Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera).

Table of Contents
Articles
P r e v a l en si d an I d e n t i f i k a si N e m at o d a S a l u r an P en c er n a an Ke r b a u L u m p u r d i Ke c a m a t an S a m be l i a ,

PDF PDF

Lombok Timur, NTB

Heri Utomo Baihaqi, Ida Bagus Made Oka, I Made Dwinata

T e k a n an O s m o si s M e m b r an E ri t r o si t S a p i B al i J a n t an

PDF PDF

Ardi Apriandi, Sis wanto, I Nyoman Sulabda

D a y a I k at A i r , p H , W ar n a , B a u d a n T eks t u r D a gi n g S a pi B al i d a n D a g i n g W a g yu

PDF PDF

Julitha Dewitri Merthayasa, I Ketut Suada, Kadek Karang Agustina


K u a l i t as S e ’ i B a b i P r o d u k s i D en p a s a r ya n g D i s i m p a n p a d a S u h u D i n gi n

PDF PDF

Wilson Lois, I Ketut Suada, Kadek Karang Agustina

P r e v a l en si I n f e k si E sc h er i ch i a c o l i O 1 5 7 : H 7 p a d a S a pi B al i d i K e c am a t an M en g w i d a n Ku t a S el a t an ,

PDF PDF

B a d u n g , B al i

Rian Ka Praja, Komang Januartha Putra Pinatih, I Wayan Suardana

D a y a S i m p an d an V a r i as i Bu m bu D a g i n g S e ’ i B a bi P r o du k si K ot a D en p a s a r p a da S u h u Ru a n g

PDF PDF

Gracemon Loe Mau, I Ketut Suada, I.B.N. Swacita


P r e v a l en si Tr e m at o d a di S e n t r a P em b i bi t an S a p i B a l i D es a S o b a n g an , K e c am a t a n M en g w i , K a bu p at e n

PDF PDF

Badung

Fajar Mubarok, Nyoman Adi Suratma, I Made Dwinata

S t u d i H i st o p a t o l o gi Mu k o s a S a l u r an E mp e d u S a p i B al i y a n g T er i n f ek s i C a ci n g H a t i ( F as c i ol a

PDF PDF

G i g an t i c a )

Gusti Agung Ayu Putu Adriyati, Ida Bagus Oka Winaya, I Ketut Berata

W a kt u R e t r a k si B e ku a n D a r a h p a d a S a pi B al i

PDF PDF


Juli Yanti, Iwan Harjono Utama, Sri Kayati Widyastuti

PDF PDF

S k ri n i n g F i t o ki mi a E k st r a k E t an o l Ku l i t B a t an g K el o r ( M o ri n g a o l ei f e r a )

Robertino Ikalinus, Sri Kayati Widyastuti, Ni Luh Eka Setiasih

PDF PDF

P r e v a l en si N em a t o d a G a st r o i n t e st i n a l pa d a S a p i B al i d i S en t r a P em b i bi t an D esa S o b a n g an , M en g w i ,
Badung

Affan Nur Alamsyah, I Made Dwinata, Ida Bagus Made Oka

Editorial Team
t i k e t

k e r e t a


t o k o

b a g u s b e r i t a

b o l a

t e r k i n i a n t o n

n b

A n e k a

K r e a s i

R e s e p

M a s a k a n

I n d o n e s i a


r e s e p

m a s a k a n m e n g h i l a n g k a n

j e r a w a t v i l l a

d i

p u n c a k

r e c e p t e n b e r i t a

h a r i a n g a m e

o n l i n e

h p

d i j u a l w i n d o w s


g a d g e t j u a l

c o n s o l e

v o u c h e r

o n l i n e

g o s i p

t e r b a r u b e r i t a

t e r b a r u w i n d o w s

g a d g e t t o k o

g a m e

c e r i t a


h o r o r

Editor-in-Chief
1.

Dr. drh. I Wa yan Batan ,

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali-Indonesia

Associate Editor
1.

Dr. drh. T jok. G de Oka Pe ma yun ,

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

2.

Prof. Dr. drh. Nyoman Mant ik Asta wa ,


3.

Prof. Dr. drh. Iwan Harja Uta ma ,

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

Progam Magister Kedokteran Hewan, Program Pascasarjana, Universitas

Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
4.

Dr. drh. Ketut Suatha ,

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

5.

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suar sana ,


6.

Dr. drh Wa yan Suardana ,

7.

drh. Tjok Sar i Nin dh ia ,

Lab. Biokimia FKH Unud, Denpasar, Indonesia

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Editorial Board
1.

Yulia Nugraha ,

Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia


2.

Moch. Fa q ih A mrulah ,

3.

Moch. Gha iz Abr iansyah ,

4.

Saifu l Akbar ,

5.

Lidya Nofantri ,

6.

Hanif Wahyu Wib ison o ,


Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia

7.

Cyrilus Jefferson B our ,

Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia

8.

Yusuf Riska A lha mdhan i ,

9.

Alviana Rizq iah Utami ,

Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia
Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia

Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia
Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia

Fakultas Kedokteran Hewan, Unud, Indonesia

Fakultas Kedokteran Hewan, Unud

Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera) PHYTOCHEMICAL SCREENING
ETHANOL EXTRACT SKIN STEM MORINGA (MORINGA OLEIFERA)
Robertino Ikalinus1 , Sri Kayati Widyastuti2 , Ni Luh Eka Setiasih3
1Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan 2 Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner 3
Laboratorium Histologi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali; Telp/Fax:
(0361) 223791 Email : robertinoikalinus@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetik, diuretik,
ekspektoran, dan antiinflamasi. Aktivitas tersebut disebabkan oleh kandungan kimia yang terdapat
di dalam tanaman tersebut. Faktor-faktor lingkungan memilliki pengaruh terhadapmetabolit
sekunder yang terdapat dalam suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan fitokimia yang terdapat di dalam kulit batang kelor (Moringa oleifera) dengan
menggunakan skrining fitokimia.Skrining fitokimia yang dilakukan meliputiidentifikasi steroid,
flavonoid, alkaloid, fenol, tanin, dan saponin. Kandungan tersebut tidak hanya terdapat pada daun,
biji, buah ataupun bunga tetapi juga terdapat pada kulit batangnya.Hasil skriningfitokimia
menunjukkan bahwakulit batang kelor (Moringa oleifera) mengandung golongan senyawa steroid,
flavonoid, alkaloid, fenol, dan tanin.
Kata kunci : kulit batang kelor, skrining fitokimia
PENDAHULUAN
Terapi menggunakan tumbuhan atau yang sering dikenal dengan obat herbal sangat disukai
masyarakat dikarenakan mudah didapat dan sangat ekonomis. Salah satu tumbuhan yang
mempunyai khasiat sebagai obat dan memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder adalah kelor
(Moringa oleifera). Tumbuhan kelor sering disebut “miracle tree” dikarenakan semua bagian
tumbuhan kelor sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Mulai dari daun, kulit batang, biji
hingga akarnya, tumbuhan ini sudah dikenal luas sebagai tumbuhan obat. Akar kelor diolah untuk
obat luar penyakit beri-beri, serta daunnya digunakan untuk obat kulit. Sementara untuk obat
dalam, sering dimanfaatkan untuk penyakit rematik, epilepsi, kekurangan vitamin C, gangguan atau
infeksi saluran kemih, bahkan sampai penyakit kelamin “gonorrhoea” (Jonni et al, 2008). Pengobatan
diabetes di India sering juga menggunakan kelor. Menurut Divi et al, 2012, daun kelor mengandung
flavonoid, sterol, triterpenoid, alkaloid, saponin, dan fenol yang berfungsi sebagai antidiabetik, baik
diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2. Semua bagian dari pohon kelor digunakan untuk pengobatan
ascites, rematik, racun gigitan dan simultan pernafasan dan jantung. Akarnya digunakan sebagai
ekspektoran, diuretik, dan baik untuk radang, saluran pernapasan dan pencernaan (Goyal et al,
2007). Untuk mempelajari manfaat kulit batang kelor dalam perkembangan teknologi pengobatan
berbagai jenis penyakit, maka diperlukan data mengenai kandungan zat aktif yang memberikan
pengaruh pengobatan berbagai penyakit dan digunakan untuk kesehatan. Salah satu disiplin ilmu
kimia yang mempelajari kandungan kimia dari tumbuhan adalah fitokimia. Dengan uji fitokima kita

dapat mengetahui aneka ragam senyawa kimia yang terbentuk dan terkandung di dalam tumbuhan,
mulai dari struktur kimia, biosintesa, perubahan serta metabolismenya, dan bioaktivitasnya. Dengan
demikian maka perlu dilakukan suatu penelitian dan pengkajian lebih lanjut mengenai fitokimia
ekstrak etanol kulit batang kelor.
MATERI DAN METODE
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang kelor (Moringa oleifera), etanol 96%,
pereaksi Bate Smith-Metcalfe,pereaksi Wilstater, pereaksi LiebermanBurchard, pereaksi Wagner,
pereaksi NaOH 10%, pereaksi FeCl3, pereaksi gelatin, aquades, HCl 2N.Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah gelas ukur, beaker glass, tabung reaksi, blender, kertas saring, neraca
analitik, aluminium foil, alat pemanas air, penguap vacuum putar (vacuum rotary evaporator). Kulit
batang kelor yang diambil di wilayah Kota Denpasar, dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 50°C selama 24 jam. Setelah kulit batang kelor kering, dihancurkan
sampai berbentuk bubuk dan dimaserasi dengan menggunakan etanol 96%, dimasukan kedalam
wadah, ditutup dan didiamkan selama 24 jam tanpa terkena cahaya, Setelah didiamkan selama 24
jam, kemudian disaring menggunakan kertas saring sehingga didapat maserat. Maserat kemudian
dievaporasi dengan menggunakan rotaryvacuum evaporator pada suhu 45°C sampai diperoleh
ekstrak kental dan disimpan di dalam kulkas dengan suhu 10°C. Prosedur skrining fitokimia menurut
Harborne, 1987 adalah sebagai berikut: Pemeriksaan steroid/triterpenoid. Sampel dicampur dengan
asetat anhidrat ditambah H2SO4 pekat dan asetat anhidrit. Perubahan warna hijau-biru
menunjukkan adanya steroid dan jika perubahan warna merahungu menunjukkan adanya
triterpenoid. Pemeriksaan Flavonoid a. Pereaksi Wilstater Satu mlekstrak ditambahkan beberapa
tetes HCl pekat ditambah sedikit serbuk Mg. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna kuning b.
Pereaksi Bate Smite-Metcalfe Satu ml ekstrak ditambahkan beberapa tetes HCl pekat kemudian
dipanaskan. Reaksi positif jika berwarna merah c. Pereaksi NaOH 10% Satu ml ekstrak ditambah
beberapa tetes pereaksi NaOH 10%, reaksi positif jika terjadi perubahan warna orange/jingga
Pemeriksaan Alkaloid a. Pereaksi Wagner Satu ml ekstrak ditambahkan beberapa tetes pereaksi
wagner, reaksi positif jika terbentuk endapan coklat dan negatif jika terjadi perubahan warna. b.
Pereaksi Mayer Satu ml
ekstrak
ditambahkan 2
teteslarutanpereaksi Mayer,
reaksipositifditandaidenganterbentuknyaendapanmenggumpalberwarnaputihataukunin
g.
Pemeriksaan fenolat FeCl3 1% ditambahkan dengan ekstrak etanol kulit batang kelor hingga terjadi
perubahan warna, lalu warnanya dibandingkan dengan ekstrak murni, maka akan tampak warna
lebih hitam jika positif. Derajat disesuaikan dengan perubahan warna yang terjadi. Pemeriksaan
tanin a. Pereaksi FeCl3 Sampel didihkan dengan 20 ml air lalu disaring. Ditambahkan beberapa tetes
FeCl3 1% dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin.
b. Pereaksi gelatin. Satu ml ekstrak ditambahkan dengan sedikit larutan gelatin dan lima ml NaCl
10%. Reaksi positif apabila terbentuk endapan kekuningan. Pemeriksaan saponin Sampel dididihkan
dengan 20 ml air dalam penangas air. Filtrat dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya
busa yang stabil berarti positif terdapat saponin. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data
yang diperoleh berupa data primer dari hasil skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang kelor di
laboratorium.Penelitian dilaksanakan selama satu bulan bertempat di UPT Laboratorium
Pengembangan Sumberdaya Genetik Kelautan dan Rekayasa Genetik Universitas Udayana Denpasar.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera) didapatkan
beberapa hasil positif pada beberapa senyawa metabolit sekunder seperti yang ditunjukkan pada
Tabel.

Sampel diambil dari pohon kelor yang berada di wilayah kota Denpasar. Berdasarkan skrining
fitokimia, ekstrak etanol kulit batang kelor mengandung senyawa steroid, flavonoid, alkaloid,
fenolat, dan tanin. Menurut Robinson (1995), ketika senyawa triterpenoid ditetesi pereaksi
Lieberman-Burchard melalui dindingnya akan memberikan reaksi terbentuknya warna cincin
kecoklatan, sedangkan steroid akan menghasilkan warna hijau kebiruan. Pada uji fitokimia
menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard terjadi perubahan warna hijau menjadi hijau kebiruan,
hal ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada golongan terpenoid/steroid melalui pembentukan
ikatan rangkap terkonjugasi (senyawa pentaenilik)(Sriwahyuni, 2010). Senyawa steroid yang
terdapat dalam tumbuhan dapat berperan sebagai pelindung. Senyawa ini tidak hanya bekerja
menolak beberapa serangga tetapi juga menarik beberapa serangga lain (Robinson, 1995).
Berdasarkan penelitian sebelumnya kulit batang kelor mengandung fitosterol seperti β-sitosterol
dan β-sitostenone (Bennett et al, 2003). Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam
dunia obat-obatan antara lain estrogen merupakan jenis steroid hormon seks yang digunakan untuk
kontrasepsi sebagai penghambat ovulasi, progestin merupakan steroid sintetik digunakan untuk
mencegah keguguran dan uji kehamilan, glukokortikoid sebagai anti inflamasi, alergi,demam,

leukemia, dan hipertensi serta kardenolida merupakan steroid glikosida jantung digunakan sebagai
obat diuretik dan penguat jantung (Doerge, 1982) Uji flavonoid menunjukkan hasil positif dengan
adanya perubahan warna kuning. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenol yang memiliki
banyak gugus –OH dengan adanya perbedaan keelektronegatifan yang tinggi, sehingga sifatnya
polar. Golongan senyawa ini mudah terekstrak dalam pelarut etanol yang memiliki sifat polar karena
adanya gugus hidroksil, sehingga dapat terbentuk ikatan hidrogen (Sriwahyuni, 2010) Flavonoid
adalah senyawa yang ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan beberapa minuman yang
memiliki beragam manfaat biokimia dan efek antioksidan. Senyawa flavonoid memiliki efek
antihipertensi. Flavonoid merupakan pigmen tanaman untuk memproduksi warna merah atau biru
pigmentasi kuning pada kelopak yang digunakan untuk menarik hewan penyerbuk (Worotikan,
2011). Flavonoid adalah golongan senyawa polifenol yang diketahui memiliki sifat sebagai
penangkap radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis dan oksidatif, dan bekerja sebagai
antiinflamasi (Pourmourad et al, 2006). Menurut Robinson (1995), flavonoid berfungsi mengatur
pertumbuhan, fontosintesis, antimikroba dan antivirus. Flavonoid bermanfaat untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai
antibiotik (Haris, 2011). Uji flavonoid menggunakan pereaksi wilstater dilakukan dengan menambah
Mg dan HCl pekat pada sampel ekstrak etanol kulit batang kelor. Penambahan HCl pekat digunakan
untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil
akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang elektrofilik. Reduksi dengan Mg dan HCl
pekat dapat menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol,
flavanon, flavanonol dan xanton (Robinson, 1995). Berdasarkan penelitian sebelumnya kulit batang
kelor mengandung glukosinolatesseperti 4-(alpha-1-rhanmopyranosyloxy)- benzylglucosinolate
(Guevara et al, 1998). Biji kelor mengandung glucosinolates seperti 4- (alpha-1-rhamnopyranosyloxy)
benzylglucosinolates (Guevara et al, 1998), O-ethyl-4-a-Lrhamnosyloxy) benzylcarbamate (Shanker
et al, 2007). Kulit batang kelor telah dilaporkan mengandung dua alkaloid, yaitu moringin dan
moringinin (Faizi et al, 1994). Alkaloid pada uji Wagner dan Mayer menunjukkan adanya alkaloid
pada ekstrak etanol kulit batang kelor. Uji Wagner menyebabkan reaksi pembentukan senyawa
komplek yang mengendap. Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya
endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada
uji Wagner, ion logam K+akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid
membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer,
diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana et al, 2005).
Dalam bidang kesehatan, alkaloid berfungsi sebagai analgesik, mengubah kerja jantung,
mempengaruhi peredaran darah dan pernafasan, antimalaria, stimulan uterus, dan anestetika lokal
(Sirait, 2007) Uji fitokimia fenol positif ditandai dengan perubahan warna hijau menjadi hijau
kehitaman. Senyawa fenol sering digunakan sebagai antibakteri. Mekanisme fenol anti bakteri
adalah karena fenol mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran
nutrien dari dalam sel sehingga sel bakteri akan mati atau terhambat pertumbuhannya dan
mengendapkan protein. Fenol bersifat asam, karena sifat gugus –OH yang mudah melepaskan diri.
Karakteristik lainnya adalah kemampuan membentuk senyawa kelat dengan logam, mudah
teroksidasi dan membentuk polimer yang menimbulkan warna gelap. Timbulnya warna gelap pada
bagian tumbuhan yang terpotong atau mati disebabkan oleh reaksi ini, hal ini sekaligus menghambat
pertumbuhan tanaman (Pratt and Hudson, 1990). Uji fitokimia senyawa tanin dengan menambahkan
ekstrak etanol kulit batang kelor dengan larutan FeCl3 dan yang kedua menggunakan gelatin

menunjukkan hasil positif. Uji Fitokimia menggunakan FeCl3 dapat menunjukkan adanya gugus
fenol, apabila terdapat senyawa fenol, maka dimungkinkan juga terdapat tanin, karena tanin
merupakan senyawa polifenol. Perubahan warna hijau kehitaman terjadi akibat pembentukan
senyawa komplek antara tanin dengan FeCl3. Untuk memperkuat dugaan terdapatnya tanin adalah
dengan pengujian menggunakan gelatin. Tanin akan menimbulkan endapan baik sedikit atau banyak
jika ditambah dengan gelatin (Harborne, 1987). Tanin merupakan himpunan polihidroksi fenol yang
dapat dibedakan dari fenol lain karena kemampuannya mengendapkan protein, hal ini bisa
dibuktikan apabila tanin direaksikan dengan gelatin akan terbentuk endapan, karena gelatin
merupakan salah satu jenis protein yang mampu diendapkan oleh tanin. Endapan tersebut
dikarenakan adanya ikatan hidrogen antara tanin dan protein pada gelatin. Ikatan hidrogen yang
terbentuk disebabkan oleh atom H yang terikat dengan 2 atom O ataupun terikat dengan atom O
dan N dari struktur tanin dan gelatin (Sriwahyuni, 2010). Pada tumbuhan, tanin berfungsi sebagai
pertahanan diri dari serangan bakteri, fungi, virus, insekta herbivora dan vertebrata herbivora. Selain
itu, tanin juga penting untuk mencegah degradasi nutrien yang berlebihan di dalam tanah. Dengan
demikian simpanan nutrien di dalam tanah untuk periode vegetasi berikutnya dari tumbuhan dapat
terpenuhi (Leinmuller et al, 1991). Dalam bidang kesehatan, tanin juga memiliki aktivitas sebagai
antibiotik. Prinsip kerja tanin sebagai antibiotik adalah dengan cara membentuk kompleks dengan
enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh patogen atau dengan mengganggu proses metabolisme
patogen tersebut. Ellagitanin dapat mencegah proses absorpsi virus HIV ke dalam sel dan
menghambat aktivitas transkriptase kebalikan yang terdapat di dalam virus. Tanin terkondensasi
memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan dapat melindungi kulit dari kerusakan yang ditimbulkan
oleh radiasi ultraviolet (Cordoves et al, 2001). Uji saponin pada ekstrak etanol kulit batang kelor
(Moringa oleifera) menunjukkan hasil negatif. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya busa pada
sampel ketika diberi pereaksi.
SIMPULAN
Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang kelor yang diambil sampelnya di wilayah
Denpasar, Bali, menunjukkan hasil yaitu adanya senyawa metabolit sekunder berupa steroid,
flavonoid, alkaloid, fenol, dan tanin.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan meneliti kualitas kandungan senyawa metabolit sekunder
ekstrak kulit batang kelor dengan menggunakan beberapa pelarut, sehingga dapat diketahui lebih
detail kadar kandungan dan peranannya untuk obat tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett RN, Mellon FA, Foidl N, Pratt JH, Du pont MS, Perkins L and Kroon PA. 2003. Profiling
glucosinolates and phenolics in vegetative and reproductive tissues of the multi purpose trees
Moringa oleifera L (Horseradish tree) and Noringa stenopetala L. J Agric Food Chem 51(12): 35463553
Cordoves CG, Bartolome B, Vieira W, Virador VM. 2001. Effects of wine phenolics and sorghum
tannins on tyrosinase activity and growth of melanoma cells. J Agric Food Chem 49: 1620-1624.

Divi SM, Bellamkonda R, Dasireddy SK. 2012. Evaluation Of Antidiabetic And Antihyperlipedemic
Potential Of Aqueous Extract Of Moringa Oleifera In Fructose Fed Insulin Resistant And Stz Induced
Diabetic Wistar Rats: A Comparative Study. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
5(1).
Doerge F. 1982. Buku Teks Wilson Dan Gisvold Kimia Farmasi Dan Medicinal Organic, Institute
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Press: Semarang.
Faizi S, Siddiqui B, Saleem R, Siddiqui S, and Aftab K. 1994. Isolation and struture elucidation of new
nitrile and mustard oil glycosides from Moringa oleifera and their effect on blood pressure. J Nat
Prod. 57(9): 1256-1261.
Goyal BR, Agrawal BB, Goyal RK, and Mehta AA. 2007. Phyto-pharmacology of Moringa oleifera Lam.
an overview. Natural Product Radiance 6(4): 347-353.
Guevara AP, Vargas C, Sakurai H, Fujiwara Y, Hashimoto K, Maoka T, Kozuka M, Ito Y, Tokuda H and
Nishino H. 1998. An anti-tumor promoter from Moringa oleifera Lam. Mutation Res 440(2): 181-188.
Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 71-79 ISSN : 2301-7848 79
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan
Padmawinata K dan Soediro. I. Bandung: Penerbit ITB
Haris M. 2011. Penentuan Kadar Flavanoid Total Dan Aktivitas Antioksidan Dari Daun Dewa (Gynura
pseudochina) Dengan spektrofotometer UV-Visibel. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Andalas.
Padang.
Jonni MS, Sitorus M, Katharina dan Nelly. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Leinmuller E, Steingass H, Menke KH. 1991. Tannins in ruminant feedstuffs. Anim Res Develop 33: 962.
Marliana SD, Suryanti V, dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. FMIPA
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Biofarmasi 3(1): 26-31.
Pourmourad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant Activity, Phenol And Flavonoid
Contents Of Some Selected Iranian Medicinal Plants. African journal of Biotechnology 5(11): 11421145.
Pratt DE dan Hudson BJF. 1990. Natural Antioxidant Not Exploited Commercially. Di dalam Food
antioxidant. Hudson, B.J.F (ed) Elsevier Applied science, London.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: K. Padmawinata. Edisi IV.
Bandung: ITB Press.
Shanker K, Gupta MM, Srivastava SK, Bawankule DU, Pal A, Khanuja SPS. 2007. Food Chemistry 105:
376-382.

Sirait. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB Sriwahyuni I. 2010. Uji
fitokimia ekstrak tanaman anting-anting (Acalypha Indica Linn) dengan variasi pelarut dan uji
toksisitas menggunakan brine shrimp (artemia salina leach). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang
Worotikan DE. 2011. Efek Buah Lemon Cui (Citrus microcarpo) Terhadap Kerusakan Lipida Pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio L) Dan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Mentah. Skripsi. FMIPA UNSRAT,
Manado. JURNAL MIPA UNSR