PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(Studi Kuasi Eksperimen pada kelas V SDN 1 Awiluar Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2013-2014)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

Syahrul Aziz 1204716

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS PROYEK

Oleh Syahrul Aziz

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

Program Studi Pendidikan Dasar

© Syahrul Aziz 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A

NIP. 19660525 199001 1 001

Pembimbing II

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M. Pd

NIP. 19651001 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M. Pd


(4)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS PROYEK

Syahrul Aziz 1207416

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya kualitas proses pembelajaran IPA di sekolah dasar. Pembelajaran masih terfokus pada produk dan konsep IPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa sebagai dampak dari implementasi model pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent (pretest-posttest) control

group yang dilaksanakan di SDN 1 Awiluar. Subyek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas lima sebanyak 44 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen adalah model pembelajaran berbasis proyek, sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif serta analisis kuantitatif secara statistik melalui teknik uji t pihak kanan (1-tailed) dengan taraf signifikansi 5%. Peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa dilihat melalui nilai N-Gain. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa kelas lima pada materi siklus air.

Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Keterampilan Berfikir Kritis,


(5)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPROVEMENT SCIENCE PROCESS SKILLS AND CRITICAL THINKING SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING

SYAHRUL AZIZ 1207416

Abstract

This research background is the low quality of the process science learning in elementary school. Learning is focused on products and science concepts. This study aimed to determine the differences in improvement of science process skills and critical thinking skills of students as the impact of the implementation of project-based learning model. This study uses a quasi-experimental method with design of nonequivalent (pretest-posttest) control group performed at SDN 1 Awiluar. Subjects in this study are fifth grade students as many as 44 people. The instrument used in this study is the written test of science process skills and critical thinking skills were given before and after treatment. The treatment given to the experimental class is project-based learning model, and control class has no intervention. Data analysis was performed with qualitative analysis and quantitative analysis were statistically through the techniques of right side t test (1-tailed) with a significance level of 5%. Improved of science process skills and critical thinking skills of students viewed through N-Gain value. The results showed that the increase in science process skills and critical thinking skills of students of class experiment is higher than the control class. Project-based learning model can be used as an alternative learning model that can improve science process skills and critical thinking skills of fifth grade students in matter of the water cycle.

Keywords: Science Process Skills, Critical Thinking Skills, Project-Based


(6)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek


(7)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Hal.

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian/Signifikansi Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS, KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK ... 10

A. Keterampilan Proses Sains ... 10

B. Berfikir Kritis ... 17

C. Pembelajaran Berbasis Proyek ... 25

D. Pembelajaran Berbasis Proyek Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar ... 38

E. Pembelajaran Berbasis Proyek Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar ... 42

F. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 47

B. Metode Penelitian ... 48


(8)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Definisi Operasional ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 60

H. Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Keterampilan Proses Sains ... 63

1. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Secara Umum ... 63

2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Tiap Subvariabel Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66 B. Keterampilan Berfikir kritis ... 74

1. Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Secara Umum... 74

2. Peningkatan Keterampilan Berfikir Kritis Tiap Subvariabel Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

Daftar Pustaka ... 85 Lampiran


(9)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel hal

2.1 Penjabaran Aspek Science Process Skills ... 11

2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains ... 13

2.3 Perbandingan Aspek Keterampilan Proses Sains Menurut Para Ahli... 15

2.4 Indikator Keterampilan Berfikir Kritis Menurut California Assessment Program ... 24

2.5 Pola Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Keterampilan Proses Sains ... 42

2.6 Pola Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek, dan Keterampilan Berfikir Kritis ... 46

3.1 Desain Eksperimen Kuasi ... 49

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 53

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berfikir Kritis ... 53

3.4 Inerpretasi Tingkat Kesukaran ... 55

3.5 Interpretasi atau Penafsiran Indeks Daya Pembeda ... 56

3.6 Kategori atau Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 57

3.7 Kategori atau Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal ... 59

3.8 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran, Indeks Daya Beda, Validitas, serta Reliabilitas Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 59

3.9 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran, Indeks Daya Beda, Validitas, serta Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berfikir Kritis ... 60

3.10 Kategori Perolehan Skor N-gain ... 61

4.1 Deskripsi Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

4.2 Rekapitulasi uji statistik N-gain Pada tiap Subvariabel Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66


(10)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.3 Deskripsi Skor Pretest, Posttest,

dan N-gain Keterampilan Berfikir Kritis

Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74 4.4 Rekapitulasi Uji Statistik N-gain


(11)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar . hal

4.1 Perbandingan N-gain Keterampilan

Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67 4.2 Perbandingan N-gain Keterampilan


(12)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... hal A-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 91

A-2 Lembar Kerja Siswa ... 104

A-3 Uji Validitas Konstruk ... 107

A-4 Uji Statistik Instrumen (Validitas Butir Item) ... 125

B-1 Rekap Skor Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen ... 135

B-2 Rekap Skor Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol ... 136

B-3 Rekap Skor Keterampilan Proses Sains per Subvariabel Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 137

B-4 Rekap Skor Keterampilan Berfikir Kritis Kelas Eksperimen .. 138

B-5 Rekap Skor Keterampilan Berfikir Kritis Kelas Kontrol ... 139

B-6 Rekap Skor Keterampilan Berfikir Kritis per Subvariabel Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 140

C-1 Hasil Uji Statistik N-gain KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 141

C-2 Hasil Uji Statistik N-gain KBK Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 142

C-3 Hasil Uji Statistik Pretest KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 143

C-4 Hasil Uji Statistik Pretest KBK Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 144

D-1 Foto Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 145


(13)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Tapi dengan IPA siswa belajar bagaimana fakta, konsep, atau prinsip diperoleh dengan metode dan sikap ilmiah yang kemudian hasilnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) agar dapat menumbuhkan kemampuan berfikir (BSNP, 2006)

Inkuiri mengarahkan siswa untuk menemukan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan metode ilmiah. Sehingga dalam pelaksanaannya siswa secara kritis mampu menemukan masalah di lingkungan sekitar, serta dapat menemukan solusinya.

Untuk dapat menemukan suatu masalah dan solusinya dalam inkuiri siswa harus memiliki keterampilan proses sains (KPS). KPS merupakan alat yang sangat penting dalam mempelajari dan memahami sains dan juga merupakan alat bantu dalam pendidikan sains (Aktamis & Yenice, 2010). Bukan hanya seorang peneliti yang memerlukan keterampilan ini, tapi setiap orang memerlukan sebagai alat untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Menurut Semiawan et al. (1986) KPS terdiri dari observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan menyimpulkan.

KPS sangat penting dimiliki siswa, karena keterampilan ini merupakan cara yang khas dalam menghadapi pengalaman yang berkenaan dengan semua segi kehidupan yang relevan bagi siswa. Dalam pembelajaran, siswa diharapkan ikut


(14)

2

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta dan aktif dalam kegiatan mengobservasi, melakukan eksperimen, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, serta menginferensi. Dalam hal ini guru berperan penting pada kegiatan pembelajaran agar mampu menumbuhkan semangat siswa dalam belajar, sehingga KPS siswa melalui kegiatan pembelajaran dapat meningkat.

Selain dari KPS yang tidak kalah penting dari keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa adalah berfikir kritis. Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan dasar dan menengah terdapat beberapa kompetensi dasar yang terkait dengan berfikir kritis, diantaranya siswa harus dapat menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, dan kreatif dalam membangun, menggunakan menerapkan informasi tentang lingkungan sekitar untuk mampu menyelesaikan masalah (BSNP, 2006). Pemecahan masalah yang sangat kompleks menuntut siswa untuk memiliki bermacam keterampilan berfikir. Keterampilan berfikir dapat dikelompokan menjadi keterampilan berfikir dasar dan keterampilan berfikir tingkat tinggi (Liliasari, 2007). Tinio (Wahyuni, 2011) menyatakan bahwa salah satu keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang adalah berfikir tingkat tinggi (higher order thinking) yang salah satunya adalah berfikir secara kritis. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah secara kreatif dan berfikir logis sehingga menghasilkan pertimbangan dan keputusan yang tepat.

Berkaitan dengan hal di atas Ennis (Fisher, 2009) berpendapat ‘critical thinking as reasonable reflective thinking focused on deciding what to believe or do’. Jika diterjemahkan secara bebas, mengandung arti berfikir kritis adalah

pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang terfokus untuk memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Dengan kemampuan berfikir kritis siswa diharapkan mampu mengambil keputusan dari hasil pemikiran secara mendalam untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan alam sekitar dalam kehidupan sehari-harinya.


(15)

3

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkembang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan fisik manusia (Suastra, 2005). Keterampilan ini harus dilatih melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk berfikir kritis. Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membantu siswanya mengembangkan KPS dan keterampilan berfikir kritis. Oleh karena itu, guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuhkan KPS dan berfikir kritis siswa dalam belajar IPA. Pembelajaran IPA dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga para siswa dapat memiliki pengalaman bagaimana menemukan suatu konsep dan menemukan pemecahan masalah lingkungan sekitar. Apabila hal tersebut dilakukan akan menstimulus perkembangan KPS dan berfikir kritis siswa. Kenyataan di lapangan, KPS dan KBK yang dimiliki siswa sekolah dasar masih rendah. Rendahnya KPS dan keterampilan berfikir kritis siswa disebabkan karena pembelajaran IPA selama ini cenderung hanya mengasah aspek mengingat

(remebering) dan memahami (understanding), yang merupakan low order thinking.

Hal itu dapat dilihat dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan penilaian dari Program for International Student Assessment (PISA) yang mengukur tentang kemampuan scientific literacy. Hasil survei PISA pada tahun 2006 menunjukkan skor rata-rata siswa Indonesia berturut-turut untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah adalah 393, 393, dan 386. Indonesia menduduki urutan 50 dari 57 negara (Baldi et al., 2007). Selanjutnya PISA pada tahun 2009, Indonesia menduduki urutan 60 dari 65 negara dengan skor 383 (Fleischman, et al., 2010).

Penilaian dari Trend International Mathematics Science (TIMSS) yang mengukur tentang kemampuan scientific inquiry. Kemampuan scientific inquiry yang diukur mencakup domain konten (fisika, biologi, kimia, dan kebumian) dan domain kognitif (knowing, applying, reasoning). Survei untuk TIMSS menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS tahun 2007 menyatakan Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara di dunia dengan rata-rata skor 433 (Gonzales, et al., 2008). Berdasarkan hasil interpretasi


(16)

4

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

survei TIMSS terhadap kemampuan siswa Indonesia baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), kemampuan siswa Indonesia rata-rata masih berada pada kemampuan knowing (Efendi, 2010).

Selanjutnya hasil survei TIMSS tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi sains adalah sebesar 406, yang mengalami penurunan dari tahun 2007 (Provasnik, et al., 2012). Dari hasil survei TIMSS, rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya mencapai Low

International Benchmark. Dengan capaian tersebut, skor rata-rata sains siswa

Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak.

Berdasarkan paparan tersebut, mengindikasikan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa masih rendah yang bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Wirtha & Rapi (2008) yang menyatakan bahwa masih banyak siswa yang hanya menghafal konsep-konsep tanpa memahami konsep tersebut.

Temuan di atas didukung oleh Suastra (2005), dimana rendahnya pencapaian pembelajaran IPA disebabkan karena karakteristik materi yang terlalu padat dan tolak ukur keberhasilan pendidikan di sekolah masih difokuskan dari segi produk (konsep). Didukung juga dengan hasil penelitian Nurdin (2009) yang mengungkapkan soal evaluasi pembelajaran relatif lebih banyak dalam aspek mengingat dan memahami.

Salah satu model pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk memiliki pengalaman menemukan suatu konsep dan mengembangkan KPS serta keterampilan berfikir kritis adalah pembelajaran berbasis proyek (Project-Based

Learning). Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan sebuah model

pembelajaran yang inovatif. Dengan PBP siswa dengan bantuan guru tidak hanya mengumpulkan informasi-informasi, tapi mereka juga harus menggunakan kemampuan berfikir dan penalaran mereka, untuk memahami informasi sehingga


(17)

5

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membentuk konsep-konsep mereka sendiri dan kemudian menunjukan, dalam pemecahan masalah, sebuah jawaban atas pertanyaan atau membuat desain baru sendiri (Bellanca, 2012). Menurut Kemdikbud (2013), pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan peserta didik dalam waktu tertentu secara berkolaboratif menghasilkan sebuah produk yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.

Thomas, et al. (1999), menyatakan proyek sebagai tugas yang kompleks yang didasarkan pada pertanyaan atau permasalahan, sebagai mana dikemukakannya bahwa:

Projects are complex tasks, based on challenging questions or problems, that involve students in design, problem-solving, decision making, or investigative activities; give students the opportunity to work relatively autonomously over extended periods of time; and culminate in realistic products or presentations.

Pada prosesnya PBP menuntut siswa untuk bekerja dan mendesain sendiri proyek yang akan dikerjakan. Dalam proses pengerjaan proyek, siswa mengalami proses belajar dan membangun pengetahuannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan prinsip belajar sains yaitu learning by doing, yang mana sains dibangun dengan menemukan dan mencari sendiri melalui pengalaman nyata, sehingga membangun abstarksi seseorang dengan benda yang diciptakan sendiri (Leksono, 2010).

Menurut Yusoff (2006), PBP membantu siswa mengembangkan keterampilan untuk hidup dalam masyarakat yang berbasis teknologi. Model pembelajaran pasif tidak lagi memadai untuk menyiapkan siswa bertahan hidup di dunia dewasa ini, senada dengan hal di atas, BSNP (2006) menyatakan dimana sains diajarkan untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Pembelajaran sains di sekolah dasar menekankan pada pengalaman belajar secara mengembangkan kemampuan berfikir kritis, menemukan fakta dengan KPS.


(18)

6

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PBP membantu siswa sekolah dasar untuk mampu menemukan dan menyelesaikan masalah, belajar bertahan hidup dalam tuntutan dunia yang semakin maju. PBP juga melatih siswa sekolah dasar untuk memperoleh berbagai macam keterampilan, baik KPS ataupun berfikir kritis sehingga dengan keterampilan tersebut siswa akan menjadi pebelajar yang mandiri dengan bantuan dan bimbingan guru yang kompeten.

Menurut Warsono & Hariyanto (2012), PBP dapat diimplementasikan mulai kelas VIII ke atas. Tapi aktivitas pada PBP dimaksudkan untuk melatih anak mencari jalan keluar pemecahan masalah yang dihadapi yang menyibukan pikiran mereka (Moeslichatoen, 2004). Jadi untuk siswa sekolah dasar bisa diterapkan dengan catatan masalah yang digunakan adalah masalah yang sangat sederhana, makin tinggi kelasnya makin kompleks pula masalahnya. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penelitian Andriana (2012) yang menunjukan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kerja ilmiah pada kelas dengan model PBP dan kelas dengan pembelajaran konvensional, sedangkan pada penguasaan konsep tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas model PBP dan kelas model konvensional, tapi secara presentase, kelas dengan model PBP lebih tinggi 7,10% pada materi pesawat sederhana di kelas lima sekolah dasar.

Terkait dengan penerapan Kurikulum 2013, yang menekankan pada pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, pemerintah menekankan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, perlu menerapkan pembelajaran

discovery/inquiry learning. Untuk mendorong kemampuan siswa dalam ranah keterampilan dan menghasilkan karya kontekstual, baik individu ataupun kelompok maka PBP menjadi pembelajaran yang disarankan dalam implementasi kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2013).

Dari uraian di atas, penulis mengajukan studi kuasi eksperimen dengan judul "Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Berfikir Kritis melalui


(19)

7

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa kelas V sekolah dasar?

Secara rinci permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran model PBP lebih tinggi daripada keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan keterampilan berfikir kritis siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran model PBP lebih tinggi daripada keterampilan berfikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menganalisis pengunaan pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan berfikir kritis siswa kelas lima sekolah dasar.

2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis antara siswa kelas lima sekolah dasar yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang dapat meningkatkan keeterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat umum yang diharapkan dari penelitian ini yaitu agar data hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang potensi pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan KPS dan keterampilan berfikir kritis siswa sekolah


(20)

8

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar. Lebih khusus lagi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara: 1. Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan serta sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis.

2. Praktis a. Bagi siswa

1) Meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 2) Melalui penerapan pembelajaran berbasis proyek diharapkan siswa mampu

mengembangkan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis pada pembelajaran IPA.

3) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.

b. Bagi guru

1) Memberikan informasi bagi guru terkait penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis.

2) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif mencari alternatif pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran tertentu sehingga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran.

c. Manfaat bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberi nilai tambah dalam meningkatkan mutu sekolah khususnya dalam pengembangan alternatif pembelajaran dan hasil belajar siswa, terkait dengan keterampilan pross sains dan keterampilan berfikir kritis siswa.


(21)

9

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sistematika penulisan dalam tesis ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasannya. Oleh karena itu tesis ini menggunakan sistematika sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian E. Struktur Organisasi Tesis

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS, KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS dan PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

A. Keterampilan Proses Sains B. Berfikir Kritis

C. Pembelajaran Berbasis Proyek

D. Pembelajaran Berbasis Proyek Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar

E. Pembelajaran Berbasis Proyek Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar

F. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian B. Metode Penelitian

C. Desain Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian


(22)

10

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Teknik Pengumpulan Data

H. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterampilan Proses Sains

1. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Secara Umum

2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Subvariabel

B. Keterampilan Berfikir kritis

1. Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Secara Umum

2. Peningkatan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Tiap Subvariabel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran Daftar Pustaka


(23)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan secara terperinci mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan sesuai dengan topik penelitian. Sistematika penulisan pada bab ini terbagi menjadi sembilan bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang lokasi dan subjek penelitian, bagian kedua menggambarkan tentang desain penelitian, bagian ketiga menjelaskan tentang metode penelitian, bagian keempat mengenai definisi operasional variabel penelitian, bagian kelima menjelaskan tentang instrumen, bagian ketujuh menggambarkan tentang teknik pengumpulan data, bagian kedelapan menggambarkan tentang hasil uji coba instrumen, dan bagian terakhir adalah analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Awiluar Kecamatan Lumbung Ciamis. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 44 siswa, penarikan sampel penelitian dilakukan tidak dengan cara acak dan berasal dari dua kelas. Dalam penelitian ini, satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas dijadikan kelas kontrol, yang masing-masing kelas terdiri dari 22 orang siswa. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol langsung ditentukan oleh peneliti, dengan anggapan bahwa kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yamg sama, dengan dasar pada awal pembagian kelas tidak berdasarkan karakteristik tertentu. Dari hasil penentuan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mempelajari konsep siklus air. Namun di kelas eksperimen siswa mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model PBP, dan di kelas kontrol siswa mendapatkan pembelajaran konvensional, serta sesekali guru menggunakan media audio visual.


(24)

48

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan pengambilan lokasi penelitian di SDN 1 Awiluar, karena peneliti melihat pembelajaran IPA masih dilaksanakan secara konvensional dengan sesekali memanfaatkan media audio video dan lebih menekankan pada pengerjaan contoh-contoh soal pada buku pegangan siswa, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek.

B. Metode Penelitian

Untuk mencari jawaban terhadap permasalahan penelitian yang peneliti ketengahkan, peneliti menggunakan metode kuasi eksperimen. Quasi

experimental diistilahkan dengan eksperimen pura-pura. Menurut Arikunto (2006) “… disebut eksperimen pura-pura karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dilakukan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu”.

Jadi menggunakan kuasi eksperimen disebabkan karena tidak semua variabel dalam penelitian ini dapat dikontrol secara ketat. Adapun yang menjadi variabel penelitian dalam penelitian ini antara lain:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran, dimana pada kelas eksperimen menggunakan model PBP, sedangkan pada kelas kontrol, menggunakan model Konvensional.

2. Variabel Terikat

Pada penelitian ini terdapat dua variabel terikat yaitu, keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa kelas V SDN 1 Awiluar

3. Variabel Kontrol

Dalam penelitian ini juga ada variabel yang dikontrol agar tidak terdapat perbedaan secara keseluruhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diantaranya adalah waktu pembelajaran, dan materi pembelajaran.


(25)

49

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desain penelitian yang digunakan adalah bentuk disain kuasi eksperimen

Nonequivalent (Pre-Test and Post-Test) Control-Group Design, dengan

menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pertimbangan menggunakan desain ini adalah karena dalam penelitian ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random, untuk memperoleh data pada kedua kelas tersebut diberikan pretest dan posttest (O), tapi hanya kelas eksperimen yang diberikan treatment (Creswell, 2009). Menurut Sugiyono (2012) desain ini memiliki kelompok kontrol namun tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Eksperimen Kuasi (Creswell, 2009)

Group A (Eksperimen) O X O

Group B (Kontrol) O O

Adapun prosedur dalam desain penelitian yang peneliti lakukan yaitu: 1. Tahap perencanaan

a. Penetapan lokasi dan subjek penelitian

b. Studi lapangan untuk melihat pembelajaran di kelas yang biasa dilaksanakan

c. Perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan.

d. Studi literatur mengenai model pembelajaran berbasis proyek

2. Tahap pembuatan instrumen penelitian dan diskusi model pembelajaran berbasis proyek dengan guru model.

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran oleh peneliti, dengan bimbingan ahli.


(26)

50

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menyusun instrumen penelitian, validasi konstruk instrumen penelitian dengan cara melihat kesesuaian instrumen dengan indikator variabel penelitian oleh ahli, revisi/perbaikan untuk instrumen yang kurang sesuai dengan indikator variabel penelitian.

c. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa kelas enam, dengan anggapan siswa kelas enam telah mendapatkan materi daur air, dan menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas.

d. Setelah mendapatkan hasil uji coba instrumen penelitian maka disimpulkan bahwa instrumen dapat digunakan untuk menjaring data mengenai KPS dan KBK siswa kelas lima sekolah dasar pada materi daur air.

3. Tahap pelaksanaan

a. Melaksanakan pretes di kelas kontrol dan kelas eksperimen. b. Menganalisis hasil pretes di kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Melakukan treatment pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek di kelas eksperimen oleh guru model. Peneliti mengamati pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Pelaksanaan treatment dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan di dalam kelas, dan satu kali di luar kelas. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2013, pertemuan kedua tanggal 21 Oktober 2013, pertemuan ketiga tanggal 24 Oktober 2013, dan pertemuan keempat dilaksanakan tanggal 26 Oktober 2013.

d. Melaksanakan posttes di kelaas kontrol dan keas eksperimen.

4. Tahap akhir

a. Mengolah data hasil pretest, posttest mengenai keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis dengan nilai gain yang dinormalisasi, dan


(27)

51

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membandingkan rata-rata N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Menaganalisis dan membahas temuan hasil penelitian.

c. Menarik kesimpulan dan saran berdasarkan dari temuan dan hasil pembahasan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek nyata. Proyek yang dibuat oleh siswa mengembangkan berbagai kemampuan, tidak hanya pengetahuan, tapi juga keterampilan, serta kerjasama kelompok (Sutirman, 2013). Langkah pembelajaran berbasis poyek dalam penelitian ini adalah (1) Starts With the Essential Question, (2) Design a

Plan for the Project, (3) Creates a Schedule, (4) Monitor the Students and the Progress of the Project, (5) Assess the Outcome, (6) Evaluate the Experiences.

Proyek dalam penelitian ini adalah siswa menyusun laporan hasil percobaan yang dirancang sendiri oleh siswa secara berkelompok pada materi daur air di kelas lima.

2. Keterampilan Proses Sains (KPS) dapat diartikan sebagai: (1) wahana dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa; (2) memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan, siswa berperan menunjang perkembangan keterampilan proses dalam diri siswa; dan (3) interaksi antara pengembangan keterampilan proses dan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa (Moedjiono & Dimyati, 1992). Keterampilan proses yang perlu dimiliki oleh siswa adalah: (1) Pengamatan; (2) Menafsirkan pengamatan; (3) Meramalkan; (4) Menggunakan


(28)

52

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alat dan bahan; (5) Menerapkan konsep; (6) Merencanakan penelitian; (7) Berkomunikasi; (8) Mengajukan pertanyaan (Dahar, 1996). Dalam penelitian ini keterampilanm proses sains yang akan diteliti adalah keterampilan pengamatan, meramalkan, merancang percobaan, berkomunikasi, menerapkan konsep, membuat hipotesis yang dijaring dengan tes tertulis pilihan ganda sebanyak 18 butir tes. Penjaringan KPS dilaksanakan sebelum (pretest) dan setelah (posttest) perlakuan.

3. Keterampilan Berfikir Kritis (KBK) adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Norris & Ennis dalam Fisher, 2009). Sedangkan menurut Menyer & Goodchild (Huitt, 1998) berfikir kritis adalah sebuah proses kognitif yang sistematis dan aktif dalam menilai argumen-argumen, menilai sebuah kenyataan, menilai kekayaan dan hubungan dua objek atau lebih serta memberikan bukti-bukti untuk menerima atau menolak sebuah pernyataan. Berfikir kritis dalam penelitian ini adalah berfikir kritis dengan indikator keterampilan berfikir kritis yang dikembangkan untuk siswa kelas lima dan enam sekolah dasar menurut California Assesment Program (Paul, 1986) mengklarifikasi masalah atau isu, memutuskan dan menggunakan informasi, dan menarik kesimpulan yang dijaring dengan tes tertulis pilihan ganda sebanyak 10 butir tes. Penjaringan KBK dilaksanakan sebelum (pretest) dan setelah (posttest) perlakuan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk menjaring dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen juga digunakan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti (Sugiyono, 2012). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang digunakan untuk mengukur KPS yang terdiri dari keterampilan: pengamatan, meramalkan,


(29)

53

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merancang percobaan, berkomunikasi, menerapkan konsep, membuat hipotesis. Dan juga mengukur keterampilan berfikir kritis yang meliputi: mengklarifikasi masalah atau isu, memutuskan dan menggunakan informasi, dan menarik kesimpulan. Instrumen diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Tes Keterampilan Proses Sains

Instrumen tes digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa. Tes ini dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak 18 butir soal, dengan jumlah pilihan (options) sebanyak empat buah. Setiap soal yang dibuat disesuaikan pada sub variabel keterampilan proses sains (KPS) yang bermuatan materi IPA. Subvariabel yang akan diukur sebanyak enam buah, yaitu: pengamatan, meramalkan, merancang percobaan, berkomunikasi, menerapkan konsep, dan membuat hipotesis. Indikator yang digunakan pada keenam subvariabel di atas adalah indikator KPS dari (Dahar, 1996). Kisi-kisi instrumen penelitian untuk variabel KPS ditunjukan dalam tabel 3.2

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains

No Variabel Sub

Variabel Instrumen Indikator

Res ponden Pengumpulan data No Soal 1 Keteram

pilan Proses Sains Pengamatan Tes tulis

Menyimpulkan fakta yang relevan Siswa kelas kontrol dan eksperi men Pretest dan posttest 7, 24

Mengklasifikasi 12, 25

Meramalkan

Mengemukakan sesuatu yang mungkin terjadi pada keadaan yang mungkin teramati

9, 15

Merancang Percobaan

Menentukan variabel 5, 27

Menentukan langkah kerja 22, 28

Berkomunikasi Membaca tabel 4, 26

Menerapkan Konsep

Menggunakan konsep pada


(30)

54

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Variabel Sub

Variabel Instrumen Indikator

Res ponden Pengumpulan data No Soal menjelaskan apa yang

sedang terjadi

Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

11, 23

Membuat Hipotesis

Menyatakan bagaimana suatu variabel akan mempengaruhi variabel yang lainnya.

6, 14

Jumlah 18

2. Tes Keterampilan Berfikir Kritis

Instrumen test ini digunakan untuk mengukur keterampilan berfikir kritis siswa. Tes ini dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak 10 butir soal, dengan jumlah pilihan (options) sebanyak empat buah. Setiap soal yang dibuat disesuaikan pada sub variabel keterampilan berfikir kritis (KBK) yang bermuatan materi IPA. Subvariabel yang akan diukur sebanyak tiga buah, yaitu: mengklarifikasi masalah atau isu, memutuskan dan menggunakan informasi, dan menarik kesimpulan. Indikator yang digunakan pada ketiga subvariabel diatas adalah indikator KBK dari California Assesment Program (Paul, 1986). Kisi-kisi instrumen penelitian untuk variabel KBK ditunjukan dalam tabel 3.3

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berfikir Kritis

No Variabel Sub Variabel

Instru

Men Indikator

Respon den Pengumpulan data Jumlah soal 2 Keteram

pilan Berfikir Kritis

Mengklarifikasi masalah atau isu

Tes tulis

Memahami konsep relevan dan tidak relevan Siswa kelas eksperi men dan kelas kontrol Pretes dan postes 3, 21 Dapat mengungkapkan masalah atau isu

1, 17, 18 Memutuskan dan menggunakan informasi Dapat menggunakan informasi untuk memprediksi akibat dari suatu kejadian 8, 13, 19 Menarik kesimpulan Dapat menggambarkan kesimpulan dari suatu kejadian 2, 16


(31)

55

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Variabel Sub Variabel

Instru

Men Indikator

Respon den

Pengumpulan data

Jumlah soal

Jumlah 10

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik harus bisa memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi, dan reliabilitas tinggi. Maka untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan, maka sebelum dipergunakan tes tersebut divalidasi ahli, kemudian diuji coba untuk menggambarkan tingkat kesukarannya daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Langkah pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

a. Validasi Konstrak

Validitas konstruk adalah validitas yang menguji sejauh mana item-item tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Dalam hal ini instrumen tes yang telah dikonstruksi tentang kesesuaian butir item tes dengan indikator yang hendak diukur, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya mengenai kesesuaian indikator dengan butir item tes yang telah dikonstruksi itu (Sugiyono, 2012).

Setelah divalidasi konstruk, terdapat beberapa item soal yang perlu diperbaiki dari aspek struktur stem soal yakni pada nomor 23, konsep, pilihan jawaban pada nomor 6, 21, serta cerita atau wacana pada soal, pada soal nomor 11, perlunya gambar sebagai pendukung wacana pada soal nomor 15. (dapat dilihat pada lampiran A-3.


(32)

56

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingkat kesulitan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa sulit atau seberapa mudah sebuah butir instrumen bagi peserta uji. Berikut persamaan yang digunakan untuk menghitungnya (Arikunto, 2008) :

Dimana:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya Siswa yang Menjawab Soal Dengan Benar

JS = Jumlah Seluruh Peserta Tes

Dengan interpretasi Tingkat Kesukaran terdapat dalam tabel berikut: Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran (TK) Interpretasi atau Penafsiran TK

TK 0,30 Sukar

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

TK 0,70 Mudah

Perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains yang berjumlah 18 buah soal, diperoleh enam buah soal dengan kategori sukar yaitu nomor: 5, 6, 7, 22, 23, dan 27. Sisanya sebanyak 12 soal masuk ke dalam kategori sedang, terdiri dari nomor: 4, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 20, 24, 25, 26, dan 28. Selanjutnya untuk soal keterampilan berfikir kritis diperoleh tiga buah soal dengan kategori sukar yaitu soal nomor: 1, 8, dan 16. Selebihnya masuk ke dalam kategori sedang terdiri dari nomor: 2, 3, 13, 17, 18, 19, dan 21. Berdasarkan perhitungan uji tingkat kesukaran, maka semua soal boleh digunakan, karena nilai hasil perhitungan berada diantara 0,22 – 0,50 serta penyebaran soal kategori sedang dan sukarnya tiga berbanding satu. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A-4.

c. Indeks Daya Pembeda

Daya beda butir pertanyaan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara siswa


(33)

57

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Untuk menghitung indeks daya beda butur soal, secara ssederhana dapat dilakukan dengan persamaan berikut (Nurcahyanto, tt):

Dimana:

J = Jumlah Peserta Test

= Banyak Peserta Kelompok Atas = Banyak Peserta Kelompok Bawah

= Banyaknya Peserta Kelompok Atas yang Menjawab Benar = Banyaknya Peserta Kelompok Bawah yang Menjawab Benar = Proporsi Peserta Kelompok Atas yang Menjawab Benar = Proporsi Peserta Kelompok Bawah yang Menjawab Benar Dengan interpretasi DP sebagaimana terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi atau Penafsiran Indeks Daya Pembeda (DP)

Daya Pembeda (Dp) Interpretasi Atau Penafsiran Daya Pembeda (DP)

DP ≥ 0,70 Baik Sekali (Dappat digunakan) 0,40 ≤ DP 0,70 Baik (Digunakan)

0,20 ≤ DP 0,40 Cukup (Boleh digunakan) DP 0,20 Jelek (Jangan digunakan)

Hasil perhitungan dari uji daya pembeda tes keterampilan proses sains yang berjumlah 18 buah, diperoleh soal dengan kategori baik sebanyak sembilan buah yang terdiri dari nomor 6, 7, 11, 20, 23, 24, 25, 26, dan 28. Dan sisanya sebanyak sembilan soal masuk dalam kategori cukup, yaitu nomor: 4, 5, 9, 10, 12, 14, 15, 22, dan 27. Semua soal boleh langsung digunakan kecuali soal nomor 14 dan 27 harus diperbaiki karena indeks daya pembedanya kecil, yaitu 0,28 dan 0,22. Selanjutnya keterampilan berfikir kritis dari jumlah butir soal sebanyak sepuluh buah hanya satu soal yang masuk ke dalam kategori cukup, yaitu nomor 21, sedangkan yang lainnya nomor soal; 1, 2, 3, 8, 13, 16, 17, 18, dan 19 masuk ke dalam kategori baik. Hasil perhitungan indeks daya pembeda dapat dilihat pada


(34)

58

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lampiran A-4. Jadi semua soal diuji cobakan dengan ketentuan soal keterampilan proses sains nomor 14 dan 17 harus mengalami perbaikan dahulu, sedangkan untuk soal keterampilan berfikir kritis duuji cobakan seluruhnya.

d. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal adalah sejauh mana butir item tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dalam bahasa indonesia dikenal dengan istilah sahih. Butir item tes dikatakan valid yang sangat tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.

Untuk mendapatkan validitas butir item tes dapat digunakan persamaan korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghiting koefisien korelasi adalah persamaan korelasi product moment sebagai berikut (Arikunto, 2008):

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana:

= koefisien korelasi suatu butir/item = jumlah siswa

= skor suatu butir/item = skor total/soal

Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (Nurcahyanto, tt) adalah dalam tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kategori atau Kalsifikasi Validitas Butir Soal

Koefisien Korelasi ( Klasifikasi atau Kategori Validitas

0,80 rxy ≤ 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,60 rxy ≤ 0,80 validitas tinggi (baik)

0,40 rxy≤ 0,60 validitas sedang (cukup) 0,20 rxy ≤ 0,40 validitas rendah (kurang)


(35)

59

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koefisien Korelasi ( Klasifikasi atau Kategori Validitas

0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 validitas sangat rendah (jelek), : tidak valid

Kemudian dibadingkan dengan tabel pada taraf signifikansi 5%, dengan kaidah keputusan: Jika dari tabel, dikategorikan valid, dan sebaliknya jika dari tabel, dikategorikan tidak valid

Hasil perhitungan validitas butir soal keterampilan proses sains berjumlah 18 buah soal setelah soal nomer 14 dan 27 diperbaiki, diperoleh semua soal keterampilan proses sains sebanyak satu buah valid dengan kategori sangat tinggi, yaitu nomor soal 23, sebanyak enam buah soal valid dengan kategori tinggi yaitu nomor soal 6, 9, 12, 25, 26, dan 28, serta 11 buah soal valid dengan kategori sedang, yaitu nomor soal 4, 5, 7, 10, 11, 14, 15, 20, 22, 24, dan 27, semua soal keterampilan proses sains valid karena nilai rxy hitungnya lebih besar dari rtabel dengan jumlah peserta 36 dan tingkat signifikansi 5% maka diperoleh rtabel = 0,329. Perhitungan validitas soal secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A-4.

Selanjutnya untuk uji validitas tes keterampilan berfikir kritis soal valid dengan kategori sangat tinggi sebanyak dua buah soal yaitu nomor soal 1 dan 16, dan delapan buah soal valid dengan kategori tinggi yaitu nomor soal; 2, 3, 8, 13, 17, 18, 19, dan 21, semua soal keterampilan berfikir kritis valid karena nilai rxy hitungnya lebih besar dari rtabel dengan jumlah peserta 36 dan tingkat signifikansi

5% maka diperoleh rtabel = 0,329. Perhitungan validitas soal secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A-4.

e. Reliabilitas soal

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah Instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Salah satu syarat kualifikasi suatu instrumen adalah reliabilitas konsisten, ajeg, atau tidak berubah-ubah. Suatu Instrumen tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas


(36)

60

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi jika instrumen tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Dalam pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik alpha cronbach. Adapun persamaan koefisien reliabilitas

alpha cronbach (Arikunto, 2008) adalah:

[ ][ ∑ ] Dimana:

= reliabilitas Instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau butir soal ∑ = jumlah varian butir item

= varian total

Kriteria suatu Instrumen tes dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini bila koefisien reliabilitas ( ) 0,6. Atau dibandingkan dengan r tabel

(Product Moment). Jika koefisien reliabilitas Alpha Cronbach r tabel, maka

dikatakan reliabel, dan sebaliknya jika koefisien reliabilitas Alpha Cronbach r tabel dikatakan tidak reliabel.

Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian yang dikemukakan oleh Guilford (Nurcahyanto, tt) adalah dalam tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori atau Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal

Koefisien Reliabilitas (r11) Klasifikasi atau Kategori Reliabilitas (r11) 0,80 r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi

0,40 r11 ≤ 0,60 reliabilitas sedang

0,20 r11 ≤ 0,40 reliabilitas rendah

-1,00 ≤ r11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Hasil perhitungan reliabilitas untuk tes keterampilan proses sains adalah 0,89 dengan kategori sangat tinggi. Selanjutnya untuk tes keterampilan berfikir kritis sebesar 0,91 dengan kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A-4.


(37)

61

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dianalisis dari segi tingkat kesukaran, indeks daya pembeda, validitas, dan reliabilitas, maka diperoleh karakteristik instrumen secara keseluruhan pada tabel 3.8 dan 3.9

Tabel 3.8 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran, Indeks Daya Beda, Validitas, serta Reliabilitas Keterampilan Proses Sains

No.

Soal VK TK

Inter

pretasi DB

Inter Pretasi

Vali ditas

Relia

bilitas Keputusan

4 Baik 0,31 Sedang 0,28 Cukup 0,46

0,89 Sangat Tinggi

Digunakan 5 Baik 0,25 Sukar 0,39 Cukup 0,57 Digunakan

6 Perbaiki

option 0,22 Sukar 0,44 Baik 0,66 Perbaikan

7 Baik 0,28 Sukar 0,44 Baik 0,47 Digunakan

9 Baik 0,31 Sedang 0,39 Cukup 0,66 Digunakan 10 Baik 0,39 Sedang 0,33 Cukup 0,52 Digunakan

11 Perbaiki

wacana 0,44 Sedang 0,44 Baik 0,51 Perbaikan 12 Baik 0,36 Sedang 0,39 Cukup 0,63 Digunakan 14 Baik 0,31 Sedang 0,28 Cukup 0,51 Perbaikan

15 Tambahkan

gambar 0,31 Sedang 0,39 Cukup 0,52 Perbaikan 20 Baik 0,44 Sedang 0,56 Baik 0,58 Digunakan 22 Baik 0,22 Sukar 0,33 Cukup 0,57 Digunakan 23 Perbaiki stem 0,28 Sukar 0,56 Baik 0,82 Perbaikan 24 Baik 0,50 Sedang 0,67 Baik 0,57 Digunakan 25 Baik 0,50 Sedang 0,67 Baik 0,61 Digunakan 26 Baik 0,31 Sedang 0,50 Baik 0,75 Digunakan 27 Baik 0,22 Sedang 0,22 Cukup 0,49 Perbaikan 28 Baik 0,50 Sedang 0,44 Baik 0,62 Digunakan

Tabel 3.9 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran, Indeks Daya Beda, Validitas, serta Reliabilitas Keterampilan Berfikir Kritis

No.

Soal VK TK

Inter

pretasi DB

Inter Pretasi

Vali ditas

Relia

bilitas Keputusan

1 Baik 0,28 Sukar 0,56 Baik 0,88

0,89 Sangat Tinggi

Digunakan

2 Baik 0,33 Sedang 0,56 Baik 0,72 Digunakan

3 Baik 0,42 Sedang 0,61 Baik 0,68 Digunakan

8 Baik 0,28 Sukar 0,44 Baik 0,66 Digunakan

13 Baik 0,39 Sedang 0,67 Baik 0,78 Digunakan 16 Baik 0,25 Sukar 0,50 Baik 0,86 Digunakan 17 Baik 0,31 Sedang 0,61 Baik 0,71 Digunakan 18 Baik 0,31 Sedang 0,50 Baik 0,76 Digunakan 19 Baik 0,50 Sedang 0,56 Baik 0,68 Digunakan

21 Perbaiki


(38)

62

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang diharapkan, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui teknik tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Dalam penelitian ini tes yang diberikan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan tes keterampilan berfikir kritis. Kedua tes tersebut merupakan tes tertulis yang diberikan kepada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model PBP dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah proses pembelajaran IPA. Tujuan diberikannya tes sebelum pelekasanaan pembelajaran yaitu untuk mengukur sejauh mana keterampilan awal siswa dalam proses sains dan berfikir kritis. Sedangkan diberikannya tes sesudah pelaksanaan pembelajaran yaitu untuk mengukur keterampilan poses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran IPA.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara inferensial terhadap data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes untuk melihat keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis. Setelah model pembelajaran dilaksanakan, diperoleh sejumlah data kuantitatif yang berupa skor tes awal, skor tes akhir. Pengujian statistik menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) for windows v.16.0.

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis adalah sebagai berikut:

1. Uji gain

Indeks gain digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis. Indeks gain adalah gain yang


(39)

63

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinormalisasi yang dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hake dalam Meltzer, 2002):

Keterangan:

= skor test akhir = skor tets awal = skor maksimal ideal

Kriteria perolehan skor N-gain dapat dilihat pada tabel 3.9

Tabel 3.10 Kategori perolehan skor N-gain

Batasan Kategori

g 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ˂0,7 Sedang

g ˂0,3 Rendah

2. Analisis inferensial untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan proses sain dan keterampilan berfikir kritis siswa peneliti menggunakan analisis inferensial Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik yang tepat berdasarkan uji normalitas dan uji hoomogenitas varians dengan dua rerata gain yang dinormalisasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila kedua distribusi rata-rata N-gain memenuhi kurva normal dan varians kedua data homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t satu pihak (1-tailed). Uji-t satu fihak (1-tailed) untuk melihat perbedaan hasil yang didapat akibat perlakuan model pembelajaran berbasis proyek dan model pembelajaran konvensional pada materi siklus air. Adapaun uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:


(40)

64

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ̅ ̅

dari hasil perhitungan menggunakan formula uji-t (Sugiyono, 2012) di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan taraf signifikansi

5% uji satu pihak. Dengan kriteria apabila thitung ttabel maka Ha diterima,


(41)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian, mengenai keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis melalui pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran konvensional, maka penulis menyimpulkan peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, hal tersebut terlihat dari:

1. Peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan keterampilan berfikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini maka penulis menyarankan:

1. Untuk meningkatkan KPS merencanakan percobaan dan membuat hipotesis yang merupakan KPS terpadu, maka perlu lebih sering dilatihkan KPS dasar. Sama halnya dengan KBK, untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, maka perlu sering dilatihkan keterampilan mengklarifikasi masalah dan keterampilan memutuskan dan menggunakan informasi, karena berfikir kritis adalah berfikir secara sistematis mulai dari mengklarifikasi masalah, memutuskan dan menggunakan informasi, dan menarik kesimpulan.


(42)

84

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Model pembelajaran berbasis proyek didasari oleh teori-teori pembelajaran yang kuat, serta bukti empirik yang mendukung penggunaannya, dan penggunaanya menjadi pembelajaran yang disarankan pada kurikulum 2013. Selain itu siswa juga nampak antusias belajar dengan model PBP. Tidak salah kiranya jika model PBP dijadikan alternatif bagi guru dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains dan keterampilan berfikir kritis siswa sekolah dasar dengan memperhatikan alokasi waktu, dan keterampilan-keterampilan prasyarat baik dari KPS ataupun KBK.

3. Pembelajaran sains dengan model PBP pada jenjang sekolah dasar dapat digunakan peneliti lain untuk meneliti lebih dalam lagi tentang keefektifan model pembelajaran PBP. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada konsep dan materi yang berbeda dengan intensitas pertemuan yang lebih banyak sehingga penerapan model PBP lebih tergambarkan. Juga pada penelitian selanjutnya dapat mengembangkan subvariabel keterampilan proses sains yang lainnya, ataupun pada keterampilan lainnya seperti pemecahan masalah, karena memiliki karakteristik yang sama, yakni berawal dari permasalahan nyata sehari-hari. Berbagai temuan dan kendala dalam penelitian ini hendaknya dijadikan bahan masukan untuk para peneliti selanjutnya.

4. Pembelajaran berbasis proyek untuk penelitian selanjutnya supaya mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan tepat, seperti dalam tahap starts with

the essential questions, dimana pertanyaan muncul dari siswa. Dalam

penelitian ini tahap starts with the essential questions pertanyaan masih muncul dari guru, karena guru dan siswa belum terbiasa menerapkan pembelajaran berbasis proyek, serta siswa belum terbiasa mengungkapkan pertanyaan yang dapat dijadikan awal pembelajaran. Sehingga siswa perlu


(43)

85

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilatihkan terlebih dahulu agar mampu mengungkapkan pertanyaan atau permasalahan sebagai bahan proyek.

5. Bagi peneliti selanjutnya ataupun guru yang mengimplementasikan PBP, disarankan untuk memadukan dengan model pembelajaran lain yang memiliki karakteristik sama (mix model), hal tersebut dilakukan guna memfasilitasi peningkatan siswa yang kurang optimal.


(44)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. & Rustaman, N. R. (2010). Kemampuan keterampilan proses sains guru SD. Prosiding Seminar Nasional Biologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Negeri Semarang. Semarang

Aktamis, H, & Ergin, O. (2008). The effect scientific process skills education on

students‟ scientific creativity, science attitudes and academic achivments.

Asia-Facific Forum on Science Learning and Teaching. Vol. 9, Issue 1,

Article 4.

Aktamis, H. & Yenice, N. (2010). Determination of the science process skills and critical thinking skill levels. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2, (2010), 3282-3288.

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2001). A taxonomy for learning. Teaching

and assessing (a revision of blomm’s taxonomy of educational objective).

New York: Logman.

Andriana, E. (2012). Peningkatan kemampuan kerja ilmiah siswa dan penguasaan

konsep melalui model pembelajaran berbasis proyek. Tesis pada Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ---. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Balai Pustaka. (1991). Kamus besar bahasa indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka

Baldi, S., Jin, Y., Skemer, M., Green, P. J., Herget, D., & Xie, H. (2007).

performance of U.S. 15-year-old students in science and mathematics literacy in an international context. [online]. Tersedia pada http://www.oecd.org/ [28

Juni 2013].

Bell, B. F. (1995). Children’s science, contructivism and learning in science. Victoria: Deakin University Pers.

Bellanca, J. (2012). Proyek pembelajaran yang diperkaya: jalur praktis menuju

keterampilan abad ke-21. Jakarta:PT Indeks.

Beyer, B. K. (1991). Developing a thinking skills program. Boston: Allyn and Bacon.


(1)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BSNP. (2006). Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Depdiknas

Cahyono, A. N. (2010). Vygotskian perspective: proses scaffolding untuk mencapai zone of proximal development (ZPD) peserta didik dalam pembelajaran matematika. Makalah dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. FMIPA UNY, 27 November 2010, hal 442-448. Creswell, J. W. (2009). Research design: qualitative, quantitative, and mixed

methods approaches 3th edition. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore: SAGE Publications.

Curtis, D. (2005). Start with pyramid. [online]. Tersedia: http://www.edutopia.org [20 Juli 2013].

Dahar, R.W. (2006). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga. ---. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmayanti, N. W. S, Sadia, W. & Sudiatmika, A. A. I. A. R. (2013). Pengaruh model collaborative teamwork learning terhadap keterampilan proses sains dan pemahaman konsep ditinjau dari gaya kognitif. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Sains. Vol. 3, 2013 Undiksha Bali. [on line]. Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal [23 Juli 2013].

Depdiknas. (2009). Panduan teknis pembelajaran yang mengembangkan critical thinking. Jakarta: Depdiknas.

Dwiyanti, G. (1999). Pengembangan model pelaksanaan praktikum kimia organik skala makro di LPTK. Laporan Penelitian. Bandung: FMIPA IKIP Bandung Efendi, R. (2010). Kemampuan fisika siswa indonesia dalam TIMSS (trend of

international on mathematics and science study). Prosiding Seminar Nasional Fisika. [online]. Terdapat pada http://www.fi.itb.ac.id [28 Juni 2013].

Elder, L. (2007). Our concept of critical thinking. Foundation for critical thingking. [online]. Terdapat pada http://www.criticalthinking.org [29 Maret 2014].


(2)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Facione, P. A., Facione, N. C., & Giancarlo, C. A. (2000). The disposition toward critical thinking: its character, measurement, and relationship to critical thinking skill. Informal Logic. Vol 21 (1) 61-48 [online]. Terdapat pada http://www.insightassessment.com [4 Februari 2014].

Firgiawan, D., & Rahayu, E. S. (2009). Project based learning. Makalah. Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Fisher, A. (2009). Berfikir kritis: sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fleischman, H. L., Hopstock, P. J., Pelczar, M. P., Shelley, B. E., & Xie, H. (2010). Highlights from PISA 2009: performance of U.S. 15-year-old students in reading, mathematics, and science literacy in an international context. [online]. Tersedia pada http://nces.ed.gov/ [28 Juni 2013].

Global SchoolNet. (2000). Introduction to networked project-based learning. [online]. Tersedia: http://www.gsn.org/ [20 Juli 2013].

Gonzales, P., Williams, T., Jocelyn, L., Roey, S., Kastberg, D., & Brenwald, S. (2008). Highlights from TIMSS 2007: mathematics and science achievement of U.S. fourth and eighth grade students in an international context. Washington DC: Institute of Education Sciences.

Griffith, T. W. (2007). The physics of everyday phenomana: a conceptual introduction to physics. New York: McGraw Hill.

Harlen, W. (1992). The teaching of science. London: David Fulton Publishers. Hermita, N. (2008). Pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Huitt, W. (1998). Success in the information age: a paradigm shitt. Valdosta, GA: Valdosta. [on line]. Tersedia: http://chiron.valdosta.edu [29 Mei 2013].

Izzati, N. (2009). Berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematis: apa, mengapa, dan bagaimana mengembangkannya pada peserta didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Bandung 19 Desember 2009, hal. 49-60

Kartadinata, S. (2011). Menguak tabir bimbingan dan konseling sebagai upaya pedagogis.Bandung: UPI Press


(3)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemdikbud. (2013). Permendiknas no 65 tahun 2013 tentang standar proses sekolah dasar dan menengah. Jakarta: Kemendikbud

---. (2013). Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) di sekolah dasar.Jakarta: Dirjen Dikdas.

Khan, M., & Iqbal, M. Z. (2011). Effect of inkuiri lab teaching method on the development of scientific skills through the teaching of biology in Pakistan. Strength for today and bright hope for tomorrow journal

Lai, E. R. (2011). Critical thinking: a literature review (research report). Pearson Lawson, A. E. (1999). Science teaching and the development of thinking.

California: Wadswort

Leksono, S. M. (2010). Priject based learning. Makalah UPI: Tidak diterbitkan. Liliasari. (2007). Berfikir kritis dalam pembelajaran sains kimia menuju

profesionalisme guru. [on line]. Tersedia: http://file.upi.edu. [10 November 2013]

---. (2001). Pengembangan model pembelajaran kimia untuk meningkatkan strategi kognitif mahasiswa calon guru dalam menerapkan berfikir konseptual tingkat tinggi. Penelitian. Jakarta: Dikti, Penelitian HB IX.

Maimunah, S. (2002). Kemahiran berfikir dalam pengajaran dan pembelajaran. Malaysia: Pusat Perkembangan Kurikulum.

Maryanti, S. (2012). Pembelajaran superkelas pisces (ikan) berbantuan praktikum virtual untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa. Tesis Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Meltzer, D. E. (2002). “The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gain in phisics: „hidden variable‟ in diagnostic pretest score”. American Journal of Phisics, 70, (12), 1259-1267.

Mulyani, A. (2009). Pembelajaran sistem syaraf berbasis teknologi informasi untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berfikir kritis. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Murti, B.(2010). Seri kuliah blok budaya ilmiah: Beerfikir kritis. Fak. Kedokteran. Universitas Sebelas Maret


(4)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muslich, M. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta: Bina Aksara.

Moedjiono & Dimyati. (1992). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Depdikbud dirjendikti.

Moeslichatoen. (2004). Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Neumont University. (2006). Project based learning. [online]. Tersedia: http://www.neumont.edu/ [20 Juli 2013].

Nurcahyanto, G. (tt). Ebook uji instrumen penelitian. [online]. Tersedia: www.e-bookspdf.org

Nurdin, S. (2009). Analysis kemunculan aspek inkuiri dalam evaluasi pembelajaran IPA di MI. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Pardhan, H. (2000). Science activities and ideas. Experiencing science process skills. Teacher’s resource grades one to eight. Canada: University of Alberta. Paul, R. W & Walsh, D. (1986). The goal of critical thinking: from educational

ideal to educational reality. Washington, DC: American Federation Of Teachers Educational Issues Departement.

Provasnik, S., Kastberg, D., Ferraro, D., Lemanski, N., Roey S., & Jenkins F. (2012). Highlights from TIMSS 2011 mathematics and science achievement of U.S. fourth and eighth grade students in an international context. [online]. Tersedia pada http://www.cde.state.co.us/ [28 Juni 2013].

Rustaman, N. (2005). Strategi belajar mengajar biologi. Malang: UM Press. Santrock, J. W. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana

Sari, R. N. (2009). Penerapan model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan penguasaan konsep IPA siswa sekolah dasar. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Semiawan, C., Tangyong, A.F., Belen, S., & Matahelemual, Y. (1986). Pendekatan keterampilan proses: bagaimana mengaktifkan siswa dalam


(5)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar? Jakarta: PT. Garmedia.

Siwa, I. B., Muderawan, I. W., Tika, I. N. (2013). Pengaruh pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran kimia terhadap keterampilan proses sains ditinjau dari gaya kognitif siswa. E-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Prodi IPA: Vol 3

Suastra, I. W. (2005). Mengembangkan kemampuan berfikir kreatif melalui pembelajaran sains. Jurnal IKA: Vol. 4, (2), 23-34. Singaraja: Ikatan Keluarga Alumni Universitas Pendidikan Ganesha.

Subiyanto. (1988). Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Jakarta: Depdikbud

Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Sumirat, F. (2012). Efektivitas model pembelajaran predict-observe explain untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa sekolah dasar. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Suriasumantri, J. S. (1998). Filsafat ilmu sebuah pengantar popular. Jakarta: Sinar Harapan.

Sutirman. (2013). Media & model-model pembelajaran inovatif. Yogyakrata: Graha Ilmu.

The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional module project based learning. [online]. Tersedia: http://www.edutopia.org/ [20 Juli 2013]. Thomas, J. W., Mergondoller, J.R., & Michaelson, A. (1999). Project based

learning: a handbook for middle and high school teacher. Novanto, CAS: The buck institute for Education.

UPI. (2012). Pedoman penulisan karya tulis ilmiah. Bandung:UPI Press

Wahyuni, S. (2011). Mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa melalui pembelajaran IPA berbasis problem-based-learning. Artikel Penelitian. Prodi Kimia FMIPA UT. [online]. Tersedia: http://pustaka.ut.ac.id [28 Mei 2013]. Warsono, & Hariyanto. (2012). Pembelajaran aktif: teori dan asesmen. Bandung:


(6)

Syahrul Aziz, 2014

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta:Bumi Aksara

Wilujeng, I., Setiawan, A. & Liliasari. (2010). “Kompetensi IPA terintegrasi melalui pendekatan keterampilan proses mahasiswa S-1 pendidikan IPA”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29, (3), 353-364

Wirtha, I. M. & Rapi, N. K. (2008). Pengaruh model pembelajaran dan penalaran formal terhadap penguasaan konsep fisika dan sikap ilmiah siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja.

Wrigley, H. S. (1998). Knowledge in action: the promise of project-based learning. [online]. Tersedia: http://www.ncsall.net [18 Juli 2013].

Yusoff, B.H. (2006). Project-based learning handbook: educating the millenial learner. Kualalumpur: Communications and Training Sector Smart Educational Development Educational Technology Division Ministry of Education. [online]. Tersedia: http://www.moe.edu.my [28 Mei 2013].