PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERORIENTASI KECERDASAN SPIRITUAL : Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………i

ABSTRAK………ii

KATA PENGANTAR………..iv

UCAPAN TERIMA KASIH……….v

DAFTAR ISI……….ix

DAFTAR LAMPIRAN………xv

DAFTAR TABEL ………...xvi

DAFTAR GAMBAR………..xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian……….…1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian……….10

1.3 Tujuan penelitian………10

1.4 Manfaat Penelitian………..11

1.5 Definisi Operasio………12

1.6 Kerangka Berpikir………...19

BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Pembelajaran Keterampilan Menulis………..23

2.1.1 Pendekatan Proses dalam Pembelajaran Menulis…………...23

2.1.2 Perbandingan Pendekatan Menulis yang berorientasi pada Produk dan Proses ………..27

2.2 Keterampilan Menulis Karangan Narasi……….30


(2)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.2.2 Unsur-unsur Narasi……….32

2.2.3 Pengembangan Karangan Narasi……….47

2.2.3.1 Penyusunan Detail-detail dalam Urutan Sequence)……….48

2.2.3.2 Penggunaan Deskripsi Eksposisi dan Dialog………...49

2.2.4 Mengevaluasi Karangan Narasi………51

2.2.5 Peran Guru dalam Pembelajaran Menulis……...56

2.2.6 Prinsip-prinsip untuk Merancang Pembelajaran Menulis…58 2.2.6.1 Proses dan Produk yang Seimbang………..58

2.2.6.2 Menghubungkan, Membaca dan Menulis………58

2.2.6.3 Memberikan Sebanyak Mungkin Tulisan Asli………59

2.3 Metode Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis…………59

2.3.1 Teori yang Mendasari pembelajaran Kooperatif…………..62

2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif……….67

2.3.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif……….73

2.3.4 Prosedur Pembelajaran Kooperatif……...75

2.4 Teori Kecerdasan dan Pembelajaran Menulis………..76

2.4.1 Teori Kecerdasan Manusia………...76

2.4.2 Implementasi Teori Kecerdasan dalam Pembelajaran Menulis di SMA ………...79

2.4.3 Pembelajaran Menulis Berorientasi Kecerdasan Spiritual...83

2.4.3.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual ……….84


(3)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.4.3.3 Dasar-dasar Falsafah Pendidikan Berorientasi Kecerdasan

Spiritual……….96

2.4.3.4 Implementasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran Menulis……….98

2.4.4 Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual (PKBKS) ………104

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Desain Penelitia……….117

3.2 Prosedur Penelitian………120

3.2.1 Tahap Pra Penelitian………..121

3.2.2 Tahap Penyusunan Rancangan M………..125

3.2.3 Tahap Uji Coba Rancangan Model………127

3.2.4 Tahap Perbaikan Rancangan model………...134

3.2.5 Tahap Penelitian Eksperimen Kuasi………..135

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian………136

3.4 Subjek Penelitian………...137

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data………139

3.6 Analisis Data……….144

3.7 Validasi Instrumen Penelitia………..146

3.8 Paradigma Penelitian………..147

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Studi Pendahuluan………..149


(4)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.1.1 Pembelajaran Menulis yang dilakukan Guru ………149

4.1.1.1 Perencanaan Pembelajaran Menulis ………...150

4.1.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis ………...150

4.1.1.3 Evaluasi dan Tidak Lanjut Pembelajaran Menulis ………..151

4.1.2 Motivasi Menulis Siswa………...152

4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Berorientasi Kecerdasan Spiritual ………..153

4.2.1 Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritua………154

4.2.2 Langkah-langkah Pengembangan Model………...157

4.2.2.1 Tahap Pengembangan Perencanaan Pembelajaran ………158

4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Pembelajaran………...161

4.2.2.3 Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut………162

4.2.3 Model Awal Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual………..163

4.2.3.1 Tujuan pembelajaran………..163

4.2.3.2 Deskripsi Materi……….164

4.2.3.3 Prinsip, Latar, dan Prosedur Pembelajaran……….165

4.2.3.4 Metode Pembelajaran……….169

4.2.3.5 Evaluasi ……….169

4.3 Analisis Hasil Uji Coba……….170


(5)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.3.1.1 Kemampuan Menulis Karangan Narasi Kelas Kontrol…..173

4.3.1.2 Kemampuan Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen………..182

4.3.1.3 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol………..262

4.3.2 Analisis Hasil Angket Motivasi Menulis………...262

4.3.3 Analisis Hasil Wawancara………277

4.3.4 Analisis Proses Pembelajaran………281

4.4 Perbaikan Rancangan Model Pembelajaran………288

4.5 Deskripsi dan Analisis Implementasi Model……….296

4.5.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Menulis ………..299

4.5.2 Materi Pembelajaran Menulis ………...300

4.5.3 Prosedur Pembelajaran Menulis ………...300

4.5.4 Motivasi Menulis ………..303

4.5.5 Kesadaran Spiritual ………...306

4.6 Implementasi Model dan Pencapaian Hasilnya……….311

BAB V TEMUAN HASIL PENELITIAN 5.1 Dinamika Proses Pembelajaran……...………...319

5.2 Kontribusi Model terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis………..322


(6)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5.4 Efektivitas Model PKBKS……….333

5.4.1 Efektivitas Model terhadap Motivasi Menulis Siswa…………333

5.4.2 Efektivitas Model bagi Penerapan KTSP………..335

5.4.3 Efektivitas Model bagi Pembinaan Karakter Siswa…………..340

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ………...348

6.2 Saran…...351

DAFTAR PUSTAKA………..350

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….355


(7)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 355

Lampiran 2 : Angket Penelitian Awal (Pendahuluan) 367

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Proses Pembelajaran Menulis...369

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Penilaian Guru dan Siswa terhadap Model... 370 Lampiran 5 : Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Menulis...371 Lampiran 6 : Pedoman Observasi Penerapan Prinsip-prinsip

Spiritual...373

Lampiran 7 : Angket Motivasi Siswa dalam Menulis...374

Lampiran 8 : Daftar Nilai Menulis Kelas Eksperimen...376 Lampiran 9 : Karangan


(8)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lampiran 10 : Model

Karangan...405

Lampiran 11 : Gambar Kegiatan Belajar Siswa... 421

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pendekatan produk dan Proses dalam Menulis………28 Tabel 2.2 Format penilaian Karangan Narasi………...55 Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif……….73 Tabel 2.4 Dampak Instruksional dan Penyerta Model PKBKS………….114 Tabel 3.1 Rubrik dengan Skala Penilaian 50-90 beserta Indikator………142 Tabel 4.1 Kemampuan Menulis Kelompok Kontrol Tahap 1………180 Tabel 4.2 Kemampuan Menulis Kelompok Kontrol Tahap 2………180 Tabel 4.3 Kemampuan Menulis Kelompok Kontrol Tahap 3………181


(9)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.4 Prosentase peningkatan kemampuan Menulis Kelompok

Kontrol ………..181

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Tahap 1………….259

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Tahap 2………….259

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Tahap 3………….260

Tabel 4.8 Prosentasi Peningkatan Kemampuan Menulis Kelompok Eksperimen Tiap Tahap……….260

Tabel 4.9 Siswa Senang Menulis………...262

Tabel 4.10 Menyediakan Waktu Khusus menulis………263

Tabel 4.11 Siswa akan selalu Membaca Buku………264

Tabel 4.12 Siswa Selalu Berlatih Menulis………...264

Tabel 4.13 Kesadaran Siswa untuk selalu Membawa Buku………265

Tabel 4.14 Kesadaran Bahwa menulis itu Penting………..266

Tabel 4.15 Semangat Siswa dalam Menulis dan Aktivitas Bermakna …...266

Tabel 4.16 Menulis sebagai Bagian dari Pengabdian………..267

Tabel 4.17 Kesadaran Siswa bahwa segala sesuatu Memiliki Keterkaitan termasuk Menulis………...268

Tabel 4.18 Menulis pengalaman sebagai Wujud Kasih Sayang terhadap Sesama...268

Tabel 4.19 Penulis sebagai Ekspresi Orisinal Penulisnya………269

Tabel 4.20 Menulis sebagai Bentuk Tanggung Jawab atas Anugerah Allah………..270

Tabel 4.21 Mengatasi Kemalasan Menulis………..270


(10)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.23 Keinginan Siswa menjadi Penulis Terkenal………...272

Tabel 4.24 Kesiapan Siswa Mengatasi Hambatan Menulis……….272

Tabel 4.25 Keinginan Siswa Mengikuti Lomba Menulis………273

Tabel 4.26 Keinginan Siswa Mengikuti Kegiatan Ilmiah………....274

Tabel 4.27 Keinginan Siswa Menulis di Mading………...274

Tabel 4.28 Menulis sebagai Sarana Mengabadikan Hidup………..275

Tabel 4.29 Tahap-tahap Pembelajaran Pertemuan 1………290

Tabel 4.30 Tahap-tahap Pembelajaran pertemuan 2………291

Tabel 4.31 Tahap-tahap Pembelajaran pertemuan 2………292

Tabel 4.32 Prosedur Pembelajaran Pertemuan 1 ……….300

Tabel 4.33 Prosedur Pembelajaran Pertemuan 2………..301

Tabel 4.34 Prosedur Pembelajaran Pertemuan 3………..302

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir...22

Gambar 3.1 Desain Uji Coba Model...119

Gambar 3.2 Bagan Paradigma Penelitan...148

Gambar 4.1 Penyusunan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual...156


(11)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Kemampuan Menulis Tiap Tahap...261 Gambar 4.3 Kegiatan Siswa saat Diskusi Kelompok...282 Gambar 4.4 Kegiatan Siswa Saat Presentasi...285


(12)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kemampuan menulis sangat penting dalam dunia pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan menulis merupakan sarana untuk menemukan sesuatu. Kita perlu merangsang otak, mendorong siswa untuk banyak membaca, melatih berpikir kreatif dan sistematis, serta objektif dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, kegiatan menulis perlu ditanamkan dengan baik dan terencana kepada siswa.

Kemampuan membaca dan menulis bukan sekedar lancar membaca dan bisa menulis apa yang diperoleh dari gurunya. Melalui pembelajaran membaca diharapkan siswa mampu membaca berbagai aktivitas yang dilakukan sesuai dengan keadaan masing-masing. Demikian juga dengan menulis. Melalui pembelajaran menulis, siswa mampu mengembangkan apa yang diperolehnya melalui pikiran yang teratur, sistematis dan terarah atau mampu mengeluarkan pendapat dan pikiran lewat tulisan.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum 2006 meliputi empat keterampilan, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat aspek itu, pola pembelajarannya harus secara terpadu. Artinya, ketika guru menyajikan materi sastra, penerapannya kepada siswa harus melalui empat aspek itu. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, sama- sama penting. Seorang siswa tidak akan terampil


(13)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menulis tanpa membaca atau terampil berbicara tanpa membaca dan menyimak. Dengan demikian, keterampilan berbahasa yang satu menunjang keterampilan berbahasa lainnya. Pola pembelajaran bahasa yang sifatnya teoretis harus diubah menjadi keterampilan berbahasa.

Tuntutan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di tingkat dasar maupun menengah adalah siswa memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan. Dalam praktiknya, ada hal yang kurang diperhatikan oleh guru, yaitu pembelajaran menulis yang bermakna dan menyenangkan. (Hasnum, 2005:45)

Hal ini selaras dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan undang-undang tersebut, semestinya pendidikan kita memperhatikan kekuatan spiritual keagamaan agar pembelajaran menjadi bermakna dan mampu membina kepribadian siswa.

Hal yang perlu kita rumuskan adalah bagaimana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan spiritual keagamaan,


(14)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Demikian juga halnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip bahwa potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik diarahkan untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

Dalam GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia, materi pembelajaran menulis di SMA mulai kelas X sampai kelas XII lebih kurang berjumlah 42 materi. Mencermati materi menulis yang ada dalam GBPP SMA dan pola pembelajaran guru, ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru hanya memenuhi tuntutan kurikulum, belum menyentuh isi kurikulum secara hakiki. (Hasnum, 2005). Artinya, guru bukan sekedar memperkenalkan materi menulis, tetapi bagaimana materi menulis dapat dipahami, dihayati, diterapkan, dan dipraktikkan dengan bermakna dan menyenangkan sehingga potensi peserta didik dapat berkembang maksimal. Menulis bagi seseorang bukanlah hasil warisan. Kemampuan menulis diperoleh melalui proses belajar, latihan, usaha, dan kerja keras seseorang. Untuk itu, praktik menulis diupayakan dapat diberikan kepada siswa semenarik mungkin.


(15)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari hasil studi pendahuluan, menunjukkan bahwa siswa masih mengeluhkan kegiatan menulis membosankan dan tidak menyenangkan. Mereka mengatakan bahwa menulis itu sulit. Mereka merasa kesulitan dalam menemukan ide tulisan. Kalaupun ide sudah ada, bagaimana mulai menuliskannya, kalimat apa dulu yang harus ditulis, dan menyusun kalimatnya seperti apa. Itulah keluhan-keluhan yang banyak disampaikan siswa ketika mereka mau menulis.

Minimnya jumlah penulis muda menunjukkan bahwa setelah tamat SMA, siswa belum banyak yang mau dan mampu menulis sesuai ukuran mereka. Ini adalah sebuah indikasi bahwa pembelajaran menulis belum menyentuh kebutuhan pendidikan dan kebutuhan siswa itu sendiri. (Hasnum, 2005)

Menurut Alwasilah (2007), pembelajaran menulis selama ini dipersulit oleh pembelajar atau gurunya sendiri. Menurut beliau, belajar menulis harus santai. Siswa tidak boleh merasa takut, capai, stress, apalagi frustrasi. Menulis sebaiknya dimulai dengan menyapa “afektif” untuk kemudian ke “psikomotorik”, baru lalu menyapa “kognitif”. Kesalahan pendidikan selama ini adalah

keberpihakan sistem kepada “kognitif”, sehingga sedikit sekali pembelajar yang

gemar menulis.

Menghadapi kenyataan tersebut, kita tidak cukup hanya memaparkan kelemahan, mengeluhkan kekurangan, tetapi bagaimana mencari penyelesaian masalah tersebut. Bagaimana agar para pembelajar kita gemar menulis? Pembelajaran menulis yang bagaimanakah yang mampu membangkitkan semangat siswa? Untuk itu, diperlukan sebuah pola pengembangan pembelajaran


(16)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menulis yang bermakna yang mampu menggugah semangat dan motivasi siswa untuk menulis. Spirit siswa perlu dibangkitkan.

Penelitian-penelitian tentang menulis yang ada selama ini baru berkisar pada pengembangan model, penerapan teknik tertentu dalam menulis, aspek-aspek menulis, analsis kesalahan berbahasa siswa dalam menulis, atau pendeskripsian kemampuan menulis siswa. Siddik (2005) misalnya, mengembangkan Model Pembelajaran Menulis Deskripsi untuk Siswa Kelas IV

SD, Fuad (1990) meneliti Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan Menulis, Sapani (1986) meneliti Analisis Kesalahan Bahasa dalam Karangan Siswa Kelas II SMA, Suriamihardja (1987) meneliti Kemampuan dan Keterampilan Menulis Mahasiswa IKIP Bandung. Penelitian menulis yang

berupaya menumbuhkan motivasi menulis dari dalam diri pembelajar belum pernah dilakukan. Penelitian ini berupaya untuk dapat menghasilkan sebuah produk model pengembangan menulis yang mengelola kecerdasan spiritual dalam pembelajaran menulis. Melalui model ini diharapkan motivasi menulis dari dalam diri siswa dapat berkembang maksimal.

Kecerdasan spiritual merupakan potensi kemanusiaan yang tertinggi. Menurut Capra (1998), umat manusia sedang memasuki masa transisi global besar yang menuntut pemberdayaan potensi kemanusiaan yang lebih besar lagi. Tanpa pemberdayaan potensi kemanusiaan secara maksimal dikhawatirkan akan terjadi krisis global yang serius. Capra (1998 dalam Tafsir, 2006) secara rinci menjelaskan, krisis global yaitu suatu krisis yang kompleks dan multidimensional


(17)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang segi-seginya menyentuh setiap aspek kehidupan, kesehatan, mata pencaharian, kualitas lingkungan hidup, hubungan sosial ekonomi, dan politik. Krisis ini merupakan krisis dalam dimensi-dimensi intelektual, moral, dan spiritual. Suatu krisis yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Bahaya yang mengancam kehidupan ras manusia dan ketidakmampuan kaum intelektual mencari jalan keluar mengatasinya. Untuk itu, diperlukan nilai-nilai yang mampu memberdayakan potensi kacakapan hidup manusia yang setinggi-tingginya.

Menurut Tafsir (2006), pendidikan harus selaras dengan hakikat manusia. Hakikat manusia menurut Alquran sebagaimana penjelasan As-Shaibani dan Quthb dalam Tafsir (2006:18) bahwa manusia itu memiliki tiga potensi yang sangat esensial yaitu jasmani, akal, dan ruhani. Ruhani adalah bagian yang inti yang mewarnai kualitas akal dan jasmaninya. Jika ruhani manusia baik, tidak tercemar, maka akal dan jasmani manusia itu pun akan baik. Di sinilah unsur spiritual itu menjadi sangat penting.

Sementara itu, jarang sekali guru atau dosen menjadikan unsur spiritual yang salah satu aspeknya adalah kecakapan personal siswa seperti tanggung jawab, kerjasama dengan teman, kepedulian terhadap lingkungan, integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, dan penguasaan diri dijadikan sebagai bagian dari prestasi siswa. Padahal konsep kecerdasan otak (intelegensi), seperti NEM (Nilai Ebtanas Murni) dan IPK (Indeks Prestasi Siswa) yang tinggi kurang berperan bagi keberhasilan seseorang.


(18)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan spiritual jauh lebih berperan bagi keberhasilan seseorang. Pendidikan yang mengabaikan aspek-aspek mental dan spiritual peserta didik, maka hanya akan melahirkan generasi muda yang bermental rendah. Inilah salah satu penyebab mengapa Indonesia subur dengan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang membawa bangsa ini pada krisis moral, politik, dan ekonomi yang dahsyat pada akhir abad ke -20 dan awal abad ke-21 ini. (Agustian, 2001: xli)

Kondisi demikian menuntut penanaman nilai-nilai spiritual melalui pendidikan dan pembelajaran. Dengan penanaman nilai-nilai spiritual, potensi kemanusiaan yang tertinggi dapat diberdayakan. Mereka akan hidup sebagai layaknya manusia, aktif, kreatif, sadar lingkungan, sadar situasi, sadar akan diri sendiri, sadar nilai dan tujuan yang berkulminasi dalam tindakannya yang bertanggung jawab. Sebagai manusia ia sadar akan dimensi pertanggungjawabannya yang sekaligus menyiratkan dimensi komunikasinya, baik yang horizontal, yang vertikal, maupun yang mendalam.

Dengan kecerdasan spiritual, menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, atau setidak-tidaknya mampu berdamai dengan masalah tersebut. Kecerdasan spiritual atau

Spiritual Quostion (SQ) juga memberi kita suatu rasa yang dalam menyangkut

perjuangan hidup. SQ membantu kita menjalani hidup pada tingkatan makna yang lebih dalam. (Zohar dan Marshall, 2000)


(19)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Agar potensi spiritual siswa dapat diberdayakan, diperlukan suatu proses pembelajaran yang mampu membuka kesadaran spiritualitas siswa. Pembelajaran bahasa yang bermuatan nilai-nilai spiritual diharapkan mampu membuka kesadaran siswa akan pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan ini.

Pengembangan konsep pribadi atau konsep diri dan perasaan-perasaan mengenai harga diri dapat ditumbuhkan melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan. Pembelajar dapat menemukan berbagai kemampuan yang mereka miliki, mereka juga menyadari bahwa memperoleh beberapa keterampilan memerlukan waktu lama. Beberapa buku yang baik dan menarik hati pembelajar justru didasarkan pada tema-tema penanggulangan masalah dan pengembangan kematangan yang utuh.

Tema-tema penanggulangan masalah dan pengembangan kematangan pribadi dapat dikomunikasikan dalam kegiatan menulis. Agar siswa mampu menyampaikan gagasan tersebut kepada pembaca secara tepat dituntut berbagai kemampuan diri peserta didik setelah diberikan pengetahuan, baik di dalam maupun di luar kelas. Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan menguasai diri untuk berkomitmen terhadap kegiatan menulis, tekun, sungguh-sungguh, tidak mudah berputus asa, mampu bekerja sama, dan terus meningkatkan kualitas diri dalam menulis.

Untuk mencapai kompetensi tersebut, diperlukan pembelajaran yang bermakna. Guru sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran di sekolah, harus lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan


(20)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, pemilihan materi ajar yang akan dilaksanakan di kelas harus berada pada konteks peserta didik dengan memperhatikan aspek emosional dan spiritual siswa.

Model pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan siswa dalam berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang dilandasi dengan nilai-nilai spiritual yang juga menyangkut aspek internal dan eksternal siswa. Aspek internal berhubungan dengan emosi, motivasi, tata nilai dan ketahanan diri siswa, sedangkan aspek eksternal berhubungan dengan lingkungan sosial, budaya, dan geografis tempat peserta didik berada. Guru dapat menghadirkan suasana nyata ke dalam kelas. Guru juga dapat mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan pembelajaran menulis akan lebih bermakna, menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dengan model pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual, siswa memiliki tiga tanggung jawab, yaitu tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tanggung jawab membantu sesama anggota kelompok, dan tanggung jawab terhadap Tuhan. Siswa belajar bersama dalam satu kelompok dan mereka harus menunjukkan kemampuan diri dan kelompoknya.

Melalui pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual, kecenderungan sikap individualistis, sikap tertutup terhadap teman, kurang memberikan perhatian kepada teman sekelas, bergaul hanya dengan orang


(21)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya dapat terkikis. Sikap demikian jika dibiarkan akan membentuk warga negara yang egois, inklusif, introvert, kurang bergaul dengan masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini sudah terlihat pada masyarakat kita. Dengan demikian, melalui model pembelajaran Kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual diharapkan akan lahir generasi yang kreatif, inovatif, kooperatif, dan religius sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan pengembangan model pembelajaran menulis yang bermakna dan mampu menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan kerjasama yang baik sehingga setiap pembelajar mampu menghasilkan karya tulis terbaik. Model ini perlu diujicobakan keefektifannya melalui sebuah penelitian. Ada pun judul penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, fokus penelitian adalah peningkatan kemampuan menulis karangan narasi melalui Model Pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual (PKBKS). Untuk itu, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana model PKBKS diterapkan dalam pembelajaran menulis di kelas X SMA?


(22)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagaimana model ini berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan menulis siswa?

3. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengekspresikan nilai-nilai spiritual melalui karangan narasi yang ditulisnya setelah diterapkan model PKBKS?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep model pembelajaran menulis yang mampu meningkatkan kreativitas, kerjasama yang baik, dan motivasi menulis dari dalam diri siswa. Model ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis dan meningkatkan gairah siswa dalam menulis karena anak merasa apa yang dipelajarinya bermakna bagi kehidupannya. Konsep ini bersifat menyeluruh karena berkenaan dengan dasar filosofis, tujuan pembelajaran menulis, peran guru, prosedur pembelajaran, dan evaluasi keberhasilannya.

Secara empiris, tujuan penelitian ini akan dicapai melalui penelaahan dan penerapan konsep yang telah didesain dan akan diujicobakan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalsis data yang berkenaan dengan hal-hal berikut.

1. Proses penerapan model PKBKS dalam mengembangkan kemampuan menulis.

2. Kontribusi model terhadap peningkatan kemampuan menulis siswa. 3. Kemampuan siswa dalam mengekspresikan nilai-nilai spiritual melalui


(23)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam pengembangan teori maupun praktik pendidikan umumnya dan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis.

1.4.1 Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan bidang pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis di SMA. Proses pembelajaran menulis tentu saja cukup kompleks meliputi pendekatan, metode, materi atau bahan ajar, teknik, strategi, prosedur, model, dan penilaian.

1.4.2 Praktis

Hasil akhir penelitian ini adalah ditemukannya suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat siswa dalam menulis sehingga kemampuan menulis siswa pun menjadi lebih baik. Hasil ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pendekatan pembelajaran yang sudah ada dan dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran menulis. Pembelajaran menulis yang berorientasi kecerdasan spiritual ini, diharapkan mampu menjawab sebagian persoalan krisis multidimensi yang dihadapi bangsa saat ini. Dengan ditemukannya langkah-langkah pembelajaran menulis yang berupaya mengelola kecerdasan spiritual dan sikap kerjasama peserta didik diharapkan pembelajaran


(24)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bahasa memiliki makna yang dalam bagi peserta didik. Peserta didik memiliki kecerdasan spiritual yang baik, memiliki pemahaman yang baik tentang makna hidup dan akan menjadi generasi penerus yang handal dan dapat dibanggakan.

1.5 Definisi Operasional

1) Menulis Karangan Narasi

Pengertian menulis menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan: ~ roman (cerita), mengarang cerita; ~ surat membuat surat; berkirim surat. Tarigan (2000) mengartikan menulis sebagai suatu keterampilan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata secara produktif dan ekspresif dalam berkomunikasi secara tidak langsung. Adapun Suparno (2008) mendefinisikan menulis sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kemampuan seseorang dalam mengekspresikan pikiran, perasaan, dan gagasan melalui bahasa tulis dengan tepat.

Adapun karangan narasi menurut Keraf (2001) adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah


(25)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Dalam penelitian ini, tulisan yang dihasilkan siswa adalah berupa kisah pengalaman pribadi. Oleh karena itu, narasi yang dimaksudkan adalah narasi ekspositoris yang tentunya bersifat faktual.

Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca sehingga pembaca memperoleh makna atas tulisan yang disusun pengarang.

Dari kedua tujuan menulis narasi di atas, dalam penelitian ini lebih menekankan pada tujuan yang yang kedua, yaitu memberikan pengalaman estetis kepada pembaca sehingga pembaca memperoleh makna atas tulisan yang disusun pengarang. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan sebagaimana tujuan yang pertama. Pengalaman estetis yang dimaksud pada penelitian ini adalah pengalaman yang diangkat dari kehidupan nyata yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang menggugah sehingga pembaca memperoleh hikmah dan makna dari tulisan itu. Dengan demikian jenis tulisan yang dihasilkan siswa adalah narasi yang bersifat faktual.

Dengan demikian, kemampuan menulis karangan narasi dalam tulisan ini diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menciptakan suatu


(26)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cerita berdasarkan pengalaman hidupnya dengan menggunakan bahasa tulis yang baik dan alur cerita yang menarik.

2) Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu.

Ciri model pembelajaran yang baik adalah adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap; adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran; guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan motivator kegiatan belajar peserta didik; serta penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran (Joyce dan Weil, 2009).

Adapun cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan permasalahan.


(27)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (2005) menyatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan pebelajar aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berupaya menciptakan kondisi belajar yang menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan belajar atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari empat orang atau lebih, keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

3) Kecerdasan Spiritual

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2001), Spiritual Quetient (SQ) mempunyai beberapa arti yaitu :

 Suatu keperluan penting yang dimiliki oleh para hamba Tuhan untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya


(28)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Kemampuan untuk menghidupkan kebenaran yang paling dalam yaitu mewujudkan hal yang terbaik, utuh dan paling manusiawi dari dalam batin

 Merupakan gagasan, energi, nilai, visi, dorongan dan arah panggilan hidup bersama cinta

 SQ adalah pencarian manusia akan makna hidup dan merupakan motivasi utama dalam hidupnya. Kearifan spiritual adalah sikap hidup arif dan bijak secara spiritual yang cenderung mengisi lembaran hidup kita menjadi lebih bermakna dan bijak, bisa menyikapi segala sesuatu secara lebih jernih dan benar sesuai hati nuraninya, itulah kecerdasan spiritual (Viktor Frank-Psikolog dalam Zohar, 2001)

 SQ akan membimbing manusia dalam merencanakan sesuatu yang menjadi tujuan hidupnya, yaitu hidup yang penuh kedamaian secara spiritual. Mendidik hati menjadi benar.

Zohar dan Marshal (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.

Zamroni (2011) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan akal budi manusia berdasarkan kepekaan hati bahwa keberadaannya selalu bersinggungan dengan sesamanya, makhluk lain,


(29)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan alam sekitar yang didasari oleh kekuatan iman kepada Allah. Senada dengan pendapat di atas, Tobroni (2010) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan manusia untuk senantiasa bermuara kepada kehakikian, keabadian, dan ruh. Spiritualitas merupakan inti (core) dari kemanusiaan itu sendiri. Dorongan spiritual senantiasa membuat kemungkinan membawa dimensi material manusia kepada dimensi spiritualnya (ruh, keilahian). Caranya adalah dengan memahami dan menginternalisasi sifat-sifat-Nya dan meneladani rosul-Nya. Tujuannya adalah memperoleh ridlo-Nya, menjadi “sahabat” Allah, “kekasih” Allah. Inilah manusia yang suci, yang keberadaannya membawa kegembiraan bagi manusia-manusia lainnya (Tobroni, 2010). Begitu pun dengan Agustian dalam Dakir ( 2011), menurutnya kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku, tindakan, dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya, manusia yang cenderung pada kebenaran (hanif) dan memiliki pola pikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip hanya karena Allah (Agustian, 2008, Dakir, 2011: 73).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia senantiasa dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta kepada Allah Swt. dan sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan dari setiap kegiatan dan


(30)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perilakunya, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh keikhlasan, kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

4) Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual Dari beberapa pengertian di atas, model pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual (PKBKS) diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang berupaya menciptakan kondisi belajar yang menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan belajar atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok dengan menerapkan prinsip-prinsip spiritual sebagai asas pembelajaran. Prinsip-prinsip spiritual yang diterapkan adalah kerja tim (teamwork), kepedulian terhadap mutu (quality), perancangan ulang proses kerja (work process redesign), kepedulian pada lingkungan (environmentalism), penghargaan pada keragaman (diversity), dan pemberdayaan manusia (empowerment) (Hendrawan, 2009). Melalui penerapan prinsip-prinsip ini diharapkan proses pembelajaran mampu membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian) sehingga mampu mengilhami, mencerahkan, membersihkan hati nurani, dan menenangkan jiwa pembelajar. Menurut Agustian (2008), pengasahan kecerdasan spiritual yang baik akan memberikan landasan kuat bagi terbangun ketangguhan pribadi manusia. Inilah yang diharapkan dari pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual.


(31)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.6 Kerangka Berpikir

Pendidikan dirancang untuk manusia. Oleh karena itu, rancangan pendidikan harus selaras dengan hakikat manusia. Hakikat manusia menurut Alquran sebagaimana penjelasan As-Shaibani dan Quthb dalam Tafsir (2006:18) bahwa manusia itu memiliki tiga potensi yang sangat esensial yaitu jasmani, akal, dan ruhani. Ruhani adalah bagian yang inti yang mewarnai kualitas akal dan jasmaninya. Jika ruhani manusia baik, tidak tercemar, maka akal dan jasmani manusia itu pun akan baik. Di sinilah unsur spiritual itu menjadi sangat penting karena menurut Thobroni (2010:5) spiritualitas dalam diri manusia itu merupakan inti (core) kemanusiaan itu sendiri yang bermuara kepada keabadian dan ruh.

Pembelajaran hendaknya mampu memanusiakan manusia. Oleh karena itu, ruhani sebagai inti manusia harus mampu dibina melalui pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa.

Keterampilan menulis sebagai bagian dari pembelajaran berbahasa merupakan aktivitas yang mampu mengikat makna (Hernowo, 2009). Melalui aktivitas menulis karangan narasi mengenai pengalaman hidup diharapkan siswa mampu menggali makna hidup. Siswa akan mampu memahami berbagai peristiwa dan berbagi pengalaman melalui kegiatan menulis karangan narasi. Dengan demikian, siswa diarahkan untuk mencapai hidup bermakna yang didasari dengan kecerdasan spiritual yang baik.


(32)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kecerdasan intelektual belum cukup membekali manusia dalam kehidupannya. Dalam kehidupan manusia, sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri, membutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan intelektual hanyalah mampu menganalisis hubungan logis antarperistiwa atau suatu permasalahan. Tetapi, bagaimana menyelesaikan permasalahan itu, diperlukan kreativitas yang tinggi, kemampuan bersosialisasi, serta kebijaksanaan. Semua itu tidak dapat dilakukan oleh kecerdasan intelektual. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh kecerdasan emosional dan spiritual. Oleh karena itu, dalam kehidupan manusia sangat membutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual.

Melalui aktivitas menulis pengalaman pribadi, siswa dituntut untuk dapat memahami suatu peristiwa yang telah dialaminya. Siswa berupaya untuk menggali dan memperoleh makna yang dalam dari pengalaman hidupnya sehingga menjadi pelajaran yang berharga. Siswa juga lalu mengekspresikan semua itu ke dalam sebuah tulisan. Dalam aktivitas tersebut, siswa melakukan pengasahan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual sekaligus.

Menulis sebagai salah satu bentuk komunikasi dapat memberikan pengalaman emosional dan spiritual. Emosi yang dimiliki oleh setiap manusia menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menata pengalaman hidup seseorang. Demikian juga halnya dengan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual seseorang akan terasah apabila ia berusaha merasakan, menghayati, dan mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan. Melalui kegiatan menulis pengalaman pribadi dan berbagi pengalaman dengan teman sekelompok, siswa dilatih untuk


(33)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat memahami dan merasakan berbagai peristiwa dalam hidup ini. Dengan demikian, melalui kegiatan menulis dalam proses pembelajaran yang kooperatif seperti digambarkan di atas, seseorang akan menjadi cerdas, baik cerdas emosional maupun spiritual. Dengan kecerdasan emosional dan spiritual yang baik, seseorang akan menjadi manusia yang mampu mencapai hidup bermakna. Itulah manusia paripurna yang dinantikan oleh bangsa ini. Kerangka berpikir di atas, dapat dilihat pada gambar berikut.


(34)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir

Hakikat Manusia

Inti manusia

Hidup Bermakna Kecerdasan Spiritual

Mengikat Makna

Menulis Narasi (Pengalaman Hidup)

Menggali Makna Hidup Pembelajaran

Bahasa (Menulis) Pendidikan Memanusiakan Manusia

Memahami Berbagai Peristiwa

Motivasi Intrinsik Jasmani

Akal Ruhani


(35)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011


(36)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Penelitian ini berupaya menemukan model baru untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran menulis di SMA, khususnya materi menulis karangan narasi. Melalui model pembelajaran kooperatif yang berorientasi kecerdasan spiritual diharapkan pembelajaran menulis menjadi lebih efektif dan bermakna. Karena penelitian ini berupaya untuk mengembangkan suatu model pembelajaran yang sudah ada, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Research and Development (R&D).

Untuk keperluan penelitian ini, maka diperlukan dua tahapan penelitian. Penelitian awal sebagai dasar, tahapannya berupa (1) mengobservasi kegiatan belajar-mengajar (menulis), (2) menginterpretasi data empiris, teori menulis dan kecerdasan manusia, pembelajaran menulis, serta (3) mengonstruksi kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual (PKBKS). Tahap penelitian yang kedua adalah uji coba model melalui eksperimen kuasi, tahapannya berupa (1) mengujicobakan model PKBKS sebagai transformasi awal, (2) memperbaiki model PKBKS sebagai tahap rekonstruksi, dan (3) melaksanakan kegiatan eksperimen kuasi di kelas sebagai transformasi kedua, dan (4) menyusun suatu desain pengembangan PKBKS baru dan mengevaluasi hasil.


(37)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan menulis siswa, tahapan yang akan diekspresikan dalam penelitian ini meliputi (1) kemampuan menulis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan model PKBKS; (2) kemampuan menulis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model PKBKS; (3) peningkatan kemampuan menulis siswa antara tes awal (sebelum model pembelajaran diterapkan) dan tes akhir (setelah model pembelajaran diterapkan); (4) peningkatan kemampuan menulis siswa kelas kontrol antara tes awal/ pretes (sebelum kegiatan pembelajaran) dan postes (setelah kegiatan pembelajaran); (5) perbedaan kemampuan menulis siswa melalui model PKBKS dan pemberian tugas, dan (6) keefektifan pelaksanaan pembelajaran dengan Model PKBKS dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa.

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa SMA. Melalui pemanfaatan Model PKBKS diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis siswa karena motivasi menulis dari dalam diri siswa tumbuh dan berkembang. Berkaitan dengan tujuan ini, desain penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Desain penelitian Research and Development ( R & D) adalah suatu penelitian yang ditindaklanjuti dengan pengembangan dan evaluasi sumatif suatu model


(38)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melalui siklus proses aksi, refleksi, evaluasi, replikasi, dan inovasi (Bogdan dan Biklen, 1992: 25; Sukmadinata, 2007: 164).

Secara operasional, desain penelitian ini menggunakan dua tahap kajian.

Pertama, kajian penelitian deskriptif, dan kedua, kajian eksperimental melalui

desain eksperimen semu The Maching-Only Pretest-Posttest Control Group

design. Hal ini mengacu pada pendapat Syamsuddin (2006: 23) bahwa dalam

penelitian pendidikan bahasa lebih banyak menggunakan eksperimen kuasi. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen diberi tes awal dan tes akhir tetapi sampel tidak diperoleh melalui teknik acak.

Dalam Borg dan Gall (1989: 624), dipaparkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan baik yang berupa

hardware seperti alat bantu ajar, maupun yang berupa software seperti sebuah

model pembelajaran. Secara lebih rinci dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan produk-produk pendidikan menurut Borg dan Gall, adalah objek material, misalnya buku teks, film untuk pengajaran, dan prosedur serta proses pembelajaran seperti metode dan pengorganisasian pengajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran, metode, kurikulum, dan evaluasi. Dengan demikian, tujuan akhir dari penelitian pengembangan bidang kajian pendidikan adalah melahirkan produk baru atau perbaikan produk lama untuk meningkatkan kinerja pendidikan yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan.


(39)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam mengembangkan suatu model atau produk pendidikan, peneliti berusaha untuk memperhatikan dan menjawab beberapa pertanyaan berikut.

1. Apakah produk/model yang ditawarkan itu penting bagi kebutuhan pendidikan?

2. Apakah rumusan dari model ini akan cukup memadai bahwa hasil model yang ditawarkan itu lebih baik dari model yang sudah ada? 3. Apakah personal yang akan terlibat dalam uji coba dan penyebarannya

memiliki kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang memadai untuk menerapkannya?

4. Dapatkah produk/ model yang akan dikembangkan itu diwujudkan sesuai dengan jadual waktu yang ditetapkan?

Desain kajian penelitian deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran ihwal kondisi awal peserta didik yang meliputi kemampuan menulis siswa, produktivitas menulis peserta didik, kuantitas dan kualitas membaca, serta praktik pembelajaran menulis yang biasa dilakukan guru di kelas.

Selain hal-hal di atas, dikaji pula kurikulum, teori-teori pembelajaran, teori kecerdasan, motivasi, dan teori menulis yang dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan model pembelajaran menulis berorientasi kecerdasan spiritual.

Uji coba model dimaksudkan untuk menguji kebermaknaan model yang dikembangkan dengan menggunakan desain kuasi eksperimen The Maching-Only

Pretest-Posttest Control Group design. Desain tersebut digambarkan sebagai


(40)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Prates Perlakuan

Pascates Kel.Eksperimen Kelompok Kontrol

Gambar 3.1 Desain Uji Coba Model Keterangan

1. 0: Pretes, yaitu tes pertama yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal peserta didik. Tes yang diberikan adalah tes kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.

2. 0: Postes, yaitu tes akhir yang diselenggarakan setelah proses perlakuan selesai dilakukan. Tes ini ditujukan untuk memperoleh skor kemampuan peserta didik dalam menulis karangan narasi, yang kemudian dibandingkan dengan skor pretes. Hasil pembandingan ini akan mengungkap kebermaknaan model yang tengah dikembangkan. Uji statistik kemudian dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan tersebut.

3. X: Perlakukan berupa penerapan model PKBKS yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

Alasan pemilihan desain penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pengambilan kelompoknya tidak dilakukan secara acak penuh, hanya satu karakteristik saja, atau diambil dengan dipasangkan/dijodohkan.

0 X 0 0 0


(41)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.2 Prosedur Penelitian

Ada lima tahap pokok yang ditempuh dalam penelitian ini. Kelima tahap yang dimaksud, yakni tahap (1) prapenelitian, (2) penyusunan rancangan (konstruksi) model, (3) uji-coba rancangan model, (4) perbaikan rancangan model, dan (5) pelaksanaan penelitian eksperimen kuasi.

3.2.1 Tahap Prapenelitian

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan informasi dan interpretasi. Untuk keperluan ini dilakukan berbagai persiapan yang berkenaan dengan kegiatan pengumpulan data awal penelitian. Pengumpulan data awal penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan menganalisis masalah yang dihadapi siswa SMA dalam mengembangkan karangan narasi, potensi apa yang sudah dimiliki siswa dalam menulis dan mengembangkan karangan narasi serta model pembelajaran yang bagaimana yang dibutuhkan siswa. Untuk mendapatkan informasi tentang semua itu, diperlukan penyebaran angket dan wawancara.

Untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis siswa, kepada pengajar mata Pelajaran Bahasa Indonesia, diminta untuk memberi tugas menulis kepada siswa kelas X. Hasil tulisan siswa tersebut selanjutnya dikoreksi dan dianalisis berdasarkan pedoman penilaian. Dari hasil tulisan siswa tersebut dapat pula diketahui potensi menulis karangan narasi yang dimiliki oleh siswa. Ada pun untuk memperoleh data tentang pembelajaran menulis yang selama ini dilakukan oleh guru serta pembelajaran menulis yang bagaimana yang diharapkan oleh


(42)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa, dilakukan wawancara. Untuk mengetahui motivasi siswa dalam menulis digunakan angket. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan angket penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, mengujicobakan angket tersebut kepada siswa. Dari hasil uji

coba tersebut, teridentifikasi pertanyaan-pertanyan yang tidak jelas serta bias sehingga mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan dalam penelitian ini. Kegiatan uji coba angket ini merupakan salah satu bentuk validasi instrumen dalam penelitian awal yang dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan instrumen penelitian.

Kedua, meminta kawan sejawat pada program studi pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia untuk memeriksa angket penelitian yang akan diterapkan dalam penelitian awal. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan oleh dosen pembimbing dan pengajar Bahasa Indonesia SMA. Koreksi ini merupakan salah satu bentuk validasi yang dilakukan pakar (expert judgement) terhadap instrumen angket yang akan diterapkan dalam penelitian awal.

Ketiga, memperbaiki angket berdasarkan berbagai masukan dari para

pengajar, teman sejawat, pakar, dan hasil uji coba yang sudah dilakukan. Perbaikan yang dilakukan berkaitan dengan redaksional, opsi yang disediakan, serta substansi pertanyaan dalam angket yang dapat menimbulkan berbagai interpretasi.


(43)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keempat, membagikan angket penelitian yang telah diperbaiki kepada

siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dan mengumpulkannya kembali untuk dianalisis.

Lebih jelasnya, persiapan yang menunjang efektivitas pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan-kegiatan berikut.

(1) Menyusun pedoman kerja yang menyeluruh dalam kegiatan penelitian yang sesuai dengan waktu yang tersedia. Dalam menyusun pedoman kerja ini dilibatkan kerja kolaboratif-partisipatif antara guru mata pelajaran (tiga orang), peneliti, dan teman sejawat. Penyusunan pedoman kerja ini berdasarkan GBPP dan buku pegangan yang digunakan. Kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan konsultan yang dipilih.

(2) Mensosialisasikan kegiatan penelitian ini kepada guru dan siswa guna menyamakan persepsi dan gerak langkah, baik dalam tahap uji coba atau pelatihan maupun dalam penelitian sebenarnya yang akan dilaksanakan. (3) Menjalin kerjasama dan menjelaskan rancangan kegiatan penelitian ini

kepada kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia yang akan dilibatkan dalam penelitian ini.

(4) Menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta pokok bahasan yang proses belajar mengajarnya akan diujicobakan selama lebih kurang empat kali tatap muka dan menetapkan guru sebagai penanggung jawab mata pelajaran yang bersangkutan.


(44)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(5) Menginventarisasi jumlah kelas dan siswa yang akan mengikuti masing-masing kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

(6) Menyusun jadwal pengajaran secara khusus yang diberlakukan pada kelas-kelas yang akan dijadikan tempat penelitian selama lebih kurang empat bulan.

(7) Menyusun jadwal observasi tentang proses belajar mengajar, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol guna memberi masukan bila terjadi kekeliruan pada masing-masing kelas tersebut.

(8) Membahas konsep beberapa instrumen penelitian, yang meliputi:

(a)Lembar kuesioner siswa yang isinya terkait dengan motivasi menulis siswa.

(b)Lembar panduan observasi dan wawancara, observasi untuk mengukur kualitas proses belajar mengajar dan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model PKBKS. Ada pun wawancara untuk mengetahui rencana pelaksanaan pengajaran dengan model PKBKS, efektivitas penggunaan model tersebut, kemudahan dan kebermaknaan model dalam belajar bahasa Indonesia ataupun kemungkinan model ini dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru.

(9) Menyiapkan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum 2006 dan sistematika yang berlaku di SMA dewasa ini.


(45)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(10) Menyiapkan tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. (11) Mendiskusikan seluruh aspek di atas dengan teman sejawat di program studi

Bahasa Indonesia dan seorang konsultan ahli untuk mendapatkan masukan.

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang berkaitan dengan materi menulis karangan. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa siswa serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sekait dengan kegiatan menulis yang sedang berlangsung serta pendekatan pembelajaran yang digunakan. Di samping itu, peneliti melakukan wawancara dengan siswa yang berfungsi untuk menjaring sikap, tanggapan, pengalaman dan pemaknaan siswa dalam kegiatan menulis. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut kemudian dideskripsikan, dianalisis, dan diinterpretasikan sebagai dasar penyusunan model pembelajaran.

3.2.2 Tahap Penyusunan Rancangan Pembelajaran

Dari hasil studi pendahuluan di atas, dapat diketahui potensi dan kebutuhan siswa dalam mengembangkan kemampuan menulis karangan narasi. Selanjutnya dilakukan tahap penyusunan rancangan model pembelajaran berorientasi kecerdasan spiritual.

Penyusunan model didasarkan pada beberapa hal, yaitu (1) konsepsi penulisan karangan narasi, (2) teori pembelajaran bahasa yang bermakna, (3)


(46)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

model pembelajaran kooperatif, (4) prinsip-prinsip kecerdasan spiritual, dan (5) kemampuan menulis siswa. Berdasarkan hal tersebut disusun model pembelajaran menulis berorientasi kecerdasan spiritual. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran menulis berorientasi kecerdasan spiritual adalah strategi pembelajaran yang bermakna dengan menerapkan prinsip-prinsip kecerdasan spiritual dan model pembelajaran Kooperatif. Dalam manajemen kecerdasan spiritual, salah satu prinsipnya adalah perancangan ulang proses kerja (work

process redesign). Dengan strategi ini kemampuan siswa dalam menulis karangan

narasi khususnya menulis pengalaman pribadi akan lebih diberdayakan. Siswa diharapkan mampu memaknai pengalaman yang telah dilaluinya dengan pemaknaan yang dalam sehingga menjadikannya sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupannya.

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan (konstruksi) sebuah model pembelajaran berdasarkan hasil studi awal (data empirik), teori pembelajaran, dan teori tentang menulis. Penyusunan rancangan pembelajaran terdiri atas dua macam, yaitu (1) rancangan pembelajaran yang berbentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan rancangan pembelajaran yang berbentuk model pembelajaran (MP). Penyusunan rancangan pembelajaran baik yang berupa RPP dan MP ini digunakan sebagai pedoman pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

RPP pada kelas kontrol tertuang pada Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Berdasarkan GBPP diketahui pokok-pokok materi yang


(47)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berkaitan dengan keterampilan menulis, waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi menulis, metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, serta sistem evaluasinya.

Materi pembelajaran yang tertuang pada RPP pada kelas kontrol terdiri atas pokok-pokok materi yang membangun karangan narasi, antara lain ejaan, tata bentuk kata, tata kalimat, dan tata paragraf. Waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi tersebut sekitar empat kali pertemuan. Model pembelajaran yang dipergunakan adalah model Kooperatif tanpa basis kecerdasan spiritual. Evaluasi dilakukan secara bertahap yaitu berdasarkan tugas-tugas yang dikerjakan siswa.

RPP pada kelas eksperimen disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen spiritual, teori pembelajaran Kooperatif, tujuan menulis, materi menulis, tahap-tahap menulis. Model pembelajaran yang akan diterapkan pada kelas eksperimen adalah Model PKBKS dengan pendekatan proses. Model pembelajaran ini merupakan bagian cooperative learning. Komponen-komponen yang tertuang di dalam RPP kelas eksperimen ini antara lain meliputi kompetensi pembelajaran, deskripsi materi, dan prinsip, latar, prosedur pengembangan pembelajaran menulis, strategi pembelajaran, serta evaluasi. Lebih jelasnya, komponen-komponen rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) model PKBKS dikembangkan pada bab selanjutnya.

Dalam penelitian ini, terdapat dua macam model pembelajaran. Pertama, model Pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran Kooperatif ini diterapkan


(48)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

oleh guru bahasa Indonesia pada kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran yang bertemali dengan materi menulis karangan narasi ini akan berlangsung empat kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran tidak sepenuhnya dipantau oleh peneliti. Kedua, model pembelajaran dengan menggunakan Model PKBKS. Lebih jelasnya unsur-unsur model pembelajaran tersebut diuraikan di dalam bab IV.

3.2.3 Tahap Uji Coba Rancangan Model

Tahap uji coba ini dilakukan sebanyak tiga kali. Tahap ini dilakukan untuk menguji keefektifan Model PKBKS dalam pembelajaran menulis karangan narasi di SMA. Berdasarkan teknik random sampling diperoleh sampel penelitian untuk ujicoba pada tiga sekolah, yaitu siswa kelas X SMAN I Dukupuntang, SMAN I Plumbon, dan SMAN I Jamblang.

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran sebagai bentuk ujicoba ini dilakukan analisis terhadap aspek-aspek pembelajaran. Analisis yang dimaksud adalah (1) analisis terhadap koreksi dan penilaian atas rancangan model pembelajaran yang dilakukan dengan teknik group teacher collaborative; (2) analisis hasil observasi proses pembelajaran; (3) analisis hasil pembelajaran yang dilakukan dengan membandingkan prates dan pascates; (4) analisis angket tentang motivasi menulis siswa.

Sejalan dengan hal di atas, pada tahap ini dilakukan empat langkah kegiatan. Langkah pertama, kegiatan analisis terhadap koreksi dan penilaian atas rancangan pembelajaran dari para pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(49)

Emah Khuzaemah, 2012

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual

: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Koreksi dan penilaian yang dilakukan para teman sejawat ini berdasarkan pedoman penilaian rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Namun demikian, diterima pula beberapa komentar atau penilaian yang komponennya belum tertuang di dalam pedoman tersebut.

Dari koreksi dan penilaian ini diperoleh beberapa informasi yang berguna bagi penyempurnaan rancangan pembelajaran yang disusun. Informasi tersebut dianalisis sebagai dasar bagi perbaikan rancangan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Analisis yang dilakukan terhadap hasil koreksi dan penilaian teman sejawat ini dihubungkan pula dengan analisis proses pembelajaran dan analisis hasil pembelajaran.

Langkah kedua, melakukan kegiatan analisis atas hasil observasi terhadap proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti kepada pengajar yang sebelumnya telah diberi pelatihan untuk menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan model PKBKS. Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa dan aktivitas pengajar dalam proses pembelajaran menulis.

Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran ini dilakukan diskusi secara intensif antara peneliti dengan pengajar. Fokus diskusi terutama lebih diarahkan pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model PKBKS. Pada pertemuan berikutnya pengajar telah melakukan perubahan dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajarannya. Diskusi sejenis ini dilakukan kembali pada


(1)

Emah Khuzaemah, 2012

pendidik adalah membuka jalan bagi peserta didiknya untuk meraih cita-cita dan impiannya dengan jalan yang diridlai Allah, membukakan kesadaran peserta didik akan nilai-nilai kehidupan sehingga terbentang peluang yang luas bagi peserta didik dalam menentukan jalan terbaik bagi kehidupannya. Inilah inti dari proses pembelajaran.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2003. Rahasia Sukses Membangun ESQ Power. Jakarta: Arga

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga

Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1995 Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1997. Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas, dan Budaya Tulis melalui Jalur Pendidikan dalam Peningkatan SDM dalam Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000. Jakarta: Depdikbud.

Akhmadi, dkk. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia, Pengantar Wacana dan Jenis Tipe-tipenya. Malang: Departemen Bahasa Indonesia, FKSS IKIP Malang

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2005. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat.

Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Pokoknya BHMN, Ayat-ayat Pendidikan Tinggi. Bandung: UPI Press.

Ambarjaya, Beni S. 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta

Avery, Jon dan Hasan Askari. 1995. Menuju Humanisme Spiritual. Surabaya: Risalah Gusti.

Bain, C.E.& Beaty J. & Hunter J.P.1993. The Norton Introduction to Literature. New York: W.W. Norton & Company Inc.

Bastian, Aulia Reza. 2002. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama

Basukiyatno. 2003. Pembinaan Kecerdasan Spiritual dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya). Disertasi. Bandung: SPS UPI Bandung.

Beach, R. 1984. A Teacher’s Introduction a Reader-Response Theories. Urbana: National Council of Teachers of English


(3)

Emah Khuzaemah, 2012

Bowdon, Tom Butler. 2005. 50 Spiritual Classics, Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 buku Legendaris Dunia. Jakarta: PT BIP

Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles, an Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman.

Carole, Cox. 1998. Teaching Language Art. Boston, London: Allyn and Bacon.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustin. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Chatib, Munif. 2011. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa.

Dardowidjojo. 2008. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Dakir dan Sardini. 2011. Pendidikan Islam dan ESQ, Komparasi Integratif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil. Semarang: Rasail Media Group Departemen Pendidikan Nasional, Pendidikan Dasar dan Menengah. 2000.

Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Bandung: P3GT.

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Duff. 1993. Another Book at Interlanguage Talk, Taking Task to Task. Mass: Newbury House

Efendi, Anwar. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana

Elbow, Peter. 1973. Writing without Teacher. London: Oxford University Press

Ferris, Dana R. 1997. The Influence of Teacher Commentary on Student Revision. TESOL Quarterly, 31: 315-39

Forrester, E.M. 1972. Aspect the Novel. London

Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif- Interaktif. Bandung: Refika Aditama

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi

Hamalian, Leo dan Karel Frederiok. 1967. The Shape of Fiction. Nem York: Naograw-Hill Book Company


(4)

Harmer, Jeremy. 2007. How to Teach Writing. Malaysia: Stenton Associates Hendrawan, Sanerya. 2009. Spiritual Manajemen. Bandung: Mizan

Hernowo. 2003. Quantum Writing, Cara Cepat Nan Bermanfaat Untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Learning Center.

Hernowo. 2009. Mengikat Makna Up Date, Membaca dan Menulis yang Memberdayakan. Bandung: Mizan

Hidayatullah, Furqan. 2010. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Huck, Charlotte. 1979. Children’s Literature in the Elementary School. New York: Holt, Hinehart, and Winston.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa Bandung: remaja Rosdakarya

Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.

Johnson. 2002. Constructive Evaluation of Literate Activity. New York: Longman

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. Amerika: A. Pearson Education Company

Kasupardi, Endang. 2003. Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi. Bandung: Tesis SPS UPI

Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi, Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Maragustam. 2010. Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna. Yogyakarta: Nuha Litera.

Morrow, L.M. 1993. Literacy Development in Early Years.

Mubarok, Achmad. 2003. Sunnatullah dalam Jiwa Manusia, Sebuah Pendekatan Psikologi Islam. Jakarta: The International Institute of Islamic Thought (ITT)


(5)

Emah Khuzaemah, 2012

Mukri, Ridwan. 2007. ESQ Kisah untuk Remaja. Jakarta: Arga Publishing Norton, D. 1995. Through the Eyes of a Child, an Introduction to Children’s

Literature. New York: Merrill/ Macmillan.

Norton, D.E. and Norton S. 1994. Language Art Activities for Children. New York: Mcmillan College Publishing Company.

Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology, A Texbook For Teachers, New York: Prentice Hall International.

Nurgiyantoro, Burhan.1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE

Palinscar, A.S., and Brown, A.L., and Martin, S.M. 1987. Peer Interaction in Reading Comprehension Instruction. Educational Psychology,22, 231-253 Rakhmat, Jalaluddin.2007. SQ for Kids. Bandung: Mizan

Raimes.1987. Teaching Writing, Annual Review of Applied Linguistics. New York: Longman

Reid, Joy.M. 1994. Teaching ESL Writing. Englewood Cliffs Nj: Prentice Hall Regents

Richard dan David Nunan. 1990. The language Teaching Matrix. Combridge: University Press

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran, Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Salinger, Terry. 2001. Literate Environment. School Improvement in Maryland.

(online).http://www.mdk12.org/practices/good_instruction/projectbetter/el angarts/ela-62-63.html)

Scharbach, A. 1995. Critical Reading and Writing. New York: Mac Grow-Hill Books Company.

Shih, May. 1986. Content-Based Approaches to Teaching Academic Writing. TESOL Quarterly 20: 617-48

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Soelaeman, M.I. 1988. Suatu Telaah tentang Manusia- Religi- Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.


(6)

Suparno dan Muhammad Yunus.2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin A.R. 2011. Dari Ide, Bacaan, Simakan Menuju Menulis Efektif, Teori, Teknik, Redaksi. Bandung: Geger Sunten.

Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tarigan, Henry Guntur. 1982 Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Thoha, Zainal Arifin. 2009. Aku Menulis maka Aku Ada. Yogyakarta: Kutub Wacana

Tompkins. 1990. The Language Art. New York: Longman

Tompkins, Gail E. 1993. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York: Macmillan College Publishing Company

Umiarso dan Zamroni. 2011. ESQ dan Model Kepemimpinan Pendidikan, Konstruksi Sekolah Berorientasi Spiritual. Semarang: Rasail Media Group.

Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wattimena, David dan Priatno H. Martokoesoemo.2011. Spiritual Happiness. Bandung: Mizania

Wellek, Rene and Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Yusuf, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Rosdakarya.

Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan