PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK PENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matemtika Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 1 Ter

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA UNTUK PENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMPN 1 TERAS
TAHUN 2014/2015

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:
MARFUQOTUL HIDAYAH
A 410 110 089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Oleh
Marfuqotul Hidayah1, Sutama2

1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS
2

Staf Pengajar UMS

Marfuqotul_h@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of research to describe the increase in problem solving ability math
through learning strategies Problem Based Learning (PBL) with students of SMP Negeri 1
Teras C class VIII 2014/2015 year. The type of research base kualitatif approach with
classroom action research desain. The technique of collecting data through observation,
testing, field notes, and documentation. The data obtained in the form of scores in the cycle
I and cycle II. Data analysis techniques performed by the method of flow. In crease student
in mathematical problem-solving ability: 1) the student is able to understand the problem
before action 43,75%, 84,375% first cycle, second cycle and 93,75%, 2) students are able
to plan the settlement of the problem before action 34,375%, the first cycle 78,125%, and
84,375% second cycle, 3) the student is able to carry out the appropriate problem

resolution before the action plan 28,125%, 87,5% the first cycle, and second cycle
90,625% 4) students were able to see back for all the steps before the actions 21,875%,
78,125% the first cycle, and second cycle 84,375%. Based on the description above
concluded that the application of learning strategies problem based learning can improve
math problem solving ability.
Keywords: ability, math problem, problem based learning

Abstrak
Tujuan penelitian, mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika melalui strategi Problem Based Learning pada siswa SMP Negeri 1 Teras
kelas VIII C tahun 2014/2015. Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya kualitatif
dengan desain penelitian tindakan kelas. Tehnik pengumpulan data, observasi, tes, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Tehnik analisis data dengan metode alur. Hasil penelitian, ada
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika. Peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa:1) siswa mampu memahami masalah sebelum
tindakan 43,75%, siklus I 84,375%, dan siklus II 93,75%, 2) siswa mampu merencanakan
penyelesaian masalah sebelum tindakan 34,375%, siklus I 78,125%, dan siklus II 84,375%,
3) siswa mampu melaksanakan penyelesaian masalah sesuai rencana sebelum tindakan

1


28,125%, siklus I 87,5%, dan siklus II 90,625% , dan 4) siswa mampu melihat kembali
hasil penyelesaian 21,875%, siklus I 78,125%, dan siklus II 84,375%. Berdasarkan uraian
diatas disimpulkan bahwa penerapan strategi Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika.
Kata Kunci: kemampuan, masalah matematika, problem based learning

Pendahuluan
Pada pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah menjadi sangat
penting untuk diajarkan kepada siswa. Dengan pembelajaran pemecahan masalah, peserta
didik dapat mengembangkan cara berfikir yang akan digunakan sebagai konsep dan belajar
lebih dewasa sehingga peserta didik itu lebih mandiri.
Menurut Pujiastuti, Yaya, Utari, dan Jamawi (2014) menyatakan bahwa pemecahan
masalah adalah kemampuan penting untuk dikuasai oleh siswa. Dikatakan bahwa siswa
yang terampil dalam memecahkan masalah juga akan memiliki keterampilan dalam
mengidentifikasi masalah, memilih informasi yang relevan, menyusun, menganalisis,
mengevaluasi, dan merenungkan hasil
Menurut Gunantara, Suarjana, dan Nanci Riastini. (2014) kemampuan pemecahan
masalah merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Oleh

karena itu dalam proses pembelajaran guru mampu merangsang kreativitas siswa dalam
memecahkan suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa
karena dengan siswa mampu menyelesaikan suatu masalah siswa memperoleh
pengalaman, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki oleh siswa
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Gunantara, Suarjana, dan Nanci Riastini (2014), indikator kemampuan
pemecahan masalah

sebagai berikut: 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan

penyelesaian, 3) Melaksanakan rencana, dan 4) Melihat kembali.
Data awal dari observasi pada kelas VIII C SMPN 1 Teras dari 32 siswa diperoleh
bahwa siswa yang mampu memahami masalah sebanyak 14 siswa (43,75%), siswa yang
mampu merencanakan penyelesaian sebanyak 11 siswa (34,375%), siswa yang mampu
melaksanakan rencana sebanyak 9 siswa (28,125%), dan siswa mampu melihat kembali
hasil penyelesaian sebanyak 7 siswa (21,875%).

2

Akar


penyebab

rendahnya

kemampuan

pemecahan

masalah

matematika

dikarenakan : (1) dalam proses pembelajaran Matematika di kelas VIII C, guru masih
menggunakan metode ceramah, (2) dalam proses pembelajaran Matematika guru kurang
mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran atau kurang merangsang siswa
untuk berfikir kreatif, (3) sebagian siswa tidak memperhatikan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru, dan (4) guru kurang memberikan latihan soal kepada siswa
sehingga mereka mengalami kebingungan atau kesulitan apabila menghadapi soal yang
bervariasi. Menurut Utami (2013) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dan
materi pelajaran.
Menurut Sugiyanto (2010), ada lima tahapan strategi Problem Based Laearning
(PBL), yaitu sebagai berikut: 1) Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa,
2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti, 3) Membantu investigasi mandiri dan
kelompok, 4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil, dan 5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2012:152) bahwa kelebihan dari PBL adalah : 1)
Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan merasa tertantang untuk
menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga
menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world). 2) Memupuk
solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian
berdiskusi dengan teman sekelasnya. 3) Makin mengakrabkan guru dengan siswa. 4)
Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siawa melalui eksperimen hal
ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan metode eksperimen.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan hipotesis yaitu melalui strategi
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Teras tahun 2014/2015. Penelitian ini

mempunyai tujuan secara umum dan secara khusus. Secara umum penelitian ini
mempunyai tujuan untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
pembelajaran matematika. Sedangkan secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan

3

untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika bagi siswa kelas VIII C
semester genap SMPN 1 Teras tahun 2014/2015 dengan penerapan strategi Problem Based
Learning.

Metode Penelitian
Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya kualitatif

di desain Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suroso (2007:20) PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih
profesional.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Teras. Subyek penelitian ini adalah siswa

dan guru SMP Negeri 1 Teras. Siswa yang menjadi subyek penerima tindakan, yaitu siswa
kelas VIII C. Sementara itu, subyek pelaku tindakan, yaitu guru matematika kelas VIII C.
Menurut Sutama (2010:99) Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif
kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang
menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Ada dua jenis
metode yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu metode pokok dan metode
bantu.
Pada penelitian tindakan kelas, analisis data yang dilakukan adalah analisis data
kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan metode alur yaitu data dianalisis sejak
tindakan pembelajaran dilaksanakan selama proses pembelajaran dan dikembangkan
selama proses refleksi sampai proses penyususnan laporan.
Keabsahan data dilakukan dengan observasi secara terus menerus, triangulasi
sumber, dan triangulasi metode. Menurut Sutama (2010: 101) triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada kondisi awal, guru belum menggunakan strategi problem based learning
(PBL). Pada proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah atau konvensional.


4

Menurut Yeni (2011) dalam pembelajaran konvensional guru cenderung lebih aktif sebagai
sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran.
Pada kondisi awal banyak siswa yang ramai dengan temannya dan tidak
memperhatikan guru. Selain itu siswa malas mengejakan soal yang diberikan oleh guru.
Menurut Linidinillah (2008), agar mengajar pemecahan masalah lebih efektif, maka guru
perlu memahami faktor-faktornyanya, yaitu: waktu, perencanaan, sumber belajar-media,
teknologi, serta pengelolaan kelas. Dapat dimaknai bahwa peran guru sangatlah penting
bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan kelas siklus I dengan menerapkan strategi problem based
learning. Dalam pelaksanaan pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan.Guru
memberikan masalah mengenai luas ldan keliling lingkaran yang nantinya akan mereka
gunakan untuk bahan diskusi. Menurut Linidinillah (2008) media yang sangat menentukan
adalah LKS yang dibuat oleh guru untuk memandu atau melatih siswa dalam
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.
Siswa di beri waktu untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru.
Abdullah, Tarmizia dan Abu (2010) Dari penelitian ini, dapat berpendapat bahwa
kelompok PBL digunakan masalah Polya yang memecahkan heuristik yang lebih efektif,

ditampilkan keterampilan komunikasi matematika yang lebih baik dan menunjukkan kerja
sama tim yang lebih kuat dibandingkan dengan kelompok CT.
Guru berkeliling mengawasi dan membantu siswa yang merasa kesulitan dalam
menyelesaikan soal. Proses pembelajaran diahkiri dengan guru dan siswa bersama-sama
membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Dan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang dianggap sulit oleh siswa
atau hal-hal belum di pahami siswa.
Pada siklus I kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan,
namun belum sesuai harapan. Siwa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal. Siswa
masih kesulitan memahami masalah dan menentukan rumus yang digunakan. Hal ini
dikarenakan belum terbiasanya siswa dengan penerapan strategi problem based learning
(PBL). Oleh karena itu, guru bersama dengan peneliti sepakat untuk melaksanakan
tindakan pada siklus II.

5

Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II, sebelum memberi materi guru terlebih
dahulu mengkondisikan siswa dengan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa
kehadiran peserta didik, mengecek kesiapan siswa sebelum memulai pelajaran. Selain itu
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa bisa menentukan

sudut pusat dan sudut keliling lingkaran, serta materi panjang busur, luas juring, dan luas
tembereng suatu lingkaran.
Guru memberikan masalah agar timbul keinginan siswa untuk mencoba. Siswa
diminta untuk memahami masalah tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan Fadlillah
(2014) berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh peningkatan hasil tes siswa
yang ketuntasan klasikalnya lebih dari 75% dan skor pemecahan masalah siswa termasuk
dalam kategori “BAIK”. Dengan penerapan pembelajaran metode Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru berkeliling untuk mengamati, membantu, dan membimbingsiswa yang
mengalami kesulitan menyelesaikan masalah. Setelah selesai berdiskusi, perwakilan
kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok
lain memberikan tanggapan serta membandingkan hasil diskusinya. Pada 40 menit ahkir
pembelajaran guru memberikan tes terkontrol mandiri untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah siswa dan setelah selesai dikumpulkan.
Pada siklus II penerapan strategi problem based learning sudah berjalan sesuai
dengan harapan. Siswa sudah terbiasa dengan penerapan strategi problem based learning
dan indikator kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan.
Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan penelitian siswa yang mampu
memahami masalah sebanyak 14 siswa (43,75%), dan setelah tindakan pada siklus I
sebanyak 27 siswa (84, 375%), dan pada siklus II ada 30 siswa (93,75%). Abdulah,
Zakaria, dan

Halim (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan

strategi melalui represensi visual pada prestasi dan pemahaman konseptual dalam
kemampuan pemecahan masalah penting dalam pembelajaran matematika. Melalui
represensi visual siswa mampu memahami masalah dengan dengan membayangkan
masalah melalui gambar dan melalui pemahaman konsep siswa mampu menujukkan
konsep dan prosedur matematka yang diperlukan dalam pemecahan masalah matemtika.

6

Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan penelitian siswa yang mampu
merencanakan penyelesaian sebanyak 11 siswa (34,375%), dan setelah tindakan pada
siklus I sebanyak 25 siswa (78,125%), dan pada siklus II sebanyak 27 siswa (84,375%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Ismail dan Atan (2011) yang
menyatakan bahwa pelajar harus mampu merancang dan melaksanakan strategi serta
memiliki pengetahuan tentang prosedur penyelesaiannya. Hal ini berarti siswa harus
menentukan strategi yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah.
Data yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu melaksanakan
rencana penyelesaian sebanyak 9 siswa (28,125%), dan setelah dilakukan tindakan pada
siklus I sebanyak 28 siswa (87,5%), dan pada siklus II sebanyak 29 siswa (90,625%). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Ismail dan Atan (2011) menyatakan
bahwa melaksanakan penyelesaian masalah merupakan cara yang telah ditentukan pada
tahap perumusan penyelesaian masalah. Hal ini berarti siswa harus memproses informasi
dan bukti-bukti untuk memperoleh hasil.
Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu melihat
kembali hasil penyelesaian sebanyak 7 siswa (21,875%) , setelah dilakukan tindakan pada
siklus I sebanyak 25 siswa (78,125%), dan pada siklus II sebanyak 27 siswa (84,375%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Ismail dan Atan (2011) yang menyatakan bahwa siswa
perlu memeriksa kembali penyelesaian terhadap masalah. Termasuk memeriksa langkahlangkah penyelesaian dan alternatif strategi yang digunakan dalam penyelesaian.
Adapun hasil pekerjaan siswa mengenai kemampuan pemecahan masalah dapat
dilihat pada gambar berikut.

7

Gambar 4.1
Kemampuan pemecahan masalah matematika masih rendah
Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa tergolong
masih rendah. Rumus yang digunakan dalam penyelesaian masalah masih belum tepat. Hal
ini disebabkan karena siswa masih kesulitan dalam merumuskan masalah sehingga
menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya dan siswa belum terbiasa menyelesaikan
soal secara runtut.

Gambar 4.2
Kemampuan pemecahan masalah siswa tinggi
Gambar 4.2 menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa tinggi. Siswa
menjawab secara runtut proses penyelesaian dengan benar, yaitu dengan menuliskan
informasi yang terdapat pada soal, merencanakan penyelesaian dengan menentukan rumus
arau alternatif penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan, dan melakukan pengecekan hasil yang diperoleh terhadap langkah maupun
proses yang digunakan serta menyimpulkan hasil ahkir sesuai permintaan soal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari siklus I hingga siklus II mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa penerapan strategi problem based learning telah
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII C SMPN 1
Teras. Mariani, Wardono, Kusumawardani (2014) Berdasarkan hasil penelitian tentang
efektivitas pembelajaran dengan PBL Matematika dibantu Pop Up Book, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa PBL pembelajaran dibantu oleh Matematika Pop Up Book efektif
terhadap kemampuan spasial siswa di kelasVIII pada materi pelajaran geometri.

8

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat dilaihat dari
indikator-indikator peningkatan kemampuan pemecahan masalah dari data sebelum dan
sesudah diterapkannya strategi Problem Based Learning (PBL) pada siswa SPN 1 Teras
yang dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
No.

1.

2.

3.

4.

Sesudah Tindakan

Indikator Peningkatan Kemampuan

Sebelum

Pemecahan asalah

Tindakan

Siklus I

Siklus II

14 Siswa

27 Siswa

30 Siswa

(43,75%)

(84,375%)

(93,75%)

11 Siswa

25 Siswa

27 Siswa

(34,375%)

(78,125%)

(84,375%)

9 Siswa

28 Siswa

29 Siswa

(28,125%)

(87,5%)

(90,625%)

7 Siswa

25 Siswa

27 Siswa

(21,875%)

(78,125%)

(84,375%)

Memahami Masalah
Merencanakan

Penyelesaian

Masalah
Melaksanakan

Rencana

Penyelesaian Masalah
Melihat Kembali Hasil Penyelesaian
Masalah

Adapun grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dari
sebelum tindakan sampai tindakan kelas siklus II dapat digambarkan sebagai berikut

Grafik Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Melalui
Problem Based Learning (PBL)
35
Jumlah Siswa

30

memahami masalah

25
Merencanakan
Penyelesaian Masalah

20
15

Melaksanakan Rencana
Penyelesaian Masalah

10
5
0
sebelum
tindakan

siklus I

siklus II

Melihat Kembali Hasil
Penyelesaian Masalah

Gambar 4.3
Grafik Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

9

Penerapan strategi pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan strategi
problem based learning. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari siklus I hingga
siklus II menunjukkan bahwa penerapan strategi problem based learning mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII C SMP
Negeri 1 Teras tahun ajaran 2014/2015.
Simpulan
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada penelitian ini, dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan
strategi Problem Based Learning (PBL). Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
pembelajaran yaitu 1) siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 4 anggota, 2)
guru memberikan LKS yang berisi beberapa masalah yang akan dijadikan bahan diskusi,
3) siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, 4) salah satu
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan teman
yang lain menanggapi, dan 5) di ahkir pembelajaran, guru bersama siswa menarik
kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.
Setelah diterapkan pembelajaran matematika menggunakan strategi Problem Based
Learning, guru banyak mengalami perubahan pada proses pembelajaran. Pada proses
pembelajaran guru melibatkan siswa untuk lebih aktif dan dapat memperluas wawasan
guru mengenai strategi yang digunakan pada pembelajaran, sehingga pada proses
pembelajaran tidak membosankan dan siswa tidak pasif. Sehingga, kemampuan
pemecahan masalah matemtika siswa meningkat.
Hal tersebut dapat dilihat dari tercapainya indikator kemampuan pemecahan
masalah sebagai berikut:
1. Siswa dalam memahami masalah
Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan penelitian siswa yang mampu
memahami masalah sebanyak 14 siswa (43,75%), dan setelah tindakan siklus I
sebanyak 27 siswa (84, 375%), dan pada siklus II ada 30 siswa (93,75%).
2. Siswa dalam merencanakan penyelesaian masalah

10

Data pengamatan sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu merencanakan
penyelesaian pemecahan masalah sebanyak 11 siswa (34,375%), pada siklus I sebanyak
25 siswa (78,125%), dan pada siklus II sebanyak 27 siswa (84,375%).
3. Siswa dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah
Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu melaksanakan
penyelesain masalah sebanyak 9 siswa (28,125%), da setelah dilakukan tindakan pada
siklus I sebanyak 28 siswa (87,5%), dan pada siklus II sebanyak 29 siswa (90,625%).
4. Siswa dalam melihat kembali hasil penyelesaian masalah
Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan

siswa yang mampu melihat

kembali hasil penyelesaian masalah sebanyak 7 siswa (21,875%) , pada siklus I
sebanyak 25 siswa (78,125%), dan pada siklus II sebanyak 27 siswa (84,375%).

Daftar Pustaka
Abdullah, Nur Izzati, Rohani Ahmad Tarmizia & Rosini Abu. 2010. The Effects of
Problem Based Learning on Mathematics Performance and Affective Attributes
in Learning Statistics at Form Four Secondary Level. International Conference
on Mathematics Education Research 2010 (ICMER 2010). 8: 370-376.
Abdulah, Nasarudin., Zakaria, Effandi., dan Halim, Lilia. 2012. “The effect of a Thinking
Strategy Approach through Visual Representation on Achievement Conceptual
Understanding in Solving Mathematical Word Problems”. Asian Social Science,
Vol.8 (16): 30-37.
Ahmad Saebani,Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia
Fadlilah, Hayyu Nur. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode
Problem Based Learning. Jurnal Penelitian Pendidikan, 1(1): 33-39.
Gd.Gunantara, Md. Suarjana, Pt. Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Untuk meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesa. 2(1): 1-10
Ismail, Sarimah dan Abreza Atan. 2011. “Aplikasi Pendekatan Penyelesaian Masalah
Dalam pengajaran Mata Pelajaran Teknikal dan Vokasional di Fakulti
Pendidikan UTM“. Journal of Educational Psychology and Counseling. 2(1):
113-144
Lidinillah, D. A. M. 2008. “Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah
Dasar”. JURNAL Pendidikan Dasar. Vol.1 No. 10, 67-77.
Mariani, Scolastika, dkk. 2014. The Effectiveness Of Learning By PBL Assisted
Mathematics Pop Up Book Againts The Spatial Ability In Grade VII On
Geometry Subject Matter. International Journal Of Education And Researh:
2(8): 531-548.

11

Pujiastuti, H., Yaya, S., Utari, S., Jarnawi, A.D. 2014. Inquiry Co-Operation Model for
Enhancing Junior High School Students’ Mathematical Problem Solving
Ability.Internasional Journal of Contemporary Educational Research, 1(1): 5160
Utami, Rini. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Langkah Penyelesaian
Berdasarkan Polya dan Krulik-Rudnick Ditinjau Dari Kreativitas Siswa. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika. 1(1):81-96
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pressindo
Suroso. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pararaton
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori Dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK.
Semarang: CV. Citra Mandiri Utama
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Teori Aktif dan Asesmen. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Yeni, E. M. 2011. "Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Siswa Kelas V
Sekolah Dasar". Jurnal Edisi Khusus. No. 1, 63-75.

12

Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Open Ended pada Pembelajaran Problem Based Learning

2 36 361

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PAHLAWAN NASIONAL MEDAN.

0 3 27

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI PYTHAGORAS MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Pemecahan Masalah Matematika Materi Pythagoras Melalui Penerapan Problem Based Learning (Ptk Siswa Kelas Viii Semester Gasal Smp Kasatriyan 1

0 2 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK FARMASI PHARMACA MEDAN.

6 61 29

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMTIKA UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matemtika Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 1 Teras

0 3 17

PENDAHULUAN Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matemtika Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 1 Teras Tahun 2014/2015.

0 3 4

DAFTAR PUSTAKA Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matemtika Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 1 Teras Tahun 2014/2015.

0 3 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK.

2 31 239

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIF,

0 3 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA SMA

0 0 19