THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED INSTRUCTION LERANING MODEL TO IMPROVE STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT IN PHYSICS.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh STEVIDA SENDI
0905884
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Stevida Sendi , 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh Stevida Sendi
Sebuah skirpsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika pada Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
© Stevida Sendi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang - undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
STEVIDA SENDI 0905884
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
DI SETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,
Drs. Sutrisno, M.Pd NIP. 195801071986031001
Pembimbing II,
Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si NIP. 196204261987031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001
(4)
Stevida Sendi , 2013
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED INSTRUCTION
LERANING MODEL TO IMPROVE STUDENT’S LEARNING
ACHIEVEMENT IN PHYSICS
Stevida Sendi 0905884 Supervisor I : Drs. Sutrisno, M.Pd
Supervisor II: Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si. Department of Physics Education, FPMIPA-UPI
ABSTRACT
The facts in the field show that some physics learning process are indeed still not in accordance with the purposes set out in the content standards. Based on the results of a pilot studies in a high school in Bandung, which was done by distributing questionnaires and interviews, it indicates that teaching physics in schools is still centered on the teacher. Thus, the students tend to be passive and their ability in solving the problem is relatively low. This leads to a decline in student’s achievement shown by the percentage of their Mastery Minimum Criteria (KKM) which is only obtained by 15 % of all students being observed. In addition, the KKM, which has been set by the school at 75, clearly describes the low achievement of the students in the learning process. An alternative effort to be done is by applying the learning model of Problem Based Instruction in the learning process. This model encourages the students to be directly involved in solving problems related to everyday life by doing some investigations. The method used in this study is quasi-experimental research design which carries out the pretest and posttest group design. The sample taken, 38 people, are the second grade students of SMA Negeri 7 from the second semester, academic years of 2012/2013. The result shows that after applying the learning model of Problem Based Instruction, students’ achievement does increase. It is shown by the differences in average score obtained by students before and after the treatment. The average score before the treatments reaches 25.607 %, while the after score is 81.680 %, with the average achieved of normalized gain is 0.75, which is in high criteria. In addition, the percentage of students who achieve the KKM is 84.2 %. Based on this result, it can be concluded that the learning model of Problem Based Instruction is proven to be helpful in improving the students’ achievement.
(5)
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN...i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH...iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Variabel Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional... 7
F. Tujuan Penelitian ... 8
G. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran... 9
B. Model Pembelajaran Problem Based Instruction ... 10
C. Belajar dan Prestasi Belajar ... 20
D. Keterkaitan Model Pembelajaran Problem Based Instruction dan Prestasi Belajar ... 23
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 28
(6)
Stevida Sendi , 2013
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
D. Prosedur Penelitian... 30
E. Pelaksanaan Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 37
G. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ... 38
H. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian Tes ... 42
I. Teknik Pengolahan Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Instruction ... 49
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Data Peningkatan Prestasi Belajar ... 52
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar” [Permendiknas tentang standar isi dalam Litbang, Kemdikbud (2006)].
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu cabang mata pelajaran IPA yang dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas tentang standar isi (Litbang,Kemdikbud, 2006) terdapat tujuan mata pelajaran fisika tingkat SMA diantaranya yaitu:
1. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
2. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk
(8)
Stevida Sendi , 2013
menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa pembelajaran fisika di sekolah harus lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru yang harus dihafalkan. Siswa harus mengalami pembelajaran secara langsung. Pembelajaran fisika akan lebih bermakna apabila siswa belajar melalui pengalaman langsung, sehingga fisika benar-benar dirasakan oleh siswa tidak hanya sekedar teori di dalam kelas.
Untuk mengetahui pembelajaran fisika di sekolah, dilakukan studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung pada tanggal 9 Januari 2013, dengan Surat Keterangan melakukan Studi Pendahuluan Nomor 070/062/SMAN.7/I/2013 yang ditandatangani oleh kepala sekolah SMA Negeri tersebut yang terdapat pada Lampiran F.1.b halaman 213.
Dalam studi pendahuluan peneliti menyebarkan angket kepada 35 siswa kelas XI IPA untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika. Instrumen yang digunakan terdapat pada Lampiran A.1.a halaman 71. Dari analisis hasil penyebaran angket (Lampiran A.2.a halaman 73) metode pembelajaran yang sering dilaksanakan di dalam kelas berupa metode ceramah (pertanyaan no. 6). Dalam metode ceramah ini proses pembelajaran lebih berpusat pada guru, sedangkan siswa cenderung pasif, siswa hanya menerima informasi dari guru tanpa mengetahui makna dari informasi tersebut. Oleh karena itu, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika yaitu 60% siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika (pertanyaan no. 4) dan 65,7% siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal fisika (pertanyaan no. 5). Proses pembelajaran yang berpusat pada guru akan berdampak pada prestasi belajar siswa, hal ini terlihat dari nilai ulangan siswa kelas XI IPA pada Ujian Akhir Semester ganjil (UAS) tahun ajaran 2012/2013 yang dapat dilihat pada Lampiran A.3 halaman 76. Nilai rata-rata
(9)
yang diperoleh siswa sebesar 65,675, dengan nilai tertinggi sebesar 83 dan nilai terendah sebesar 43, sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah tersebut adalah 75. Adapun 85% siswa masih berada di bawah KKM, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa masih tergolong rendah.
Selain dengan menyebarkan angket, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut. Instrumen yang digunakan terdapat pada Lampiran A.1.b halaman 72. Hasil wawancara (pertanyaan no. 4) dengan guru menyatakan bahwa pada awal pembelajaran siswa diberikan suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep fisika yang akan diajarkan, tetapi tidak setiap pembelajaran diberikan fenomena karena disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Dari fenomena tersebut siswa diajak untuk merumuskan adanya suatu masalah (pertanyaan no. 5), namun dari masalah tersebut siswa tidak diajak untuk melakukan penyelidikan (praktikum) untuk memecahkan masalah tersebut melainkan siswa hanya melihat demonstrasi yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah tersebut (pertanyaan no.6), sehingga siswa belum dapat memecahkan masalah sendiri. Oleh karena itu, proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, siswa hanya memperhatikan demonstrasi dari guru saja tanpa ikut terlibat aktif. Hal ini menyebabkan masih rendahnya prestasi belajar siswa. Adapun guru menyebutkan bahwa rendahnya prestasi siswa disebabkan oleh kurangnya kesiapan siswa untuk belajar menghadapi ujian, kebanyakan siswa hanya paham, ingat dan hafal rumus pada saat pembelajaran berlangsung tetapi ketika ujian, siswa kadang suka lupa rumus (pertanyaa no.10). Selain itu, rendahnya prestasi siswa disebabkan karena pembelajaran masih didominasi oleh guru, seharusnya siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan pemahamannya sendiri. Dalam proses pemecahan masalah siswa membangun konsep dengan kemampuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat
(10)
Stevida Sendi , 2013
Bruner (1966) dalam Dahar (1989) yaitu „berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang mencarinya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna‟.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, terlihat jelas bahwa pembelajaran fiska masih didominasi oleh guru, sehingga siswa belum dapat memecahkan masalah dengan pemahamannya sendiri. Padahal salah satu tujuan mata pelajaran fisika tingkat SMA adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu proses pembelajaran fisika di sekolah belum sesuai dengan tujuan mata pelajaran fisika tingkat SMA yang tercantum dalam standar isi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sahala dan Samad (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang.
Hasil observasi terlihat jelas guru mendominasi dalam pembelajaran, sedangkan siswanya lebih banyak diam. Setelah selesai menjelaskan materi, guru langsung memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal di buku paket.
Adapun Afrizon, et al (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction.
Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa:
1. Pembelajaran yang masih bersifat teacher centered (terpusat pada guru). 2. Kecenderungan siswa hanya menerima materi yang diajarkan, tanpa
mau menelaah lebih dalam dan berkelanjutan,
3. Kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menantang masih kurang.
4. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang bermakna dibuktikan dengan ketidaksiapan dalam kuis di akhir pembelajaran.
(11)
Begitu juga menurut Prayekti (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA.
Dalam menjelaskan konsep-konsep fisika guru masih menerapkan metode ceramah dan pemberian tugas saja. Siswa tidak pernah diperkenalkan dengan kerja di laboratorium atau praktikum fisika. Siswa tidak dilatih untuk membuktikan suatu teori atau konsep fisika, demikian juga siswa tidak pernah mengalami kerja ilmiah seperti para ahli fisika melakukannya untuk menemukan teori ataupun membuktikan kebenaran suatu teori. Pembelajaran masih didominasi oleh kegiatan guru saja, siswa bersikap pasif, hanya diam saja mendengarkan penjelasan guru.
Berdasarkan hasil studi pendahluan dan paparan di atas, diperlukan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, meningkatkan prestasi siswa, memfasilitasi siswa untuk melakukan eksperimen dan memfasilitasi siswa untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep fisika, sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan mata pelajaran fisika tingkat SMA yang dapat membantu siswa untuk memudahkan dalam memahami konsep fisika dan mampu membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran serta memfasilitasi siswa untuk dapat memecahkan masalah adalah model pembelajaran Problem Based Instruction. Dalam model pembelajaran Problem Based Instruction, siswa dihadapkan pada permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 1997 dalam Trianto, 2007).
Trianto (2007) menyebutkan bahwa model pembelajaran Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan otentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
(12)
Stevida Sendi , 2013
Dalam model pembelajaran Problem Based Instruction, proses pembelajaran diawali dengan adanya suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penyelidikan (praktikum) secara berkelompok hingga akhirnya siswa membangun konsep sesuai dengan pemahamannya sendiri.
Adapun kelebihan model pembelajaran Problem Based Instruction yaitu realistis dengan kehidupan siswa, merangsang sifat inquiry siswa dan memupuk kemampuan problem solving (Trianto, 2011).
Melalui model pembelajaran Problem Based Instruction, diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep fisika dari hasil penyelidikan (praktikum), sehingga siswa benar-benar memahami konsep bukan hanya sekedar mengingat rumus. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bruner dalam Dahar (1989) pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan dapat bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran Fisika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction?”
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka peneliti membatasi permasalahan pada hal berikut, yaitu prestasi belajar yang dimaksud meliputi aspek kognitif yang dibatasi pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Pembatasan jenjang ini
(13)
dilakukan karena materi ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah KD 2.2 kelas XI IPA semester 2, yaitu menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: - Variabel bebas : Model pembelajaran Problem Based Instruction. - Variabel terikat : Prestasi belajar siswa.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut.
1. Model pembelajaran Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya diawali dengan adanya suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penyelidikan (praktikum) secara berkelompok hingga akhirnya siswa membangun konsep sesuai dengan pemahamannya sendiri.
Model pembelajaran Problem Based Instruction memiliki lima tahapan pembelajaran, yaitu Orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction. Penilaian keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction dilakukan melalui observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi ini berupa lembar observasi guru dan siswa yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang terdapat dalam setiap tahapan model pembelajaran Problem Based Instruction.
(14)
Stevida Sendi , 2013
2. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik pada aspek kognitif setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang dinyatakan dengan nilai atau angka. Tes belajar yang diberikan merupakan tes tertulis berupa pilihan ganda yang mencakup aspek kognitif meliputi jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis.
Peningkatan prestasi belajar terlihat dari kenaikan skor tes prestasi belajar. Besarnya kenaikan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari perolehan nilai gain dari skor pretest dan posttest yang kemudian dianalisis nilai gain ternormalisasi. Nilai gain ternormalisasi ini diinterpretasikan dalam kriteria menurut Hake (1998).
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini, yaitu mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction yang dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa pada aspek kognitif meliputi jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis yang dapat dipergunakan oleh berbagai pihak.
(15)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian, pelaksanaan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis uji coba instrumen, hasil analisis uji coba instrument dan teknik pengolahan data.
A. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment), yaitu metode yang tidak dapat mengontrol sepenuhnya variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan penelitian, sehingga ada variabel yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti (Sugiyono, 2011). Metode eksperimen semu digunakan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti untuk mengontrol semua variabel yang mempengaruhi penelitian, sehingga peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mempengaruhi penelitian.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test and post-test group design. Pre-test and post-test group design digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction. Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari perbedaan nilai pretest dan posttest.
Dalam desain ini penelitian diawali dengan pre-test sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model
(16)
Stevida Sendi , 2013
pembelajaran Problem Based Instruction diakhiri dengan post-test. Keberhasilan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dapat dilihat dari perbedaan nilai tes sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan nilai tes setelah diberi perlakuan (post-test). Menurut Arikunto (2002) Pre-test and post-test group design ini memiliki pola seperti Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian Pre-test and post-test group design Pre-test Treatment Post-test
01 X 02
Keterangan:
01 : tes awal (pre-test) sebelum perlakuan pembelajaran (treatment)
X : perlakuan (treatment) dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction
02 : tes akhir (post-test) setelah perlakuan pembelajaran (treatment)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Riduwan (2006) mengatakan bahwa “populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Sementara Sampel merupakan sebagaian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA Negeri di kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas XI IPA yang dipilih secara acak. Sampel acak adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Arikunto, 2002). Sampel acak digunakan agar setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
(17)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam melakukan penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, membuat surat izin penelitian, menghubungi pihak sekolah, melakukan studi pendahuluan, melakukan kajian pustaka, telaah standar kompetensi dan kompetensi dasar, menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes, menentukan sampel penelitian, mengkonsultasikan dan menjudgment instrumen, melakukan uji coba instrumen dan menganalisis hasil uji coba instrumen seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. b. Membuat surat izin penelitian.
c. Melakukan studi pendahuluan mengenai pembelajaran fisika di SMA melalui penyebaran angket dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran fisika.
d. Melakukan kajian pustaka mengenai model pembelajaran Problem Based Instruction dan prestasi belajar.
e. Telaah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.
f. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrument tes pada pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Instruction.
g. Menentukan sampel penelitian.
h. Mengkonsultasikan dan men-judgment instrumen penelitian kepada dosen pembimbing dan guru fisika.
i. Melakukan uji coba instrumen yang sudah dikonsultasikan dan dijudgment pada sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
(18)
Stevida Sendi , 2013
j. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari memberikan pre-test, memberikan perlakuan (treatment) berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dan memberikan post-test seperti yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Memberikan pre-test, untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment).
b. Memberikan perlakuan (treatment), yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction pada pokok bahasan yang telah ditentukan.
c. Selama pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan lembar observasi yang disediakan.
Observer adalah orang yang dipilih oleh peneliti untuk membantu melakukan observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum melakukan observasi, observer mendapat penjelasan dari peneliti mengenai observasi yang akan dilakukan. Pada saat melakukan observasi, observer mengisi lembar observasi aktivitas guru (peneliti) terhadap keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction pada lembar observasi yang berupa cheklist, sehingga dalam mengisi lembar observasi, observer hanya memberikan tanda cheklist pada kolom yang telah disediakan, yaitu kolom ”ya” atau ”tidak” untuk setiap tahapan model pembelajaran Problem Based Instruction.
d. Memberikan post-test, untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
(19)
3. Tahap Akhir
Tahap akhir yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari mengolah data hasil penelitian, membahas dan menganalisis hasil penelitian membuat kesimpulan, memberikan saran terhadap aspek penelitian yang kurang.
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Membahas dan menganalisis hasil penelitian. c. Membuat kesimpulan.
d. Memberikan saran terhadap aspek penelitian yang kurang. e. Menyusun laporan.
(20)
Stevida Sendi , 2013
PROSEDUR PENELITIAN
TAHAP PERSIAPAN MELAKUKAN STUDI
PENDAHULUAN MELAKUKAN KAJIAN PUSTAKA
TELAAH STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MENYUSUN PERANGKAT
PEMBELAJARAN DAN LEMBAR OBSERVASI MENENTUKAN
SAMPEL PENELITIAN
MENGKONSULTASIKAN DAN MENJUDGMENT INSTRUMEN TES MENYUSUN INSTRUMEN TEST
MELAKUKAN UJI COBA INSTRUMEN MENGANALISIS HASIL UJI COBA
INSTRUMENT
TAHAP PELAKSANAAN PRETEST
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
INSTRUCTION
OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN
POST TEST
MENGOLAH DATA TAHAP AKHIR
MEMBAHAS DAN MENGANALISIS HASIL PENELITIAN
MEMBAHAS DAN MENGANALISIS HASIL PENELITIAN
MEMBUAT KESIMPULAN
MENYUSUN LAPORAN
(21)
E. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2013 sampai dengan tanggal 20 Mei 2013. Kegiatan penelitian ini dibuktikan dengan adanya surat keterangan telah melaksanakan penelitian Nomor 070/300/SMAN.7/V/2013 yang ditanda tangani oleh Kepala Sekolah. Surat keterangan tersebut dapat dilihat pada Lampiran F.2.c. halaman 216. Dalam kegiatan penelitian ini siswa diberi perlakuan selama tiga kali pertemuan dengan setiap pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran.
Pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2013 dengan pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran adalah mengenai Tekanan Hidrostatis. Sebelum memulai pembelajaran yaitu sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction, siswa diberi tes awal (pretest) mengenai tekanan hidrostatis untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction diberikan setelah pemberian tes awal (pretest). Pada saat pembelajaran berlangsung, terdapat observer yang mengamati kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction. Observer pada pertemuan ini terdiri dari dua orang mahasiswa yang berasal dari jurusan pendidikan fisika. Pada saat pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari mengenai tekanan hidrostatis, kemudian siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa. Setelah siswa duduk berkelompok guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini berisi panduan melakukan penyelidikan, pertanyaan-pertanyaan seputar hasil penyelidikan serta
(22)
Stevida Sendi , 2013
proses pemecahan masalah. Setelah masalah tersebut dipecahkan, perwakilan kelompok membuat laporan hasil penyelidikan serta mempresentasikannya di depan kelas. Setelah itu siswa dan guru bersama-sama menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada pertemuan ini seharusnya setiap kelompok membuat laporan hasil penyelidikan, namun karena alokasi waktu yang kurang, maka hanya satu kelompok saja yang membuat laporan hasil penyelidikan. Setelah pembelajaran selesai, siswa duduk kembali pada tempatnya masing-masing dan guru memberikan posttest mengenai tekanan hidrostatis untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction.
Pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2013 dengan pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran adalah mengenai Hukum Pascal. Sebelum memulai pembelajaran yaitu sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction, siswa diberi tes awal (pretest) mengenai hukum Pascal untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction diberikan setelah pemberian tes awal (pretest). Pada saat pembelajaran berlangsung, terdapat observer yang mengamati kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction. Observer pada pertemuan ini terdiri dari dua orang mahasiswa yang berasal dari jurusan pendidikan fisika. Pada saat pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari mengenai hukum Pascal, kemudian siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa. Setelah siswa duduk berkelompok guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini berisi panduan melakukan penyelidikan, pertanyaan-pertanyaan seputar hasil penyelidikan serta proses pemecahan masalah. Setelah masalah tersebut dipecahkan, setiap kelompok
(23)
membuat laporan hasil peyelidikan dan salah satu kelompok mempresentasikan laporan tersebut di depan kelas. Setelah itu siswa dan guru bersama-sama menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Setelah pembelajaran selesai, siswa duduk kembali pada tempatnya masing-masing dan guru memberikan posttest mengenai hukum Pascal untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction.
Pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2013 dengan pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran adalah mengenai Hukum Archimedes. Sebelum memulai pembelajaran yaitu sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Based Instruction, siswa diberi tes awal (pretest) mengenai hukum Archimedes untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction diberikan setelah pemberian tes awal (pretest). Pada saat pembelajaran berlangsung, terdapat observer yang mengamati kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction. Observer pada pertemuan ini terdiri dari dua orang mahasiswa yang berasal dari jurusan pendidikan fisika. Pada saat pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari mengenai hukum Archimedes, kemudian siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa. Setelah siswa duduk berkelompok guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini berisi panduan melakukan penyelidikan, pertanyaan-pertanyaan seputar hasil penyelidikan serta proses pemecahan masalah. Setelah masalah tersebut dipecahkan, setiap kelompok membuat laporan hasil peyelidikan dan salah satu kelompok mempresentasikan laporan tersebut di depan kelas. Setelah itu siswa dan guru bersama-sama menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
(24)
Stevida Sendi , 2013
Setelah pembelajaran selesai, siswa duduk kembali pada tempatnya masing-masing dan guru memberikan posttest mengenai hukum Archimedes untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan tes.
1. Observasi
Menurut Sukmadinata (2002), observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi aktivitas guru (peneliti) dan juga aktivitas siswa yang bertujuan untuk untuk melihat apakah tahapan-tahapan model pembelajaran yang dilaksanakan sesuai atau tidak. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa terhadap keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction. Instrumen ini dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 132.
Selama peneliti memberikan perlakuan (treatment) berupa penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction, observer mengisi lembar observasi aktivitas peneliti terhadap keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction. Instrumen observasi ini berupa cheklist, sehingga dalam mengisi lembar observasi, observer hanya memberikan tanda cheklist pada kolom yang telah disediakan, yaitu kolom ”ya” atau ”tidak” untuk setiap tahapan model pembelajaran Problem Based Instruction.
2. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk siswa berupa pilihan ganda. Tes tertulis ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang mencakup empat ranah kognitif berdasarkan taksonomi
(25)
Bloom, meliputi jenjang C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Penentuan jenjang ini dilakukan karena materi ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah KD 2.2 kelas XI IPA semester 2, yaitu menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Soal tes yang diberikan terdiri dari soal pre-test dan post-test. Soal pre-test dan post-test dibuat sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan prestasi belajar siswa. Soal tes dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 147.
G. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen
Dalam penelitian ini, sebelum instrumen tes dipakai dalam penelitian, instrumen tes di uji cobakan terlebih dahulu. Data hasil uji coba ini kemudian dianalisis untuk memperoleh keterangan mengenai layak atau tidak layaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Analisis yang di gunakan untuk mengetahui baik buruk instrumen tes adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas Butir soal
Munaf (2001) mengemukakan bahwa “validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes, tes yang valid (abash=sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur”. Uji validitas tes dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kolerasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson (Pearson Product Moment), yaitu sebagai berikut :
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N rxy
(Arikunto, 2002)(26)
Stevida Sendi , 2013
Dengan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor tiap butir soal.
Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa
Koefisien korelasi yang diperoleh, diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Interpretasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
0,81-1,00 Sangat Tinggi
0,6-0,79 Tinggi
0,41-0,59 Cukup
0,21-0,39 Rendah
0,00-0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012)
2. Reliabilitas Tes
Menurut Munaf (2001: 58) “reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah)”. Dalam penelitian ini, metode yang di gunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen tes adalah metode belah dua (split-half method) alasannya karena sampel dalam penelitian ini berjumlah genap. Dalam metode belah dua pada saat pemberian skor, tes dibelah menjadi dua sehingga tiap siswa memperoleh dua macam skor, yakni skor yang diperoleh dari soal-soal yang bernomor ganjil dan skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor genap. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor ganjil dan skor genap. Skor ganjil kemudian dikorelasikan dengan skor genap hasilnya adalah koefisien korelasi ganjil-genap. Koefisien korelasi ganjil-genap tersebut dikoreksi sehingga menjadi koefisien reliabilitas tes, yaitu sebagai berikut:
(27)
gg gg tt r 1 r 2 r (Munaf, 2001) Dengan :
rtt = koefisien reliabilitas tes rgg= koefisien korelasi ganjil-genap
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N r
rgg xy
X = Skor untuk soal bernomor ganjil Y = Skor untuk soal bernomor genap
Koefisien reliabilitas tes yang diperoleh, diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Batasan Kriteria
0,80 <r11< 100 Sangat Tinggi 0,60 <r11< 0,80 Tinggi 0,41 <r11< 0,60 Cukup 0,20 <r11< 0,4 Rendah
< 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012)
3. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat Kesukaran butir soal dapat juga disebut sebagai Taraf Kemudahan, seperti yang di kemukakan oleh Munaf (2001:62) “Taraf Kemudahan suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut”. Tingkat kesukaran butir soal atau disebut juga tingkat kemudahan butir soal dapat ditentukan dengan rumus:
(28)
Stevida Sendi , 2013
Dengan:
F = Taraf kemudahan atau tingkat kesukaran.
Nt = Jumlah siswa dari kelompok tinggi yang menjawab benar pada butir soal.
Nr = Jumlah siswa dari kelompok rendah yang menjawab benar pada butir soal.
N = Jumlah seluruh siswa pada kelompok tinggi dan kelompok rendah. Tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh, diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Batasan Kriteria
0,00 – 0,30 Soal sukar 0,31 – 0,70 Soal sedang 0,71 – 1,00 Soal mudah
(Arikunto, 2012)
4. Daya Pembeda Butir Soal
Menurut Munaf (2001: 63) “daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk kelompok rendah”. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:
N N N D t r
Dengan :
D = Daya Pembeda
Nt = Jumlah siswa dari kelompok tinggi yang menjawab benar pada butir soal.
Nr = Jumlah siswa dari kelompok rendah yang menjawab benar pada butir soal.
(29)
Daya pembeda yang diperoleh, diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Batasan Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik
0,71- 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2012)
H. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes
Untuk mendapatkan instrumen tes yang benar-benar dapat mengukur kemampuan subjek penelitian dengan tepat, maka sebelum instrumen tes dipakai dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu di uji cobakan di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Sebelum dilakukan uji coba, terlebih dahulu instrumen dijudgment oleh dua dosen dan satu guru mata pelajaran fisika. Hasil judgment tersebut digunakan untuk memperbaiki instrumen yang kurang tepat. Setelah dilakukan perbaikan, instrumen diuji coba pada tanggal 24 April 2013. Bukti bahwa peneliti telah melakukan kegiatan uji coba instrumen yaitu dengan adanya surat keterangan telah melakukan uji instrumen dari pihak sekolah dengan nomor 070/299/SMAN.7/V/2013 yang dapat dilihat pada Lampiran F.2.b halaman 215. Instrumen diuji cobakan pada kelas XII IPA, karena kelas XII IPA sudah memperoleh materi pelajaran yang akan dijadikan materi dalam penelitian.
Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Data hasil uji coba instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran D halaman 166. Adapun analisis tes yang dilakukan yaitu analisis validitas butir soal, analisis tingkat kesukaran butir soal, analisis daya pembeda butir soal dan analisis reliabilitas tes.
(30)
Stevida Sendi , 2013
1. Analisis Validitas Butir Soal
Berdasarkan data hasil uji coba instrumen tes, setelah dilakukan analisis validitas butir soal diperoleh bahwa terdapat 7 soal (18,4 %) memiliki validitas dengan kriteria sangat rendah, 4 soal (10,5 %) memiliki validitas dengan kriteria rendah, 25 soal (65,8 %) memiliki validitas dengan kriteria sedang, 2 soal (5,3 %) memiliki validitas dengan kriteria tinggi dan tidak ada soal (0 %) yang memiliki validitas dengan kriteria sangat tinggi. Hasil analisis validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran D.3 halaman 179.
2. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Dari hasil analisis tingkat kesukaran butir soal yang telah dilakukan diperoleh bahwa 4 soal (10,5 %) berada pada kriteria sukar, 19 soal (50 %) berada pada kriteria sedang dan 15 soal (39,5 %) berada pada kriteria mudah. Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada Lampiran D.4 halaman 182.
3. Analisis Daya Pembeda Butir Soal
Dari hasil analisis daya pembeda butir soal yang telah dilakukan, diperoleh bahwa 8 soal (21,05 %) memiliki daya pembeda dengan kriteria jelek, 21 soal (55,3 %) memiliki daya pembeda dengan kriteria cukup dan 9 soal (23,7 %) memiliki daya pembeda dengan kriteria baik dan tidak ada soal (0 %) yang memiliki daya pembeda dengan kriteria baik sekali. Hasil analisis daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Lampiran D.4 halaman 182.
4. Analisis Reliabilitas Tes
Untuk analisis reliabilitas tes, setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode belah dua (Split-half method) ganjil-genap, ternyata diperoleh bahwa reliabilitas instrumen tes yang di uji cobakan sebesar 0,83 yang berada pada kriteria sangat tinggi. Perhitungan analisis reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran D.5 halaman 185.
(31)
Rekapitulasi hasil analisis uji coba instrumen, dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen
Nomor Soal
Analisis Instrumen Tes
Ket
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Reliabilitas
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0.608952 tinggi 0.325 Sedang 0.55 Baik
0.83
Sangat Tinggi
Dipakai
2 0.541916 sedang 0.3 Sukar 0.3 Cukup Dipakai
3 0.494091 sedang 0.85 Mudah 0.3 Cukup Dipakai
4 0.533112 sedang 0.875 Mudah 0.25 Cukup Dipakai
5 0.464623 sedang 0.825 Mudah 0.25 Cukup Dipakai
6 -0.17889 sangat
rendah 0.75 Mudah -0.2 Jelek Dibuang
7 0.434301 sedang 0.575 Sedang 0.45 Baik Dipakai
8 0.547095 sedang 0.875 Mudah 0.25 Cukup Dipakai
9 0.51192 sedang 0.775 Mudah 0.25 Cukup Dipakai
10 -0.40377 sangat
rendah 0.875 Mudah -0.25 Jelek Dibuang
11 0.471649 sedang 0.625 Sedang 0.25 Cukup Dipakai
12 -0.06281 sangat
rendah 0.85 Mudah 0.1 Jelek Dibuang
13 0.398151 sedang 0.675 Sedang 0.35 Cukup Dipakai
14 0.395397 sedang 0.8 Mudah 0.3 Cukup Dipakai
15 0.493945 sedang 0.75 Mudah 0.3 Cukup Dipakai
16 0.485952 sedang 0.525 Sedang 0.55 Baik Dipakai
17 -0.24587 sangat
rendah 0.45 Sedang -0.5 Jelek Dibuang
18 -0.04339 sangat
rendah 0.3 Sukar -0.1 Jelek Dibuang
19 0.54635 sedang 0.65 Sedang 0.6 Baik Dipakai
20 0.43933 sedang 0.5 Sedang 0.4 Cukup Dipakai
21 -0.02464 sangat
rendah 0.225 Sukar 0.15 Jelek Dibuang
22 0.556045 sedang 0.65 Sedang 0.5 Baik Dipakai
23 0.351329 rendah 0.875 Mudah 0.25 Cukup Dibuang
24 0.698304 tinggi 0.5 Sedang 0.6 Baik Dipakai
25 0.464623 sedang 0.825 Mudah 0.25 Cukup Dipakai
26 0.414335 sedang 0.625 Sedang 0.35 Cukup Dipakai
27 0.408025 sedang 0.675 Sedang 0.35 Cukup Dipakai
28 0.424526 sedang 0.25 Sukar 0.3 Cukup Dipakai
(32)
Stevida Sendi , 2013
Nomor Soal
Analisis Instrumen Tes Analisis
Instrumen Tes
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Reliabilitas
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
30 0.375699 rendah 0.725 Mudah 0.25 Cukup
0.83
Sangat Tinggi
Dibuang
31 0.562852 sedang 0.45 Sedang 0.6 Baik Dipakai
32 0.42811 sedang 0.825 Mudah 0.25 Cukup Dipakai
33 0.386506 rendah 0.7 Sedang 0.3 Cukup Dibuang
34 0.497871 sedang 0.65 Sedang 0.5 Baik Dipakai
35 0.32335 rendah 0.65 Sedang 0.4 Cukup Dibuang
36 -0.68969 sangat
rendah 0.475 Sedang -0.65 Jelek Dibuang
37 0.576028 sedang 0.425 Sedang 0.05 Jelek Dibuang
38 0.452544 sedang 0.625 Sedang 0.35 Cukup Dipakai
Berdasarkan Tabel 3.5 ditunjukkan bahwa dari 38 soal yang digunakan dalam uji coba instrumen, hanya 26 soal yang diambil sebagai instrumen penelitian. Instrumen tersebut terdiri dari tujuh soal jenjang pengetahuan (C1) yaitu soal nomor 1, 2, 13, 14, 24, 25, dan 27, sepuluh soal jenjang pemahaman (C2) yaitu soal nomor 3, 4, 5, 7, 15, 16, 26, 28, 29 dan 31, lima soal jenjang penerapan (C3) yaitu soal nomor 8, 9, 22, 32 dan 34, serta empat soal jenjang analisis (C4) yaitu soal nomor 11, 19, 20 dan 38. Sebanyak 26 soal tersebut kemudian dibagi dalam 3 pertemuan, yaitu untuk pertemuan pertama sebanyak 9 soal, pertemuan kedua sebanyak 7 soal dan pertemuan ketiga sebanyak 10 soal.
I. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data observasi keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction dan data skor tes prestasi. Adapun teknik pengolahan data yang akan digunakan yaitu sebagai berikut.
1. Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Analisis data observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menghitung jumlah aktivitas guru yang terlaksana berdasarkan tahapan-tahapan model pembelajaran Problem Based Instruction pada lembar observasi yang diisi
(33)
oleh observer. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Instruction dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Memberikan skor 1 untuk tahapan pembelajaran yang terlaksana dan memberikan skor 0 untuk tahapan pembelajaran yang tidak terlaksana.
- Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan:
Persentase keterlaksanaan pembelajaran dapat diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran No Persentase Keterlaksanaan
Pembelajaran Interpretasi
1. 0,0 – 20 Sangat kurang
2. 21 – 39 Kurang
3. 40 – 59 Cukup
4. 60 – 79 Baik
5. 80 – 100 Sangat Baik
Ridwan (2000) dalam Jabar (2011)
2. Data Skor Tes
Data untuk mengukur prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil pre-test sebelum diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran dan hasil post-test setelah diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data skor tes adalah sebagai berikut.
a. Penskoran
Skor ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Jawaban yang benar diberi nilai satu dan jawaban yang salah diberi nilai nol. Pemberian skor menggunakan ketentuan sebagai berikut.
(34)
Stevida Sendi , 2013
S = ∑ R
Munaf, (2001:44) Dengan:
R = jumlah jawaban yang benar S = skor siswa
b. Menghitung rata-rata (mean)
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor pretest maupun skor posttest digunakan rumus sebagai berikut.
̅
Dengan:
̅ = rata-rata skor
= skor atau nilai siswa ke i = jumlah siswa
c. Menentukan nilai gain
Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Nilai gain dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
. . . Persamaan 3.9
Dengan:
G = gain; = skor posttest; = skor pretest d. Menentukan nilai gain ternormalisasi
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1998). Nilai gain yang dinormalisasi inilah yang menunjukkan peningkatan prestasi belajar. Untuk menghitung nilai gain yang dinormalisasi digunakan persamaan (Hake, 1998) berikut..
(35)
Dengan:
= rata-rata gain yang dinormalisasi
= rata-rata skor posttest
= rata-rata skor pretest
Nilai yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Gain yang dinormalisasi Gain Ternormalisasi Kriteria
< 0,3 Rendah
0,7 > > 0,3 Sedang
> 0,7 Tinggi
(36)
Stevida Sendi , 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung khususnya kelas XI IPA semester genap tahun ajaran 2012-2013 mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Intrsuction untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika, maka pada bab V ini penulis menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Problem Based Intrsuction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan fluida statik, hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.75 yang berada pada kriteria tinggi. Prestasi belajar mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Adapun peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada setiap jenjang kognitif yang meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Untuk jenjang pengetahuan (C1) perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.67 yang berada pada kriteria sedang, untuk jenjang pemahaman (C2) perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.82 yang berada pada kriteria tinggi, untuk jenjang penerapan (C3) perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.71 yang berada pada kriteria tinggi dan untuk jenjang analisis (C4) perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.77 yang berada pada kriteria tinggi.
(37)
B. Saran
Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran untuk penerapan model pembelajaran Problem Based Intrsuction dalam pembelajaran di sekolah, yaitu sebagai berikut.
1. Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak terlalu banyak, agar setiap siswa mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan penyelidikan. 2. Pada saat kegiatan penyelidikan, guru membimbing setiap kelompok secara
merata tidak hanya pada beberapa kelompok saja agar mengurangi peluang siswa untuk mengobrol ataupun main-main, sehingga pembelajaran menjadi lebih kondusif.
3. Pengaturan meja dan tempat duduk siswa pada saat duduk berkelompok harus diperhatikan, sehingga tidak menghalangi guru pada saat membimbing setiap kelompok.
(38)
Stevida Sendi , 2013
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, dkk. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika. 1 (2012), 1-16.
Ansari, Irianto Bansu. (1995). Metode Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. Tesis FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Arends, Richard I. (2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Barrows, Harold. Problem Based Instruction (PBI). [online] Tersedia:
http://web.cortland.edu/frieda/id/IDtheories/46.html. [28 Februari 2013] Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In IntroductoryMechanics Courses. [online]. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [27 September 2012]
Jabar, Jaja Muhammad. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Juanita, Dwi Juniar. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction) dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Koes, Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
(39)
Litbang, Kemdikbud. (2006). Standar Isi. [online]. Tersedia:
http://litbang.kemdikbud.go.id/content/BUKUST~1(4).pdf. [24 Mei 2012] Margendoller, John. R. (2006). “The Effectiveness of Problem-based Instruction: A
Comparative Study of Instructional Methods and Students Characteristics”. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1 (2), 49-69.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Pratiwi, Heri dan Purwandari. (2009). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme melalui Metode Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pembiasan Cahaya. Jurnal Pendidikan MIPA. 1 (1), 61-67. Prayekti. (2010). Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran
Fisika di SMA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16 (1), 51-63. Riduwan. (2006). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sahala, Stepanus dan Abdus Samad. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika dan IPA. 1 (2), 12-25.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Siregar, Marhalim. (2011). Pengimplementasian Model-Model Pembelajaran Efektif. [online]. Tersedia: http://marahalimsiregar.blogpot.com/2011/10/penerapan-pendidikan-lingkungan-hidup.html. [7 Februari 2013]
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(40)
Stevida Sendi , 2013
Sunartombs. (2009). Pengertian Prestasi belajar. [online]. Tersedia:
http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/. [1 November 2012]
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Wasono. (2000). Penggunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah dalam Pelajaran Biologi di Madrasah Aliyyah untuk Meningkatkan Belajar Siswa: Studi tentang Eksperimen pada Konsep Aksi-Interaksi di Kelas I Madrasah Aliyyah Negeri Bangkalan. Tesis FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Yulianti, Dewi Putri. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(1)
Dengan:
= rata-rata gain yang dinormalisasi = rata-rata skor posttest
= rata-rata skor pretest
Nilai yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Gain yang dinormalisasi
Gain Ternormalisasi Kriteria
< 0,3 Rendah 0,7 > > 0,3 Sedang > 0,7 Tinggi
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung khususnya kelas XI IPA semester genap tahun ajaran 2012-2013 mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Intrsuction untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika, maka pada bab V ini penulis menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Problem Based Intrsuction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan fluida statik, hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.75 yang berada pada kriteria tinggi. Prestasi belajar mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Adapun peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada setiap jenjang kognitif yang meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Untuk jenjang
pengetahuan (C1) perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.67 yang
berada pada kriteria sedang, untuk jenjang pemahaman (C2) perolehan rata-rata gain
yang dinormalisasi <g> sebesar 0.82 yang berada pada kriteria tinggi, untuk jenjang penerapan (C3) perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0.71 yang
berada pada kriteria tinggi dan untuk jenjang analisis (C4) perolehan rata-rata gain
(3)
B. Saran
Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran untuk penerapan model pembelajaran Problem Based Intrsuction dalam pembelajaran di sekolah, yaitu sebagai berikut.
1. Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak terlalu banyak, agar setiap siswa mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan penyelidikan. 2. Pada saat kegiatan penyelidikan, guru membimbing setiap kelompok secara
merata tidak hanya pada beberapa kelompok saja agar mengurangi peluang siswa untuk mengobrol ataupun main-main, sehingga pembelajaran menjadi lebih kondusif.
3. Pengaturan meja dan tempat duduk siswa pada saat duduk berkelompok harus diperhatikan, sehingga tidak menghalangi guru pada saat membimbing setiap kelompok.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, dkk. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika. 1 (2012), 1-16.
Ansari, Irianto Bansu. (1995). Metode Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. Tesis FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Arends, Richard I. (2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Barrows, Harold. Problem Based Instruction (PBI). [online] Tersedia:
http://web.cortland.edu/frieda/id/IDtheories/46.html. [28 Februari 2013] Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In IntroductoryMechanics Courses. [online]. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [27 September 2012]
Jabar, Jaja Muhammad. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Juanita, Dwi Juniar. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction) dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(5)
Litbang, Kemdikbud. (2006). Standar Isi. [online]. Tersedia:
http://litbang.kemdikbud.go.id/content/BUKUST~1(4).pdf. [24 Mei 2012] Margendoller, John. R. (2006). “The Effectiveness of Problem-based Instruction: A
Comparative Study of Instructional Methods and Students Characteristics”. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1 (2), 49-69.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Pratiwi, Heri dan Purwandari. (2009). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme melalui Metode Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pembiasan Cahaya. Jurnal Pendidikan MIPA. 1 (1), 61-67. Prayekti. (2010). Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran
Fisika di SMA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16 (1), 51-63. Riduwan. (2006). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sahala, Stepanus dan Abdus Samad. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika dan IPA. 1 (2), 12-25.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Siregar, Marhalim. (2011). Pengimplementasian Model-Model Pembelajaran Efektif. [online]. Tersedia: http://marahalimsiregar.blogpot.com/2011/10/penerapan-pendidikan-lingkungan-hidup.html. [7 Februari 2013]
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(6)
Sunartombs. (2009). Pengertian Prestasi belajar. [online]. Tersedia:
http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/. [1 November 2012]
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Wasono. (2000). Penggunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah dalam Pelajaran Biologi di Madrasah Aliyyah untuk Meningkatkan Belajar Siswa: Studi tentang Eksperimen pada Konsep Aksi-Interaksi di Kelas I Madrasah Aliyyah Negeri Bangkalan. Tesis FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Yulianti, Dewi Putri. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.