Pengaruh Desain Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Dan Pembentukkan Suasana Pada Koridor Dan Ruang Tunggu Rumah Sakit Gallery.
ABSTRAK
Melinda Hospital adalah rumah sakit bersalin dengan konsep mix-use (koridor gallery) yang terdapat di kota Bandung. Menurut hasil kuesioner, Melinda Hospital merupakan rumah sakit yang memiliki suasana paling menarik dibandingkan dengan rumah sakit lain yang ada di Bandung. Melinda Hospital memakai gaya modern tradisional dalam mendesain interior dan eksterior bangunannya. Dengan memakai konsep fungsi mix-use, Melinda Hospital membuat terobosan baru dalam perancangan desain rumah sakit di Indonesia, terutama di Bandung.
Jika melihat pada masa sebelumnya, koridor rumah sakit merupakan suatu tempat ataupun ruang yang berkesan menyeramkan. Dengan suasana yang gelap, kotor, dan sempit, membuat koridor dianggap ruang yang angker pada bagian rumah sakit. Melinda Hospital membuat konsep yang berbeda dengan rumah sakit sebelumnya, dengan memasukkan fungsi mix-use dengan gaya modern, sehingga membuat masyarakat dapat merubah pola pikirnya mengenai koridor rumah sakit. Dengan teknik pencahayaan buatannya yang memasang lampu hanya pada bagian pinggir tembok, Melinda Hospital memberikan kesan yang berbeda pada koridor dan ruang tunggunya. Tetapi jika diteliti, terdapat beberapa kekurangan dari penyeimbangan fungsi mix-use yang dipakainya. Karena itu penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh desain pencahayaan terhadap kenyamanan dan pembentukkan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit gallery dengan objek studi Melinda Hospital.
Penelitian ini dilakukan melalui dua metode yaitu kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif dilakukan melalui wawancara tak terstruktur dengan pengelola rumah sakit dan pengunjung, dan membandingkan objek studi dengan teori yang ada. Sedangkan penelitian dengan metode kuantitatif dilakukan melalui pengukuran kuat cahaya dengan menggunakan lux meter, penghitungan jumlah titik lampu dengan metode DPMB, menghitung penyebaran cahaya dengan perangkat lunak Dialux, dan penyebaran kuesioner.
Hasil dari penelitian ini didapat temuan bahwa Melinda Hospital memiliki kekurangan pencahayaan pada koridor dan ruang tunggu gallerynya. Dari pengukuran kuat cahaya pun terdapat kekurangan pada Melinda Hospital jika dibandingkan dengan standar lux yang ada. Setelah melakukan penelitian di Melinda Hospital, pencahayaan yang ada tidak dapat menunjang fungsi mix-use yang selama ini dipakai, baik itu dari sisi jenis lampu yang dipakai, kuat cahaya yang ada, dan jumlah lampunya. Namun para pengunjung Melinda Hospital dapat merasakan suatu suasana yang berbeda dari rumah sakit lain yang ada di Bandung, karena Melinda Hospital telah mendesain interiornya sedemikian rupa, baik itu dari sisi pemilihan warna, material, desain bentukan, dan bukaan-bukaan yang dibuatnya.
(2)
ABSTRACT
Melinda Hospital is a child labor hospital in Bandung that employs a mix-use ("gallery") concept for its main corridor. According to questionnaire results, Melinda Hospital has the most appealing atmosphere compared to other hospitals in Bandung. Melinda Hospital uses a traditional-modern style in its designs of its interior and exterior. Using the mix-use function concept, Melinda Hospital has created a breakthrough in the design of hospitals in Indonesia, more specifically in Bandung.
Looking backwards in time, hospital corridors used to be seemingly "haunted" places. Being dark, dank, dirty, and often cramped, hospital corridors are often considered part of the hospitals that are frightening. Melinda Hospital creates a concept that is different with other older hospitals, by involving the mix-use function with a modern style, so that people can change their long-held paradigm about hospital corridors. With an artificial lighting technique that uses lamps only on the side walls, Melinda Hospital puts a novel nuance on its corridor and its waiting room. Further studies, however, indicated that the balancing of the mix-use function has its drawbacks. The author, therefore, has conducted a study about the effect of the lighting design on convenience and mood-building in Melinda Hospital's corridor and waiting room as his object of study.
The study is carried out using two methods: quantitative and qualitative. Qualitative study is performed by conducting unstructured interviews with the Hospital manager and visitors, and by comparing the object of study with the existing theories. Quantitative study is performed by the measurement of the intensity of light using a lux meter, the calculation of lamp-points with DPMB method, the calculation of light dispersion using Dialux software, and the distribution of questionnaires.
Results indicate that Melinda Hospital does have some drawbacks in its corridor and gallery waiting room. The measurement of the intensity of light, compared to the standard lux data, has also suggested that the illumination in Melinda Hospital is below average. The results of the study suggest that the existing lighting in Melinda Hospital is not able to support the mix-use function that Melinda Hospital has been employing so far, taking into account the types of lighting used, the intensity of the resulting light, and the number of lamps. Melinda Hospital's visitors, however, could feel an atmosphere quite different than that in other hospitals in Bandung, because the interior of Melinda Hospital has been designed thoroughly. The hospital has been astute in its selection of colors, building materials, shape designs, and openings for its interior.
(3)
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR BAGAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Batasan Masalah 4
1.3. Identifikasi Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Kegunaan Penelitian 5
1.6. Metode Penelitian 6
1.7. Sistematika Pembahasan 7
1.8. Sistematika Pemikiran 9
BAB 2 PENCAHAYAAN PADA RUANG RUMAH SAKIT DAN
GALLERY
2.1. Elemen dalam Interior 10
2.1.1. Lantai 11
2.1.2. Dinding 11
2.1.3. Langit-Langit 12
2.1.4. Warna dan Cahaya 12
2.1.5. Sirkulasi 13
2.1.6. Bentuk 13
(4)
2.3. Sumber Cahaya 15
2.3.1. Pencahayaan Alami 15
2.3.1.1. Tujuan Pencahayaan Alami 15
2.3.1.2. Cahaya Matahari 16
2.3.1.3. Faktor Cahaya Siang Hari 16
2.3.2. Pencahayaan Buatan 17
2.3.2.1. General Lighting 18
2.3.2.2. Localised Lighting 18 2.3.2.3. Local Lighting + General Lighting 18
2.3.2.4. Accent Lighting 19
2.3.2.5. Effect Lighting 20
2.3.2.6. Decorative Lighting 21 2.3.2.7. Architectural Lighting 21
2.3.2.8. Mood Lighting 21
2.3.2.9. Task Lighting 21
2.3.2.10.Kinetic Lighting 22
2.3.3. Jenis-jenis Lampu dan Kegunaannya 22
2.4. Transmisi Cahaya 27
2.5. Kuantitas Cahaya 29
2.6. Kuat Penerangan 29
2.7. Warna 30
2.7.1. Color Appearance 31
2.7.2. Color Rendering 32
2.8. Penglihatan 33
2.8.1. Performa Kegiatan Visual 33
2.9. Rumah Sakit 38
2.9.1. Definisi dan Fungsi Rumah Sakit 38 2.9.2. Definisi dan Fungsi Koridor 39
2.9.3. Klasifikasi Rumah Sakit 39
2.10. Cahaya dan Hubungannya dengan Rumah Sakit 41 2.11. Perbandingan Kuat Cahaya yang Diperlukan dan
(5)
Gallery 43
BAB 3 DESKRIPSI OBJEK STUDI
3.1. Data Umum Bangunan Melinda Hospital 45
3.2. Desain Bangunan 47
3.3. Material Bangunan 49
3.4. Pencahayaan pada Ruang Tunggu dan Koridor
Melinda Hospital 50
3.5. Standar Pencahayaan 52
3.6. Hasil Pembagian Kuesioner 53
3.7. Hasil Kuesioner Mengenai Suasana Koridor 58
BAB 4 ANALISA PENCAHAYAAN PADA RUMAH SAKIT
GALLERY MELINDA HOSPITAL
4.1. Standar Kebutuhan Penerangan pada Rumah Sakit dan
Gallery 60
4.2. Analisa Pencahayaan di Melinda Hospital 62
4.2.1. Analisa Jenis Lampu 63
4.2.2. Analisa Kuat Cahaya 65
4.2.3. Analisa Jumlah Lampu yang Diperlukan 67
4.3. Hasil Analisa Dialux 69
BAB 5 SIMPULAN
5.1. Simpulan 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1. Tabel keunggulan dan kelemahan lampu pijar 23 Tabel 2.2. Tabel macam-macam high wattage metal halide lamps
berikut sifatnya 27
Tabel 2.3. Tabel reflektansi dari bahan bangunan dan permukaan luar 28
Tabel 2.4. Color appearance of lamps 31
Tabel 2.5. Color rendering group 32
Tabel 2.6. Tingkat illuminasi yang disarankan dalam beberapa area
dan kegiatan 34
Tabel 2.7. Standar penerangan di dalam gedung 35 Tabel 2.8. Tabel perbandingan kuat cahaya di rumah sakit
dan Gallery 43
Tabel 2.9. Damage factors and other lamp performance data 43 Tabel 3.1. Pencahayaan dan aktifitas di beberapa ruang
Melinda Hospital 52
Tabel 3.2. Tabel kebutuhan standar lux per kegiatan di ruang tunggu
Melinda Hospital 53
Tabel 4.1. Tabel standar kebutuhan jenis lampu dan syarat penerangan
pada rumah sakit dan gallery 60
Tabel 4.2. Jenis lampu yang digunakan di Melinda Hospital 63 Tabel 4.3. Kuat cahaya eksisting dan yang seharusnya di Melinda
Hospital 65
Tabel 4.4. Hasil perhitungan jumlah lampu eksisting dan hasil
(7)
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Lampu pijar 23
Gambar 2.2. Fluorescent lamp 24
Gambar 2.3. Reflection, absorption, transmission 27 Gambar 2.4. Peletakkan sumber cahaya dan arah cahaya yang nyaman
untuk suatu tugas visual 36
Gambar 2.5. Jenis peletakkan lampu dalam mencegah silau 37 Gambar 2.6. Jenis konsentrasi sinar yang jatuh 37 Gambar 2.7. Sistem distribusi cahaya pola sayap kelelawar 38 Gambar 3.1. Tampak muka Melinda Hospital di malam hari 46
Gambar 3.2. Denah lantai dasar 46
Gambar 3.3. Denah lantai satu 47
Gambar 3.4. Foto koridor pada malam hari 51
Gambar 3.5. Foto gallery koridor Melinda Hospital 51
Gambar 3.6. Foto ruang tunggu lantai 1 52
Gambar 4.1. Denah lantai satu Melinda Hospital dan batasan analisa
penelitian 62
Gambar 4.2. Denah lantai dua Melinda Hospital dan batasan analisa
penelitian 62
Gambar 4.3. Penggambaran sederhana potongan plafon tampak samping
ruang koridor 66
Gambar 4.4. Penggambaran denah lantai satu dalam batasan analisa
hasil Dialux 70
Gambar 4.5. Penggambaran denah lantai dua dalam batasan analisa
hasil Dialux 71
Gambar 4.6. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu B 72 Gambar 4.7. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu A & café 73 Gambar 4.8. Hasil penggambaran Dialux untuk koridor 74 Gambar 4.9. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu & café
(8)
Gambar 4.10. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu sebagai
masukan 76
Gambar 4.11. Hasil penggambaran Dialux untuk koridor gallery sebagai
(9)
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 1.1. Bagan sistematika pemikiran 9
(10)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi setiap manusia. Cahaya sangat
membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali,
manusia menggunakan bahan-bahan alam dan memanfaatkan tenaga alami sebagai
penerangan dalam aktivitasnya yang terjadi di dalam maupun di luar ruangan.
Namun cahaya yang didapatkan dari pemanfaatan alami tidaklah mudah untuk
diperoleh, terutama untuk memasukkan cahaya ke dalam suatu ruangan. Dalam hal
ini, manusia menggunakan cahaya buatan (artificial light) yang dapat digunakan
(11)
2
Pada era orde baru yang lalu, pemerintah Indonesia telah banyak melakukan
pembangunan gedung-gedung yang merupakan fasilitas umum bagi masyarakat.
Pembangunan tersebut salah satunya mencakup gedung rumah sakit yang merupakan
salah satu fasilitas umum yang diperlukan masyarakat di bidang kesehatan. Namun
rumah sakit yang banyak dibangun pada masa itu lebih memiliki gaya yang yang
cenderung klasik dan berkesan standar. Hal tersebut terjadi karena kurangnya inovasi
dalam mendesain suatu rumah sakit.
Cahaya merupakan salah satu poin yang sangat penting dalam sebuah gedung
rumah sakit bersalin. Cahaya merupakan suatu alat bantu utama bagi para dokter
untuk memeriksa pasiennya, juga untuk melihat detail penyakit apa yang mungkin
diderita oleh pasien. Selain itu, dalam suatu bangunan modern, cahaya bukan hanya
befungsi sebagai alat untuk membantu manusia untuk melihat dan melakukan
berbagai aktifitasnya, tetapi juga dapat memberikan suasana dan nilai estetis pada
ruangan rumah sakit.
Seiring dengan perkembangan jaman, pembangunan rumah sakit pun
mengikuti gaya yang semakin modern. Image masyarakat mengenai rumah sakit,
terutama pada bagian koridor dan ruang tunggu, adalah suatu tempat yang berkesan
gelap, mencekam, dan merupakan bagian yang menyeramkan di rumah sakit,
terutama pada malam hari.
Pada masa ini perkembangan kota semakin cepat, kebutuhan akan lahan
bangunan pun semakin meningkat, namun lahan yang tersedia juga terbatas. Oleh
karena itu muncul bangunan yang bersifat mix-use. Begitu pula hal pada rumah sakit,
tidak hanya berfungsi sebagai rumah sakit saja namun mulai dicampur dengan fungsi
(12)
3
mulai mengangkat tematik tertentu sehingga rumah sakit memiliki image baru yang
lebih friendly. Beberapa contoh rumah sakit yang melakukan mix-use adalah Mount
Elisabeth Singapore (mix-use rumah sakit dan mall), Melinda Hospital (mix-use
rumah sakit dan gallery), Glen Eagles Hospital Kuala Lumpur (mix-use rumah sakit
dengan pertokoan dan café), dan lain-lain.
Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital merupakan salah satu dari rumah
sakit yang menggabungkan berbagai fungsi ruangan di dalam suatu gedung yang
memiliki fungsi utamanya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang
kesehatan, khususnya bagi ibu melahirkan. Melinda Hospital kini merupakan rumah
sakit yang tidak hanya melayani ibu yang akan melahirkan, tapi juga meluas ke
bidang lain seperti kesehatan gigi, kulit wajah, kesehatan anak, pelangsingan tubuh,
dan lain-lain. Di dalam gedung Melinda Hospital sendiri terdapat café yang berada di
ruang tunggu, dan gallery di daerah koridornya. Koridor rumah sakit yang biasa
dipakai sebagai jalan penghubung antar ruang (terbuka), digunakan juga sebagai
gallery di Melinda Hospital, dimana lukisan-lukisan ataupun foto-foto dipamerkan
pada dinding yang terdapat di sepanjang koridor rumah sakit Melinda Hospital. Dan
ruang tunggu yang biasa dipakai tamu untuk menunggu ataupun melakukan kegiatan
lainnya juga dipasang beberapa lukisan pada dinding yang membatasi antar ruang di
Melinda Hospital.
Pemilihan Melinda Hospital sebagai objek studi dilakukan karena Melinda
Hospital merupakan rumah sakit modern yang menarik dan merupakan satu-satunya
rumah sakit yang bertemakan gallery di Bandung. Dan menurut hasil wawancara
singkat dengan beberapa orang yang pernah mengunjungi Melinda Hospital,
(13)
4
suasana paling menarik dibandingkan dengan beberapa rumah sakit lain yang ada di
Bandung.
1.2. Batasan Masalah.
Pada pembahasan skripsi ini, penelitian dilakukan di koridor dan ruang
tunggu Melinda Hospital, dengan objek yang diteliti adalah pencahayaan buatan pada
sore hingga malam hari. Penelitian tahap awal yang meliputi pengamatan langsung
ke lokasi rumah sakit, disertai bukti foto pada siang dan malam hari pada bagian
koridor dan ruang tunggu. Penulis pun akan membuat pertanyaan tak terstruktur
kepada manajemen Melinda Hospital sendiri untuk mengetahui profil perusahaan
secara umum dan mengenai pencahayaan di Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital.
1.3. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis merumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menciptakan suasana yang berbeda pada rumah sakit dengan
teknik pencahayaan dan elemen pendukungnya?
2. Bagaimana menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan yang berbeda
antara fungsi rumah sakit dan gallery?
3. Bagaimana material dan warna ruang mempengaruhi kebutuhan dan
penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit?
4. Jenis lampu dan kuat terang berapa yang dapat menunjang kebutuhan gallery
(14)
5
5. Bagaimana teknik pencahayaan yang tepat untuk mendukung aktifitas di
rumah sakit dan gallery?
1.4. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara memberikan suasana pada rumah sakit gallery,
khususnya teknik pencahayaan dan elemen interior pendukungnya.
2. Untuk mengetahui cara menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan
yang berbeda antara fungsi rumah sakit dan gallery Sakit Bersalin Melinda
Hospital.
3. Untuk mengetahui bagaimana material dan warna ruang mempengaruhi
kebutuhan dan penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah
sakit.
4. Untuk mengetahui jenis lampu dan kuat terang berapa yang dapat menunjang
kebutuhan gallery dan rumah sakit.
5. Untuk mengetahui teknik pencahayaan yang tepat dalam mendukung aktifitas
di rumah sakit dan gallery.
1.5. Kegunaan Penelitian.
Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi:
1. Penulis sendiri, untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis di
bidang studi interior, khususnya tentang desain pencahayaan pada rumah
(15)
6
2. Pihak management Melinda Hospital, sebagai bahan masukan dan
pertimbangan yang bermanfaat dalam meningkatkan penggunaan cahaya
dalam meningkatkan suasana lebih nyaman yang penulis bahas dalam skripsi
ini.
3. Desainer, sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang sehubungan dengan
pencahayaan.
1.6. Metode Penelitian.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif.
1. Kuantitatif.
a. Pengukuran kuat cahaya dengan menggunakan Lux Meter di area yang akan
diukur, pada kasus ini yaitu koridor dan ruang tunggu Rumah Sakit Bersalin
Melinda Hospital.
b. Untuk mengetahui penyebaran cahaya menggunakan suatu perangkat lunak
Dialux sebagai alat bantu.
c. DPMB untuk menghitung kebutuhan lampu
d. Menyebarkan kuesioner singkat yang dibagikan kepada pengunjung yang
sedang berada di ruang tunggu Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital dan
kepada masyarakat lain yang pernah mengunjungi Rumah Sakit Bersalin
(16)
7
2. Kualitatif
a. Membandingkan hasil pengukuran kuantitatif dengan literatur dan standar
yang ada untuk kemudian muncul simpulan yang dapat ditarik.
b. Wawancara tak terstruktur dengan beberapa pengunjung ataupun masyarakat
yang pernah mengunjungi Melinda Hospital yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian lebih lanjut.
1.7. Sistematika Pembahasan.
Sistematika penyusunan laporan perancangan ini adalah sebagai berikut:
• BAB I PENDAHULUAN
Merupakan penjelasan tentang latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan serta sistematika pemikiran dari laporan ini secara keseluruhan.
• BAB II KAJIAN TEORI
Memaparkan definisi mengenai cahaya, jenis pencahayaan, faktor pendukung pencahayaan, cahaya dan hubungannya dengan rumah sakit, dan teori mengenai alat ukur yang dipakai.
• BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI
Menjelaskan profil mengenai Melinda Hospital disertai foto-foto lokasi.
• BAB IV ANALISA PENCAHAYAAN PADA RUMAH SAKIT GALLERY
MELINDA HOSPITAL
Memaparkan hasil analisa dan pengukuran penulis mengenai pencahayaan di Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital.
(17)
8
Memberikan hasil simpulan yang dirangkum oleh penulis sendiri mengenai hasil analisa mengenai pencahayaan di Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital.
(18)
9
1.8. Sistematika Pemikiran.
Bagan 1.1. Bagan sistematika pemikiran
Studi literatur :
- Elemen pembentuk suasana ruang - Pengertian cahaya
- Jenis pencahayaan
- Faktor pendukung pencahayaan - Pengertian pembagian rumah sakit serta
pengertian koridor
- Cahaya hubungannya dengan rumah sakit dan gallery
- Perbandingan kuat cahaya di rumah sakit dan gallery
Latar Belakang :
- Image koridor dan ruang tunggu rumah sakit yang mencekam.
- Melinda Hospital sebagai rumah sakit gallery yang modern
- Cahaya sebagai sumber penerangan dan pemberi suasana pada ruang.
Judul : “Pengaruh Desain Pencahayaan Terhadap
Kenyamanan dan Pembentukan Suasana Pada Koridor dan Ruang Tunggu Rumah Sakit Gallery. Objek Studi Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital”
Objek Studi : - Survey lapangan - Foto lapangan
- Pengukuran pencahayaan
Metode Penelitian Kualitatif : 1. Membandingkan dengan teori
dan objek studi
2. Wawancara tak terstruktur
Metode Penelitian Kuantitatif :
1. Pengukuran menggunakan Lux Meter. 2. Dialux
3. DPMB 4. Kuesioner
(19)
79
BAB V
SIMPULAN
5.1. Simpulan
Setelah melakukan analisa penelitian pencahayaan buatan pada Melinda Hospital, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Cara memberikan suasana pada rumah sakit gallery dapat dengan melakukan
apa yang telah dilakukan oleh Melinda Hospital yaitu pemilihan warna-warna hangat dalam pewarnaan elemen-elemen interior seperti krem dan abu muda. Pemberian pencahayaan yang lebih dramatis dan elegan juga dapat
(20)
80
memberikan suasana yang serupa sehingga suasana di Melinda Hospital dapat lebih terasa nyaman dan mewah.
Berikut ini merupakan elemen-elemen interior yang mampu merubah kesan mencekam pada koridor rumah sakit :
• Lighting yang dianggap paling menarik untuk koridor adalah lighting yang terang, karena unsur gelap dapat membuat suasana menjadi mencekam.
• Lorong yang dianggap nyaman adalah lorong yang terdapat bukaan (setengah terbuka dan terbuka).
• Permainan warna pada dinding koridor dianggap memiliki kesan yang
lebih menarik dan tidak monoton pada ruang koridor rumah sakit dibandingkan dengan warna dinding putih polos.
• Penggunaan koridor yang lebar lebih disukai oleh beberapa responden
dibandingkan dengan koridor yang sempit.
• Penggunaan warna-warna yang menarik pada dinding koridor,
penggunaan tanaman hias dalam ruangan sebagai elemen natural, juga lukisan sebagai pemberi nilai lebih pada ruangan lebih dianggap menarik dibandingkan dengan dinding yang lebih polos.
• Lantai dengan corak kayu (parket) dianggap dapat merubah kesan mencekam pada koridor rumah sakit. Penggunaan warna lain selain putih (misalnya abu-abu dan krem) pun dianggap dapat merubah kesan rumah sakit yang monoton.
(21)
81
8. Dibandingkan dengan rumah sakit lain, mana yang lebih memiliki suasana lebih menarik?
93% 7%
0% 0% 0%
Melinda Hospital Sentosa Boromeus Imanuel Hasan Sadikin
2. Untuk menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan yang berbeda
antara fungsi rumah sakit dan gallery dapat dengan cara penyesuaian kembali jenis lampu yang digunakan pada setiap ruangan yang berbeda, agar dapat diketahui apakah lampu tersebut dapat dipakai dalam suatu ruang tertentu atau tidak. Seperti dalam kasus Melinda Hospital, pemakaian lampu
fluorescent yang memiliki color rendering rendah dapat mengakibatkan ambigu warna pada lukisan yang dilihat. Karena itu dapat dilakukan
peredaman cahaya yang dihasilkan dari fluorescent lamp, kemudian
ditambahkan beberapa titik lampu tambahan, misalnya dengan incandescent lampdownlight ber-colorrendering tinggi sehingga dua fungsi tersebut dapat tercapai secara optimal.
3. Material dan warna ruang tentu dapat mempengaruhi kebutuhan dan penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit. Saat ini Melinda Hospital merupakan rumah sakit yang terbilang mewah, bahkan dalam hasil kuesioner merupakan rumah sakit yang memiliki suasana paling menarik di antara rumah sakit lain di Bandung. (Gambar 5.1.)
(22)
82
Hal itu dihasilkan dari pemilihan warna ruang, desain modern minimalis, dan pemilihan material yang tepat guna membuat suatu rumah sakit modern yang mewah, meskipun dalam pencahayaannya mengalami kekurangan.
4. Jenis lampu yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan gallery dan rumah sakit adalah jenis lampu yang memiliki colorrendering tinggi, damagefactor
rendah, dan color temperature yang rendah. Sedangkan kuat cahaya yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan gallery adalah 150 lux, dan rumah sakit (ruang tunggu, koridor gallery, dan café) adalah 100 – 300 lux. Dalam penggabungannya, dapat dilakukan penyesuaian misalnya dalam hal penyebaran cahayanya, peletakkan titik lampu, ataupun penggunaan armatur yang lebih terbuka ataupun tertutup sesuai kebutuhan.
5. Teknik pencahayaan yang tepat untuk mendukung aktifitas di rumah sakit dan gallery dapat menggunakan downlight. Teknik pemasangan hidden lamp
juga dapat memberikan bantuan penerangan sekaligus nilai estetis pada
ruangan. Lampu yang digunakan tentunya lampu yang memiliki color
rendering yang tinggi.
Secara garis besarnya, setelah melakukan penelitian di Melinda Hospital, pencahayaan yang ada tidak dapat menunjang fungsi mix-use yang selama ini dipakai, baik itu dari sisi jenis lampu yang dipakai, kuat cahaya yang ada, dan jumlah lampunya. Namun para pengunjung Melinda Hospital dapat merasakan suatu suasana yang berbeda dari rumah sakit lain yang ada di Bandung, karena Melinda Hospital telah mendesain interiornya sedemikian rupa, baik itu dari sisi pemilihan warna,
(23)
83
material, desain bentukan, dan bukaan-bukaan yang dibuatnya. Namun jika perbaikan pencahayaan dapat dilakukan dengan baik, maka suasana di Melinda Hospital akan terasa lebih nyaman, elegan, dan dapat menunjang kegiatan orang yang berada di ruang tunggu, koridor, maupun café Melinda Hospital.
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K. (1996). Ilustrasi Desain Interior. Erlangga
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1991). Pokok-Pokok Pedoman Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C, D. Jakarta: Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan.
Diktat Kuliah Fisika Bangunan (2006). Universitas Kristen Maranatha.
J. E. Flynn, S. M. Mills (1962). Architectural Lighting Graphics. Reinhold
Publishing Co.
Lechner, Norbert (1991). Heating, Cooling, Lighting Design Methods for Architects.
USA. John Wiley & Sons, Inc.
Mangunwijaya (1980). Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Jakarta. Gramedia.
Olygay, Victor (2002). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural
Regionalism. Princeton University Press.
Philips Lighting (1993). Fifth Edition Lighting Manual. Eindhoven. Philips Lighting
B.V.
Wesley E. Woodson (1981). Human Factors Design Handbook. McGraw-Hill, Inc.
www.wikipedia.org www.answers.com www.yourdictionary.com
(1)
BAB V
SIMPULAN
5.1. Simpulan
Setelah melakukan analisa penelitian pencahayaan buatan pada Melinda Hospital, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Cara memberikan suasana pada rumah sakit gallery dapat dengan melakukan apa yang telah dilakukan oleh Melinda Hospital yaitu pemilihan warna-warna hangat dalam pewarnaan elemen-elemen interior seperti krem dan abu muda. Pemberian pencahayaan yang lebih dramatis dan elegan juga dapat
(2)
memberikan suasana yang serupa sehingga suasana di Melinda Hospital dapat lebih terasa nyaman dan mewah.
Berikut ini merupakan elemen-elemen interior yang mampu merubah kesan mencekam pada koridor rumah sakit :
• Lighting yang dianggap paling menarik untuk koridor adalah lighting
yang terang, karena unsur gelap dapat membuat suasana menjadi mencekam.
• Lorong yang dianggap nyaman adalah lorong yang terdapat bukaan (setengah terbuka dan terbuka).
• Permainan warna pada dinding koridor dianggap memiliki kesan yang lebih menarik dan tidak monoton pada ruang koridor rumah sakit dibandingkan dengan warna dinding putih polos.
• Penggunaan koridor yang lebar lebih disukai oleh beberapa responden dibandingkan dengan koridor yang sempit.
• Penggunaan warna-warna yang menarik pada dinding koridor, penggunaan tanaman hias dalam ruangan sebagai elemen natural, juga lukisan sebagai pemberi nilai lebih pada ruangan lebih dianggap menarik dibandingkan dengan dinding yang lebih polos.
• Lantai dengan corak kayu (parket) dianggap dapat merubah kesan mencekam pada koridor rumah sakit. Penggunaan warna lain selain putih (misalnya abu-abu dan krem) pun dianggap dapat merubah kesan rumah sakit yang monoton.
(3)
8. Dibandingkan dengan rumah sakit lain, mana yang lebih memiliki suasana lebih menarik?
93% 7% 0% 0% 0% Melinda Hospital Sentosa Boromeus Imanuel Hasan Sadikin
2. Untuk menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan yang berbeda antara fungsi rumah sakit dan gallery dapat dengan cara penyesuaian kembali jenis lampu yang digunakan pada setiap ruangan yang berbeda, agar dapat diketahui apakah lampu tersebut dapat dipakai dalam suatu ruang tertentu atau tidak. Seperti dalam kasus Melinda Hospital, pemakaian lampu
fluorescent yang memiliki color rendering rendah dapat mengakibatkan ambigu warna pada lukisan yang dilihat. Karena itu dapat dilakukan peredaman cahaya yang dihasilkan dari fluorescent lamp, kemudian ditambahkan beberapa titik lampu tambahan, misalnya dengan incandescent lampdownlight ber-colorrendering tinggi sehingga dua fungsi tersebut dapat tercapai secara optimal.
3. Material dan warna ruang tentu dapat mempengaruhi kebutuhan dan
penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit. Saat ini Melinda Hospital merupakan rumah sakit yang terbilang mewah, bahkan dalam hasil kuesioner merupakan rumah sakit yang memiliki suasana paling menarik di antara rumah sakit lain di Bandung. (Gambar 5.1.)
(4)
Hal itu dihasilkan dari pemilihan warna ruang, desain modern minimalis, dan pemilihan material yang tepat guna membuat suatu rumah sakit modern yang mewah, meskipun dalam pencahayaannya mengalami kekurangan.
4. Jenis lampu yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan gallery dan rumah sakit adalah jenis lampu yang memiliki colorrendering tinggi, damagefactor
rendah, dan color temperature yang rendah. Sedangkan kuat cahaya yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan gallery adalah 150 lux, dan rumah sakit (ruang tunggu, koridor gallery, dan café) adalah 100 – 300 lux. Dalam penggabungannya, dapat dilakukan penyesuaian misalnya dalam hal penyebaran cahayanya, peletakkan titik lampu, ataupun penggunaan armatur yang lebih terbuka ataupun tertutup sesuai kebutuhan.
5. Teknik pencahayaan yang tepat untuk mendukung aktifitas di rumah sakit dan gallery dapat menggunakan downlight. Teknik pemasangan hidden lamp
juga dapat memberikan bantuan penerangan sekaligus nilai estetis pada ruangan. Lampu yang digunakan tentunya lampu yang memiliki color rendering yang tinggi.
Secara garis besarnya, setelah melakukan penelitian di Melinda Hospital, pencahayaan yang ada tidak dapat menunjang fungsi mix-use yang selama ini dipakai, baik itu dari sisi jenis lampu yang dipakai, kuat cahaya yang ada, dan jumlah lampunya. Namun para pengunjung Melinda Hospital dapat merasakan suatu suasana yang berbeda dari rumah sakit lain yang ada di Bandung, karena Melinda Hospital telah mendesain interiornya sedemikian rupa, baik itu dari sisi pemilihan warna,
(5)
material, desain bentukan, dan bukaan-bukaan yang dibuatnya. Namun jika perbaikan pencahayaan dapat dilakukan dengan baik, maka suasana di Melinda Hospital akan terasa lebih nyaman, elegan, dan dapat menunjang kegiatan orang yang berada di ruang tunggu, koridor, maupun café Melinda Hospital.
(6)
Sakit Umum Kelas A, B, C, D. Jakarta: Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan.
Diktat Kuliah Fisika Bangunan (2006). Universitas Kristen Maranatha.
J. E. Flynn, S. M. Mills (1962). Architectural Lighting Graphics. Reinhold Publishing Co.
Lechner, Norbert (1991). Heating, Cooling, Lighting Design Methods for Architects. USA. John Wiley & Sons, Inc.
Mangunwijaya (1980). Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Jakarta. Gramedia. Olygay, Victor (2002). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural
Regionalism. Princeton University Press.
Philips Lighting (1993). Fifth Edition Lighting Manual. Eindhoven. Philips Lighting B.V.
Wesley E. Woodson (1981). Human Factors Design Handbook. McGraw-Hill, Inc. www.wikipedia.org
www.answers.com www.yourdictionary.com