STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK SOSIAL ( Studi Kasus pada Surabaya Satria Club dalam Memperoleh Anggota ).

STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK SOSIAL

( Studi Kasus pada Sur abaya Satr ia Club dalam Memper oleh
Anggota )

SKRIPSI

Disusun oleh :
RACHMAD ROMADHONI
NPM. 07.430.10.137

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK SOSIAL
(Studi Kasus Sur abaya Satr ia Club Dalam Memper oleh anggota)
Oleh :
RACHMAD ROMADHONI
N P M : 074 3010 137

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji
Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal 20 J uni 2013

PEMBIMBING

TIM PENGUJ I
1. Ketua

Sumardjijati, Dra, MSi
NIP. 19620323 199103 2001

Ir. Didik Tranggono, Msi

NIP. 195812251990011001
2. Sekr etaris

Sumardjijati, Dra, MSi
NIP. 19620323 199103 200
3. Anggota

Zainal Abidin A.S.sos, Msi, M.Ed
NPT. 3 7305 99 0170 1
M enget ahui,
WS. DEKAN

Sumardjijati, Dra, MSi
NIP. 19620323 199103 200

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK SOSIAL
(Studi Kasus Pada Surabaya Satria Club Dalam memperoleh anggota)


Disusun Oleh :

Rachmad Romadhoni
NPM. 074 3010 137

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

SUMARDJ IJ ATI, Dra, MSi
NIP: 196203231991032001

Mengetahui
DE K AN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 19550718 198302 2001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “ Strategi Komunikasi Pada Kelompok Sosial ( Studi
Kasus Pada Surabaya Satria Club Dalam Memperoleh Anggota) “.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaikbaiknya. Hal tersebut karena masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan
skripsi ini.
Penyelesaian skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Ibu
Sumardjijati, Dra, Msi. selaku Dosen Pembimbing utama dalam penelitian ini, dan
ucapan terima kasih pula kepada :

1.

Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN
“Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Ibu Hj. Muji Artini dan H. Achmad Fauzi, sebagai Ayah dan Ibu yang selalu
member kasih sayangnya yang tak terbatas.

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


4.

Kekasih yang paling ku cinta, Margaretha Yurike yang tak pernah lelah
memberi dukungan kepada saya.

5.

Rekan-rekan dari Surabaya Satria Club (SSC) yang sangat membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan penuh

keterbatasan. Dengan harapan bahwa laporan ini dapat berguna untuk temanteman mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang
membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 15 Maret 2013
Penulis

Rachmad Romadhoni

iv


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................

i

KATA PENGANTAR .........................................................................

iii

DAFTAR ISI .......................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................


vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................

viii

ABSTRAK ..........................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................

1

1.2. Perumusan Masalah .........................................................

7

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................


7

1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................

7

1.4.1. Manfaat Teoritis ...................................................

8

1.4.2. ManfaatPraktis .....................................................

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................

9


2.2. Kajian Pustaka .................................................................

10

2.2.1. Komunikasi..........................................................

10

2.2.2. Strategi Komunikasi .............................................

14

2.2.2.1

Pengertian Strategi Komunikasi ..........

14

2.2.2.2


Perumusan Strategi ............................

17

2.2.2.3

Fungsi Strategi Komunikasi ...............

24

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3. Kelompok Sosial ..................................................
2.2.3.1

Organisasi Sosial ................................

2.2.3.2

Pertumbuhan dan Perkembangan

27
27

Kelompok ...........................................

28

2.2.4. Sepeda Motor .......................................................

30

2.3. Kerangka Berfikir ............................................................

32

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ................................................................

35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................

39

3.3. Obyek penelitian..............................................................

39

3.4. Subyek Penelitian ......................................................... ....

40

3.5. Sumber Data ....................................................................

41

3.6. Teknik Pengumpulan Data ...............................................

41

3.6.1. Wawancara ..........................................................

41

3.6.2. Observasi .............................................................

42

3.6.3. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen .......

42

3.7. teknik Analisis Data.........................................................

42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian..................................

45

4.1.1. Sejarah Singkat Surabaya Satria Club...................

45

4.1.2. Sifat dan Tujuan Surabaya Satria Club .................

46

4.1.3. Lokasi Surabaya Satria Club ................................

46

4.1.4. Struktur Organisasi ..............................................

47

4.1.5. Deskripsi Pekerjaan..............................................

48

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.6. Kegiatan Surabaya Satria Club (SSC)...................

51

4.2. Hasil Penelitian................................................................

53

4.2.1. Nara Sumber ........................................................

53

4.2.2. Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club (SSC) dalam
Meningkatkan Anggota ........................................

57

4.2.2.1. Strategi Umum ......................................

58

4.2.2.2. Strategi Khusus......................................

65

4.3. Pembahasan .....................................................................

67

4.3.1. Komunikasi Surabaya Satria Club ........................

67

4.3.2. Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club ...........

68

4.3.3. Rumusan Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club

70

4.3.4. Fungsi Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club

71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .....................................................................

73

5.2. Saran ...............................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Surabaya Satria Club (SSC) .............

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

47

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. : Tabel Pelaksanaan Aspek Komunikasi ..............................

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

69

ABSTRACTION

RACHMAD ROMADHONI, COMMUNICATION STRATEGY ON SOCIAL
GROUP (CASE STUDY ON SURABAYA SATRIA CLUB IN ACQUIRING
MEMBERS)
To research is based on phenomena development of social group motorcycle
in city that are more frequent into a reality resulting from social development of the
growing public heterogeneous. Doing so will cause the social implications are
positive or negative, the current situation is developing in some people that social
groups has become a machine producing motor generations disciplined in traffic or
otherwise become a generation of anarchists, are negative. The presence of the Group
motor raises social problems amid the society. Any group motor are required to be
more selective in receive members. Development and existence a social group
depends on the members of a social group. A goal at this research is to know strategy
communication at social group case study in surabaya satria club in obtaining
members.
Any group motor are required to be more selective in receive members.
Development and existence a social group depends on the members of a social group.
A goal at this research is to know strategy communication at social group case study
in surabaya satria club in obtaining members.
The result of this research is direct communication and communication via the
media. Identification ourself surabaya satria club (ssc) as social groups using analysis
training. Communication strategy used surabaya satria club (ssc) in raising members,
namely common strategy, creative strategy visual, media strategy print, strategy and
strategies media social networks.
Drawing conclusions of this research, effective strategy of communication
that is used surabaya satria club (ssc) is directly, communication met face to face it
can be seen rom increasing the number of members of the results of this
communication strategy.

Keywords: Communication Str ategy, Social Gr oup, Sur abaya Satria Club.

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
RACHMAD ROMADHONI, STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK
SOSIAL (Studi Kasus pada Surabaya Satria Club dalam Memper oleh Anggota)
Pada penelitian ini berdasarkan fenomena perkembangan kelompok sosial
motor di kota – kota yang semakin marak menjadi sebuah realita yang dihasilkan
dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan
menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif, situasi yang berkembang
saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok sosial motor telah menjadi mesin
penghasil generasi yang disiplin dalam berlalu lintas ataupun sebaliknya menjadi
generasi yang anarkis, bersifat negatif. Kehadiran kelompok motor menimbulkan
permasalahan sosial ditengah – tengah masyarakat. Setiap kelompok motor dituntut
untuk lebih selektif dalam menerima anggota. Perkembangan dan eksistensi suatu
kelompok sosial tergantung pada anggota dari kelompok sosial tersebut. Tujuan pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial
studi kasus pada Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Prosedur pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi langsung dan komunikasi melalui
media. Identifikasi diri Surabaya Satria Club (SSC) sebagai kelompok sosial
menggunakan analisis SWOT. Strategi komunikasi yang digunakan Surabaya Satria
Club (SSC) dalam meningkatkan anggota, yaitu strategi umum, strategi kreatif,
strategi media visual, strategi media cetak, dan strategi media jejaring sosial.
Simpulan dari penelitian ini, strategi komunikasi yang efektif digunakan
Surabaya Satria Club (SSC) adalah komunikasi bertatap muka langsung, hal ini dapat
dilihat dari jumlah anggota yang bertambah hasil strategi komunikasi ini.

Kata Kunci : Strategi Komunikasi, Kelompok Sosial, Surabaya Satr ia Club

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah

mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya
yang relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan
bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Salah satu jenis
sepeda motor yaitu jenis bebek, atau disebut muped, adalah jenis motor yang
dahulunya adalah sepeda bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini
menjadi sepeda motor bertenaga bensin. Memiliki pengendalian melebihi skuter
namun lebih ekonomis dari motor sport.
Satria adalah salah satu sepeda motor tercepat di katagori underbone empat
tak. Motor ini diproduksi oleh Suzuki Motor Corporation. Mengusung mesin
berteknologi tinggi dengan volume silinder bersih 147.3 cc, empat klep
digerakkan oleh Campshaft ganda. Konfigurasi mesin seperti ini juga disebut
DOHC yang biasa ditemui pada mesin mobil. Ditunjang dengan enam kecepatan
tramisi, gigi rasio pendek, dan konstrukis sasis ringan menjadikan motor ini
mampu melesat paling cepat dikelas underbone.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling
kebergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi memiliki

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan
terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite
yang tengah berapat untuk mengambil keputusan . dengan demikian, komunikasi
kelompok biasanya merujuk kepda komunikasi yang dilakukan kelompok kecil
(small group communication), jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang
peserta dalam komunikasi kelompok masih bias diidentifikasi dan ditanggapi
langsung oleh peserta lainya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya
melibatkan juga komunikasi antara pribadi, karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. (Mulyana
Deddy, 2010)
Surabaya Satria Club adalah salah satu kelompok sosial yang
beranggotakan para pengguna motor satria di Surabaya. Kelompok sosial ini
beranggotakan berbagai kalangan dan jenjang usia dari remaja hingga dewasa.
Kelompok sosial ini berdiri sejak tahun 2001 yang berawal dari kesamaan hobi
dan aktivitas nongkrong bareng. Hingga saat ini anggota dari Surabaya Satria
Club mencapai labih dari 80 anggota. Surabaya Satria Club biasa melakukan
nongkrong bareng atau biasa disebut dengan Kopi Darat atau Kopdar di Taman
Apsari setiap hari Rabu dan Di jalan pemuda setiap hari sabtu.
Setiap kelompok sosial sepeda motor selalu ingin terus untuk
mengembangkan kelompok sosialnya. Untuk selalu mengembangkan tentu harus
memperbanyak anggota dikelompok sosial tersebut untuk kemajuan pada
kelompok tersebut. Pertumbuhan kelompok sosial motor di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup pesat, hal ini merupakan sebuah realita yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen.
Berdasarkan perbandingan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua
dapat disimpulkan berbanding lurus dengan

pangsa pasar sepeda motor di

Indonesia merupakan yang terbesar di Asia. Berdasarkan data yang dihimpun dari
AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), kepemilikan sepeda motor di
Indonesia saat ini adalah sekitar 10 penduduk per sepeda motor. Dibandingkan
dengan negara tetangga; Malaysia dan Thailand yang kepadatan sudah mencapai
3,5 orang per sepeda motor, hal itu merupakan salah satu dasar pertumbuhan
kelompok sosial sepeda motor.
Sepeda motor di Indonesia tidak hanya dianggap sebagai alat transportasi,
namun juga merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari masyarakat
Indonesia. Sepeda motor menjadi citra dari pemiliknya, menjadi sebuah hobi bagi
pemiliknya, dan dari sinilah masyarakat dalam hal ini pemilik atau pengguna
sepeda motor mulai mencari wadah atau tempat untuk menyalurkan hobinya yang
kemudian membentuk kelompok-kelompok pecinta sepeda motor atau yang lebih
akrab kita kenal dengan club motor. Berangkat dari sinilah kemudian muncul dan
berkembangnya beragam kelompok motor dengan kareteristik atau ciri khas yang
berbeda-beda.
Kelompok motor adalah pasar potensial masa depan. Sebuah kelompok
sosial motor dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan khusus
antara mereka, kelompok sosial cenderung diidentifikasikan sebagai dasar atas
kepemilikan atau identifikai bersama diantara pekerja, tetangga, dan kelompok

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

minat. Melalui kelompok sosial, sekelompok orang berbagi nilai – nilai kognitif
emosi dan mateial.
Perkembangan kelompok sosial motor di Indonesia pada saat ini semakin
meluas sampai ketingkat desa, kelompok motor semakin digemari oleh
masyarakat karena kelompok sosial dianggap dapat secara langsung menyalurkan
hobi mereka dengan mudah dan lebih mengarah pada implikasi sosial yang lebih
positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat
bahwa kelompok motor merupakan mesin penghasil generasi yang tidak ada
bedanya dengan organisasi – organisasi lainnya yaitu merupakan tempat
pencarian jati diri dan aktualisasi diri.
Beberapa kareteristik kelompok sosial motor itu antara lain: ada satu
kelompok sosial motor yang mengharuskan anggotanya menggunakan satu merek
pabrikan saja, ada pula yang mewajibkan anggotanya dengan type sepeda motor
tertentu, atau berdasarkan kapasitas mesin cc sepeda motor, ataupun mencirikan
kelompok sosial mereka dengan warna-warna tertentu yang mewajibkan
anggotanya menggunakan warna tertentu, kelompok sosial yang seperti itu
terbentuk lebih karena fisik kendaraan yaitu sepeda motor yang sejenis, namun
ada pula kelompok sosial motor yang terbentuk karena lebih mengarah atas
persamaan hobi dan visi misi yang ingin di capai bersama, yaitu hobi modifikasi,
freestyle, touring, balapan maupun croos country.
Kelompok sosial sepeda motor merupakan bentuk kelompok yang
terbentuk atas kesamaan ketertarikan dan hobi yang sama juga memiliki visi-misi
yang sama. Untuk menunjukkan identitasnya pada masyarakat biasanya suatu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

kelompok sosial motor menggunakan atribut-atribut tertentu atau acessoris yang
dipasangkan pada sepeda motor anggota kelompok sosial, yang menunjukkan
bahwasannya mereka adalah berasal dari satu kelompok sosial tertentu.
Kelompok motor juga sebagai wadah bagi para bikers ( pecinta atau
pengguna sepeda motor), yang mempunyai idialisme tinggi keselamatan
berkendara dan dapat menuangkan dan ide-ide mereka dalam kelompok sosial
yang diikutinya, yang kemudian dapat mengkampanyekan ide-ide tersebut dalam
kehidupan masyarakat melalui wadah kelompok sosial, yang kemudian munculah
istilah ”safety riding” di indonesia pada era 90-an dan dilanjutkan dengan ”Smart
riding” hingga saat ini.
Berkembangnya kelompok sosial motor di kota – kota semakin marak
merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat
yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi sosial yang
positif maupun negatif, situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat
bahwa kelompok sosial motor telah menjadi mesin penghasil generasi yang
disiplin dalam berlalu lintas ataupun sebaliknya menjadi generasi yang anarkis,
bersifat negatif.
Perilaku kelompok sosial motor tidak saja meresahkan masyarakat, tapi
juga merugikan club – club motor lain yang merasa tidak terlibat dalam aksi –
aksi anarkis maupun negatif. Perilaku kelompok sosial motor tentu saja sangat
mengkhawatirkan, karena mereka merupakan generasi muda yang kelak
diharapkan menjadi penerus, pemilik masa depan bangsa. Perilaku kelompok
sosial motor dalam berlalu lintas menurut banyak kalangan harus dilihat secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

menyeluruh, tanpa bermaksud membenarkan tindakan negatif perilaku kelompok
sosial motor yang tidak lepas dari faktor–faktor di luarnya.
Kehadiran kelompok motor menimbulkan permasalahan sosial ditengah –
tengah masyarakat, setelah selama ini masyarakat sudah banyak dipusingkan oleh
aksi seperti tawuran antar pelajar, sampai hal – hal yang menjerumus kriminal.
Perilaku kelompok sosial motor dalam berkendara sebenarnya bukan hal baru.
Aksi main kebut dan cenderung brutal dalam mengendarai kendaraannya sudah
ada sejak 10 tahun bahkan belasan tahun yang lalu, selain itu masih banyak
permasalahan oleh para kelompok sosial motor dimana safety riding / keselamatan
dalam berkendara dan peraturan lalu lintas yang sama sekali tidak di terapkan oleh
para kelompok sosial motor.
Berdasarkan permasalahan tersebut, setiap kelompok motor dituntut untuk
lebih selektif dalam menerima anggota. Proses komunikasi yang baik memegang
peranan yang sangat penting dalam suatu kelompok sosial. Komunikasi
merupakan salah satu pengetahuan terpenting dalam masyarakat. Komunikasi
dapat menghasilkan sebuah informasi, karena informasi menyajikan fakta,
mengembangkan perasaan, dan dengan berkomunikasi bisa terjadi tukar pikiran
antar anggota dengan ketua.
Perkembangan dan eksistensi suatu kelompok sosial tergantung pada
anggota dari kelompok sosial tersebut. Dengan menyalurkan ide-ide positif yang
membangun bagi kelompok sosial mempengaruhi perkembangan dan budaya
kelompok sosial tersebut. Guna mendapatkan anggota diperlukan suatu
komunikasi yang baik dalam suatu kelompok sosial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Terjadinya masalah yang timbul mendorong diangkatnya permasalahan
untuk

diselesaikan.

Secara

tidak

langsung,

strategi

komunikasi

dapat

mempengaruhi perkembangan kelompok sosial dimasa akan datang. Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini mengangkat
judul “ Strategi Komunikasi pada Kelompok Sosial (Studi Kasus pada Surabaya
Satria Club dalam Memperoleh Anggota) “

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi komunikasi pada kelompok sosial
Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota?”

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai pada

penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial
Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitan dengan
mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori komunikasi tentang strategi
komunikasi pada kelompok sosial.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Pengembangan wawasan dan disiplin ilmu baik secara teori
maupun praktek yang berhubungan dengan strategi komunikasi. Serta
untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial studi kasus
pada Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.
b. Bagi Almamater
Tolak ukur pembelajaran dan sarana peningkatan kualitas
pengajaran dimasa yang akan datang dan untuk menambah sumber bacaan
dan referensi yang berkaitan dengan strategi komunikasi.
c. Bagi Subyek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan masukan guna pencapaian efektivitas strategi komunikasi
pada kelompok sosial.
d. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian

ini diharapkan

dapat

memberikan

bahan

pertimbangan dan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan
tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan penyempurnaan terhadap
hasil penelitian ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Ter dahulu
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ellin Danariansari, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta yang berjudul Strategi Komunikasi pada Komunitas Sepeda Fixed Gear
dalam Memperoleh Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Cyclebandidos).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi kelompok yang
digunakan Komunitas Cyclebandidos, untuk mengetahui strategi komunikasi yang
dilakukan Komunitas Cyclebandidos dalam memperoleh anggota, untuk mengetahui
faktor

pendukung

dan

hambatan

komunikasi

kelompok

pada

Komunitas

Cyclebandidos.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang digunakan
Komunitas Cyclebandidos ada tiga yaitu pola komunikasi vertikal, pola komunikasi
horisontal, dan pola komunikasi informal. Sedangkan dalam memperoleh anggota,
Komunitas Cyclebandidos telah menerapkan strategi komunikasi melalui tahapan
planning, implementation, dan evaluations. Saat pelaksanaan tahapan strategi
komunikasi Komunitas Cyclebandidos tidak menemui hambatan yang berarti karena
selama pelaksanaan semua kegiatan, Komunitas Cyclebandidos memperoleh banyak
dukungan dari berbagai pihak.
9

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu sama-sama mengkaji strategi komunikasi pada suatu kelompok sosial dalam
memperoleh anggota. Sementara perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada obyek kajiannya, dimana penelitian ini
obyeknya adalah kelompok Cyclebandidos sedangkan dalam penelitian ini adalah
Surabaya Satria Club.

2.2.

Kajian Pustaka

2.2.1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Latin communis yang berarti “sama”, comminico, communication, atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang
paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari katakata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti
dalam kalimat “kita berbagi pikiran,” “kita mendiskusikan makna,” dan “ kita
mengirimkan pesan.” (Mulyana Deddy, 2010)
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun
yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya
untuk menjelaskan suatu fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya.
Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “komunikasi adalah penyampaian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah
interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini
mungkin termasuk hewan, tanaman, dan bahkan jin.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai
batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam
pengertian berbagi pengalaman. (Mulyana Deddy, 2010)
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : Upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap.
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan
pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam
kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.
Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri,
hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain
(communiacation is the process to modify the behavior of other individuals).
Jadi berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.(Effendy, 2005)
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain
tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang manyampaikan
perasaannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan
berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang didasari;
sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan
tidak terkontrol.
Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh
Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut
Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti,
diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan.(Effendy, 2005)
a. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media.
b. Proses Komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Berdasarkan uaraian tersebut dapat disusun suatu ikhtisar mengenai lingkup ilmu
komunikasi ditinjau dari sebagai berikut:
1. Komponen Komunikasi
a. Komunikator (communicator)
b. Pesan (message)
c. Media (media)
d. Komunikan (communicant)
e. Efek (effect)
2. Proses komunikasi
a. Proses secara primer
b. Proses secara sekunder
3. Sifat Komunikasi
a. Tatap muka (face-to-face)
b. Bermedia (mediated)
c. Verbal (verbal)
1. Lisan (oral)
2. Tulisan / cetak (written / printed)
d. Nonverbal (non-verbal)
1. Kial / isyarat badaniah (gestural)
2. Bergambar (pictoral)
4. Teknik Komunikasi
a) Komunikasi informative (informative communication)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

b) Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c) Hubungan instruktif / koersif (instructive / coercive communication)
d) Hubungan manusiawi (human relations)
5. Tujuan Komunikasi
a) Perubahan sikap (attitude change)
b) Perubahan pendapat (opinion change)
c) Perubahan perilaku (behavior change)
d) Perubahan sosial (social change)
6. Fungsi Komunikasi
a) Menyampaikan informasi (to inform)
b) Mendidik (to educate)
c) Menghibur ( to entertain)
d) Mempengaruhi (to influence)
(Effendy, 2005)

2.2.2. Str ategi komunikasi
2.2.2.1.Penger tian Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,
melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendy, 2003)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi
komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus
dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
bergantung dari situasi dan kondisi.
Strategi

komunikasi

merupakan

penentu berhasil

tidaknya

kegiatan

komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro
(plammed multi-media strategi) maupun secara mikro (single communication medium
strategi) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2003) :
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai budaya.
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi
harus didukung

oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan

pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah
diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai
baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang dikemukakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

oleh Horald D. Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan
komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?” komponen komunikasi yang berkolerasi secara fungsional
pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban pertanyaan yang diajukan.
(Effendy, 2003)
1. Who (Komunikator)
Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu orang yang mengirim dan
menjadi sumber informasi dalam segala situasi. Penyampaian informasi yang
dilakukan dapat secara sengaja maupun tidak sengaja.
2. Says What (Pesan)
Komunikator menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran yang dituju. Pesan
yaitu sesuatu yang dikirimkan atau yang disampaikan. Pesan yang disampaikan
dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat verbal maupun
non verbal.
3. In Which Channel (Media yang digunakan)
Dalam menyampaikan pesan-pesannya, komunikator harus menggunakan media
komunikasi yang sesuai keadaan dan pesan disampaikan. Adapun media adalah
sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

4. To Whom (Komunikan)
Komunikan merupakan individu atau kelompok tertentu yang merupakan sasaran
pengiriman seseorang yang dalam proses komunikasi ini sebagai penerima pesan,
Dalam hal ini komunikator harus cukup mengenal komunikan yang dihadapinya
sehingga nantinya diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal dari pesan yang
disampaikan.
5. With What Effect (Efek)
Efek adalah respon, tanggapan atau reaksi komunikasi ketika ia atau mereka
menerima pesan dari komunikator. Sehingga efek dapat dikatakan sebagai akibat
dari proses komunikasi.
Dengan berpolakan formula Lasswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai
“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu
media yang menimbulkan efek”.(Effendy, 2003)
2.2.2.2.Per umusan Str ategi
Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang
bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan
kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu pesan
saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya terdapat juga
kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain
dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian pesan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

yang diharapkan menimbulkan efek atau perubahan pada khalayak bukanlah satusatunya “kekuatan”, melainkan, hanya satu di antara semua kekuatan pengaruh yang
bekerja dalam proses komunikasi, untuk mencapai efektivitas. (Arifin, 1994)
Jadi efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam
keseluruhan proses komunikasi. Justru itu, maka pesan sebagai satu-satunya yang
memiliki oleh komunikator harus mampu mengungguli semua kekuatan yang ada
untuk menciptakan efektivitas. kekuatan pesan ini, dapat didukung oleh metode
penyajian, media dan kekuatan kepribadian komunikator sendiri. Suatu strategi
adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan
guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain
diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan
situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah
mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan dan komunikator
yang dipilih, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain
agar kekuatan penamgkal yang dimiliki khalayak dapat “dijinakkan”, juga untuk
mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang berasal dari sumber
(komunikator) lain. Cara ini merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya.
(Arifin, 1994)
a) Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menetukan tema dan materi. Syarat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.
Perhatian adalah pengamanan yang terpusat. Dengan demikian awal dari suatu
efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap
pesan - pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedureatau from
Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk
selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action)
sesuai tujuan yang dirumuskan. Selain AA procedure dikenal juga rumus klasik
AIDDA sebagai adoption proses, yaitu Attention, Interst, Desire, Decision dan
Action. Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), kemudian
menumbuhkan minat dan kepentingan (Interest), sehingga khalayak memiliki hasrat
(Desire) untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya
diambil keputusan (Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action). Jadi
proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak
menarik perhatian, tidak akan menciptakan efektivitas. Dalam masalah ini, Wilbur
Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut (Arifin, 1994)
sebagai berikut : (Arifin, 1994)
1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu
dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak
bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk
memberikan jawaban yang dikehendaki.
Hal lain yang menyangkut menarik perhatian khalayak, Wilbur Schramm
selanjutnya mengemukakan apa yang disebut dengan Availability (mudahnya
diperoleh) dan Contrast (kontras) kedua hal ini adalah menyangkut dengan
penggunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan
medium. (Arifin, 1994)
1. Availability, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam persoalan yang
sama orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu yang tidak terlalu banyak
meminta energi atau tenaga.
2. Contrast, berarti pesan itu, dalam hal menggunakan tanda-tanda dan medium
memiliki perbedaan yang tajam dengan keadaan sekitarnya.
b) Menetapkan Teknik
Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu
dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan meurut bentuk
isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang petama, semata-mata
melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang
pertama menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu
redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya
dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif. (Arifin, 1994)
1. Redundancy (Repetition)
Redundancy atau retition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini sekalian banyak
manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu atara lain bahwa khalayak akan lebih
memperhatikan pesan itu, karana justru berkontras dengan pesan yang tidak diulangulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.
2. Canalizing
Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok tarhadap
individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka haruslah dimulai
dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan secara
berangsur-angsur merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini
kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan
dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi
hubungan yang ketat. Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan
mudak diterima oleh komunikan.
3. Informatif
Teknik Informatif adalah

suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan

mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti
menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan datadata yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh
Jawoto (Arifin, 1994) :
a) Memberikan

informasi tentang fakta

semata-mata,

juga

fakta

bersifat

kontropersial, atau
b) Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat.
Teknik informatif ini, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak,
dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa : keterangan, penerangan, berita dan
sebagainya.
4. Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini
khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Perlu
diketahui, bahwa situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh : kecakapan untuk
mengsugestikan atau menyarankan sesuatu kepada komunikan (suggestivitas), dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

mereka itu sendiri

diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh

(suggestibilitas). Jadi di pihak menugesti khalayak, dan menciptakan situasi
bagaimana khalayak itu supaya mudah terkena sugesti, adalah proses kental sebagai
hasil penerimaan yang tidak kritis dan di realisasikan dalam perbuatan kepercayaan
atau cita-cita yang dipengaruhi orang lain.
5. Edukatif
Teknik edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu
pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan
berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-pengalaman. Mendidik
berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas faktafakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
kebenaran, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah
laku manusia ke arah yang diinginkan.
6. Koersif
Koersif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik
koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintahperintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaanya yang lebih lancer biasanya
dibelakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

c. Penggunaan Media
Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut
pengaruh khalayak adalah suatu hal yang merupakan keharusan, sebab media dapat
menjangkau khalayak yang cukup besar. Media merupakan alat penyalur, juga
mempunyai fungsi sosial yang kompleks. Sebagaimana dalam menyusun pesan dari
suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti
menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam
penggunaan media pun, harus demikian pula. Justru itu selain kita harus berfikir
dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam hubungannya
dengan situasi sosial-psikologis, harus diperhitungkan pula. Hal ini karena masingmasing medium tersebut mempunyai kemampuan dan kelemahan-kelemahan
tersendiri sebagai alat. (Arifin, 1994)
2.2.2.3.Fungsi Str ategi Komunikasi
1) Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya bertujuan to secure understanding, memastikan
bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat
mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish
acdeptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).
2) Kolerasi Antarkomponen dalam Strategi Komunikasi
Komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi
komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu
diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan
penghambat pada setiap komponen tersebut. Kita mulai secara berturut-turut dari
komunikan sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, dan komunikator.
1. Mengenali Sasaran Komunikasi
a) Faktor kerangka referensi
Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil
dari penduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial,
ideologi, cita-cita dan sebagainya.
b) Faktor situasi dan kondisi
Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah,
sedih, bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan
kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi kita
sampai datangnya suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula
kita harus melakukannya pada saat itu juga. Disini faktor manusiawi sangatlah
penting.
2. Pemilihan Media Komunikasi
Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradi