Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Teater Kampung dalam Mempertahankan Eksistensi (Studi Komunitas Teater Angka Nol, Krajan, Salatiga) T1 362008029 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi merupakan upaya untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan komunikasi bukan saja penyampaian informasi, tetapi juga pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain (

communication is the process to modify the behavior of other individuals ). Akan tetapi seseorang akan dapat berubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, apabila komunikasinya itu memang komunikatif. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Mulyana, 2005:69)

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell, Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan effect tertentu.

2.1.2 Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Bahasan teoritis mengenai komunikasi kelompok meliputi dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi serta pembuatan keputusan (Bugin, 2006:32)

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang sangat intensif diantara mereka satu sama lainnya, kelompok memiliki tujuan-tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi diantara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu. kelompok yang baik


(2)

adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif diantara anggota kelompok, serta tatap muka itu akan mengatur sirkulasi komunikasi makna diantara mereka sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan diantara mereka (Bugin, 2006:264)

Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi : a. Konformitas

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.

b. Fasilitasi sosial

Fasilitasi menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang benar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

c. Polarisasi

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.


(3)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok :

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfcation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi, maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.1

2.1.3 Komunikasi Organisasional

Komunikasi organisasional atau institusional berkenaan dengan komunikasi yang berlangsung dengan jaringan kerjasama antarpribadi dan atau antar kelompok dalam suatu organisasi atau institusi (Pawito, 2007:10)

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi : 1. Komunikasi internal.

Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1

http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok.html. diunduh 17 November 2012, pukul 13.42


(4)

a. Komunikasi vertikal

Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik.

1) Komunikasi ke atas artinya komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan, menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah tujuan dan meneruskan masalah-masalah yang ada. Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan serta memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.

2) Komunikasi ke bawah artinya komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukan masalah yang memerlukan perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja.

b. Komunikasi horizontal atau lateral

Yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis.


(5)

Bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain. Fungsi komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain.2

2. Komunikasi eksternal.

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat daripada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik :

a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi, press release, artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, film dokumenter, brosur,

leaflet, poster, konferensi pers.

b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.3

2.2 Komunitas

2

http://hendrik-igirisa.blogspot.com/ diunduh 20 Februari 2013, pukul 18.00 3

http://adiprakosa.blgospot.com/2008/07/komunikasi-organisasi.html. diunduh 17 N0vember 2012, pukul 14.25


(6)

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain yang lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.

Menurut Vanina Delobelle , definisi suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:

1. Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling menolong satu sama lain.

2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu

3. Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periodik

4. Influencer: Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat

George Hillery Jr pernah mengidentifikasi sejumlah besar defenisi, kemudian menemukan bahwa kebanyakan defenisi tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai:

1) the common elements of area

2) common ties

3) social interaction

George merumuskan pengertian komunitas sebagai “people living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one another” (orang-orang yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan ikatan bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).

Christensson dan Robinson melihat bahwa konsep komunitas mengandung empat komponen, yaitu:

1) People

2) place or territory

3) social interaction

4) psychological identification

Sehingga kemudian mereka merumuskan pengertian komunitas sebagai

people the live within a greographically bounded are who are involved in social interction and have one or more psychological ties with each other an with the place in which they live” (orang-orang yang bertempat tingal di suatu daerah yang terbatas secara geografis, yang terlibat dalam interaksi sosial dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan wilayah tempat tinggalnya). ( Fredian Tonny, 2003:22)


(7)

Komunitas yaitu yang menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu dan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas wilayahnya.(Soekanto, 1990)

Komunitas Teater Angka Nol Salatiga memiliki jadwal pertemuan yang termasuk ke dalam sesi latihan yang terbagi menjadi dua yaitu :

a. Latihan Rutin : Setiap Hari Minggu pukul 14.00 – 16.00

b. Latihan Produksi : 2-3 kali dalam seminggu setiap akan melakukan pementasan, di malam hari pukul 19.00 – 21.00

Di luar jadwal di atas, hampir setiap hari anggota komunitas Teater Angka Nol berkumpul di rumah ketua komunitas meski tidak lengkap dan hanya sekedar nongkrong atau membahas tema teater yang akan ditampilkan berikutnya. Selain itu, setiap pertengahan bulan selalu rutin diadakan pentas yang dihadiri oleh beberapa komunitas teater dari wilayah di luar Salatiga untuk mempererat tali silturahmi.

2.3 Teater

Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancisthéâtre berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti tempat untuk menonton). Awalnya sendiri diperkenalkan pada kultus dyonisius, awalnya sebagai ritual upacara pengorbanan domba atau lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang digunakan pada masa itu disebut "tragedi". Dalam perkembangannya, Dyonisius, dewa yang berwujud hewan itu kemudian berubah menjadi manusia dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan.

Teater adalah bagian dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting atau seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur, mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain."

Meski tidak tersegmen, komunitas Teater Angka Nol lebih banyak mengusung tema folklore (dongeng) serta fenomena yang terjadi di sekitar masyarakat.


(8)

Definisi eksistensi berdasarkan kamus bahasa Indonesia4 ialah keberadaan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kuantitas.

Dalam filsafat eksistensi, istilah eksistensi diartikan sebagai gerak hidup manusia kongkrit. Kata eksistensi berasal dari bahasa latin exsistere (ex berarti keluar dan tere berarti berdiri, tampil).5

Eksistensi ini perlu diberikan oleh orang lain karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja (performa) kita di dalam suatu lingkungan.6

2.5 Pola Komunikasi

Konsep komunikasi sebagai pola adalah dimana komunikasi itu diartikan sebagai sebuah proses yang berlangsung terus menerus dengan menggunakan berbagai cara simbolis dan berfungsi sebagai pertukaran gagasan dari pelaku komunikasi. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua oang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami (Djaramah, 2004:1)

2.6 Teori yang Digunakan

2.6.1 Analisis Interaksi Fisher

Dalam teori pengambilan keputusan ini, Fisher mengutip empat fase melalui tugas kelompok yang cenderung mengolah orientasi, konflik, kemunculan, dan penguatan. Dalam mengamati penyebaran interaksi melalui fase ini, Fisher memperhatikan jalannya perubahan interaksi sebagai sebuah keputusan kelompok yang telah diformulasikan dan dikuatkan. (Littlejohn, 2009:333-334)

a. Fase orientasi

Meliputi mendapatkan rekan, kejelasan, dan mulai mengungkapkan pandangan. Manusia cenderung menunjukkan rasa sepakat

4

http://www.KamusBahasaIndonesia.org/ diunduh 17 November 2012, pukul 18.50 5

http//auliarahmansinaga.blogspot.com/2011/11/eksistensi-manusia-dalam-kehidupan.html diunduh 16 Mei 2013, pukul 18.15

6

http://nadzzsukakamu.wordpress.com/2010/07/29/eksistensi/ diunduh pada tanggal 16 Mei 2013, pukul 18.28


(9)

dalam tahap ini, tetapi posisi mereka cenderung memenuhi syarat dan sementara, karena manusia menguji kelompok dan tidak tahu apa yang dituju. Dalam fase ini, manusia meraba-raba arah pandangan.

b. Fase konflik

Manusia dalam fase ini mulai menguatkan sikap mereka, dan banyak menghasilkan polarisasi. Di sini interaksi lebih meliputi evaluasi pertentangan dan keburukan. Anggota berdebat dan berusaha untuk membujuk, dan mungkin mereka membentuk koalisi dengan kelompok individu lain yang sepemikiran.

c. Fase kemunculan

Semua koalisi cenderung hilang pada fase ini, dimana prasangka kerjasama pertama kali muncul. Manusia kurang kuat dalam mempertahankan pandangan mereka. Seperti halnya mereka melunakkan posisi dan mengubah jalan sikap mereka, pendapat mereka menjadi lebih ambigu. Berbagai pendapat baik meningkat sampai sebuah kelompok memutuskan untuk muncul.

d. Fase penguatan

Keputusan kelompok menguat dan menerima penguatan dari anggota kelompok. Kelompok menyatu dan tetap berada di belakang solusi-solusinya, dan pendapatnya hampir positif dan menyenangkan. Ambiguitas pada fase ketiga cenderung menghilang.

2.6.2 Struktur jaringan komunikasi kelompok De Vito

Menurut De Vito, ada lima struktur jaringan komunikasi kelompok, kelima struktur tersebut adalah (De Vito, 2011:382-384) :

1. Struktur lingkaran

Struktur ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.


(10)

2. Struktur Roda

Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas. Yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota yang lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada di tengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam struktur roda bisa dibilang cukup efektif, tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.

3. Struktur Y

Struktur Y kurang tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.


(11)

4. Struktur Rantai

Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. Dalam struktur ini, sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

5. Struktur Semua Saluran atau Pola Bintang

Hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota siap berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanyya partisipasi anggota secara optimum. Jaringan terpusat / sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat. (De Vito, 2011:382-384)


(12)

2.7 Kerangka Pikiran

Gambar 1 Kerangka pikiran

Komunitas teater Angka Nol merupakan sebuah komunitas yang berdiri secara independen dan hampir sama sekali tidak mendapatkan sokongan dana dari pihak luar. Anggotanya merupakan masyarakat di sebuah kampung bernama Krajan di wilayah Salatiga. Bisa dikatakan bahwa pada awal berdirinya, mereka hanya bermodal nekat namun memiliki suatu tujuan yaitu mengangkat nama desa tempat mereka tinggal di mata khalayak luas. Komunitas ini sama sekali tidak melakukan promosi atau iklan sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas lain dalam upayanya untuk memperoleh nama agar dikenal masyarakat. Meskipun begitu, selama lima tahun mereka masih tetap berjalan sampai sekarang. Sebuah komunitas lahir tidak hanya dilihat dari seberapa besar modal (dana) yang dikeluarkan, lantas dapat terbentuk menjadi sebuah kesatuan yang solid pada saat itu juga. Terdapat beberapa proses yang harus dilalui (menurut analisis interaksi Fisher) yaitu Fase orientasi, Fase konflik, Fase kemunculan, Fase penguatan. Eksistensi komunitas teater angka nol juga tidak terlepas dari aspek-aspek penunjang eksistensi komunitas tersebut diantaranya adalah pola komunikasi yang


(13)

berlangsung di tubuh komunitas teater Angka Nol yang menurut De Vito, terdapak lima struktur pola komunikasi dalam kelompok yaitu struktur lingkaran, struktur roda, struktur Y, struktur rantai, serta struktur bintang.

Dalam penelitian ini, sangat penting diketahui bagaimana pola komunikasi yang dijalankan di tubuh Komunitas itu sendiri untuk mencapai sebuah eksistensi.


(1)

Definisi eksistensi berdasarkan kamus bahasa Indonesia4 ialah keberadaan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kuantitas.

Dalam filsafat eksistensi, istilah eksistensi diartikan sebagai gerak hidup manusia kongkrit. Kata eksistensi berasal dari bahasa latin exsistere (ex berarti keluar dan tere berarti berdiri, tampil).5

Eksistensi ini perlu diberikan oleh orang lain karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja (performa) kita di dalam suatu lingkungan.6

2.5 Pola Komunikasi

Konsep komunikasi sebagai pola adalah dimana komunikasi itu diartikan sebagai sebuah proses yang berlangsung terus menerus dengan menggunakan berbagai cara simbolis dan berfungsi sebagai pertukaran gagasan dari pelaku komunikasi. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua oang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami (Djaramah, 2004:1)

2.6 Teori yang Digunakan

2.6.1 Analisis Interaksi Fisher

Dalam teori pengambilan keputusan ini, Fisher mengutip empat fase melalui tugas kelompok yang cenderung mengolah orientasi, konflik, kemunculan, dan penguatan. Dalam mengamati penyebaran interaksi melalui fase ini, Fisher memperhatikan jalannya perubahan interaksi sebagai sebuah keputusan kelompok yang telah diformulasikan dan dikuatkan. (Littlejohn, 2009:333-334)

a. Fase orientasi

Meliputi mendapatkan rekan, kejelasan, dan mulai mengungkapkan pandangan. Manusia cenderung menunjukkan rasa sepakat

4

http://www.KamusBahasaIndonesia.org/ diunduh 17 November 2012, pukul 18.50

5

http//auliarahmansinaga.blogspot.com/2011/11/eksistensi-manusia-dalam-kehidupan.html diunduh 16 Mei 2013, pukul 18.15

6

http://nadzzsukakamu.wordpress.com/2010/07/29/eksistensi/ diunduh pada tanggal 16 Mei 2013, pukul 18.28


(2)

dalam tahap ini, tetapi posisi mereka cenderung memenuhi syarat dan sementara, karena manusia menguji kelompok dan tidak tahu apa yang dituju. Dalam fase ini, manusia meraba-raba arah pandangan.

b. Fase konflik

Manusia dalam fase ini mulai menguatkan sikap mereka, dan banyak menghasilkan polarisasi. Di sini interaksi lebih meliputi evaluasi pertentangan dan keburukan. Anggota berdebat dan berusaha untuk membujuk, dan mungkin mereka membentuk koalisi dengan kelompok individu lain yang sepemikiran.

c. Fase kemunculan

Semua koalisi cenderung hilang pada fase ini, dimana prasangka kerjasama pertama kali muncul. Manusia kurang kuat dalam mempertahankan pandangan mereka. Seperti halnya mereka melunakkan posisi dan mengubah jalan sikap mereka, pendapat mereka menjadi lebih ambigu. Berbagai pendapat baik meningkat sampai sebuah kelompok memutuskan untuk muncul.

d. Fase penguatan

Keputusan kelompok menguat dan menerima penguatan dari anggota kelompok. Kelompok menyatu dan tetap berada di belakang solusi-solusinya, dan pendapatnya hampir positif dan menyenangkan. Ambiguitas pada fase ketiga cenderung menghilang.

2.6.2 Struktur jaringan komunikasi kelompok De Vito

Menurut De Vito, ada lima struktur jaringan komunikasi kelompok, kelima struktur tersebut adalah (De Vito, 2011:382-384) :

1. Struktur lingkaran

Struktur ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.


(3)

2. Struktur Roda

Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas. Yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota yang lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada di tengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam struktur roda bisa dibilang cukup efektif, tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.

3. Struktur Y

Struktur Y kurang tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.


(4)

4. Struktur Rantai

Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. Dalam struktur ini, sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

5. Struktur Semua Saluran atau Pola Bintang

Hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota siap berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanyya partisipasi anggota secara optimum. Jaringan terpusat / sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat. (De Vito, 2011:382-384)


(5)

2.7 Kerangka Pikiran

Gambar 1 Kerangka pikiran

Komunitas teater Angka Nol merupakan sebuah komunitas yang berdiri secara independen dan hampir sama sekali tidak mendapatkan sokongan dana dari pihak luar. Anggotanya merupakan masyarakat di sebuah kampung bernama Krajan di wilayah Salatiga. Bisa dikatakan bahwa pada awal berdirinya, mereka hanya bermodal nekat namun memiliki suatu tujuan yaitu mengangkat nama desa tempat mereka tinggal di mata khalayak luas. Komunitas ini sama sekali tidak melakukan promosi atau iklan sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas lain dalam upayanya untuk memperoleh nama agar dikenal masyarakat. Meskipun begitu, selama lima tahun mereka masih tetap berjalan sampai sekarang. Sebuah komunitas lahir tidak hanya dilihat dari seberapa besar modal (dana) yang dikeluarkan, lantas dapat terbentuk menjadi sebuah kesatuan yang solid pada saat itu juga. Terdapat beberapa proses yang harus dilalui (menurut analisis interaksi Fisher) yaitu Fase orientasi, Fase konflik, Fase kemunculan, Fase penguatan. Eksistensi komunitas teater angka nol juga tidak terlepas dari aspek-aspek penunjang eksistensi komunitas tersebut diantaranya adalah pola komunikasi yang


(6)

berlangsung di tubuh komunitas teater Angka Nol yang menurut De Vito, terdapak lima struktur pola komunikasi dalam kelompok yaitu struktur lingkaran, struktur roda, struktur Y, struktur rantai, serta struktur bintang.

Dalam penelitian ini, sangat penting diketahui bagaimana pola komunikasi yang dijalankan di tubuh Komunitas itu sendiri untuk mencapai sebuah eksistensi.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB II

1 4 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB V

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Teater Kampung dalam Mempertahankan Eksistensi (Studi Komunitas Teater Angka Nol, Krajan, Salatiga) T1 362008029 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Teater Kampung dalam Mempertahankan Eksistensi (Studi Komunitas Teater Angka Nol, Krajan, Salatiga) T1 362008029 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Teater Kampung dalam Mempertahankan Eksistensi (Studi Komunitas Teater Angka Nol, Krajan, Salatiga) T1 362008029 BAB V

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Teater Kampung dalam Mempertahankan Eksistensi (Studi Komunitas Teater Angka Nol, Krajan, Salatiga) T1 362008029 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Teater Kampung dalam Mempertahankan Eksistensi (Studi Komunitas Teater Angka Nol, Krajan, Salatiga)

0 1 15