakukan karena tidak menyebabkan kematian
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf pusat : o Kelakuan timbul efek
o Aktivitas timbul efek o Konvulsi tidak timbul efek o Sedasi tidak timbul efek.
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf otonom : o Miosis tidak timbul efek
o Midriasis timbul efek o Salivasi tidak timbul efek
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada sistem pernapasan berupa pengamatan terhadap frekuensi pernapasan dapat mempengaruhi pernapasan
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada lain-lain : o Kulit tidak timbul efek toksik
(3)
58 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
- Pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf pusat berupa pengamatan terhadap :
Kelakuan yaitu gelisah mulai dari kelmpok 3-5 dengan dosis 1000 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB, dan 4000 mg/kgBB
Aktivitas normal pada semua kelompok
Konvulsi tidak terjadi pada semua kelompok
Sedasi terjadi pada kelompok satu dan dua
- Efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada susunan saraf otonom berupa pengamatan terhadap :
Miosis tidak terjadi pada semua kelompok
Midriasis terjadi pada kelompok 3-5 dengan dosis 1000 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB, dan 4000 mg/kgBB
Salivasi tidak terjadi pada semua kelompok
- Efek pemaparan minyak rosemari secara topikal pada sistem pernapasan berupa pengamatan terhadap frekuensi pernapasan berdasarkan ANAVA menunjukan pada jam ke-1 pemaparan minyak rosemari mempengaruhi pernapasan hewan coba dari hari pertama sampai hari ke 10 sedangkan pada jam ke-2 pemaparan minyak rosemari mempengaruhi hewan coba dari hari pertama sampai hari ke 9.
- Efek pemaparan minyak rosemari secara topikal :
Kulit normal pada semua kelompok
(4)
59 Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitan :
Menggunakan hewan coba lain seperti yang dianjurkan oleh BPOM yaitu kelinci dan marmut
Menggunakan bentuk sediaan lain obat seperti lotion dan cream
Uji toksisitas Subkronis dermal selama 28 hari atau 90 hari
Uji iritasi akut dermal
(5)
60 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
American Botanical Council. (2007, may 31). Rosemary - The Hardy Herb. (M. Bluementhal, Editor) Retrieved january 22, 2015, from American Botanical Council: http://cms.herbalgram.org/herbclip/329/news57.html Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2014). Badan
Pengawas Obat dan Makanan Repubilik Indonesia. Retrieved 2014, from Badan Pengawas Obat dan Makanan Repubilik Indonesia Web site: jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=816
BPOM. (2000). Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Jakarta: BPOM.
CHADHA, D. P. (1995). catatan kuliah ilmu forensik dan toksikologi edisi v. jakarta: widya medika.
Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2006). Inventaris tanaman obat Indonesia (VI). Tawangmangu: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen, K. (2011). profil kesehatan indonesia 2011. Retrieved from www.depkes.go.id.
DEPKES, R. (2006). Inventaris tanaman obat Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Eroschenko, V. P. (2013). Atlas Histologi difiore (11 ed.). jakarta: EGC.
Hedi, & Dewoto, H. R. (2007, Juli 7). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia menjadi Fitofarmaka. Retrieved from Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: file:///C:/Users/GERAD%20GOSAL/Downloads/520-582-1-PB.pdf
Hodgson, E. (2004). A textbook of modern toxicology (3 ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Indian jurnal of Experimental Biology. (1999, february). Bioline International.
Retrieved from Bioline International:
(6)
61 Universitas Kristen Maranatha
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia . (2012). Profil kesehatan Indonesia
2011. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2011.pdf
lnt.ch. (n.d.). toxicology. Retrieved from lnt.ch: www.lnt.ch/toxicology.pdf
MedicineNet. (2012, Maret 19). Definition Topical. Retrieved from MedicineNet: http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=9878
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2013). PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Retrieved 2013, from
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL:
file:///C:/Users/GERAD%20GOSAL/Downloads/Permenkes%2088-2013%20Rencana%20Induk%20Pengembangan%20BBOT.pdf
Moore, M. D. (2000). Laboratory Animal Medicine and Science Series II. Washington: University of Washington Health Science center for educational resources.
Nurlaila, D. I. (1992). Petunjuk Praktikum Toksikologi (1 ed.). Yogyakarta : Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi : Universitas Gajah Mada.
organicfacts. (n.d.).
Rassner, & Tubingen, G. R. (1995). buku ajar dan atlas dermatologi (4 ed.). jakarta: EGC.
RI, B. (2014).
Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2007). Essentials of anatomy and Physiology (5 ed.). Philadelphia: F. A. DAVIS.
Siregar, c. J. (1991). Prosedur Operasional Baku Uji Toksisitas. Jakarta. Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
University of Maryland Medical Center. (2014). umm.edu. Retrieved from http://umm.edu/health/medical/altmed/herb/rosemary