PUBLIKASI KARYA ILMIAH Hubungan Antara Asupan Karbohidrat Lemak Dan Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Anak Sekolah Dasar Di Sdn 01 Gayamdompo Karanganyar.
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT LEMAK DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK
SEKOLAH DASAR DI SDN 01 GAYAMDOMPO KARANGANYAR
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh ijazah S-1 Gizi
Disusun oleh :
FEBRI GALUH KUSUMANINGTYAS
J310 100 073
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT LEMAK DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK
SEKOLAH DASAR DI SDN 01 GAYAMDOMPO KARAGANYAR
Febri Galuh Kusumaningtyas *
Pembimbing: Siti Zulaekah *
Isnaini Herawati **
*Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
**Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah
Surakarta
Febrikusuma92@gmail.com
Abstract
The number of children who are often exposed to various diseases, such
as respiratory diseases, gastrointestinal, disease or lack of movement and
immune deficiencies problems related to low levels of physical fitness of childre.
Adequacy of energy, protein, fats and carbohydrates would affect the immune
system and development of the child, so the ability to carry out everyday tasks
that require the presence of physical fitness can be done well. Premilinary results
of the survey at SD N 01 Gayamdompo Karanganyar found that children with
poor physical fitness level of 19,2%.
Determine the correlation between carbohydrate intake of fat and body
mass index at the level of physical fitness of primary school children in SD N 01
Gayamdompo Karanganyar
This study is an observational study with cross sectional approach. The
population in this study were all Class III, IV, V of 123 children and sample in this
study were 46 children selected by stratified random sampling method.Test data
normality using the Kolmogorov-Smirnov Test and test correlation using
Spearman Rank correlation test.
The results showed that the intake of carbohydrates subjects deficit of
50%, fat intake of 72% of normal subjects, 59% of BMI subject to normal
nutritional status and physical fitness measurement subject is 59%. The test
results correlation carbohydrate intake with physical fitness is p = 0.035, fat
intake with physical fitness is p = 0.965, and the relationship with physical fitness
BMI was.
There is significan correlation between carbohydrate intake with physical
fitness level of children, but no significan correlation found between fat intake and
body mass index in children's level of physical fitness
KEYWORDS: Carbohydrates. Fat. Body Mass Index and Physical Fitness
REFERENCES: 1989 - 2013
PENDAHULUAN
Anak sekolah adalah anak yang
Kegiatan fisik yang bersifat aktif
berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih
dan memerlukan peran penting dari
kuat dibandingkan balita atau anak usia
kebugaran jasmani bagi anak sekolah
prasekolah, mempunyai sifat individual
antara
serta aktif dan tidak bergantung dengan
kemampuan
orang tua. Anak sekolah atau masa
emosional, sportivitas, dan semangat
kanak-kanak pertengahan merupakan
kompetisi. Beberapa penelitian juga
salah
menyebutkan
satu
kelompok
yang
rentan
lain
dapat
meningkatkan
organ
tubuh,
bahwa
sosial
kesegaran
terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga
jasmani memiliki korelasi positif dengan
anak sekolah harus dipantau agar
prestasi akademis (Adisapoetra, 1999).
ketidakcukupan
gizi
bisa
dihindari.
Menurut
Suharjana
(2004),
Pertumbuhan putri lebih cepat daripada
bahwa
putra (Sediaoetama, 2000).
kemampuan seseorang untuk dapat
kebugaran
jasmani
adalah
Tumbuh berkembangnya anak
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
usia sekolah yang optimal tergantung
pekerjaan tanpa timbul kelelahan yang
pemberian gizi dengan kualitas dan
berlebihan
kuantitas yang baik serta benar. Pada
menikmati waktu luang. Kebugaran
masa
jasmani dipengaruhi oleh beberapa hal,
tumbuh
kembang
tersebut
pemberian gizi atau asupan makanan
diantaranya
pada
komposisi
anak
dilaksanakan
tidak
selalu
dengan
dapat
sempurna.
Masalah yang sering timbul terutama
dalam
pemberian
makanan
sehingga
asupan
tubuh.
masih
zat
gizi
Komposisi
dapat
dan
tubuh
tersebut dipengaruhi oleh besarnya
status gizi seseorang.
yang
Permasalahan
yang
terjadi
bergizi dan berimbang yang tidak benar
terkait dengan kebugaran jasmani saat
dan menyimpang. Bukan hanya itu
ini masih sangat memprihatinkan. Hal
saja,
melakukan
ini terlihat dengan banyaknya anak
kegiatan dengan bantuan alat-alat yang
yang sering terkena berbagai penyakit,
serba praktis, sehingga menjadi mudah
seperti
lelah ketika melakukan kegiatan fisik
pencernaan, ataupun penyakit kurang
yang bersifat aktif (Judarwanto, 2005)
gerak dan menurunnya daya tahan
contoh
terbiasa
penyakit
pernafasan,
tubuh. Permasalahan tersebut terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor yang
sehingga
menyebabkan
jasmani
kebugaran jasmani (Poerwanto, 2005).
menurun salah satunya adalah asupan
Aktivitas fisik atau latihan fisik menurut
zat gizi yang tidak seimbang.
Irianto (2004) mempengaruhi semua
kebugaran
Zat gizi yang baik adalah gizi
akan
mempengaruhi
komponen kebugaran jasmani
Lemak
yang seimbang, artinya asupan zat gizi
merupakan
sumber
harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
energi utama untuk pertumbuhan dan
Kebutuhan gizi pada setiap orang
aktivitas fisik bagi anak. Besarnya
berbeda-beda
unsur
energi yang dihasilkan per gram lemak
metabolik dan genetikanya masing-
adalah lebih besar dari energi yang
masing
2002).
dihasilkan oleh satu gram karbohidrat
Keseimbangan zat gizi yang tidak
atau satu gram protein. Satu gram
terpenuhi dalam jangka waktu lama
lemak menghasilkan sembilang kalori
dapat membuat seseorang mempunyai
(Budiyanto, 2004).
status gizi yang buruk.
terutama dalam bentuk trigliserida akan
berdasarkan
(Supariasa,
Karbohidrat merupakan nutrisi
Simpanan lemak
berada di jaringan otot serta jaringan
satu
gram
adipose. Simpanan trigliserida akan
dikonsumsi
akan
dipecah menjadi gliserol dan asam
menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
lemak bebas pada saat berolahraga
Karbohidrat di dalam tubuh yang telah
untuk
melalui proses hidrolisis dipecah untuk
sehingga
dijadikan
paling
Konsumsi lemak sekitar 20-35% dari
sederhana yaitu glukosa. Glukosa yang
total kebutuhan energi untuk membantu
merupakan sumber energi tidak hanya
menjaga kecukupan energi dan asupan
untuk kerja otot namun juga otak,
nutrisi. Salah satu fungsi penting lemak
glukosa ini dapat tersimpan di dalam
yaitu sumber energi untuk kontraksi
aliran
otot.
sumber
energi.
karbohidrat
Setiap
yang
bentuknya
darah
yang
(glukosa
darah)
dan
kemudian
dimetabolisme
menghasilkan
Jika
lemak
energi.
meningkat
maka
tersimpan dalam bentuk glikogen di
aktivitas fisik akan menurun (Koeswara,
dalam jaringan otot dan juga hati.
2008).
Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan
berlebih
meningkatkan
menimbulkan
simpanan
glikogen
Penimbunan
dalam
lemak
tubuh
obesitas.
akan
Keadaan
tubuh, dan semakin tinggi simpanan
obesitas
glikogen akan semakin tinggi pula
mempengaruhi intensitas aktivitas fisik
aktivitas
seseorang
yang
dapat
dilakukan,
inilah
yang
yang
yang
cenderung
akan
turun.
Lemak dalam tubuh yang berlebih,
Hasil penelitian Utari (2004) pada anak
aktivitas fisik atau latihan menurun
usia
maka daya tahan kardiovaskulernya
menunjukan
akan
Massa Tubuh semakin rendah Tingkat
buruk.
Karena
aktivitas
fisik
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
Keuntungan
kebugaran
tahun
semakin
di
Semarang
tinggi
Indeks
Kesegaran Jasmani.
jasmani.
penggunaan
6-12
Berdasarkan
hasil
survey
lemak
pendahuluan di SDN 01 Gayamdompo
sebagai sumber energi adalah lemak
Kabupaten Karanganyar dari 20 sampel
tidak
laktat
diketahui tingkat konsumsi karbohidrat
sehingga tidak menyebabkan terjadinya
siswa sebesar 39,7% dan konsumsi
kelelahan. Penggunaan glikogen otot
lemak
dan glukosa darah sebagai sumber
prevalensi status gizi kurang sebanyak
energi
maka
27,3%, status gizi baik sebanyak 57,5%,
tubuh
dan status gizi lebih sebanyak 15,2%.
menghasilkan
semakin
penggunaan
asam
menurun,
lemak
dalam
sebesar
48,9%.
Sedangkan
Tingkat kebugaran jasmani siswa yaitu
meningkat (Giriwijoyo, 2012)
Hasil penelitian oleh Zulaekah
80,8% mempunyai tingkat kebugaran
dan Nugrahaini Puji (2007) menyatakan
jasmani baik dan tingkat kesegaran
bahwa
jasmani buruk sebanyak 19,2%. Dari
di
sekolah
Kartasura
menunjukkan
karbohidrat
dasar
wilayah
Kabupaten
Sukoharjo
latar
tingkat
konsumsi
mengetahui hubungan antara asupan
sebesar
40,7%,
protein
belakang
diatas
peneliti
ingin
karbohidrat, lemak dan indeks massa
sebesar 64,8%, dan lemak sebesar
tubuh
51,9%,
jasmani siswa di SDN 01 Gayamdompo
dari
hasil
tersebut
tidak
menunjukkan adanya hubungan yang
dengan
tingkat
kebugaran
Karanganyar.
signifikan terhadap tingkat kebugaran
jasmani siswa. Hasil penelitian oleh
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
Hastuti (2010), di Sekolah Dasar di
wilayah Kartasura Kabupaten Sukoharjo
dalam
juga
konsumsi
observasional dengan pendekatan cross
karbohidrat defisit tingkat berat 40,7%,
sectional. Lokasi penelitian dilakukan di
tingkat konsumsi protein defisit tingkat
Desa
berat
64,8%, tingkat konsumsi lemak
Gayamdompo, Kabupaten Karanganyar.
defisit tingkat berat 51,9%, dan tingkat
Waktu penelitian dilaksanakan pada
kesegaran jasmani sangat baik 75,9%.
bulan Februari-Maret 2015. Penentuan
menunjukkan tingkat
penelitian
Gayamdompo
ini
adalah
Kecamatan
sampel dilakukan secara proportional
HASIL DAN PEMBAHASAN
stratified random sampling berdasarkan
1. Karakteristik
kelas, setiap kelas yang telah ditentukan
Subjek
Penelitian
Menurut Jenis kelamin
memiliki kesempatan yang sama untuk
Distribusi
subjek
dijadikan sampel yang sesuai dengan
penelitian
kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel
kelamin dapat dilihat pada tabel :
dalam penelitian ini adalah anak sekolah
dasar
di
SDN
01
Data identitas subjek diperoleh
memberikan
formulir
identitas yang meliputi nama, alamat
dan
jenis
kelamin.
Data
jenis
Subjek Penelitian
Gayamdompo,
sampel 46 anak.
cara
berdasarkan
Tabel 1. Kategori Jenis Kelamin
Kabupaten Karangayar dengan jumlah
dengan
ini
jenis
Kelamin
Jumlah
(n)
Presentase
(%)
Laki-laki
27
59
Perempuan
19
41
Jumlah
46
100
asupan
Berdasarkan
karbohidrat dan lemak diperoleh dengan
tabel
1
metode recall konsumsi makanan 24
menunjukkan subjek yang berjenis
jam selama 4 hari tidak berturut-turut.
kelamin laki-laki sebesar 59% lebih
Data IMT diperoleh dari pengukuran
banyak
antropometri
berjenis kelamin perempuan yaitu
BB
dan
TB,
data
kebugaran jasmani diperoleh dengan
disbanding
dengan
yang
sebesar 41%.
metode Harvard Step Test.
Analisis
program
data
menggunakan
17.0.
Analisis
SPSS
data
2. Asupan karbohidrat
Tabel 2. Kategori asupan karbohidrat
subjek
meliputi analisis univariat dan analisis
Asupan Karbohidrat
N
Defisit
23
50
kelamin, asupan karbohidrat, asupan
Normal
19
41,3
lemak, IMT dan kebugaran jasmani
Lebih
4
8,7
Total
46
100
bivariat.
Analisis
univariat
dilakukan
(%)
untuk mengetahui karakteristik jenis
pada
anak.
Uji
kenormalan
data
menggunakan uji Kolmogrov Smirov.
Hasil uji kenormalan data menunjukkan
data berdistribusi tidak normal, sehingga
menggunakan uji Rank Spearman.
Persentase
Berdasarkan tabel 2 menunjukan
subjek
dengan
asupan
karbohidart
defisit yaitu sebesar 50%. Sedangkan
jumlah
subjek
dengan
asupan
karbohidrat normal yaitu sebesar 41%
Rata-rata asupan lemak siswa yaitu
dan
sebesar
subjek
yang
dengan
asupan
96,83
gr
nilai
maxsimum
karbohidrat lebih yaitu sebesar 9%. Nilai
asupan lemak yaitu sebesar 122,08 gr
maksimal
dan nilai minimum asupan lemak siswa
adalah
asupan karbohidrat
siswa
148,96 gr dan nilai minimum
sebesar
30,20
gr
sedangkan
yaitu sebesar 68,06 gr.
Lemak
rata-
merupakan
sumber
asupan karbohidrat siswa yaitu sebesar
energi utama untuk pertumbuhan dan
92,38 gr. Asupan karbohidrat subjek
aktifitas fisik bagi anak. Di dalam tubuh,
sebagian
simpanan lemak terutama dalam bentuk
besar
defisit
dikarenakan
tidak
trigliserida akan berada di jaringan otot
sumber
serta jaringan adipose. Ketika sedang
karbohidrat dengan baik dan seimbang
berolahraga, simpanan trigliserida akan
dan hanya makan makanan jajanan
dipecah menjadi gliserol dan asam
yang kandungan karbohidratnya sedikit
lemak
bahkan tidak ada. Hal tersebut bisa
dimetabolisir
terjadi dikarenkan pola asuh orang tua
energi. Pembakaran lemak memberikan
yang kurang yang tidak memperhatikan
kontribusi
asupan gizi yang baik dan seimbang
dibandingkan
untuk
karbohidrat terutama pada olahraga
banyak
subjek
mengkonsumsi
yang
makanan
menunjang
pertumbuhan
dan
untuk
sehingga
yang
kemudian
menghasilkan
lebih
dengan
besar
pembakaran
dengan intensitas rendah (jalan kaki,
aktifitas sehari-hari anak
jogging
3.
bebas
dan
sebagainya)
dan
kontribusinya akan semakin menurun
Asupan Lemak
Tabel 3 Kategori asupan lemak subjek
seiring dengan meningkatnya intensitas
Aupan Lemak
N
Persentase(%)
olahraga. Lemak membantu menjaga
Defisit
12
26,1
kecukupan energi dan asupan nutrisi,
Normal
33
71,7
Lebih
1
2,2
Total
46
100
konsumsi lemak adalah sekitar 20-35%
dari total kebutuhan energi. Salah satu
fungsi penting lemak antara lain sumber
Berdasarkan tabel diatas subjek
dengan asupan
lemak
sebesar
Sedangkan
26%.
defisit
yaitu
subjek
dengan asupan lemak normal yaitu
sebesar
72%
dan
subjek
dengan
asupan lemak lebih yaitu sebesar 2%.
energi untuk kontraksi otot (Koswara,
2008).
4. IMT/U
mempengaruhi status kesehatan dan
Tabel 4 Kategori IMT/U subjek
gizinya.
Ketidakseimbangan
antara
IMT
N
Persentase(%)
asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik itu
Kurus
16
35
Normal
27
59
Lebih
3
6
Total
46
100
berupa masalah gizi lebih maupun
kurang.
Jumlah
seseorang
pada
kebutuhan
dasarnya
gizi
berbeda
diatas
tergantung pada umur, jenis kelamin,
dapat dilihat bahwa sebagian besar
berat badan, dan aktivitas seseorang
subjek
(Lutan, 2002).
Berdasarkan
memiliki
tabel
status
13
gizi
normal
dengan jumlah sebesar 59% sedangkan
status gizi kurus dengan jumlah sebesar
35% sedangkan dan untuk status gizi
5.
Kebugaran Jasmani
Tabel 5 Kategori kebugaran jasmani
subjek
lebih sebesar 6%. Rata-rata IMT siswa
yaitu
sebesar
15,82
dengan
nilai
Kebugaran
N
Persentase(%)
Baik
16
35
Sedang
27
59
Kurang
3
6
Total
46
100
jasmani
maksimum 27,50 dan nilai minimun
11,80.
Status gizi pada subjek ada
berbagai macam, bahkan ada subjek
yang mengalami status gizi kurang. Hal
Berdasarkan
ini disebabkan oleh keadaan gizi yaitu
faktor dari konsumsi makanan adalah
setiap orang mempunyai kebutuhan gizi
berbeda,
apabila
seseorang
kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan
seimbang
maka
asupan
yang
masuk kedalam tubuh juga mengalami
kekurangan dan akhirnya menyebabkan
kekurangan zat gizi. Permasalahan gizi
dapat dilihat dari periode pertumbuhan
dan proses kematangan manusia, pda
msa ini terjadi perubahan yang sangat
unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik
karena pertumbuhan yang terjadi akan
tabel
5
menunjukkan bahwa hasil penelitian
subjek
memiliki
tingkat
kebugaran
jasmani baik yaitu sebesar 35% dan
sebanyak
59%
memiliki
tingkat
kebugaran jasmani sedang, tetapi ada
6% yang memiliki kebugaran jasmani
kurang. Rata-rata kebugaran jasmani
siswa yaiu sebesar 69,32 dengan nilai
maksimum sebesar 92,33 dan nilai
manimun
sebesar
42,67.
Menurut
Sharkey (2003) beberapa faktor yang
mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu
genetik, latihan, jenis kelamin, usia,
lemak tubuh dan aktivitas fisik. Lutan
subjek
dengan
(2002), menyatakan bahwa perubahan
normal
memiliki
gaya hidup, termasuk pola makan yang
jasmani sedang yaitu 52,6% lebih tinggi
tidak seimbang dan kurang melakukan
daripada
aktivitas jasmani juga mempengaruhi
kebugaran baik dan kurang. Subjek
kebugaran jasmani. Lingkungan tempat
dengan tingkat asupan karbohidrat lebih
tinggal
memiliki rata-rata tingkat kebugaran
anak
sangat
mempengaruhi
jasmani
Kebiasaan dalam lingkungan bermain
kurang 50%.
pada
Berdasarkan
menyediakan
untuk
anak
sekarang
ini
telah
tingkat
kebugaran
memiliki
sedang
sebesar
hasil
tingkat
50%
analisis
dan
Range
Sperman diketahui bahwa nilai p pada
permainan-permainan
dengan
karbohidrat
yang
tingkat kebugaran jasmani anak ersebut.
jaman
asupan
uji hubungan antara asupan karbohidrat
menggunakan
mesin modern dar pada permainan yang
dengan
tingkat
kebugaran
jasmani
melibatkan aktivitas fisik atau gerak otot.
adalah 0,035 dengan nilai p tersebut,
maka Ho diterima karena nilai p > 0,05
6.
Hubungan
Asupan
Karbohidrat
sehingga ada hubungan yang signifikan
antara
dengan Kebugaran Jasmani
tingkat
konsumsi
karbohidrat
dengan kebugaran jasmani anak
Tabel 6 hubungan asupan
karbohidrat dengan tingkat
7. Hubungan Asupan Lemak dengan
kebugaran jasmani
Asupan
karbohidr
at
Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani
Baik
Defisit
N
7
Normal
9
Lebih
0
%
30,
4
47,
4
0
Seda
ng
N
11
10
2
%
47,
8
52,
6
50
Berdasarkan
menunjukan
kebugaran
Total
Kura
ng
N
5
P
0
%
21,
7
0
2
50
tabel
N
%
23
10
0
10
0
10
0
19
4
Tabel 7 Hubungan asupan lemak
dengan kebugaran jasmani
0,0
35
15
bahwa
subjek
dengan
jasmani
sedang
dengan
tingkat asupan karbohidrat defisit lebih
besar yaitu 47,8% dua kali lebih besar
Kebugaran jasmani
Asupan
Lemak
Baik
Sedang
Total
Kurang
Defisit
N
3
%
25
N
7
%
47,8
N
2
Normal
13
15
45,5
5
Lebih
0
39,
4
0
1
100
0
%
16,
7
15,
2
0
N
%
12
100
33
100
1
100
Tabel 7 menunjukkan bahwa
sebagian
besar
kebugaran
jasmani
subjek yaitu sedang dengan
asupan
dibanding dengan tingkat kebugaran
jasmani kurang dan baik. Sedangkan
P
0,965
lemak defisit yaitu sebesar 47,8% lebih
besar dibanding dengan subjek dengan
tingkat kebugaran jasmani baik dan
8. Hubungan
kebugaran sedang yaitu sebesar 45,5%
dua kali dibanding dengan subjek yang
memiliki
tingkat
kebugaran
dan
subjek
dengan
tingkat
Tabel 8 Hubungan IMT dengan
tingkat kebugaran jasmani
Kebugaran jasmani
IMT
Baik
N
Kurus
1
Normal
15
Lebih
0
Total
%
Sedang
N
%
N
%
6,2
10
62,5
5
55,
6
0
12
44,4
1
100
N
%
12
100
0
31,
2
0
33
100
2
50
1
100
8
menunjukan
jasmani
normal
bahwa
tingkat
sebagian besar subjek memiliki
kebugaran
P
Kur
ang
jasmani
Tabel
kurang
dengan
kebugaran jasmani
kurang. Subjek dengan asupan lemak
normal sebagian besar memiliki tingkat
IMT
IMT
sebesar
kurus dengan tingkat kebugaran jasmani
39,4%.
Sedangkan
subjek
dengan
baik yaitu sebanyak 62,5% dua kali lebih
asupan lemak lebih memiliki tingkat
besar, sedangkan tingkat kebugaran
kebugaran
jasmani
sedang
yaitu
jasmani baik hanya 6,2% Subjek yang
sebesar 100%
memiliki IMT normal sebagian besar
Berdasarkan
hasil
analisis
Range
memiliki tingkat kebugaran jasmani baik
Sperman diketahui bahwa nilai p pada
yaitu 55,6% lebih besar dari subjek yag
uji hubungan antara asupan lemak
memiliki tingkat kebugaran sedang yaitu
dengan
tingkat
kebugaran
jasmani
44,4%. Sedangkan subjek yang memiliki
adalah 0,965 dengan nilai p tersebut,
IMT lebih memiliki tingkat kebugaran
maka Ho diterima karena nilai p > 0,05
jasmani sedang lebih besar dua kali
sehingga tidak ada hubungan yang
lebih besar dibanding dengan subjek
signifikan antara tingkat konsumsi lemak
yang memiliki tigkat kebugaran jasmani
dengan
kebugaran
jasmani
anak
kurang
yaitu
sebanyak
100%.
Sekolah Dasar.
Berdasarkan
hasil
analisis
Range
Sperman diketahui bahwa nilai p pada
0,1
17
uji hubungan antara IMT dengan tingkat
2. Bagi SD N 01 Gayamdompo
0,117
Perlu memperhatikan lagi hal-
dengan nilai p tersebut, maka Ho
hal yang berkaitan dengan masalah
diterima karena nilai p > 0,05 sehingga
kebugaran jasmani siswa seperti
tidak ada hubungan yang signifikan
melalui peran guru penjas dan
antara IMT dengan kebugaran jasmani
memperhatikan masalah status gizi
anak Sekolah Dasar.
siswa melalui program perbaikan
kebugaran
jasmani
adalah
gizi di sekolah.
KESIMPULAN
1. Ada
hubungan
karbohidrat
antara
asupan
dengan
tingkat
kebugaran jasmani anak sekolah
dasar (nilai p sebesar 0,035)
2. Tidak ada hubungan antara asupan
karbohidrat
dan
lemak
dengan
tingkat kebugaran jasmani anak
sekolah dasar (nilai p sebesar
0,965, p sebesar 0.017).
SARAN
1. Bagi Penelitian Lain
Perlu dilihat faktor lain yang
dapat
jasmani
mempengaruhi
seperti
jenis
kebugaran
kelamin,
genetik, aktivitas fisik, dan umur.
DAFTAR PUSTAKA
Adisapoetra, IZ., dkk. Komisi I Panduan
Teknis
Tes
dan
Latihan
Kebugaran Jasmani untuk Anak
Sekolah. Seminar dan Widiakarya
Nasional Olahragadan Kesegaran
Jasmani, Jakarta, 6-7 September.
1999
Budiyanto,
M.
2004.
Gizi
dan
Kesehatan. Bayu Medi dan UMM.
Malang
Giriwijoyo, S dan Zafar, SD. 2010. Ilmu
Faal
Olahraga.
Bandung.
Fakultas Pendidikan Olahraga
dan
Kesehatan
Universitas
Pendidikan Indonesia
Hastuti, NP., dan Zulaekah, S.
Hubungan Tingkat Konsumsi
Karbohidrat, Protein Dan Lemak
Dengan Kesegaran Jasmani Anak
Sekolah Dasar di SD N Kartasura
I.Jurnal Kesehatan, ISSN 19797621, VOL. 2, NO. 1, JUNI2009
Hal
49-60.
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Irianto, DP. 2004. Bugar dan Sehat
dengan Olahraga. Yogyakarta:
Andi Offset
Judarwanto, W. 2005. Perilaku Makan
Anak
Sekolah.
http://gizi.depkes.go.id/makalah/
(04 September 20014)
Koeswara. 2008. Konsumsi Lemak
Yang Ideal Bagi Kesehatan.
Diakses tanggal 3 Juli 2014.
http://www.Ebookpangan.com
Lutan, Rusli 2002. Menuju Sehat Bugar.
Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Menengah dan Olahraga
Jakarta: Depdiknas
Poerwanto, H. 2005. Kebudayaan dan
Lingkungan dalam Prespektif
Antropologi. Pustaka Pelajar.
Jogyakarta
Sharkey. B. J. 2003. Fitness and Health.
Terjemahan Kebugaran Jasmani
dan Kesehatan, Eri Desmarini
Nasution). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani.
FIK UNY. Yogyakarta
Supariasa, IDN.,Bakri, B., Fajar, I. 2001.
Utari, Agustini. Hubungan Indeks Massa
Tubuh dengan Tingkat Kebugaran
Jasmani Pada Anak Usia 12-14
Tahun
(Tesis).
Bandung:
Universitas Diponegoro, 2007
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT LEMAK DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK
SEKOLAH DASAR DI SDN 01 GAYAMDOMPO KARANGANYAR
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh ijazah S-1 Gizi
Disusun oleh :
FEBRI GALUH KUSUMANINGTYAS
J310 100 073
PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT LEMAK DAN INDEKS
MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK
SEKOLAH DASAR DI SDN 01 GAYAMDOMPO KARAGANYAR
Febri Galuh Kusumaningtyas *
Pembimbing: Siti Zulaekah *
Isnaini Herawati **
*Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
**Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah
Surakarta
Febrikusuma92@gmail.com
Abstract
The number of children who are often exposed to various diseases, such
as respiratory diseases, gastrointestinal, disease or lack of movement and
immune deficiencies problems related to low levels of physical fitness of childre.
Adequacy of energy, protein, fats and carbohydrates would affect the immune
system and development of the child, so the ability to carry out everyday tasks
that require the presence of physical fitness can be done well. Premilinary results
of the survey at SD N 01 Gayamdompo Karanganyar found that children with
poor physical fitness level of 19,2%.
Determine the correlation between carbohydrate intake of fat and body
mass index at the level of physical fitness of primary school children in SD N 01
Gayamdompo Karanganyar
This study is an observational study with cross sectional approach. The
population in this study were all Class III, IV, V of 123 children and sample in this
study were 46 children selected by stratified random sampling method.Test data
normality using the Kolmogorov-Smirnov Test and test correlation using
Spearman Rank correlation test.
The results showed that the intake of carbohydrates subjects deficit of
50%, fat intake of 72% of normal subjects, 59% of BMI subject to normal
nutritional status and physical fitness measurement subject is 59%. The test
results correlation carbohydrate intake with physical fitness is p = 0.035, fat
intake with physical fitness is p = 0.965, and the relationship with physical fitness
BMI was.
There is significan correlation between carbohydrate intake with physical
fitness level of children, but no significan correlation found between fat intake and
body mass index in children's level of physical fitness
KEYWORDS: Carbohydrates. Fat. Body Mass Index and Physical Fitness
REFERENCES: 1989 - 2013
PENDAHULUAN
Anak sekolah adalah anak yang
Kegiatan fisik yang bersifat aktif
berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih
dan memerlukan peran penting dari
kuat dibandingkan balita atau anak usia
kebugaran jasmani bagi anak sekolah
prasekolah, mempunyai sifat individual
antara
serta aktif dan tidak bergantung dengan
kemampuan
orang tua. Anak sekolah atau masa
emosional, sportivitas, dan semangat
kanak-kanak pertengahan merupakan
kompetisi. Beberapa penelitian juga
salah
menyebutkan
satu
kelompok
yang
rentan
lain
dapat
meningkatkan
organ
tubuh,
bahwa
sosial
kesegaran
terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga
jasmani memiliki korelasi positif dengan
anak sekolah harus dipantau agar
prestasi akademis (Adisapoetra, 1999).
ketidakcukupan
gizi
bisa
dihindari.
Menurut
Suharjana
(2004),
Pertumbuhan putri lebih cepat daripada
bahwa
putra (Sediaoetama, 2000).
kemampuan seseorang untuk dapat
kebugaran
jasmani
adalah
Tumbuh berkembangnya anak
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
usia sekolah yang optimal tergantung
pekerjaan tanpa timbul kelelahan yang
pemberian gizi dengan kualitas dan
berlebihan
kuantitas yang baik serta benar. Pada
menikmati waktu luang. Kebugaran
masa
jasmani dipengaruhi oleh beberapa hal,
tumbuh
kembang
tersebut
pemberian gizi atau asupan makanan
diantaranya
pada
komposisi
anak
dilaksanakan
tidak
selalu
dengan
dapat
sempurna.
Masalah yang sering timbul terutama
dalam
pemberian
makanan
sehingga
asupan
tubuh.
masih
zat
gizi
Komposisi
dapat
dan
tubuh
tersebut dipengaruhi oleh besarnya
status gizi seseorang.
yang
Permasalahan
yang
terjadi
bergizi dan berimbang yang tidak benar
terkait dengan kebugaran jasmani saat
dan menyimpang. Bukan hanya itu
ini masih sangat memprihatinkan. Hal
saja,
melakukan
ini terlihat dengan banyaknya anak
kegiatan dengan bantuan alat-alat yang
yang sering terkena berbagai penyakit,
serba praktis, sehingga menjadi mudah
seperti
lelah ketika melakukan kegiatan fisik
pencernaan, ataupun penyakit kurang
yang bersifat aktif (Judarwanto, 2005)
gerak dan menurunnya daya tahan
contoh
terbiasa
penyakit
pernafasan,
tubuh. Permasalahan tersebut terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor yang
sehingga
menyebabkan
jasmani
kebugaran jasmani (Poerwanto, 2005).
menurun salah satunya adalah asupan
Aktivitas fisik atau latihan fisik menurut
zat gizi yang tidak seimbang.
Irianto (2004) mempengaruhi semua
kebugaran
Zat gizi yang baik adalah gizi
akan
mempengaruhi
komponen kebugaran jasmani
Lemak
yang seimbang, artinya asupan zat gizi
merupakan
sumber
harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
energi utama untuk pertumbuhan dan
Kebutuhan gizi pada setiap orang
aktivitas fisik bagi anak. Besarnya
berbeda-beda
unsur
energi yang dihasilkan per gram lemak
metabolik dan genetikanya masing-
adalah lebih besar dari energi yang
masing
2002).
dihasilkan oleh satu gram karbohidrat
Keseimbangan zat gizi yang tidak
atau satu gram protein. Satu gram
terpenuhi dalam jangka waktu lama
lemak menghasilkan sembilang kalori
dapat membuat seseorang mempunyai
(Budiyanto, 2004).
status gizi yang buruk.
terutama dalam bentuk trigliserida akan
berdasarkan
(Supariasa,
Karbohidrat merupakan nutrisi
Simpanan lemak
berada di jaringan otot serta jaringan
satu
gram
adipose. Simpanan trigliserida akan
dikonsumsi
akan
dipecah menjadi gliserol dan asam
menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
lemak bebas pada saat berolahraga
Karbohidrat di dalam tubuh yang telah
untuk
melalui proses hidrolisis dipecah untuk
sehingga
dijadikan
paling
Konsumsi lemak sekitar 20-35% dari
sederhana yaitu glukosa. Glukosa yang
total kebutuhan energi untuk membantu
merupakan sumber energi tidak hanya
menjaga kecukupan energi dan asupan
untuk kerja otot namun juga otak,
nutrisi. Salah satu fungsi penting lemak
glukosa ini dapat tersimpan di dalam
yaitu sumber energi untuk kontraksi
aliran
otot.
sumber
energi.
karbohidrat
Setiap
yang
bentuknya
darah
yang
(glukosa
darah)
dan
kemudian
dimetabolisme
menghasilkan
Jika
lemak
energi.
meningkat
maka
tersimpan dalam bentuk glikogen di
aktivitas fisik akan menurun (Koeswara,
dalam jaringan otot dan juga hati.
2008).
Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan
berlebih
meningkatkan
menimbulkan
simpanan
glikogen
Penimbunan
dalam
lemak
tubuh
obesitas.
akan
Keadaan
tubuh, dan semakin tinggi simpanan
obesitas
glikogen akan semakin tinggi pula
mempengaruhi intensitas aktivitas fisik
aktivitas
seseorang
yang
dapat
dilakukan,
inilah
yang
yang
yang
cenderung
akan
turun.
Lemak dalam tubuh yang berlebih,
Hasil penelitian Utari (2004) pada anak
aktivitas fisik atau latihan menurun
usia
maka daya tahan kardiovaskulernya
menunjukan
akan
Massa Tubuh semakin rendah Tingkat
buruk.
Karena
aktivitas
fisik
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
Keuntungan
kebugaran
tahun
semakin
di
Semarang
tinggi
Indeks
Kesegaran Jasmani.
jasmani.
penggunaan
6-12
Berdasarkan
hasil
survey
lemak
pendahuluan di SDN 01 Gayamdompo
sebagai sumber energi adalah lemak
Kabupaten Karanganyar dari 20 sampel
tidak
laktat
diketahui tingkat konsumsi karbohidrat
sehingga tidak menyebabkan terjadinya
siswa sebesar 39,7% dan konsumsi
kelelahan. Penggunaan glikogen otot
lemak
dan glukosa darah sebagai sumber
prevalensi status gizi kurang sebanyak
energi
maka
27,3%, status gizi baik sebanyak 57,5%,
tubuh
dan status gizi lebih sebanyak 15,2%.
menghasilkan
semakin
penggunaan
asam
menurun,
lemak
dalam
sebesar
48,9%.
Sedangkan
Tingkat kebugaran jasmani siswa yaitu
meningkat (Giriwijoyo, 2012)
Hasil penelitian oleh Zulaekah
80,8% mempunyai tingkat kebugaran
dan Nugrahaini Puji (2007) menyatakan
jasmani baik dan tingkat kesegaran
bahwa
jasmani buruk sebanyak 19,2%. Dari
di
sekolah
Kartasura
menunjukkan
karbohidrat
dasar
wilayah
Kabupaten
Sukoharjo
latar
tingkat
konsumsi
mengetahui hubungan antara asupan
sebesar
40,7%,
protein
belakang
diatas
peneliti
ingin
karbohidrat, lemak dan indeks massa
sebesar 64,8%, dan lemak sebesar
tubuh
51,9%,
jasmani siswa di SDN 01 Gayamdompo
dari
hasil
tersebut
tidak
menunjukkan adanya hubungan yang
dengan
tingkat
kebugaran
Karanganyar.
signifikan terhadap tingkat kebugaran
jasmani siswa. Hasil penelitian oleh
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
Hastuti (2010), di Sekolah Dasar di
wilayah Kartasura Kabupaten Sukoharjo
dalam
juga
konsumsi
observasional dengan pendekatan cross
karbohidrat defisit tingkat berat 40,7%,
sectional. Lokasi penelitian dilakukan di
tingkat konsumsi protein defisit tingkat
Desa
berat
64,8%, tingkat konsumsi lemak
Gayamdompo, Kabupaten Karanganyar.
defisit tingkat berat 51,9%, dan tingkat
Waktu penelitian dilaksanakan pada
kesegaran jasmani sangat baik 75,9%.
bulan Februari-Maret 2015. Penentuan
menunjukkan tingkat
penelitian
Gayamdompo
ini
adalah
Kecamatan
sampel dilakukan secara proportional
HASIL DAN PEMBAHASAN
stratified random sampling berdasarkan
1. Karakteristik
kelas, setiap kelas yang telah ditentukan
Subjek
Penelitian
Menurut Jenis kelamin
memiliki kesempatan yang sama untuk
Distribusi
subjek
dijadikan sampel yang sesuai dengan
penelitian
kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel
kelamin dapat dilihat pada tabel :
dalam penelitian ini adalah anak sekolah
dasar
di
SDN
01
Data identitas subjek diperoleh
memberikan
formulir
identitas yang meliputi nama, alamat
dan
jenis
kelamin.
Data
jenis
Subjek Penelitian
Gayamdompo,
sampel 46 anak.
cara
berdasarkan
Tabel 1. Kategori Jenis Kelamin
Kabupaten Karangayar dengan jumlah
dengan
ini
jenis
Kelamin
Jumlah
(n)
Presentase
(%)
Laki-laki
27
59
Perempuan
19
41
Jumlah
46
100
asupan
Berdasarkan
karbohidrat dan lemak diperoleh dengan
tabel
1
metode recall konsumsi makanan 24
menunjukkan subjek yang berjenis
jam selama 4 hari tidak berturut-turut.
kelamin laki-laki sebesar 59% lebih
Data IMT diperoleh dari pengukuran
banyak
antropometri
berjenis kelamin perempuan yaitu
BB
dan
TB,
data
kebugaran jasmani diperoleh dengan
disbanding
dengan
yang
sebesar 41%.
metode Harvard Step Test.
Analisis
program
data
menggunakan
17.0.
Analisis
SPSS
data
2. Asupan karbohidrat
Tabel 2. Kategori asupan karbohidrat
subjek
meliputi analisis univariat dan analisis
Asupan Karbohidrat
N
Defisit
23
50
kelamin, asupan karbohidrat, asupan
Normal
19
41,3
lemak, IMT dan kebugaran jasmani
Lebih
4
8,7
Total
46
100
bivariat.
Analisis
univariat
dilakukan
(%)
untuk mengetahui karakteristik jenis
pada
anak.
Uji
kenormalan
data
menggunakan uji Kolmogrov Smirov.
Hasil uji kenormalan data menunjukkan
data berdistribusi tidak normal, sehingga
menggunakan uji Rank Spearman.
Persentase
Berdasarkan tabel 2 menunjukan
subjek
dengan
asupan
karbohidart
defisit yaitu sebesar 50%. Sedangkan
jumlah
subjek
dengan
asupan
karbohidrat normal yaitu sebesar 41%
Rata-rata asupan lemak siswa yaitu
dan
sebesar
subjek
yang
dengan
asupan
96,83
gr
nilai
maxsimum
karbohidrat lebih yaitu sebesar 9%. Nilai
asupan lemak yaitu sebesar 122,08 gr
maksimal
dan nilai minimum asupan lemak siswa
adalah
asupan karbohidrat
siswa
148,96 gr dan nilai minimum
sebesar
30,20
gr
sedangkan
yaitu sebesar 68,06 gr.
Lemak
rata-
merupakan
sumber
asupan karbohidrat siswa yaitu sebesar
energi utama untuk pertumbuhan dan
92,38 gr. Asupan karbohidrat subjek
aktifitas fisik bagi anak. Di dalam tubuh,
sebagian
simpanan lemak terutama dalam bentuk
besar
defisit
dikarenakan
tidak
trigliserida akan berada di jaringan otot
sumber
serta jaringan adipose. Ketika sedang
karbohidrat dengan baik dan seimbang
berolahraga, simpanan trigliserida akan
dan hanya makan makanan jajanan
dipecah menjadi gliserol dan asam
yang kandungan karbohidratnya sedikit
lemak
bahkan tidak ada. Hal tersebut bisa
dimetabolisir
terjadi dikarenkan pola asuh orang tua
energi. Pembakaran lemak memberikan
yang kurang yang tidak memperhatikan
kontribusi
asupan gizi yang baik dan seimbang
dibandingkan
untuk
karbohidrat terutama pada olahraga
banyak
subjek
mengkonsumsi
yang
makanan
menunjang
pertumbuhan
dan
untuk
sehingga
yang
kemudian
menghasilkan
lebih
dengan
besar
pembakaran
dengan intensitas rendah (jalan kaki,
aktifitas sehari-hari anak
jogging
3.
bebas
dan
sebagainya)
dan
kontribusinya akan semakin menurun
Asupan Lemak
Tabel 3 Kategori asupan lemak subjek
seiring dengan meningkatnya intensitas
Aupan Lemak
N
Persentase(%)
olahraga. Lemak membantu menjaga
Defisit
12
26,1
kecukupan energi dan asupan nutrisi,
Normal
33
71,7
Lebih
1
2,2
Total
46
100
konsumsi lemak adalah sekitar 20-35%
dari total kebutuhan energi. Salah satu
fungsi penting lemak antara lain sumber
Berdasarkan tabel diatas subjek
dengan asupan
lemak
sebesar
Sedangkan
26%.
defisit
yaitu
subjek
dengan asupan lemak normal yaitu
sebesar
72%
dan
subjek
dengan
asupan lemak lebih yaitu sebesar 2%.
energi untuk kontraksi otot (Koswara,
2008).
4. IMT/U
mempengaruhi status kesehatan dan
Tabel 4 Kategori IMT/U subjek
gizinya.
Ketidakseimbangan
antara
IMT
N
Persentase(%)
asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik itu
Kurus
16
35
Normal
27
59
Lebih
3
6
Total
46
100
berupa masalah gizi lebih maupun
kurang.
Jumlah
seseorang
pada
kebutuhan
dasarnya
gizi
berbeda
diatas
tergantung pada umur, jenis kelamin,
dapat dilihat bahwa sebagian besar
berat badan, dan aktivitas seseorang
subjek
(Lutan, 2002).
Berdasarkan
memiliki
tabel
status
13
gizi
normal
dengan jumlah sebesar 59% sedangkan
status gizi kurus dengan jumlah sebesar
35% sedangkan dan untuk status gizi
5.
Kebugaran Jasmani
Tabel 5 Kategori kebugaran jasmani
subjek
lebih sebesar 6%. Rata-rata IMT siswa
yaitu
sebesar
15,82
dengan
nilai
Kebugaran
N
Persentase(%)
Baik
16
35
Sedang
27
59
Kurang
3
6
Total
46
100
jasmani
maksimum 27,50 dan nilai minimun
11,80.
Status gizi pada subjek ada
berbagai macam, bahkan ada subjek
yang mengalami status gizi kurang. Hal
Berdasarkan
ini disebabkan oleh keadaan gizi yaitu
faktor dari konsumsi makanan adalah
setiap orang mempunyai kebutuhan gizi
berbeda,
apabila
seseorang
kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan
seimbang
maka
asupan
yang
masuk kedalam tubuh juga mengalami
kekurangan dan akhirnya menyebabkan
kekurangan zat gizi. Permasalahan gizi
dapat dilihat dari periode pertumbuhan
dan proses kematangan manusia, pda
msa ini terjadi perubahan yang sangat
unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik
karena pertumbuhan yang terjadi akan
tabel
5
menunjukkan bahwa hasil penelitian
subjek
memiliki
tingkat
kebugaran
jasmani baik yaitu sebesar 35% dan
sebanyak
59%
memiliki
tingkat
kebugaran jasmani sedang, tetapi ada
6% yang memiliki kebugaran jasmani
kurang. Rata-rata kebugaran jasmani
siswa yaiu sebesar 69,32 dengan nilai
maksimum sebesar 92,33 dan nilai
manimun
sebesar
42,67.
Menurut
Sharkey (2003) beberapa faktor yang
mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu
genetik, latihan, jenis kelamin, usia,
lemak tubuh dan aktivitas fisik. Lutan
subjek
dengan
(2002), menyatakan bahwa perubahan
normal
memiliki
gaya hidup, termasuk pola makan yang
jasmani sedang yaitu 52,6% lebih tinggi
tidak seimbang dan kurang melakukan
daripada
aktivitas jasmani juga mempengaruhi
kebugaran baik dan kurang. Subjek
kebugaran jasmani. Lingkungan tempat
dengan tingkat asupan karbohidrat lebih
tinggal
memiliki rata-rata tingkat kebugaran
anak
sangat
mempengaruhi
jasmani
Kebiasaan dalam lingkungan bermain
kurang 50%.
pada
Berdasarkan
menyediakan
untuk
anak
sekarang
ini
telah
tingkat
kebugaran
memiliki
sedang
sebesar
hasil
tingkat
50%
analisis
dan
Range
Sperman diketahui bahwa nilai p pada
permainan-permainan
dengan
karbohidrat
yang
tingkat kebugaran jasmani anak ersebut.
jaman
asupan
uji hubungan antara asupan karbohidrat
menggunakan
mesin modern dar pada permainan yang
dengan
tingkat
kebugaran
jasmani
melibatkan aktivitas fisik atau gerak otot.
adalah 0,035 dengan nilai p tersebut,
maka Ho diterima karena nilai p > 0,05
6.
Hubungan
Asupan
Karbohidrat
sehingga ada hubungan yang signifikan
antara
dengan Kebugaran Jasmani
tingkat
konsumsi
karbohidrat
dengan kebugaran jasmani anak
Tabel 6 hubungan asupan
karbohidrat dengan tingkat
7. Hubungan Asupan Lemak dengan
kebugaran jasmani
Asupan
karbohidr
at
Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani
Baik
Defisit
N
7
Normal
9
Lebih
0
%
30,
4
47,
4
0
Seda
ng
N
11
10
2
%
47,
8
52,
6
50
Berdasarkan
menunjukan
kebugaran
Total
Kura
ng
N
5
P
0
%
21,
7
0
2
50
tabel
N
%
23
10
0
10
0
10
0
19
4
Tabel 7 Hubungan asupan lemak
dengan kebugaran jasmani
0,0
35
15
bahwa
subjek
dengan
jasmani
sedang
dengan
tingkat asupan karbohidrat defisit lebih
besar yaitu 47,8% dua kali lebih besar
Kebugaran jasmani
Asupan
Lemak
Baik
Sedang
Total
Kurang
Defisit
N
3
%
25
N
7
%
47,8
N
2
Normal
13
15
45,5
5
Lebih
0
39,
4
0
1
100
0
%
16,
7
15,
2
0
N
%
12
100
33
100
1
100
Tabel 7 menunjukkan bahwa
sebagian
besar
kebugaran
jasmani
subjek yaitu sedang dengan
asupan
dibanding dengan tingkat kebugaran
jasmani kurang dan baik. Sedangkan
P
0,965
lemak defisit yaitu sebesar 47,8% lebih
besar dibanding dengan subjek dengan
tingkat kebugaran jasmani baik dan
8. Hubungan
kebugaran sedang yaitu sebesar 45,5%
dua kali dibanding dengan subjek yang
memiliki
tingkat
kebugaran
dan
subjek
dengan
tingkat
Tabel 8 Hubungan IMT dengan
tingkat kebugaran jasmani
Kebugaran jasmani
IMT
Baik
N
Kurus
1
Normal
15
Lebih
0
Total
%
Sedang
N
%
N
%
6,2
10
62,5
5
55,
6
0
12
44,4
1
100
N
%
12
100
0
31,
2
0
33
100
2
50
1
100
8
menunjukan
jasmani
normal
bahwa
tingkat
sebagian besar subjek memiliki
kebugaran
P
Kur
ang
jasmani
Tabel
kurang
dengan
kebugaran jasmani
kurang. Subjek dengan asupan lemak
normal sebagian besar memiliki tingkat
IMT
IMT
sebesar
kurus dengan tingkat kebugaran jasmani
39,4%.
Sedangkan
subjek
dengan
baik yaitu sebanyak 62,5% dua kali lebih
asupan lemak lebih memiliki tingkat
besar, sedangkan tingkat kebugaran
kebugaran
jasmani
sedang
yaitu
jasmani baik hanya 6,2% Subjek yang
sebesar 100%
memiliki IMT normal sebagian besar
Berdasarkan
hasil
analisis
Range
memiliki tingkat kebugaran jasmani baik
Sperman diketahui bahwa nilai p pada
yaitu 55,6% lebih besar dari subjek yag
uji hubungan antara asupan lemak
memiliki tingkat kebugaran sedang yaitu
dengan
tingkat
kebugaran
jasmani
44,4%. Sedangkan subjek yang memiliki
adalah 0,965 dengan nilai p tersebut,
IMT lebih memiliki tingkat kebugaran
maka Ho diterima karena nilai p > 0,05
jasmani sedang lebih besar dua kali
sehingga tidak ada hubungan yang
lebih besar dibanding dengan subjek
signifikan antara tingkat konsumsi lemak
yang memiliki tigkat kebugaran jasmani
dengan
kebugaran
jasmani
anak
kurang
yaitu
sebanyak
100%.
Sekolah Dasar.
Berdasarkan
hasil
analisis
Range
Sperman diketahui bahwa nilai p pada
0,1
17
uji hubungan antara IMT dengan tingkat
2. Bagi SD N 01 Gayamdompo
0,117
Perlu memperhatikan lagi hal-
dengan nilai p tersebut, maka Ho
hal yang berkaitan dengan masalah
diterima karena nilai p > 0,05 sehingga
kebugaran jasmani siswa seperti
tidak ada hubungan yang signifikan
melalui peran guru penjas dan
antara IMT dengan kebugaran jasmani
memperhatikan masalah status gizi
anak Sekolah Dasar.
siswa melalui program perbaikan
kebugaran
jasmani
adalah
gizi di sekolah.
KESIMPULAN
1. Ada
hubungan
karbohidrat
antara
asupan
dengan
tingkat
kebugaran jasmani anak sekolah
dasar (nilai p sebesar 0,035)
2. Tidak ada hubungan antara asupan
karbohidrat
dan
lemak
dengan
tingkat kebugaran jasmani anak
sekolah dasar (nilai p sebesar
0,965, p sebesar 0.017).
SARAN
1. Bagi Penelitian Lain
Perlu dilihat faktor lain yang
dapat
jasmani
mempengaruhi
seperti
jenis
kebugaran
kelamin,
genetik, aktivitas fisik, dan umur.
DAFTAR PUSTAKA
Adisapoetra, IZ., dkk. Komisi I Panduan
Teknis
Tes
dan
Latihan
Kebugaran Jasmani untuk Anak
Sekolah. Seminar dan Widiakarya
Nasional Olahragadan Kesegaran
Jasmani, Jakarta, 6-7 September.
1999
Budiyanto,
M.
2004.
Gizi
dan
Kesehatan. Bayu Medi dan UMM.
Malang
Giriwijoyo, S dan Zafar, SD. 2010. Ilmu
Faal
Olahraga.
Bandung.
Fakultas Pendidikan Olahraga
dan
Kesehatan
Universitas
Pendidikan Indonesia
Hastuti, NP., dan Zulaekah, S.
Hubungan Tingkat Konsumsi
Karbohidrat, Protein Dan Lemak
Dengan Kesegaran Jasmani Anak
Sekolah Dasar di SD N Kartasura
I.Jurnal Kesehatan, ISSN 19797621, VOL. 2, NO. 1, JUNI2009
Hal
49-60.
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Irianto, DP. 2004. Bugar dan Sehat
dengan Olahraga. Yogyakarta:
Andi Offset
Judarwanto, W. 2005. Perilaku Makan
Anak
Sekolah.
http://gizi.depkes.go.id/makalah/
(04 September 20014)
Koeswara. 2008. Konsumsi Lemak
Yang Ideal Bagi Kesehatan.
Diakses tanggal 3 Juli 2014.
http://www.Ebookpangan.com
Lutan, Rusli 2002. Menuju Sehat Bugar.
Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Menengah dan Olahraga
Jakarta: Depdiknas
Poerwanto, H. 2005. Kebudayaan dan
Lingkungan dalam Prespektif
Antropologi. Pustaka Pelajar.
Jogyakarta
Sharkey. B. J. 2003. Fitness and Health.
Terjemahan Kebugaran Jasmani
dan Kesehatan, Eri Desmarini
Nasution). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani.
FIK UNY. Yogyakarta
Supariasa, IDN.,Bakri, B., Fajar, I. 2001.
Utari, Agustini. Hubungan Indeks Massa
Tubuh dengan Tingkat Kebugaran
Jasmani Pada Anak Usia 12-14
Tahun
(Tesis).
Bandung:
Universitas Diponegoro, 2007