Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen (PTK di Islamiyah Ciputat Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

PENINGKATAN KETERAMPILSAN SISWA DALAM
MENULIS CERPEN (PTK DI ISLAMIYAH CIPUTAT
KELAS X SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2013/2014)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan(S. Pd)

Oleh
RIA SURYANI
1110013000084

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015


LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PENINGKATAN I(ETERAMPILAN SISWA

DALAM MEi\ruLIS CERPEN

(PTK DI MA ISLAMIYAH CIPUTAT KELAS X
SEMESTER GENAP rArrtm{ PELAJARAN 201312014}

Skripsiini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

oleh

RIA SURYANI
1110013000084
Pembimbing

Dra. Mahmudah


NrP. 19701

fi
s2009122041

JURUSAN PENDIDIKAI\{ BAIIASA DAN SASTRA INDONESIA

FAI(ULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURTIAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
2A15

L,AMBARPENGESAHAN
PAhtfTIA UJIAN MT'NAQASAE
Slripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Siswa dalam Menulir
Cerpen GfK di MA Islamiyah Ciputet Kclas X Semester Genap Tahun
Pelajaran 2OI.32;W4), diajukan ke@a Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sasha
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan t€lah dinyatakan lulus dalam l-triao Mrmaqasah pada 13
Januari 2015 di hadapan tim penguji. Oleh karrena
gelar Smjana Sl

(sld)

ita

penulis beftak memperoleh

dalam bidmg Pendidikan Bahasa dan sastm Indonesia-

lakartq14
Tanggal
Ketua Jurusan

Ilra, Ilindun,lllPd.
NIP.

19701 215 200912


2 001

,D15

Sekretaris Jurusan

Ilona Aii Karunia Putra" M-A.
NrP. 19840409 201101 I 015
Penguji I
Novi Diah Hananti. M. Hum.

*otb

r5

J

anuari


2.ots

Penguji 2

Dra. Hindun.lllPd.
NIP. 19701215 2W912 2 AOt

Mengetahui,
Tarbiyah dan Keguruan
lalrrrfia

Rifa
:19591020 198603 2 00t

HALAN.IAN PERI{YATAAN
Yang bertandatangan ciibawah ini:

Nama
NIM
Jurusan


:

Ria Suryani

: 1110013000084
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Menyatakan dengan sesungguhnva bahwa skripsi yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Siswa dalam Menulis Cerpen (PTK

di MA

Islamiyah Ciputat Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran zAfiDAMl
adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama

Pembimbing : Dra. Mahmudah FitriyahZA" M. Pd.
: 196402121997$2401


NIP

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
saya siap menerima segala konsekutensi apabila terbukti skripsi

ini bukan hasil

karya sendiri.

J

akarta, 29 Desemb er 201 4

Mahasiswa Ybs.

M,ETERAT

TETPEL
iltarhwilKw aws)

9E8D

6ffi_@^w
Ria Suryani

NrM. 1110013000084

ABSTRAK
Ria Suryani, “Peningkatan Keterampilan Siswa dalam Menulis Cerpen (PTK
di MA Islamiyah Ciputat Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis cerpen dengan menggunakan media gambar dan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan media pembelajarann visual yaitu media gambar.
Penelitian ini dilakukan di MA Islamiyah Ciputat. Permasalahan yang muncul yaitu
siswa kesulitan untuk menentukan tema yang akan dikembangkan menjadi sebuah
cerpen dan siswa kesulitan dalam membangun unsur-unsur pembangun cerpen, serta
kesulitan dalam menghidupkan konflik dalam cerita.
Metode dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Subjek

penelelitian ini yaitu, siswa kelas X sebanyak 28 orang. Berdasarkan analisis data
yang diperoleh, peneliti mengadakan 2 siklus dalam tindakan pembelajaran. Pada
tindakan pembelajaran 1, menghasilkan nilai rata-rata 66,64 termasuk kategori
kurang, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai kategori baik.
Oleh karena itu, peneliti mengadakan tindakan pembelajaran siklus ke-2, hasil anlisis
siklus ke- mencapai nilai rata-rata 75, 71.
Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu penggunaan media gambar dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Hal ini dibuktikan dengan
nilai rata-rata siswa di siklus 1 hanya 66, 64, dan pada siklus 2 nilai rata-rata
pembelajaran mencapai 75,71. Maka selisih nilai mencapai 9,07.
Kata Kunci: Media Gambar, Keterampilan Menulis Cerpen

i

ABSTRACK

Ria Suryani, “The Increase of Students' Skills on Writing Short Stories ( PTK at
Islamiyah Senior High School Ciputat tenth grade school year 2013/2014 )”. An undergraduate
thesis. Department of Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiya and
Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015.

This study aims to improve students' skills in writing stories using media images and to
improve student learning outcomes using visual learning media is the media image. This study
was conducted in Islamiyah senior high school Ciputat. The problems that arise are the students
difficult to determine a theme that will be developed into a short story and students' difficulties
in establishing the elements of the builders of short stories, as well as difficulties in reviving the
conflict in the story.
The method in this research is a classroom action research method. This study subjects
namely, the class X as many as 28 people. Based on analysis of data obtained, the researchers
held two cycles in the act of learning. In the first act of learning, resulting in an average value of
66.64 including less category, but there are still some students who get good grades category.
Therefore, the researchers held a second cycle of learning actions, the results of the second cycle
anlisis reached average values 75, 71.
The conclusion of this study, the use of media images can improve students' skills in
writing short stories. This is evidenced by the average score of students in cycle 1 only 66, 64,
and the second cycle of the average value of learning reaches 75.71. Then the difference between
the value reached 9.07.

Keywords: Pictures Media, Skill of Writing Short Stories

ii


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan limpahan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S. Pd.) dari Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan, dukungan serta arahan baik moril maupun
materil kepada penulis. Untuk itu, sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih,
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.

Dra. Nurlena, MA. Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dra. Hindun, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4.

Dra. Hj. Iin Kusnaeni, selaku Kepala Sekolah MA Islamiyah Ciputat, Zwesty
Faj. Inggriani, S. Pd. selaku guru

pamong PPKT yang telah banyak

mengajarkan cara menjadi guru yang baik dan memberikan pelajaran
pengajaran yang begitu banyak serta banyak membantu penulis mengumpulkan
data penelitian pada skripsi ini.
5.

Seluruh siswa MA Islamiyah Ciputat, khususnya kelas X yang telah
berpartisipasi dalam pengumpulan data pada skripsi ini.

iii

6.

Teristimewa untuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, yaitu M. Rusli
dan Rusianawati yang tiada hentinya mendoakan, mencurahkan kasih sayang,
serta memberikan dukungan moril maupun meteril kepada penulis.

7.

Paman Agus Sulaiman dan istri Supriyatinah yang sudah menjadi orang tua
kedua bagiku selama kuliah, terima kasih telah memberikan kasih sayang,
semangat, dukungan, dan do’anya selama ini.

8.

Kakakku Sahroni, adikku Andri, Pirdaussalam, Risa, Asmida, Atri, Deni, dan
Riski. Terimakasih atas kasih sayang, motivasi dan do’a yang selalu tercurah.

9.

Sahabat-sahabatku Siska, Yeni, Weni, Solikah, Ihda, Nurfayerni, Nayla, Fitri,
dan Rini yang telah memberikan canda- tawa, motivasi, dan kasih sayang yang
tak pernah henti.

10.

Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2010 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik bentuk, isi,
maupun teknik penyampaiannya, oleh sebab itu kritikan yang membangun dari
berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka dan sangat diharapkan. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bergerak dalam dunia
pendidikan.

Jakarta, 29 Desember 2014

Ria Suryani

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACK ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................. 8
D. Rumusan Masalah .................................................................................................. 8
E. Tujuan ..................................................................................................................... 8
F. Manfaat ................................................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 10
A. Menulis .................................................................................................................. 10
1. Hakikat Menulis ................................................................................................ 10
2. Fungsi dan Tujuan ............................................................................................. 11
3. Pembelajaran Menulis ....................................................................................... 13
4. Menulis sebagai Proses ..................................................................................... 14

v

B. Cerita Pendek
1. Hakikat Cerita Pendek....................................................................................... 15
2. Ciri-Ciri Cerita Pendek ..................................................................................... 18
3. Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek .......................................................... 20
4. Langkah-Langkah Menulis Cerpen ................................................................... 29
C. Media Pembelajaran .............................................................................................. 31
1. Hakikat Media Pembelajaran ........................................................................... 31
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ........................................................ 33
3. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran ........................................................... 37
4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ...................................................................... 38
5. Foto Sebagai Media Pembelajaran .................................................................. 39
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 45
A. Tempat dan waktu Penelitian ................................................................................ 45
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................................... 45
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 49
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 50
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 51
F. Teknik Analisis Data.............................................................................................. 55
G. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ...................................................... 55
H. Hipotesis Statistik.................................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 57
A. Gambaran Umum Sekolah ................................................................................... 57

vi

B. Deskripsi Data ....................................................................................................... 60
1. Deskripsi Data Siklus 1 ..................................................................................... 64
2. Deskripsi Data Siklus 2 ..................................................................................... 67
C. Deskripsi Keterampilan Tes Menulis Cerpen Siswa ........................................... 70
D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................................. 92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 96
A. Simpulan ............................................................................................................... 96
B. Saran ..................................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 98
LAMPIRAN
UJI REFERENSI
BIODATA PENULIS

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikat pengajaran sastra ialah memperkenalkan kepada siswa nilainilai yang terkandung dalam karya sastra dan

mengajak siswa ikut

menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan itu. Secara khusus,
pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilainilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial, secara
sendiri-sendiri, atau gabungan dari keseluruhan itu, sebagaimana tercermin di
dalam karya sastra.1 Dalam bentuknya yang paling sederhana pembinaan
apresiasi sastra membekali siswa dengan keterampilan menyimak, membaca,
menulis, dan berbicara. Porsi dan cara penyampaian bekal tersebut bergantung
pada tingkatan pendidikan siswa; tentu saja penyampaian tersebut tetap
berpegang pada ketimbalbalikan proses belajar mengajar.
Di jenjang pendidikan, sekolah menengah atas (SMA/MA) salah satu
kompetensi pembelajaran sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis
cerpen. Adapun indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu
menulis cerpen dengan

menggunakan bahasa yang sesuai untuk

mengembangkan penokohan, menghidupkan konflik, dan menghadirkan latar
dan pendukung. Menulis cerpen merupakan pembinaan apresiasi sastra
mengembangkan keterampilan menulis kreatif siswa. Keterampilan menulis
kreatif sastra merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Kegiatan produktif
artinya dalam pembelajaran tersebut siswa menghasilkan informasi untuk
1

Antilan Purba, Esai Sastra Indonesia Teori dan Penulisan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),

h. 34.

1

2

pembaca dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis kreatif sastra ini juga
sebagai bentuk ekspresi sikap dan pendapat terhadap suatu keadaan atau
persitiwa dengan tujuan pembaca memahami apa yang diekspresikan dalam
bentuk tulisan tersebut. Pembinaan apresiasi sastra dengan membekali siswa
keterampilan menulis ini sangatlah penting, karena mempunyai banyak
manfaat. Manfaatnya yaitu membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa siswa dalam bentuk tulisan dan melatih siswa untuk
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai
bentuk tulisan sastra berupa puisi, cerita pendek, novel, drama, resensi, dan
esai.
Pembelajaran keterampilan menulis tidak dapat dilepaskan dari tiga
pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis sangat erat hubungannya
dengan keterampilan membaca, jika dibandingkan dengan dua keterampilan
berbahasa lainnya yaitu menyimak dan berbicara. Para ahli mengatakan
bahwa untuk dapat ’menulis’ kita harus banyak ’membaca.’2 Membaca adalah
sarana utama menuju ke keterampilan menulis, sehingga semakin banyak
seseorang membaca maka akan semakin baik juga kualitas tulisan orang
tersebut.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan
melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain
harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai
dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur
dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin
disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang

2

Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Pustaka Jaya. 2010), h. 17.

3

menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu,
keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Keterampilan menulis seseorang bukan merupakan bakat, tetapi
merupakan keterampilan yang dapat dikembangkan melalui latihan yang
berkesinambungan. Keterampilan menulis memerlukan intensitas pelatihan
yang terus menerus hingga menghasilkan sebuah tulisan yang indah dan
memiliki nilai estetika. Keterampilan menulis perlu ditumbuhkembangkan
dalam dunia pendidikan karena dapat melatih siswa untuk berpikir kritis
dalam menanggapi segala sesuatu. Menulis juga dapat memudahkan kita
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap
atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah, dan menyusun urutan dari
pengalaman. Melatih kaum remaja dalam hal ini siswa

dengan kegiatan

menulis khususnya cerpen sangat penting. Meskipun pembelajaran menulis
cerpen tidak dimaksudkan untuk mencetak sastrawan, pembelajaran menulis
cerpen seperti telah disebutkan di awal

dapat dipakai siswa untuk

mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Selain itu, kegiatan menulis cerpen
juga dapat dipakai untuk melatih kreativitas siswa dan melatih kepekaan
mereka terhadap seni sastra.
Akan tetapi dari berbagai observasi yang dilakukan oleh beberapa ahli
terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah, aspek
menulis kreatif sastra ini kurang mendapat perhatian serius. Akibatnya dalam
pembelajaran menulis kreatif, siswa seringkali mengalami kesulitan karena
kurangnya praktik atau latihan menulis. Selain itu, keterampilan menulis
memang lebih sulit dikuasai jika dibandingkan dengan keterampilan
berbahasa lainnya. Hal itu disebabkan keterampilan menulis memerlukan
penguasaan terhadap unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri
yang akan menjadi isi karangan. Unsur bahasa maupun unsur isi harus terjalin
dengan baik, agar dapat menghasilkan karangan yang runtut dan padu.

4

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh siswa di dalam pelajaran
mengarang ialah mencari topik atau isi yang akan ditulis. Banyak waktu
dicurahkan untuk mencari-cari apa yang akan ditulis, dan ini sebenarnya baru
langkah awal. Langkah berikut, yang tidak kalah sulitnya, bahkan barangkali
lebih sulit, ialah bagaimana menuliskan atau membahasakan gagasannya itu.
Untuk dapat mengalihkan gagasan ke dalam bahasa yang enak diikuti dan
mudah dipahami diperlukan banyak sekali latihan, yaitu bagaimana merangkai
kata menjadi kalimat, lalu merangkai kalimat menjadi paragraf.3 Masalah
yang sering juga terjadi dalam hasil tulisan siswa, khususnya cerpen yaitu
siswa mengalami kesulitan dalam membangun unsur-unsur pembentuk cerpen
yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Selain itu, hasil cerpen siswa tidak ada konflik, padahal cerpen tanpa konflik
tidaklah sempurna ibarat sayur tanpa garam. Siswa kesulitan dalam
menghidupkan konflik dalam cerpen yang mereka buat, sehingga cerita
mereka hanya datar tanpa ada konflik.
Permasalahan menulis yang dihadapi siswa dalam pembelajaran
menulis tersebut, tentu saja disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya
disebabkan proses pembelajaran yang terjadi di kelas saat ini masih banyak
menggunakan metode konvensional. Sampai saat ini penggunaan media
pembelajaran di sekolah masih jarang dilakukan oleh guru. Kegiatan belajarmengajar didominasi oleh guru, sehingga siswa kurang aktif di dalam kelas.
Selanjutnya hal tersebut juga disebabkan pembelajaran keterampilan menulis
lebih banyak disajikan dalam bentuk teori-teori. Hal ini menyebabkan
kurangnya kebiasaan menulis oleh siswa sehingga mereka sulit menuangkan
ide-idenya dalam bentuk tulisan.

3

Bambang Kaswanti Purwantoo, Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa Pembaharuan Pengajaran,
(Yogyakarta: Kanisius. 1991), h. 173.

5

Lemahnya tingkat kemampuan menulis pada siswa ini,

menuntut

seorang guru agar banyak melatih siswa dengan menekankan lebih banyak
pada kegiatan praktik menulis bila dibandingkan dengan hanya membekali
siswa dengan teori-teori menulis saja dalam pembelajaran menulis. Dengan
begitu siswa akan terbiasa menulis, kemampuan menulis siswa pun semakin
baik dan nilai yang diperoleh pun sesuai dengan standar kompetensi yang
telah ditentukan. Selain itu seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia juga
harus mampu mengembangkan seni mengajarkan bahasa dan sastra secara
tepat dan bervariasi, sehingga pembelajaran memberikan kesenangan,
kegairahan, minat, serta kebahagiaan pada siswa. Hal ini akan memberikan
dukungan bagi penumbuhan sikap cipta, rasa dan karsa siswa terhadap sastra.
Salah satu variasi mengajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa dan
sastra saat ini yaitu menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menarik
dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
menulis sastra dapat menimbulkan gairah dan motivasi bagi siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis sastra dan tidak lagi dianggap sebagai hal
yang membosankan bagi siswa.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi pelajaran
yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Kerumitan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa
yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.
Bahkan keabstrakan bahan materi pelajaran dapat dikonkretkan dengan
kehadiran media.4 Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna materi
pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat dan
4

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
Cetakan pertama. 1996), h. 136-137

6

menarik. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Munadi bahwa

media

pembelajaran adalah ”segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif”.5 Dengan demikian, pemanfaatan media dalam
proses pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan
proses pembelajaran.
Media

pembelajaran

sangat

beranekaragam,

oleh

karena

itu

pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus sesuai
dengan isi dan tujuan dari indikator yang ingin dicapai dalam sebuah
pembelajaran. Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran harus dijadikan pangkal
acuan untuk penggunakan media dan pemilihan media pembelajaran. Apabila
diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi
sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan
siswa dalam menulis seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, seorang guru
dapat memanfaatkan media gambar. Pemanfaatan media gambar dalam proses
belajar

membantu

siswa

dapat

mengingat-ingat

materi

pelajaran,

mengembangkan kemampuan berbahasa, bercerita, menggambarkan atau
melukiksan, berekspresi dalam kegiatan seni. Serta melalui media gambar
dalam kegiatan menulis cerpen ini diharapkan dapat melatih dan
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas siswa. Fungsi gambar sebagai
media pembelajaran menulis juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro yang

5

Yudhi Munadi, Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Pers Persada. 2014), h. 7-8

7

menyatakan gambar berfungsi sebagai pemancing kognisi dan imajinasi serta
pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan.6
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti pengaruh
media gambar terhadap keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X.
Pemanfaatkan media gambar ini, diharapkan siswa tidak lagi mengalami
kesulitan untuk mencari inspirasi, topik atau isi yang akan mereka tuangkan
dalam pembelajaran menulis cerpen dan siswa dapat membangun unsur-unsur
pembentuk cerpen yakni, tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan
gaya bahasa menjadi satu kesatuan yang utuh. Melalui media gambar ini juga
diharapkan dapat mendorong dan membangkitkan minat siswa dalam belajar.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1. Minimnya

guru

Bahasa

Indonesia

dalam

menggunakan

atau

memanfaatkan media dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen.
2. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran menulis.
3. Siswa mengalami kesulitan untuk menemukan ide dalam pembelajaran
menulis.
4. Dalam pembelajaran menulis guru hanya membekali dengan teori-teori
saja.
5. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

6

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
2011), h. 429.

8

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah penelitian yaitu: pengaruh media gambar terhadap
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X MA Islamiyah Ciputat tahun
ajaran 2013/2014.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah ini
adalah “Bagaimanakah pengaruh media gambar terhadap keterampilan
menulis cerpen pada siswa kelas X Madrasah Islamiyah Ciputat?”
E. Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media
gambar dapat berpengangaruh terhadap keterampilan menulis cerpen dan
menjadikan siswa lebih aktif. Dengan penelitian ini, diharapkan agar guru
dapat menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran, karena siswa
harus aktif dalam semua kegiatan pembelajaran dan menjadikan siswa yang
aktif dan kreatif.
F. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat
bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat
memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar
terutama dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa. Serta
sebagai bahan belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang terlibat dalam
pembelajaran.

9

Manfaat praktik dari temuan penelitian ini bagi siswa adalah
mempermudah

siswa

untuk

menemukan

ide-ide

secara

cepat

dan

mengembangkan imajinasi mereka dengan menuangkan rangkaian kata-kata
dalam bentuk kalimat menjadi sebuah cerpen yang menarik. Sedangkan bagi
guru, temuan ini sebagai bahan masukan tentang penerapan media dan metode
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Menulis
1. Hakikat Menulis
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan
keterampilan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Halliday berpendapat bahwa menulis telah berkembang di masyarakat sebagai
hasil dari perubahan budaya yaitu menciptakan suatu komunikasi yang tidak
dapat dipenuhi oleh bahasa lisan/berbicara.
Tarigan

mengungkapkan, “Menulis

merupakan kegiatan

yang

produktif dan ekspresif. Dikatakan ekspresif karena ketika menulis, penulis
harus terampil memanfaatkan struktur bahasa, kosa kata, dan grafologi.”1
Yunus dan kawan-kawan menyatakan, menulis adalah “suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
alat atau mediumnya.”2 Lada dalam Tarigan mendefinisikan “Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan grafik
tadi.”3 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
digunakan oleh seseorang (penulis) sebagai komunikasi tidak langsung
kepada lawan bicara dengan menggunakan simbol-simbol tulis (bahasa tulis)

1

Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa (Bandung: Angkasa Group, 2008), h. 4.
2
M. Yunus, Menulis 1, (Jakarta: UT, 2009), h. 1.3.
3
Tarigan. Op. Cit. h. 22.

10

11

dengan tujuan agar lawan bicara dapat menerima apa yang diutarakan penulis
dengan bahasa tulis.
Aktivitas menulis sangat berkaitan erat dengan membaca. Leonhard
menyatakakan bahwa anak-anak gemar membaca akan memperoleh rasa
kebahasaan tertulis, yang kemudian mengalir ke dalam tulisan mereka. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa belajar menulis dapat diawali dengan
membaca. Elley dan Mangubhai menyatakan anak-anak yang berpartisipasi
dalam program membaca bebas, dapat menulis dengan lebih baik. 4 Jadi,
semakin banyak seseorang membaca maka akan semakin baik tulisannya.
2. Fungsi dan Tujuan Menulis
Tarigan menyatakan pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah
sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi
pendidikan karena memudahkan para siswa berpikir. Juga dapat menolong
kita berpikir secara kritis. Selain itu fungsi menulis juga dapat memudahkan
kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya
tanggap atau persepsi seseorang, memecahkan masalah-masalah yang
seseorang hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Sehubungan dengan “tujuan” penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig
merangkumnya sebagai berikut:
a. Assigment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
(misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang
ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).
4

Sukino, Menulis Itu Mudah Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta:
Pustaka Populer, 2010), h.11.

12

b. Altruistic purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai
perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih
mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altrulistik
adalah kunci keterbacaan suatu tulisan.
c. Persuasive purpose (tujuan persuasive)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
d. Information purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan
kepada para pembaca.
e.

Self-expressive purpose
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.

f. Creative purpose
Tulisan ini erat hubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi
“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan
dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal,
seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai Nilai-nilai artistik, Nilainilai kesenian.

13

g. Problem-solving purpose
Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat
pikiran-pikiran gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan
diterima oleh para pembaca.5
3. Pembelajaran Menulis
Siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi lebih daripada
sekadar

pengetahuan

tentang

meningkatkan

keterampilan

meningkatkan

kemampuan

bahasa.
berbahasa

berpikir

dan

Pembelajaran
dan

bahasa,

selain

juga

untuk

bersastra,

bernalar

serta

kemampuan

memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam
perasaan siswa. siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi
yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga disampaikan secara
terselubung atau tidak secara langsung. Siswa diharapkan tidak hanya pandai
bernalar, tetapi juga memiliki kecakapan di dalam interaksi sosial, dapat
menghargai perbedaan baik di dalam hubungan antarindividu maupun di
dalam kehidupan bermasyarakat yang berlatar berbagai budaya dan agama.
Agar siswa mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk membekali siswa dengan keterampilan berkomunikasi secara
lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang
bahasa.
Perlu ditandaskan bahwa pelajaran menulis haruslah dipentingkan dan
diberi waktu secara cukup dan teratur. Jika tidak demikian, berarti guru tidak

5

Tarigan. Op. Cit., h. 22-26.

14

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih bahasa secara tertulis
yang sangat berguna dalam kehidupan siswa kelak.
Mengingat pentingnya menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah perlu lebih diefektifkan. Dengan diajarkan materi menulis tersebut
diharapkan siswa mempunyai keterampilan yang lebih baik. Seseorang yang
dapat membuat suatu tulisan dengan baik berarti ia telah menguasai tata
bahasa, mempunyai perbendaharaan kata dan mempunyai kemampuan
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, tulisan
siswa dapat dijadikan salah satu tolok ukur keberhasilan siswa dalam
pelajaran bahasa Indonesia.6
4. Menulis sebagai Proses
Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang diajarkan melalui
uraian dan penjelasan dari guru semata. Siswa tidak dapat memperoleh
keterampilan berbahasa dengan hanya duduk, mendengarkan dan mencatat
penjelasan dari guru.
Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memerlukan adanya
pembinaan secara bertahap dan terus-menerus dengan memberikan latihanlatihan kepada siswa agar siswa memiliki empat keterampilan berbahasa
tersebut. Dengan demikian, kemampuan menulis diperoleh karena latihan.
Tanpa latihan, keterampilan menulis tidak akan bisa dimiliki.

6

Anwar Efendy, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2008), h. 328.

15

Berbagai pendekatan dalam pembelajaran menulis yang dikemukakan
Proett dan Gill dalam M. Yunus, yaitu:
a. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan menulis atau
mengarang, sekalipun tidak dikoreksi akan mempertinggi keterampilan
seseorang.
b. Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan atau penguasaan
seseorang akan struktur bahasa akan mempercepat kemahirannya dalam
menulis.
c. Pendekatan koreksi berkeyakinan bahwa banyaknya masukan/koreksi
yang diperoleh seseorang akan mempercepat kemampuannya dalam
menulis.
d. Pendekatan formal mengungkapkan bahwa peolehan keterampilan
menulis terjadi bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta
konvensi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.7
Kegiatan menulis itu merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan.
Ini berarti bahwa dalam kegiatan menulis memerlukan proses yaitu berupa
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seseorang apabila ingin
menyelesaikan tulisannya. Bila proses tersebut tidak diikuti maka hasilnya
tidak akan memuaskan.
B. Cerita Pendek
1. Hakikat Cerita Pendek
Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen,
merupakan bagian dari jenis prosa. Pengertian cerita pendek telah banyak

7

Yunus., dkk., Op. Cit., h. 1.25-1.26

16

dibuat dan dikemukakan oleh pakar sastra, sastrawan. Memang membuat
definisi cerita pendek itu tidaklah mudah. Walaupun demikian, akan
diterangkan beberapa pengertian cerita pendek yang dikemukakan oleh
beberapa ahli dan sastrawan.
Sumardjo mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah

seni,

keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan
bentuk utuh, menunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi
juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan
mengandung suatu arti.8
Widjoko dan Endang Hidayat mengungkapkan cerita pendek
merupakan suatu cerita tentang kejadian apa saja menyangkut persoalan jiwa
atau kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan
warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di warung
akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu peristiwa, suatu
kejadian menyangkut persoalan jiwa salah seorang atau beberapa orang di
warung itu.9
Dalam kamus Istilah Sastra, Sudjiman menuliskan pengertian cerita
pendek. Sudjiman mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah kisahan
pendek (kurang daari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan
tunggal yang dominan. Cerita pendek memusatkan diri pada satu tokoh dalam
situasi pada suatu ketika. Meskipun persyaratan itu tidak terpenuhi, cerita
pendek tetap memperlihatkan kepaduan sebagai patokan. Cerita pendek yang
efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok tokoh yang ditampilkan pada satu

8

Sukino, Op. Cit., h. 142.
Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS,
2007), h. 37.
9

17

latar atau latar belakang dean lewat lakuan lahir atau batin terlibat dalam satu
situasi.10
Dalam memahami kesusastraan, Sumardjo bepengertian bahwa cerita
pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur
fiksi dalam aspeknya terkecil. Kependekan sebuah cerita pendek bukan karena
bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel melainkan karena aspek
masalahnya yang sangat dibatasi. Dengan pembatasan ini, sebuah masalah
akan tergambarkan jauh lebih jelas dan jauh lebih mengesankan bagi
pembaca. Kesan yang ditinggalkan oleh sebuah cerita pendek harus tajam dan
dalam sehingga sekali membacanya kita tak akan mudah lupa. Kalau sebuah
cerita pendek menggambarkan watak pelit seorang tokoh, misalnya pengarang
harus menceritakan secara ringkas, cermat memilih adegan yang sangat
penting saja, sehingga sifat kepelitan itu muncul dengna jelas, jernih, dan
tajam. Sebab itu, sifat seleksi amat penting dalam cerita pendek. Segala
sesuatu harus diseleksi secara cermat shingga titik yang dituju cerita pendek
menjadi terfokus benar. Menulis cerita pendek merupakan seni yang sulit.
Cerita pendek membutuhkan kepekaan penulisnya untuk bersifat ekonomi dan
pemilih dalam segala hal. Oleh karena itu, tidak boleh ada unsur yang
terbuang percuma dalam cerita pendek.11
Berdasarkan beberapa pengertian cerpen di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang memuat peristiwa dan
menitikberatkan pada satu permasalah disajikan dengan pendek, padat, dan
lengkap.

10

Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, cetakan ke-2,
2010), h. 51
11
Ibid.

18

2. Ciri-Ciri Cerita Pendek
Tarigan menyatakan ciri-ciri khas cerita pendek yang dikutip dari
beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Ciri-ciri utama cerita pendek adalah: singkat, padu, dan intensif.
b. Unsur-usur utama cerita pendek adalah: adegan, padu, dan intensif.
c. Bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatina.
d. Cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara lansung maupun tidak
langsung.
e. Cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya
mengenai penghidupan, baik secara langsung atau tidak langsung.
f. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan suatu hempasan, suatu kesan
dalam pikiran pembaca.
g. Cerita pendek harus menimbulkan suatu perasaan pada pembaca, bahwa
pembaca merasa terbawa oleh jalan cerita dan cerita pendek pertama-tama
menarik perasaan baru kemudian menarik pikiran.
h. Cerita pendek mengandung rincian dan insiden-insiden yang dipilih
dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam
pikiran pembaca.
i. Cerita pendek harus mempunyai pelaku utama.
j. Cerita pendek harus mempunyai satu efek atau kesan yang menarik.
k. Cerita pedek bergantung pada (satu) situasi.

19

l. Cerita pendek memberikan impresi tunggal.
m. Cerita pendek memberikan suatu kebulatan efek.
n. Cerita pendek menyajikan satu emosi.
o. Jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di bawah
10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata (atau kira-kira 33 halaman
kuartio spasi rangkap).12
Selanjutnya, Helvy Tiana Rosa dalam kutipan wawancara yag ditulis
dalam Buku Langkah

Mudah Membuat Buku yang Menggunggah,

menyatakan yang harus ada pada cerita fiksi termasuk salah satunya cerpen
adalah:
a. Ada ide/gagasan baru tidak klise,
b. Tema universal yang dekat dengan khidupan,
c. Ada eksplorasi bahasa,
d. Karakter tokoh yang tidak biasa (punya karakter sendiri, dan dia benarbenar hidup),
e. Kejelasan bangunan konflik,
f. Setting mendukung,
g. Alur yang tak mudah diterka,
h. Judul yang unik dan menarik.13

12

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa. Edisi Revisi.
2011), h. 180-181.
13
Sukino, Op. Cit., h. 145.

20

3. Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Cerpen memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, sedangkan unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan suatu karya sastra.14
Selanjutnya, Aminuddin menyatakan Unsur intrinsik adalah elemen-elemen
fiksional yang membangun karya fiksi itu sendiri sebagai suatu wacana.15
Sedangkan Soedjijono menyatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang
berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom.16
Dari beberapa pengertian mengenai unsur intrinsik di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang melekat pada prosa fiksi
itu sendiri atau yang dapat diamati atau dianalisis dari karya fiksi itu sendiri.
Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan, alur/plot, latar/seting, gaya bahasa,
dan sudut pandang penceritaan. Adapun Suroto berpendapat bahwa cerpen
pada dasarnya dibangun atas unsur-unsur tema, amanat, perwatakan, latar, dan
pusat pengisahan.17
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur
intrinsik prosa fiksi ada enam, yaitu 1) tema, 2) tokoh dan penokohan, 3)
rangkaian peristiwa/ alur dan plot, 4) gaya (style), 5) setting atau latar, 6)
point of view atau sudut pandang. Semua unsur-unsur tersebut saling berkaitan
erat membentuk makna baru.

14

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Cetakan Ketiga. 2000), h. 23.
15
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra, (Bandung: Sinar Baru. 1987), h. 65.
16
Priyatni Endah Tri, Membaca Sastra denganAncangan Literasi Kritis, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010), h.109.
17
Sukino, Op. Cit., h. 146.

21

a. Tema
Abrams mengungkapkan “Theme is sometimes used interchangeably
with ‘motif’, but the term is more usefully applied to a general concept or
doctrine, whether implicit or asserted, which an imaginative works is
designed to incorporate and make persuasive to reader”.18 Kata tema
seringkali disamakan dengan pengertian topik. Padahal kedua istilah itu
mengandung pengertian yang berbeda. Topik berarti pokok pembicaraan,
sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam fiksi.19 Sukino mendefinisikan tema sebagai suatu
perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan
yang akan dicapai melalui topik.20
Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat
utama dalam pikiran pengarang sekaligus tempat utama dalam cerita.
Aminuddin dalam „Pengantar Teori Sastra’ menyatakan tema adalah ide yang
mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan
hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh
pengarangnya.21
Berdasarkan beberapa pengertian tema di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tema adalah hal yang mendasari suatu cerita yaitu berupa
tujuan yang ingin disampaikan kepada penulis. Melalui tema, pesan apa yang
ingin disampaikan pengarang kepada pembaca akan tersampaikan. Tema
ibarat tulang punggung dalam cerita, dengan adanya tema maka cerpen akan
meninggalkan kesan pada pembaca.
18

M. H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (Boston: Thomson Learning), h. 170.
Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa. 1988), h. 42.
20
Sukino, Op. Cit., h. 147.
21
Wahyudi Siswanto, Pengantar teori sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008),h. 161.

19

22

b. Tokoh, watak, dan penokohan
Aminuddin mengungkapkan tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita rekaan sehingga persitiwa itu menjalin suatu cerita,
sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.22 Tokoh
dalam cerita merujuk pada “orang” atau “individu” yang hadir sebagai pelaku
dalam sebuah cerita, yaitu orang atau individu yang akan mengaktualisasikan
ide-ide penulis.23 Sedangkan Saad, menyatakan tokoh adalah yang melahirkan
peristiwa.24 Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap tingkah
laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh
sastrawan di sebut perwatakan.25
Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang
kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan.
Karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang
diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk
alur cerita. Untuk memberikan gambaran mengenai tokoh-tokoh dalam sebuah
karya fiksi dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan perbedaan sudut
pandang dan tinjauannya, yaitu:
1) Berdasarkan segi peranan tokoh
a) Tokoh utama
Yaitu yang diutamakan penceritaannya. Tokoh yang tergolong
penting dan ditampilkan terus menerus sehingga mendominasi
sebagian besar cerita.
22
23

Aminuddin, Op. Cit., h. 85.
Heru Kurniawan dan Sutardi, Penulisan Sastra Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.

59-60.
24

Jabrohim, Sumianto A. Sayuti, dan Chairul Anwar, Cara Menulis Kreatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009), h. 105.
25
Siswanto, Op. Cit., h. 142-143.

23

b) Tokoh tambahan
Yaitu tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali
dalam cerita
2) Berdasarkan fungsi penampilan
a) Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya.
Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
b) Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengna tokoh
protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung.
3) Berdasarkan perwatakannya
a) Tokoh Sederhana
Tokoh yang hanya memiliki satu karakter pribadi tertentu, satu
sifat watak tertentu saja.
b) Tokoh Kompleks atau tokoh bulat
Tokoh yang memilki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
4) Berdasarkan pencerminan tokoh
a) Tokoh tipikal
Tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualnya, dan
lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya.

24

Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau
penunjukan terhadap orang atau kelompok orang yang terkait
dalam sebuah lembaga, atau seorang individu sebagai bagian dari
suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
b) Tokoh netral
Tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri dan
merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi
dalam dunia fiksi, dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan
dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita dan yang
diceritakan.26
c. Latar cerita
Abrams mengemukakan latar atau yang disebut setting sebagai landas
tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.27
Stanton mendefinisikan latar adalah lingkungan, yaitu dunia cerita sebagai
tempat terjadinya peristiwa.28 Dalam latar inilah segala peristiwa menyangkut
hubungan antartokoh terjadi.
Leo Hamalian dan federick R Karrel menjelaskan bahwa latar certia
dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta
benda-benda dalam lingkungan tertentu, tetapi juga dapat berupa suasana
yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup
suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu.29 Kenney
mengungkapkan cakupan latar dalam cerita fiksi yang meliputi penggambaran
26

Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 176-193
Ibid., h. 216.
28
Heru Kurniawan dan Sutardi, Penulisan sastra Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
27

66.
29

Siswanto, Op. Cit. h. 149.

25

lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangang
pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian,
masa sejarahnya, musim terjadinya sebuah tahun, lingkungan agama, moral,
intelektual, sosi

Dokumen yang terkait

Efektiovitas kedisiplinan siswa dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat

0 6 90

Peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen ( sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor tahun pelajaran 2010-2011)

2 21 165

Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siswa Kelas V MI Nurul Huda Kota Depok Tahun Pelajaran 2014/2015

0 6 0

Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen (PTK di Islamiyah Ciputat Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 150

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 63

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PBL DENGAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 15 54

PENGARUH INTENSITAS MENGAKSES INTERNET TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA KONSEP EKOSISTEM (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 47