Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus di SD 'X' Bandung.

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran derajat self-efficacy berdasarkan aspek-aspeknya, yaitu yakin mampu membuat pilihan, yakin mampu mengerahkan usaha, yakin mampu bertahan saat mengalami kesulitan dan kegagalan, dan keyakinan akan kemampuan dalam mengolah emosi yang dimiliki pada guru

pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung. Sampel penelitian ini adalah guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung, yaitu

sebanyak 30 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik survei.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari Bandura (2002), kuesioner tersebut terdiri dari 27 item. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS windows didapatkan validitas berkisar antara 0,31 sampai 0,69 dan diperoleh reliabilitas 0,84.

Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian besar (86,7) guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung memiliki derajat self-efficacy yang

tinggi. Sedangkan 13,3% guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X”

Bandung memiliki derajat self-efficacy rendah. Diketahui pula bahwa sumber-sumber informasi self-efficacy yang memiliki keterkaitan adalah mastery experience.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada guru pendamping disarankan agar dapat mempertahankan self-efficacy yang mereka miliki dan bagi guru pendamping yang memiliki self-efficacy rendah diharapkan lebih menggali potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan self-efficacy dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai guru pendamping. Peneliti juga menyarankan untuk melakukan penelitian lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap derajat self-efficacy pada guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung dan melakukan penelitian sejenis yang mengambil subjek penelitian (guru pendamping) di lokasi yang berbeda.


(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN………..……… i

KATA PENGANTAR………..……… ii

ABSTRAK……… v

DAFTAR ISI……… vi

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah…..……….……….. 1

1. 2 Identifikasi Masalah………...………… 9

1. 3 Maksud dan Tujuan 1. 3. 1 Maksud Penelitian………... 9

1. 3. 2 Tujuan Penelitian……… 9

1. 4 Kegunaan Penelitian 1. 4. 1 Kegunaan Teoritis……….…... 10

1. 4. 2 Kegunaan Praktis……… 10

1. 5 Kerangka Pemikiran……… 10

1. 6 Asumsi Penelitian………... 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA


(3)

vii Universitas Kristen Maranatha 2. 1. 1 Definisi Self-Efficacy………. 20 2. 1. 2 Sumber-sumber Self-Efficacy……….... 22 2. 1. 3 Integrasi Sumber Informasi Self-Efficacy………. 27 2. 1. 4 Proses-proses Aktivasi Self-Efficacy………. 28 2. 2 Program Pendidikan Inklusi

2. 2. 1 Pendahuluan………... 36 2. 2. 2 Guru Pendamping……….. 37 2. 3 Guru Pendamping SD “X” Bandung

2. 3. 1 Tugas Guru Pendamping………….………... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………... 40 3. 2 Bagan Rancangan Penelitian……….. 40 3. 3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3. 3. 1 Variabel Penelitian………. 41 3. 3. 2 Definisi Operasional……….. 41 3. 4 Alat Ukur

3. 4. 1 Alat Ukur Self-Efficacy………. 42 3. 4. 2 Data Pribadi dan Data Penunjang


(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

3. 4. 2. 2 Data Penunjang……… 47

3. 4. 3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3. 4. 3. 1 Uji Validitas………. 47

3. 4. 3. 2 Hasil Uji Validitas ……….. 48

3. 4. 3. 3 Uji Reliabilitas………. 48

3. 4. 3. 4 Hasil Uji Reliabilitas ……….. 49

3. 5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3. 5. 1 Populasi Sasaran………. 50

3. 5. 2 Karakteristik Populasi……… 50

3. 6 Teknik Analisis Data……….. 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Jenis Kelamin………...…………...… 52

4.1.2 Pendidikan Terakhir………... 53

4.1.3 Lama Menjadi Guru Pendamping…………....….. 54

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Derajat Self-efficacy……… 55

4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Aspek……….. 55


(5)

ix Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………...….… 67

5.2 Saran 5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan……….. 68

5.2.2 Saran Guna Laksana………...… 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

DAFTAR RUJUKAN………..…..……. 70 LAMPIRAN


(6)

(7)

Lampiran I. Profil SD “X” Bandung

Sekolah Dasar Mutiara Bunda, yang berdiri sejak tahun 2001, menyelenggarakan pendidikan dengan setting inklusi dengan pendekatan belajar aktif (active learning). Dimana siswa banyak melakukan penelitian, observasi, experiment, diskusi, presentasi, dan belajar mengambil kesimpulan terhadap apa yang ditemuinya. Siswa dirancang untuk selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar dan setiap pelajaran tidak sekedar bersifat menghafal atau mencatat.

Mengacu pada undang-undang dasar negara yang menjamin warga negara memperoleh pendidikan yang layak, maka Mutiara Bunda merasa bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang 'ramah', di mana setiap anak, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Di samping itu pembelajar di Mutiara Bunda dilakukan secara menyeluruh (integrated study) melalui pendekatan belajar aktif, di mana siswa sebagai subject belajar mencari informasi dan membangun pengetahuannya secara mandiri. Guru, sebagai fasilitator, berperan sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa.

Sekolah mutiara bunda menerapkan sistem pendidikan inklusif. Sekolah bertujuan membantu orang tua yang mempunyai anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk lebih memaksimalkan potensi dari segi sosial, emosional, fisik, kognitif, maupun kemandiriannya dalam lingkungan anak-anak yang beragam.


(8)

2. 2. 2 Visi dan Misi a. Visi

Mewujudkan/menyelenggarakan sebuah lembaga pendidikan yang bernuansa islami dan berwawasan global sehingga menghasilkan anak-anak yang siap menghadapi berbagai tantangan hidup di era globalisasi nanti, menjaga lingkungannya dan bermanfaat bagi masyarakat.

b. Misi

Mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang ada pada setiap individu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Membantu otang tua untuk menyiapkan anak-anak dalam menghadapi era globalisasi dengan dasar agama dan kepribadian yang baik. Memberikan lingkungan yang beragam bagi anak-anak agar lebih peka terhadap lingkungannya yang penuh keberagaman.


(9)

Lampiran II. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Self-efficacy.

Validitas No Item

Koefisien korelasi

Keterangan No

Item

Koefisien korelasi

Keterangan

1 0,12 Dibuang 25. 0,36 Diterima

2 0,06 Dibuang 26. 0,47 Diterima

3. 0,25 Dibuang 27. 0,25 Dibuang

4. 0,17 Dibuang 28. 0,09 Dibuang

5. 0,63 Diterima 29. 0,34 Diterima

6. 0,67 Diterima 30. 0,34 Diterima

7. 0,45 Diterima 31. 0,32 Diterima

8. 0,13 Dibuang 32. 0,19 Dibuang

9. 0,13 Dibuang 33. 0,09 Dibuang

10. 0,20 Dibuang 34. 0,36 Diterima

11. 0,10 Dibuang 35. 0,28 Dibuang

12. 0,17 Dibuang 36. 0,36 Diterima

13. 0,38 Diterima 37. 0,16 Dibuang

14. 0,17 Dibuang 38. 0,69 Diterima

15. 0,46 Diterima 39 0,41 Diterima

16. 0,31 Diterima 40. 0,59 Diterima

17. 0,61 Diterima 41. 0,65 Diterima

18. 0,61 Diterima 42. 0,40 Diterima

19. 0,60 Diterima 43. 0,41 Diterima

20. 0,53 Diterima 44. 0,34 Diterima

21. 0,44 Diterima 45. 0,26 Dibuang

22. 0,48 Diterima 46. 0,00 Dibuang

23. 0,71 Diterima 47. 0,29 Dibuang

24. 0,05 Dibuang 48. 0,10 Dibuang

Item diterima : 27 item Item dibuang : 21 item

Reliabilitas


(10)

Lampiran III. KISI-KISI ALAT UKUR SELF-EFFICACY

Aspek Indikator Item

Pilihan yang dibuat Pilihan yang dibuat dalam membimbing anak selama proses pembelajaran

1. Saya yakin mampu memilih waktu secara efektif dan efisien dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus.

Pilihan yang dibuat dalam menjaga keselamatan anak selama di sekolah.

2. Saya yakin mampu memantau kegiatan anak yang saya dampingi selama disekolah

3. Saya yakin mampu untuk menjaga anak ketika mengikuti kegiatan hiking.

Pilihan yang dibuat dalam melakukan kegiatan administrasi penilaian

4. Saya yakin mampu mencatat semua detil hasil belajar yang ditunjukan oleh anak yang saya dampingi

5. Saya yakin mampu memberikan penilaian secara rutin meskipun anak belum menampakan kemajuan yang berarti.


(11)

Pilihan yang dibuat dalam bekerjasama dengan orang tua

6. Saya yakin mampu mengikuti diskusi mingguan dengan orang tua, meskipun masih ada pekerjaan lain yang harus saya selesaikan.

7. Saya yakin mampu memberikan informasi kepada orangtua mengenai bagaimana cara yang tepat agar anak dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

Usaha yang

dikeluarkan

Usaha yang dikeluarkan dalam membimbing anak

selama proses

pembelajaran

8. Saya yakin mampu berusaha menggunakan waktu secara efektif dan efisien dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus

9. Saya yakin mampu berusaha menerapkan materi pembelajaran saat berada di ruang stimulasi sesuai dengan kebutuhan siswa Usaha yang dikeluarkan

dalam menjaga

keselamatan anak selama

10. Saya yakin mampu berusaha untuk mengikuti kemanapun anak yang saya dampingi pergi selama disekolah.


(12)

di sekolah. mengikuti kegiatan hiking, meskipun kegiatan tersebut membuat saya lelah.

12.Saya yakin mampu berusaha membatasi kegiatan yang berbahaya untuk dilakukan oleh anak yang saya dampingi.

Usaha yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan administrasi penilaian.

13.Saya yakin mampu berusaha mencatat semua detil hasil belajar yang ditunjukan oleh anak yang saya dampingi.

14.Saya yakin mampu berusaha memberikan penilaian secara rutin meskipun anak belum menampakan kemajuan yang berarti Usaha yang dikeluarkan

dalam bekerjasama dengan orang tua.

15.Saya yakin mampu berusaha untuk memberikan informasi kepada orangtua mengenai bagaimana cara yang tepat agar anak dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

Ketahanan dalam menghadapi

Ketahanan dalam

menghadapi rintangan dan

16.Ketika anak yang saya dampingi sudah merasa bosan, saya yakin mampu berupaya mencari variasi cara dalam


(13)

hambatan dan kegagalan

kegagalan dalam

membimbing anak selama proses pembelajaran

mendampingi anak berkebutuhan khusus.

Ketahanan dalam

menghadapi rintangan dan kegagalan dalam menjaga keselamatan anak selama di sekolah.

17.Saya yakin akan mampu mengikuti kemanapun anak yang saya dampingi pergi selama disekolah, meskipun anak yang saya dampingi tidak berhenti beraktivitas.

18.Saya yakin mampu terus-menerus menjaga anak ketika mengikuti kegiatan hiking, meskipun anak yang saya dampingi tiba-tiba tantrum.

19.Saya yakin akan berupaya tetap membatasi kegiatan yang berbahaya jika dilakukan oleh anak yang saya dampingi, meskipun anak yang saya dampingi tidak menghiraukan perintah saya.


(14)

Ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan dalam

melakukan kegiatan

administrasi penilaian.

20.Saya yakin akan tetap memberikan penilaian secara rutin meskipun anak yang saya dampingi belum menampakan kemajuan yang berarti

Ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan dalam bekerjasama dengan orang tua

21.Saya yakin akan tetap mengikuti diskusi mingguan dengan orang tua meskipun orang tua menganggap diskusi yang dilaksanakan tidak bermanfaat

22.Saya yakin akan berupaya terus menerus untuk memberikan informasi kepada orangtua mengenai bagaimana cara yang tepat agar anak dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, meskipun terkadang orangtua sulit untuk menerapkan metode tersebut.


(15)

Penghayatan perasaan yang dialami.

Penghayatan perasaan yang dialami dalam membimbing anak selama proses pembelajaran

23.Saya akan merasa puas apabila dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus saya menggunakan waktu secara efisien dan efektif, meskipun banyak hambatan selama mendampingi anak berkebutuhan khusus

24.Saya merasa bangga apabila anak yang saya dampingi dapat menyelesaikan materi yang saya berikan saat berada di ruang stimulasi.

Penghayatan perasaan yang dialami dalam menjaga keselamatan anak selama di sekolah.

25.Saya merasa senang bilamana anak yang saya dampingi mengikuti aturan yang saya berikan.

Penghayatan perasaan yang dialami dalam melakukan kegiatan administrasi penilaian.

26.Saya bersemangat untuk memberikan penilaian secara rutin meskipun anak yang saya dampingi belum menampakan kemajuan yang berarti.


(16)

Penghayatan perasaan yang dialami dalam bekerjasama dengan orang tua.

27.Saya merasa antusias mengikuti diskusi mingguan dengan orang tua.


(17)

Lampiran IV.

KUESIONER SELF-EFFICACY

Nama / inisial :

Jenis Kelamin :

Pendidikan terakhir :

Lama bekerja menjadi Guru Pendamping :

Pada kuesioner ini terdapat 27 item yang berupa kalimat pernyataan yang berhubungan dengan kegiatan mengajar. Saudara dimohon kesidaannya untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara, yaitu dengan memberi tanda checklist (  ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban yang Saudara pilih. Berikut penjelasan jawaban:

- Sangat sesuai (SS), apabila pernyataan sangat menggambarkan diri Saudara. - Sesuai (S), apabila pernyataan menggambarkan diri Saudara.

- Tidak sesuai (TS), apabila penyataan kurang menggambarkan diri Saudara.

- Sangat tidak sesuai (STS), apabila pernyataan sangat tidak menggambarkan diri Saudara.

Diharapkan agar Saudara mengisi kuesioner ini dengan jujur, karena jawaban Saudara sangat berpengaruh dalam penelitian ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih atas kesediannya mengisi kuesioner ini.

Hormat saya Peneliti


(18)

DATA PENUNJANG

1. Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan ketika mendampingi anak berkebutuhan khusus ?

a. Sering b. Tidak pernah

2. Saya memandang bahwa keberhasilan yang saya alami ketika mendampingi anak berkebutuhan khusus sebagai sesuatu ?

a. Bermakna bagi saya

b. Tidak terlalu bermakna bagi saya

3. Seberapa sering saudara mengalami kegagalan ketika mendampingi anak berkebutuhan khusus ?

a. Sering b. Tidak pernah

4. Saya memandang bahwa kegagalan yang saya alami ketika mendampingi anak berkebutuhan khusus sebagai sesuatu ?

a. Bermakna, mempengaruhi proses pendampingan

b. Tidak bermakna sehingga tidak mempengaruhi proses pendampingan 5. Menurut saya, rekan guru pendamping :

a. Sering berhasil dalam mengerjakan tugas-tugasnya b. Jarang berhasil saat mengerjakan tugas-tugasnya 6. Menurut saya, pengalaman dari rekan guru pendamping :

a. Sering mengeluhkan kesulitan dalam menjalankan tugasnya


(19)

7. Siapakah yang biasanya memberi feed back atas usaha saudara dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus selama ini?

a. Sesama guru pendamping b. Atasan

c. Orang tua d. Teman

8. Seberapa sering saudara menerima pujian terhadap pekerjaan yang saudara lakukan ?

a. Sering b. Tidak pernah

9. Seberapa sering saudara menerima kritikan terhadap pekerjaan yang saudara lakukan ?

a. Sering b. Tidak pernah

10. Apa dampak feed back tersebut bagi saudara ? a. Membangkitkan semangat

b. Menurunkan semangat 11. Saya memiliki kondisi fisik yang :

a. Kuat, dapat bertahan lama saat mendampingi anak berkebutuhan khusus b. Mudah lelah saat mendampingi anak berkebutuhan khusus

12. Saya termasuk orang yang :

a. Mampu mengendalikan atau mengontrol emosi b. Kurang mampu mengendalikan emosi


(20)

No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya yakin mampu memantau kegiatan anak yang saya

dampingi selama disekolah

2. Saya yakin mampu berusaha untuk mengikuti kemanapun anak yang saya dampingi pergi selama disekolah.

3. Saya yakin akan mampu mengikuti kemanapun anak yang saya dampingi pergi selama disekolah, meskipun anak yang saya dampingi tidak berhenti beraktivitas. 4. Saya yakin mampu mengikuti diskusi mingguan dengan

orang tua, meskipun masih ada pekerjaan lain yang harus saya selesaikan.

5. Saya yakin mampu tetap mengikuti diskusi mingguan dengan orang tua meskipun orang tua menganggap diskusi yang dilaksanakan tidak bermanfaat.

6. Saya merasa antusias mengikuti diskusi mingguan dengan orang tua.

7. Saya yakin mampu memilih waktu secara efektif dan efisien dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus 8. Saya yakin mampu berusaha menggunakan waktu secara

efektif dan efisien dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus.

9. Ketika anak yang saya dampingi sudah merasa bosan, saya yakin mampu berupaya mencari variasi cara dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus


(21)

No Pernyataan SS S TS STS 10. Saya akan merasa puas apabila dalam mendampingi anak

berkebutuhan khusus saya menggunakan waktu secara efisien dan efektif, meskipun banyak hambatan selama mendampingi anak berkebutuhan khusus.

11. Saya yakin mampu untuk menjaga anak ketika mengikuti kegiatan hiking.

12 Saya yakin mampu berusaha untuk menjaga anak ketika mengikuti kegiatan hiking, meskipun kegiatan tersebut membuat saya lelah.

13 Saya yakin mampu terus-menerus menjaga anak ketika mengikuti kegiatan hiking, meskipun anak yang saya dampingi tiba-tiba tantrum.

14 Saya yakin mampu mencatat semua detil hasil belajar yang ditunjukan oleh anak yang saya dampingi.

15 Saya yakin mampu berusaha mencatat semua detil hasil belajar yang ditunjukan oleh anak yang saya dampingi. 16 Saya yakin mampu memberikan informasi kepada

orangtua mengenai bagaimana cara yang tepat agar anak dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. 17 Saya yakin mampu berusaha untuk memberikan

informasi kepada orangtua mengenai bagaimana cara yang tepat agar anak dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.


(22)

No Pernyataan SS S TS STS 18. Saya yakin akan berupaya terus menerus untuk

memberikan informasi kepada orangtua mengenai bagaimana cara yang tepat agar anak dapat bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, meskipun terkadang orangtua sulit untuk menerapkan metode tersebut.

19. Saya yakin mampu berusaha menerapkan materi pembelajaran saat berada di ruang stimulasi sesuai dengan kebutuhan siswa.

20. Saya merasa bangga apabila anak yang saya dampingi dapat menyelesaikan materi yang saya berikan saat berada di ruang stimulasi.

21. Saya yakin mampu berusaha membatasi kegiatan yang berbahaya untuk dilakukan oleh anak yang saya dampingi.

22. Saya yakin akan berupaya tetap membatasi kegiatan yang berbahaya jika dilakukan oleh anak yang saya dampingi, meskipun anak yang saya dampingi tidak menghiraukan perintah saya.

23. Saya merasa senang bilamana anak yang saya dampingi mengikuti aturan yang saya berikan.

24. Saya yakin mampu memberikan penilaian secara rutin meskipun anak belum menampakan kemajuan yang berarti.


(23)

No Pernyataan SS S TS STS 25. Saya yakin akan berusaha memberikan penilaian secara

rutin meskipun anak belum menampakan kemajuan yang berarti.

26. Saya yakin akan tetap memberikan penilaian secara rutin meskipun anak yang saya dampingi belum menampakan kemajuan yang berarti.

27. Saya bersemangat untuk memberikan penilaian secara rutin meskipun anak yang saya dampingi belum menampakan kemajuan yang berarti.


(24)

Lampiran IV. Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang

Tabel 4.1 Hasil tabulasi silang antara frekuensi keberhasilan dengan derajat

self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Frekuensi

Keberhasilan a. Sering

Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13,3 % 30 100%

b.Tidak Pernah Jumlah

Persentase 0 0% 0 0% 0 0%

Total Jumlah

Persentase 26 86,7% 4 100% 30 100%

Tabel 4.2 Hasil tabulasi silang antara dampak keberhasilan dengan derajat

self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Dampak Keberhasilan

a. Bermakna bagi saya Jumlah Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0% b. Tidak terlalu bermakna

bagi saya Jumlah Persentase 0 0% 0 0% 0 0% Total Jumlah Persentase 86.7% 26 13.3% 4 100.0% 30

Tabel 4.3 Hasil tabulasi silang antara frekuensi kegagalan dengan derajat self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Frekuensi Kegagalan

a. Sering Jumlah

Persentase 2 40% 3 60% 5 100%

b. Tidak pernah Jumlah

Persentase 24 92,3% 1 3,8% 26 100%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0%


(25)

Table 4.4 Hasil tabulasi silang antara dampak kegagalan dengan derajat self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Dampak Kegagalan

a.Bermakna, mempengaruhi proses pendampingan Jumlah Persentase 24 96% 1 4% 25 100% b. Tidak bermakna sehingga

tidak mempengaruhi proses pendm Jumlah Persentase 2 40% 3 60% 5 100%

Total Jumlah Persentase 86.7% 26 13.3% 4 100.0% 30

Tabel 4.5 Hasil tabulasi silang antara pengamatan terhadap rekan guru pendamping dengan derajat self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Pengamatan terhadap rekan guru pendamping

a. Sering berhasil dalam mengerjakan tugas-tugasnya Jumlah Persentase 26 86,7% 4 13.3% 30 100% b. Jarang berhasil saat

mengerjakan tugas-tugasnya Jumlah Persentase 0 0% 0 0% 0 0%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100%

Tabel 4.6 Hasil tabulasi silang antara pengalaman dari rekan guru pendamping dengan derajat self-efficacy

Derajat

self-efficacy Total Tinggi Rendah

Pengalaman dari rekan guru

pendamping

a. Sering mengeluhkan kesulitan dalam menjalankan tugasnya Jumlah Persentase 6 75% 2 25% 8 100% b.Cenderung menunjukkan

keberhasilan dalam menjalankan tugasnya Jumlah Persentase 20 91% 2 9% 22 100%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0%


(26)

Tabel 4.7 Hasil tabulasi silang antara pemberi feedback dengan derajat self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Pemberi

feedback

a. Sesama guru pendamping Jumlah Persentase 15 93,75% 1 6,25% 16 100%

b. Atasan Jumlah

Persentase 7 70% 3 30% 10 100%

c. Orang Tua Jumlah

Persentase 2 100% 0 .0% 2 100%

d. Teman Jumlah

Persentase 2 100% 0 .0% 2 100

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0%

Tabel 4.8 Hasil tabulasi silang antara frekuensi dapat pujian dengan derajat

self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Frekuensi dapat pujian

a. Sering Jumlah

Persentase 25 86,2% 4 13.8% 29 100%

b. Tidak Pernah Jumlah

Persentase 1 100% 0 0% 1 100%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0%

Tabel 4.9 Hasil tabulasi silang antara frekuensi dapat kritikan dengan derajat

self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Frekuensi dapat Kritikan

a. Sering Jumlah

Persentase 23 88,5% 3 11,5% 26 100%

b. Tidak Pernah Jumlah

Persentase 3 75% 1 25% 4 100%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0%


(27)

Tabel 4.10 Hasil tabulasi silang antara pengaruh feedback dengan derajat self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Pengaruh feedback

a. Membangkitkan semangat Jumlah Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100.0% b. Menurunkan Semangat Jumlah

Persentase 0 0% 0 0% 0 0%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100%

Tabel 4.11 Hasil tabulasi silang antara kondisi fisik dengan derajat self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Kondisi fisik

a. Kuat, dapat bertahan lama saat mendampingi anak berkebutuhan Jumlah Persentase 24 85,7% 4 14,3% 28 100% b. Mudah lelah saat

mendamping Jumlah Persentase 2 100% 0 0% 2 100% Total Jumlah Persentase 86.7% 26 13.3% 4 100% 30

Tabel 4.12 Hasil tabulasi silang antara penilaian terhadap suasana hati dengan derajat

self-efficacy

Derajat self-efficacy

Total Tinggi Rendah

Penilaian terhadap suasana hati

a. Mampu mengendalikan atau mengontrol emosi Jumlah Persentase 22 73.3% 4 13.3% 26 100% b. Kurang mampu mengontrol

emosi Jumlah Persentase 4 13.3% 0 0% 4 100%

Total Jumlah

Persentase 26 86.7% 4 13.3% 30 100%


(28)

Lampiran V. Hasil Olah Data Aspek

Resp.

PILIHAN YANG DIBUAT

Total Kategori

Membimbing anak selama proses pembelajaran

Menjaga keselamatan anak selamadi sekolah

Melakukan kegiatan administrasi penilaian

Bekerjasama dengan orang tua

No. 17 No. 5 No. 21 No. 25 No. 41 No. 13 No. 29

1 3 3 3 2 4 3 3 21 T

2 4 4 4 4 3 3 3 25 T

3 4 4 4 4 3 3 3 25 T

4 4 4 4 4 3 3 3 25 T

5 3 3 3 3 3 3 3 21 T

6 4 3 3 3 4 3 3 23 T

7 3 3 4 3 3 3 2 21 T

8 2 3 3 3 3 3 3 20 T

9 3 3 3 3 3 3 3 21 T

10 4 4 4 3 2 2 4 23 T

11 3 3 3 3 3 3 3 21 T

12 4 4 4 3 3 3 3 24 T

13 3 3 3 3 3 3 3 21 T

14 3 3 3 3 3 3 3 21 T

15 3 4 2 2 1 2 2 16 R

16 2 1 2 3 2 2 2 14 R

17 3 2 3 3 3 2 3 19 T

18 3 1 3 3 3 1 3 17 R

19 2 3 3 3 3 3 2 19 T

20 3 4 4 3 3 3 3 23 T

21 4 3 1 1 2 3 1 15 R

22 3 3 3 3 3 3 3 21 T

23 4 4 4 4 3 3 4 26 T

24 3 3 3 3 3 3 3 21 T

25 4 4 4 3 4 3 2 24 T

26 4 4 4 3 2 3 4 24 T

27 3 3 3 4 3 2 3 21 T

28 3 3 3 3 3 2 3 20 T

29 2 3 3 3 3 3 2 19 T

30 4 4 2 3 2 3 2 20 T


(29)

Resp.

USAHA

Membimbing anak selama proses pembelajaran

Menjaga keselamatan anak selamadi sekolah

Melakukan kegiatan administrasi penilaian

Bekerjasama dengan

orang tua Total Kategori

No. 18 No. 34 No. 6 No. 22 No. 38 No. 26 No. 42 No. 30

1 3 4 3 3 3 4 4 3 27 T

2 4 3 4 3 4 4 4 3 29 T

3 4 3 4 3 4 4 4 3 29 T

4 4 3 4 3 4 4 3 3 28 T

5 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

6 4 3 3 3 3 3 3 3 25 T

7 3 3 3 4 3 3 3 3 25 T

8 2 3 3 3 3 2 3 3 22 T

9 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

10 4 3 4 4 4 3 3 4 29 T

11 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

12 2 4 3 2 3 2 2 1 19 R

13 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

14 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

15 2 2 1 2 3 3 2 3 18 R

16 3 3 4 4 4 3 4 3 28 T

17 2 2 2 3 2 2 3 2 18 R

18 3 3 1 3 3 3 3 3 22 T

19 2 3 3 3 3 3 3 2 22 T

20 3 4 4 3 4 3 4 3 28 T

21 2 1 2 2 3 2 2 2 16 R

22 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

23 4 3 4 4 4 2 3 3 27 T

24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

25 4 3 4 4 3 3 4 4 29 T

26 4 3 4 4 3 3 3 3 27 T

27 3 3 3 3 3 4 3 3 25 T

28 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

29 3 3 3 3 3 3 3 3 24 T

30 2 3 3 2 1 2 3 2 18 R


(30)

Resp. KETAHANAN Total Kategori Membimbing anak selama proses pembelajaran

Menjaga keselamatan anak selamadi sekolah

Melakukan kegiatan administrasi penilaian

Bekerjasama dengan orang tua

No. 19 No. 7 No. 23 No. 39 No. 43 No. 15 No. 31

1 3 3 4 4 4 2 3 23 T

2 4 4 3 4 3 2 3 23 T

3 4 4 3 4 3 2 3 23 T

4 4 4 3 4 3 2 3 23 T

5 3 3 3 3 3 3 3 21 T

6 3 3 3 3 3 3 3 21 T

7 3 3 3 3 3 3 3 21 T

8 3 3 3 3 3 3 3 21 T

9 3 3 2 3 3 3 3 20 T

10 4 4 4 3 3 2 4 24 T

11 4 3 3 3 3 3 3 22 T

12 2 3 2 3 2 2 2 16 R

13 3 3 3 3 3 3 3 21 T

14 3 3 3 3 3 2 3 20 T

15 2 3 2 2 2 2 2 15 R

16 4 4 4 4 4 3 4 27 T

17 3 2 3 3 3 2 3 19 T

18 3 2 3 3 3 1 3 18 T

19 2 3 2 3 3 2 3 18 T

20 3 4 3 4 4 2 3 23 T

21 3 2 3 2 3 2 3 18 T

22 3 3 3 3 3 3 3 21 T

23 4 4 4 4 3 2 3 24 T

24 3 3 3 3 3 3 3 21 T

25 3 4 3 4 4 2 4 24 T

26 3 4 3 2 2 2 3 19 T

27 3 3 3 3 3 3 3 21 T

28 3 3 3 3 3 2 3 20 T

29 2 3 3 3 3 3 3 20 T

30 2 3 2 1 2 3 3 16 R


(31)

Res p. PENGHAYATAN PERASAAN TOT AL Kateg ori Membimbing anak selama proses

pembelajaran

Menjaga keselamatan anak selamadi sekolah

Melakukan kegiatan administrasi penilaian

Bekerjasama dengan orang tua

No. 20 No. 36 No. 40 No. 44 No. 16

1 4 4 3 4 4 19 T

2 4 3 4 3 4 18 T

3 4 3 4 3 4 18 T

4 4 3 4 3 4 18 T

5 3 3 3 3 3 15 T

6 3 3 3 3 3 15 T

7 3 3 3 4 3 16 T

8 3 3 3 3 3 15 T

9 3 3 3 3 3 15 T

10 3 3 4 2 3 15 T

11 3 4 3 4 3 17 T

12 4 4 3 4 3 18 T

13 3 4 3 3 3 16 T

14 3 3 3 3 3 15 T

15 3 3 3 4 3 16 T

16 3 4 3 3 3 16 T

17 3 3 3 2 3 14 T

18 4 3 3 3 2 15 T

19 3 3 3 3 3 15 T

20 3 3 4 3 3 16 T

21 4 4 3 3 3 17 T

22 3 3 3 3 3 15 T

23 3 2 4 3 3 15 T

24 3 3 3 3 3 15 T

25 4 4 4 4 3 19 T

26 3 3 3 4 3 16 T

27 3 4 3 3 2 15 T

28 3 3 3 3 3 15 T

29 4 4 3 4 3 18 T

30 3 2 3 2 1 11 R


(32)

Median : 67,5 T = Tinggi R = Rendah

Resp.

Profil responden Total per aspek

TOTAL Kategori J.K. Pend Lama Kerja Pilihan Usaha Ketahanan Penghayatan

1 P S1 7,8 21 27 23 19 90 T

2 L SMA 2,8 25 29 23 18 95 T

3 P D3 2,5 25 29 23 18 95 T

4 P D2 7 25 28 23 18 94 T

5 P S1 1,6 21 24 21 15 81 T

6 P D3 1,2 23 25 21 15 84 T

7 P D3 9 21 25 21 16 83 T

8 P S1 1,6 20 22 21 15 78 T

9 P SMA 6,9 21 24 20 15 80 T

10 P D3 1 23 29 24 15 91 T

11 P SMA 3,8 21 24 22 17 84 T

12 P D3 10 bln 24 19 23 18 84 T

13 P D3 1,9 21 24 21 16 82 T

14 P D2 8 21 24 20 15 80 T

15 P D3 2,6 16 18 16 16 66 R

16 P S1 10 bln 14 18 15 16 63 R

17 P D3 2,8 19 24 19 14 76 T

18 P D3 1,6 17 22 18 15 72 T

19 P S1 10 bln 19 22 18 15 74 T

20 P D3 7,5 23 28 23 16 90 T

21 P S1 8 bln 15 16 18 17 66 R

22 P S1 1 21 24 21 15 81 T

23 P D1 3 26 27 24 15 92 T

24 P D2 5 21 24 21 15 81 T

25 P S1 1,6 24 29 24 19 96 T

26 P SMA 5 24 27 19 16 86 T

27 P SMA 3,6 21 25 21 15 82 T

28 P S1 3 20 24 20 15 79 T

29 P D3 8bln 19 24 20 18 81 T


(33)

ALAT UKUR VALID

Resp 5 6 7 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 29 30 31 34 36 40 38 39 41 42 43 44 TOTAL

1 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 90

2 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 95

3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 95

4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 94

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81

6 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 84

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 83

8 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 80

10 4 4 4 2 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 2 91

11 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 84

12 4 3 3 3 2 3 4 2 2 4 4 2 2 3 2 3 1 2 4 4 3 3 3 3 2 2 4 77

13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 82

14 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 80

15 4 1 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 1 2 2 4 65

16 1 4 4 2 3 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 2 4 4 3 85

17 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 70

18 1 1 2 1 1 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72

19 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74

20 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 90

21 3 2 2 3 2 3 4 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2 3 1 4 3 3 2 2 2 3 3 66

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81

23 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 92

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81

25 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 96

26 4 4 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 86

27 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 82

28 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79

29 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 81

30 4 3 3 3 3 1 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 1 1 2 3 2 2 65


(34)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar dan banyak dibahas melalui media cetak maupun elektronik. Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapat perhatian serius mencapai 1,2 juta orang atau dua setengah persen dari populasi anak-anak usia sekolah, dinyatakan oleh Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian Umum Pelita,15 februari 2008).

Dengan peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus tersebut pemerintah berupaya untuk membantu dan memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini pendidikan. Seperti yang tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak


(35)

2 Universitas Kristen Maranatha pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak normal di dalam pendidikan.

Anak dengan kebutuhan khusus dapat memperoleh pendidikan yang layak dan salah satunya dengan bersekolah di sekolah reguler. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan mengenai program pendidikan inklusi. Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusi dijamin oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dalam penjelasannya menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusi. Pendidikan inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh anak berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari jenjang TK, SD, SLTP sampai dengan SMU. Sekolah inklusi juga membantu agar anak berkebutuhan khusus mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan anak sebayanya disekolah reguler (Dikdasmen Depdiknas, Akhir tahun 2004).

Dalam program pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak normal lainnya dalam satu kelas yang sama di sekolah reguler. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, karakteristik anak untuk program pendidikan inklusi adalah anak yang sudah mampu mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai dengan anak seusianya (www.Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.com. Jakarta, 13 April 2006).


(36)

3 Universitas Kristen Maranatha

SD “X” Bandung ini merupakan salah satu sekolah yang menerapkan

program belajar bersama antara anak berkebutuhan khusus dan anak yang normal, jauh sebelum pemerintah membuat kebijakan mengenai program pendidikan inklusi. Program inklusi ini bertujuan agar anak-anak dengan kebutuhan khusus dilayani untuk lebih memaksimalkan potensi dari segi sosial, emosional, fisik, kognitif maupun kemandiriannya dalam lingkungan anak-anak yang beragam.

SD “X” Bandung memiliki visi yaitu mewujudkan sebuah lembaga pendidikan yang berwawasan global sehingga menghasilkan anak-anak yang siap menghadapi berbagai tantangan hidup di era globalisasi dan bermanfaat bagi masyarakat. Sedangkan misinya adalah mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang ada pada setiap individu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, membantu menyiapkan anak-anak dalam menghadapi era globalisasi dengan dasar kepribadian yang baik dan memberikan lingkungan yang beragam bagi anak-anak agar lebih peka terhadap lingkungannya yang penuh keberagaman.

Dalam SD “X” ini anak berkebutuhan khusus terdiri dari beragam kasus atau gangguan antara lain, autis, Mental Retardasi (MR), gangguan konsentrasi dan kesulitan belajar, sehingga selain guru yang mengajar dikelas juga dibutuhkan guru pendamping yang khusus mendamping anak berkebutuhan khusus selama berada disekolah. Dalam sekolah inklusi guru kelas mempunyai wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung jawab atas terlaksananya peraturan yang berlaku, sedangkan guru pendamping


(37)

4 Universitas Kristen Maranatha adalah seorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak yang berkebutuhan khusus pada saat diperlukan, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar tanpa gangguan (www.Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.com). Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator guru pendamping di SD “X” Bandung guru pendamping memiliki tugas pokok antara lain membimbing anak berkebutuhan khusus selama proses pembelajaran, menjaga keselamatan anak berkebutuhan khusus selama di sekolah, melakukan kegiatan administrasi penilaian anak berkebutuhan khusus, bekerjasama dengan orangtua anak berkebutuhan khusus.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada 8 orang guru pendamping, dalam proses pembelajaran guru pendamping mengalami hambatan terutama ketika anak berkebutuhan khusus tidak dapat untuk memfokuskan perhatian terhadap pelajaran yang diajarkan oleh guru dikelas, pada saat itu guru pendamping perlu menenangkan anak tersebut dengan berusaha mengetahui apa yang menjadi masalah dan membujuk anak berkebutuhan khusus agar kembali memperhatikan guru di depan. Walaupun demikian masih ada anak yang sulit ditangani dan tiba-tiba bersikap agresif dengan menyerang guru pendamping, seperti mencubit, menggigit atau memukul. Perilaku yang tiba-tiba menjadi agresif ini biasanya menimbulkan kekhawatiran bagi guru pendamping terkait keselamatan anak berkebutuhan khusus selama berada di sekolah, karena dapat melukai diri anak berkebutuhan khusus sendiri.


(38)

5 Universitas Kristen Maranatha Guru pendamping mendampingi anak berkebutuhan khusus tidak hanya di dalam kelas saja, di SD “X” bagi anak berkebutuhan khusus terdapat jadwal dimana mereka datang ke suatu ruangan khusus yang disebut Unit Stimulus Anak (USA), disini guru pendamping membantu ortopedagog dalam memberikan stimulasi agar anak berkebutuhan khusus dapat mencapai kemajuan dalam perkembangannya baik secara akademis maupun kemandirian. Guru pendamping secara khusus mengajar dan melatih anak keterampilan-keterampilan khusus yang berkaitan dengan kemandirian, yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Salah satunya seperti melatih kemampuan menulis anak atau cara memasangkan kancing baju dengan benar.

Setiap harinya guru pendamping di SD ”X” diwajibkan membuat catatan mengenai kegiatan yang telah diberikan kepada anak kemudian respon apa saja yang ditampilkan oleh anak, namun terkadang guru pendamping merasa tidak ada waktu untuk dapat mencatat setiap kegiatan dan respon anak yang didampinginya secara detail karena harus selalu mengawasi anak yang didampinginya. Catatan yang dibuat ini nantinya berguna untuk proses penilaian anak berkebutuhan khusus, berdasarkan penilaian tersebut guru pendamping dapat memberikan informasi kepada orangtua mengenai cara-cara yang perlu diterapkan orangtua untuk dapat membantu anak selama berada di luar sekolah. Perkembangan yang ditunjukkan anak berkebutuhan khusus baik secara akademis maupun kemandirian menjadi tolak ukur guru pendamping. Melihat uraian di atas maka dari itu guru pendamping membutuhkan keyakinan diri yang tinggi dalam mendampingi anak


(39)

6 Universitas Kristen Maranatha berkebutuhan khusus karena selama mendampingi anak berkebutuhan khusus guru pendamping mengalami banyak tantangan dan kesulitan.

Keyakinan mengenai kemampuan diri dikenal dengan self efficacy.

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya

dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Bandura, 2002). Keyakinan akan kemampuannya guru pendamping dalam menjalani pekerjaan mendampingi anak berkebutuhan khusus dapat dilihat melalui, seberapa yakin guru pendamping mampu membuat pilihan yang tepat dalam melakukan tugasnya saat mendampingi anak berkebutuhan khusus, seberapa besar keyakinan untuk mampu mengerahkan usaha dalam melakukan tugasnya dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, seberapa besar keyakinan guru pendamping untuk mampu bertahan saat dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, serta seberapa yakin guru pendamping mampu mengelolah emosi yang dimiliki terhadap pilihan, usaha dan ketahanan yang dilakukannya.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan kepada 8 guru pendamping, terdapat 37,5% guru pendamping yang mengatakan merasa dirinya yakin mampu melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang diberikan meskipun mereka dihadapkan pada kesulitan karena adanya tuntutan kurikulum yang disesuaikan dengan anak normal lainnya, anak berkebutuhan khusus yang sulit diatur, dan mengalami kesulitan bersosialisasi karena tidak semua teman sebayanya dapat menerima keberadaan anak berkebutuhan khusus.


(40)

7 Universitas Kristen Maranatha Agar dapat mendampingi anak berkebutuhan khusus secara optimal mereka yakin mampu menentukan sendiri metode untuk membantu anak berkebutuhan khusus, salah satu contoh dalam mengerjakan tugas bahasa Inggris, berusaha untuk membantu anak dengan cara memberi stimulus, seperti mengucapkan satu kata dalam bahasa inggris kemudian anak berkebutuhan khusus diminta untuk mengembangkan kata tersebut hingga menjadi satu rangkaian kalimat. Ketika para guru pendamping mengalami kesulitan, mereka tetap bertahan untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus. Begitu juga dalam keadaan lelah, mereka tetap semangat dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan menentukan langkah dan cara yang tepat untuk dilakukan dalam mencapai tujuannya serta akan tetap bertahan dan berusaha mempertahankannya. Demikian juga mereka menganggap setiap hambatan dan kesulitan yang dihadapinya sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan.

Terdapat 62,5% guru pendamping lainnya yang merasa kurang yakin akan kemampuannya, terkadang mereka kurang yakin apakah mampu menghadapi kesulitan ketika membantu anak berkebutuhan khusus dan mampu bertahan mendampingi anak berkebutuhan khusus tersebut. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru pendamping dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus mereka memilih menggunakan metode pendampingan seadanya sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh


(41)

8 Universitas Kristen Maranatha metode pengajaran yang lain ketika menghadapi hambatan. Melalui situasi tersebut guru pendamping anak berkebutuhan khusus akan mudah menyerah untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus. Tidak jarang pula saat guru pendamping merasa lelah dan bosan, guru pendamping merasa tidak yakin mampu untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus sehingga pada akhirnya perkembangan anak menjadi kurang optimal.

Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan merasa kurang yakin dalam menentukan pilihan langkah atau cara yang tepat untuk dilakukan dalam mencapai tujuan dan kurang dapat bertahan lama dalam melakukan usaha dan akan lebih mudah untuk menyerah serta cenderung mempunyai penghayatan negatif terhadap setiap hambatan dan tuntutan yang dihadapinya. Dalam hal ini, guru pendamping menganggap kesulitan yang dihadapinya sebagai hambatan untuk mencapai tujuannya.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti mengenai keyakinan akan kemampuan pada guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung, menggambarkan bahwa guru pendamping lebih memiliki tugas yang khas serta mengalami kesulitan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus sehingga dibutuhkan keyakinan diri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai self-efficacy pada guru pendamping di sekolah inklusi SD “X” Bandung.


(42)

9 Universitas Kristen Maranatha 1. 2 Identifikasi Masalah

Bagaimana derajat self-efficacy pada guru pendamping dalam menjalankan tugas-tugasnya mendampingi anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung.

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. 3. 1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran umum mengenai derajat self-efficacy pada guru pendamping dalam menjalankan tugas-tugasnya selama mendampingi di SD “X” Bandung.

1. 3. 2 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self-efficacy berdasarkan keyakinan akan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan bertahan, dan keyakinan akan kemampuan dalam mengolah emosi yang dimiliki pada guru pendamping di SD “X” Bandung.


(43)

10 Universitas Kristen Maranatha 1. 4 Kegunaan Penelitian

1. 4. 1 Kegunaan Teoritis

1. Memberi masukan bagi bidang ilmu psikologi pendidikan mengenai

self-efficacy pada guru pendamping di SD “X” Bandung.

2. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat self-efficacy.

1. 4. 2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada guru pendamping di SD “X” Bandung

mengenai self-efficacy mereka dalam menghadapi pekerjaan, agar lebih memahami dirinya untuk pengembangan diri lebih lanjut.

2. Memberi informasi kepada pihak sekolah mengenai self-efficacy guru pendamping dalam menghadapi pekerjaan sehingga dapat menjadi masukan dalam proses pemberian pengarahan kepada guru pendamping agar dapat berhasil saat mendampingi anak berkebutuhan.

1. 5 Kerangka Penelitian

SD “X” merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program inklusi, dimana dalam sekolah tersebut anak berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dalam satu kelas dengan anak normal lainnya dalam kelas reguler. Program pendidikan inklusi ini dapat berhasil salah satunya apabila proses guru pendamping dapat dilaksanakan (www.Direktorat Pembinaan


(44)

11 Universitas Kristen Maranatha Sekolah Luar Biasa.com), sehingga dibutuhkan guru pendamping untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus selama berada disekolah.

Guru pendamping adalah seorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan (www.Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.com). Peranan dan keberadaan guru pendamping menjadi sangat penting karena tugas guru pendamping adalah mendampingi anak berkebutuhan khusus selama berada di sekolah dan juga membantu anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hasil yang optimal dalam pembelajaran baik secara akademik maupun kemandirian. Sebagai guru pendamping tugas yang harus dikerjakan tidak mudah, terdapat berbagai tuntutan tugas dan masalah dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus salah satunya dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.

Dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus guru pendamping memiliki tugas dan tantangan yang tidak mudah, maka dari itu dibutuhkan keyakinan akan kemampuannya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Keyakinan mengenai kemampuan diri dikenal dengan self-efficacy.

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya

dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Bandura, 2002). Penghayatan guru pendamping anak berkebutuhan khusus mengenai self-efficacy dirinya merupakan salah satu faktor yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan.


(45)

12 Universitas Kristen Maranatha Self-efficacy guru pendamping akan terbentuk melalui keyakinan akan

kemampuan guru pendamping dalam hal seberapa yakin guru pendamping mampu membuat pilihan yang tepat dalam melakukan tugasnya saat mendampingi anak berkebutuhan khusus, seberapa besar keyakinan untuk mampu mengerahkan usaha dalam melakukan tugasnya dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, seberapa besar keyakinan guru pendamping untuk mampu bertahan saat dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, serta seberapa yakin guru pendamping mampu mengelolah emosi yang dimiliki terhadap pilihan, usaha dan ketahanan yang dilakukannya.

Guru yang memiliki derajat self-efficacy tinggi merasa yakin mampu memilih dan menentukan strategi yang tepat untuk membimbing anak berkebutuhan khusus. Misalnya guru pendamping dengan yakin menentukan metode pendekatan belajar yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus, selain itu guru pendamping yakin mampu memantau setiap kegiatan anak yang didampingi selama disekolah, dan yakin mampu mencatat hasil belajar yang ditunjukkan anak berkebutuhan khusus secara detil, kemudian yakin mampu memberikan informasi kepada orangtua mengenai cara penanganan anak yang tepat selama berada di luar sekolah. Bagi guru pendamping yang kurang yakin mampu membuat pilihan yang sesuai untuk mencapai tujuannya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus mempunyai derajat self-efficacy yang rendah.


(46)

13 Universitas Kristen Maranatha Setelah guru pendamping anak berkebutuhan khusus membuat pilihan mereka akan mengerahkan dan mempertahankan usaha untuk dapat melaksanakannya. Guru pendamping yang yakin mampu berusaha menentukan cara yang tepat untuk membimbing anak berkebutuhan khusus, yakin mampu berusaha mengikuti kemanapun anak yang didampingi pergi selama disekolah. Selain itu guru pendamping juga yakin mampu berusaha mencatat hasil belajar anak berkebutuhan khusus secara detail yang kemudian berusaha untuk memberikan informasi kepada orangtua mengenai cara penanganan anak yang tepat selama berada di luar sekolah, maka dikatakan guru pendamping memiliki derajat self-efficacy tinggi. Guru pendamping yang kurang yakin mampu mengerahkan dan mempertahankan usahanya dalam mendamping anak berkebutuhan khusus memiliki derajat self-efficacy yang rendah.

Ketika bertahan dalam menghadapi rintangan, guru pendamping dengan derajat self-efficacy yang tinggi yakin dapat bertahan lebih lama (Bandura, 2002). Misalnya, guru pendamping yakin mampu berupaya terus-menerus menerapkan cara yang tepat untuk membimbing anak berkebutuhan khusus, walaupun anak yang didampingi kurang dapat mengikuti cara yang diberikan. Guru pendamping juga yakin mampu berupaya mengikuti kemanapun anak pergi selama berada disekolah, meskipun anak yang didampingi tidak berhenti beraktivitas. Selain itu guru pendamping juga yakin mampu berupaya untuk mencatat secara detil hasil belajar anak, meskipun anak tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan dan terus menerus


(47)

14 Universitas Kristen Maranatha berupaya untuk memberikan informasi kepada orangtua mengenai cara penanganan anak yang tepat selama berada di luar sekolah meskipun orangtua terkadang kesulitan untuk menerapkannya. Sedangkan guru dengan derajat

self-efficacy yang rendah akan lebih mudah menyerah dan berhenti saat

dihadapkan pada suatu hambatan (Bandura, 2002).

Guru pendamping anak berkebutuhan merasa yakin mampu mengelolah emosi yang dimiliki terhadap pilihan, usaha dan ketahanan yang dilakukannya. Guru pendamping dengan derajat self-efficacy tinggi akan merasa puas dan senang atas hasil dari tindakannya dan tidak merasa kecewa jika mengalami kegagalan, melainkan menganggap kegagalan tersebut sebagai usaha yang kurang dan akan terus mencoba. Misalnya, guru pendamping yakin mampu tetap bersemangat mempraktekkan cara yang tepat untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus, walaupun anak yang didampingi kurang dapat mengikuti cara yang diberikan. Selain itu guru pendamping yakin mampu tetap semangat mengikuti kemanapun anak yang didampingi pergi meskipun anak tidak berhenti beraktifitas dan mencatat secara detil hasil belajar yang ditujukkan anak. Guru pendamping juga merasa bangga bila informasi yang diberikan kepada orangtua berhasil diterapkan selama berada diluar sekolah. Sebaliknya, guru pendamping dengan derajat self -efficacy yang rendah akan mudah merasa kecewa jika mengalami kegagalan.

Self-efficacy terbentuk melalui empat sumber yaitu mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective state (Bandura, 2002). Sumber informasi tersebut diterima oleh guru


(48)

15 Universitas Kristen Maranatha pendamping dari sekolah, lingkungan rumah, dan lingkungan sosial dan kemudian informasi tersebut diseleksi dan diintegrasikan oleh guru pendamping anak berkebutuhan khusus untuk membuat penilaian terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Sumber yang pertama adalah mastery experience, merupakan hasil dari pengalaman pribadi guru pendamping dalam bertindak menghadapi suatu hal, baik yang merupakan keberhasilan ataupun kegagalan yang dialaminya (Bandura, 2002). Penghayatan akan pengalaman keberhasilan di masa lalu dapat membangun self-efficacy guru pendamping bahwa dia akan mampu membimbing dan membantu anak berkebutuhan khusus. Sedangkan kegagalan yang pernah dialami guru pendamping pada masa lalu dapat menurunkan

self-efficacy dalam diri guru pendamping.

Sumber yang kedua adalah vicarious experience, merupakan pengalaman yang dialami oleh orang lain ataupun seorang yang dikagumi yang hasilnya dapat dirasakan dan dilihat langsung oleh guru pendamping (Bandura, 2002). Penghayatan akan pengalaman keberhasilan rekan kerjanya akan menimbulkan keyakinan pada guru pendamping bahwa mereka mampu melakukan hal yang sama. Pengaruh ini akan semakin kuat dampaknya terhadap self-efficacy, apabila yang diamati memiliki banyak kesamaan karakteristik dan cocok dengan dirinya atau orang yang diamati tersebut adalah sosok yang dikagumi. Apabila guru pendamping mengamati temannya yang sering mengalami kegagalan meskipun sudah berusaha keras maka guru pendamping tersebut akan merasa bahwa dirinya juga tidak akan mampu


(49)

16 Universitas Kristen Maranatha untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus secara optimal, hal ini akan membentuk self-efficacy yang rendah.

Sumber yang ketiga adalah verbal persuasion. Verbal persuasion merupakan dorongan yang disampaikan oleh orang lain, termasuk bentuk-bentuk pernyataan verbal berupa nasehat, penghargaan, pujian, kritikan, dan sebagainya (Bandura, 2002). Guru pendamping anak berkebutuhan khusus yang pernah mendapat pujian atau penghargaan dari lingkungan seperti rekan kerja, pembimbing guru pendamping, maupun dari ortopedagog, bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mendampingi dan membantu anak berkebutuhan khusus secara optimal, maka mereka cenderung akan mengerahkan usaha yang lebih besar dan mempertahankan usahanya tersebut, hal ini yang akan membentuk self-efficacy tinggi. Sedangkan guru pendamping yang mendapat kritikan atas hasil kerjanya akan menghindari tugas yang menantang, mudah menyerah dan tidak yakin pada kemampuan dirinya yang akan membentuk self-efficacy yang rendah.

Physiological and affective state adalah sumber keempat yang

mempengaruhi self-efficacy. Physiological and affective state merupakan bentuk reaksi fisiologis dan emosional seperti kelelahan, ketenangan, kekecewaan, kepuasan, kemarahan, kesedihan, rasa senang dan suasana hati (Bandura, 2002). Hal tersebut dapat memberikan informasi mengenai keyakinan diri guru pendamping melalui kondisi fisiologis dan emosional mereka yang dapat mempengaruhi penilaian guru pendamping terhadap


(50)

17 Universitas Kristen Maranatha keadaan lelah dan merasa bahwa sakit yang dialaminya tersebut membuat dirinya tidak yakin mampu mendampingi anak berkebutuhan khusus, maka memiliki derajat self-efficacy yang rendah. Sebaliknya, guru pendamping yang dalam keadaan sakit atau lelah tetap merasa yakin mampu untuk menjalankan tugas-tugasnya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus secara optimal, maka memiliki derajat self-efficacy tinggi.

Keempat sumber self-efficacy tersebut dapat dimaknai berbeda-beda pada masing-masing guru pendamping anak berkebutuhan khusus, yang kemudian akan diolah secara kognitif dan akan mempengaruhi penghayatan individu terhadap self-efficacy yang ada dalam diri mereka, Bandura (2002), sehingga setiap guru pendamping anak berkebutuhan khusus akan memiliki derajat self-efficacy yang berbeda-beda pula, tergantung dari bagaimana guru pendamping anak berkebutuhan khusus menghayati setiap sumber-sumber yang diperoleh. Guru pendamping anak berkebutuhan khusus dapat memilih sumber self-efficacy mana yang paling berharga untuk dirinya dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai keyakinan dirinya untuk bertindak dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pikir berikut ini.


(51)

18 Universitas Kristen Maranatha

Skema 1.1 kerangka pikir Guru pendamping

anak berkebutuhan khusus di SD “X”

Bandung

Proses kognitif

Self-efficacy

Tinggi

Rendah Sumber-sumber self-efficacy:

1. Mastery experience 2. Vicarious experience 3. Verbal persuasion 4. Physiological dan

affective state.

Aspek-aspek self-efficacy:

1. Yakin mampu membuat pilihan 2. Yakin mampu mengerahkan usaha 3. Yakin mampu bertahan dalam

menghadapi kesulitan

4. Yakin mampu mengolah emosi yang dimiliki.


(52)

19 Universitas Kristen Maranatha 1. 6 Asumsi Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan asumsi penelitian sebagai berikut :

1. Guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” di Bandung memiliki sumber-sumber self-efficacy dalam dirinya berupa mastery

experience, vicarious experience, social persuasion, dan physiological and affective states.

2. Mastery experience, vicarious experience, social persuasion, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif dalam diri

guru pendamping yang mendampingi anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung, sehingga membentuk self-efficacy.

3. Derajat self-efficacy guru pendamping yang mendampingi anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung ditentukan dalam hal yakin mampu membuat pilihan, yakin mampu mengerahkan usaha, yakin mampu bertahan saat mengalami kesulitan dan kegagalan, dan keyakinan akan kemampuan dalam mengolah emosi yang dimiliki.


(53)

67 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung memiliki derajat self-efficacy tinggi (86,7%), dan sebagian lainnya (13,3%) memiliki self-efficacy rendah.

2. Pada sumber mastery experience, dampak pengalaman kegagalan guru pendamping menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy pada guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung.

3. Pada sumber vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and

affective states tidak menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy pada guru


(54)

68 Universitas Kristen Maranatha 5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini :

5. 2. 1 Saran Penelitian Lanjutan :

1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber

self-efficacy terhadap derajat self-self-efficacy pada guru pendamping anak

berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung.

2. Melakukan penelitian sejenis yang mengambil subjek penelitian (guru pendamping) di lokasi yang berbeda.

5. 2. 2 Saran Guna Laksana :

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :

1. Bagi guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung yang memiliki efficacy tinggi, diharapkan agar dapat mempertahankan

self-efficacy yang mereka miliki. Bagi guru pendamping anak berkebutuhan

khusus di SD “X” Bandung yang memiliki self-efficacy rendah diharapkan

lebih menggali potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan self-efficacy dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai guru pendamping.


(55)

69 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychologhy Testing, Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

J.Supranto. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 1, Edisi ke 6, Jakarta : Erlangga.

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup

Jilid satu. Terjemahan Juda Damanik, Ahmad Ghusairi. Indonesia :

Erlangga.


(56)

70 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aprilia, Tri Lestari. 2009. Studi deskriptif mengenai self-efficacy pada guru yang

mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung. Skripsi. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Dikdasmen Depdiknas, 2004. (online).

(http://puterakembara.org/archives3/00000029.shtml, diakses 07 Oktober 2008.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2006. Program Pendidikan Inklusi. (online) (www.Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Bisas.com, diakses 07 Oktober 2008).

Harian Umum Pelita. 15 Februari 2008. 1,2 Juta Anak Indonesia Berkebutuhan

Khusus. (online). (http://pelita.orgid, diakses 10 November 2008).

Media Dria Manunggal, 03 April 2008. Mengenal Pendidikan Onklusif. (online) (http://media@driamanunggal.org, diakses 07 Oktober 2008).

Nur Aini, Ifrisa. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ Bandung yang akan menghadapi SPMB. Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sekolah Dasar Mutiara Bunda. 1991.

(online).http://sekolahmutiarabunda.net/index.htm

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional. Nomor


(1)

18 Universitas Kristen Maranatha

Skema 1.1 kerangka pikir Guru pendamping

anak berkebutuhan

khusus di SD “X”

Bandung

Proses kognitif

Self-efficacy

Tinggi

Rendah Sumber-sumber self-efficacy:

1. Mastery experience 2. Vicarious experience 3. Verbal persuasion 4. Physiological dan

affective state.

Aspek-aspek self-efficacy:

1. Yakin mampu membuat pilihan 2. Yakin mampu mengerahkan usaha 3. Yakin mampu bertahan dalam

menghadapi kesulitan

4. Yakin mampu mengolah emosi yang dimiliki.


(2)

19 Universitas Kristen Maranatha 1. 6 Asumsi Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan asumsi penelitian sebagai berikut :

1. Guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” di Bandung memiliki sumber-sumber self-efficacy dalam dirinya berupa mastery experience, vicarious experience, social persuasion, dan physiological and affective states.

2. Mastery experience, vicarious experience, social persuasion, dan physiological and affective states akan diolah secara kognitif dalam diri guru pendamping yang mendampingi anak berkebutuhan khusus di SD

“X” Bandung, sehingga membentuk self-efficacy.

3. Derajat self-efficacy guru pendamping yang mendampingi anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung ditentukan dalam hal yakin mampu membuat pilihan, yakin mampu mengerahkan usaha, yakin mampu bertahan saat mengalami kesulitan dan kegagalan, dan keyakinan akan kemampuan dalam mengolah emosi yang dimiliki.


(3)

67 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung memiliki derajat self-efficacy tinggi (86,7%), dan sebagian lainnya (13,3%) memiliki self-efficacy rendah.

2. Pada sumber mastery experience, dampak pengalaman kegagalan guru pendamping menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy pada guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung.

3. Pada sumber vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states tidak menunjukkan keterkaitan dengan self-efficacy pada guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung.


(4)

68 Universitas Kristen Maranatha

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini :

5. 2. 1 Saran Penelitian Lanjutan :

1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap derajat self-self-efficacy pada guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung.

2. Melakukan penelitian sejenis yang mengambil subjek penelitian (guru pendamping) di lokasi yang berbeda.

5. 2. 2 Saran Guna Laksana :

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :

1. Bagi guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung yang

memiliki efficacy tinggi, diharapkan agar dapat mempertahankan self-efficacy yang mereka miliki. Bagi guru pendamping anak berkebutuhan khusus di SD “X” Bandung yang memiliki self-efficacy rendah diharapkan lebih menggali potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan self-efficacy dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai guru pendamping.


(5)

69 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychologhy Testing, Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

J.Supranto. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 1, Edisi ke 6, Jakarta : Erlangga. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid satu. Terjemahan Juda Damanik, Ahmad Ghusairi. Indonesia : Erlangga.


(6)

70 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aprilia, Tri Lestari. 2009. Studi deskriptif mengenai self-efficacy pada guru yang mengajar siswa tuna netra di SLB A Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dikdasmen Depdiknas, 2004. (online).

(http://puterakembara.org/archives3/00000029.shtml, diakses 07 Oktober 2008.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2006. Program Pendidikan Inklusi. (online) (www.Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Bisas.com, diakses 07 Oktober 2008).

Harian Umum Pelita. 15 Februari 2008. 1,2 Juta Anak Indonesia Berkebutuhan Khusus. (online). (http://pelita.orgid, diakses 10 November 2008).

Media Dria Manunggal, 03 April 2008. Mengenal Pendidikan Onklusif. (online) (http://media@driamanunggal.org, diakses 07 Oktober 2008).

Nur Aini, Ifrisa. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Pada Siswa Program Intensif Kelas Alumni Lembaga Bimbingan Belajar ‘X’ Bandung yang akan menghadapi SPMB. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sekolah Dasar Mutiara Bunda. 1991.

(online).http://sekolahmutiarabunda.net/index.htm

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional. Nomor 20 tahun 2003. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.