PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KREATIF CERITA PENDEK:Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Penelitian

Persoalan yang sering dijumpai dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMP di antaranya adalah minimnya kosa-kata yang dimiliki siswa dan sulitnya untuk memulai menulis serta kurangnya kreativitas guru menciptakan iklim belajar yang kondusif dan sedikit sekali media yang digunakan dalam pembelajaran. Akibatnya, hasil pembelajaran menjadi tidak optimal dan tujuan utama pembelajaran menulis cerpen akan menjadi terabaikan.

Banyak dijumpai di lapangan, siswa dengan nilai bahasa Indonesia yang cukup bagus atau tinggi, namun kemampuan menulis karangannya rendah. Memang ditemukan hasil karangan siswa yang bagus, tetapi tidak jarang pula ditemukan siswa yang bila ditugasi mengarang yang didapat hanya beberapa kalimat saja yang ditulis dari pemikirannya.

Siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) pada umumnya mengalami kesulitan apabila mereka diberi tugas membuat karangan. Kesulitan memulai karangan disebabkan oleh tidak terbiasanya membuat karangan dan juga karena tidak adanya respon kepada siswa untuk berimajinasi. Menurut Durachman dalam Heniati (2006:5) ada beberapa hambatan dalam menulis. Hambatan pertama, yaitu sulitnya mengungkapkan pendapat ke dalam tulisan. Hambatan kedua, sangat miskinnya bahan yang akan ditulis. Hambatan


(2)

ketiga, kurang memadainya kemampuan kebahasaan yang dimiliki. Hambatan keempat, kurangnya pengetahuan tentang kaidah-kaidah menulis. Hambatan terakhir, kurangnya kesadaran akan pentingnya latihan menulis. Oleh karena itu, menjadi tugas gurulah untuk memilih metode, teknik yang tepat dan bervariasi dalam pembelajaran menulis. Dengan metode itu diharapkan ditemukan solusi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi.

Di samping itu, menurut Sukmana dalam Syahruddin (2006:3), “Siswa umumnya kurang bersemangat menulis, bahkan pada saat ulangan mengarang, siswa terkadang merasa tidak senang atau menjadikannya sebagai beban”.

Semua aspek keterampilan berbahasa tidaklah mudah bila tidak dipelajari dan tidak dilatih karena masing-masing katerampilan memiliki teori yang harus dikuasai oleh setiap pemakainya. Bila seseorang ingin memiliki kemampuan menulis, maka ia harus terlebih dahulu menguasai kaidah-kaidah bahasa tulis, seperti kosa kata, ejaan, tata bahasa, dan peristilahan. Tulisan harus bermakna, jelas, lugas, koheren, kohesif, singkat dan padat. Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat memberikan informasi dengan baik, jelas, dan bermanfaat.

Kurikulum tahun 2006 yang populer dengan nama kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan pengembangan dari kurikulum tahun 2004 yang dikenal juga dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum ini menuntut peserta didik mempunyai kompetensi dan keterampilan dalam berbagai bidang yang nantinya sangat berguna dalam kehidupan yang akan dilalui siswa pada masa yang akan datang. Dalam kurikulum bahasa Indonesia siswa diharapkan mempunyai kompetensi dan keterampilan berbahasa praktis yang


(3)

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah pendekatan komunikatif. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah alat berkomunikasi. Oleh sebab itu, tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa, bukan peningkatan pengetahuan bahasa. Keterampilan berbahasa bersifat mekanis, artinya keterampilan ini hanya dapat dikuasai melalui latihan-latihan yang berkesinambungan dan sistematis.

Keterampilan berbahasa praktis yang dominan dan menonjol sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari adalah keterampilan menulis dan berbicara. Kedua keterampilan berbahasa ini akan cepat dapat membedakan seseorang dengan orang lain yang tidak mempunyai keterampilan berbahasa. Seseorang yang terampil menulis, misalnya, akan terlihat kepiawaiannya ketika membuat suatu konsep, menulis surat, dan pernyataan tertulis. Sedangkan seseorang yang terampil berbicara akan terlihat ketika ia memberikan pengarahan, argumen, protokol, dan debat.

Keterampilan menulis atau mengarang merupakan kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga tulisannya dapat dengan mudah dipahami pembaca.

Mengajar keterampilan menulis cerpen merupakan pekerjaan yang dirasakan oleh para guru sebagai hal yang memberatkan. Hal ini disebabkan oleh jumlah siswa setiap kelas sangat banyak. Semakin besar jumlah siswa dalam setiap kelas semakin banyak bahan yang harus dikoreksi oleh guru. Beban memeriksa


(4)

yang begitu banyak dan ditambah lagi dengan berbagai persoalan yang harus ditangani: ejaan, tanda baca, kosa kata, tata bahasa, sampai pada gaya bahasa; semuanya ini bernaung di bawah satu nama mengarang.

Dalam kehidupan modern keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal ini terlihat dari banyaknya alat komunikasi yang sangat memerlukan keterampilan menulis. Karena dunia modern sangat identik dengan dunia ilmiah yang memerlukan keterampilan menulis dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran. Pemikiran-pemikiran yang cemerlang dituangkan ke dalam tulisan-tulisan agar dapat dibaca oleh orang banyak. Oleh karena itu, tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan ciri orang-rang terpelajar.

Seperti yang dikatakan Ahmadi, (1985:17) “Di abad modern ini kemampuan menulis dengan jelas, padat, dan tepat merupakan kualifikasi yang pada umumnya diperlukan agar berhasil dalam dunia dagang, pendidikan, atau profesi”.

Dari uraian di atas, keterampilan menulis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi ketika kita berbicara dalam dunia modern dan zaman globalisasi, namun dalam kenyataannya keterampilan menulis masih tetap kurang mendapat perhatian. Pelly dalam Syahruddin, (2006:2) mengatakan bahwa pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Akibatnya, kemampuan berbahasa Indonesia siswa kurang memadai.


(5)

Untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas, maka sangat dituntut upaya dari guru yang mengajar di kelas untuk dapat mengubah teknik, metode, dan model pembelajaran serta strategi pembelajaran. Upaya-upaya itu dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran menulis disukai dan disenangi siswa, sehingga proses belajar mengajar menulis dapat berlangsung efektif dan efisien.

Sesungguhnya mengajarkan menulis cerpen kepada siswa merupakan suatu seni yang diciptakan, karena terjadinya proses interaksi tidak bisa sekaligus, perlu waktu yang cukup panjang. Kekhawatiran terhadap pengajaran menulis yang belum memuaskan itu tak perlu kita sesali terus-menerus. Sekarang yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara mengajarkan menulis agar siswa dapat terlibat secara psikologis dengan tulisan yang sedang dibuatnya. Dengan cara demikian, tulisan yang dibuat siswa bermakna bagi dirinya dan membangkitkan kreativitasnya.

Menulis cerpen bukan hanya sekedar kegiatan berbahasa, tetapi juga sebagai alat untuk berpikir dan wadah untuk menyampaikan hasil pemikiran. Dengan demikian, menulis cerpen sebagai salah satu kegiatan berbahasa, mempunyai kaitan yang positif dengan berpikir kreatif.

Agar para siswa memiliki kemampuan atau keterampilan dalam menulis karangan kreatif, ada berbagai cara yang dapat dilakukan, di antaranya adalah penggunaan media pembelajaran, penggunaan media merupakan faktor penting dalam meningkatkan motivasi dalam belajar. Media pembelajaran yang digunakan guru dapat berfungsi untuk mempercepat proses pembelajaran dan mempermudah pencapaian hasil pembelajaran.


(6)

Metode pengajaran dan teknik penyajian sebagai suatu cara yang digunakan dalam kurikulum dan buku pelajaran, akan dipengaruhi oleh guru dengan teknik mengajarnya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa metode yang bagus dapat tidak berguna dalam tangan guru yang tidak mengetahui bagaimana menggunakannya; demikian pula guru yang baik dapat tidak efektif jika ia memakai metode yang jelek (Mackey dalam Rusyana, 1984:96). Oleh sebab itu, media gambar dapat diupayakan sebagai salah satu bentuk untuk memperkaya metode, teknik, dan bahkan gaya mengajar guru.

Media gambar sebagaimana media lainnya juga mempunyai fungsi dan peranan dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran, karena media gambar dapat membantu mendorong siswa dalam membangkitkan minat pada pelajaran. Gambar fotografi itu pada dasarnya mendorong dan membangkitkan minat siswa pada pelajaran; membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar, serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Sudjana dan Rivai, 2005:70).

1. 2 Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. 2.1 Pembatasan Masalah

Mengingat cakupan dari pembelajaran keterampilan menulis sangat luas, maka masalah dalam penelitan ini dibatasi hanya pada keterampilan menulis


(7)

kreatif cerpen, pemilihan ini dilakukan mengingat bahwa siswa kelas VIII SMP masih dalam tahap permulaan dalam pembelajaran keterampilan menulis.

1. 2. 2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapatlah dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. “Apakah penggunaan media gambar yang diterapkankan dapat meningkatkan kompetensi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci dalam menulis kreatif cerpen?”

Dari rumusan masalah yang disimpulkan di atas dapatlah dirinci permasalahan-permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut.

a. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis cerpen yang selama ini berlangsung pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci ?

b. Bagaimanakah desain pembelajaran menggunakan media gambar dalam menulis kreatif cerpen siswa kelas VIII A di SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci?

c. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar terhadap peningkatan keterampilan menulis kreatif cerpen siswa SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci?

d. Apakah ada dampak dari pembelajaran menggunakan media gambar terhadap peningkatan pembelajaran keterampilan menulis kreatif cerpen siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci?


(8)

1. 3 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan penafsiran terhadap masalah yang diteliti, dirasakan perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

a. Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan, pemanfaatan, mempraktikkan. Pengunaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini diartikan sebagai pendayagunaan dan pemanfaatan gambar dalam pembelajaran keterampilan menulis.

b. Media Gambar adalah media berupa tiruan barang (orang, tumbuhan, dan sebagainya). Media gambar merupakan media visual dua dimensi di atas bidang yang tak transparan.

c. Peningkatan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menjadikan sesuatu dari yang tidak baik atau kurang baik kepada sesuatu yang baik.

d. Keterampilan adalah kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosa kata secara tepat, menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, dsb. e. Menulis adalah kemampuan untuk menuangkan pikiran dengan bahasa tulis

dengan memperhatikan aspek kebahasaan ( penggunaan kata, kalimat, dan mekanika penulisan).

f. Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, atau sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.


(9)

g. Cerita pendek adalah cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi sehingga cerita relatif singkat.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk tujuan-tujuan berikut:

1) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis kreatif cerpen yang selama ini berlangsung pada kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci.

2) Mendesain pembelajaran menggunakan media gambar dalam menulis kreatif cerpen pada kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci.

3) Menerapkan pembelajaran menggunakan media gambar dalam menulis kreatif cerpen pada kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci. 4) Mengetahui dampak dari penggunaan media gambar terhadap peningkatan

kompetensi menulis kreatif cerpen siswa.

1. 5 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. 5. 1 Kegunaan Teoretis

a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu bahasa, terutama bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan penelitian keterampilan menulis lebih lanjut pada masa yang akan datang.


(10)

b. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan penelitian keterampilan menulis.

1. 5. 2 Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikirin kepada guru-guru bahasa Indonesia di SMP untuk memperkaya metode pengajaran guna meningkatkan keterampilan menulis siswanya.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi siswa sebagai langkah awal untuk menggali kompetensi menulis deskripsi dan narasi.


(11)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3. 1 Metode yang Digunakan

Penelitian ini akan menggunakan metode Penelitian Tidakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Sukidin, et al. 2002:10). Hal itu sejalan dengan pendapat Rapoport, Ebbut, dan Elliot dalam Wiriaatmadja (2005:11-12), menyatakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama (Rapoport, 1970).

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Kemmis, 1983).

Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pebelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut ( Ebbut,1985).

Elliot (1991) melihat penelitian tindakan sebagai kajian situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi tersebut.

Menurut Wiriatmadja, (2005:75) Tujuan dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah memperbaiki praktek pembelajaran guru di kelas atau dosen di ruang perkuliahan dan bukan untuk menghasilkan pengetahuan atau teori. Tujuan


(12)

Penelitian Tindakan Kelas juga dikemukakan oleh Wardani, et al (2000:120) ia menyatakan bahwa.

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar siswa. Dengan PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Sebaliknya jika kesalahan dalam proses pembelajaran dibiarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sma sehingga hasil belajarpun tetap sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian ada hubungan timbale bailk antara pembelajaran dengan perbaikan hasil belajar siswa

Penelitian Tindakan Kelas sangat tepat dilakukan oleh guru untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan guru dalam proses belajar mengajar, sehingga kekurangan-kekurangan itu dapat diperbaiki. Pada dasarnya Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual dengan menentukan tindakan yang tepat dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan subjek yang diteliti, melalui prosedur-prosedur yang sudah ditemukan.

3.2 Prosedur atau Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Lewis dan Elliot ( Syamsuddin AR, 2006:234) langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi:

a. Mengidentifikasi gagasan/permasalahan umum. b. Melakukan pengecekan di lapangan.

c. Membuat perencanaan umum. d. Mengembangkan tindakan pertama. e. Mengimplementasikan tindakan pertama. f. Mengevaluasi.


(13)

g. Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.

Penelitian tindakan bertujuan mengungkapkan penyebab masalah dan sekaligus memberikan solusi terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara terkendali dan kaloboratif. Langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh adalah: (1) penetapan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) analisa dan refleksi, dan (5) perencanaan tindak lanjutan. (Tantra, 2005:11).

Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Kemmis dan Teggart dalam Wiriaatmadja (2005:66) yang berbentuk siklus. Siklus ini berlangsung beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diinginkan, dan apabila tidak muncul lagi permasalahan dan pembelajaran sudah tampak stabil dengan respon siswa yang diharapkan, maka penelitian dapat diakhiri hingga siklus tersebut.

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (orientasi). Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi aktual yang akan dijadikan indikator dalam menyusun rencana penelitian tindakan untuk penerapan model menulis kreatif. Pada kegiatan ini, guru sebagai mitra peneliti sudah terlibat secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian. Secara partisipatif guru dan peneliti akan bekerja sama, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi- diskusi yang besifat analitik dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, kemudian


(14)

melakuakan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung selama siklus pertama. Kemudian merencanakan tahap modifikasi, koreksi atau pembetulan, ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus kedua, dan seterusnya.

Ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Hopkins, dalam Wiriaatmadja, 2005:66). Selanjutnya pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed) dan refleksi (reflect), dan tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan seterusnya hingga berakhir dengan hasil yang diharapkan. Siklus di atas dapat digambarkan sebagai berikut.


(15)

Plan

Reflect Act

Observe Plan

Reflect Act

Obsere Plan

Reflect Act

Observe dst

Bagan 3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas ini diadopsi dari Model Spiral Kemmis dan Taggar

Prosedur penelitian seperti tergambar dalam bagan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Orientasi

Silklus 1

Siklus 2 Siklus 2


(16)

1. Oreintasi, yaitu studi pendahuluan sebelum melakukan tindakan. Kegiatan ini dilakukan secara bersama antara peneliti dengan guru mitra terhadap praktek pembelajaran. Pada fase ini belum diberlakukan penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerpen, tetapi dilakukan pengkajian untuk menemukan informasi-informasi aktual tentang pembelajaran sebelumnya. Temuan ini akan dujadikan indikator dalam menyususn rencana tindakan untuk pembelajaran Penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerpen. Hasil orientasi ini akan disesuaikan dengan hasil kajian teoritis yang relevan, sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang tepat dengan situasi sosial di kelas tempat tindakan akan dilaksanakan.

2. Plan (Perencanaan), yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan di dalam kelas. Dari kegiatan identifikasi pada studi pendahuluan, peneliti dan guru sebagai mitra merencanakan langkah-langkah Penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerpen sesuai dengan pokok bahasan pelajaran menulis. Rencana disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan bisa dilakukan secara efektif oleh peneliti, mitra peneliti dan siswa. Pada tahap perencanaan ini disepakati tentang hal-hal yang akan diobservasi, kriteria-kriteria penilaian, materi atau pokok bahasan yang akan diberikan, buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan perangkat pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang akan dipakai.


(17)

dengan Penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerpen yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara

peneliti dengan guru sebagai mitra peneliti.

4. Observe (Pengamatan), yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan merekam) terhadap proses, hasil, pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama Penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerpen dilakukan. Hasil observasi ini dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan selanjutnya. Observasi ini dilakukan untuk melihat kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan dalam penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerpen dan tentunya dalam rangka memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran yang akan datang.

5. Reflect (refleksi), yaitu kegiatan menganalisis tentang rencana-rencana dan tindakan yang sudah dicapai dan yang belum dapat dan sempat dilakukan pada suatu siklus. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra. Berangkat dari hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra merumuskan kembali rencana pembelajaran untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

Dalam penelitian ini, jumlah siklus yang dilakukan bergantung dari tingkat ketercapaian hasil Penggunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerepen sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Artinya penelitian akan diakhiri, apabila sudah tidak ditemukan lagi


(18)

permasalahan-permasalahan dalam Pengunaan Media Gambar dalam Menulis Kreatif Cerepen di kelas.

3. 3 Tempat dan Waktu Penelitian 3. 3. 1 Tempat Penelitian

Tempat penelitan ini adalah kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.

3. 3. 2 Waktu Penelitian

Proses penelitian yang rencananya akan penulis laksanakan diharapkan dapat diselesaikan dalam 4 bulan, mulai dari seminar usulan penelitian sampai menyelesaikan laporan tesis. Jadwal penelitian ada pada lemaran lampiran. 3. 4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru, siswa, serta proses interaktif yang terjadi antara guru dengan siswa dan antara sesama siswa selama berlangsungnya program tindakan ini.

SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci terletak di Jalan Lintas Timur atau (sekarang) Jalan Maharaja Indera Kelurahan Pangkalan Kerinci Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.

Sekolah ini menempati tanah berukuran 20.000 M2, sekelilingnya dibangun pagar tembok setinggi 1,5 meter dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Barat : Jalan Lintas Timur/Jalan Maharaja Indera

Sebelah Timur : Perumahan Penduduk dan tanaman akasia Sebelah Utara : Jalan Arbes


(19)

Dalam kompleks sekolah ini terdapat beberapa bangunan/ruangan dan sarana olah raga yaitu:

a. Bangunan/ruang belajar (kelas) sebanyak : 28 ruang belajar b. Bangunan/ruang kantor, yang terdiri :

• 1 ruang kepala sekolah • 1 ruang wakil kepala sekolah • 1 ruang komputer tata usaha

c. Bangunan/ruang Majelis Guru : 1 ruang

SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci telah berdiri sejak tahun 1991, sejak itu telah dipimpin oleh 2 (dua) kepala sekolah. Berikut nama-nama kepala sekolah yang telah memimpin SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci.

Bagan : Nama Kepala Sekolah yang pernah memimpin SMP 1 Pkl. Kerinci.

No. N a m a T a h u n

1 Syahril Ramadahan, BA. 1991 -1999

2 Drs. Jawahir 1999 - ...

3. 5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Maka dalam Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat kualitatif peneliti sendirilah yang akan berbagai cara atau teknik. Menurut Creswell (1998:121) “Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tipe dasar yaitu, observasi, wawancara, dokumen, dan audio visual. Teknik pengumpulan data


(20)

yang kami pergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, kesemua teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi.

Menurut Karl Poper dalam Syamsuddin (2006:237) observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori. Observasi adalah semua kegiatan yang ditunjukkan untuk mengamati, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan yang terencana maupun akibat sampingnya( Kasbolah, 1998/1999:91). Tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

Dalam PTK observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan (Wardani, 2002: 19).

Dalam penelitian ini observasi dilakukan terhadap keseluruhan rangkaian pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media gambar, untuk melihat proses, keadaan, dan hasilnya, apakah dari suatu siklus ke siklus berikutnya terjadi perkembangan pembelajaran peserta didik. Dalam kegiatan observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi yang berbentuk format isian, peneliti sebagai pengamat hanya memberikan atau membubuhkan tanda centang (v) pada aspek yang muncul. Observasi jenis ini Wardani, et al (2002:19), Kasbolah; (1998/1999:96) menyebutnya dengan istilah observasi terstruktur. Disamping itu peneliti juga menggunakan observasi terbuka, yaitu menggunakan kertas kosong


(21)

sebagai alat untuk mencatat kegiatan proses pembelajaran, setiap langkah yang dilakukan oleh guru dan siswanya (Wardani, et al, 2000:3.24). Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka kegiatan observasi ini dilakukan berulangkali hingga diperoleh data-data yang diperlukan.

Langkah-langkah observasi terdiri dari tiga tahap yaitu; pertemuan, pendahuluan, pelaksanaan observasi, dan pertemuan balikan. Pertemuan pendahuluan sering disebut pertemuan perencanaan, dilakukan sebelum observasi berlangsung dengan tujuan menyepakati hal-hal yang akan diamati dengan mitra peneliti. Pelaksanaan observasi dilakukan setelah adanya kesepakatan dengan guru mitra sebelumnya terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan yang terfokus perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Diskusi atau pertemuan balikan dilakukan setelah tindakan perbikan yang diamati berakhir. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 3.2 Langkah-langkah Observasi Pertemuan Perencanaan


(22)

2. Wawancaara

Pengumpulan data untuk Penelitian Tindakan Kelas, selain dengan observasi juga dengan wawancara. Dengan wawancara peneliti akan memperkaya data dan memperteguhnya. Menurut Arikunto (2002;132) wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Orang-orang yang diwawancara dapat dilakukan pada siswa, guru, pegawai sekolah, kepala sekolah , orang tua siswa. Karena guru mengajar di kelas, dan selalu berada di sekolah, wawancara dapat dilakukan oleh mitra peneliti, setelah dalam diskusi dijelaskan terlebih dahulu tugas dan ruang lingkup wawancara.

Wawancara dengan guru dilakukan untuk memperoleh data tentang kelebihan, kekurangan, kemudahan, dan kesulitan yang dihadapi guru ketika membuat perencanaan, melaksanakan, ataupun mengevaluasi pembelajaran menulis cerpen menggunakan media gambar.

Wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh data tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menemukan ide dalam memulai karangan, mengembangkan imajinasi, dan mengembangkan karangan dengan menghidupkan cerita dengan dialog-dialog antar tokoh, serta kemampuan siswa dalam menampilkan konflik-konflik dalam cerita dengan menggunakan media gambar.

3. Teknik Tes


(23)

a) Tes pilihan ganda dan isian

Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif (bentuk nilai/skor rata-rata persentase) untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa sebelum, selama, dan sesudah proses tindakan pembelajaran. Teknik tes yang digunakan untuk mengupulkan data tentang kemampuan siswa sebelum berlangsungnya proses tindakan, digunakan tes awal (pre tes). Tes ini berfungsi sebagai diagnostik. Kemudian tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran (post tes) yang gunanya untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran tentang materi yang telah disajikan.

Jawaban siswa untuk masing-masing soal dianalisis dan diberi skor berdasarkan tingkat kesesuaiannya dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hasil skornya selanjutnya dimasukkan ke dalam format analisis hasil penilaian untuk dicari rata-rata persentase keberhasilannya.

Untuk masing-masing jawaban soal apabila benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol). Dasar penyekoran seperti ini memberi pengtian bahwa skor 1 menunjukkan tingkat penguasaan materi siswa sudah sesuai dengan TPK yang diharapkan, sedangkan skor 0 menunjukkan bahwa siswa belum menguasai materi seperti yang diharapkan. Dasar penyekoran ini dilakukakan karena di dalam penelitian ini untuk satu item soal hanya berfungsi mengukur satu TPK.

Untuk menghitung rata-rata persentase penguasaan siswa terhadap soal, dilakukan dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah siswa dikalikan 100%, sedangkan untuk mencari rata-rata persentase


(24)

kelasnya dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai rata-rata persentase kelasnya dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai rata-rata persentase setiap setiap soal dibagi jumlah soal.

b) Tes unjuk kerja

Tes unjuk kerja ini merupakan tes yang paling utama dalam penelitian ini. Tes ini berfungsi untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa dalam menulis kreatif cerpen. Siswa ditugaskan menulis cerpen secara kreatif berdasarkan gambar yang telah disediakan. Siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan cerpen sesuai dengan imajinasi masing-masing. Setelah selesai, cerpen-cerpen siswa tersebut dianalisis sesuai dengan kreteria penulisan cerpen kreatif.

4. Teknik Dokumen.

Teknik dokumen dilakukan dengan cara mengkaji rencana pelaksnaan pembelajaran (RPP) secara tertulis. Pengkajian terhadap RPP secara tertulis ini, dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan kemampuan dan ketepatan guru dalam merumuskan indikator/tujuan pembelajaran, merencanakan proses pembelajaran, serta pelaksanaan evaluasi.

3. 6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan sangat sejalan dengan prosedur dan langkah-langkah penelitian tindakan itu sendiri. Ditinjau dari hal tersebut, maka instrumen-instrumen itu dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga ), yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teachers), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk


(25)

mengobservasi prilaku siswa ( observing students) Reed dan Bergermann, 1992 dalam Tantra, (2005:15).

a. Pengamatan terhadap Prilaku Guru (Observing Teachers)

Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dan sebagainya. Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdotal (anecdotal record).

Observasi anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran.

b. Pengamatan terhadap Kelas (Observing Classroom)

Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, observasi demikian dapat menunjukkan strategi digunakan guru dalam menangani masalah atau kendala dan hambat- an pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

c. Pengamatan Prilaku Siswa (Observing Students)

Observasi anekdotal terhadap prilaku siswa dapat mengungkapkan hal yang menarik. Masing-masing siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tidakan.


(26)

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang menjadi instrument utama (human Instrumen) yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Menurut Wiriaatmadja, (2005:96) “Penelitian Tindakan Kelas sebagai sebagai penelitian bertradisi kualitatif dengan latar atau setting yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya sebagai instrument karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu sepertinya banyak terjadi di ruang kelas atau ruang kuliah.

Di samping peneliti sendiri sebagai instrumen utama, penelitian ini juga akan menggunakan instrumen bantu berupa catatan lapangan (field notes), lembar observasi, pedoman wawancara, dokumen sekolah, foto, dan karangan siswa.

Untuk menilai kemampuan siswa dalam menulis kreatif cerpen, maka diperlukan pedoman yang dapat dijadikan dasar untuk menilai sebuah cerpen dari segi unsur pembangun cerpen dan unsur karya kreatif (cerpen).

Instrumen pedoman penilaian yang memuat aspek-aspek penilaian substansi tulisan kreatif. Dalam penelitian ini, penulis telah merumuskan rambu-rambu peniliaian tulisan kreatif cerpen yang didasarkan pada unsur-unsur khas tulisan kreatif. Model rambu-rambu ini dimodifikasi dari jabaran yang diungkapkan oleh Pranoto (2004). Pedoman ini dapat dilihat pada lampiran 5.

3.7 Reduksi dan Analisis Data 3.7.1 Reduksi data

Reduksi data dilakukan pada setiap siklus pembelajaran. Aktivitasnya dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang masuk, selanjutnya


(27)

diseleksi dan dikelompokkan atas data perencanaan dan data pelaksanaan. Data perencanaan dipisahkan lagi atas data komponen rumusan tujuan, data komponen prosedur pembelajaran, data komponen evaluasi. Pemisahan seperti ini dilakukakan pula untuk data pelaksanaan yang meliputi data aktivitas guru dan aktivitas siswa. Data yang telah dipisah-pisahkan itu, selanjutnya diseleksi lagi atas data yang relevan dan data yang tidak relevan dengan lingkup penelitian. Data yang relevan dimasukkan ke dalam keolompok data yang akan dianalisis, sedangkan data yang tidak relevan dibuang.

Cara yang sama dilakukan pula pada pelaksanaan siklus-siklus berikutnya, sehingga dari siklus pertama sampai dengan siklus terakhir dapat diketahui perkembangan data yang masuk dan siap untuk dianalisis.

3.7. 2 Penyajian data

Penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan konsep-konsep data hasil reduksi. Data yang terpisah-pisah dari hasil reduksi, mula-mula tetap disajikan secara terpisah-pisah berdasarkan jenis data yang ada pada setiap siklus. Pada siklus terakhir, data yang terpisah-pisah dari masing-masing siklus

disatukan dalam bentuk penyajian tunggal untuk memudahkan penyimpulan. 3.7.3 Analisis data

Teknik analisis data Penelitian Tindakan Kelas berbeda dengan penelitian lainnya. Pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan secara terus menerus mulai dari tahap pengumpulan data hingga penelitian berakhir. Analisis tersebut merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan data.


(28)

Analisis data yang dilakukan secara terpisah-pisah, dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang spesifik dan terfokus dari berbagai informasi yang mendukung maupun informasi yang menjadi penghambat pembelajaran. Dengan cara demikian, pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan. Analisis terhadap masing-masing data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Analisis Data Perencanaan

Analisis data perencanaan dilakukan terhadap aspek-aspek perencanaan: rumusan tujuan pembelajaran, prosedur pembelajaran, bahan menulis berupa gambar aktivitas, perencanaan evaluasi. Masing-masing aspek dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Perencanaan Aspek Tujuan Pembelajaran

Analisis terhadap perencanaan aspek tujuan pembelajaran dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apakah tujuan pembelajaran telah dirumuskan sesuai dengan kriteria yang benar? (2) Apakah aspek-aspek dalam tujuan pembelajaran sejalan dengan indikator dan kompetensi dasar yang dituntut dalam pembelajaran menulis cerpen? (3) Apakah aspek aktivitas guru dan siswa tergambar dalam rumusan tujuan pembelajaran menulis kreatif cerpen? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut telah ada jawaban dalam rumusan tujuan pembelajaran, kemudian analisis dilanjutkan dengan memasukkan deskripsi rumusan kualitasnya, yaitu Baik (B), Sedang (Sd), dan Kurang (K).


(29)

Perencanaan aspek prosedur pembelajaran dianalisis atas dasar pertanyaan berikut: (1) Apakah kegiatan pembelajaran telah terbagi atas tahap pra menulis, membuat draf, dan mengedit? (2) Apakah setiap tahap pembelajaran telah direncanakan sesuai dengan lengkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan gambar? Jika jawaban kedua pertanyaan tersebut telah terakomodasi dalam perencanaan prosedur pembelajaran, maka analisis dilanjutkan pada tingkat kualitasnya, apakah berada dalam kategori Baik (B), Sedang (Sd), dan Kurang (K).

3. Perencanaan Aspek Bahan Menulis Cerpen dengan Media Gambar

Perencanaan aspek bahan menulis cerpen dengan menggunakan media gambar dianalisis berdasarkan pertanyaan berikut: (1) Apakah bahan telah memenuhi kriteria dan menunjang kegiatan menulis cerpen, (2) Apakah gambar yang digunakan dapat menumbuhkan ide dan imajinasi serta dapat meningkatkan kreativitas menulis cerpen siswa? Jika kedua pertanayaan tersebut telah terakomodasi dan terumus dalam rencana bahan menulis cerpen, analisis dilanjutkan dengan memasukkan deskripsi rumusan kualitasnya, apakah dalam kategori Baik (B), Sedang (Sd), Kurang (K). 4. Perencanaan Aspek Penilaian

Perencanaan aspek penilaian dianalisis atas dasar pertanyaan (1) Apakah prosedur aspek penilaian telah direncanakan sesuai dengan prsedur penilaian pada menulis cerpen? (2) Apakah instrumen penilaian sesuai dengan istrumen penilaian menulis cerpen? (3) Apakah pertanyaan yang digunakan telah sesuai dengan pertanyaan dalam penilaian menulis cerpen?


(30)

Jika jawaban dari ketiga pertanyaan telah terakomodasi dalam perencanaan penilaian, maka analisis dilanjutkan pada bagaimana kualitas rencana penilaian tersebut, berada pada kategori Baik (B), Sedang (Sd), Kurang (K). b) Analisis Data Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis data pelaksanaan pembelajaran dilakukan terhadap: (a) aktivitas guru dalam membimbing siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan menggunakan media gambar, (b) analisis terhadap aktivitas siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran menulis kreatif cerpen pada semua tahap, baik pada tahap pra menulis, tahap membuat draf, maupun pada

tahap mengedit . Proses analisis dilakukan sebagai berikut:

1) Analisis Terhadap Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran.

Analisis terhadap aktivitas guru pada tahap pra menulis dan pada tahap saat membuat draf dilakukan atas dasar pertanyaan: (1) Bagaimanakah guru membangkitkan ide dan semangat siswa untuk memulai menulis cerpen? (2) Bagaimana guru membimbing siswa dalam membuat draf karangan? (3) Bagaimana guru membimbing siswa dalam menuangkan dan mengembangkan ide-ide ke dalam karangan cerpen? 4) Bagaimana guru membimbing siswa dalam memunculkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen? Jika jawaban pertanyaan-pertanyaan pemandu analisis di atas telah muncul dalam aktivitas guru tersebut, apakah pada kategori Baik (B), Sedang (Sd), dan Kurang (K). Berikut ini disajikan tabel penilaian penampilan guru dalam melakukan pembelajaran


(31)

Tabel 3.1

Format Observasi Penampilan Guru

No.

Aspek yang dinilai

Hasil

B C K

1 2 3 4 5

1. Kemampuan membuka pelajaran Deskriptor:

a. Menarik perhatian siswa b. Menimbulkan motivasi

c. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan disajikan

d. Membuat kaitan bahan belajar yang lama dengan yang baru

2. Sikap praktikan dalam proses pembelajaran Deskriptor:

a. Kejelasan suara

b. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa

c. Antusiasme penampilan mimik d. Mobilitas posisi tempat

3. Penguasan bahan belajar Deskriptor:

a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan

b. Kejelasan dalam menerangkan materi c. Kejelasan dalam memberikan contoh d. Mencerminkan keluasan wawasan 4. Proses pembelajaran

Deskriptor:

a. Kesesuaian penguasaan strategi/metode dengan pokok bahasan

b. Penyajian bahan belajar relevan dengan TPK c. Antusias dalam menanggapi dan

menggunakan respons

d. Kecermatan dalam memanfaatkan waktu 5. Menggunakan media

Deskriptor:

a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan jenis media

b. Ketepatan saat menggunakan

c. Keterampilan dalam mengoperasionalkan d. Membantu meningkatkan proses


(32)

1 2 3 4 5 6. Evaluasi

Deskriptor:

a. Menggunakan penilaian tulisan sesuai dengan TPK

b. Menggunakan jenis ragam penilaian sesuai dengan TPK

c. Melaksanakan penilaian sesuai dengan yang tertulis di TPK

7. Kemampuan menutup pelajaran Deskriptor:

a. Meninjau kembali

b. Memberikan kesempatan bertanya c. Menugaskan ko kurikuler

d. Menginformasikan bahan berikutnya

2) Analisis Terhadap Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis terhadap pelaksanaan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pada tahap pra menulis didasarkan pada pertanyaan: 1) Bagaimana kemampuan siswa dalam strategi untuk memulai menulis cerpen ? 2) Bagaimana kemampuan siswa dalam mengembangkan ide-ide karangan/tulisan? 3) Bagaimana kemampuan siswa dalam memasukkan daya imajinasinya ke dalam cerpen yang dibuatnya? Bagaimana sikap siswa ketika mendapat tugas menulis cerpen ? 4) Bagaimana kemampuan siswa dalam menghidup suasana dalam cerpennya? Jika jawaban atas pertanyaan telah diperoleh, selanjutnya kemampuan tersebut dianalisis, apakah berada pada kualitas Baik (B), Sedang (Sd), dan Kurang (K). Berikut disajikan format tabel aktivitas siswa dalam pembelajaran.


(33)

Tabel 3.2 Format Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

No. Aspek-aspek yang diobservasi

H a s i l

B C K

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10

Antusiasme dalam mengikuti KBM Tingkat perhatian pada penjelasan guru Keberanian dalam mengemukakan pendapat Keberanian mengajukan pertanyaan

Keberanian menjawab pertanyaan

Keaktifan dalam mencatat materi yang penting Antusiasme dalam menerima tugas yang diberikan Kesungguhan dalam mengerjakan tugas

Ketuntasan dalam menyelesaikan tugas Pemanfaatan waktu mengerjakan tugas

c) Analisis Terhadap Pelaksanaan Evaluasi

Analisis terhadap pelaksanaan evaluasi didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan: 1) Bagaimana butir-butir soal/tugas yang disampaikan guru kepada siswa? 2) Bagaimana evaluasi tersebut diukur dan dinilai?

Jika kedua pertanyaan tersebut telah teranalisis, berikutnya dalam kualitas mana kedua aktivitas tersebut berada? Pada tingkat Baik (B), Sedang (Sd), Kurang (K)

Peneliti mencoba memberikan penafsiran terhadap keseluruhan temuan hasil penelitian yang didasarkan pada kerangka teoritik mengenai pembelajaran menulis kreatif menggunakan media gambar. Di samping itu penafsiran dilakukan untuk mendapatkan gambaran permasalahan dalam penelitian secara menyeluruh dan memperoleh pemahaman yang diangkat dari hasil analisis data


(34)

dengan berbagai penjelasan, perbandingan, sebab akibat, dan dekripsi. Analisis data dilakukan secara bertahap. Data yang diperoleh selama pembelajaran keterampilan menulis kreatif melalui observasi dan wawancara dianalisis secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif pada setiap tahap sehingga dari hasil analisis refleksi ini dapat diperoleh alternatif jalan keluar untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya. Sedangkan data yang diperoleh dari karangan siswa dianalisis secara deskripsi sehingga dapat dilihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai siswa.

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Tulisan Kreatif Cerpen Aspek yang

dinilai

Kualifikasi & Interval

D e s k r i p s i

1 2 3

Keluasan/ Kedala-man wawasan 30% Sangat Baik 27-30

Siswa menampilkan wawasannya dalam bercerita secara tepat sehingga sangat mendukung amanat yang disampaikan dalam cerita

Baik 22-26

Siswa menampilkan wawasannya dalam bercerita, tetapi kurang mendukung amanat yang ingin disampaikan dalam cerita

Cukup 17-21

Siswa menampilkan wawasannya, tetapi wawasan dan pengeta- huan yang ditampilkan dalam cerita tidak dapat dijadikan eviden (bukti) sebagai pendukung amanat cerita.

Kurang 13-16

Siswa kurang menampilkan wawasannya dalam bercerita yang disampaikan terasa kurang substantif dan tidak tuntas


(35)

1 2 3 Kepekaan Terhadap Lingkungan 20 % Sangat baik 18-20

Siswa menampilkan pengetahuan dan kepekaannya terhadap lingkungan yang menjadi latar dan situasi penceritaannya dengan baik, sehingga pembaca dapat menangkap dan merasakan secara utuh lingkungan ceritaannya. Baik

14-17

Siswa menampilkan pengetahuan dan kepekaannya terhadap lingkungan yang menjadi latar dan situasi penceritaannya, tetapi kurang mendukung pemahaman pembaca untuk menafsirkan situasi lingkungan ceritanya.

Cukup 10-13

Siswa sedikit menampilkan pengetahuan dan kepekaannya terhadap lingkungan yang menjadi latar dan situasi penceritaannya sehingga pembaca merasa sulit untuk merasakan nuansa latar dan situasi ligkungan yang diceritakan.

Kurang 7-9

Siswa tidak menampilkan pengetahuan dan kepekaan yang menjadi latar dan situasi penceritaannya dengan baik, sehingga pembaca tidak dapat memahami dan merasaakan nuansa latar dan situasi lingkungan yang diceritakan

Pengolahan daya imajina si 20% Sangat Baik 18-20

Siswa memanfaatkan potensi imajinasinya dengan maksimal untuk mengemas jalan cerita yang disampaikannya, sehingga isi cerita menjadi menarik dan substantif.

Baik 14-17

Siswa memanfaatkan potensi imajinasinya untuk mengemas jalan cerita yang disampaikannya, tetapi masih terdapat beberapa bagian yang terasa kurang mendapat sentuhan imajiner.


(36)

2 3 Cukup

10-13

Siswa memanfaatkan potensi imajinasinya secara sederhana,, sehingga ide cerita yang dikemasnya kurang menarik dan kurang substantif.

Kurang 7-9

Siswa kurang memanfaatkan potensi imajinasinya dalam mengemas ide cerita yang ditampilkkan, sehingga cerita terasa hambar dan jauh dari nilai yang bersifat fiksional.

Pengguna an bahasa 20% Sangat Baik 18-20

Siswa sudah menampilkan kreativitas linguistiknya dengan baik untuk mengutarakan gagasan ceritanya, dalam struktur kalimat yang benar, logis, dan sesuai.

Baik 14-17

Siswa menampilkan kreativitas linguistiknya dengan baik untuk mengutarakan gagasan ceritanya, tetapi masih terdapat beberapa kesalahan struktur kalimat yang bersifat mistake (khilaf)

Cukup 10-13

Siswa sudah menampilkan kreativitas linguistiknya untuk menampilkan ide ceritanya, tetapi masih terdapat kesalahan struktur kalimat dan pembentukan kata yang bersfat konstan.

Kurang 7-9

Siswa tidak menampilkan kreativitas linguistik dengan baik sehingga gagasan ceritanya sulit dipahami karena pokok pikiran yang disampaikannya terwakilkan oleh struktur kalimat yang salah


(37)

1 2 3

Pilihan Kosa kata

10%

Sangat Baik 8-10

Siswa telah menggunakan kosa kata yang tepat dan bervariatif untuk menyampaikan gagasannya secara konstan,

Baik 6-7

Siswa telah menggunakan kosa kata yang tepat namun kurang bervariatif.

Cukup 4-5

Siswa kurang mampu menggunakan kosa kata yang tepat dan bervariatif untuk menyampaikan gagasannya.

Kurang 2-3

Siswa tidak menampilkan penggunaan kosa kata yang tepat dan bervariatif untuk menampilkan gagasanya.

3. 8 Validasi

Untuk menguji derajat kebenaran atau keterpercayaan penelitian tindakan kelas, ada beberapa validasi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, apakah keterangan/informasi itu tidak berubah, atau ajeg.(Syamsuddin & Damaianti, 2006:242).

2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis dengan membandingkannya dengan orang lain. Menurut Elliot, triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang observer. Tiga sudut pandang ini mempunyai alasan pembenaran, atau justifikasi epistimologi.


(38)

3. Saturasi, yaitu pada waktu sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan.

4. Audit trail, (Syamsuddin & Damaianti, 2006:242, Wiriaatmadja,2005:170) yaitu memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur pengumpulan datanya oleh orang lain atau mendiskusikan kebenaran data penelitian beserta prosedur dan metode pengumpulan datanya dengan teman sejawat, dengan maksud untuk mendapat kritikan dan masukan sehingga mempertajam analisis guna memperoleh data dengan validasi yang tinggi. Pada penelitian ini Audit trail dilakukan oleh teman sejawat peneliti yang memiliki kemampuan Penelitian Tindakan Kelas atau dapat juga dilakukan oleh teman angkatan terdahulu yang sudah berpengalaman melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

5. Expert opinion, atau nasehat/pendapat pakar. Pakar atau ahli ini akan memeriksa semua tahapan penelitian dan akan memberi pendapat dan arahan atau judgment terhadap permasalahan maupun langkah-langkah penelitian. Perbaikan, modifikasi, atau perubahan yang dilakukan berdasarkan opini pakar akan memberikan validasi penelitian dan meningkatkan derajat kepercayaannya (Syamsuddin & Damaianti, 2006:242).


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasannya sebagaimana telah diuraikan pada bab IV, selanjutnya dapat diambil simpulannya sebagai berikut.

1. Sebelum diterapkan penggunaan gambar sebagai media pembelajaran menulis cerita pendek di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci, kabupaten Pelalawan, provinsi Riau, pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek masih diwarnai pembelajaran konvensional, yaitu berupa menyuruh siswa membaca contoh cerita pendek yang ada dalam buku pelajaran yang dimiliki siswa, kemudian menugaskan siswa menulis cerita pendek tentang pengalaman pribadi yang paling menarik bagi siswa dengan memperhatikan cara-cara dari cerita pendek yang telah di baca siswa.

2. Media gambar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru Bahasa Indonesia untuk mendorong siswa untuk mengembangkan imajinasi dalam menulis kreatif cerita pendek. Dengan demikian siswa lebih mudah mengembangkan cerita pendek yang dibuatnya dan akan lebih terarah karena dalam penulisan cerita pendeknya berpedoman dan digali dari gambar yang ditampilkan pada siswa.

3. Penggunaan media gambar pada pembelajaran menulis kreatif cerpen yang dilaksanakan di kelas VIII A siswa SMP 1 Pangkalan Kerinci, kabupaten Pelalawan, provinsi Riau, telah terbukti secara efektif dapat meningkatkan


(40)

kemampuan siswa dalam menulis kreatif cerpen. Efektivitas penggunaan media gambar ini, ditandai oleh meningkatnya kemampuan hasil belajar berupa karangan cerita pendek. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata kemampuan siswa dalam menulis kreatif cerita pendek siswa setelah dilakukan analisis cerita pendek yang dibuat siswa mulai dari masa orientasi hingga siklus III. Hasil analisis terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan media gambar dalam membuat cerita pendek memperlihatkan kecenderungan terjadinya peningkatan dari siklus ke siklus. Hal ini dapat dibuktikan dari rata-rata hasil analisis cerita pendek pada pembelajaran orientasi, siklus I, II, dan III, dengan perolehan masing-masing sebesar 54,93, 72,37, 80,80, dan 86,14. Pencapaian hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa TPK pembelajaran telah tercapai dan sekaligus memenuhi pencapaian target belajar tuntas di atas 80,00.

4. PMG dalam menulis cerita pendek mempunyai dampak positif terhadap hasil pembelajaran . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang signifikan dari hasil pembelajaran menulis cerita pendek sebelum menggunakan media gambar dan setelah menggunakan media gambar. Peningkatan yang signifikan itu adalah sebelum digunakan media gambar pada masa orientasi rata-rata siswa yang diperoleh 54,93 sedangkan setelah dipergunakan media gambar diperoleh nilai rata-rata 72,37 maka terdapat peningkatan hasil nilai 17,44 atau 31,75%.

5. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran menulis kreatif cerpen dapat membantu siswa untuk berimajinasi dalam membuat karangan atau


(41)

menulis kreatif cerita pendek. Hal ini diperoleh dari analisis data angket yang menjaring jawaban dari pertanyaan angket yang diisi siswa tentang membantu tidaknya media gambar bagi siswa untuk berimajinasi dalam menulis kreatif cerita pendek.

6. Kemampuan menulis kreatif cerita pendek tidak serta merta sama dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia. Karena kemampuan menulis kreatif cerita pendek sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh bakat, kemauan, ketekunan, dan tingkat keseringan berlatih menulis cerita pendek tersebut.

7. Kendala-kendala yang dihadapi guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis cerita pendek adalah: Pertama, guru sulit memperoleh media pembelajaran, seperti media gambar yang menarik bagi siswa. Gambar-gambar peristiwa yang berwarna untuk diberikan kepada siswa satu atau dua gambar setiap siswa sangat sulit bagi guru. Kedua, guru masih terfokus pada materi dan langkah-langkah pembelajaran pada buku teks tertentu, sehingga siswa tidak termotivasi untuk menggunakan multi sumber dalam mencari informasi tentang materi yang dipelajari. Hal ini dapat diatasi bila guru memiliki kreativitas dalam mencari sumber dan memanfaatkan media pembelajaran. Ketiga, kurangnya buku-buku di perpustakaan yang dapat dijadikan sumber pembelajaran Bahasa Indonesia serta tidak adanya jaringan internet di sekolah. Padahal untuk mengakses pengetahuan saat ini, internet merupakan hal yang sangat diperlukan.


(42)

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil pembelajaran dan pengamatan siklus pertama hingga siklus ketiga, maka pada bagian ini dikemukakan saran-saran yang diperkirakan dapat bermafaat bagi pihak terkait yang peduli tentang pendidikan bahasa Indonessia khususnya menulis kreatif cerita pendek.

1) Kepada guru Bahasa Indonesia di lapangan agar lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran dan media pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan demikian diharapkan tercipta pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pembelajaran menulis cerpen menggunakan media gambar diharapkan dapat menjadi alternatif mengubah pembelajaran yang bersifat teacher centered kepada student centred.

2) Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam mnentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung belajar. Kepala sekolah selayaknya dapat memberikan motivasi dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan MGMP maupun kegiatan-kegiatan lain seperti penataran, workshop, dan sebagainya perlu terus diberdayakan.

3) Kepada Dinas Pendidikan Propinsi Riau dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan


(43)

dalam meningkatkan kinerja guru dan membenahi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Sehingga pembelajaran menulis cerita pendek tidak hanya sekedar mementingkan perolehan nilai dalam arti product, tetapi juga proses untuk mencapai kurikuler yang lebih optimal.

4) Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengkaji dan menelaah masalah-masalah mengenai penggunaan media gambar secara lebih luas dengan topik dan metode lebih bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan pengalaman yang lebih luas kepada guru-guru bahasa Indonesia tentang pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Indonesia dapat lebih meningkat lagi pada masa-masa yang akan datang.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. 1985. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Mengapresiasi Sastra Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Akhdiat, S dkk. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar, 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Balt, Urion dkk. 1987. Kemampuan berbahasa Indonesia Murid SD Kabupaten Kupang. Jakarta: Depdikbud.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta:Rineka Cipta Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Djamarah, Syaiful Bahri. 2006 Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: P.T.

Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pengajaran. Bandung: Citra Aditiya Bakti. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Jakarta:Bumi Aksara.

Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Haerudin, Dingding. 1996. ”Peranan Sikap Berbahasa Terhadap Kemampuan Menulis” (Tesis). Bandung: SPs UPI.

Heniati, Diah, 2006. ”Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5 w +1H” (Tesis). Bandung:SPs UPI.

Hoskisson, Kennet dan Tomkins, Gail E. 1991 Language Art Content and Teaching Strategies. New York: Mc. Millan.


(45)

Iskandarwassid. 2004. Tiga Pilar Pengajaran Sastra. Bandung:UPI

Kartini, Cucu. 2005. “Pembelajaran Kontekstual dalam Menulis Kreatif” (Tesis). Bandung: SPs UPI.

Laksana, A.S. 2000. Creative Writing, Tips dan strategi Menulis untuk Cerpen dan Novel. Jakarta:Media Kita.

Loban, Walter, et, al. 1961. Teaching Language and Literatur, New York Moeliono, Anton. 1982. Pelangi Bahasa, Jakarta: Bharata Karya Aksara. Moeliono, Anton. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Mc. Grimmon, James, (1963) Writing With a Purpose. New York

Munandar, S.C.U., 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:Gramedia

Pranoto, Naning, 2004 Cretive Writing; 27 Jurus seni Mengarang. Jakarta: Prima Media Pustaka.

Purwo, Bambang K. 1991. Bulir-bulir Sastra & Bahasa. Yogyakarta: Kanisius

Riduan. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rusyana, Yus. 1982 Metode Pengajaran Sastra. Bandung:CV. Gunung

Larang.

Rusyana,Yus.1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: C.V. Diponegoro

Subana, M.(tanpa tahun) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia

Sudjana, N. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005 Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosda Karya


(46)

Gramedia.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas, kebudayaan dan perkembangan IPTEK. Bandung: Alfebeta.

Syahruddin, D. 2006. ”Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Prosa”. (Tesis). Bandung:SPs UPI. Syamsuddin AR. 1994 Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Syamsuddin AR. & Damaianti, Vismaia, S 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:Remaja Rosdakarya

Tantra, Dewa Komang. 2005. Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Makalah pada Pelatihan PPKP dan PTK. Jakarta: Dirjen PT, Depdiknas.

Tarigan, Hendri Guntur. 1985. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Jago, dkk. 1997. Kependidikan Keterampilan Berbahasa (Modul UT), Jakarta:Depdikbud.

Wallace, Michale, J. 2001. Action Research for Language Teachers. United Kingdom: Cambridge Universiti.

Wardani. et al. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka

Wati, Sakdiah. 2006. ”Penerapan Model Sinektik dalam meningkatkan Kreativitas Menulis” (Desertasi). Bandung:SPs UPI.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PPs UPI dengan Rosda Karya.

Yusri. 1997. ”Hubungan Pengetahuan Kebahasaan dan Pengalaman Latihan Menulis dengan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia”. (Tesis). Bandung:SPs UPI.

Kasbolah, K. 1999. Penalitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta:Proyek Pendidikan Guru sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.


(1)

menulis kreatif cerita pendek. Hal ini diperoleh dari analisis data angket yang menjaring jawaban dari pertanyaan angket yang diisi siswa tentang membantu tidaknya media gambar bagi siswa untuk berimajinasi dalam menulis kreatif cerita pendek.

6. Kemampuan menulis kreatif cerita pendek tidak serta merta sama dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia. Karena kemampuan menulis kreatif cerita pendek sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh bakat, kemauan, ketekunan, dan tingkat keseringan berlatih menulis cerita pendek tersebut.

7. Kendala-kendala yang dihadapi guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis cerita pendek adalah: Pertama, guru sulit memperoleh media pembelajaran, seperti media gambar yang menarik bagi siswa. Gambar-gambar peristiwa yang berwarna untuk diberikan kepada siswa satu atau dua gambar setiap siswa sangat sulit bagi guru. Kedua, guru masih terfokus pada materi dan langkah-langkah pembelajaran pada buku teks tertentu, sehingga siswa tidak termotivasi untuk menggunakan multi sumber dalam mencari informasi tentang materi yang dipelajari. Hal ini dapat diatasi bila guru memiliki kreativitas dalam mencari sumber dan memanfaatkan media pembelajaran. Ketiga, kurangnya buku-buku di perpustakaan yang dapat dijadikan sumber pembelajaran Bahasa Indonesia serta tidak adanya jaringan internet di sekolah. Padahal untuk mengakses pengetahuan saat ini, internet merupakan hal yang sangat diperlukan.


(2)

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil pembelajaran dan pengamatan siklus pertama hingga siklus ketiga, maka pada bagian ini dikemukakan saran-saran yang diperkirakan dapat bermafaat bagi pihak terkait yang peduli tentang pendidikan bahasa Indonessia khususnya menulis kreatif cerita pendek.

1) Kepada guru Bahasa Indonesia di lapangan agar lebih kreatif dalam mencari sumber pembelajaran dan media pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan demikian diharapkan tercipta pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pembelajaran menulis cerpen menggunakan media gambar diharapkan dapat menjadi alternatif mengubah pembelajaran yang bersifat teacher centered kepada student centred.

2) Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam mnentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung belajar. Kepala sekolah selayaknya dapat memberikan motivasi dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan MGMP maupun kegiatan-kegiatan lain seperti penataran, workshop, dan sebagainya perlu terus diberdayakan.

3) Kepada Dinas Pendidikan Propinsi Riau dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan


(3)

dalam meningkatkan kinerja guru dan membenahi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Sehingga pembelajaran menulis cerita pendek tidak hanya sekedar mementingkan perolehan nilai dalam arti product, tetapi juga proses untuk mencapai kurikuler yang lebih optimal.

4) Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengkaji dan menelaah masalah-masalah mengenai penggunaan media gambar secara lebih luas dengan topik dan metode lebih bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan pengalaman yang lebih luas kepada guru-guru bahasa Indonesia tentang pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Indonesia dapat lebih meningkat lagi pada masa-masa yang akan datang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. 1985. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Mengapresiasi Sastra Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Akhdiat, S dkk. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar, 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Balt, Urion dkk. 1987. Kemampuan berbahasa Indonesia Murid SD Kabupaten Kupang. Jakarta: Depdikbud.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta:Rineka Cipta Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Djamarah, Syaiful Bahri. 2006 Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: P.T.

Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pengajaran. Bandung: Citra Aditiya Bakti. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Jakarta:Bumi Aksara.

Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Haerudin, Dingding. 1996. ”Peranan Sikap Berbahasa Terhadap Kemampuan Menulis” (Tesis). Bandung: SPs UPI.

Heniati, Diah, 2006. ”Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5 w +1H” (Tesis). Bandung:SPs UPI.

Hoskisson, Kennet dan Tomkins, Gail E. 1991 Language Art Content and Teaching Strategies. New York: Mc. Millan.


(5)

Iskandarwassid. 2004. Tiga Pilar Pengajaran Sastra. Bandung:UPI

Kartini, Cucu. 2005. “Pembelajaran Kontekstual dalam Menulis Kreatif” (Tesis). Bandung: SPs UPI.

Laksana, A.S. 2000. Creative Writing, Tips dan strategi Menulis untuk Cerpen dan Novel. Jakarta:Media Kita.

Loban, Walter, et, al. 1961. Teaching Language and Literatur, New York Moeliono, Anton. 1982. Pelangi Bahasa, Jakarta: Bharata Karya Aksara. Moeliono, Anton. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Mc. Grimmon, James, (1963) Writing With a Purpose. New York

Munandar, S.C.U., 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:Gramedia

Pranoto, Naning, 2004 Cretive Writing; 27 Jurus seni Mengarang. Jakarta: Prima Media Pustaka.

Purwo, Bambang K. 1991. Bulir-bulir Sastra & Bahasa. Yogyakarta: Kanisius

Riduan. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rusyana, Yus. 1982 Metode Pengajaran Sastra. Bandung:CV. Gunung

Larang.

Rusyana,Yus.1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: C.V. Diponegoro

Subana, M.(tanpa tahun) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia

Sudjana, N. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005 Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosda Karya


(6)

Gramedia.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas, kebudayaan dan perkembangan IPTEK. Bandung: Alfebeta.

Syahruddin, D. 2006. ”Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Prosa”. (Tesis). Bandung:SPs UPI. Syamsuddin AR. 1994 Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Syamsuddin AR. & Damaianti, Vismaia, S 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:Remaja Rosdakarya

Tantra, Dewa Komang. 2005. Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Makalah pada Pelatihan PPKP dan PTK. Jakarta: Dirjen PT, Depdiknas.

Tarigan, Hendri Guntur. 1985. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Jago, dkk. 1997. Kependidikan Keterampilan Berbahasa (Modul UT), Jakarta:Depdikbud.

Wallace, Michale, J. 2001. Action Research for Language Teachers. United Kingdom: Cambridge Universiti.

Wardani. et al. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka

Wati, Sakdiah. 2006. ”Penerapan Model Sinektik dalam meningkatkan Kreativitas Menulis” (Desertasi). Bandung:SPs UPI.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PPs UPI dengan Rosda Karya.

Yusri. 1997. ”Hubungan Pengetahuan Kebahasaan dan Pengalaman Latihan Menulis dengan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia”. (Tesis). Bandung:SPs UPI.

Kasbolah, K. 1999. Penalitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta:Proyek Pendidikan Guru sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.


Dokumen yang terkait

Perencanaan Sistem Drainase Di Kota Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau

5 66 98

Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau tentang Filariasis

4 80 95

Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau tentang Chikungunya

0 24 97

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah Ciputat

1 23 122

Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen (PTK di Islamiyah Ciputat Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 150

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 12

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 JAKEN KABUPATEN PATI Pembelajaran Keterampilan Menulis di Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaken Kabupaten Pati.

0 0 15

Strategi Pemberdayaan Kaum Pedagang Perempuan di Pasar Baru Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau

0 0 13

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN KANTOR DAN RUANG KELAS SMP NEGERI 1 PANGKALAN KERINCI KABUPATEN PELALAWAN RIAU

0 0 18