MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN OUTDOOR LEARNING.

(1)

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK

USIA DINI MELALUI KEGIATAN OUTDOOR LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Assamica Perkebunan Pasir Malang Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh NURAIDA

1010087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI NURAIDA

1010087

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN OUTDOOR LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Assamica Perkebunan Pasir Malang Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I ,

Heny Djoehaeni, S.Pd.,M.Si NIP.19700724 1998 02 2 001

Pembimbing II,

Rita Mariyana, M.Pd NIP.19780308 200112 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP.19600707 198601 2 001


(3)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Meningkatkan

Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Outdoor Learning”ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

Penulis


(4)

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN OUTDOOR LEARNING

NURAIDA 1010087

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kecerdasan interpersonal anak kelompok B di TK Assamica yang meliputi kemampuan anak dalam bersikap empati, bersikap prososial, keterampilan memecahkan masalah, kesadaran diri, dan berkomuikasi secara efektif, berdasarkan latar belakang tersebut maka terdapat rumusan masalah diantaranya Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning di Taman kanak-kanak Assamica?, Bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdsan interpersonal anak?, Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah diterapkannya kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?. Adapun tujuan dari penelitian ini Secara umum bertujuan untuk mempelajari bagaimana peningkatan kecerdasan interpersonal Anak Usia Dini di Tk Assamica Kelompok B melalui kegiatan outdoor learning. Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut: Mengetahui kondisi objektif kecerdasan interpersonal anak sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica, Mengetahui bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman kanak-kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal dan Mengetahui peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui kegiatan outdoor learning di taman kanak-kanak Assamica. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang dilakukan melalui dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari dua tindakan. Berdasarkan hasil penelitian kecerdasan interpersonal anak usia dini khususnya pada kelompok B di TK Assamica pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada semakin banyak anak yang senang menolong teman, anak senang menunjukan kasih sayang kepada temannya, memecahkan masalah dengan baik dan berkomunikasi dengan efektif. Rekomendasi bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini, agar dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal guru memiliki berbagai kegiatan outdoor learning yang lebih menarik dan sesuai dengan cara belajar Anak Usia Dini sehingga membuat anak menyenangkan dan termotivasi mengikutinya.


(5)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang Masalah... 1

B.... Rumusan Masalah ... 11

C.... Tujuan Penelitian ... 12

D. ... Manfaat penelitian ... 12


(6)

...

Pendidikan Anak Usia Dini... 16

1. ... Ciri anak usia dini ... 16

2. ... Fungsi dan

tujuan pendidikan anak usia dini ... 18

3. ... Pendekatan

dan arah dalam pendidikan anak usia dini... 19 4. ...

Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini ... 20 5. ...

Prinsip-prinsip belajar anak usia dini ... 21

6. ... Pendekatan dalam pendidikan anak usia dini ... 23

7. ... Tugas-tugas perkembangan anak usia dini ... 24

8. ... Peran guru

dalam cara belajar anak usia dini ... 25 B. ... Konsep

Multiple Intelligence ... 27

1. ... Bagian otak

dan fungsinya ... 27 2. ... Definisi


(7)

C. ... Konsep

Kecerdasan Interpersonal ... 34 1. ... Definisi

kecerdasan interpersonal ... 34 2. ... Dimensi

kecerdasan interpersonal ... 37

3. ... Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal ... 40

4. ... Ciri-ciri

orang yang memiliki kecerdasan interpersonal ... 41

5. ... Jenis-jenis

kegiatan pendukung kecerdasan interpersonal ... 42 D. ... Proses

Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Anak ... 44

1. ... Bentuk umum

perilaku sosial ... 44

2. ... Faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan

interpersonal ... 46

3. ... Perkembanga


(8)

Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini ... 51 E.Konsep Kegiatan Outdoor Learning ... 52

1. ... Definisi

outdoor learning ... 52

2. ... Jenis-jenis kegiatan outdoor learning ... 55

3. ... Karakteristik kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan

kecerdasan interpersonal ... 60 F. Kontribusi Kegiatan Outdoor Learning Dalam Meningkatkan

Kecerdasan Interperonal Anak Usia Dini ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. ... Lokasi dan

Subyek Penelitian ... 63 B. ... Desain

Penelitian... 63 C. ... Metode

Penelitian... 64 D. ... Prosedur

Penelitian... 65 E. Definisi Operasional... 76


(9)

H. ... Validasi

Instrumen ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80 A. ... Hasil

Penelitian... 80 1. ... Kondisi

objektif kecerdasan interpersonal anak sebelum

diterapkan kegiatan outdoor learning di TK Assamica ... 80

2. ... Pelaksanaan

Kegiatan Outdoor Learning Di Taman Kanak-

Kanak Assamica Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Pada Kelompok B Tahun Ajaran 2012/2013 ... 86

B. ... Pembahasan

... 131 1.... Kondisi

Objektif Kecerdasan Interpersonal anak kelompok sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning Di Taman Kanak-Kanak Assamica ... 131 2... Penerapan


(10)

...

Kecerdasan Interpersonal Anak Tk Assamica

Setelah Diterapkan Kegiatan Outdoor Learning... 137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141

A. ... Kesimpulan ... 141

B. ... Saran ... 142 DAFTAR PUSTAKA ... 146 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki masa pendidikan lebih lanjut (UU SPN No 20 Tahun 2003) dalam Masitoh (2011)

Dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1 P.P. No.27 Tahun 1990 dalam Solehudin (1997) bahwa Pendidikan Prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah.

Pendidikan Usia Dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu, Fread (Santrock & Yussen, 1992) dalam Solehudin (1997) , misalnya, memandang usia balita sebagai masa terbentuknya kepribadian dasar individu. Selain itu Suntrock dan Yussen juga menganggap usia prasekolah sebagai masa yang penuh dengan kejadian-kejadian penting dan unik yang meletakan dasar bagi kehidupan seseorang dimasa dewasa.

Mendukung pandangan para ahli tersebut, temuan Sperry, Habel danWiesel dalam(Witrdarmanu) dalam Solehudin, (1997) menjelaskan bahwa perkembangan potensi untuk masing-masing aspek memiliki keterbatasan waktu yang sebagian besar diantaranya terjadi pada masa Usia Dini.Batas kesempatan


(12)

untuk perkembangan matematika adalah sampai empat tahun, untuk bahasa sampai sepuluh tahun, dan untuk musik antara tiga sampai sepuluh tahun.

De Porter & Hernarcki dalam Priyatna (2004:6) mengatakan bahwa pada usia empat tahun, struktur otak bagian bawah telah berkembang sebanyak 80 % dan kecerdasan yang lebih tinggi mulai berkembang. Selain itu Diamond dalam Rakhmat (2005) mengungkapkan:

Saya akan memberi tahu mereka tentang betapa dinamisnya otak mereka serta dapat berubah pada usia berapapun, sejak lahir sampai akhir kehidupan .otak dapat berubah secara positif jika dihadapkan pada lingkungan yang memberikan rangsangan.Sebaliknya, otak dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa begitu pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dan memiliki kontribusi yang sangat tinggi untuk perkembangan anak selanjutnya, selain itu jika otak anak mendapatkan rangsangan yang bagus dari lingkungannya maka otak akan berkembang dengan positif dan sebaliknya.

Sebagai pendidik guru memiliki kewajiban untuk memfasilitasi semua aspek perkembangan anak usia dini agar anak mencapai kematangan dengan baik dan mampu menyeimbangkan antara stimulus terhadap otak kanan dan otak kiri.Permasalahan di lapangan pada saat ini adalah sebagian guru dan orang tua berpendapat bahwa anak yang cerdas akademik itulah anak yang cerdas dan anak yang IQ nya tinggi saja yang diakui sebagai anak yang cerdas, Howard Gardner dalam Rachmani (2003), mengungkapkan bahwa Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor standar semata, melainkan dengan ukuran kemampuan yang diuraikan sebagai berikut;(1)kemampuan untuk menyelesaikan


(13)

masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia,(2)kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan dan (3)kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.

Pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri bahwa anak cerdas secara akademik dan menjadi juara kelas, belum tentu berhasil di masa depannya sebagai contoh kasus dalam keluarga yang memiliki dua orang anak.Anak tertentu kurang berprestasi dalam bidang akademik namun dapat mengembangkan bakat olah raganya sehingga menjadi orang sukses.Anak yang lainnya memiliki kecerdasan akademik yang tinggi, namun ia kurang mengembangkan potensi lain sehingga kurang berhasil.

Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa Intelligence Quotion bukanlah satu-satunya kunci keberhasilan Rachmani (2003). Begitu juga dengan prestasi akademik yang dimiliki anak belum tentu dapat menentukan kesuksesan anak di masa depan. Dari permasalahan ini terbukti bahwa tidak seharusnya orang tua dan guru hanya menekankan prestasi akademik saja, karena selain prestasi akademik masih terdapat kecerdasan yang lain pada diri anak yang dapat menentukan kesuksesan anak dikemudian hari Howard Gardner dalam Masitoh (2011) telah menggagas 10 dimensi kecerdasan dasar pada manusia di antaranya: Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Bodi Kinestetik , Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan bermusik, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensi dan Kecerdasan Moral.


(14)

Wijanarko (2012).menjelaskan bahwa salah satu kecerdasan yang penting bagi anak usia dini adalah kecerdasan interpersonal, Agustin (2011) menjelaskan yang dimaksud dengan kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan atau kemampuan membedakan suasana, intensi, motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini tampak dalam mengekspresikan wajah, suara dan gerak, pemahaman karakter orang dan mampu merespon secara efektif, Sujiono (2005) menjelaskan kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Ini mengacu pada keterampilan manusia dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky dalam Solehudin(1997) menekankan pentingnya pengalaman interaksi sosial bagi perkembangan proses berfikir anak. Ia meyakini bahwa aktivitas mental yang tinggi pada anak terbentuk melalui dialog dengan orang lain.

Merujuk pada pendapat Anderson dalam Safaria (2005) bahwa terdapat tiga dimensi kecerdasan interpersonal diantaranya:(1) Sosial sensitivity (sensitivitas social) adalah Kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukannya baik secara verbal maupun non verbal. (2) Social Insight adalah Kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun. Di dalamnya juga terdapat kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. (3) Social communication adalah penguasaan keterampilan komunikasi social merupakan kemampuan


(15)

individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya.Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal, nonverbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Salah seorang psikolog dari Inggris NK Humprey dalam Rachmani (2003), menyatakan bahwa Kecerdasan interpersonal yang merupakan bagian dari kemampuan sosial ini, merupakan hal penting dari kecerdasan manusia.Sehingga akan lebih baik jika dikembangkan sejak Usia Dini, selain itu sejak dilahirkan setiap orang telah membutuhkan peranan orang lain. Semakin bertambah usia seseorang semakin bertambah pula peranan orang lain dalam hidupnya, sehingga dibutuhkan kecerdasan dalam bergaul. Selain itu Lwin et al dalam Safaria (2005) menyebutkan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting bagi manusia. Dengan kecerdasan interpersonal yang baik seseorang dapat menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri, menjadi berhasil dalam pekerjaan dan mewujudkan kesejahteraan emosional dan fisik..Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an membimbing kaum muslimin untuk memperkuat tali persaudaraan, cinta, tolong-menolong dan persatuan di antara mereka.Allah berfirman yang artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian dari mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain (Qs Al-Taubah [9]:71);


(16)

”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs Al-Hujurat [49]:10)”.

Setiap orang tua mempunyai harapan agar anaknya dapat meraih sukses di masa yang akan datang,dan pada usia dini inilah saat yang tepat untuk membantu anak belajar bersosialisasi dan menghadapi dunia nyata yang penuh dengan tantangan.

Syamsu Yusuf (2002: 31) menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari anak tidak hanya berinteraksi dengan teman sebayanya, tetapi berinteraksi juga dengan orang dewasa dan lingkungan sekitar. Lingkungan ini merupakan hal terpenting di samping hereditas yang menentukan perkembangan individu.Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikis, sosial dan religius yang dikelompokan ke dalam 3 lingkungan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.

Solehudin (1997:50), menjelaskan bahwa secara umum pendidikan prasekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah, anak diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya seperti agama, intelektual, sosial, emosi dan fisik, memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya.


(17)

Sementara yang terjadi di TK Assamica, pembelajaran terlalu terpaku pada rutinitas akademik dan kurang mengarahkan pada kecerdasan interpersonal anak (kecerdasan sosial), adapun kegiatan-kegiatan rutin yang biasa dilakukan diantaranya: anak mengerjakan lembar kerja, baik yang difotocopy maupun dari majalah yang sudah disediakan, menggambar bebas, menebalkan angka dan huruf, semua kegiatan tersebut dilakukan secara individual dan kegiatan-kegiatan lainnya yang hanya dilakukan di dalam kelas yang sebagian besar kurang melibatkan kelompok sehingga anak-anak kelompok B sebagian besar masih bersifat individual, kurang kerjasama, senang bermain sendiri, rendahnya motivasi untuk membantu teman yang kesulitan, berbicara kurang santun dengan tutur kata yang kasar, kurangnya menghargai hasil karya teman dengan cara mengejek, anak masih kaku ketika diminta memberi dan meminta maaf, saling menyerobot saat bermain di playground, tidak mendengarkan teman yang sedang berbicara dan masih menyelesaikan masalah dengan kekerasan seperti memukul dan mendorong teman. Hal ini menunjukan bahwa sensitivitas sosial, pemahaman sosial seperti pemahaman etika dan situasi sosial serta komunikasi sosial kurang berkembang pada diri anak.

Pada saat observasi di TK tersebut ada juga kegiatan kelompok seperti menggunakan cat bersama-sama saat melukis, bermain balok bersama. Kegiatan di luar kelas juga dilakukan pada saat jam istirahat dan pada saat bermain di luar anak dibiarkan bermain begitu saja tanpa arahan dan perhatian dari guru hal ini memungkinkan anak kurang memiliki social insight (pemahaman sosial) yaitu


(18)

anak kurang memiliki kesadaran diri, kurang memahami situasi sosial dan etika sosial serta anak kurang mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan kondisi objektif di TK Assamica tersebut maka pembelajaran dirasakan kurang efektif terutama dalam mendukung perkembangan kecerdasan interpersonal anak usia dini, jika pembelajaran berlangsung terus-menerus seperti itu sangat disayangkan potensi yang ada pada diri anak sebagian tidak berkembang secara optimal, selain itu anak akan mengalami kejenuhan jika pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas saja yang terhalang oleh dinding sementara di luar banyak sekali ilmu yang dapat memperkaya pengetahuan anak dan perkembangan sosial anak.

Banyak metode dan strategi yang dapat digunakan dalam membantu Anak Usia Dini untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya salah satunya yaitu kegiatan outdoor learning.

Priyatna (2004) menjelaskan kegiatan outdoor learning adalah suatu bentuk atau metode pelatihan di alam terbuka dengan penekanan pendekatan melalui pengalaman (eksperiental learning).Menurut istilah out adalah di luar sedangkan learning adalah pembelajaran, jadi pendekatan outdoor learning merupakan suatu metode atau cara belajar yang dilakukan di luar atau alam bebas. Montesori dalam Priyatna (2004), mengungkapkan bahwa“alam merupakan guru yang terbaik”.Lingkungan dan alam sekitar mengundang anak untuk menyenangi pembelajarannya, sehingga alam/lingkungan terbuka dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi setiap orang baik sebagai sumber belajar maupun sebagai alat permainan.


(19)

Suyadi dalam Husamah (2011), Banyak manfaat yang dapat diambil melalui pendekatan outdoor learning ini diantaranya: pikiran lebih jernih, pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan, pembelajaran lebih variatif, belajar lebih rekreatif, belajar lebih riil, anak lebih mengenal pada dunia nyata dan luas, tertanam image bahwa dunia sebagai kelas, wahana belajar akan lebih luas dan kerja otak lebih rileks. Selain itu Solehudin (1997) menjelaskan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, anak bisa belajar jika mereka merasa ada kesenangan dan ketertarikan dalam kegiatan tersebut selain itu anak dapat belajar dengan efektif jika seluruh indra pada anak terlibat secara langsung.

Dengan adanya pembelajaran di luar ini tugas-tugas perkembangan anak terfasilitasi khususnya kecerdasan interpersonal, anak akan belajar lebih bermakna jika mengalami secara langsung atau hand on experience. seperti yang diungkapkan oleh para ahli bahwa Anak-anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, dan kegiatan yang berada di sekitar mereka . (Mrphy & Leeper, 1970) dalam Masitoh (2011); Anak-anak belajar dengan berbagai cara. Mereka menyerap informasi dengan cara pengalaman nyata termasuk melalui alat indra penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan, dan peraba (Elkind, 1987) dalam Masitoh (2011).

Berdasarkan pendapat para Ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, anak dapat belajar dengan bermakna jika seluruh indranya berfungsi dan dalam keadaan yang menyenangkan.

Hernowo (2004) menjelaskan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, anak bisa belajar jika mereka merasa ada kesenangan dan ketertarikan dalam


(20)

kegiatan tersebut selain itu anak dapat belajar dengan efektif jika seluruh indra pada anak terlibat secara langsung.

(Piaget, 1926) dalam Masitoh (2011) menjelaskan bahwa bermain memiliki fungsi yang penting dalam perkembangan intelektual anak serta proses asimilasi dan akomodasi yang terkait di dalamnya.Asimilasi meliputi proses abstraksi informasi dari dunia luar dan bagaimana mencocokan informasi tersebut dengan skema yang sudah ada. Dalam akomodasi, anak melakukan modifikasi terhadap apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya.

Selain itu Bredekamp & Rosegrant dalam Solehudin (1997) menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila: (1) anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi;(2) anak mengkonstuksi pengetahuan;(3) anak belajar melalui interaksi social dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya; (4) anak belajar melalui bermain; (5) minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi; dan (6) unsur variasi individual anak diperhatikan.sebagai Contoh, ketika anak melakukan kegiatan di luar kelas sungguh terlihat keriangan anak bermain dengan temannya tanpa terhalang oleh pembatas tembok dalam ruangan anak lebih bebas bereksfresi dan bergaul dengan temannya. Pada saat itu juga tergambar karakteristik anak yang suka memimpin, bekerjasama dan bermain sendiri.

Priyatna T(2004) mengungkapkan beberapa kontribusi pendekatan outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal diantaranya:1) Membantu dan memberi kemudahan kepada anak dalam melakukan interaksi dengan orang lain,2)pengalaman langsung yang diperoleh anak dapat


(21)

memungkinkan anak belajar lebih bermakna dalam bersosialisasi dengan beragam karakter orang, 3) membantu anak untuk bebas berekpresi dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan baru, 4) membantu anak dalam mengembangkan kepribadian sosialnya, 5) memberikan bimbingan kepada untuk mampu mengungkapkan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain, 6) meningkatkan kerjasama, 7) dengan adanya praktik langsung dalam berinteraksi maka akan lebih mudah diingat oleh anak, 8) memberikan kebebasan kepada anak untuk aktif dalam kelompok misalnya menjadi pemimpin atau menjadi anggota kelompok yang mampu bekerjasama dan berbagi dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah bersama.

Dengan melihat kontribusi pembelajaran outdoor tersebut alangkah lebih baik jika dimanfaatkan untuk memfasilitasi Anak Usia Dini dalam mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui kegiatan Outdoor learning Di Taman Kanak-Kanak Assamica”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning di Taman kanak-kanak Assamica?


(22)

b. Bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak?

c. Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah di terapkannya kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Di Tk Assamica Kelompok B melalui kegiatan outdoor learning.Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi objektif kecerdasan interpersonal sebelum diterapkan kegiatan outdoor learning anak di Taman Kanak-kanak Assamica

2. Mengetahui bagaimana penerapan kegiatan outdoor learning di Taman kanak-kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak

3. Mengetahui peningkatan kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkanya kegiatan outdoor learning di taman kanak-kanak Assamica

D. Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis terhadap kecerdasan interpersonal anak di TK Assamica melalui kegiatan outdoor learning.


(23)

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literature ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu Pendidikan Anak Usia Dini, khususnya mengenai peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui pembelajaran outdoor di TK Assamica.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan mengenai konsep kecerdasan interpersonal 2) Mampu mengidentifikasi kondisi objektif kecerdasan interpersonal

anak di taman kanak-kanak Assamica

3) Menambah wawasan mengenai penerapan kegiatan outdoor learning di taman kanak-kanak

b. Bagi Guru

1) Memberikan gambaran mengenai cara mengembangkan kecerdasan interpersonal anak usia dini

2) Memberikan alternatif penerapan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal


(24)

c. Bagi siswa

1) Meningkatkan motivasi siswa dalam bersosialisasi dengan temannya di Taman Kanak-kanak

2) Anak lebih percaya diri dan mampu mengendalikan diri dalam bergaul dengan temannya

3) Anak mampu menerima kelebihan dan kekurangan temannya

4) Meningkatkan kecerdasan interpersonal anak sehingga lebih mudah bersosialisasi dengan teman, guru dan lingkungan sekitar

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; lembar pengesahan, lembar pernyataan keaslian, kata pengantar, abstrak, ucapan terimakasih, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar.

BAB I terdiri dari pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II kajian pustaka berisi referensi pendukung yang diambil dari berbagi sumber berupa buku, artikel dan jurnal yang sesuai dengan judul skripsi.

BAB III metode penelitian membahas mengenai subjek dan lokasi Penelitian, desain penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, analisis data dan validasi data.


(25)

BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang direkomendasikan untuk peneliti, guru, orang tua, dan peneliti berikutnya ,terakhir daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat penulis.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Assamica, Perkebunan Pasir Malang Desa Margaluyu Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.Subjek penelitian ini adalah seluruh anak didik kelompok B yang berjumlah 14 orang terdiri dari 4 orang laki-laki 10 orang perempuan rata-rata usianya 5 tahun ½ sampai 6 tahun 1/2 dengan 1 orang guru. Penelitian ini dilakukan di TK tersebut karena pembelajaran masih bersifat akademik serta kecerdasan interpersonal anak kurang mendapatkan latihan dan bimbingan, selain itu jarang melakukan kegiatan pembelajaran di luar yang menyenangkan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu berbentuk siklus, Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas menurut Muslihuddin (2009) adalah sebagai berikut:

Penelitian Tindakan Kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus berulang sampai interpensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukan terjadi perubahan.


(27)

Alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar risert model John Elliot dalam Muslihuddin, (2009). Adalah sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS 2

Gambar 3.1

Riset Aksi Model John Eliot (Muslihudin, 2011:72) C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakanan adalah Penelitian Tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar,

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan


(28)

untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan sementara itu. Muslihuddin (2009).

Adapun selanjutnya Muslihuddin menjelaskan tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas diantaranya:

1. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan pengajaran yang dihadapi oleh guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajarannya.

2. Untuk memberikan pedoman bagi guru/ kepala sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik.

3. Untuk memasukan unsure-unsur pembaharuan dalam system pengajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh upaya pembaharuan pada umumnya.

4. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara paktisi (dalam hal ini guru) dengan para peneliti akademis.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi, rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukan terjadi perubahan perilaku.


(29)

a. Tahapan Perencanaan

Kegiatan diawali dengan mengidentifikasi masalah melalui observasi secara langsung di tempat penelitian, yaitu TK Assamica pada kelompok B. Melalui observasi tersebut ditemukan adanya permasalahan terkait dengan kecerdasan interpersonal anak, permasalahan tersebut kemudian dirumuskan oleh peneliti menjadi bentuk pertanyaan penelitian dan kemudian dikembangkan menjadi tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan di TK. Adapun tahapan perencanaan terdiri dari:

1) Permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk melalukan penelitian 2) Merumuskan masalah

Berdasarkan hasil observasi maka penulis merinci permasalahan yang akan dikemukakan diantarany:

a) Bagaimana kondisi objektif Kecerdasan Interpersonal anak di Taman kanak-kanak Assamica?

b) Bagaimana penerapan pendekatan outdoor learning di Taman Kanak- kanak Assamica dalam meningkatkan kecerdasan interpersona anak? c) Apakah terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal setelah di

terapkannya pendekatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica?

3) Menentukan lokasi dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan outdoor learning


(30)

TABEL 3.1

KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN

MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI

KEGIATAN OUTDOOR LEARNING PADA KELOMPOK B TK ASSAMICA

VARIABEL SUB

VARIABEL

INDIKATOR PERNYATAAN ALAT

PENGUMPUL

DATA

HASIL

PENGAMATAN

Ya Tidak

A..kecerdasan interpersonal

1.Sensitifitas sosial

a. Sikap empati (Safaria:2005)

1) Anak dapat menghibur teman yang sedih/kecewa dengan cara tersenyum, memeluk dan mengajak bermain kembali 2) Anak mau

mendo’akan teman yang sakit dengan cara anak mau

mengikuti do’a bersama 3) Anak dapat

merasakan kesedihan teman dan orang lain dengan mengatakan “kasihan” 4) Anak dapat

memberikan motivasi pada teman yang kurang bersemangat saat mengikuti kegiatan outdoor learning dengan cara memberikan tepuk tangan atau kata-kata penyemangat “ayo...,ayo kamu bisa” 5) Anak dapat

Wawancara, observasi dan dokumentasi


(31)

kasih sayang kepada teman dengan memeluk atau menggandeng teman 6) Anak dapat

melihat dan merasakan kemarahan dan kekecewaan teman 7) Anak mau

menolong teman saat teman terjatuh atau mendapat kesulitan dalam kegiatan outdoor learning 8) Anak tidak

mengejek teman b. Sikap prososial

(Safaria :2005)

9) Anak mau membantu teman tanpa diminta saat teman kesulitan 10) Anak dapat

bekerjasama dalam kegiatan 11) Anak dapat

melaksanakan tugas kelompok dalam kegiatan outdoor learning 12) Anak dapat

menjaga kekompakan dalam kelompok 13) Anak dapat

menjadi anggota kelompok yang baik dengan mengikuti aturan kelompok 14) Anak senang


(32)

15) Anak mau bermain dengan siapa saja tanpa pilih-pilih teman 16) Anak dapat

bersikap ramah pada teman dan guru dengan tersenyum 2. Wawasan

sosial

a. kesadaran diri (safaria :2005)

17) Anak dapat menyebutkan keinginan-keinginannya dan

harapannya sesudah besar nanti

18) anak dapat menunjukan ekspresi sedih dengan wajar 19) Anak mau

menerima kekalahan dengan lapang dada dalam pertandingan kegiatan outdoor learning 20) Anak dapat

menunjukan ekspresi marah dengan wajar saat tersenggol 21) anak dapat

memimpin teman dan mau dipimpin dalam kegiatan outdoor learning 22) Anak dapat

menunjukan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas

kelompok 23) anak dapat

berpakaian yang rapi

Wawancara, observasi dan dokumentasi

b. pemahaman situasi dan etika sosial

24) Anak mau mentaati aturan dalam


(33)

outdoor learning 25) Anak dapat

menghargai hasil karya dan kerja keras teman 26) Anak mau

mengucapkan terimakasih saat dibantu oleh teman atau guru 27) Anak mau

memberi dan menerima maaf

28) Anak mau berbagi miliknya dengan teman 29) Anak mau

membuang sampah pada tempatnya 30) Anak mau

menyapa teman dan guru

31) Anak mau sabar

menunggu giliran 32) Anak dapat

mengatakan permisi saat lewat di depan teman dan guru 33) Anak dapat

berbicara dengan sopan tanpa berteriak a) keterampilan pemecahan masalah (Safaria:2005)

34) Anak dapat mencegah teman yang mau

bertengkar dengan cara memberitahuk an kepada guru atau memberi tahu secara langsung dengan mengatakan “jangan bertengkar”


(34)

bertengkar 36) Anak mampu

menyelesaikan permasalahan dengan tidak menggunakan kekerasan 37) Anak membantu menyelesaikan masalah teman yang berselisih dengan membantu berjabat tangan Anak membantu menyelesaikan masalah teman yang berselisih dengan membantu berjabat tangan 3.komunikasi social a. komunikasi yang efektif (Safaria:2005)

38) Anak dapat mengungkapk an pendapat pada saat kegiatan outdoor kepada teman dan guru 39) Anak dapat

memberikan motivasi kepada teman dalam

kelompok saat melakukan kegiatan outdoor dengan berteriak “ayo kamu bisa” 40) Anak

bercakap-cakap dengan teman saat perjalanan outdoor 41) Anak mau

menceritakan pengalamanny a saat kegiatan outdoor 42) Anak dapat

mengungkapk an

Wawancara observasi dan dokumentasi


(35)

kegiatan outdoor learning b. mendengarkan efektif (Safaria:2005)

43) Anak mau mendengarkan teman/guru yang sedang berbicara 44) Anak

melaksanakan apa yang sudah dijelaskan guru

45) Anak tidak memotong pembicaraan teman dan guru

46) Anak mau sabar

mendengarkan teman berbicara Keterangan:

 Rentan Skor 1-20: masuk predikat Kurang (K)  Rentan Skor 1-35: masuk predikat Cukup (C)  Rentan Skor lebih dari 35: masuk predikat Baik (B)

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan dari penelitian ini adalah terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua aktivitas outdoor learning yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di TK Assamica pada kelompok B.

Adapun tahapan pelaksanaan siklus 1 diantaranya: 1) Pembukaan

a) Kegiatan pembukaan sebelum memulai kegiatan outdoor learning:  Berdoa sebelum kegiatan


(36)

 Bercakap-cakap tentang hari kemarin dan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu outdoor learning

Anak diajak ke luar kelas untuk melaksanakan kegiatan outdoor learning

 Guru menjelaskan apa saja yang harus dilakukan anak-anak pada saat kegiatan outdoor learning

b) Kegiatan inti

 Pada siklus I anak di bagi dalam 3 kelompok dalam tindakan I dan 4 kelompok dalam tindakan II

Anak melakukan kegiatan outdoor learning tindakan I berkebun, tindakan II permainan tradisional lomba bakiak

 Guru mengajak anak bercakap-cakap sambil duduk di halaman sekolah agar setiap anak mengungkapkan perasaannya seperti bahagia dan sedih.

Guru melakukan evaluasi kegiatan outdoor learning. Setiap anak menceritakan kegiatan outdoor learning yang sudah dilaksanakan c) Istirahat

 Berdoa, makan dan bermain di playground

 Guru mengobservasi pada saat anak bermain di playground dan mengarahkan pada etika sosial pada setiap anak khususnya kelompok B

d) Penutupan


(37)

 Berdoa sesudah kegiatan dan bernyanyi waktunya pulang  Pulang sambil bersalaman membentuk lingkaran

2) Pelaksanaan siklus 2

Kegiatan siklus 2 merupakan lanjutan dari pada siklus 1 namun dengan kegiatan outdoor learningnya berbeda yaitu eksplorasi binatang ke bukit dan permainan tradisional “oray-orayan”

c. Tahap Observasi

Untuk melakukan observasi, peneliti berkolaborasi dengan 1 orang guru yang ada di Tk tersebut. Peneliti meminta bantuan kepada guru untuk mengisi lembar observasi yang telah disediakan.setiap kendala yang terjadi di lapangan dicatat serta dianalisis sekemampuan penulis.

d. Tahap Refleksi

Dalam tahap refleksi dilakukan setelah peneliti melaksanakan satu siklus yang terfokuskan pada berbagai aspek, antara lain: kendala yang dihadapi oleh anak dan guru selama kegiatan outdoor learning berlangsung dan merefleksi anak yang mengalami peningkatan dalam kecerdasan interpersonal. Aktivitas anak dalam kegiatan, evaluasi hasil belajar, serta catatan lapangan. Refleksi dilakukan untuk menganalisa semua data yang terkumpul. Dari hasil analisa tersebut, peneliti mengambil kesimpulan yang akan dijadikan dasar untuk membuat rencana tindakan berikutnya.


(38)

E. Definisi Operasional

1. Kecerdasan interpersonal yaitu kecerdasan membedakan suasana, intensi, motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini tampak dalam mengekspresikan wajah, suara, gerak, pemahaman karakter orang, dan mampu merespon secara efektif. Agustin (2011).Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain atau kemampuan seseorang untuk bergaul/sosialisai. untuk mengerti orang lain (empati) dan memberikan respon (simpati) kepada orang lain.Wijarnarko (2012). Adapun yang menjadi indikator dari penjelasan di atas menurut Safaria (2005) diantaranya: memiliki sikap empati, sikap prososial, kesadaran diri, pemahaman situasi sosial, pemahaman etika sosial, komunikasi yang efektif dan mendengarkan efektif.

2. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal Anak Usia Dini ini adalah kegiatan Outdoor Learning yaitu suatu bentuk atau metode pelatihan di alam terbuka dengan penekanan pendekatan melalui pengalaman (eksperiental learning). Pendekatan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) adalah sebagai pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran berbagai permainan sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Irawan A, Dalam Ginting, Dalam Muh Sholeh (2012).


(39)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran berlangsung dan melihat dampak atau kontribusi pendekatan outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Taman Kanak-kanak Assamica. Adapun format observasi yang digunakan adalah sebagai berikut: 2. Wawancara

Wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung,baik dengan anak maupun orang tua. Dengan wawancara guru dapat menggali lebih jauh kondisi objektif anak. Wahyudin & Agustin (2011)

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu kepada guru kelas yang terkait dengan permasalahan penelitian tindakan kelas, sehingga diperoleh data yang berkenaan dengan kecerdasan interpersonal anak di Taman kanak-kanak Assamica.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data atau informasi selama proses pembelajaran berlangsung secara lebih jelas dan


(40)

objektif serta data melengkapi data yang diperlukan. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto terkait.

Pada tahap pengumpulan data peneliti mengumpulkan seluruh data berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi dari mulai tahap awal penelitian, proses dan sampai pada akhir penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan fokus masalah. Tekhnik atau pengolahan data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh dijelaskan dalam bentuk deskriptif atau dalam bentuk narasi.

G. Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan sesuai dengan siklus pada prosedur penelitian dari mulai perencanaan,pelaksanaan,pengamatan dan refleksi dan dilakukan dalam dua siklus. Data-data yang sudah didapatkan berdasarkan observasi dan wawancara dianalisis dan dilihat apakah terdapat peningkatan setelah melalui dua siklus dalam prosedur penelitian atau tidak sama sekali. Melalu uji dua variable yaitu kondisi objektif sebelum menggunakan kegiatan oudoor learning dan setelah melalui pendekatan outdoor learning, apakah terbukti bahwa tindakan tersebut dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Taman Kanak-kanak Assamica.


(41)

I. Validasi Data

Untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian, maka hasil dari analisis data penelitian divalidasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Member Chek yaitu memeriksa kembali kebenaran dan keterangan atau informasi data yang diperoleh dari peneliti selama observasi, wawancara dan catatan lapangan berlangsung dari sumber data. Dalam kegiatan ini dilakukan guna menguji seberapa besar kebenaan yang ada dalam data tersebut. Yang dilakukan oleh peneliti di TK tersebut.

2. Triangulasi yaitu memeriksakembali kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada guru pendamping dan memerikan pendapat pada saat bimbingan berupa temuan-temuan yang baru, sebagaimana penelitian penyusunan laporan

3. Audit Trial yaitu memeriksa kembali catatan yang ditulis oleh peneliti atau kesalahan dalam metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil keputusan.

4. Expert Opinion yaitu pada tahap ini dilakukan konsultasi atau pengecekan dari hasil temuan penelitian kepada para ahli sebagai pembimbing dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal kemudian memperoleh arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang dikemukakan.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dari siklus I sampai siklus II dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui kegiatan outdoor learning pada kelompok B Taman kanak-kanak Assamica Perkebunan Pasir Malang Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, kondisi objektif di TK Assamica menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak masih rendah dimana anak-anak kurang memiliki sikap empati seperti kurang menujukan keinginan untuk membantu teman, kurang memiliki sikap prososial misalnya mau menolong teman tanpa diminta, mengerjakan tugas kelompok, menjaga kekompakan dalam kelompok, dan bekerjasama dengan teman, selain itu anak-anak masih kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana seperti saat menghadapi konflik dengan teman masih menggunakan kekerasan. Dengan melihat kondisi objektif kecerdasan interpersonal anak kelompok B di TK Assamica tersebut maka diperlukan perbaikan dalam pembelajaran khususnya yang mampu memfasilitasi kecerdasan interpersonal anak.

2. Implementasi kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal dilakukan melalui dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari dua tindakan. Pada setiap siklus mendapatkan respon yang baik dari anak-anak semua anak senang dan antusias mengikuti pembelajaran.


(43)

3. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica pada kelompok B mengalami peningkatan. Pada siklus I skor anak yang masuk predikat kurang (K) semakin berkurang, predikat cukup (C) meningkat. Pada siklus II tindakan I ke tindakan II indikator kecerdasan interpersonal anak khususnya dalam komunikasi efektif mengalami peningkatan cukup tinggi. Hal ini terlihat pada data skor setiap anak yang masuk predikat baik (B) semakin bertambah menjadi tujuh orang. Berdasarkan data tersebut terlihat peningkatan kecerdasan interpersonal dari siklus ke siklus dimana predikat kurang semakin tidak ada, anak yang masuk predikat cukup juga berkurang meningkat ke predikat baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi guru/peneliti

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan kedua setelah keluarga khususnya bagi Anak Usia Dini taman kanak-kanak merupakan peralihan dari keluarga oleh karena itu dalam pendidikan anak usia dini suasana pembelajaran dibuat seperti suasana keluarga yang penuh dengan kehangatan. Adapun yang dapat dilakukan guru/peneliti dalam memfasilitasi anak untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya adalah:


(44)

a. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini

b. Guru diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar bagi anak

c. Guru dapat mencoba kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan

d. Guru tidak usah memikirkan kegiatan outdoor yang membutuhkan fasilitator khusus dan membutuhkan biaya yang banyak. Tetapi bisa dengan biaya yang murah bahkan tanpa biaya guru dapat mengajak anak melakukan kegiatan outdoor learning yang sederhana tetapi banyak manfaatnya.

e. Guru hendaknya memperhatikan anak didik khususnya saat anak berada di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar ruangan

f. Guru bisa mencoba kolaborasi kegiatan outdoor dan indoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal

g. Guru melakukan kerjasama dengan orang tua dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal sehingga ada singkronisasi antara perlakuan di sekolah dengan di rumah

h. Diadakannya tindak lanjut penelitian meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui kegiatan outdoor learning


(45)

2. Bagi Orang Tua

Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, khususnya dalam hal ini orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, bagi orang tua masa kini sebaiknya hindarkan dari memaksakan kehendak anak untuk pandai membaca, menulis sebelum waktunya dan menekankan kepada anak untuk mendapatkan prestasi akademik yang terbaik tanpa melihat kecerdasan dan keterampilan lain yang dimiliki oleh anak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung kecerdasan interpersonal anak diantaranya:

a. Berikan kasih sayang dengan setulus hati supaya anak belajar menyayangi orang lain

b. Memberikan tanggung jawab terhadap anak dalam keluarga misalnya dengan pembagian tugas di rumah

c. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan berdiskusi dalam menyelsaikan permasalahan sederhana

d. Ajaklah anak untuk berkunjung ke tempat-tempat sosial dan ajaklah anak untuk memberikan sumbangan pada korban bencana

e. Libatkan anak dalam kegiatan sosial di lingkungan terdekat misalnya bekerja bakti dan ikut perayaan hari kemerdekaan

3. Bagi Lembaga TK

a.Bagi berbagai pendukung lembaga TK diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran anak dan selalu


(46)

mendukung kegiatan yang dilakukan guru yang bersifat positif demi terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik.

b.Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti workshop dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru

4. Bagi peneliti berikutnya

a. Bagi teman-teman yang akan melakukan penelitian berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui kegiatan yang berbeda dan

b. Melakukan kegiatan outdoor learning untuk meningkatkan kecerdasan yang berbeda


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M.(2011). Permasalahan Belajar Dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Agustin, M & Wahyudin .(2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini . Bandung: PT Refika Aditama

Alkinson, dkk.(1978). Pengantar Psikologi. Batan Centre: Inter Aksara

Armstrong, T.(2002). Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Armstrong, T.(2003). Multiple Intelligence Di Dunia Pendidikan. Bandung: Mizan Pustaka

Campbel, L. Alih bahasa Nomi S.(2002). Multiple Intelligence Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inspirasi Press

Hurlock, B E.(1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Gelora Pratama

Kurniati, E.(2010). Main Yuk! Bandung: PGPAUD FIP UPI

Meilia, A.(tanpa tahun). Mendidik Anak Cerdas Dan Berbakat. Http:

Www.Info.Balita Cerdas.Com [akses: 5 januari 2005]

Mumtaz, F & Thobroni M.(2011). Mendongkrak Kederdasan Anak Melalui Bermain Dan Permainan .Jogjakarta: Kata Hati

Priyatna, T T.(2004). Penerapan Multiple Intelligence Terhadap Proses Pendidikan Anak Melalui Pola Outdoor Learning (Di Indonesia). Makalah, Bandung: Pikiran Rakyat


(48)

Rachmani, F I. Dkk.(2003). Multiple Intelligence, Mengenali Dan Merangsang Kecerdasan Anak. Jakarta: Aspirasi Pemuda

Safaria, T.(2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan kecerdasan Interpersonal Anak:Yogyakarta: Amara Books

Solehudin.(1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sujiono, B & Sujiono N Y.(2005). Pembelajaran Anak Usia Dini, Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia

Warner, P.(2002). Melatih Kecerdasan Majemuk Anak. Bandung:kaifa

Wijarnyato, J.(2012). Multiple Inteligence Anak Cerdas. Banten: PT Happy Holi Kids

Widyasmoro, T T.(2003). “Kilasbalik Belajar Di Alam: http:www.jogjaadventure.com/default outbodnd. Asp -35k [akses: 5 januari 2005]

Yusuf, S.(2002). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya


(1)

3. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II menunjukan bahwa kecerdasan interpersonal anak setelah diterapkan kegiatan outdoor learning di Taman Kanak-kanak Assamica pada kelompok B mengalami peningkatan. Pada siklus I skor anak yang masuk predikat kurang (K) semakin berkurang, predikat cukup (C) meningkat. Pada siklus II tindakan I ke tindakan II indikator kecerdasan interpersonal anak khususnya dalam komunikasi efektif mengalami peningkatan cukup tinggi. Hal ini terlihat pada data skor setiap anak yang masuk predikat baik (B) semakin bertambah menjadi tujuh orang. Berdasarkan data tersebut terlihat peningkatan kecerdasan interpersonal dari siklus ke siklus dimana predikat kurang semakin tidak ada, anak yang masuk predikat cukup juga berkurang meningkat ke predikat baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi guru/peneliti

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan kedua setelah keluarga khususnya bagi Anak Usia Dini taman kanak-kanak merupakan peralihan dari keluarga oleh karena itu dalam pendidikan anak usia dini suasana pembelajaran dibuat seperti suasana keluarga yang penuh dengan kehangatan. Adapun yang


(2)

140

a. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini

b. Guru diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar bagi anak

c. Guru dapat mencoba kegiatan outdoor learning dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan

d. Guru tidak usah memikirkan kegiatan outdoor yang membutuhkan fasilitator khusus dan membutuhkan biaya yang banyak. Tetapi bisa dengan biaya yang murah bahkan tanpa biaya guru dapat mengajak anak melakukan kegiatan outdoor learning yang sederhana tetapi banyak manfaatnya.

e. Guru hendaknya memperhatikan anak didik khususnya saat anak berada di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar ruangan

f. Guru bisa mencoba kolaborasi kegiatan outdoor dan indoor learning dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal

g. Guru melakukan kerjasama dengan orang tua dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal sehingga ada singkronisasi antara perlakuan di sekolah dengan di rumah

h. Diadakannya tindak lanjut penelitian meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui kegiatan outdoor learning


(3)

2. Bagi Orang Tua

Keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, khususnya dalam hal ini orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, bagi orang tua masa kini sebaiknya hindarkan dari memaksakan kehendak anak untuk pandai membaca, menulis sebelum waktunya dan menekankan kepada anak untuk mendapatkan prestasi akademik yang terbaik tanpa melihat kecerdasan dan keterampilan lain yang dimiliki oleh anak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung kecerdasan interpersonal anak diantaranya:

a. Berikan kasih sayang dengan setulus hati supaya anak belajar menyayangi orang lain

b. Memberikan tanggung jawab terhadap anak dalam keluarga misalnya dengan pembagian tugas di rumah

c. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan berdiskusi dalam menyelsaikan permasalahan sederhana

d. Ajaklah anak untuk berkunjung ke tempat-tempat sosial dan ajaklah anak untuk memberikan sumbangan pada korban bencana

e. Libatkan anak dalam kegiatan sosial di lingkungan terdekat misalnya bekerja bakti dan ikut perayaan hari kemerdekaan


(4)

142

mendukung kegiatan yang dilakukan guru yang bersifat positif demi terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik.

b.Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti workshop dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru

4. Bagi peneliti berikutnya

a. Bagi teman-teman yang akan melakukan penelitian berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui kegiatan yang berbeda dan

b. Melakukan kegiatan outdoor learning untuk meningkatkan kecerdasan yang berbeda


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M.(2011). Permasalahan Belajar Dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Agustin, M & Wahyudin .(2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini . Bandung: PT Refika Aditama

Alkinson, dkk.(1978). Pengantar Psikologi. Batan Centre: Inter Aksara

Armstrong, T.(2002). Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Armstrong, T.(2003). Multiple Intelligence Di Dunia Pendidikan. Bandung: Mizan Pustaka

Campbel, L. Alih bahasa Nomi S.(2002). Multiple Intelligence Metode Terbaru

Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inspirasi Press

Hurlock, B E.(1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Gelora Pratama

Kurniati, E.(2010). Main Yuk! Bandung: PGPAUD FIP UPI

Meilia, A.(tanpa tahun). Mendidik Anak Cerdas Dan Berbakat. Http: Www.Info.Balita Cerdas.Com [akses: 5 januari 2005]


(6)

Rachmani, F I. Dkk.(2003). Multiple Intelligence, Mengenali Dan Merangsang

Kecerdasan Anak. Jakarta: Aspirasi Pemuda

Safaria, T.(2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan kecerdasan

Interpersonal Anak:Yogyakarta: Amara Books

Solehudin.(1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sujiono, B & Sujiono N Y.(2005). Pembelajaran Anak Usia Dini, Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia

Warner, P.(2002). Melatih Kecerdasan Majemuk Anak. Bandung:kaifa

Wijarnyato, J.(2012). Multiple Inteligence Anak Cerdas. Banten: PT Happy Holi Kids

Widyasmoro, T T.(2003). “Kilasbalik Belajar Di Alam: http:www.jogjaadventure.com/default outbodnd. Asp -35k [akses: 5

januari 2005]

Yusuf, S.(2002). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya