MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG.

(1)

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur konsentrasi Teknik Arsitektur S-1

Oleh :

R. Arry Swaradhigraha (1106252)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

(3)

Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia

Oleh

R. Arry Swaradhigraha

Sebuah laporan Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan

© R. Arry Swaradhigraha 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Laporan Tugas Akhir ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

R. ARRY SWARADHIGRAHA

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Drs. R. Irawan Surasetja, MT. NIP. 196002051987031003

Pembimbing II

Trias Megayanti, S.Pd.,MT. NIP. 198210082014042001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitiektur

Dr. Eng. Usep Surahman NIP. 197605272005011001


(5)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir yang berjudul “Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian

didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak laini terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2015 Yang membuat pernyataan,


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir dan laporan tugas akhir sehingga dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr.Eng Usep Surahman selaku ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI.

2. Ibu Dr.Eng Beta Paramita selaku ketua Program Studi Teknik Arsitektur.

3. Drs. R. Irawan Surasetja M.T selaku pembimbing 1, yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir dan memberikan banyak ilmu kepada saya.

4. Trias Megayanti S.Pd, M.T selaku pembimbing 2, yang telah membimbing saya dan memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

5. Keluarga saya, dalam hal ini Ayah dan Ibu, kakak saya yang selalu memberikan motivasi dan membimbing saya selama saya hidup.

6. Teman-teman dekat saya Teknik Arsitektur 2011 yang selalu memberikan masukan kepada saya dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi mengenai laporan Tugas Akhir yang saya buat.

Dan semua pihak yang telah membantu penulis, mohon maaf apabila tidak dapat ditulis semua. Kepada pihak yang telah membantu, hanya balasan dari Tuhan YME yang dapat menggantikan kebaikan kalian. Amin.


(7)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

ABSTRAK

Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung merupakan media bagi masyarakat untuk memahami sejarah bangsanya melalui sebuah wisata edukasi. Dewasa ini masyarakat perlu digiring untuk merubah kebiasaan yang tadinya banyak menyukai wisata hiburan untuk lebih menyukai wisata yang bersifat edukasi. Hal ini menjadi sebuah kepentingan dalam hal membangun karakteristik bangsa yang unggul. Pada saat ini Indonesia hamper genap 70 tahun dalam usianya namun masih sulit menjadi bangsa yang maju. Dalam berbagai bidang Negara ini telah tertinggal dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Melalui sejarah kita dapat mengambil suatu pelajaran. Lewat sejarah, masyarakat perlu dibangun kembali sehingga mempunyai pola pikir yang baik. Pada masa perjuangan rakyat Indonesia banyak pelajaran yang dapat diambil terlebih pada masa itu Indonesia berjuang hingga mendapatkan kemerdekaannya. Museum ini menyajikan sejarah perjuangan rakyat dari kebangkitan nasional sampai orde lama. Museum ini menyajikan perjalanan rakyat yang bersatu padu membangun sebuah peradaban baru untuk keluar dari cengkraman imperialisme asing hingga mencapai kemerdekaannya kemudian masa-masa revolusi negeri pada zaman orde lama. Dari situ generasi dapat belajar mengenai semangat-semangat para pendahulu yang berjuang keras sehingga dapat meraih cita-cita bangsa. Museum ini diharapkan akan menjadi ruang publik yang dapat memberikan wisata edukasi bagi masyarakat atau generasi muda Indonesia. Melalui media bangunan sejarah dapat dikomunikasikan melalui pengalaman ruang yang disederhanakan agar pengunjung dapat memahami sejarah dengan lebih mudah atau membantu pemahaman masyarakat terhadap sejarah yang selama ini dikomunikasikan ke dalam tulisan atau buku.Sehingga bangunan ini dapat turut menyumbang membangun karakteristik bangsa yang disampaikan dalam bidang edukasi.

Kata kunci : Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia, wisata edukasi, museum.

The Museum of Indonesia’s People Struggle in Bandung is a medium for the citizen

to understand the history of the nation through educational tourism. At this moment, citizen needs to be guided to shift their habits of preferring entertainment tourism to

educational tourism. This shift is important in developing the nation’s character.

Although the country has stood for almost 70 years, it is still struggling to be a developed country. In many sectors are this country still left behind from other countries like Malaysia and Singapore. Through history we could take lessons and

rebuild the citizen’s mindset. From the time of Indonesia’s struggle for independence,

there are so many lessons that people can learn. This museum presents the history of the nation, from its early national rise to the Old Older era. This museum shows the

people’s unity in building new civilization, to be free from imperialism to the


(8)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

learn about the spirits of the heroes, who fought hard in pursuing the country’s dream

of independence. It is expected that the museum could become a public space, which could give educational tour for the citizens or young generations of Indonesia. Through such historical structure, it is expected that the lessons in the history, which are usually delivered in books or papers, could be conveyed through real-life experience in a simpler manner. Hence, the structure could contribute more on

building the nation’s character.

Keywords : The Museum of Indonesia’s People Struggle, educational tourism,


(9)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL TUGAS AKHIR ... PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Perancangan ... 1

B. Maksud dan tujuan Perancangan ... 3

C. Identifikasi Masalah Perancangan ... 4

D. Batasan Masalah Perancangan ... 5

E. Pendekatan dan Gambaran Capaian yang dituju ... 5

F. Kerangka Berpikir ... 6

G. Sistematika Laporan... 9

BAB II. Kajian ... 10

A. Pengertian Museum ... 10

B. Sejarah Museum... 10

C. Tipologi Museum ... 12

D. Persyaratan Museum ... 13

E. Pengguna Kegiatan dalam Museum... 14

F. Ruang-ruang Museum ... 14


(10)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

H. Studi Banding Proyek Sejenis ... 16

I. Sejarah tahun 1900-1970 ... 23

BAB III. DESKRIPSI PROYEK ... 31

A. Nama proyek ... 31

B. Rona Lingkungan ... 33

C. Elaborasi Tema ... 33

BAB IV. ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 40

A. Analisis Lingkungan dan Tapak ... 40

B. Program Kebutuhan Ruang ... 53

C. Modul Perancangan ... 66

D. Sistem Ruang ... 67

E. Sistem Struktur dan Konstruksi ... 68

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 71

A. Konsep Dasar ... 71

B. Konsep Perencanaan Tapak ... 73

C. Konsep Perencanaan Bangunan ... 77

D. Konsep Modul Perancangan ... 81

E. Konsep Bentuk, fungsi dan interior ... 82

F. Konsep Struktur dan konstruksi ... 91

G. Konsep Bahan Bangunan ... 94

H. Konsep Mekanikal Eletrikal ... 95

I. Konsep Perancangan Lanskap ... 101

RIWAYAT HIDUP ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(11)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Museum ... 19

Tabel 2.2 Sintesis kaji banding Museum ... 19

Tabel 3.1 Sintesis Kaji Banding Tema ... 38

Tabel 4.1 Kebutuhan ruang ... 57

Tabel 4.2 Pengunjung museum Asia Afrika ... 57

Tabel 4.3 Program kebutuhan ruang ... 59

Tabel 4.4 Hasil besaran ruang ... 62


(12)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Pendekatan perancangan ... 6

Diagram 1.2 Kerangka berpikir ... 8

Diagram 2.1 Struktur organisasi ... 15

Diagram 4.1 Struktur organisasi museum ... 53

Diagram 4.2 Organisasi ruang... 55

Diagram 4.3 Organisasi ruang... 56

Diagram 5.1 Rumus kriteria ruang ... 71


(13)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Eksterior Museum Geologi ... 16

Gambar 2.2 Interior Museum Geologi ... 17

Gambar 2.3 Eksterior dan interior Museum Asia Afrika ... 18

Gambar 2.4 Eksterior dan interior Museum Mandala Wangsit ... 19

Gambar 3.1 Site ... 31

Gambar 3.2 Peta Kota Bandung ... 32

Gambar 3.3 Ilustrasi Interpretasi tema ... 35

Gambar 3.4 Jewish Museum ... 36

Gambar 3.5 Museum Tsunami Aceh ... 37

Gambar 3.6 Konsep Tema... 38

Gambar 4.1 Analisis Lingkungan ... 40

Gambar 4.2 Analisis Lingkungan Tanggapan ... 41

Gambar 4.3 View ... 42

Gambar 4.4 View 1 ... 42

Gambar 4.5 View 2 ... 43

Gambar 4.6 View 3 ... 43

Gambar 4.7 View 4 ... 44

Gambar 4.8 View 5 ... 44

Gambar 4.9 View 6 ... 45

Gambar 4.10 View 7 ... 45

Gambar 4.11 View ke dalam tapak ... 46

Gambar 4.12 View ke dalam tapak 1 ... 46

Gambar 4.13 View ke dalam tapak 2 ... 47

Gambar 4.14 View ke dalam tapak 3 ... 47

Gambar 4.15 View ke dalam tapak 4 ... 48

Gambar 4.16 Analisis arah matahari ... 48

Gambar 4.17 Analisis kebisingan ... 49


(14)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 4.19 Analisis sirkulasi ... 51

Gambar 4.20 Analisis arah angin ... 51

Gambar 4.21 Analisis arah drainase... 51

Gambar 4.22 Modul Perancangan 10 x 10 m ... 66

Gambar 4.23 Modul Perancangan 12 x 10 m ... 67

Gambar 4.24 Ilustrasi pemahaman sejarah ... 67

Gambar 4.25 Ilustrasi alur pemahaman sejarah ... 68

Gambar 4.26 Struktur rangka ... 69

Gambar 4.27 Struktur atap rangka bidang ... 69

Gambar 4.28 Struktur rangka ruang ... 69

Gambar 5.1 Alur mengalir ... 74

Gambar 5.2 Alur mengalir dalam tapak ... 74

Gambar 5.3 Alur mengalir dalam tapak dibelokkan ... 75

Gambar 5.4 Alur mengalir dalam tapak akhir ... 75

Gambar 5.5 Alur mengalir membentuk denah ... 76

Gambar 5.6 Konsep tapak ... 77

Gambar 5.7 Konsep ruang vertikal ... 78

Gambar 5.8 Konsep ruang vertikal 2 ... 79

Gambar 5.9 Konsep kombinasi alur dan ruang ... 80

Gambar 5.10 Konsep ruang vertikal ... 80

Gambar 5.11 Modul ... 81

Gambar 5.12 Konsep bentuk 1 ... 82

Gambar 5.13 Konsep bentuk 2 ... 82

Gambar 5.14 Konsep bentuk 3 ... 83

Gambar 5.15 Konsep bentuk 4 ... 83

Gambar 5.16 Konsep bentuk 5 ... 84

Gambar 5.17 Konsep bentuk 6 ... 84

Gambar 5.18 Konsep ruang... 85


(15)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 5.20 Konsep ruang 3... 86

Gambar 5.21 Konsep interior ... 88

Gambar 5.22 Konsep interior ... 89

Gambar 5.23 Konsep interior ... 90

Gambar 5.24 Konsep struktur ... 91

Gambar 5.25 Konsep struktur 2 ... 92

Gambar 5.26 Konsep struktur 3 ... 93

Gambar 5.27 Konsep bahan bangunan... 94

Gambar 5.28 Ruang genset ... 96

Gambar 5.29 Konsep Mekanikal Elektrikal ... 97

Gambar 5.30 Pohon kiara payung ... 101

Gambar 5.31 Pohon cemara ... 102

Gambar 5.32 Konsep lansekap ... 103


(16)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sketsa Program Ruang & Struktur Organisasi ... 109

Lampiran 2 Sketsa Program Ruang... 110

Lampiran 3 Sketsa Program Ruang 2... 111

Lampiran 4 Sketsa Konsep Tapak... 112

Lampiran 5 Sketsa Konsep Bangunan ... 113

Lampiran 6 Sketsa Konsep Bentuk ... 114

Lampiran 7 Sketsa Konsep Ruang ... 115

Lampiran 8 Sketsa Konsep Ruang & Interior ... 116

Lampiran 9 Sketsa Konsep Mekanikal Elektrikal ... 117

Lampiran 10 Denah Lokasi ... 118

Lampiran 11 Rencana Situasi... 119

Lampiran 12 Rencana Tapak ... 120

Lampiran 13 Denah Lantai Dasar ... 121

Lampiran 14 Denah Lantai 1... 122

Lampiran 15 Denah Lantai 2... 123

Lampiran 16 Tampak 1 & 2 ... 124

Lampiran 17 Tampak 3 & 4 ... 125

Lampiran 18 Potongan 1 & 2 ... 126

Lampiran 19 Potongan 3, 4, 5 & 6 ... 127

Lampiran 20 Potongan Prinsip ... 128

Lampiran 21 Perspektif Mata Burung ... 129

Lampiran 22 Perspektif Eksterior ... 130

Lampiran 23 Perspektif Interior 1 ... 131

Lampiran 24 Perspektif Interior 2 ... 132

Lampiran 25 Struktur & Konstruksi ... 133


(17)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Lampiran 27 Detail Arsitektural ... 135

Lampiran 28 Utilitas Air Kotor ... 136

Lampiran 29 Utilitas Air Bersih ... 137

Lampiran 30 Foto Maket 1 ... 138

Lampiran 31 Foto Maket 2 ... 139


(18)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perancangan

Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal bangsanya. Lewat sejarah kita dapat belajar mana yang tepat yang mana yang tidak tepat, begitu banyak manfaat yang didapat jika kita memahami sejarah negeri ini. Dahulu founding father kita Sukarno sempat berkata dalam sebuah pidato terakhirnya

yaitu JASMERAH atau “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”.

Petikan kalimat tersebut merupakan ajaran beliau yang menginginkan kita sebagai generasi penerus belajar dan memahami sejarah bangsa ini sehingga dapat terhindar dari kesalahan-kesalahan yang sama. Dan membentuk semangat-semangat baru kepada generasi penerus. Namun apakah generasi muda saat ini paham bagaimana perjuangan bangsa ini merebut kemerdekaan. Rasanya jika kita memahaminya, kita sebagai generasi penerus akan mengisi kemerdekaan ini dengan tujuan sama-sama membangun bangsa dengan rasa nasionalisme yang tinggi sebab kita tahu bahwa bangsa ini telah berjalan jauh dan berat dalam perjalanannya mencapai gerbang kemerdekaan. Namun saat ini kita belum bertindak seperti itu, salah satu faktornya adalah sikap apatis yang menggerogoti moral bangsa ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut bertalian dengan semua hal yang berada di negeri ini. Di Indonesia tempat-tempat pendidikan masihlah kalah jika dibandingkan dengan tempat hiburan, dalam sebuah kota Mall dan pusat hiburan banyak dibangun ketimbang tempat-tempat pendidikan. Khususnya di kota Bandung wisata edukasi seperti museum hanya terdapat enam, tidak sebanding dengan wisata lainnya yang bersifat hiburan. Dalam Pikiran Rakyat online 07/03/2012 Kepala Bidang Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung mengatakan bahwa akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke museum


(19)

ketimbang wisata hiburan lainnya untuk menambah wawasan masyarakat daripada pola konsumtif masyarakat.

Menjamurnya wisata hiburan di kota Bandung memang hanya menguntungkan sisi bisnis seorang pengusaha, tapi tidak terdapat orientasi yang jelas terhadap perkembangan kemajuan masyarakat terutama dalam karakter bangsa. Di Amerika misalnya yang merupakan negara maju, sangat mengutamakan pendidikan bagi warga negaranya. Dalam hal sarana dan pra sarana pendidikan banyak terdapat wisata pendidikan selainnya wisata hiburan sebagai fungsi pelengkap saja. Banyak sanak keluarga yang lebih memilih pergi ke tempat wisata pendidikan ketimbang wisata hiburan pada akhir pekan. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan modal awal yang dapat membangun karakter bangsa, selain itu sarana dan pra-sarana pendidikan yang disediakan baik dari pemerintah maupun independen telah menjawab kebutuhan masyarakatnya.

Generasi penerus ini dimanjakan dengan hiburan yang berbentuk permainan saja. Hal ini membuat kondisi masyarakat menjadi semakin konsumtif. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya sarana dan pra-sarana dalam ruang lingkup publik yang memberikan media edukasi yang bersifat edukasi. Hal ini guna membantu pembangunan negara dalam bidang karakter bangsa. Salah satunya museum bisa dijadikan tempat publik yang dapat di akses oleh semua orang yang memberikan wisata edukasi. Untuk membentuk kembali mindset atau cara pandang masyarakat agar menjadi masyarakat yang unggul. Dan merubah kebiasaan masyarakat yang konsumtif menjadi masyarakat yang produktif maka harus dirubah dulu pola pikirnya. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya sarana dan pra-sarana dalam ruang lingkup publik yang memberikan wisata yang bersifat edukasi.

Kita sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki orientasi yang jelas untuk membawa bangsa ini sehingga menjadi satu peradaban yang maju. Salah satunya dalam bidang pendidikan untuk membangun karakter bangsa. Namun untuk mengikuti perkembangan dan tantangan yang ada yaitu keadaan masyarakat yang lebih memilih wisata hiburan atau tidak produktif, maka perlulah dilakukan penyesuaian. Perilaku masyarakat yang menyukai wisata hiburan sebenarnya dapat


(20)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

dijadikan sebagai potensi. Dengan menyalurkan hobi masyarakat dalam hal wisata namun digiring kepada wisata pendidikan yang dapat menarik, sehingga menjadi kebiasaan bagi para masyarakat.

Edukasi sejarah begitu penting bagi kehidupan masyarakat kedepannya. Bagaimana dengan memahami sejarah kita dapat membentuk pola pikir yang baru yang lebih baik, seperti yang telah dijelaskan di awal betapa pentingnya sejarah dalam kehidupan berbangsa ini. Begitu banyak sejarah mengenai bangsa Indonesia, namun periode sejarah yang penting untuk dipelajari oleh generasi penerus karena terdapat esensi yang penting dan merupakan inti perjuangan yakni periode Kebangkitan Nasional sampai akhir orde lama.

Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung ini menampilkan sejarah dalam bentuk pengalaman ruang dan media interaktif lainnya yang dapat memberikan edukasi sejarah bagi generasi penerus untuk menciptakan rasa nasionalisme dalam jiwa bangsa. Hal ini pula dapat memudahkan pemahaman para pelajar yang mempelajari sejarah dalam bentuk pengalaman ruang. Sehingga masyarakat dapat mempelajari sejarah tidak berasal dari buku atau film saja, namun melalui media ruang yang didalamnya terdapat media interaktif dan materi yang disajikan dalam bentuk artefak dan pengalaman ruang.

B. Maksud dan Tujuan Perancangan

Dalam perancangan Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung ini mempunyai maksud, sebagai berikut :

- Untuk mengedukasi generasi penerus tentang periode penting sejarah nasional Indonesia, yakni periode kebangkitan nasional sampai orde lama.

- Untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa dan negara kepada generasi penerus, berkaca dari apa yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa.

- Untuk pembelajaran di masa yang akan datang mengenai sejarah Indonesia sehingga dapat mengambil intisari dari kejadian di masa lampau.


(21)

Dalam perancangan Museum Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia ini mempunyai tujuan tujuan perancangan, sebagai berikut :

- Memberikan tempat publik berupa wadah yang dapat mengedukasi masyarakat dalam bidang sejarah nasional bangsa Indonesia.

- Membangun tempat yang memberikan media edukasi bagi para pelajar atau mahasiswa yang hendak mempelajari sejarah nasional Indonesia melalui media interaktif yang terdapat dalam museum.

- Menyediakan wadah bagi para komunitas pecinta sejarah untuk dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan sejarah.

C. Identifikasi Masalah Perancangan

Terdapat beberapa permasalahan secara umum dari museum yang terjadi di Indonesia. Saat ini museum merupakan wisata edukasi yang bertugas untuk mengedukasi masyarakat umum perihal manusia, alam maupun lingkungannya. Museum di Indonesia masih kurang diminati karena beberapa permasalahan, antara lain :

- Orientasi ruang tidak jelas dalam museum. - Pengunjung lupa setelah keluar dari museum.

- Teknik penyajian museum yang kurang inovatif tidak menarik pengunjung. - Pengunjung memiliki pandangan bahwa sejarah merupakan sesuatu yang

tidak terlalu penting karena sudah lampau sehingga tidak menjadi minat bagi para masyarakat umum.


(22)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

D. Batasan dan Masalah Perancangan

Setelah mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dalam merencanakan museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung ini, maka batasan dan permasalahan dalam perancangan dapat diuraikan antara lain sebagai berikut ;

Batasan masalah :

- Perancangan meliputi permasalahan secara arsitektural, yakni bagaimana menerjemahkan kasus kedalam bentuk ruang sehingga dapat mengedukasi sejarah dalam bentuk ruang dengan memperhatikan aspek fungsionalitas sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

Masalah perancangan :

- Merancang museum yang dapat menarik masyarakat untuk dapat mengunjungi Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung.

- Menginterpretasikan kasus dalam konteks ini Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia ke dalam sebuah museum.

- Membuat solusi yang inovatif sehingga dapat menarik pengunjung museum untuk berkunjung ke museum.

- Mencampurkan antara wisata dan edukasi sehingga museum tidak terlihat membosankan.

E. Pendekatan dan gambaran capaian yang dituju

Pendekatan yang digunakan dalam metode perancangan Museum sejarah ini yakni menggunakan pendekatan kinerja atau performance building.


(23)

Berikut ini merupakan diagram pencapaian museum :

Diagram 1.1 Pendekatan Perancangan

Sumber : Analisis Pribadi

F. Kerangka Berfikir

Bermula dari sebuah latar belakang yang menjadi permasalahan kemudian ditentukan jenis bangunan dan kasus yang sesuai dengan latar belakang masalah sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada. Setelah itu maksud dan tujuan ditentukan, kemudian diasumsikan bahwa pemerintah dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Pariwisata akan membangun sebuah museum baru dengan dana yang dibiayai oleh pemerintah. Lalu dilakukan studi literatur untuk dapat menentukan kriteria perancangan. Kemudian dilakukan tahap studi banding setelah mengetahui secara garis besar proyek yang dirancang. Setelah itu menentukan tapak berdasarkan persyaratan yang berlaku dari literatur yang sudah didapat, kemudian menganalisa data-data yang sudah didapatkan sebagai bahan perancangan untuk memasuki tahap perancangan.

MUSEUM

SEJARAH PERJUANGAN

RAKYAT INDONESIA

SIMULASI RUANG

MENCIPTAKAN MUSEUM DENGAN RUANG-RUANG SEBAGAI MEDIA EDUKASI SEJARAH KEPADA MASYARAKAT. SEBAGIAN BESAR KONTEN BERISI DIISI DENGAN RUANG DENGAN

MEDIA EDUKASI SEJARAH BERUPA SIMULASI DAN BEBERAPA ARTEFAK YANG MAMPU MENJADI INFORMASI DALAM MENCERITAKAN SEJARAH KEPADA MASYARAKAT UMUM.


(24)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Berikut ini merupakan langkah dalam perencanaan dan perancangan proyek : 1. Studi literatur tentang kriteria rancangan museum.

2. Mengkaji dan merangkum literatur tentang Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia dari buku dan sumber lainnya.

3. Studi banding proyek sejenis.

4. Studi peraturan daerah yang bersangkutan dengan proyek museum. 5. Analisis dasar perancangan dan analisis tapak.

6. Membuat skematik desain.

7. Membuat detail gambar perancangan

Berikur ini merupakan kerangka berpikir mengenai proses perencanaan dan perancangan museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung :


(25)

Diagram 1.2 Kerangka Berpikir

Sumber : Analisis Pribadi

LATAR BELAKANG

- Kurangnya pemahaman generasi muda terhadap sejarah Indonesia khususnya sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.

- Pudarnya rasa peduli terhadap bangsa dan Negara - Kurangnya penghargaan terhadap jasa para pahlawan.

MUSEUM

STUDI LITERATUR - Pengertian museum

- Jenis-jenis museum

- Persyaratan museum - Tipologi museum - Standarisasi museum

STUDI BANDING

- Studi banding museum - Wawancara

ANALISIS DATA

- Analisis kebutuhan ruang

- Analisis

persyaratan ruang - Analisis program

ruang - Analisis tapak - Analisis tema

PENENTUAN TAPAK

KONSEP PERANCANGAN

- Konsep dasar

- Konsep tapak, konsep massa bangunan, konsep struktur. - Penerapan tema

RANCANGAN


(26)

R. Arry Swaradhigraha, 2015 G. Sistematika pelaporan

BAB I. PENDAHULUAN berisi latar belakang perancangan, maksud dan tujuan perancangan, identifikasi masalah perancangan, batasan dan masalah perancangan, pendekatan dan gambaran capaian yang dituju, kerangka berfikir dan sistematika laporan.

BAB II. KAJIAN berisi pengertian museum, sejarah museum, tipologi museum, persyaratan museum, pengguna dan kegiatan dalam museum, ruang-ruang dalam museum, struktur organisasi museum, studi banding proyek sejenis dan sejarah tahun 1900 - 1970.

BAB III. DESKRIPSI PROYEK berisi nama proyek, rona lingkungan dan elaborasi tema.

BAB IV. Analisis perencanaan dan perancangan berisi analisis lingkungan dan tapak, program kebutuhan ruang, modul perancangan, sistem ruang dan sistem struktur dan konstruksi

BAB V. KONSEP PERANCANGAN berisi konsep dasar, konsep perencanaan tapak, konsep perencanaan bangunan, konsep modul perancangan, konsep bentuk, fungsi dan interior, konsep struktur dan konstruksi, konsep bahan bangunan, konsep mekanikal dan elektrikal, konsep perancangan lanskap


(27)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

BAB III

DESKRIPSI PROYEK

A. Nama Proyek

Nama Proyek : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia

Lokasi :

Gambar 3.1 Site

Sumber : Dokumentasi pribadi Sub-wilayah Cibeunying

Jalan R.E Martadinata, Bandung Jawa Barat Indonesia

Luas lahan : ± 2 Hektar

Pemilik : Pemerintah

Sumber dana : Pemerintah Sifat proyek : Fiktif


(28)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Orientasi tapak terhadap kota :

Gambar 3.2 Peta Kota Bandung Sumber : Data Cad kota Bandung

Penentuan tapak ;

a. Merupakan jalur/area wisata khususnya wisata kuliner yang banyak dikunjungi wisatawan Bandung maupun wisatawan dari luar Bandung sehingga wilayah ini telah terdapat wisatawan yang berkunjung untuk berwisata. Sehingga menjadi potensi untuk membuat tempat wisata lainnya. b. Terdapat cukup banyak ruang publik dan fungsi pendidikan seperti Taman

Pramuka yang dijadikan ruang publik serta berfungsi sebagai bangunan pendidikan bagi para remaja pramuka. Oleh sebab itu lokasi ditempatkan tidak jauh dari tempat ini.

c. Belum terdapatnyanya museum di area jalan R.E Martadinata ini sehingga bangunan Museum ini dapat berdiri sendiri untuk menjadi museum Nasional. Penentuan lokasi ;


(29)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

a. Aksesibilitas yang strategis berada di wilayah Cibeunying. b. Merupakan jalur arteri

c. Merupakan wilayah untuk fungsi wisata dan fungsi pendidikan.

B. Rona lingkungan

KLB : 1.5

KDB : 60%

GSB : 5 m

Luas lahan : 2 hektar

Luas lantai yang boleh : 60x2 = 1,2 hektar Terbangun

Luas bangunan yang : 1,5x2 = 3 hektar Boleh terbangun

Batas wilayah ;

a) Utara : Jalan Diponegoro, restoran

b) Selatan : Jalan Dahlia, area perumahan dan restoran. c) Timur : Jalan Anggrek, area restoran dan toko d) Barat : Jalan Gandapura, area perumahan

C. Elaborasi Tema

C.1. Pengertian

Historical memiliki arti berhubungan dengan sejarah. Historical berasal dari kata History yang artinya sejarah.

Sejarah menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :

▪ Menurut Nugroho Notosusanto :


(30)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

- Sejarah dapat memberikan pelajaran di masa sekarang dan masa depan.

- Sejarah dapat dijadikan media pembelajaran untuk mempelajari sesuatu yang

lampau.

▪ Menurut Moh.Hatta sejarah bukan sekedar kejadian di masa lampau, sejarah dapat menjadi isi dari problematika yang terjadi saat ini dan di masa depan.

Jadi historical yaitu menghubungkan dengan sejarah dalam konteks ruang dan waktu, sehingga dapat menjadi sebuah pemahaman secara langsung sebab dikaitkan dengan ruang dan waktu sejarah.

C.2. Interpretasi tema

Oleh karena proyek ini merupakan museum sejarah maka dari itu tema yang diambil untuk proyek ini adalah historical arsitektur yakni museum ini dapat mengedukasi dengan cara mengembalikan suasana dan warna seperti saat waktu itu sedang berlangsung. Museum ini merupakan museum sejarah peristiwa, maka dari itu semua hal yang berada di museum sedapat mungkin konteksnya harus dihubungkan dengan konteks sejarah peristiwa sehingga dapat membawa psikologis manusia untuk dibawa ke ruang dan waktu tersebut.


(31)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 3.3 Ilustrasi interpretasi tema Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kesimpulan dari historical ini yakni ingin mengingat kembali hal-hal yang ada dimasa lampau untuk dipelajari dimasa sekarang yang berhubungan dengan konteks peristiwa yang berlangsung dimasa lampau.

C.3. Studi bandung tema sejenis

- Jewish Museum in Germany atau Museum Yahudi di Jerman, Daniel Libeskind

Bangunan ini merupakan proyek yang telah dibangun sejak lama namun baru selesai pada tahun, museum ini merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat wisata edukasi di Jerman dengan kasus pembantaian Holocaust oleh pasukan NAZI Jerman terhadap kaum Yahudi dan peradaban Yahudi di Jerman.

Sejarah pembantaian atau lebih dikenal dengan istilah Holocaust yang diperintahkan oleh Hitler pada saat itu telah membangun sejarah yang begitu krusial. Bagaimana keadaan yang begitu mengerikan saat terjadinya pembantaian yang


(32)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

dilakukan oleh pasukan NAZI dibawah kepemimpinan Adolf Hitler telah dituangkan kedalam museum ini, bangunan yang didesain oleh Daniel Libeskind merupakan hasil kompetisi dimana Libeskind mengalahkan 165 peserta lainya.

Bangunan ini merupakan pengingat akan kisah kelam masa pembantaian Adolf Hitler terhadap Yahudi di Jerman, terlihat dalam bentuk dan ruang yang terdapat dalam museum ini. Bentuk jendela yang terlihat seperti goresan memberikan kesan bagaikan kilat yang menyambar dan ruang-ruang yang banyak melewati terowongan, ruang-ruang hampa atau kosong dan terdapat ruang Holocaust yang mengingatkan kembali akan sejarah kelam yang pernah terjadi ditanah Jerman terhadap kaum Yahudi. Bangunan ini dibuat untuk dapat mengambil hikmah dibalik kejadian ini yakni jangan ada pembantaian oleh manusia terhadap manusia lainnya.

Gambar 3.4 Jewish Museum

Sumber : www.archdaily.com/jewishmuseum

- Museum Tsunami Aceh, Ridwan Kamil

Bangunan ini merupakan museum yang ditujukan setelah peristiwa Museum Tsunami Aceh, untuk mengingatkan kembali bahwa Aceh pernah mengalami bencana


(33)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

yang dahsyat yaitu Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam agar generasi yang akan datang tidak lupa dan bisa belajar dari sejarah.

Bencana tsunami silam telah menimbulkan dampak yang sangat besar tidak hanya secara fisik maupun non-fisik oleh karena itu pemerintah ingin agar peristiwa ini tetap dikenang dan dapat diambil hikmahnya, maka dibuatlah sayembara arsitektur untuk merancang Museum Tsunami ini. Dari sekian banyak peserta yang mengikutinya, Ridwan Kamil memenangkan kompetisi. Ruang-ruang yang diberikan membawa pengunjung saat peristiwa tsunami Aceh terjadi dan terdapat media interaktif berupa monitor yang dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai bencana tsunami dan cara menyelamatkan diri bila terjadi tsunami.

Gambar 3.5 Museum Tsunami Aceh Sumber : www.museumtsunami.blogspot.com

Kedua bangunan yang telah diuraikan di atas merupakan museum dengan tema yang sejenis yaitu sama-sama ingin menghadirkan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau lalu disajikan ulang dalam bentuk simulasi-simulasi ruang sehingga dapat dirasakan, dipahami dan dipelajari secara langsung. Walaupun keduanya merupakan peristiwa yang berbeda namun keduanya mempunyai satu aspek yakni bencana, baik dari museum Yahudi maupun Museum Tsunami kedua perancang yakni Libeskind maupun Ridwan Kamil memberikan maksud agar sejarah dapat dipelajari untuk diambil hikmahnya sehingga di masa yang akan datang keadaan menjadi lebih baik lagi.


(34)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Sintesis :

Tabel 3.1 Sintesis Kaji Banding Tema

No. Kajian Kesimpulan

1. Tujuan Untuk mengedukasi mengenai peristiwa yang

terjadi di masa lampau dan memberikan pelajaran kedepannya.

2. Ruang Memberikan kesan ruang dan suasana ruang sesuai

dengan konteks sejarah yang terjadi pada masa lampau untuk mempengaruhi secara psikologis sehingga pengunjung yang datang dapat merasakan peristiwa tersebut dengan cara yang berbeda.

C.4. Konsep tema pada desain

Tema arsitektur historical diterapkan dalam desain yaitu di terapkan dalam :

- Nuansa - Suasana - Warna

Gambar 3.6 Gambar konsep tema Sumber : Analisis Pribadi


(35)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Untuk dapat mengingat kembali peristiwa sejarah yang menjadi kasus, diterapkan pada :

a. Nuansa, yaitu dengan memberikan kesan ruang sesuai dengan keadaan sejarah yang terjadi pada masa lampau.

b. Suasana, yaitu dengan memberikan ornament yang dapat memberikan kesan ruang sesuai dengan sejarah yang terjadi pada masa lampau.

c. Warna, yaitu dengan menerapkan warna untuk menerapkan efek psikologis tertentu sehingga dapat memberi kesan tertentu pada setiap ruang.


(36)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Konsep Dasar

Konsep dasar merupakan turunan dari tema historical yang diambil. Untuk dapat menterjemahkan sejarah sebagai kasus dalam rangcangan bangunan maka sejarah yang umumnya berupa tulisan harus diubah kedalam bentuk ruang dan suasana. Maka konsep yang diambil yaitu transformasi, untuk lebih mengetahui inti dari konsep ini maka kata ini harus diartikan terlebih dahulu. Menurut Josef Prijotomo transformasi adalah perubahan dari benda asal menjadi benda jadiannya (perubahan bisa memiliki kesamaan atau tidak memiliki kesamaan). Menurut KBBI transformasi merupakan perubahan bentuk dengan mengandung makna yang sama.

Dalam hal ini diinterpretasikan bahwa transformasi adalah merubah kasus sejarah perjuangan rakyat Indonesia kedalam bentuk ruang untuk menyampaikan pelajaran dan pesan kepada pengunjung. Dalam implementasinya konsep transformasi adalah menggambarkan kejadian atau peristiwa sehingga dapat membantu menganalogikan peristiwa. Peristiwa atau kejadian dirubah kedalam bentuk visual yaitu ruang, kemudian untuk menentukan ruang dibuatlah kriteria ruang. Di bawah ini merupakan langkah untuk mendapatkan kriteria ruang.

Diagram 5.1 Rumus kriteria ruang

Sumber : Hasil Perencanaan

PERISTIWA KEADAAN KRITERIA RUANG


(37)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Sebelum menetukan kriteria ruang maka ditentukan terlebih dahulu peristiwa yang diambil dari kasus sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Sejarah yang diambil yaitu dari periode awal kebangkitan nasional sampai revolusi. Apabila diuraikan maka pada periode tersebut memiliki sifat semangat awal yang ditandai oleh kebangkitan nasional, perjuangan pada masa penjajahan dan semangat baru pada saat revolusi. Berikut ini merupakan uraian dari periode sejarah yang diambil :

Diagram 5.2 Periode Sejarah

Sumber : Analisis Pribadi

Tabel 5.1 Hasil Kriteria Ruang

Berikut ini merupakan tabel yang berisi dasar dari kriteria ruang :

Peristiwa Keadaan Kriteria Ruang

1 Kebangkitan Nasional Semangat persatuan atau mendapat semangat awal dari perjuangan untuk lepas dari penjajahan.

- Ruang

menghadirkan semangat persatuan dan kesatuan.

- Warna merah sebagai unsur

1

2

3

4

5

6

KETERANGAN 1 : Kebangkitan Nasional 2 : Penjajahan Belanda 3 : Peralihan Kependudukan 4 : Pendudukan Jepang 5 : Kemerdekaan Indonesia 6 : Revolusi


(38)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

penyemangat.

2 Penjajahan Belanda Perjuangan - Ruang yang

memberikan

suasana perjuangan yang bertahap

3 Peralihan

kependudukan

Kebingungan atau

ketakutan yang

disebabkan adanya

serangan dari Jepang kepada Belanda di Nusantara.

- Ruang memberi kesan bingung atau suasana yang mencekam

- Warna pucat atau gelap

4 Pendudukan Jepang Kesengsaraan dan

perjuangan

- Ruang yang memberikan kesan kesakitan dan dingin

- Suasana yang dingin

5 Kemerdekaan Kebahagiaan dan

kebebasan

- Warna putih sebagai babak baru

6 Revolusi Semangat baru - Suasana ruang yang

memberikan kesan perjuangan baru

Sumber : Hasil Perencanaan

B. Konsep Perencanaan Tapak

Berdasarkan konsep perancangan, museum ini dirancang secara alur sehingga berurutan dari periode kebangkitan nasional sampai periode revolusi. Hal ini didasarkan agar pengunjung bisa memahami materi secara utuh tanpa terfragmentasi.


(39)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Oleh karena itu dengan konsep alur ini sejarah yang runut dapat dipresentasikan secara utuh.

Gambar 5.1 Alur mengalir Sumber : Hasil Perencanaan

Sesuai dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang panjang, maka alur pun dibuat memanjang untuk menampung materi yang akan dimasukan kedalam ruang-ruang dalam museum ini.

Gambar 5.2 Alur mengalir dalam tapak Sumber : Hasil Perencanaan

Pertama alur diletakan kedalam tapak, alur yang panjang mewakili sejarah bangsa Indonesia yang panjang.


(40)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 5.3 Alur mengalir dalam tapak dibelokan Sumber : Hasil Perencanaan

Kedua alur dibelokan, untuk memberikan kesan dan pengalaman ruang bahwa sejarah bangsa Indonesia mempunyai banyak lika-liku atau rintangan dalam membuat satu peradaban yang lebih baik.

Gambar 5.4 Alur mengalir dalam tapak akhir Sumber : Hasil Perencanaan

Setelah diletakan terhadap tapak kemudian didapatkan bentuk denah bangunan, dan ditentukan area masuk dan area keluar. Di tengah merupakan area masuk dan ujung dari alur merupakan area keluar bangunan. Area masuk ditempatkan ditengah pertama agar akses pengunjung dari jalan R.E Martadinata tegak lurus dan langsung


(41)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

ke tengah bangunan. Kedua agar akses dari parkir pengunjung lebih dekat. Area masuk dan keluar diletakan tidak terlalu jauh sehingga mempunyai titik kumpul sehingga memudahkan akses untuk mencari sesame pengunjung. Untuk alur ruang berurutan dari titik awal sampai akhir.

Gambar 5.5 Hasil alur mengalir membentuk alur denah & bentuk denah Sumber : Hasil Perencanaan

Untuk sirkulasi kendaraan masuk ditempatkan di jalan R.E Martadinata kemudian sirkulasi keluar ditempatkan ditiap sisi tapak. Untuk area parkir pengunjung ditempatkan dekat area masuk sehingga memudahkan akses saat mencari tempat parkir, lalu area keluar ditempatkan menuju jalan anggrek. Untuk parkir pengelola berada di belakang bangunan dengan akses keluar menuju jalan gandapura.


(42)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 5.6 Konsep tapak Sumber : Hasil Perencanaan

Bangunan museum ini merupakan ruang public sehingga area depan dirancang ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai ruang berkumpul pengunjung museum. Selain itu, dengan luasnya ruang tersebut akan memberi pengalaman ruang terlebih dahulu sebelum pengunjung masuk ke dalam bangunan. Ruang terbuka hanya dapat diakses oleh manusia, sehingga tidak bersilangan dengan sirkulasi kendaraan.

C. Konsep Perancangan Bangunan

Secara umum alur yang diterapkan ke dalam konteks museum sejarah ini yaitu menerus, kemudian berkaca terhadap kasus sejarah periode dari kebangkitan nasional sampai revolusi. Terdapat 3 periode yang mewakili suasana peristiwa secara keseluruhan, yaitu periode kebangkitan nasional, penjajahan sampai kemerdekaan


(43)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

dan revolusi. Bila diuraikan maka 3 periode itu memiliki suasana semangat, perjuangan, semangat baru.

Sehingga untuk mendapatkan efek psikologis sehingga yaitu mendapatkan semangat di awal untuk siap-siap menghadapi materi yang berat yaitu penjajahan dan kemudian mendapatkan semangat baru kembali saat menjelajahi sejarah revolusi. Oleh karena itu, diterapkan alur dari bawah ke atas jadi lantai terakhir merupakan puncak dari perjalan sejarah dalam museum ini. Pengunjung akan terbawa mengalir kepada suasana dengan ritme yang naik dengan stabil.

Gambar 5.7 konsep ruang vertikal Sumber : Hasil Perencanaan


(44)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Berikut merupakan alur yang diterapkan pada rancangan bangunan, jadi alur pertama dari bawah sampai ke atas di akhir. Sehingga menunjukkan perjalanan sejarah bangsa yang naik dari awal kebangkitan nasional sampai pada revolusi, kemudian puncaknya pada lantai akhir yaitu pada masa revolusi.

Gambar 5.8 konsep ruang vertical 2 Sumber : Hasil Perencanaan


(45)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 5.9 konsep kombinasi alur dan ruang Sumber : Hasil Perencanaan

Gambar 5.10 Ruang Vertikal Sumber : Hasil Perencanaan

Lantai bangunan ini didasarkan pada 3 masa besar dalam perjalanan sejarah Indonesia yaitu kebangkitan nasional yang menyiratkan semangat baru dan penjajahan yang menyiratkan perjuangan dan masa revolusi yang menyiratkan semangat baru. Sehingga pada lantai pertama suasananya semangat , lantai dua suasananya perjuangan dan lantai terakhir semangat awal.


(46)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG D. Konsep Modul Perancangan

Gambar 5.11 Modul Sumber : Hasil Perencanaan

Berdasarkan analisis modul perancangan yakni mengacu pada lobby dengan alternative pilihan 10x10, dikombinasikan dengan bentang lebar sehingga tidak terdapat banyak kolom yang menghabat sirkulasi pengunjung museum. Maka modul bangunan yang mendekati yaitu 10x10, namun dengan pertimbangan bahwa sirkulasi pengunjung museum harus berada di jarak yang cukup antar pengunjung lain maka modul diperbesar menjadi 10x10 untuk modul utama dan terdapat modul lain yang lebih besar yakni 12x10m.


(47)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

E. Konsep Bentuk, fungsi dan interior

E.1. Bentuk

Gambar 5.12 Konsep bentuk 1 Sumber : Hasil Perencanaan

Berawal dari bentuk denah yang telah ditentukan dalam konsep tapak, yaitu dengan mengikuti alur sehingga ruang yang dilalui mengikuti alur.

Gambar 5.13 Konsep bentuk 2 Sumber : Hasil Perencanaan

Kemudian denah ditarik keatas untuk mengisi massa bangunan yang ada. Bangunan ditentukan 3 lantai mengikuti konsep rancangan bangunan yaitu 3 lantai untuk mendapatkan suasana lantai 1, lantai 2 dan lantai 3 yang berbeda-beda.


(48)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 5.14 Konsep bentuk 3 Sumber : Hasil Perencanaan

Kemudian terdapat bagian yang dihilangkan sehingga bangunan terlihat naik dari awal sampai akhir. Apabila dilihat dari titik awal sampaii titik akhir, titik awal berada di alaur awal dan titik akhir berada di lantai 3 alur akhir.

Gambar 5.15 Konsep bentuk 4 Sumber : Hasil Perencanaan


(49)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Kemudian bagian atap yang dihilangkan diberi bentuk tanjakan sehingga alur naik dengan perlahan tanpa adanya kesan patahan.

Gambar 5.16 Konsep bentuk 5 Sumber : Hasil Perencanaan

Setelah itu bangunan diberi bukaan yang dianalogikan sebagai alur sehingga apabila pengunjung melihat fasad bangunan akan melihat bukaan yang dibuat dari bawah dan naik ke atas seakan-akan ada ilusi yang mengajak mata manusia untuk menuju ke atas.

Gambar 5.17 Konsep bentuk 6 Sumber : Hasil Perencanaan


(50)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Bagian bukaan atas diterapkan kaca kemudian untuk bukaan lantai satu diberi aksen penutup berbentuk garis untuk memberi ilusi mengalir terhadap pengunjung yang melihatnya.

E.2. Fungsi

Berdasarkan periode-periode sejarah yang telah ditetapkan dan dikelompokan menjadi 6 periode sejarah yang akan menjadi sub-kasus. Untuk dapat menjelajahi peristiwa tersebut maka peristiwa dibuat runut dan alur pengunjung dibuat berhubungan satu dengan lainnya sehingga dapat mengalir tanpa terputus.

Gambar 5.18 Konsep Ruang Sumber : Hasil Perencanaan

Jadi teorinya ialah setiap alur dari pengunjung akan ditangkap oleh ruang yang memberikan materi, begitu seterusnya sampai pada periode akhir. Alur dibuat mengelilingi ruang tersebut dengan penyelesaian desain tertentu sehingga alur dapat ditangkap oleh ruang-ruang yang telah dirancang.


(51)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 5.19 Konsep Ruang 2 Sumber : Hasil Perencanaan


(52)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 5.20 Konsep Ruang 3 Sumber : Hasil Perencanaan

E.3. Interior

Konsep ini merupakan penjabaran dari konsep ruang yang telah direncanakan, dari lobby terdapat aksen penentu arah ditengah-tengah yang berfungsi sebagai penunjuk jalan. Alur pertama dimulai dengan ruang kebangkitan nasional yang diisi dengan diorama diletakkan disamping mengelilingi ruang, tujuannya agar pengunjung dapat memahami dengan jelas peritiwa dengan penyampaian yang sederhana melalui miniatur peristiwa.


(53)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Setelah itu, sebelum mengunjungi area penajajahan pengunjung dipersiapkan melewati ramp yang diberi materi pengantar sejarah penjajahan Belanda pada dinding. Jadi pengunjung dapat berjalan sambil menikmati sajian materi yang diberikan didinding ruang ramp. Kemudian pengunjung langsung tertuju ke ruang exhibition yakni ruang pameran sementara, fungsinya untuk ruang pameran yang diadakan sementara.

Lalu ruang penjajahan Belanda dirancang dengan menggunakan dinding-dinding panel yang dapat diterapkan materi berupa gambar dan artefak. Apabila telah selesai memasuki daerah ini maka pengunjung ditangkap oleh ruang peralihan, ruang ini akan menjembatani peristiwa peralihan kependudukan dengan memberi efek psikologis ruang sehingga pengunjung dapat mengambil esensinya.

Setelah itu dalam area sejarah pendudukan Jepang ditempatkan ruang romusha terlebih dahulu sebab sejarah ini merupakan materi penting yang harus disampaikan kepada pengunjung, ruangan ini akan dirancang sesuai dengan kondisi keadaan para romusha yakni dingin mewakili penderitaan pada saat para pekerja diperintah oleh bala tentara dai Nippon.

Ruang selanjutnya yaitu sejarah pendudukan Jepang yang diisi dengan materi yang dibentuk dalam panel cerita, kemudian untuk mewakili keadaan pada saat peristiwa kependudukan Jepang ruangan diberikan suasana terkekang sama seperti keadaan saat itu bahwa masyarakat Indonesia tidak bisa memilih pilihan apapun kecuali menuruti kemauan mereka. Jadi pengunjung akan mendapat pesan bahwa pada saat pendudukan Jepang rakyat benar-benar seperti terkekang.

Setelah itu langsung lah keluar dari ruangan sejarah pendudukan Jepang, suasana yang diberikan akan seperti bebas yang mengartikan kemerdekaan negara Indonesia. Untuk memberikan efek-efek psikologis kemenangan maka akan diberikan bukaan agar cahaya masuk yang mewakili secercah harapan.

Lalu terakhir ruang revolusi, pada saat ini perjuangan bangsa Indonesia belum berakhir karena bangsa harus jatuh bangun membangun negara secara mental dan fisik. Oleh karena itu bangsa dan negara belum benar-benar berdiri tegak.


(54)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 5.21 Konsep Interior Sumber : Hasil Perencanaan


(55)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 5.22 Konsep Interior Sumber : Hasil Perencanaan


(56)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG


(57)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Sumber : Hasil Perencanaan

F. Konsep Struktur dan Konstruksi

Untuk menyiasati kebutuhan dari ruang museum yang membutuhkan ruang yang luas, maka konsep struktur yang diterapkan pada bangunan ini ialah struktur bentang lebar sehingga tidak kolom ditempatkan di setiap siisi bangunan saja agar sirkulasi ruang dalam tidak terganggu oleh adanya kolom yang terlalu banyak. Material baja Wf yang digunakan untuk menerapkan konsep bentang lebar ini, antara lain baja wf ukuran 400x400mm untuk kolom dan baja wf ukuran 588x300. Kemudian atap pun menyesuaikan dengan menggunakan struktur atap ruang dengan material pipa baja berukuran 4’’.

Gambar 5.24 Konsep Struktur Sumber : Hasil Perencanaan

Modul yang dipakai dalam bangunan yaitu 10m x 12m dan 10m x 10m, oleh sebab itu kolom baja akan diperkuat dengan menggunakan beton bertulang sehingga struktur bangunan menjadi lebih kuat dengan perhitungan beton yang disesuaikan.


(58)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Atap menggunakan struktur rangka ruang dengan material pipa baja 4’’ dengan

modul 2x3m dan tinggi atap 1.5m.

Gambar 5.25 Konsep Struktur 2 Sumber : Hasil Perencanaan

Berikut ini merupakan struktur bangunan yang kedua, yaitu struktur beton yang menyelimuti struktur baja. Plat lantai dirancang dengan menggunakan sistem waffle slab, sebab jarak antar kolom struktur yang lebar. Modul waffle slab ini dirancang dengan menggunakan dimensi 224x235 cm dan dimensi balok 40x30cm.


(59)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 5.26 Konsep Struktur 3 Sumber : Hasil Perencanaan

Gambar di atas merupakan perhitungan rumus kolom beton bertulang, kemudian diperkuat dengan menggunakan baja wf. Sehingga struktur bangunan lebih kuat dan untuk menghindari pergerakan bangunan yang disebabkan oleh karena factor eksternal.


(60)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG G. Konsep Bahan Bangunan

Gambar 5.27 Bahan bangunan Sumber : Hasil Perencanaan

Bangunan ini menggunakan sistem bentang lebar maka material untuk struktur digunakan baja, seperti pada struktur atap menggunakan baja pipa lalu dibuat struktur rangka ruang untuk menyamakan konsep ruang yang menggunakan sistem bentang lebar.

Untuk dinding luar bangunan menggunakan alumunium composite panel yang berfungsi sebagai penahan cuaca dan berfungsi sebagai elemen estetika. Kelebihan dari ACP ini yaitu dapat dibentuk dengan mudah sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk yang dirancang.

Untuk dinding dalam bangunan menggunakan bata hebel atau bata ringan sehingga beban pada lantai atas tidak terlalu berat jika dibanding menggunakan bata merah. Ukuran bata ringan yang dipakai yaitu 60 cm x 10 cm t = 20 cm.


(61)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Untuk bukaan digunakan kaca laminasi karena dimensi yang dibutuhkan besar, jenis ini memiliki kelebihan jika pecah akan tetap menyatu sebab kaca telah dilapisi lapisan luar sehingga lapisan dalam hanya aka retak. Kelebihan tersebut didasarkan pada ukuran bukaan yang besar. Kelebihan dari kaca laminasi ini adalah mampu mengontrol transmisi suara sehingga dapat mengontrol suara yang berasal dari luar ke dalam. Mampu menyaring sinar ultra violet dari luar ke dalam. Ukuran yang diterapkan dalam rancangan ini adalah 3 x 2,1 m yang kemudian disesuaikan dengan ruang yang ada.

Atap menggunakan bahan alumunium composite panel hal ini didasarkan untuk menyelaraskan fasad bangunan dengan atap. Selain itu bahan ini memiliki kelebihan yang mudah dibentuk dan tahan lama. Untuk atap alumunium composite panel

dilapisi oleh lapisan tambahan yaitu lapisan polister sehingga lebih tahan terhadap cuaca dan api.

Sistem rangka ruang yang diterapkan pada atap didasarkan pada bentang lebar,

maka bahan yang digunakan yaitu baja pipa bulat dengan diameter 4 ‘’ untuk rangka utama dan 3,5 ‘’ untuk rangka diagonal.

H. Konsep mekanikal elektrikal

Sumber listrik selain berasal dari PLN juga menggunakan ruang genset sebagai cadangan listrik bila terjadi keadaan darurat, ruang genset yang ditempatkan di ruang service agar tidak terjadi kebisingan. Untuk genset diterapkan dengan kapasitas daya 650 – 1500 kVA yang merupakan kapasitas daya besar untuk bangunan-bangunan publik. Kemudian bahan bakar menggunakan energi solar yang merupakan energi paling tinggi ± 10 kWh/ liter.

Rencana Skema sumber listrik

Sumber Listrik PLN Generator Sebagai cadangan Kebutuhan listrik tiap ruangan


(62)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Sumber : Analisis pribadi

Gambar 5.28 Ruang genset Sumber : dokumentasi pribadi

Daya genset 650 – 1500 kVA maka kebutuhan ruang berdasarkan standar ruangan genset yaitu 10 x 5 m dengan ukuran genset 4 x 2,2 m. Maka ruangan diterapkan 8 x 8 m sehingga genset tetap memenuhi standar ruang. Untuk meredam suara bising dan panas yang dihasilkan dari genset ini maka dinding dipertebal dengan ketebalan 30 cm. Untuk uap yang dihasilkan dari generator ini maka ruang diletakan tidak jauh dari area luar bangunan sehingga pipa uap buangan dapat dikeluarkan dengan meminimalisir jarak dan waktu tempuh.

Bangunan ini menggunakan sirkulasi vertikal lift atau elevator yang berfungsi

untuk sirkulasi bagi pengunjung difabel. Daya angkut yang diterapkan yaitu ≥ 15 orang dalam satu lift atau kapasitas berat 1600 dengan kabin 1,5 x 2,2 m dan luas terowongan 2,1 x 2,3 m.


(63)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Gambar 5.29 Mekanikal elektrikal Sumber : Hasil Perencanaan


(64)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG Utilitas air buangan

Air buangan dibagi kedalam 2 jenis antara lain :

- Air kotor → Berasal dari toilet dan urinoir

- Air bekas →Berasal dari wastafel ● Perhitungan kapasitas septictank

Asumsi jumlah orang dari pengelola :

51 orang = 40 % (asumsi) x 51 orang = 21 orang

Asumsi jumlah pengunjung :

5% dari jumlah pengunjung per/hari = 5 % x 500 = 25 orang

Jumlah pemakai = 21 + 25 = 46 orang

Alokasi septictank 2 buah = 46 orang : 2 = 23 orang Dibulatkan = 25 orang/septictank

Proses mineralisasi = 60(daerah panas) – 100(daerah dingin) Proses mineralisasi standar = 75 hari

Waktu pengurasan = 1 – 4 tahun Diambil 2 tahun sebagai standar Lumpur matang 30 liter/orang

→ Jumlah lumpur dalam 2 tahun : 25 (orang) x 2 )tahun) x 30 Liter = 1500 L

Proses mineralisasi : 20 (orang) x 75/365 x 30 Liter = 154,1 L Kapasitas lumpur : 1500 + 154,1 = 1654 L

Kapasitas ruang air : 3 (hari) x 25 (orang) x 25 (air pengontor) x 1 L = 1875


(65)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

● A x ½ A x 1,5 = 3529 L = 35290 m³ 0,75 A x A = 3529 L

A = 2,25 (panjang)

B = 1,125 (lebar)

T = 1,5 (minimal) + 40 cm (air bekas) = 2 m Jadi volume septictank 2,25 x 1,125 x 2 m

Rencana Skema Utilitas Air Buangan

Sumber : Rancangan Pribadi

Rencana Skema Utilitas Air Buangan Atap

Sumber : Rancangan Pribadi

Utilitas air bersih

Jumlah pengunjung per/hari = 500 hari

Koefisien air pengontor = 25 L

Asumsi 50 % memakai 500 x 50 % = 250 orang/hari Jumlah kebutuhan air pengontor = 6250 Liter/hari


(66)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Mengunakan tangki silinder karet = Dimensi TB 110 Kapasitas 1050 Liter

D = 1,060 m ; t = 1,2 m

● Kebutuhan air darurat

Hydrant halaman + hydrant gedung, berdasarkan SNI 03-1735-2000 Pasokan air minimal 2400 L/menit

Mengalirkan air mineral 45 menit Pasokan air minimal 400 L/menit

→ Asumsi kebutuhan air 20 menit = 2400 x 20 = 48000 L

Dibagi 3 titik reservoir bawah = 48000 : 3 = 16000 L

Jumlah satu tangki reservoir bawah : 3125 + 16000 = 20000 L = 2000 m³

Rencana Skema Utilitas Air Bersih


(67)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

I. Konsep perancangan lanskap

Tanaman yang diterapkan dalam rancangan bangunan museum ini disesuaikan dengan fungsi masing-masing. Untuk pohon peneduh diterapkan pohon kiara payung dengan fungsi untuk memberikan buffer terhadap sinar dan panas matahari secara langsung dari atas. Jenis tanaman ini ditempatkan di titik-titik area parkir dan area pinggir bangunan.

Berikut ini karakteristik dari pohon kiara payung :

- Tinggi 4 – 8 meter.

- Diameter maksimal 10 mete.r

- Memiliki daun yang rimbun.

- Memiliki batang yang kuat.

- Memiliki perakaran yang tidak melebar sehingga tidak merusak jalan. Berikut ini fungsi dari pohon kiara paying :

- Pengarah angin.

- Melindungi dari teriik matahari dan polutan.

- Mengurangi kebisingan yang berasal dari jalan.

- Mendinginkan suhu.


(68)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Sumber : http://nurserinyaeka.blogspot.com/2010/08/kiara-payung-normal-0-false-false-false.html

Lalu dterapkan pohon cemara yang berfungsi sebagai pohon pengarah pada jalur yang cukup panjang. Pohon cemara memiliki keunikan tersendiri yaitu dalam hal estetika sehingga dapat menambah nilai estetis ruang. Selain berfungsi sebagai pohon perindang.

Berikut ini karakteristik dari pohon cemara :

- Akar tunggang sehingga tidak merusak jalan.

- Berbentuk kerucut dan tidak terlalu lebar. Berikut ini fungsi dari pohon cemara :

- Sebagai pohon perindang.

- Sebagai peredam kebisingan.

- Sebagai pengarah jalur.

- Mendinginkan suhu.

- Memberikan nilai estetika.

Gambar 5.31 Pohon cemara Sumber : dokumentasi pribadi


(69)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Area luar museum terlindungi oleh pohon yang dapat memberikan efek teduh, meredam kebisingan dan menurunkan suhu. Hal ini dapat memperkuat fungsi museum sebagai ruang publik bagi para pengunjung yang datang.

-Gambar 5.32 Konsep lansekap Sumber : Hasil Perencanaan

Ruang terbuka diberikan untuk memberikan ruang publik bagi para pengunjung, selain itu fungsinya untuk memainkan skala ruang jadi bangunan yang besar akan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melewat ruang terbuka yang luas sehingga efek museum sebagai ruang publik akan terasa. Selain berfungsi sebagai tempat berkumpul bagi para pengunjung, halaman-halaman yang luas ini difungsikan sebagai titik berkumpul bila sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.


(70)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Gambar 5.33 Konsep ruang publik Sumber : Hasil Perencanaan


(71)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

Daftar Pustaka

Chiara, J.D & Callender, J. (1983). Times Saver Standars For Building Types. Singapore : Mc Graw Hill

Neufert. E. (1996). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Neufert. E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Notosusanto, N. & Pusponegoro, M.D (2008). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Priambodo, Heriadi, dkk. (1992). Tipologi Museum. Bandung : ITB

Ramelan, R & Busono, T. (2011). “Diktat Utilitas Bangunan-Air Minum”. Diktat Utilitas Bangunan.

Suparno. (2008). Teknik Gambar Bangunan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Sutrisno, R. (1984). Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern

Tamrin, A.G. (2008). Teknik Konstruksi Bangunan Gedung. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


(72)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Morisson, J. (2013). Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Menarik Minat Wisatawan Berkunjung di Museum Sri Baduga. Bandung : Perpustakaan UPI

Noprianti, G. (2014). Hubungan Program Event Dengan Loyalitas Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika Bandung. Bandung : Perpustakaan UPI

https://museumku.wordpress.com/sejarah-museum/ [online] di akses tanggal Maret 2015

https://museumku.wordpress.com/2010/04/14/bagaimana-mendirikan-sebuah-museum/ [online] di akses tanggal Maret 2015

www.museumtsunami.blogspot.com [online] di akses tanggal Maret 2015

Andrew Kroll. AD Classics: Jewish Museum, Berlin / Daniel Libeskind. [Online]. Tersedia : www.archdaily.com/jewishmuseum [23 Maret 2015]

Jewish Museum Berlin. [Online].

Tersedia : www. http://libeskind.com/work/jewish-museum-berlin/ [30 Maret 2015]

PRLM. (2012). “Pengunjung Sejumlah Museum di Bandung Meningkat”. Pikiran Rakyat Online [23 Maret 2015]

Tersedia : http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2012/03/07/179730/pengunjung-sejumlah-museum-di-bandung-meningkat [23 Maret 2015]

Ervina/Kidnesia: Apa itu Museum ?. [Online].

Tersedia : http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Dari-Nesi/Sekitar-Kita/Pengetahuan-Umum/Apa-Itu-Museum [23 Maret 2015]


(1)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I. Konsep perancangan lanskap

Tanaman yang diterapkan dalam rancangan bangunan museum ini disesuaikan dengan fungsi masing-masing. Untuk pohon peneduh diterapkan pohon kiara payung dengan fungsi untuk memberikan buffer terhadap sinar dan panas matahari secara langsung dari atas. Jenis tanaman ini ditempatkan di titik-titik area parkir dan area pinggir bangunan.

Berikut ini karakteristik dari pohon kiara payung :

- Tinggi 4 – 8 meter.

- Diameter maksimal 10 mete.r

- Memiliki daun yang rimbun.

- Memiliki batang yang kuat.

- Memiliki perakaran yang tidak melebar sehingga tidak merusak jalan. Berikut ini fungsi dari pohon kiara paying :

- Pengarah angin.

- Melindungi dari teriik matahari dan polutan.

- Mengurangi kebisingan yang berasal dari jalan.

- Mendinginkan suhu.


(2)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : http://nurserinyaeka.blogspot.com/2010/08/kiara-payung-normal-0-false-false-false.html

Lalu dterapkan pohon cemara yang berfungsi sebagai pohon pengarah pada jalur yang cukup panjang. Pohon cemara memiliki keunikan tersendiri yaitu dalam hal estetika sehingga dapat menambah nilai estetis ruang. Selain berfungsi sebagai pohon perindang.

Berikut ini karakteristik dari pohon cemara :

- Akar tunggang sehingga tidak merusak jalan.

- Berbentuk kerucut dan tidak terlalu lebar. Berikut ini fungsi dari pohon cemara :

- Sebagai pohon perindang.

- Sebagai peredam kebisingan.

- Sebagai pengarah jalur.

- Mendinginkan suhu.

- Memberikan nilai estetika.

Gambar 5.31 Pohon cemara Sumber : dokumentasi pribadi


(3)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Area luar museum terlindungi oleh pohon yang dapat memberikan efek teduh, meredam kebisingan dan menurunkan suhu. Hal ini dapat memperkuat fungsi museum sebagai ruang publik bagi para pengunjung yang datang.

-Gambar 5.32 Konsep lansekap Sumber : Hasil Perencanaan

Ruang terbuka diberikan untuk memberikan ruang publik bagi para pengunjung, selain itu fungsinya untuk memainkan skala ruang jadi bangunan yang besar akan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melewat ruang terbuka yang luas sehingga efek museum sebagai ruang publik akan terasa. Selain berfungsi sebagai tempat berkumpul bagi para pengunjung, halaman-halaman yang luas ini difungsikan sebagai titik berkumpul bila sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.


(4)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 5.33 Konsep ruang publik


(5)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Chiara, J.D & Callender, J. (1983). Times Saver Standars For Building Types. Singapore : Mc Graw Hill

Neufert. E. (1996). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Neufert. E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Notosusanto, N. & Pusponegoro, M.D (2008). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Priambodo, Heriadi, dkk. (1992). Tipologi Museum. Bandung : ITB

Ramelan, R & Busono, T. (2011). “Diktat Utilitas Bangunan-Air Minum”. Diktat Utilitas Bangunan.

Suparno. (2008). Teknik Gambar Bangunan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Sutrisno, R. (1984). Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern

Tamrin, A.G. (2008). Teknik Konstruksi Bangunan Gedung. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


(6)

R. Arry Swaradhigraha, 2015

MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Morisson, J. (2013). Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Menarik

Minat Wisatawan Berkunjung di Museum Sri Baduga. Bandung : Perpustakaan UPI

Noprianti, G. (2014). Hubungan Program Event Dengan Loyalitas Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika Bandung. Bandung : Perpustakaan UPI

https://museumku.wordpress.com/sejarah-museum/ [online] di akses tanggal Maret 2015

https://museumku.wordpress.com/2010/04/14/bagaimana-mendirikan-sebuah-museum/[online] di akses tanggal Maret 2015

www.museumtsunami.blogspot.com [online] di akses tanggal Maret 2015

Andrew Kroll. AD Classics: Jewish Museum, Berlin / Daniel Libeskind. [Online]. Tersedia : www.archdaily.com/jewishmuseum [23 Maret 2015]

Jewish Museum Berlin. [Online].

Tersedia : www. http://libeskind.com/work/jewish-museum-berlin/ [30 Maret 2015]

PRLM. (2012). “Pengunjung Sejumlah Museum di Bandung Meningkat”. Pikiran Rakyat Online [23 Maret 2015]

Tersedia : http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2012/03/07/179730/pengunjung-sejumlah-museum-di-bandung-meningkat [23 Maret 2015]

Ervina/Kidnesia: Apa itu Museum ?. [Online].

Tersedia : http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Dari-Nesi/Sekitar-Kita/Pengetahuan-Umum/Apa-Itu-Museum [23 Maret 2015]