PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI TEKNIK FINGER PAINTING : Penelitian Pre-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Annisa Fatsa

0802651

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Program

Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak Melalui Teknik Finger Paintingini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

Annisa Fatsa


(3)

Oleh Annisa Fatsa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Annisa Fatsa 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

(Penelitian Pre-Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP.19600501 198603 1 004

PEMBIMBING II

Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI BANDUNG

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP.19600501 198603 1 004


(5)

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...iii

UCAPAN TERIMA KASIH...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GRAFIK...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...9

E. Struktur Organisasi Skripsi...9

BAB II KONSEPTUALISASI TEKNIK FINGER PAINTING DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK...10

A. Konsep Agresif...10

1. Pengertian Agresif...10

2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Anak...11

3. Faktor yang Mempengaruhi Agresif...13

4. Dampak Perilaku Agresif pada Anak...15


(6)

4. Kelebihan dan Kekurangan Finger Painting...18

5. Art Theraphy...19

C. Intervensi Bimbingan melalui Finger Painting dan Mereduksi Perilaku Agresif...20

D. Kerangka Berpikir...21

E. Penelitian Terdahulu...23

F. Asumsi...24

G. Hipotesis Penelitian...24

BAB III METODE PENELITIAN...25

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian...25

B. Desain Penelitian...26

C. Pendekatan dan Metode Penelitian...29

D. Definisi Operasional Variabel...30

E. Instrumen Penelitian...31

F. Pengembangan dan Pelaksanaan Program...37

G. Prosedur Penelitian...39

H. Pengumpulan dan Pengolahan Data...41

I. Program Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak melalui Teknik Finger Painting...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59


(7)

B. Pembahasan Hasil Penelitian...76

1. Profil Perilaku Agresif Siswa Kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014...77

2. Efektivitas Finger Painting Berdasarkan Pelaksanaan Program...88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...90

A. Simpulan...90

B. Saran...90

DAFTAR PUSTAKA...92

LAMPIRAN-LAMPIRAN...97


(8)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif...33

Tabel 3.3 Format Penilaian Angket...34

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Agresi Peserta Didik...44

Tabel 4.2 Profil Pencapaian Pre –Test Aspek Agresif...61

Tabel 4.11 Perilaku Agresif Hasil Pre-Test...72


(9)

(10)

Lampiran 1 Administrasi Penelitian Lampiran 2 Instrrumen Penelitian

Lampiran 3 Program Bimbingan Untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak Melalui Teknik Finger Painting

Lampiran 4 Pengolahan Data Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan


(11)

(12)

Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas penggunaan teknik finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pra eksperimen dengan desain one-group pre-test-posttest design. Partisipan penelitian adalah peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 13 peserta didik (laki-laki 13) pada kategori perilaku agresif tinggi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket. Penelitian ini menghasilkan: 1) Gambaran umum perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi 2) Rumusan program layak menurut pakar dan praktisi, dan 3) Program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting efektif dalam mereduksi perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berada pada kategori tinggi. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada guru BK adalah dapat menggunakan instrumen perilaku agresif peserta didik tersebut untuk mengetahui profil perilaku agresif peserta didik pada tingkat kelas yang lainnya dan dapat dikembangkan lagi atau dimanfaatkan untuk menghadapi fenomena lainnya di sekolah. Dan untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan tambahan wawasan untuk gambaran perilaku agresif maupun teknik finger painting.


(13)

Experimental Research The Fifth Grade Students SDN Leuwi Anyar Year 2013/2014)

The study aims to determine the effectiveness of the use of finger painting techniques to reduce aggressive behavior of learners. The approach used in this study is a quantitative method of pre-experimental design with a one-group pretest-posttest design. Study participants were fifth grade students of SDN Leuwi Anyar Bandung School Year 2013/2014, amounting to 13 students (13 males) in the category of high aggressive behavior. Instruments used in the study was a questionnaire. This research resulted in: 1) a general description of the aggressive behavior of learners the fifth grade SDN Leuwi Anyar Academic Year 2013/2014 at the high category 2) Formulation of programs feasible by experts and practitioners, and 3) guidance program to reduce aggressive behavior of children through finger painting techniques effective in reducing aggressive behavior of learners SDN Leuwi Anyar Year 2013/2014 which are in the high category. Research recommendation is addressed to counselor can use the instruments of aggressive behavior such learners to know the profile of the aggressive behavior of students at grade level and the other can be developed or utilized for other phenomena faced in school. And for further research can be used as additional insight for aggressive behavior and technical description of finger painting.


(14)

Anak adalah tunas bangsa yang sangat berharga menjadi tumpuan harapan di masa depan. Melihat mereka tumbuh pastilah amat membahagiakan (Hazarika, 2013). Akan tetapi pada kenyataannya banyak ditemukan juga bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika mulai muncul berbagai perilaku yang tidak diharapkan. Dalam bersosialisasi anak akan menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118), pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif, pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan pertengkaran lawan jenis.

Masalah perilaku agresif anak bukanlah menjadi suatu masalah yang baru bagi orang tua dan guru. Tetapi masalah perilaku merupakan masalah yang sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan dan masa depan anak. Bila tidak ditangani dengan baik dan benar, perilaku agresif dapat berdampak negatif pada kehidupan anak di kemudian hari. Murry (Hardi Mulyono, 2008) mendefinisikan agresif sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Namun, yang menjadi masalah serius adalah apabila pola-pola agresif ini menetap dan berlebihan. Anak yang agresif cenderung menampilkan sikap yang menyerang, bertingkah laku temperamental bila merasa frustrasi, suka bertengkar, memilih berkelahi untuk menyelesaikan masalah, bahkan tidak memperdulikan hak dan harapan orang lain.

Dampak yang sangat merugikan bila kita tidak dengan sungguh-sungguh mengatasi sikap anak karena tentunya sangat mempengaruh masa depan anak tersebut. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi sikap anak,


(15)

tetapi kita tentulah harus berhati-hati apakah malah dapat menimbulkan masalah baru bagi anak di kemudian hari. Memberikan hukuman bukanlah suatu solusi yang baik, untuk mengatasi sikap anak, malah sebaliknya dapat memperburuk keadaan. Anak yang mendapatkan hukuman secara fisik, akan cenderung meningkatkan agresif anak (Shields & Cicchetti, 2001).

Kekerasan pada anak di Indonesia tiap hari meningkat. Hingga akhir tahun 2006 Komisi Perlindungan Anak mencatat 1124 kasus dengan perincian kekerasan fisik sebanyak 247 kasus 426 kekerasan seksual serta 451 kekerasan psikis. Padahal pada tahun 2005 jumlah anak korban kekerasan baik kekerasan fisik psikis dan seksual adalah 736 kasus, sedangkan pada tahun 2004 tercatat 441 kasus. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan tempat dimana para siswa mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki sepenuhnya (Maruf, 2007). Di Malang tahun 2010, siswa sekolah dasar nekat memanjat tower saluran tegangan tinggi yang berada tak jauh dari sekolahnya. Untungnya aksi nekat siswa duduk di bangku kelas IV diketahui gurunya. Hal tersebut dikarenakan siswa berebut alat tulis, saling mengolok kemudian berkelahi (Aminudin, 2010). Peristiwa ini menegaskan bahwa apabila keinginan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan akan dapat menimbulkan perilaku agresif. Perilaku agresif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak kadang disertai dengan bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang lain.

Fenomena tersebut diperkuat dari data hasil penyebaran instrument yang dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 mengenai perilaku agresif peserta didik, menunjukkan jumlah peserta didik mengenai perilaku agresif sebanyak 9,2% peserta didik berada pada kategori rendah, sebanyak 71,1% berada pada kategori sedang dan 17,1% berada pada kategori tinggi.

Penyebab meningkatnya perilaku agresif dapat berasal dari berbagai faktor. Afiati (2002:25) menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya perilaku agresif yaitu faktor keluarga dan faktor media massa. Faktor keluarga antara lain komunikasi yang kurang baik antara orang tua dan anak, tidak


(16)

konsistennya orang tua dalam menerapkan aturan dan disiplin, misalnya orang tua melarang sesuatu untuk tidak dilakukan anak padahal yang menegakkan disiplin itu bertindak sebaliknya. Kondisi ini jelas akan memicu perilaku agresif anak untuk memberontak dengan berperilaku agresif.

Bentuk perilaku agresif memiliki karakteristik yang sangat beragam dari yang ringan hingga yang berat dan biasanya dapat dinyatakan secara perkataan (verbal) maupun dalam perbuatan (non-verbal). (Haerudin, 2002:30-31). Perilaku agresif secara verbal menurut Clarizio memiliki ciri-ciri antara lain adanya penggunaan bahasa yang kasar, sering bertengkar mulut, mengkritik dengan pedas, menghina dan memanggil orang lain dengan nama yang tidak disukai oleh orang lain. Sedangkan ciri-ciri perilaku agresif secara fisik atau non-verbal anatara lain menggigit, menendang, memberontak, mengganggu, merusak, mendorong, menyerang, mendominasi, berkelahi, memukul serta perilaku destruktif lain yang mengganggu kesenangan dan ketenangan orang lain (Afiaty, 2002:7).

Dengan adanya fenomena di atas, maka disusunlah rancangan layanan bimbingan pribadi dan sosial. Dalam pelaksanaanya kegiatan bimbingan dalam situas kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan pribadi sosial bagi peserta didik. Hakekat penggunaan finger painting terletak pada keterlibatan emosional dalam situasi masalah yang dihadapi. Melalui finger painting diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaanya, memperoleh wawasan tentang nilai, sikap, dan persepsi, serta mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Penggunaan finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik dalam penelitian ini yaitu melukis dengan jari sesuai dengan materi yang ditetapkan. Peserta didik berkesampatan melakukan dan berdiskusi tentang pemecahan masalah. Terlihat pula kecenderungan berperilaku agresif peserta didik saat melakukan aktivitas finger painting dari segi melukis, mewarnai, dan dominasi alat melukis.

Pendekatan seni sebagai suatu proses pembelajaran pada saat ini, sering dianggap tidak terlalu penting. Banyak sekolah-sekolah yang malah


(17)

menghilangkan kegiatan kesenian dalam proses pendidikan anak di sekolah. Meskipun tidak dihilangkan, biasanya hanya sebagai pelengkap atau sebagai formalitas saja. Padahal setiap anak harus mendapatkan kesenian di sekolah. Seni adalah suatu bentuk ekspresi dan komunikasi. Seni mempunyai nilai penting yang sama dengan pelajaran-pelajaran yang terdapat pada kurikulum pendidikan. (Dewey, 1934). Pendekatan seni ini bila digunakan oleh konselor, dapat menjadi suatu pendekatan yang sangat berguna untuk membantu anak mengatasi masalahnya sehingga dapat memperbaiki perilaku anak karena kemungkinan anak tidak akan bosan apabila diberikan pendekatan yang menyenangkan.

Anak-anak dapat diajak menceritakan kisah mereka melalui terapi, permainan dan menggunakan media yang sesuai. Media harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak-anak dan bermanfaat agar anak-anak mampu menceritakan kisah mereka (Geldard, 2011:78). Finger painting merupakan seni yang sudah lama ditinggalkan. Dahulu digunakan oleh orang-orang Amerika Utara, Cina dan Eropa. Dan diperkenalkan lagi oleh Shaw (Hardi Mulyono, 2008) pada tahun 1931. Shaw menemukan teknik ini tanpa sengaja. Salah satu murid Shaw, Leonardo mendapatkan luka di tangannya dan Shaw memberikan sebotol obat dan mengantar anak ke kamar mandi. Ketika Leonardo tidak kembali ke kelas, Shaw mendatangi anak itu dan menemukan anak sedang bermain-main dengan obat. Ia sedang melumuri dinding kamar mandi dengan obat tersebut. Shaw memilih melihat kekacauan itu sebagai suatu bentuk kreativitas.

Dari temuan tersebut, Shaw dan murid-muridnya menghabiskan lima tahun melakukan penelitian untuk menciptakan material cat yang aman untuk anak. Material yang bebas dari racun sehingga anak dapat menggunakannya dengan bebas. Teman sekerja Shaw, John Thomas Payne, seorang artis dan psikolog,mempelajari metode dan filosofi Shaw dan meneruskannya ketika Shaw meninggal pada tahun 1969. Point terpenting dari Shaw adalah gerakan. Dalam melakukan aktivitas ini, bukan hanya tangan saja yang bergerak tetapi seluruh tubuh.

Sebagaimana diungkapkan The American Art Therapy Associaton (Malchiodi;2003), art therapy adalah sebuah proses penyembuhan yang dilakukan


(18)

dengan membuat sebuah karya seni yang kreatif. Proses penyembuhan ini berguna dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Art Therapy sangat membantu dalam mengatasi gangguan emosi, menyelesaikan konflik, menambah wawasan, mengurangi perilaku bermasalah, serta meningkatkan kebahagiaan hidup.

Menurut BAAT (British Association of Terapist Art), mengatakan bahwa art therapy adalah suatu bentuk psikoterapi yang menggunakan seni sebagai media dengan modus utama sebagai wadah komunikasi. Menurut BAAT, art therapy dapat digunakan untuk kelompok, individu, tergantung pada kebutuhan konseli dan kegiatan art therapy bukan sebagai aktivitas rekreasi atau pelajaran seni, meskipun dalam setiap sesi yang dijalani menyenangkan. Untuk kegiatan ini konseli tidak perlu memiliki pengalaman sebelumnya atau keahlian seni. Malchiodi (2003) Art Therapy digunakan sebagai fasilitas perawatan kejiwaan. Namun, seriring dengan perkembangan kebutuhan manusia Art Therapy memiliki fungsi preventif yaitu mengembangkan suatu sikap yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

Finger painting merupakan salah satu bagian dari art therapy. Finger paiting mempunyai kandungan sepiritual, seperti yoga. Aktivitas yang baik untuk meningkatkan kepercayan diri dan dapat digunakan secara maksimal untuk pengekspresian diri (Downs, 2008). Penggunaan finger painting dalam mereduksi perilaku agresif telah mengajarkan keterampilan peserta didik untuk mengajarakan keterampilan manajemen konflik.

Finger painting sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Hal ini merupakan aktivitas yang sehat dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak. Seni adalah dramatis karena memiliki kemampuan untuk mengangkut dunia orang lain, dunia yang tampaknya lebih baik, atau lebih santai (Allen & Krebs, 2006:92). Dengan seni visual memberi kita akses ke pengalaman individu karena sebagian individu belum mampu mengartikulasikannya secara lisan (Allen & Krebs, 2006:83). Hal ini untuk melihat bagaimana individu menggambarkan kehidupannya, seperti ketika bertanya kepada anak. Lewat seni visual mereka


(19)

dapat menggambarkan keluarganya. Ini bisa sangat mengungkapkan karena anak jauh lebih bebas mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan menggunakan teknik finger painting.

Bimbingan dan konseling merupakan sarana pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya termasuk juga untuk mengembangkan sikap negatif termasuk perilaku agresif. Untuk membuat anak mau membicarakan masalah sensitif konselor harus menggunakan media dengan menggunakan teknik konseling dimana jika ingin bergabung dengan anak-anak sebelumnya kita masuk di dunia mereka.

Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi kekanak-kanakan atau menjadi anak-anak, tetapi ini berarti berhubungan dengan bagian dari diri kita yang sesuai dengan dunia anak-anak dan yang paling penting adalah konselor mencari cara memfasilitasi atau berhubungan dengan anak-anak untuk masuk ke dunianya. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan, maka peneliti merasa teartarik meneliti program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting. Sehingga anak dapat mengembangkan keterampilan baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Masa Sekolah Dasar sering disebut masa intelektual atau masa keserasian

sekolah. Dalam mengikuti pendidikan formal, anak banyak berinteraksi atau bersosialisasi dengan anak-anak lain. Dalam bersosialisasi itu anak akan menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118), pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif, pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan pertengkaran lawan jenis.

Menurut Murry (Hardi Mulyono, 2008) agresif didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresif adalah


(20)

tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Namun, yang menjadi masalah serius adalah apabila pola-pola agresif ini menetap dan berlebihan. Bayangkan betapa dampak yang sangat merugikan bila kita tidak dengan sungguh-sungguh mengatasi sikap anak karena tentunya sangat mempengaruh masa depan anak tersebut. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi sikap anak, tetapi kita tentulah harus berhati-hati apakah malah dapat menimbulkan masalah baru bagi anak di kemudian hari.

Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak segera ditangani dapat mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan sosialnya. Anak akan meniru dan membentuk siswa lain untuk berperilaku agresif pula. Perilaku agresif siswa dianggap biasa dan akan semakin meluas. Menurut (Geldard, 2011:77) sebagai konselor, sudah seharusnya kita harus melibatkan diri dengan anak-anak sehingga mereka bisa berbicara bebas mengenai masalah yang menyakitkan dan kita bisa bergabung dengan anak-anak melalui permainan, tanah liat dan macam bentuk seni lainnya. Konselor memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak agar siswa dapat mengembangkan potensinya.

Seni adalah suatu bentuk ekspresi dan komunikasi. Seni mempunyai nilai penting yang sama dengan pelajaran-pelajaran yang terdapat pada kurikulum pendidikan. (Dewey, 1934). Apabila pendekatan seni digunakan secara baik dan benar, dapat menjadi suatu pendekatan yang sangat berguna untuk membantu anak mengatasi masalahnya sehingga dapat memperbaiki perilaku anak. Menurut The American Art Therapy Associaton (Malchiodi;2003) art therapy adalah sebuah proses penyembuhan yang dilakukan dengan membuat sebuah karya seni yang kreatif. Proses penyembuhan ini berguna dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Art Therapy sangat membantu dalam mengatasi gangguan emosi, menyelesaikan konflik, menambah wawasan, mengurangi perilaku bermasalah, serta meningkatkan kebahagiaan hidup.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pemberian bantuan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik untuk mengurangi perilaku agresif di sekolah yaitu penggunaan finger painting. Finger painting dapat membantu atau membuat anak duduk diam dalam waktu lima menit atau lebih. Shaw


(21)

mengemukakan ada sesuatu hubungan antara tindakan fisik dari menyentuh cat dengan sesuatu di dalam diri individu (Hardi Mulyono, 2008). Finger painting secara singkat dinyatakan sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Finger painting merupakan aktivitas yang sehat dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak. Namun pokok permasalahan yang akan dibahas penulis adalah bimbingan mereduksi perilaku agresif melalui teknik finger painting.

Maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran umum perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?

2. Seperti apa rumusan program bimbingan yang efektif untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?

3. Seperti apa gambaran keefektifan program bimbingan menggunakan teknik finger painting dalam mereduksi perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum perilaku agresif di SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 dan efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014

1. Memperoleh gambaran umum perilaku agresif di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014

2. Merumuskan program bimbingan yang efektif untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014

3. Keefektifan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak menggunakan teknik finger painting di kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014


(22)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Konselor Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi konselor untuk mengetahui peserta didik yang berprilaku agresif di SDN Leuwi Anyar. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan sekolah.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan instrumen dan fokus penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, asumsi dan struktur organisasi skripsi. Bab II menyajikan konsep teoretis yang terdiri dari konsep agresi anak dan finger painting, kerangka berpikir, penelitian terdahulu, dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari lokasi populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, devinisi operasional variabel, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari penguraian hasil penelitian dan pembahasan temuan penelitian. Bab V Penutup, terdiri dari simpulan dan rekomendasi hasil penelitian.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakspeserta didikan di SD Negeri Leuwi Anyar yang berlokasi di Jalan Leuwi Anyar IV, Kel. Kebonlega, Kec. Bojongloa Kidul Bandung 40235. Alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan berdekatan dengan terminal bis. Tempat itulah yang kemudian menjadi simbol rawan kriminalitas dan agresifitas di lingkungan tersebut. Banyak peserta didik pedagang kaki lima dan pengamen peserta didik-peserta didik. Di lingkungan tersebut mereka membaur dengan orang dewasa yang mayoritas berkata kasar, berperilaku kasar, penyebab dari lingkungan juga turut mempengaruhi yakni polusi udara, kesesakan sehingga timbul kejengkelan, frustasi karenanya. Hal inilah yang mengakibatkan peserta didik khususnya SD Negeri Leuwi Anyar dapat berprilaku agresif.

Populasi dalam penelitian adalah peserta didik Kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung tahun ajaran 2013/2014. Jumlah populasi penelitian adalah 74 orang. Sampel penelitian diambil secara Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan secara undian, memilih bilangan, dan daftar bilangan secara acak, dsb (Sugiyono, 2010:64). Berdasarkan pengertian tersebut maka peneliti mengambil sampel dengan cara mengundi dari jumlah peserta didik yang memiliki tingkat agresi tinggi. Untuk penyebaran angket sebanyak 2 kelas, dan dalam penelitian ini peserta didik yang diberi intervensi (treatment) adalah 2-13 peserta didik dari hasil skor tertinggi perilaku agresif secara acak. Pertimbangan menentukan jumlah berdasarkan prespektif bimbingan kelompok bahwa jumlah anggota kelompok yang efektif adalah 2-15 anggota (Rusmana, 2009: 14).


(24)

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi Penelitian Peserta Didik Kelas V SD NegeriI Leuwi Anyar

No. Kelas Anggota Populasi

1. V A 39

2. V B 35

Total 74

Adapun banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 peserta didik (laki-laki 13) dengan kategori perilaku agresif tinggi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan one-group pre-test post-test design. Pada desain ini terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain penelitian digunakan untuk memperoleh gambaran keefektifan program bimbingan menggunakan teknik finger painting dalam mereduksi perilaku agresif di SD Negeri Leuwi Anyar Tahun Bandung tahun ajaran 2013/2014. Desain penelitian tindakan dilakukan melalui langkah-langkah yang dapat dilihat pada gambar berikut.


(25)

Analisis Kondisi Objektif Lapangan

Identifikasi kasus dan membuat rancangan bimbingan kelompok melalui finger painting

Proses pelaksanaan bimbingan kelompok melalui

finger painting

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

Evaluasi Akhir

Analisis Hasil

Kesimpulan

Keterangan

1. Analisis kondisi objektif lapangan, tahap ini merupakan analisis kondisi objektif lapangan di SDN Leuwi Anyar Bandung. Analisis dilakukan dengan mengamati kondisi lapangan pada meliputi perilaku agresif peserta didik yang dilakukan melalui observasi pada saat kegiatan belajar mengajar dan istirahat. Dari hasil pengamatan terdapat beberapa siswa yang diindikasikan memiliki perilaku agresif yang tinggi dengan indikator perilaku di antaranya permusuhan terbuka dan pertengkaran, kekerasan dan marah yang sadis, dan suka menggertak.


(26)

2. Pada tahap ini, dilakukan pengembangan rencana tindakan bagi siswa kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung yang memiliki perilaku agresif tinggi yaitu menetapkan treatment yang akan diberikan kepada siswa yang mengalami perilaku agresif tinggi yaitu dengan bimbingan kelompok melalui permainan finger painting.

3. Proses Pelaksanaan Bimbingan Kelompok melalui finger painting.

Tahap ini merupakan pelaksanaan intervensi yang didokumentasikan melalui pedoman observasi, angket, dan pengambilan gambar. Berikut ini rincian kegiatan pelaksanaan intervensi, yaitu:

a) Pelaksanaan tindakan yang dimulai dari perencanaan dan tindakan dengan menggunakan bimbingan kelompok melalui finger painting.

b) Observasi pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting untuk mereduksi perilaku agresif.

c) Refleksi perilaku agresif berdasarkan temuan dalam proses pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting.

4. Evaluasi Akhir

Evaluasi akhir bertujuan sebagai evaluasi dari seluruh kegiatan pelaksanaan bimbingan kelompok melalui finger painting. Evaluasi dilakukan menggunakan jurnal harian.

5. Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari evaluasi akhir dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan uji statistik.

6. Kesimpulan

Hasil analisis dan pemaknaan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai umpan balik bagi intervensi. Pada akhir penelitian tindakan, hasil analisis dan pemaknaan data digunakan untuk menarik kesimpulan.


(27)

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode pra-eksperimen. Metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana dijabarkan berikut ini:

a. Tahap I

Tahap persiapan, meliputi: (a) penyusunan proposal skripsi; (b) penyusunan skripsi; dan (c) pembuatan surat izin penelitian untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

b. Tahap II

Tahap pengumpulan data, meliputi: (a) penyusunan dan pengembangan instrumen berupa angket untuk mengungkap tingkat agres peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Tahun Bandung; (b) judgment instrumen oleh ahli sebelum instrumen disebar ke lapangan; (c) penyebaran angket.

Tahap I Persiapan Tahap II Pengumpulan Data Tahap III Pengolahan Data Tahap IV Penyusunan Program Tahap V Pelaksanaan Treatment Tahap VI Evaluasi Tahap VII Kesimpulan dan Rekomendasi


(28)

c. Tahap III

Tahap pengolahan data meliputi: (a) verifikasi data, (b) penyekoran data, dan (c) pengelompokkan data.

d. Tahap IV

Tahap penyusunan program, program yang disusun berupa program teknik finger painting dalam mereduksi agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013/2014 Bandung.

e. Tahap V

Tahap pelaksanaan tindakan, tindakan dengan menggunakan teknik finger painting pada peserta didik yang memiliki tingkat agresi tinggi.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku Agresif Peserta Didik

Perilaku agresif peserta didik yang menjadi target dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung. Perilaku agresif peserta didik disini diartikan sebagai tindakan yang disengaja untuk menyakiti atau melukai baik secara verbal maupun non verbal. Aspek-aspek yang muncul pada perilaku agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar mengacu pada Schneiders (1955: 336) menurutnya bentuk-bentuk perilaku agresif terbagi menjadi dua yaitu bentuk agresi verbal dan non verbal. Dalam penelitian ini menurut Schneiders (Haerudin, 2002) aspek dan indikator dikembangkan menjadi;

a. Self-Assertion (suka menonjolkan diri), seperti memiliki gejala keinginan untuk berhasil tanpa usaha.

b. Possesion (memiliki), seperti suka menuntut semua barang seperti semua mainan adalah miliknya (umumnya pada peserta didik-peserta didik), merampas atau merenggut dengan kasar mainan atau sesuatu kepunyaannya bila diambil orang lain, dan menyembunyikan barangnya dari orang lain.


c. Teasing (suka mengganggu), seperti suka mengejek dengan kata-kata yang tajam.



(29)

d. Dominance (suka menguasai), seperti menguasai orang lain, tidak mau dilawan atau ditantang baik pendapat maupun perintahnya.

e. Bullying (suka menggertak), seperti serangan permusuhan biasanya tertuju pada yang lebih lemah, memandang dengan marah

f. Open hostility and Attact (permusuhan terbuka dan pertengkaran), seperti suka berkelahi, menyepak, dan menggebrak meja

g. Violence and Destruction (bengis dan merusak), seperti merusak fasilitas umum h. Revenge (balas dendam), seperti melukai melalui kata-kata kasar atau dengan

melukai psikisnya

i. Brutality and Sadistic Fury (kekerasan dan marah yang sadis), seperti ingin memukul korban sampai parah

2. Teknik Finger Painting

Teknik finger painting difokuskan pada indikator yang memiliki tingkat ketercapaian tinggi dari aspek kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melampiaskan perilaku agresif melalui teknik finger painting lalu menyadari dan meminta maaf atas perbuatannya sehingga peserta didik dapat mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukan.

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket (kuesioner). Kuesioner merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang dibuat adalah angket yang mengungkap perilaku agresif peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung. Angket tersebut dikembangkan dari bentuk-bentuk perilaku agresif yang diungkapkan oleh Schneider. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pernyataan tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan


(30)

jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan perilaku agresif peserta didik peserta didik di sekolah dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian merujuk pada pendapat Schneider. Kisi-kisi instrumen sebelum judgement tersaji pada Tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif

No. Aspek Indikator Pernyataan (-) Jumlah

1. Self Assertion

(suka menonjolkan diri atau membenarkan diri)

Membicarakan kelebihan diri sendiri

1, 2 2

Memiliki keinginan untuk berhasil tanpa usaha

3, 4, 5 3

2. Possesion (memiliki)

Suka menuntut semua barang seperti semua mainan adalah miliknya

6, 7 2 2

Merampas atau merenggut dengan kasar mainan atau sesuatu kepunyaannya bila diambil orang lain,

8, 9 2

Menyembunyikan barangnya dari orang lain

10, 11 2

3. Teasing

(suka mengganggu)

Suka mengejek dengan kata-kata yang tajam.

12, 13 2

4. Dominance (suka menguasai)

Menguasai orang lain 14, 15, 16 3 Tidak mau dilawan atau

ditantang baik pendapat maupun perintahnya.


(31)

No. Aspek Indikator Pernyataan (-) Jumlah

5. Bullying

(suka menggertak)

Memandang dengan marah 20, 21 2

6. Open Hostility and Attact (permusuhan terbuka dan pertengkaran)

Suka berkelahi 22, 23, 24 3

Menyepak 25, 26 2

Menggebrak meja 27 1

7. Violence and Destruction (bengis dan merusak)

Merusak fasilitas umum 28, 29 2

8. Revenge (balas dendam)

Melukai melalui kata-kata kasar atau dengan melukai psikisnya

30, 31, 32 3 3

9. Brutality and Sadistic Fury

(kekerasan dan marah yang sadis)

Ingin memukul korban sampai parah

33, 34 2 2

Jumlah 34 34

3. Skoring

Angket dikembangkan dalam bentuk force choice, yaitu berisi pernyataan

yang bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”.

Peserta didik diberi sejumlah pernyataan kemudian menjawab setiap pernyataan

dengan cara memberi tanda silang pada kolom “Ya” untuk jawaban yang sesuai

dengan keadaan diri peserta didik atau kolom “Tidak” untuk jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan diri peserta didik. Format penilaian angket dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Format Penilaian Angket

Pernyataan Ya Tidak


(32)

4. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan cara menimbang (judgement) pada setiap butir pernyataan yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan angket dari segi bahasa, materi, maupun konstruk. Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut. Hasil judgement dari tiga pakar tersebut dijadikan bahan untuk menyempunakan angket sehingga layak diberikan kepada responden (Peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung).

5. Uji Keterbacaan

Sebelum instrumen diuji validitas, instrumen tersebut di uji keterbacaan kepada sampel setara di sekolah lain. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrument tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas V SD Negeri Leuwi Anyar Bandung 2013/2014.

6. Uji Validitas

Uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 121). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006: 158). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Point Biseral Correlation.


(33)

(Sudijono, 2008: 185)

Keterangan:

= koefisensi biserial

= mean butir yang menjawab benar = mean skor total

= simpangan baku total

= proposi yang menjawab benar

Untuk melihat signifikasninya digunakan Uji-t dengan rumus :

√ √

(Sudijono, 2008: 195)

Keterangan:

t = nilai t hitung

r = koefesien hasil r hitung n = jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n - 2). Kriteria yang digunakan adalah item yang memiliki dinyatakan sebagai item yang valid dan apabila dinyatakan invalid.


(34)

7. Uji Reliabilitas

Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 221) bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Adapun rumus yang digunakan dalam metod Kuder-Richardson sebagai berikut :

(Sudijono, 2008: 253)

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas tes n = Jumlah item

= Varians skor total

= Proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan

= Proporsi testee yang menjawab dengan salah butir item yang bersangkutan


(35)

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 20. Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 3.4

Interprestasi Koefisien Reliabilitas

Interprestasi

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2006: 196)

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan dari ke-34 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas (konsistensi internal) instrumen perilaku agresif sebesar 0.811. Artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen perilaku agresif peserta didik berada pada kategori sangat tinggi.

F. Pengembangan dan Pelaksanaan Program

1. Pengembangan Program

Dalam rangka menghasilkan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting yang layak dilaksanakan, maka disusun tahapan kegiatan sebagai berikut;

a. Tahap awal mengambil need assesment siswa terhadap perilaku agresif diungkap melalui angket perilaku agresif yang disebarkan kepada seluruh siswa.

b. Tahap pengkajian hasil need assesment yang diperoleh dari hasil angket dijadikan bahan masukan pengembangan program.

c. Tahap pengembangan program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting. Berdasarkan kajian terhadap data hasil angket dan


(36)

teori mengenai perilaku agresif anak, maka dikembangkan sebuah program finger painting.

d. Tahap judgement program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program adalah dilakukan judgement program kepada pakar atau ahli bimbingan dan konseling di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement atau validasi program tersebut bertujuan untuk memperoleh rumusan program finger painting yang layak untuk dilaksanakan di kelas baik dari sisi bahasa, isi maupun konstruk. Dengan demikian diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan program, sehingga tersusunlah bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting. Uji coba lapangan. Kegiatan uji coba yang berbentuk penelitian pra-eksperimen (one group pre test-post test) melibatkan siswa yang menjadi konseli yaitu siswa yang skor rata-rata agresifnya rendah yaitu dalam rentang 0-32,99 dan melibatkan sampel penelitian dengan skor rata-rata perilaku agresif tinggi yaitu dalam rentang 67,00-100,00. Pelatihan finger painting dilakukan selama 4 sesi dengan 10 materi pada bulan April-Mei.

e. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting Revisi program dilakukan atas hasil analisis pada uji coba yaitu dampak dan reaksi siswa selama proses bimbingan kelompok, sehingga terwujud program akhir finger painting yang mampu mereduksi perilaku agresif siswa.

2. Pelaksanaan Program

Gambaran setiap sesi intervensi program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif anak melalui teknik finger painting adalah sebagai berikut:

Sesi 1

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah, mengenal norma dalam berinteraksi dengan teman sebaya, serta meningkatkan rasa empati terhadap teman sebaya yang ditandai dengan

kesediaan untuk mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Merebut

Bendera’’. Layanan ini menggunakan alat melukis dan pilihan gambar bendera negara melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan mengisi jurnal kegiatan bimbingan.


(37)

Sesi 2

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat dapat meningkatkan kemampuan untuk menahan emosi dan mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman yang ditandai dengan kesediaan untuk mengikuti

seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Patuhilah Perintah”. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan mengisi jurnal kegiatan bimbingan.

Sesi 3

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan untuk membina hubungan yang positif yang ditandai dengan kesediaan untuk

mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Bangun Datar”. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan mengisi jurnal kegiatan bimbingan.

Sesi 4

Sesi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan cara pengendalian diri untuk tidak melukai teman, mempertunjukkan cara-cara mengkomunikasikan perasaan dengan tepat serta memahami perasaan diri dan orang lain. Sesi ini berjudul Melukis Sesuai Keinginan. Layanan ini menggunakan alat melukis melalui teknik finger painting dan diakhiri dengan mengisi jurnal kegiatan bimbingan.

G. Prosedur Penelitian

1. Langkah-Langkah Penelitian a. Penyusunan Proposal Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling, proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling maupun dari peserta seminar lainnya. Berdasarkan masukkan-masukkan yang diperoleh proposal tersebut


(38)

direvisi dan diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.

b. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakspeserta didikan kepada wali kelas mengenai gambaran umum agresi peserta didik di SD Negeri Leuwi Anyar Bandung dalam proses belajar, khususnya peserta didik kelas V. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi langsung saat peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga peneliti mendapatkan gambaran perilaku agresif peserta didik secara langsung.

c. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dilakukan sebagai persapan selanjutnya untuk mengumpulkan data. Proses perizinan dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pengumpulan data. Perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat UPI, Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Sekolah SD Negeri Leuwi Anyar Bandung.

d. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan 10 pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk pelaksanaan pre-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui tingkat agresif peserta didik yang menjadi sampel penelitian sebelum dilakukan treatment atau intervensi. Peneliti memberikan angket kepada seluruh peserta didik kelas V dan memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian angket tersebut. Setelah pre-test dilakspeserta didikan, peneliti melakukan pengolahan data secara statistik. Kemudian data empiris mengenai gambaran agresif peserta didik kemudian diturunkan ke dalam sebuah rancangan program yaitu “Program Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku agresif Peserta didik dengan Menggunakan Teknik Finger painting”. Program tersebut juga diuji kelayakannya sebelum diujicobakan di sekolah.

Pertemuan kedua digunakan untuk memberkan orientasi kepada kelas mengenai gambaran hasil pre-test yang mereka lakukan, serta tujuan untuk memberikan suatu intervensi agar perkembangan peserta didik dapat ditingkatkan


(39)

seoptimal mungkin. Pertemuan ketiga dan seterusnya digunakan untuk memberikan intervensi berdasarkan program bimbingan yang telah dirancang. Setalah program intervensi dilaksanakan, pertemuan terakhir diberikan post-test kepada peserta didik yang berada pada kelas sampel. Tujuan diadaknnya post-test ialah untuk mengetahui penurunan agresif peserta didik setelah diberikan treatment. Kemudian, skor post-test tersebut dibandingkan dengan skor pre-test untuk mengetahui efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik dengan menggunakan teknik finger painting.

e. Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang efektivitas program bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik dengan menggunakan teknik finger painting, serta kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

H. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Teknik yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Arikunto (2010:194), menjelaskan

“angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.”

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket

tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang

disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”

Dalam mengumpulkan data, angket yang disebarkan kepada responden berbentuk pernyataan-pernyataan mengenai aspek perilaku agresif siswa. Angket yang berisi 34 pernyataan (sebelum uji coba) disebarkan untuk mencari tingkat validitas dan reliabilitas. Setelah didapatkan hasil validitas dan reliabilitas, angket


(40)

yang berisi 34 pernyataan (setelah uji coba) disebarkan dalam tahap penelitian pretest dan posttest

2. Pengolahan Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian mengenai perilaku agresif peserta didik Kelas V SDN Leuwi Anyar dijawab dengan cara mengelompokkan perilaku agresif peserta didik ke dalam 3 kategori yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Hal yang pertama dilakukan adalah mengubah skor mentah menjadi skor matang, dengan menggunakan skor skala 100. Kemudian menentukan panjang kelas sebelumnya terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor terkecil, berikut rumus yang digunakan :

(Furqon, 2004: 24)

Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat diketahui dengan rumus:

(Furqon, 2004: 25)

Pada instrumen mengungkap perilaku agresif peserta didik yang telah disebarkan, diketahui bahwa skor terbesar ideal adalah 100 dan skor terkecil ideal adalah 0, sehingga dapat diketahui bahwa skor rentang, yaitu 100. Dengan menggunakan rumus di atas, didapat nilai panjang kelas, yaitu 33. Jadi untuk mengelompokkan data dengan rentang sebesar 100 dan banyak kelas sebanyak 3, diperlukan panjang kelas 33. Secara terperinci interval skor perilaku agresif peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

R = skor terbesar

skor terkecil


(41)

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Agresi Peserta didik

Rentang Skor Kategori

0 - 32,99 33,00 - 66,99 67,00 - 100,00

Rendah Sedang Tinggi

2. Pertanyaan kedua mengenai rancangan intervensi melalui teknik finger painting dalam mereduksi perilaku agresiff peserta didik. Rancangan intervensi disusun berdasarkan hasil pre-test. Uji kelayakan (judgement) dilakukan untuk rancangan intervensi.

3. Pertanyaan penelitian ketiga mengenai efektivitas teknik finger painting

dirumuskan ke dalam hipotesis “teknik finger painting efektif dalam mereduksi perilaku agresif peserta didik.” Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0 for windows.


(42)

PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF ANAK MELALUI TEKNIK FINGER PAINTING

KELAS V SDN LEUWI ANYAR TAHUN AJARAN 2013-2014

A. Rasional

Masa Sekolah Dasar sering disebut masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Dalam mengikuti pendidikan formal, anak banyak berinteraksi atau bersosialisasi dengan anak-anak lain. Dalam bersosialisasi itu anak akan menunjukkan perilaku yang sosial dan tidak sosial. Menurut Hurlock (1997:118), pola perilaku yang sosial antara lain : meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial dan tidak mementingkan diri sendiri dan perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak sosial (non-social) antara lain: negativisme, agresif, pertengkaran, merusak, mendominasi, egosentris, berprasangka buruk, dan pertengkaran lawan jenis.

Fenomena meningkatnya perilaku agresif dikalangan sekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar antara lain peserta didik di Malang tahun 2010, nekat memanjat tower saluran tegangan tinggi yang berada tak jauh dari sekolahnya. Untungnya aksi nekat peserta didik duduk di bangku kelas IV diketahui gurunya. Hal tersebut dikarenakan peserta didik berebut alat tulis, saling mengolok kemudian berkelahi (Aminudin, 2010). Peristiwa ini menegaskan bahwa apabila keinginan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan akan dapat menimbulkan perilaku agresif. Perilaku agresif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak kadang disertai dengan bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang lain.

Fenomena tersebut diperkuat dari data hasil penyebaran instrument yang dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014 mengenai perilaku agresif peserta didik, menunjukkan


(43)

jumlah peserta didik mengenai perilaku agresif sebanyak 9,2% peserta didik berada pada kategori rendah, sebanyak 71,1% berada pada kategori sedang dan 17,1% berada pada kategori tinggi.

Moore dan Fine dalam Koeswara (1988:5) mendefinisikan perilaku agresif sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap individu atau terhadap objek tertentu. Menurut (Singgih, 2012) perilaku agresif pada anak merupakan bentuk pelampiasan emosi. Anak kelihatan agresif sekali ketika menghadapi keadaan terkekang atau reaksi emosi terhadap frustasi karena dilarang melakukan sesuatu. Agresif anak juga sering muncul karena tingkah laku agresif sebelumnya mengalami penguatan. Selain itu anak menjadi agresif karena mencontoh apa yang dilihat sekitarnya. Perilaku agresif tersebut dapat disalurkan dalam bentuk perbuatan, tetapi bila perilaku tersebut dihalangi maka akan tersalurkan melalui kata-kata dan pikiran. Perilaku agresif anak dipandang sebagai perilaku yang cenderung menyakiti orang lain atau benda secara fisik maupun verbal dengan tujuan ataupun tanpa tujuan tertentu (Nurlaela, 2003:20).

Dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif anak adalah tindakan anak yang dapat melukai atau merugikan orang lain dan merusak barang atau objek lain di sekitar anak baik dilakukan dalam bentuk perilaku agresif secara fisik, verbal maupun nonverbal.

Setiap individu pernah melakukan agresi dalam bentuk yang berbeda, namun yang perlu mendapat perhatian adalah intensitas dalam melakukan agresi. Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan perilaku bila ia memenuhi persyaratan sebagai berikut (Saefi, 2010); bentuk perilaku luar biasa, misalnya memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku di atas dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Apabila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum juga termasuk perilaku agresif. Masalah perilaku agresif bersifat kronis, artinya perilaku


(44)

agresif bersifat menetap, terus-menerus, dan tidak menghilang dengan sendirinya. Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak segera ditangani dapat mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan sosialnya. Anak akan meniru dan membentuk peserta didik lain untuk berperilaku agresif pula. Perilaku agresif peserta didik dianggap biasa dan akan semakin meluas.

Bimbingan dan konseling merupakan sarana pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan bantuan kepada peserta didik dalam mengembangkan potensinya termasuk juga untuk mengembangkan sikap negatif termasuk perilaku agresif. Untuk membuat anak mau membicarakan masalah sensitif konselor harus menggunakan media dengan menggunakan teknik konseling dimana jika ingin bergabung dengan anak-anak sebelumnya kita masuk di dunia mereka. Menurut Geldard (2011:77) sebagai konselor, sudah seharusnya kita harus melibatkan diri dengan anak-anak sehingga mereka bisa berbicara bebas mengenai masalah yang menyakitkan dan kita bisa bergabung dengan anak-anak melalui permainan, tanah liat dan macam bentuk seni lainnya. Konselor memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya.

Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi kekanak-kanakan atau menjadi anak-anak, tetapi ini berarti berhubungan dengan bagian dari diri kita yang sesuai dengan dunia anak-anak dan yang paling penting adalah konselor mencari cara memfasilitasi atau berhubungan dengan anak-anak untuk masuk ke dunianya salah satunya dengan teknik finger painting.

Finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan cat pada kertas basah dengan jari atau dengan telapak tangan (Salim,1991). Sifat anak ketika melukis ingin cepat agar ide dan gagasan tidak kandas dan menghilang. Oleh karena itu, anak dengan nekat mengambil warna yang ada secara langsung dari warna yang telah disediakan. Dengan jari-jarinya anak merasakan bahwa ia dapat lebih cepat menyelesaikan


(45)

lukisannya. Akhirnya, anak mencelupkan tangannya sendiri ke cat warna. Perilaku anak seperti ini adalah perilaku bermain, jadi dengan model bermain, jari-jari anak tersebut lincah digerakkan ke media lukis. Teknik melukis langsung dengan cat pewarna tersebut dinamakan finger painting, yaitu teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat (Pamadi dan Sukardi, 2010:3.35).

Art Therapy adalah teknik terapi yang menggabungkan berbagai bentuk seni visual (termasuk gambar, lukisan patung, dan teknik terkait) sebagai sarana berkomunikasi. Art therapy ini dirancang untuk membantu individu yang telah berjuang dengan kecanduan, trauma, depresi, kesedihan atau jenis lain dari tantangan fisik, mental atau emosional (Dewi, 2013). Menurut Malchiodi (2003) Art Therapy digunakan sebagai fasilitas perawatan kejiwaan. Namun, seriring dengan perkembangan kebutuhan manusia art therapy memiliki fungsi preventif yaitu mengembangkan suatu sikap yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Disampaikan oleh Council (Malchiodi, 2003) bahwa fungsi preventif art therapy dilakukan melalui suatu pengaturan yang disesuaikan dengan intervensi kesehatan manusia yang dilakukan baik secara traidisonal maupun komplementer. Para ahli biasanya melakukan art therapy dengan menggunakan teknik bermain, kondisi ini membuat art therapy menjadi sangat sesuai jika digunakan dalam dunia anak-anak.

Finger painting dapat membantu atau membuat anak dan remaja duduk diam dalam waktu yang relatif cukup lama. Finger painting merupakan aktivitas yang baik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan dapat digunakan secara maksimal untuk pengekpresian diri yang dapat diterima dengan baik tanpa adanya paksaaan. Tentunya dengan paksaan hanya akan menimbulkan masalah baru bagi anak di hari berikutnya.

Program bimbingan melalui teknik finger painting terhadap tingkat agresi anak penting dilakukan. Apabila peserta didik berada pada kondisi yang tidak teratur di sekolah dan belum mecapai tugas-tugas perkembangannya seperti belajar bergaul dengan teman sebaya, belajar


(46)

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru, belum mengembangkan sikap positif terhadap kelompok-kelompok sosial, maka hal tersebut akan mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan sosial.

Semakin tinggi tingkat agresi peserta didik maka semakin rendah kemampuan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu peserta didik perlu mendapatkan bimbingan untuk mereduksi perilaku agresifnya dengan menggunakan teknik finger painting.

Data hasil dari penyebaran instrument yang dilakukan pada peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014 mengenai perilaku agresif peserta didik, menunjukkan bahwa sebanyak 7 peserta didik, (9,2%) berada pada kategori rendah dengan rentang skor antara 0 - 32,99; sebanyak 54 peserta didik (71,1%) berada pada kategori sedang hdengan rentang skor antara 33,00 - 66,99; sebanyak 13 peserta didik (17,1%) berada pada kategori tinggi dengan rentang skor 67,00 - 100,00.

Dari data tersebut menunjukkan peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar lebih banyak berada pada kategori sedang, artinya secara umum peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar memiliki masalah dengan perilaku agresif sehingga membutuhkan layanan bimbingan untuk mereduksi perilaku agresif.

Dengan adanya fenomena agresi yang tinggi itulah yang perlu direduksi menjadi kadang-kadang bahkan tidak pernah/rendah, maka dibuatlah suatu program intervensi penelitian pra-eksperimen untuk membantu peserta didik mereduksi perilaku agresif dengan menggunakan teknik finger painting. Teknik finger painting dinyatakan efektif untuk mereduksi perilaku agresif anak. Penggunaan strategi-strategi yang terdapat pada program finger painting diprediksi dapat digunakan untuk mereduksi perilaku agresif anak.

Finger painting mampu melakukan perubahan diri kearah yang lebih positif. Finger painting secara singkat dinyatakan sebagai aktivitas yang dapat menenangkan anak. Hal ini merupakan aktivitas yang sehat


(47)

dan bertujuan dalam mereduksi perilaku agresif karena anak dapat memvisualisasikan emosinya lewat garisan gambar, warna dan bentuk dari gambar tersebut yang membangun keselarasan mental anak.

B. Deskripsi Kebutuhan.

Hasil penyebaran instrumen kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar menghasilkan gambaran umum profil kecenderungan perilaku agresif sebagai berikut;


(48)

Tabel 3.6

Deskripsi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014

Aspek Tingkat

Ketercapaian

Kondisi Kecenderungan Perilaku Agresif

Kebutuhan Intervensi Layanan Bantuan

Self Assertion

(sukamenonjolkan diri atau membenarkan diri)

76,3% Peserta didik belum menumbuhkan rasa empati terhadap teman sebaya

Memahami perasaan diri dan orang lain Mengembangkan rasa empati terhadap

teman

Layanan Dasar

Layanan Dasar Possesion

(memiliki)

56,6% Pe Peserta didik belum menumbuhkan rasa empati terhadap teman sebaya

Memahami perasaan diri dan orang lain Mengembangkan rasa empati terhadap

teman

Layanan Dasar

Layanan Dasar Teasing

( (suka mengganggu)

97,4% Peserta didik belum bertanggung jawab atas ucapannya

Meningkatkan kemampuan untuk menahan emosi

Mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman

Layanan Dasar

Layanan Dasar

Dominance ( (suka menguasai)

78,9% Peserta didik belum menumbuhkan rasa empati terhadap teman sebaya

Meningkatkan kemampuan untuk menahan emosi

Mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman

Layanan Dasar


(49)

Bullying

(s (suka menggertak)

97,4% Pe Peserta didik belum bertanggung jawab atas ucapannya

Meningkatkan kemampuan untuk menahan emosi

Mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman

Layanan Dasar

Layanan Dasar

Open Hostility and Attact (permusuhan terbuka dan pertengkaran)

67,1% PePeserta didik belum mampu

mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal yang negatif

Meningkatkan kemampuan untuk membina hubungan yang positif

Mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah

Layanan Dasar

Layanan Dasar

ViViolence and Destruction (bengis dan merusak)

97,4% Peserta didik belum mampu

mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal yang negatif atau merusak

Meningkatkan kemampuan untuk membina hubungan yang positif

Mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah

Layanan Dasar

Layanan Dasar

Revenge (balas dendam)

52,6% Peserta didik belum bertanggung jawab atas ucapannya

Meningkatkan kemampuan untuk menahan emosi

Mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman

Layanan Dasar

Layanan Dasar

Brutality and Sadistic Fury (kekerasan marah yang sadis)

97,4% Pe Peserta didik mengendalikan diri untuk tidak melukai teman

Mengembangkan cara pengendalian diri untuk tidak melukai teman


(50)

Berdasarkan data diatas, pengembangan materi dalam program bimbingan dan konseling dengan teknik finger painting difokuskan pada indikator yang memiliki tingkat ketercapaian sangat tinggi dan aspek kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar.

C. Sasaran

Sasaran pelaksanaan bimbingan kelompok untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik adalah satu kelompok terdiri dari dari 13 peserta didik kelas V SDN Leuwi Anyar Tahun Ajaran 2013-2014 Bandung dengan prioritas peserta didik yang memiliki perilaku agresif kategori skor sangat tinggi.

D. Tujuan

Tujuan umum dari intervensi bimbingan melalui program finger painting ialah untuk mereduksi perilaku agresif anak dengan kondisi berada pada tingkat sering menjadi kadang-kadang bahkan hingga mencapai tingkat intensitas tidak pernah sebagai pencapaian optimal program.

Secara umum, tujuan dari program bimbingan kelompok untuk dapat mereduksi perilaku agresif peserta didik, sedangkan secara khusus, bertujuan agar:

1. Peserta didik mampu mengendalikan dorongan agresif dalam dirinya lalu mengalihkan dorongan tersebut dengan kegiatan finger painting. 2. Peserta didik mampu mengembangkan keterampilan untuk

mengendalikan perilaku impulsive (kemampuan berpikir sebelum bertindak).

3. Peserta didik mampu memilih aktivitas yang positif.


(51)

E. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan permainan finger painting dalam bimbingan kelompok untuk mereduksi perilaku agresif anak dilakukan selama empat kali pertemuan, dan hari untuk memberikan treatment dilaksanakan sesuai kesepakatan dengan wali kelas yaitu pada saat jam pelajaran sekolah, dan disesuaikan dengan tempat pelaksanaan serta aspek yang ingin dicapai. Kegiatan finger painting dilakukan di dalam ruangan kelas dengan alokasi waktu satu kali pertemuan selama 45 menit.

F. Langkah-Langkah Implementasi Bimbingan untuk Mereduksi Perilaku Agresif Anak Melalui Teknik Finger Painting

Penyelenggaraan bimbingan disusun berdasarkan analisis kebutuhan melalui penggunaan instrumen perilaku agresif peserta didik dengan sembilan aspek perilaku agresif yang telah dirumuskan. Teknik pelaksanaan bimbingan kelompok dilakukan di kelas dan kesediaan waktu ditentukan oleh kesepakatan wali kelas.

Pelaksaaan intervensi bimbingan melalui program finger painting melalui beberapa tahap sebagai berikut:

a. Peneliti mengumpulkan peserta didik kemudian diberikan pre-test untuk mengetahui tingkat agresi dan mengetahui perlakuan apa yang tepat untuk diberikan bagi peserta didik.

b. Melaksanakan intervensi bimbingan melalui teknik finger painting untuk mereduksi agresi selama 4 sesi pertemuan.

c. Melaksanakan post test setelah sesi intervensi dilaksanakan.

d. Peneliti menyajikan laporan tentang pelaksanaan bimbingan melalui finger painting untuk mereduksi perilaku agresif peserta didik.


(52)

G. Rencana Operasional (Action Plan)

Adapun rencana operasional (action plan) dalam pemberian treatment dengan menggunakan teknik finger painting untuk mereduksi perilaku agresif anak khususnya di lingkungan sekolah tertera pada tabel berikut.


(53)

TABEL 3.7

Rancangan Operasional Intervensi Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Teknik Finger Painting Untuk Mereduksi Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas V SDN Leuwi Anyar Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

Sesi Tujuan Intervensi Materi Layanan dan Kegiatan

Kebutuhan Layanan berdasar Hasil Penelitian

Strategi Teknik Alat dan Media

1 Mengikuti aturan-aturan yang

berlaku di sekolah Melukis Bendera (Mengenal

Warna)

Mengganggu teman Melanggar aturan-aturan

yang berlaku di sekolah

Bimbingan Kelompok

Art and Craft dengan Finger

painting

Kertas gambar, palet, cat air, tissue, dan air

2 Meningkatkan kemampuan untuk menahan emosi dan mengenal norma-norma dalam

berinteraksi dengan teman

Patuhilah Perintah (Mencampur

Warna)

Melanggar aturan-aturan yang berlaku di sekolah Melukai hati teman atau

mengucapkan kata-kata kasar

Bimbingan Kelompok

Art and Craft dengan Finger

painting

Kertas gambar, palet, cat air, tissue, dan air

3 Meningkatkan kemampuan untuk membina hubungan

yang positif

Bangun Datar ( Menuangkan ide

dalam gambar)

Merusak fasilitas sekolah Sering berkelahi

Balas dendam

Bimbingan Kelompok

Art and Craft dengan Finger

painting

K Kertas gambar, palet, cat air, tissue, dan air


(54)

4 M Mengembangkan cara pengendalian diri untuk tidak melukai teman

Melukis sesuai keinginan (Menggambar

Bebas)

Mengganggu teman Sering berkelahi Melukai hati teman atau

mengucapkan kata-kata kasar

Bimbingan Kelompok

Art and Craft dengan Finger

painting

Kertas gambar, palet, cat air, tissue, dan air


(55)

H. Kompetensi Pelaksana Program

Agar tujuan program tercapai maka terdapat beberapa peran yang perlu dilakukan pelaksana program yaitu sebagai berikut:

1. Peran Peneliti

Secara umum peran konselor dalam pelaksanaan konseling kelompok yaitu sebagai fasilitator bertindak membimbing konseli mengenai cara dan aturan dalam pemberian layanan konseling termasuk bertindak dalam menangani kasus atau konflik ketika kegiatan berlangsung. Adapun peran konselor secara khusus adalah sebagai berikut:

a. Mengamati

Konselor mengamati peserta didik dan proses berjalannya kegiatan serta evaluasi di akhir kegiatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui peserta didik dengan cara melihat apa yang dilakukan dan mendengar apa yang dikatakannya. Apa yang dilihat dan didengar konselor sangat berguna untuk mengetahui proses kegiatan dan evaluasi terhadap apa yang terjadi. b. Membimbing

Konselor selain membimbing peserta didik secara tidak langsung melalui konselor sebaya juga memberikan bimbingan khusus atau pelatihan terhadap konselor sebaya dengan memberikanya pelatihan agar dapat memiliki pribadi yang dapat mencerminkan perilaku bersahabat dan memiliki kepribadian yang matang secara psikologis dalam mewujudkan kemampuan dalam hubungan membantu.

c. Menilai/evaluasi

Konselor melakukan proses penilaian dan pengumpulan informasi tentang berjalannya kegiatan serta mengindentifikasi kebutuhan dan mengevaluasi dan monitoring program.


(56)

2. Peran Guru

Peran Guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok yaitu;

a. Mengamati (observing) peserta didik, dimaksudkan untuk mengetahui peserta didik dengan cara melihat apa yang dilakukan dan mendengar apa yang dikataknnya. Apa yang dilihat dan didengar guru sangat berguna untuk membimbing peserta didik belajar. Menyarankan observasi meliputi gambaran tindakan peserta didik, bahasa, dan kreasi.

b. Membimbing (guilding) peserta didik belajar, dimaksudkan bagaimana guru menggunakan strategi pembelajaran untuk membantu peserta didik sesuai topik belajar dan minat

c. Menilai (assesing) peserta didik belajar, merupakan proses pengumpulan informasi tentang peserta didik untuk membuat keputusan, mengidentifikasi empat tujuan menilai, yaitu untuk membantu belajar, mengidentifikasi kebutuhan khusus, mengevaluasi dan monitoring program.

I. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

Program bimbingan dirancang berdasarkan atas hasil analisis terhadap profil agresivitas anak sebelum pemberian treatment. Dari hasil analisis profil diperoleh aspek-aspek agresif yang dapat direduksi dan dikembangkan melalui aktivitas finger painting dalam Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan.

Mekanisme penilaian yang digunakan untuk menilai keberhasilan proses layanan adalah dengan mengamati secara seksama proses pelaksanaan kegiatan, dari mulai tahap awal sampai tahap penutupan.

Evaluasi hasil yang dilihat dari indikator ketercapaian peserta didik yaitu perubahan tingkat kecenderungan perilaku agresif peserta didik dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test.


(1)

91

seyogyanya memberikan dukungan sistem dalam kegiatan bimbingan berupa mengupayakan penyediaan waktu khusus kegiatan layanan bimbingan pribadi sosial.

2. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan mengikuti penelitian selanjutnya pada jenjang yang lain mungkin saja tingkat TK, SD, atau SMA sehingga bila ditemukan permasalahan yang sama dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian bantuan layanan pada siswa di jenjang tersebut,

Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat meneliti aspek agresif yang lain dan dibedakan perbedaan agresif dari segi jenis kelamin sehingga penurunan agresif lebih optimal dan peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik yang lain selain finger painting untuk menurunkan agresif yang tinggi.


(2)

Asuh Orang Tua. Skripsi S1 Pada FIP UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Aminudin, M. Di Malang Siswa Sekolah Dasar Nekat Memanjat Tower. [Online]. Tersedia : http.//news.detik.com/malang/di-malang-siswa-sekolah-dasar-nekat-memanjat-tower. Diakses 9 Agustus 2013.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta.

Bandura, dkk. 2009. Teori-Teori Psikodinamik. Yogyakarta : Kanisius. Beaty, Janice J. 2006. Observation Development Of The Young Child, Sixth

Edition. New Jersey : Pearson Education Inc.

Brandt, M.A. 2009. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Finger

Painting. [Online] Tersedia : http.lifyasofyan.blogspot.meningkatkan

kemampuan-motorik-halus-dengan-finger-painting.html. Diakses 15 Maret 2013.

Dayakisni, T. dan Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Yogyakarta : UMM Press. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional

Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda Karya.


(3)

93

Dewi, Chandra. 2013. Program Bimbingan Dengan Menggunakan Teknik Finger

Painting untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini. Tesis pada

Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Douglas. 1996. Menumbuhkan Seni pada Anak. [Online]. Tersedia : http.//www.e-psikologidanseni.com. Diakses 9 Juli 2012.

Downs, Cathy. 2008. Finger Painting It’s Not Just For Kids Anymore. New Jersey : Carolina Parent.

Elkirany. 2005. Perilaku Agresif Remaja. [Online]. Tersedia : http.//www.net.-perilaku-agresif-remaja.htm. Diakses 15 Maret 2013.

Furqon. 2004. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Geldard, K. 2011. Konseling Anak-Anak Panduan Praktis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Haerudin. 2002. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif. Jakarta : Erlangga.

Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : Pustaka Setia.

Handayani, Sariah. 2004. Mereduksi Perilaku Agresif Anak Melalui Permainan, Skripsi S1 pada FIP UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Hazarika, Husna. 2013. Laporan Upaya Penanganan Permasalahan Melalui Layanan Konseling Pada Anak Agresif. [Online]. Tersedia :

http://www.laporan-upaya- penaganan-permasalahan-anak-agresif.html. Diakses 20 Desember 2013.

Hurlock, E. B. 1997. Alih Bahasa: Istiwidayanti, Soedjarwo. Psikologi

Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung : Eresco.


(4)

Maruf. 2007. Kekerasan Pada Anak Kian Meningkat [Online]. Tersedia : http://maruf.blogspot.kekerasan-pada-anak-kian –meningkat Diakses 8 Agustus 2014.

Hardimulyono, 2008. Mengatasi Masalah Agresifitas Anak Melalui Finger

Painting. Tersedia:

http.//hardimulyono.files.wordpress.com/mengatasi-masalah-agresifitas-anak-melalui-finger-painting.pdf. Diakses 23 September 2012 .

Natawadijaja, R. 2009. Konseling Kelompok Dasar dan Pendekatan. Bandung : Rizqi Press.

Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.

Nurihsan, A.J. 2011. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung : Mutiara.

Nurlaela, ela. 2003. Perilaku Agresif Anak Taman Kanak-Kanak dan Upaya

Bimbingannya.Skrispsi pada FIP UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Pamadhi, H dan Sukardi. 2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta : Erlangga. Prayitno, dan Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :

Adi Mahasatya.

Purwanto, 1992. Kecenderungan Perilaku Agresif [Online]. Tersedia : http.//digilib.ump.ac.id/download. Diakses 19 Oktober 2013. Riduwan.2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

Rob Allen dan Nina Krebs. 2006. Using The Expressive Arts And

Psychotherapist. Mac Millan : Palgrave Publishres.

Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan Dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.


(5)

95

Saefi, M. 2010. Faktor penyebab anak berperilaku agresif. [online]. Tersedia : http.belajarpsikologi.com/faktor-penyebab-anak-berperilaku-agresif Diakses 23 September 2012.

Salim, Peter. 1991. The Contemporary. Modern English Press.

Sardiman, 2001. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar [Online] Tersedia : http.sabda.org.mobile. Diakses 10 agustus 2013.

Scheneider, Alexander. 1955. Personal Adjusment And Mental Healty. New York : Holt.

Shabirina, Annisa. 2008. Hubungan Antara Kebiasaan Menonton Tayangan

Kekerasan di Televisi dengan Perilaku Agresif pada Anak. Skripsi S1 pada

FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Shields dan Cicchetii. 2001. Play Therapy Children In Crisis. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry.

Singgih. 2012. Mengatasi Tingkah Laku Agresif Pada Anak. [Online] . Tersedia : http.mengatasi-tingkahlaku-agresif-pada-anak. Diakses 26 Maret 2013. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Sugiyo, Dkk. 1987. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Dasar. [Online]. Tesedia : http.bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-dasar. Tersedia 1 Mei 2013. Suherman, 2007. Manajemen Bimbingan Dan Konseling. Bekasi : Madani

Production.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(6)

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Wtarsono. 2009. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Finger

Painting. [Online] tersedia :

http.meningkatkan-kemampuan-motorik-dengan-finger-painting.html. Diakses 30 maret 2013.

Wtarsono. 2009. Teori Perilaku Agresif . [Online]. Tersedia: http.//www. sahabat.cahaya. net.melukis-untuk-stimulasi-dan kecerdasan-anak. Diakses 10 Maret 2013.

Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda Karya.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan , Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung : Rosda Karya.

Zakyah, Sadiah. 2010. Perilaku Agresif Anak di SD dan Upaya Bimbingan Guru

dalam Menanganinya. Skripsi S1 Pada FIP UPI Bandung : Tidak