Variasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dalam Peningkatan Kreativitas Anak soejarwo
VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK
Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Keolahragaan Pada Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret
Diucapakan Di Muka sidang Senat terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal ……
Oleh Soedjarwo
SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS
SURAKARTA
(2)
Prof. Dr. Soedjarwo, M. Pd
Guru Besar Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
(3)
PIDATO PENGUKUHAN JABATAN GURU BESAR
Yang terhormat Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat, Para anggota Senat Universitas Sebelas Maret.
Yang terhormat Ketua dan para anggota Dewan Penyantun Universitas Sebelas Maret.
Yang terhormat para Pimpinan Fakultas di lingkungan Universitas Sebelas Maret Yang terhormat para Pembesar Sipil dan militer
Yang terhormat para Sivitas Akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta
Yang terhormat tamu undangan, teman sejawat dan Handai Taulan serta segenap Hadirin yang saya muliakan,
Assalamu’alaikum warakhmatullahi warakatuh,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekaliyan sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang terhormat ini untuk mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah khususnya Bapak Menteri Pendidikan Nasioanal Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada saya untuk diangkat sebagai Guru Besar dalam ilmu Keolahragaan pada Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada Bapak Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat dan Komisi E Senat Universitas Sebelas Maret atas dorongannya, yang akhirnya mengantar saya mendapat kesempatan memangku jabatan akademik tertinggi, yang pada hari ini diselenggarakan pengukuhannya.
Selanjutnya perkenankanlah pula saya menyampaikan rasa terima kasih kepada segenap hadirin dan tamu undangan, yang bersabar diri meluangkan waktu
(4)
untuk menghadiri dan mendengarkan pidato pengukuhan saya pada acara sidang senat terbuka Universitas Sebelas Maret hari ini.
Suatu pidato pengukuhan dalam rangka memenuhi kewajiban dan tradisi akademik yang terpuji, sebagai disyaratkan oleh senat Universitas Sebelas Maret dan juga merupakan pertanggung jawaban profesional pada diri seseorang pengajar di Perguruan Tinggi untuk memangku jabatan Akademik tertinggi.
Hadirin yang saya muliakan,
Dalam rangka memenuhi kewajiban dan tradisi akademik tersebut, saya akan menyapaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Keolahragaan dengan mengambil pokok pengakajian yang berjudul VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK. Judul tersebut saya pilih sehubungan dengan kenyataan bahwa anak-anak pada usia sekolah paling banyak melakukan gerak, ternasuk bermain. Oleh karena itu hendaknya gerak-gerak yang dilakukan anak tersebut dipantau, dibina dan dikembangkan agar dapat diarahkan bagi pembinaan bakat dan minatnya.
Setiap individu apapun peranannya dalam masyarakat membutuhkan selama pendewasaannya suatu keseimbangan dalam perkembangan intelek, fisik, moral dan estetis yang semua ini harus tercermin dalam kurikulum, pada program pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Pendidikan jasmani merupakan salah satu sarana pendidikan yang sangat penting bagi anak-anak. Gerak merupakan salah kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam pendidikan jasmani dapat diciptakan kondisi yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan diri anak secara utuh melalui rangsangan yang bersifat fisik, mental, sosial dan estetis. Peran pendidikan jasmani pada pengembangan fisik meliputi peningkatan kesegaran jasmani, peningkatan kesehatan, dan peningkatan kemampuan kualitas jasmani. Peningkatan kesegaran jasmani dan kesehatan mempunyai hubungan positif terhadap pengembangan kecerdasan. Kesegaran jasmani bukan
(5)
hanya sekedar sehat, tetapi juga menjadi dasar aktivitas intelektual yang dinamis dan kreatif. Namun demikian pengajaran pendidikan jasmani disekolah bukan sekedar membekali siswa dengan aktifitas fisik dan keterampilan gerak olahraga saja, tetapi banyak tujuan lain yang ingin dicapai. Salah satu keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah pengembangan potensi kreativitas siswa agar siswa memiliki kemampuan menghadapi tantangan masa depan. Oleh karena itu pendidikan jasmani di sekolah perlu dikelola dengan baik sebagai salah satu bidang studi yang banyak memberikan sumbangan dalam meningkatkan kreativitas anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang sebagai aktivitas berpikir yang menghasilkan gagasan atau sesuatu yang baku, serta mempunyai nilai bagi diri sendiri maupun lingkungan. Kemampuan kreatif dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti. Baru artinya inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Berguna artinya lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil banyak dan baik (Cambell, 1986 : 11).
Hadirin yang saya muliakan,
Mengingat pentingnya kreativitas di era globalisasi dan latar belakang masalah yang telah saya sampaikan diatas, maka akan saya kemukakan lebih lanjut mengenai pendidikan jasmani dan olahraga, proses kreativitas, serta peran pendidikan jasmani dalam meningkatkan kreativitas anak.
(6)
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH
Pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenjang dan jenis sekolah. Agar program pendidikan jasmani dapat dilaksanakan dengan baik, perlu dipersiapkan guru pendidikan jasmani yang berwenang dan berkemampuan. Kewenangan mengajar dapat diperoleh oleh seorang guru pendidikan jasmani dari lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan seperti IKIP atau FKIP yang memiliki Fakultas atau Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pendidikan jasmani, maka perlu dikaji lebih dahulu dari arti pendidikan itu sendiri. “Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah”. Sedangkan menurun Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 di jelaskan, “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Usaha sadar tersebut dilakukan oleh para pendidik, yang pertama dan utama adalah dari orang tua di lingkungan keluarga, di pendidikan formal (sekolah) dan di masyarakat.
Menurut Raka Joni (1981 : 14), hakikat pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan meruapakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik. 2. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. 3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. 4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
(7)
Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan dan serta meningkatkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan mertabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan Nasional.
Setelah mengetahui hakekat dan makna pendidikan, maka perlu dibahas lebih lanjut tentang pendidikan jasmani. Istilah pendidikan jasmani sendiri masih sering dipertanyakan, apakah berarti pendidikan dari jasmani atau pendidikan ,melalui jasmani ? Pakar pendidikan jasmani yang pertama kali berpendapat adalah dari Amerika, Williams (1964 : 3) yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani yang berupa aktivits manusia yang dipilih jenisnya dan dilaksanakan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Singer (1976 : 9), pendidikan jasmani sebagai pendidikan dari jasmani yang berbentuk satu sistem atau program aktivitas jasmani yang intensif, melibatkan otot-otot besar yang dirancang untuk merangsang organ-organ tubuh agar bermanfaat bagi kesehatan pelakunya. Memberikan makna pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk satu program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh yang dirancang untuk menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan.
Pembahasan pendidikan jasmani dalam Undang-Undang tentang sistem Pendidikan Nasional tidak nampak, tetapi dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran Bab VI pasal 9 tentang pendidikan jasmani yang berbunyi: Pendidikan Jasmani menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir dan batin, diberikan kepada segala jenis sekolah “Dalam hal ini juga tidak ada penjelasan tentang makna pendidikan jasmani, hanya ada tujuan yang ingin
(8)
dicapai, yaitu untuk keselarasan tumbuhnya badan dan perkembagan jiwa serta untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat, lahir dan batin.
Salah satu pendapat tentang pendidikan jasmani dari tokoh olahraga adalah dari Abdul Gafur (1983 : 6) : “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan/kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”. Jadi hakekat pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani yang intensif.
Dalan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomer II/MPR/1988 tentang GBHN sektor pendidikan dapat dipelajari uraian tentang pendidikan jasmani dan olahraga :
1. Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Tujuannya untuk peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitis serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. 3. Perlu ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga di lingkungan sekolah,
pengembangan prestasi olahraga.
4. Upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta menciptakan iklim yang lebih mendorong masyakat untuk berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam membina dan mengembangkan olahraga.
Isi GBHN tersebut juga tidak membahas makna pendidikan jasmani secara khusus, tetapi memberikan penekanan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan di lingkungan sekolah. Meskipun tidak dijelaskan tentang perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga, kedua program tersebut perlu dilaksanakan. Dengan demikian guru pendidikan jasmani
(9)
mempunyai tugas ganda, yakni mengajarkan pendidikan jasmani sebagai kegiatan kurikuler dan program olahraga yang bertujuan meningkatkan prestasi sebagai kegiatan ekstra kurikuler.
Menurut Dewan Internasional Olahraga dan Pendidikan jasmani atau International Council Of Sport and Physical Education, olahraga adalah aktivitas jasmani apapun yang memiliki ciri permainan dan ada unsur satu perjuangan dengan diri sendiri, atau dengan orang lain atau satu tantangan dengan alam. Selanjutnya dejelaskan bahwa aktivitas ini mempunyai unsur kompetisi dan dilaksanakan dengan semangat sportivitas atau “ Fair play” . Olahraga juga merupakan alat pendidikan yang baik, bercirikan permainan yang penuh tantangan dan harus dihadapi secara sportif dan fair play. Olahraga merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan peserta didik. Kegiatan olahraga yang dirancang dan dilaksanakan dilembaga pendidikan harus berimplikasikan pendidikan. Program-program olahraga yang disusun harus dapat digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai, menggabungkan kepribadian dan perilaku yang baik, menguasai keterampilan, memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Kegiatan olahraga di sekolah merupakan bagian dari kurikulum, oleh karena itu harus berkaitan dengan pendidikan, kesejahteraan dan keselamatan peserta didik lebih diutamakan dari pada sekedar meraih kemenangan demi gengsi sekolah.
Menurut tiga orang pakar pendidikan jasmani Amerika Siedentop, Mand dan Tanggart (1986 : 186) “Pendidikan Olahraga” suatu istilah yang tidak asing lagi di Indonesia, terutam bagi guru pendidikan jasmani yang mengalami perubahan nama maka pelajaran kegiatan jasmani di sekolah, mulai zaman penjajahan sampai sekarang, seperti gimnastiek (Belanda), taiso (Jepang), gerak badan, pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi pendidikan jasmani dan kesehatan dan akhirnya kembali lagi menjadi pendidikan jasmani sampai sekarang ini Pendapat dari ketiga pakar tersebut adalah, bahwa tujuan pendidikan olahraga adalah untuk mendidik peserta didik dalam berbagai
(10)
macam jenis olahraga, yaitu untuk mengajar menjadi pemain yang sesungguhnya dalam mengikuti kompetisi formal atau suatu kejuaraan. Selain kompetisi formal, karakteristik lain dari olahraga adalah adanya pencatatan data atau nilai yang telah dicapai oleh seorang pemain/altet dalam usaha meningkatkan latihan guna menunjang prestasi yang diinginkan.
Pendidikan olahraga berusaha untuk memasukkan karakteristik tersebut ke dalam program pendidikan jasmani guna mengembangkan program olahraga untuk semua peserta didik disekolah dan bukan antar sekolah (inter scholastic). Olahraga antar sekolah hanya diikuti bagi pemain-pemain yang baik yang ingin memperluas pengalamannya bertanding dengan pemain yang baik pula dari sekolah lain.
Perkembangan ilmu olahraga semakin pesat sejak diadakan pertemuan tentang olahraga yang diadakan bersamaan dengan penyelenggaraan Olympiade musim panas yang dimulai pertama kali di Tokyo tahun 1964, selanjutnya dalam pertemuan “Olympic Scintific Congress”, yang berlangsung di Montreal tahun 1976, ilmu olahraga dinamakan “Exercise Science” dan dikelompokkan oleh Haag (1983 : 44) sebagai berikut :
1. Ilmu-ilmu biologi (Biological Science) yang terdiri dari (a) fisiologi olahraga, (b) kedokteran olahraga (Sport Medicine), (c) Biomekanika olahraga dan (d) Kinantropometri.
2. Ilmu-ilmu perilaku (Behavioral Science), seperti (a) pedagogi olahraga, (b) psikologi olahraga dan (c) sosiologi olahraga,
3. Humanitas, seperti (a) filsafat olahraga, (b) sejarah olahraga dan (c) teologi olahraga
4. Ilmu Manageman, seperti (a) managemen olahraga dan (b) infrastruktur olahraga.
(11)
PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Hadirin yang saya muliakan
Semua manusia memiliki potensi untuk menjadi kreatif, dengan kata lain kreativitas merupakan indikasi dari keberadaan manusia yang membedakaannya dengan mahkluk hidup lain. Bila manusia terlibat dalam tindakan kreatif, maka hal tersebut akan lebih menumbuhkan konsep diri yang dimiliki dan akhirnya akan membuat manusia lebih sadar sebagai individu, sehingga akan memperluas perspektif yang dimilikinya serta dapat membuka pengalaman-pengalaman baru. Sebaliknya bila kesempatan berekspresi secara kreatif tidak ada, maka potensi yang dimilikinya akan menurun dan ini dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan mental (Carin dan Suad, 1978 : 77).
Potensi kreatif yang demikian seseorang berbeda-beda dalam tingkat untuk menyadarinya. Banyak orang yang memiliki potensi kreatif tetapi terpendam, kecuali mereka yang harus menunjukkan dalam kehidupan nyata, dengan menggunakan sumber kreatif yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan pandangan dari Julius Chandra (1994 : 12) yang menyatakan, bahwa “Pada dasarnya semua orang mempunyai potensi kreatif lebih banyak dari yang biasa digunakan. Kesanggupan mencipta atau mencari pemecahan masalah dengan tepat, tidak terbatas pada orang yang mempunyai bakat luar biasa saja, melainkan juga dimiliki oleh setiap orang yang bakatnya mungkin hanya rata-rata. Kemampuan untuk melahirkan ide-ide yang unik pada saat dibutuhkan, pada umumnya dimiliki oleh orang-orang yang cukup terlatih dan ini dapat dikembangkan”.
Definisi atau pengertian kreativitas telah banyak dekemukakan oleh para ahli, misalnya pendapat dari Hurlock (1990 : 2 – 4) yang mengatakan, bahwa “kreativitas sebagai aktivitas berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru atau cara baru untuk melihat sesuatu masalah atau situasi, merupakan proses, yaitu proses adanya sesuatu
(12)
yang baru apakah itu gagasan atau benda, sudah bentuk atau dalam rangkaian yang baru dihasilkan. Penekanannya pada “tindakan menghasilkan” dari pada “hasil akhir dari tindakan”, dan hal ini merupakan inti dari konsep kreativitas.
Selanjutnya pengertian kreativitas dari Ausubel (1962 : 98) mengemukakan, bahwa berfikir kreatif sebagai proses untuk merasakan adanya kesenjangan atau gangguan, kehilangan unsur-unsur tertentu; membangun gagasan atau hipotesis mengenai hal tersebut menguji hipotesis dan mengkomunikasikan hasilnya, serta bila perlu melakukan modifikasi dan pengujian kembali terhadap hipotesis tersebut. Aspek-aspek fungsi intelektual tersebut tampaknya termasuk dalam ciri-ciri kompenen kreativitas, yaitu orisinalitas, mendefinisikan kembali, fleksibilatas adaptif, fleksibilitas spontan, kelancaran menggunakan melalui kata-kata, kelancaran mengungkapkan melalui ekspresi, kelancaran dalam melakukan asosiasi, dan kepekaan terhadap masalah.
Kreativitas dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang bersifat divergen sebab kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak umum untuk dapat menemukan pemecahan masalah yang unik. Pada tingkat tertentu intelegensi dibutuhkan untuk dapat kreatif, namun orang-orang yang sangat tinggi tingkat inteligensinya bukanlah orang yang kreatif (Santrock, 1988 : 273). Perbedaan intelegensi dan kreativitas karena kedua hal terbentuk dirancukan pengertiannya. Hal ini disebabkan karena kriativitas biasanya dianggap sebagai atribut yang memiliki nilai “positif” (positive value), Sedangkan. Inteligensi juga dinilai dengan “ tinggi ” (high value). Nilai “positif dan tinggi ” ini sering dianggap sejajar. Selanjutnya dinyatakan bahwa bahwa tes intelegensi hanya mendekati sebagian kecil dari keseluruhan fungsi fikiran. Penekanan tes inteligensi pada berfikir konvergen sementara tes kreativitas mengukur kemampuan berfikir divergen, meskipun keduanya adalah bagian dari proses kognitif.
Pengertian kreatifitas berkaitan dengan pemecahan masalah, dikemukakan oleh Bower, Bootzin, dan Zajonc (1987 : 229 ), bahwa : kreatifitas adalah suatu yang tidak berwujud atau suatu kualitas yang tak jelas. Namun gagasan kreatif tidak
(13)
dengan begitu saja muncul. Gagasan ini tergantung pada baiknya percakapan panjang yang dilakukan oleh para penulis, artis, komposer dan ilmuwan yang profesional. Hampir disemua bidang orang kreatif membangun dari sesuatu yang telah ada sebelumnya atau wawasan yang lama. Jadi kreatifitas adalah penjajaran gagasan-gagasan dengan cara baru dan tidak biasa. Meskipun demikian gagasan-gagasan kreatif adalah hal yang lebih dari hanya sekedar sesuatu yang tidak biasa, karena juga harus merupakan sesuatu yang dapat dipraktekkan atau direlevan dengan tujuan. Bakat kreatif dimiliki oleh setiap orang tanpa pandang bulu, dan yang lebih penting ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif itu dapat ditingkatkan (Munander, 1992 : 54 – 55). Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang.
Perkembangan kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan. Hal ini nampak pada awal kehidupan anak dan pertama-tama terlekat dalam permainan anak, kemudian secara bertahap dalam kehidupan lainnya, seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi dan pekerjaan yang lain. Menurut Hurlock (1990 : 8 – 9), “hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia 30 tahun dan 40 tahun, setelah itu tetap mendasar dan secara bertahap menurun sampai terjadinya stagnasi pada usia menengah sebagai usia krisis.
Selama masa kanak-kanak dan remaja perkembangan kreativitas mungkin terhambat pada beberapa “periode kritis”. Beberapa anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan kebekuan kreativitas mereka pada periode ini, sedangkan anak yang lain dengan usia yang sama tidak mengalaminya. Anak yang masuk taman kanak-kanak mungkin menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari pada anak yang belum masuk sekolah. Hal ini dikarenakan lingkungan taman kanak-kanak memperkenalkan kreativitas dan tidak begitu terstruktur dan evaluatif dibanding lingkungan rumah dan sekitarnya.
Periode kritis dalam perkembangan kreativitas anak meliputi :
(14)
Sebelum anak siap memasuki sekolah mereka belajar bahwa mereka harus menerima dan menyesuaikan diri dengan peraturan perintah orang dewasa di rumah dan di sekolah, semakin keras kekuasaan orang dewasa semakin beku kreativitas anak tersebut
b) 8 sampai 10 tahun
Keinginan untuk diterima sebagai anggota mencapai pada usia ini. Kebanyakan anak merasa bahwa untuk dapat diterima mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang telah di tentukan dan setiap peyimpangan membahayakan proses penerimaan
c) 13 sampai 15 tahun
Upaya untuk memperoleh persetujuan teman sebaya terutama dari anggota jenis kelamin yang berlawanan, mengendalikan pola perilaku anak remaja. Seperti halnya anak yang berada pada usia kelompok remaja menyesuaikan dirinya dengan harapan untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan.
d) 17 sampai 19 tahun
Pada usia ini upaya untuk memperoleh persetujuan dan penerimaan dan juga latihan untuk pekerjaan yang diperoleh, mungkin akan mengekang kreativitas Apabila pekerjaan menuntut konformitas dengan pola standar serta keharusan mengikuti perintah dan peraturan tertentu, sebagaimana halnya dengan kebanyakan pekerjaan rutin, hal itu akan membekukan kreativitas.
Selain periode kritis dalam perkembangan kreativitas sebagai pola yang dapat diramalkan, masih ada beberapa faktor yang ikut menimbulkan variasi dalam pola ini, antara lain :
- Jenis Kelamin.
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kakak-kakak. Hal ini disebabkan perbedaan perlakuan, umumnya anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, desakan dari teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan dorongan dari orang tua atau guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
(15)
- Urutan Kelahiran
Hasil beberapa studi mengenai urutan kelahiran dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak melaporkan, bahwa anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Penjelasan mengenai perbedaan ini lebih menekankan lingkungan dari pada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan, dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua. Tekanan tersebut lebih mendorong anak untuk menjadi penurut dari pada pencipta. Demikian pula anak tunggal agak bebas dari tekanan orang tua dan diberi kesempatan untuk mengembangkan individualitasnya.
- Ukuran Keluarga
Dalam kondisi yang sama, anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif dair anak keluarga besar. Keluarga besar umumnya mendidik anak dengan cara otoriter dan kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi perkembangan kreativitas. Anak dari lingkungan yang kekurangan hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain dan sedikit dorongan untuk bereksperimen dengan berbagai bahan bermain yang diperlukan dibanding dengan anak dari lingkungan sosio ekonomi yang lebih baik.
- Lingkungan kota versus lingkungan pedesaan
Anak lingkungan kota cenderung lebih kreatif dan anak pedesaan. Anak pedesaan umumnya di didik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibanding lingkungan kota.
Berdasarkan kajian-kajian sebalumnya maka pengertian kreativitas, adalah aktivitas berfikir yang menghasilkan sesuatu, baik berupa gagasan atau benda dalam rangkaian yang bersifat baru, serta mempunyai nilai atau kegunaan bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Kemampuan kreatif dalam digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
(16)
Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungan, atau sebagai interaksi sosial-psikologis. Hal ini berarti bahwa dalam pengembangan kreativitas anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan bermain dimana anak berada.
Berbagai kegiatan termasuk aktivitas gerak dan bermain pada dasarnya dapat diarahkan untuk kepentingan pengembangan kreativitas anak. Aktivitas gerak dan bermain merupakan kegiatan yang secara langsung melibatkan anak dengan upaya mewujudkan gagasan menjadi suatu bentuk nyata. Usaha ini memungkinkan anak untuk bertindak secara kreatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas gerak dan bermain memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitas anak.
Keberadaan pedidikan jasmani sebagai rangakaian isi kurikulum sekolah bukanlah tanpa alasan. Kurikulum yang merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan merupakan upaya sistematis untuk membekali anak didik menjadi manusia lengkap dan utuh. Pendidikan tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak. Gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri. Hal ini juga selaras dengan faham monodualisme yang utuh, sehingga muncul istilah yang lebih dikenal dengan pendidikan manusia seutuhnya (Cholik Mutohir, 1996 : 6).
Budaya memperoleh pengalaman yang bernilai, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terprogram dan terarah, perlu disosialisasikan sejak usia dini. Dalam upaya memperdayakan pendidikan jasmani di sekolah dipelukan inovasi model-model pembelajaran yang memadai.
Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan, salah satu diantaranya adalah pendekatan “Movement Education Experiences’. Pendekatan ini lebih menekankan pada pemahaman dan pengembangan konsep gerak, penyelesaian masalah dan peningkatan keterampilan, serta mengembangkan kemampuan intelektual melalui aktivitas jasmani.
(17)
Kesesuaian dalam memilih model pembelajaran sangat penting, karena proses pembelajaran pendidikan jasmani itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempunyai pengaruh nyata pada anak didik. Dalam menyusun suatu model pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor yang saling terkait, selain guru itu sendiri, yakni faktor pendukung seperti, ruang, alokasi waktu, alat, lingkungan atau sumber belajar yang lain serta pemilihan metode yang digunakan. Hak ini perlu diperhatikan, karena fleksibelitas suatu model pembelajaran harus cukup tinggi. Fakor-faktor tersebut diatas selain saling terkait, juga saling mendukung untuk menjamin efektivitas model (Grennesky, 1988 : 912).
Sebagai contoh adalah metode pembelajaran untuk untuk tingkat Sekolah Dasar yang melibatkan rentang usia dalam periode perkembangan, yaitu realisme intelektual dan realisme visual yang selanjutnya akan mendominasi tingkat perkembangan daya cipta anak. Dengan demikian metode yang digunakan harus mengacu pada karakteristik perkembangan tersebut, pada masa realisme intelektual anak melakukan gerak berdasarkan apa yang mereka ketahui, bukan tentang apa yang mereka lihat. Oleh karena itu kebebasan berekspresi merupakan faktor yang memberikan dukungan bagi pengembangan kualitas anak. Kebiasaan memaksakan gerakan dalam pendidikan jasmani perlu dihindarkan karena akan mematikan kreativitas anak, sebab bagaimanapun persepsi anak terhadap suatu obyek sangat berbeda dengan orang dewasa. Dengan membiarkan anak memilih gagasannya sendiri untuk divisualisaikan dalam bentuk gerakan akan lebih memungkinkan pengembangan kreativitasnya. Sedangkan bantuan yang diberikan guru yang dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kreativitas adalah bagaimana melatih anak menggunakan alat dalam memujudkan gagasan yang sesuai dengan pelajaran. Demikian pula pada jenjang realisme awal yang ditandai dengan kesadaran terhadap realitas obyek, anak mulai ragu dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk gerakan, takut berbuat salah, sehingga spontanitas geraknya mulai menurun. Pada saat itu anak perlu diberi dukungan dan motivasi yang dapat menimbulkan perasaan
(18)
berani berkarya sehingga kegiatan pendidikan jasmani tetap berfungsi sebagai sarana pengembangan kreativitas.
Dalam upaya pengembangan kreativitas anak, model pendidikan integratif yang digambarkan sebagai suatu lingkaran yang dibagi menjadi empat. Setiap bagian menampilkan suatu fungsi dari otak yang berinteraksi dan mendukung dengan fungsi-fungsi lain jika anak belajar. Keempat fungsi-fungsi ini ialah, fungsi-fungsi berfikir (kognitif), fungsi perasaan emosi (afektif), fungsi fisik (pengindraan) dan fungsi firasat (mempunyai insight, kreatif). Garis-garis terputus yang memisahkan fungsi-fungsi itu melambangkan cara fungsi-fungsi itu bekerja sama (Barbara Clark, 1988:47).
Keadaan kesadaran yang lebih tinggi-tidak dalam alam pikiran sadar rasional, tetapi diperoleh dari alam pra-sadar atau tidak sadar. Meningkatkan pertumbuhan kearah “enlightenment”
Intuisi (Firasat)
Keadaan berpikir Keadaan merasa
Rasional , dapat membebaskan energi Diukur. Dapat emosional dari pencipta, Dikembangkan Kreativitas mengalihkan energi ini ke Dengan latihan sadar pengamat memperoleh Dan sengaja respons emosional Berfikir perasaan
Keadaan talenta menciptakan produk baru yang diterima orang lain (dilihat atau didengar). memerlukan perkembangan fisik atau mental tingkat tinggi,
ketrampilan tingkat tinggi dan bidang talenta Pengindraan
Model Pendidikan Terpadu dari Clark
Fungsi kognitif meliputi kekhususan dari belahan otak kiri yang analitis, memecahkan masalah, sekuensial, evaluatif, dan kekhususan dari belahan otak kanan yang lebih berorientasi spasial (keruangan) dan gestalt (keseluruhan). Fungsi afektif diungkapkan dalam perasaan dan emosi dan merupakan pintu gerbang untuk meningkatkan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih tinggi. Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan, pandangan penemuan, pengucapan dan perabaan yang menentukan bagaimana kita mengamati realitas. Sedangkan fungsi firasat adalah
(19)
pemahaman secara menyeluruh, secara langsung memperoleh suatu konsep dalam keseluruhannya, dan sebagian merupakan hasil dari tingkat sekunder yang tinggi dari semua fungsi otak.
Kreativitas yang secara sosial bermanfaat mensyaratkan kerjasama yang sinergis dari seluruh kepribadian, termasuk mekanisme fisik. Salah satu karakteristik anak kreatif, ialah mempunyai yang siap dipergunakan setiap diperlukan (Clark : 66 – 68).
(20)
Tahap Dalam Proses Kreatif
Pemahaman proses kreatif akan membantu guru mengidentifikasi parilaku kreatif dan situasi ini akan memberikan dorongan dan pengembangan
Graham Wallas Dan Bonanno (1979 : 36) mendefinisikan proses kreatif melalui empat tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verivikasi. DePorter dan Hernacki (2001) mengemukakan lima tahap dengan menambah langkah kelima yaitu aplikasi.
1. Persiapan
Persiapan individu menentukan masalah, mengumpulkan fakta dan pada umumnya belajar masalah sebanyak mungkin. Pada masa ini dapat diartikan sebagai masa mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
Pada periode persiapan ini melibatkan semua pengalaman anak sebelumnya yang berkaitan dengan objek atau situasi tertentu. Pengalaman anak sebelumnya ini akan berkembang jika masalah tersebut ditentukan yang berkaitan dengan obyek atau situasi sehari-hari, atau minimal situasi tersebut telah dialami sekali atau dua kali.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam tahap persiapan ini. Bertindak sebagai sumber utama, guru dapat membantu anak menentukan masalah, berani mengambil resiko tentang pencarian jawaban.
2. Inkubasi
Inkubasi merupakan periode individu secara aktif mencari jawaban terhadap masalah yang dihadapi. Hilangnya waktu tidaklah penting mungkin memerlukan waktu beberapa detik, beberapa hari, dan beberapa bulan. Meskipun individu mungkin secara tidak sengaja menyadari pencarian jawaban tersebut, beberapa peneliti telah mengobservasi bahwa ia tampaknya asyik dengan berusaha menemukan suatu jawaban. Dalam kondisi ini. Individu seringkali resah atau tidak menentu. Guru harus berhati-hati selama tahap ini individu seringkali mengalami
(21)
perasaan rendah diri dan mungkin akan membutuhkan penentraman atau penenangan hati.
Pada tahap ini pada dasarnya merupakan proses mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi
Inkubasi berakhir jika menampakkan ide yang bagus. Setelah menyelesaikan tahap inkubasi, selanjutnya individu memasuki tahap iluminasi. Tahap ini dikarakterisasikan dengan cara berprestasi. Individu puas dengan ide dan perasaanya harus disampaikan kepada yang lain.
Tahap ini merupakan tahap munculnya ide-ide atau gagasan-gagasan.
4. Verivikasi
Aktivitas sharing, evaluasi dan menentukan ide atau iluminasi disebut verivikasi. Verivikasi merupakan tahap akhir dari poses kreatf. Guru harus bersifat mendukung pada proses ini. Dengan demikian pada tahap ini memastikan dan menguji apakah solusi ini benar-benar memecahkan masalah
5. Aplikasi
Mengambil langkahp-langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut.
Ciri-Ciri Orang Kreatif
DePorter dan Hernacki (1999 : 293) mengatakan bahwa orang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara baru. Pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran logis dan kreatif.
(22)
1. Kelincahan mental (mental agility)
Kamampuan untuk bermain dengan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep, lambang, kata-kata, angka-angka, dan khususnya melihat hubungan-hubungan yang tidak biasa antara ide-ide, gagasan-gagasan dan sebaginya.
2. Berfikir dari segala arah (covergent thinking)
Kamampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan mengarahkan fakta itu pada masalah yang dihadapi. Dengan cara demikian ada kemungkinan besar bahwa dihasilkan pemecahan yang tepat mengenai masalah tersebut.
3. Berfikir kesegala arah (divergent thinking)
Kamampuan untuk berfikir dari suatu ide, gagasan, menyebar ke segala arah. 4. Fleksibilitas konseptual (conceptual flexibility)
Kamampuan secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang tidak berjalan
5. Orisinalitas (originality)
Kamampuan untuk menelorkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak lazim, bahkan mengejutkan.
6. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas - Lebih memilih kerumitan daripada kemudahan - Lebih memilih tantangan daripada tidak menantang. 7. Latar belakang yang menantang ( stimulating background) 8. Kecakapan dalam banyak hal (multiple skills)
Pengembangan kreativitas
E. Paul Torrence dalam Dougherty dan Bonano (1979 : 36) memberikan saran-saran praktis dalam mengidentifikasikan dan mengembangkan kreativitas :
(1) Menghargai pemikiran kreatif
(2) Membuat anak lebih sensitif terhadap stimulus lingkungan (3) Mendorong manipulasi objek atau ide
(23)
(4) Mengajarkan cara-cara menguji setiap ide secara sistematis (5) Mengembangkan toleransi atau daya tahan terhadap ide baru (6) Waspada terhadap pola pemaksaan
(7) Membangun dan mengembangkan suasana yang kreatif (8) Mendidik anak menghargai pemikiran kreatifnya
(9) Mengajarkan ketrampilan-ketrampilan untuk menghindari tekanan-tekanan teman sebayanya.
(10) Memberikan informasi tentang proses kreatif (11) Mengahalau rasa kagum terhadap suatu karya
(12) Mendorong dan mengevaluasi belajar yang diawali diri sendiri
(13) Menciptakan hal yang kontroversial atau pertanyaan yang tidak ada jawabanya yang dapat menghasilkan pemikiran kreatif
(14) Menciptakan kebutuhan akan pemikiran kreatif (15) Memberiakan untuk aktif dan tenang
(16) Menjadikan sumber-sumber yang ada untuk melatih dan menyusun ide-ide
(17) Mendorong kebiasaan melatih dan menyusun implikasi ide secara penuh (18) Mengembangkan kritik yang membangun bukan asal memberika kritik (19) Mendorong perolehan atau kemahiran pengetahuan dalam berbagai bidang (20) Mengembangkan jiwa berani dan dijiwai pemimpin
Ms. Wilson dalam Dougherty dan Bonanno (1979 : 39) meminta kepada siswa untuk menciptakan rangakaian gerak dalam olahraga senam dengan menggunakan kriteria berikut ini.
Tiap rangkaian gerak harus mencakup : (1) Tiga gerakan rolling
(2) Tiga ketrampilan gerak lokomotor (3) Dua gerakan transisional
(4) Empat posisi keseimbangan (5) Satu posisi menelungkup
(24)
(6) Satu gerakan meroda
Demikian juga Mr. Grant dan Mr. Howart dalam Dougherty dan Bonano (1979 : 41) mengemukakan metode pembelajaran pendidikan yang dikemas dalam tiga unsur, yaitu :
(1) Peraturan
Berisi peran atau tugas yang harus dilakukan siswa (2) Peralatan
Berbagai peralatan yang disediakan oleh guru yang akan digunakan oleh siswa (3) Tanggung jawab
Peran atau tugas yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan
Mengajar pendidikan jasmani dengan kreativitas
Alex Oborn dalam Doughterty dan Bonanno (1979 : 45) merancang sebuah checklist untuk membantu seseorang mengembangkan kemampuanya untuk menyusun ide-ide kreatif. Bagi guru pendidikan jasmani, teknik ini dapat menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya jika ia mencoba merancang suatu peralatan baru atau modifikasi yang sudah ada. Osborn menyarankan agar bahwa individu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Penggunaan hal baru (new use)
Apakah penggunaan hal baru dapat saya temukan untuk objek ini dalam kondisi orisinil? Apakah penggunaan hal yang baru dapat saya temukan untuk objek atau ide ini jika saya memodifikasi hak tersebut ?
2. Kemampuan beradaptasi (adaptibility)
Apakah ide atau objek lain dapat membantu mengingatkanku ? Apakah ide atau objek lain memenuhi saran ini ?
(25)
MR. GRANT MR. HOWARD Aturan :
1. Tiap anak harus terlibat dalam aktivitas 2. Jika aktivitas telah di pilih anda harus
tetap pada area tersebut hingga terdengar bunyi peluit
3. Jika peluit berbunyi anda harus memilih aktivitas lain
4. Peralatan hanya dapat digunakan untuk aktivitas yang ditunjuk
5. Semua aturan pengamanan harus diikuti
Aturan :
1. Tiap anak harus terlibat dalam aktivitas 2. Semua aturan pengamanan harus diikuti 3. Anda tidak dapat meninggalkan area
umum
Peralatan :
1. 6 buah lompat tali 2. 1 buah bola basket 3. 6 buah sepeda dorong 4. Hula-Hoops
5. 2 buah bola playground 6. 3 buah keet/matras 7. 1 buah tempat pijakan
Peralatan :
1. 2 buah kotak lemari es besar 2. 6 buah ban
3. 2 buah tali dengan ukuran 20 kaki 4. 12 buah balon
5. 3 buah bola playground 6. 6 buah kerucut
7. 1 buah kotak kapur 8. 1 set jangkauan (stilt)
9. 12 buah karton susu yang berat 10. 12 buah keset/matras
(26)
Tanggung jawab :
1. Mendorong siswa terlibat dalam suatu aktivitas
2. Mendorong anak menggunakan peralatan dengan tepat
3. Wasitilah (oleh guru) jika diperlukan 4. Membantu siswa meningkatkan ketrampilan
Tanggung jawab :
1. Mendorong siswa untuk melihat hubungan antara tiap peralatan yang berbeda
2. Mendorong siswa menggunakan peralatan dengan cara tidak menjiplak 3. menciotakan ketenangan dan juga area
aktif untuk bermain
3. Memodifikasi (modify)
Dapatkah saya merubah makna, warna, suara, bau, rasa, bentuk, tujuan…? 4. Memperbesar/menambah (magnify)
Apakah saya dapat manambah? Dapatkan saya membuat yang lebih tinggi , lebih kuat, lebih panjang, lebih kurus…?
5. Memperkecil/mengurangi (minify)
Apakah saya dapat mengurangi? Dapatkah saya membuat yag lebih pendek, lebih kecil, lebih ringan, lebih rendah…?
6. Mengganti (subtitute)
Apakah saya dapat mengganti? Apakah saya dapat mengganti dengan bahan, unsur, tempat, proses, yang lain…?
7. Menyusun kembali (rearrange)
Dapatkah saya menyusun kembali pola, rangkaian, tata letak, jadwal, tempat…? 8. Melakukan kebalikanya (reserve)
Dapatkah saya melakukan kebalikanya peran-peran ?
Ada bermacam-macam tipe checklist yang dapat digunakan untuk meningkatkan roduktivitas. Kemungkinan cara terbaik adalah guru dapat
(27)
menggunakan rancanganya sendiri, dimana guru dapat dengan mudah mengingat dan lebih praktis dalam penerapanya dilapangan
Robert Crawford mengembangkan teknik dengan mendaftar atribut atau ciri-ciri objek atau ide dalam kata-kata deskriptif dan kemudian meneruskan dengan memodifikasi satu atau lebih atribut sehingga menjadi lebih baik yang sesuai dengan kebutuhanya. Berikut contoh daftar atribut sederhana olah raga bola voli :
(1) Bermain pada lapangan segi empat;
(2) Lapangan segi empat dibagi menjadi dua bagian;
(3) Net dipasang melintang panjang lapangan dengan ketinggian sekurang-kurangnya 7 kaki;
(4) Mainkan dengan dua team (masing-masing team 6 orang); (5) Mainkan dengan bola kulit yang ringan;
(6) Nilai diperoleh melalui servis; (7) Satu permainan terdiri dari 15 orang;
(8) Sasaran permainan adalah menjadikan bola jatuh dilapangan lawan; dan (9) Permainan dimulai dengan pukulan servis.
(28)
Kesimpulan
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreatif meskipun dengan kadar yang berbeda. Kreativitas seperti halnya potensi yang lain, perlu diberikan kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang sebagai aktivitas pikir yang menghasilkan gagasan atau suatu yang baru serta mempunyai nilai bagi diri sendiri maupaun lingkungannya. Kemampuan kreativitas dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pengembangan kreativitas anak melalui pendidikan jasmani sudah harus disiapkan saat perencanaan pelajaran. Tujuan yang ingian dicapai pada setiap pembelajaran berlangsung harus seimbangan antara kepentingan penguasaan keterampilan dengan peningkatan kreativitas. Penanganan alat-alat dalam pembelajaran pendidikan jasmani harus sedapat mungkin memberikan kemudahan bagi anak untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Guru pendidikan jasmani harus dapat memberikan bantuan secara individual bagi masalah-masalah spesifik yang dihadapi setiap anak, sehingga memungkinkan anak dapat dengan lancar mengungkapkan gagasa kreatifnya melalui pendidikan jasmani. Dengen demikian metode yang digunakan harus fleksibel, bervariasi, menyesuaikan dengan karateristik anak, situasi, dan mata pelajaran yang diberikan agar anak menyalurkan imajinasi kreatifnya secara optimal.
(29)
Penutup
Hadirin yang saya muliakan
Sebagai penutup pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya sekali lagi menyampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahkmat dan barokah kepada saya sekeluarga. Selanjutnya pada kesempatan yang bahagia ini, juga akan saya gunakan untuk menyampaikan curuhan perasaan yang paling dalam kepada barbagai pihak yang telah banyak memberikan jasanya di dalam perjalanan hidup saya meniti karir.
Rasa terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada :
· Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar FKIP-Universitas Sebelas Maret
· Rektor Universitas Sebelas Maret yang juga Ketua Senat Universitas : Dr. dr. H. Much. Syamsulhadi, Sp. KJ dan mantan Rektor Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph. D. Sekretaris Senat Universitas : Prof. Dr, Sunardi dan mantan sekretaris Prof. Drs. H. Sukiyo, beserta seluruh anggota Senat Universitas, yang telah mengusulkan saya untuk memangku jabatan Guru Besar FKIP Universitas Sebelas Maret.
· Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret yang juga Ketua Senat Fakultas: Bp.Drs. H. Trisno Martono, M. M beserta seluruh anggota senat Fakultas, yang telah memberikan kemudahan dan bantuan sehingga pengusulan jabatan guru besar saya berjalan lancar.
· Para pendidik sejak dilingkungan keluarga yaitu kedua orang tua saya Bapak Soekodarsono almarhum dan Ibu Kartini almarhumah yang dengan kesederhanaan dan kasih sayangnya telah mengasuh, mendidik dan membesarkan saya; Segenap guru-guruj saya sejak jenjang SR/SD, SMP dan SGPD, serta para dosen saya di STO maupun Pasca Sarjana IKIP Jakarta yang tidak dapat saya sebut satu persatu nama-nama beliau yang telah turut memberikan
(30)
sumbangan-sumbangan dalam pengembangan kemampuan akademik saya. Beberapa nama yang saya ingat dalam penyelesaian studi akhir (S3), adalah para pembimbing
dan penguji, yakni Bp. Prof. Dr. AOB Situmorang MA, Ibu Prof. A. Suhaena Suparno, Ibu Prof. Dr. Conny R Semiawan, Prof. Dr. Jujun Suriasumantri. , Prof. Dr. Soetarman dan Prof. Drs. Ratal Wiryo Santoso MP.
· Rekan-rekan sejawat di jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. FKIP Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dorongan dan kesempatan untuk menempuh Program Pascasarjana, serta para senior saya yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dorongan untuk maju, yakni Bp. Prof. Drs. H. Soekiyo, Bp. Prof. Drs. Soemarno almarhum dan Bp. Drs. Sunaryo Basuki,serta Bp. Prof Dr. Soehardjo Danusastro almahum bahkan semuanya hadir dan memberi dorongan semangat waktu saya mempertahankan disertasi.
· Secara khusus rasa terimasih yang mendalam saya tujukan kepada keluarga, almarhumah isteri tercinta dan anak-anak tersayang, karena dukungan dan pengorbanannya selama saya menempuh studi di samping telah menciptakan suasana keluarga yang menyejukkan sehingga memungkinkan saya meniti karir akademik dan mencapai jabatan Guru Besar ini.
Akhirul kalam, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua hadirin, yang dengan sabar mengikuti Sidang Senat Terbuka ini sampai selesai. Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan pahalanya serta memberikan ganjaran yang berlipat ganda. Amiin.
Wabillahitaufiq wal hidayah
(31)
Daftar Pustaka
Abdul Gafur. (1983). Olahraga : Unsur Pembinaan Bangsa Dan Pembangunan Negara. Jakarta : Kantor Menteri Negara Pemuda Dan Olahraga.
Ausubel, D.P. (1962). The Psyehology Of Meanigful Verbal Learning : An Instroduetion To School Learning. New York : Grume & Straston Barbara Glark (1988). Growing Up Gifted : Developing The Postential Of Children
At Home And At School. Colembus. OH : Merrill Publishing Company.
Bower, G. H, Bootzin, R. R, dan Lajone, R. B. (1987). Principles Of Psyekology Today. New York : Random House.
Carin, A dan Sund, R. B. (1978). Creative Questioning And Sensitive Listening Techniques : A Self Concept Approacl Columbus : Charles E. Marrill Publishing Company.
Campbell, David. (1986). Mengembangkan Kreativitas. Disadur Oleh. A. M. Mangunhardjana Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Cerney, J. V. (1987). Berfikir Secara Dinamis, Bandung : C. V. Peonir Jaya. Chandra, Julius (1994), Kreativitas. Yogyakarta : Kanisius.
Cholik Mutohir, T. dkk. (1996). Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan Jasmani di SD. Lembaga Penelitian : IKIP Surabaya.
Cholik Mutohir, T. (2000). Pengembangan kurikulum pendidikan jasmani yang Seimbang dan Efektif. Malang : Panitia Seminar Imiah PON ke – XV tahun 2000 Jawa Tengah.
De Porter, Bobbi dan Hernachi, Mike (1999). Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan Terjemahan Alwiyah Abdulrahman. Bandung : Penerbit Kaifa Grnesky, Steven. (1988). The Teaching And Learning Of Physical Education For Young Children. JOPED : 59 : 5 : 91 – 94, May – June.
(32)
Hurlock, E.B. (1990). Perkembangan Anak. Jilid 2 Terjemahan : Tjandrasa, Meitasari, Jakarta : Erlangga.
Kafie Jamaludin (1989). Berfikir : Apa Dan Bagaimana ? Surabaya : Penerbit Indah. Mertodipuro, Sumantri (T th). Memperkuat Daya Kemauan. Jakarta : Penerbit
Gunung Jati.
Munandar, S.C.U. (1997). Creative And Educatin A Study Of The Ralationship Bettwen Measures Of Creativty Thinking And A Number Of Educational Veriables In Indonesia Primary And Yunior School . Jakarta : Depdikbud, Derjendikti.
(1980). Masalah Pengembangan Kretivitas Pada Anak. (Sebuah Tinjauan). Jakarta : Fakultas Psikology Universitas Indonesia.
(1992). Mengembangkan Bakat Krativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gratindo.
Santrock, J.W. (1988). Psychology : The Science Of Mind And Behavior. Dubuque, Iowa : Wim C. Brown Publishers.
Semiawan, Conny R , Putrawan. I. Made Dan Setiawan, Th I (1988). Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Bandung : C.V. Remaga Karya.
William, J.F. (1964), The Principles Of Physical Education. (4 Th Ed). Philadelphia : W.B. Sauders Compan. 334s
(33)
RIWAYAT HIDUP DAN PEKERJAAN
1. Data Pribadi :
Nama : Soedjarwo
Tempat dan tanggal lahir : Blitar, 15 Juli 1939
Agama : Islam
Jabatan/Golongan : Guru Besar / NC
Alamat rumah : Perumahan UNS, Griyan Baru V/26, Baturan, Surakarta – 57171
Alamat kantor : FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta.
Istri : Sri Sumarwati (Almarhumah) Anak : 1). Dody Handoko (Almarhum)
2). Yuddy Hanantyo 3). Nova Hendratwati, ST 4). Novi Hendrastuti , ST
5). Bintang Pamungkas Heryunindyo
2. Pendidikan :
a. SR Blitar, tamat tahun 1954 b. SMPB, Blitar, tamat tahun 1957 c. SGPD Surabaya, tamat tahun 1961
d. Sarjana Muda STO Surakarta, tamat tahun 1968 e. Sarjana (S1) STO Surakarta, tamat tahun 1972
f. Magister Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta, tamat tahun 1983 g. Doktor Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta, tamat tahun 1990
(34)
3. Pekerjaan/Jabatan :
a. - Guru STN di Blitar, tahun 1962 – 1964
- Guru tugas belajar di STO Surakarta, tahun 1964 - 1968 - Asisten Dosen STO Surakarta, tahun 1968 – 1972 - Dosen STO Surakarta, tahun 1972 – 1976
- Dosen FIP – UNS Surakarta, tahun 1976 – 1983 - Dosen FKIP UNS Surakarta 1983 - Sekarang
- Dosen Pasca Sarjana IKIP Jakarta KPK Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun 1993 – 1999
- Dosen Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, tahun 1999 - Sekarang b. - Pembantu Dekan I FKIP – Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun
1993 – 1995
- Dekan FKIP – Universitas Sebelas Maret, tahun 1995 – 1998
- Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana – Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun 2003 – sekarang
4. Kursus dan Penataran :
a. Wasit Hockey tingkat Nasional, tahun 1972 di Jakarta
b. Tes dan Pengukuran, Evaluasi dan Ilmu Coaching Olahraga, tahun 1976 di Yogyakarta
c. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris tahun 1980 – 1981 di Sukarta d. P4 Tingkat Propensi Daerah Tingkat I Jawa Tengah di Surakarta, tahun 1980 e. Pelatihan Tenis untuk Yunior dan Dewasa oleh Van Der Meer – Tennis
University, tahun 1983 di Jakarta
f. Program Akta mengajar Lima Format Tatap Muka, tahun 1983 / 1984 di Jakarta
g. Dosen PGSD Penjaskes, tahun 1991 di Yogyakarta
h. Penatar Tingkat Nasional / Manggala Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) tahun 1995 di Istana Bogor
(35)
5. Piagam Penghargaan :
a. Sebagai penatar cabang olahraga Anggar pada Panataran Ketuadan Pelatih. b. Sebagai Refree pada kejuaran Tenis Yunior beragu, oleh Pengurus Besar
PELTI di Surakarta, tahun 1985
c. Panitia Pelaksana Pertandingan Anggar dalam penyelenggaraan FESPIC GAMES IV, 31 agustus – 7 september 1986 di Surakarta oleh Gubernur Kepala daerah Tinggkat I Jawa Tengah.
d. Satyalacana Kaya Sakya xxx lahan oleh Presiden R.I., tahun 1996.
6. Organisasi :
a. Pengurus KONISurakarta, tahun 1978 – sekarang b. Pengurus PELTI cabang Surakarta , tahun 1975 – 2000
c. Anggota tim evaluasi kontingan PON XII Jawa Tengah, tahun 1989 d. Pengurus BPOC pusat di Surakarta tahun 1983 – sekarang
e. Pengurus Bapomi Jawa Tengah, tahun 1991 – 1994
f. Ketua Panpel Anggar FESPIC GAMES N di Surakarta, tahun 1986
g. Pelatih kontingen BPOC Indonesia pada FESPIC GAMES di Beijing China h. Penyunting Jurnal ahli jadwal Dwija Wacana FKIP - Universitas Sebelas
Maret, tahun 2003 - sekarang.
7. Karya Tulis :
a. Permainan Tenis Meja
b. Srategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
c. Penyusunan Rangkaian Tes Kemampuan Gerak Dasar Dan Kesegaran Jasmani.
d. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Tenis e. Perkembangan Dan Belajar Gerak
f. Penyusunan Tes Keterampilan Hockey g. Metode Penelitian
(36)
h. Metode Kepelatihan Olahraga
8. Mengiluti Seminar / Lokakarya Atau Aktivitas Lain :
a. Peserta Simposium Dan Diskusi Panel Peningkatan Prestasi Olahraga Di Semarang Tahun 1985
b. Notulis Sedang Simposium Nasional Pembinaan Manusia Indonesia Di Surakarta, tahun 1986.
c. Peseta Simposium Olahraga Menuju Berat Badan Ideal di Surakarta, tahun 1988
d. Modrator Simposium Tentang Senam Dan Kesegaran Jasmani Di Surakarta, tahun 1990.
e. Moderator dalam Ceramah Dan Diskusi Model Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Keolahragaan Indonesia, di Surakarta , tahun 1991. f. Seminar “Meningkatkan Prestasi Olahraga Dan Menunjang Pariwisata
Melalui Peristiwa Olahraga”, tahun 1991.
g. Penatar dalam Penataran Pelatih Olahraga Cacat Nasional Anggkata Ke III Di Surakata, tahun 1992.
h. Rapat Koordinasi Nasional Kepemudaan Dan Olahraga Di Jakarta, tahun 1993.
i. Rapat Koordinasi Nasional Bidang Keolahragaan Menyongsong PJPT II Khusus Pelita VI di Jakarta, tahun 1993.
j. Peserta Temu Karya Pengembangan Lembaga Sumber Belajar, di Jakarta tahun 1993
k. Peserta Temu Karya FIP – IKIP / FKIP – Univ / STIP se Indonesia, di Bandung, tahun 1994
l. Peserta Seminar Ilmah Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke 19 Universitas Sebelas Maret tentang Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kealitas Sumber Daya Manusia Indonesia, tahun 1995
(37)
m. Peserta Seminar Ilmiah Mental Training dan Tenaga Dalam, di Yogyakarta tahun 1995
n. Peserta seminar dalam rangka Memperingati Hari Olahraga Nasional XVI, di Surakarta, tahun 1999
o. Peserta Temu Karya Fakultas / Jurusan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia, di Jakarta, tahun 1997
p. Rapat Koordinasi Pimpinan FPOK / JPOK se Indonesia, di Padang, tahun 1997
q. Peserta Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Bandung tahun 1997
r. Peserta Seminar Nasional Pengembangan FKIP sebagai lembaga Pendidikan Guru di Perguruan Tinggi, di Surakarta tahun 2001
s. Rapar Kerja Nasional Kelembagaan Penelitian dan Kelembagaan Pengabdian pada masyarakat Perguruan Tinggi dan Koperasi Seluruh Indonesia, di Jakarta tahun 2001
t. Peserta Seminar / Lokakarya Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu, di Surakarta tahun 2001
u. Peserta Seminar Paradigma Pendidikan Jasmani, Peningkatan Mutu Implementasi Pembelajaran, di Surakarta tahun 2002
v. Pemakalah Seminar / Lokakarya Nasional Antisipasi dan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani dalam Menghadapi Era Global dan Otonimi Daerah, di Surakarta tahun 2002
w. Pemakalah Seminar Nasional Inovasi Pendidikan IPTEK dan Humaniora Menghadapi abad ke 21, di Jember tahun 1996
x. Peserta Seminar Revitalisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda, di Menado tahun 1996
y. Peserta Semiloka Peran Ilmu Kedokteran dalam Menunjang Prestasi Olahraga, di Surakarta tahun 1996
(38)
z. Peserta Seminar Reformasi Pembangunan keolahragaan Nasional, di Surakarta tahun 1999
9. Penelitian :
a. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Hockey, 1970. Skripsi Sarjana b. Pengaruh Frekuensi Latihan Senam, Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Siswa Sekolah Dasar, 1983. Tesis. c. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Panjang Lengan Dan Panjang
Tarikan Dengan Prestasi Panahan Ronde Perpani Pemanah Pria Jawa Tengah, 1983.
d. Pengaruh Latihan Senam Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Anak, 1984
e. Pengaruh Latihan Erobik Terhadap Penurunan Berat Badan Bagi Wanita Kegemukan, 1989
f. Hasil Belajar Ketrampilan Tenis Ditinjau Dari Kemampuan Motorik, Persepsi Kenestetik Dan Waktu Reaksi Siswa Sekolah Dasar, 1990
g. Hubungan Waktu Reaksi Dan Kelincahan Dengan Ground Strikes Pemain Tenis Pemula, 1991.
h. Hubungan Kekuatan Lengan Dan Power Tungkai Dengan Prestasi Tolak Peluru Mahasiswa Olahraga Dan Kesehatan, 1991
i. Kadar Kecanggihan Perangkat Uji Ketrampilan Olahraga Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keolahragaan, 1992
j. Pengaruh Pegangan Dan Posisi Lengan Bawah Terhadap Daya Tahan Bergantung Statik Dan Dinamik, 1993
k. Hubungan Persepsi Kinestetik Dengan Hasil Belajar Keterampilan Bulu tangkis Pemain Putra, 1993
l. Sumbangan Tinggi Badan, Koordinasi Mata Tangan Dan Persepsi Kinestetik Terhadap Keterampilan Servis Atas Bola Voli, 1994
m. Dampak Tingkah Laku Pimpinan Dan Peran Perbedaan Individual Pada Produktivitas Pegawai Tata Usaha, 1995
(39)
n. Tes Jogging 1600 Meter Sebuah Tes Lapangan Sederhana Untuk Menaksir Besarnya Kapasitas Aerobik Maksimal, 1995
o. TinjauanUnsur-Unsur Fisik Dominan dalam olahraga Panahan, 1996
p. Pengaruh Intensitas Latihan Berbeban Dan Kekuatan Terhadap Peningkatan Leg Power, 1998.
(1)
3. Pekerjaan/Jabatan :
a. - Guru STN di Blitar, tahun 1962 – 1964
- Guru tugas belajar di STO Surakarta, tahun 1964 - 1968 - Asisten Dosen STO Surakarta, tahun 1968 – 1972 - Dosen STO Surakarta, tahun 1972 – 1976
- Dosen FIP – UNS Surakarta, tahun 1976 – 1983 - Dosen FKIP UNS Surakarta 1983 - Sekarang
- Dosen Pasca Sarjana IKIP Jakarta KPK Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun 1993 – 1999
- Dosen Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, tahun 1999 - Sekarang b. - Pembantu Dekan I FKIP – Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun
1993 – 1995
- Dekan FKIP – Universitas Sebelas Maret, tahun 1995 – 1998
- Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana – Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun 2003 – sekarang
4. Kursus dan Penataran :
a. Wasit Hockey tingkat Nasional, tahun 1972 di Jakarta
b. Tes dan Pengukuran, Evaluasi dan Ilmu Coaching Olahraga, tahun 1976 di Yogyakarta
c. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris tahun 1980 – 1981 di Sukarta d. P4 Tingkat Propensi Daerah Tingkat I Jawa Tengah di Surakarta, tahun 1980 e. Pelatihan Tenis untuk Yunior dan Dewasa oleh Van Der Meer – Tennis
University, tahun 1983 di Jakarta
f. Program Akta mengajar Lima Format Tatap Muka, tahun 1983 / 1984 di Jakarta
g. Dosen PGSD Penjaskes, tahun 1991 di Yogyakarta
h. Penatar Tingkat Nasional / Manggala Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) tahun 1995 di Istana Bogor
(2)
5. Piagam Penghargaan :
a. Sebagai penatar cabang olahraga Anggar pada Panataran Ketuadan Pelatih. b. Sebagai Refree pada kejuaran Tenis Yunior beragu, oleh Pengurus Besar
PELTI di Surakarta, tahun 1985
c. Panitia Pelaksana Pertandingan Anggar dalam penyelenggaraan FESPIC GAMES IV, 31 agustus – 7 september 1986 di Surakarta oleh Gubernur Kepala daerah Tinggkat I Jawa Tengah.
d. Satyalacana Kaya Sakya xxx lahan oleh Presiden R.I., tahun 1996.
6. Organisasi :
a. Pengurus KONISurakarta, tahun 1978 – sekarang b. Pengurus PELTI cabang Surakarta , tahun 1975 – 2000
c. Anggota tim evaluasi kontingan PON XII Jawa Tengah, tahun 1989 d. Pengurus BPOC pusat di Surakarta tahun 1983 – sekarang
e. Pengurus Bapomi Jawa Tengah, tahun 1991 – 1994
f. Ketua Panpel Anggar FESPIC GAMES N di Surakarta, tahun 1986
g. Pelatih kontingen BPOC Indonesia pada FESPIC GAMES di Beijing China h. Penyunting Jurnal ahli jadwal Dwija Wacana FKIP - Universitas Sebelas
Maret, tahun 2003 - sekarang.
7. Karya Tulis :
a. Permainan Tenis Meja
b. Srategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
c. Penyusunan Rangkaian Tes Kemampuan Gerak Dasar Dan Kesegaran Jasmani.
d. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Tenis e. Perkembangan Dan Belajar Gerak
(3)
h. Metode Kepelatihan Olahraga
8. Mengiluti Seminar / Lokakarya Atau Aktivitas Lain :
a. Peserta Simposium Dan Diskusi Panel Peningkatan Prestasi Olahraga Di Semarang Tahun 1985
b. Notulis Sedang Simposium Nasional Pembinaan Manusia Indonesia Di Surakarta, tahun 1986.
c. Peseta Simposium Olahraga Menuju Berat Badan Ideal di Surakarta, tahun 1988
d. Modrator Simposium Tentang Senam Dan Kesegaran Jasmani Di Surakarta, tahun 1990.
e. Moderator dalam Ceramah Dan Diskusi Model Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Keolahragaan Indonesia, di Surakarta , tahun 1991. f. Seminar “Meningkatkan Prestasi Olahraga Dan Menunjang Pariwisata
Melalui Peristiwa Olahraga”, tahun 1991.
g. Penatar dalam Penataran Pelatih Olahraga Cacat Nasional Anggkata Ke III Di Surakata, tahun 1992.
h. Rapat Koordinasi Nasional Kepemudaan Dan Olahraga Di Jakarta, tahun 1993.
i. Rapat Koordinasi Nasional Bidang Keolahragaan Menyongsong PJPT II Khusus Pelita VI di Jakarta, tahun 1993.
j. Peserta Temu Karya Pengembangan Lembaga Sumber Belajar, di Jakarta tahun 1993
k. Peserta Temu Karya FIP – IKIP / FKIP – Univ / STIP se Indonesia, di Bandung, tahun 1994
l. Peserta Seminar Ilmah Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke 19 Universitas Sebelas Maret tentang Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kealitas Sumber Daya Manusia Indonesia, tahun 1995
(4)
m. Peserta Seminar Ilmiah Mental Training dan Tenaga Dalam, di Yogyakarta tahun 1995
n. Peserta seminar dalam rangka Memperingati Hari Olahraga Nasional XVI, di Surakarta, tahun 1999
o. Peserta Temu Karya Fakultas / Jurusan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia, di Jakarta, tahun 1997
p. Rapat Koordinasi Pimpinan FPOK / JPOK se Indonesia, di Padang, tahun 1997
q. Peserta Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Bandung tahun 1997
r. Peserta Seminar Nasional Pengembangan FKIP sebagai lembaga Pendidikan Guru di Perguruan Tinggi, di Surakarta tahun 2001
s. Rapar Kerja Nasional Kelembagaan Penelitian dan Kelembagaan Pengabdian pada masyarakat Perguruan Tinggi dan Koperasi Seluruh Indonesia, di Jakarta tahun 2001
t. Peserta Seminar / Lokakarya Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu, di Surakarta tahun 2001
u. Peserta Seminar Paradigma Pendidikan Jasmani, Peningkatan Mutu Implementasi Pembelajaran, di Surakarta tahun 2002
v. Pemakalah Seminar / Lokakarya Nasional Antisipasi dan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani dalam Menghadapi Era Global dan Otonimi Daerah, di Surakarta tahun 2002
w. Pemakalah Seminar Nasional Inovasi Pendidikan IPTEK dan Humaniora Menghadapi abad ke 21, di Jember tahun 1996
x. Peserta Seminar Revitalisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda, di Menado tahun 1996
y. Peserta Semiloka Peran Ilmu Kedokteran dalam Menunjang Prestasi Olahraga, di Surakarta tahun 1996
(5)
z. Peserta Seminar Reformasi Pembangunan keolahragaan Nasional, di Surakarta tahun 1999
9. Penelitian :
a. Penyusunan Rangkaian Tes Keterampilan Hockey, 1970. Skripsi Sarjana b. Pengaruh Frekuensi Latihan Senam, Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Siswa Sekolah Dasar, 1983. Tesis. c. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Panjang Lengan Dan Panjang
Tarikan Dengan Prestasi Panahan Ronde Perpani Pemanah Pria Jawa Tengah, 1983.
d. Pengaruh Latihan Senam Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Anak, 1984
e. Pengaruh Latihan Erobik Terhadap Penurunan Berat Badan Bagi Wanita Kegemukan, 1989
f. Hasil Belajar Ketrampilan Tenis Ditinjau Dari Kemampuan Motorik, Persepsi Kenestetik Dan Waktu Reaksi Siswa Sekolah Dasar, 1990
g. Hubungan Waktu Reaksi Dan Kelincahan Dengan Ground Strikes Pemain Tenis Pemula, 1991.
h. Hubungan Kekuatan Lengan Dan Power Tungkai Dengan Prestasi Tolak Peluru Mahasiswa Olahraga Dan Kesehatan, 1991
i. Kadar Kecanggihan Perangkat Uji Ketrampilan Olahraga Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keolahragaan, 1992
j. Pengaruh Pegangan Dan Posisi Lengan Bawah Terhadap Daya Tahan Bergantung Statik Dan Dinamik, 1993
k. Hubungan Persepsi Kinestetik Dengan Hasil Belajar Keterampilan Bulu tangkis Pemain Putra, 1993
l. Sumbangan Tinggi Badan, Koordinasi Mata Tangan Dan Persepsi Kinestetik Terhadap Keterampilan Servis Atas Bola Voli, 1994
m. Dampak Tingkah Laku Pimpinan Dan Peran Perbedaan Individual Pada Produktivitas Pegawai Tata Usaha, 1995
(6)
n. Tes Jogging 1600 Meter Sebuah Tes Lapangan Sederhana Untuk Menaksir Besarnya Kapasitas Aerobik Maksimal, 1995
o. TinjauanUnsur-Unsur Fisik Dominan dalam olahraga Panahan, 1996
p. Pengaruh Intensitas Latihan Berbeban Dan Kekuatan Terhadap Peningkatan Leg Power, 1998.