KESENIAN HANDRO PANCA MUSTIKA PADA ACARA MAULUDAN DI DESA BOJONG KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT.

(1)

v DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

... i KATA PENGANTAR ... ... ii DAFTAR ISI ... ... v DAFTAR GAMBAR ... ... vi BAB I PENDAHULUAN ...

... 1 A. Latar Belakang ...

... 1 B. Rumusan Masalah ...

... 4 C. Tujuan Penelitian ...

... 4 D. Manfaat Penelitian ...

... 5 E. Asumsi ...

... 5 F. Metode Penelitian ...

... 6 G. Lokasi Penelitian ...

... 8 H. Sistematika Penulisan ...

... 8 BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO ... ... 10 A. Kesenian Tradisional ...

... 10 B. Kesenian Tradisional Hadro ...

... 11 C. Kesenian Hardo Pada Masyarakat Desa Bojong ...

... 12 D. Perkembangan Kesenian Hadro Di Desa Bojong ...

... 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...


(2)

vi

A. Lokasi Penelitian ...

... 20

B. Definisi Operasional ... ... 20

C. Instrumen Penelitian ... ... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 21

E. Prosedur Penelitian ... ... 23

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... ... 26

A. Latar Belakang Terbentuknya Kesenian Hadro ... ... 26

B. Proses Penyajian Kesenian Hadro Pada Acara Mauludan ... ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68 A. Kesimpulan ... ... 68

B. Saran ... ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 4.1 Ruangan Pertunjukkan Kesenian Hadro ... 29

4.2 Gerakan Pada Kesenian Hadro ... 29

4.3 Busana Kesenian Hadro ... 31

4.4 Terebang Talingtit Pada Kesenian Hadro ... 32

4.5 Terebang Kempring Pada Kesenian Hadro ... 33

4.6 Terebang Kompeang Pada Kesenian Hadro ... 34

4.7 Terebang Bangsing Pada Kesenian Hadro ... 35

4.8 Cara Menabuh Waditra untuk Menghasilkan Bunyi Pong .. 36


(3)

vii

4.10 Cara Menabuh Waditra untuk Menghasilkan Bunyi Ping ... 37

4.11 Cara Menabuh Waditra untuk Menghasilkan Bunyi Pak .... 37

4.12 Bajidor Pada Kesenian Hadro ... 38

4.13 Tarompet Pada Kesenian Hadro ... 38

4.14 Cara Memainkan Waditra Tarompet ... 39


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jawa Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan kesenian tradisional, kurang lebih terdapat 65 macam kesenian tradisional yang masih hidup dan berkembang di Jawa Barat. Dari sekian banyak kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat tersebut, pada umumnya tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan lingkungan sosial budaya masyarakat sekitarnya, salah satu contohnya seperti kesenian tradisional Hadro.

Hadro adalah salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

Masyarakat Desa Bojong boleh berbangga hati karena meskipun keseniaannya berada pada kondisi yang kurang menguntungkan, tapi kesenian Hadro di Desa

Bojong tetap tegar, perkasa dan memperlihatkan kemandirian. Kesenian Hadro sudah hidup sejak puluhan tahun lalu sebagai warisan dari para leluhur yang sekarang masih tetap terjaga.

Lahir dan berkembangnya kesenian Hadro tidak lepas dari tumbuh dan berkembangnya syiar agama Islam. Orang yang pertama kali memperkenalkan kesenian Hadro ini adalah seorang Kyai Haji Ahmad Sayuti, Pak Sura dan Pak Sastra yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru Kecamatan Samarang Kabupaten Garut pada tahun 1917. Pada awalnya kesenian Hadro hanya sebatas lingkungan pesantren saja. Bagi para santri hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan setelah mereka mendapatkan ilmu tentang agama Islam.


(5)

Kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih percaya serta mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta-Nya. (Hasanudin, wawancara Januari 2010).

Mereka pun belajar ayat-ayat Al-Qur’an dari kitab Al-Barjanji, yang dipakai dalam kesenian Hadro untuk melantunkan pujian-pujian yang isinya mengagungkan Allah SWT dengan segala ciptaan-Nya. Dengan keuletan KH. Ahmad Sayuti dan Pak Sura dalam menarik perhatian masyarakat agar berminat dan berkeinginan untuk mempelajari Bahasa Arab sebagai permulaan memeluk agama Islam, maka dilakukannya dengan media kesenian yaitu kesenian Hadro yang di dalamnya membahas komunikasi dengan menggunakan kata-kata Bahasa Arab (Hasanudin, wawancara Januari 2010).

Apabila melihat pendapat di atas, sebagai perwujudan gagasan KH. Ahmad Sayuti dan Pak Sura, maka kesenian Hadro lah yang dijadikan sebagai media syiar agama Islam untuk bisa diterima oleh masyarakatnya. Dengan demikian mereka akan bisa melihat, mendengar dan merasakan kesenian Hadro tersebut, sehingga mereka tertarik untuk mempelajari agama Islam. Secara tidak langsung juga dengan adanya kesenian Hadro untuk taat terhadap ajaran agama berdasarkan kaidah agama Islam.

Hadro adalah satu jenis kesenian tradisional yang dipadukan dengan seni bela diri sebagai kebanggaan masyarakat Desa Bojong. Kesenian tradisional Hadro senantiasa tampil dalam setiap kesempatan, baik pada upacara hari besar Nasional maupun acara-acara penting di tingkat desa, kecamatan, kabupaten bahkan tingkat provinsi. Di samping itu ditampilkan pula dalam acara perkawinan, khitanan, pesta adat menyambut datang panen dan dalam acara


(6)

keagamaan seperti dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW yang disebut Muludan, Rajaban dan dalam acara keagamaan lainnya.

Kesenian tradisional Hadro pada acara Muludan sangat menarik apabila diamati dan ditelusuri secara lebih jelas. Karena kesenian Hadro menyajikan lirik-lirik indah bernafaskan pujian kepada Tuhan, dan sajak-sajak indah sebagai satu tanda rasa cinta kasih kepada Rasulullah SAW. Lagu-lagu pada kesenian Hadro memiliki urutan penyajian yang baku begitu pula dengan pola tabuhnya. Kesenian Hadro juga menampilkan gerak dan gaya yang harmonis dalam penyajiannya.

Kesenian tradisional Hadro mengandung berbagai kesan bagi masyarakat Desa Bojong. Jadi sayang sekali bila kesenian Hadro diabaikan tanpa ada kelanjutan dan perkembangan. Karena mungkin suatu saat akan terlupakan dari masyarakat setempat maupun dari pihak yang peduli terhadap kesenian tersebut. Oleh karena itu, penelitian Hadro layak dilakukan untuk melestarikan kebudayaan tersebut.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang penyajian kesenian Hadro. Peneliti mengambil subjek penelitian pada Lingkung Seni Hadro Panca Mustika. Karena Lingkung Seni adalah satu-satunya Lingkung Kesenian Hadro yang da di Kabupaten Garut. Dengan masalah tersebut, maka peneliti mengambil judul “KESENIAN HADRO PANCA MUSTIKA PADA ACARA MAULUDAN DI DESA BOJONG KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT”.


(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penyajian lagu-lagu dalam kesenian Hadro pada acara Mauludan di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut?

2. Bagaimana pola tabuh instrumen kesenian Hadro yang digunakan pada penyajian kesenian Hadro?

Guna menghindari kesalahtafsiran terhadap judul penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan-batasan istilah sebagai berikut:

Penyajian : Proses, perbuatan, atau cara menyajikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, 1989:768).

Kesenian Hadro : Jenis kesenian tradisional yang dipadukan dengan seni bela diri. (Ketua Lingkung Seni Hadro Panca Mustika, wawancara Januari 2010)

Mauludan : Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan yang terkandung di dalamnya. Tujuan tersebut antara lain:

1. Untuk mengetahui penyajian lagu-lagu dalam kesenian Hadro pada acara Mauludan di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

2. Mengetahui pola tabuh instrumen kesenian Hadro yang digunakan pada penyajian kesenian Hadro.


(8)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan. Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi:

1. Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang kesenian tradisional dan dapat mengetahui lebih jauh tentang penyajian Seni Hadro dalam Nyalawat Mulud.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya bagi pengembangan kebudayaan dan kesenian tradisional yang religius, dalam hal ini adalah Kesenian Hadro.

3. Organisasi kesenian, menjadi bahan masukan dan peningkatan mutu, pengembangan popularitasnya.

4. Pendidikan Seni Musik UPI Bandung, untuk menambah pembendaharaan bacaan bagi para mahasiswa dan orang yang membutuhkannya.

E. Asumsi

Asumsi dari penelitian ini adalah penyajian kesenian Hadro dalam Nyalawat Mulud pada pergelarannya memadukan alat musik dengan musik vocal dalam lagu-lagu yang bernapaskan Islami, yang liriknya berisi pujian kepada Tuhan, dan sajak-sajak indah sebagai tanda rasa cinta kasih kepada Rosulullah saw yang diambil dari Kitab Al-Barjanji, yang memiliki peranan sebagai media upacara bagi masyarakat pendukungnya.


(9)

F. Metode Penelitian 1. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Dimana peneliti memaparkan objek yang diteliti. Melalui metode deskriptif ini, dapat diktahui gambaran (deskripsi) mengenai penyajian kesenian Hadro yang dilaksanakan pada acara mauludan di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan mengkaji data-data faktual yang terjadi di lapangan untuk kemudian dideskripsikan hasil penelitian tersebut dalam sebuah tulisan. Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan studi literatur dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan dan data yang telah dianggap mendukung penelitian dianalisis dan disusun untuk dijadikan bahan laporan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan tujuan data yang diperoleh di lapangan akan lebih mudah dianalisis, di bantu dengan seperangkat daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara dan catatan observasi. Adapun alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut adalah kamera foto, perekam video, dan alat tulis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh data keterangan dengan cara tanya jawab langsung dengan sumber data. Penelitian ini menggunakan teknik


(10)

wawancara semiterstruktur dimana penliti melakukan teknik wawancara yang lebih terbuka dan lebih akrab dengan sumber data. Namun tetap mengacu pada pedoman wawancara.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keaadan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik observasi nonpartisipan, yaitu kegiatan observasi yang dilakukan dengan mengamati sumber data penelitian dimana peneliti berperan sebagai pengamat indipenden dan tidak terlibat di dalam kegiatan yang berlangsung di lokasi penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan bantuan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar maupun audio visual dari sumber data. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini sangat diperlukan guna mendapatkan data atau informasi yang otentik. Data-datanya didokumentasikan melalui rekamam handycam berupa VCD, audio AMR dan video.

d. Studi Literatur

Studi literatur digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan untuk mencari data-data melalui tulisan yang mengacu pada penelitian agar dapat membantu mendapatkan sumber-sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan mencari, melihat dan membaca baik berupa buku, internet, jurnal yang berkaitan dengan kesenian Hadro.


(11)

G. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan Lingkung Seni Panca Mustika yang ada di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Alasan pemilihan lokasi ini karena Lingkung Seni Panca Mustika adalah satu-satunya Lingkung Kesenian Hadro yang berada di Kabupaten Garut.

H. Sistematika Penulisan

Pada tahap selanjutnya setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi maka semua data tersebut dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian disusun menjadi sebuah laporan tertulis dengan menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I, bab ini adalah pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Asumsi, Metode Penelitian, Lokasi Peneletian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II, bab ini merupakan Landasan Teoretis. Dalam Landasan Teoretis harus memuat teori-teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang yang dikaji, serta penelitian-penelitian terdahulu dalam kajian yang sama.

BAB III, bab ini adalah penjabaran lebih rinci mengenai metode penelitian yang secara garis besar telah dibahas di Bab I. Dalam Bab III, semua prosedur dan tahap persiapan sampai penelitian berakhir. Serta dijelaskan juga mengenai instrumen-instrumen penelitian yang digunakan.

BAB IV, bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian. Bab ini merupakan hasil pengolahan data-data yang sudah diperoleh baik dari hasil observasi, wawancara, studi literatur, maupun dokumentasi. Selain itu, bab ini


(12)

akan dikaitkan juga dengan Bab II yaitu kajian-kajian pustaka yang dijadikan landasan teoretis dalam penelitian yang dikaji.

BAB V, dalam penelitian ini diajikan penafsiran peneliti yaitu berupa kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan atau diperoleh. Selain itu, peneliti juga menuliskan implikasi atau rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya.


(13)

19 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan tersebut sesuai dengan fokus penelitian. Karena dalam pelaksanaannya peneliti akan secara langsung meneliti berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian tersebut, dengan cara mengamati, memahami dan mendeskripsikan Hadro, dengan cara berinteraksi dengan seniman dan pelaku kesenian tersebut. Melalui penggunaan metode ini, diharapkan akan diperoleh gambaran yang jelas dan mendalam tentang Penyajian Kesenian Hadro pada acara mauludan di Desa Bojong kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

Selain itu juga dengan metode ini dapat membantu peneliti mendapatkan informasi yang akurat mengenai data-data di lapangan. Dan juga mempermudah mengolah kembali data yang diperoleh sehingga data yang dihasilkan dapat dipaparkan secara objektif. Hal ini senada dengan pernyatan Best (1982:19) bahwa:

Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini digunakan untuk membuat gambaran secara objektif dari berbagai data berupa tulisan maupun secara lisan yang diamati.

Perolehan data dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi di lapangan, wawancara mendalam, dokumentasi dan kajian literatur yang relevan dengan kajian yang diteliti. Metode ini digunakan untuuk menginterpretasi data yang diperoleh sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.


(14)

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkung Kesenian Hadro Panca Mustika yang ada di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Peneliti memilih Lingkung Kesenian Hadro Panca Mustika karena merupakan satu-satunya Lingkung Kesenian Hadro yang ada di Kabupaten Garut.

B. Definisi Operasional

Guna menghindari kesalahtafsiran terhadap judul penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan-batasan istilah sebagai berikut:

Penyajian : Proses, perbuatan, atau cara menyajikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, 1989:768).

Kesenian Hadro : Jenis kesenian tradisional yang dipadukan dengan seni bela diri. (Ketua Lingkung Seni Hadro Panca Mustika, wawancara Januari 2010)

Mauludan : Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan tujuan data yang diperoleh di lapangan akan lebih mudah dianalisis. Dibantu dengan seperangkat daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara dan catatan observasi. Adapun alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut dari lapangan adalah kamera foto dan alat tulis.


(15)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Teknik opbservasi digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan, yaitu kegiatan observasi yang dilakukan dengan mengamati sumber data penelitian dimana peneliti berperan sebagai pengamat independen dan tidak terlibat di dalam kegiatan yang berlangsung di lokasi penalitian.

Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui gambaran mengenai Penyajian Kesenian Hadro Panca Mustika pada acara mauludan di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Observasi ini dilakukan selama dua bulan, dari bulan Januari hingga bulan Februari 2010. Selama kegiatan observasi, penulis juga melakukan kegiatan pendokumentasian berupa catatan dan foto (terlampir).

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara semiterstruktur, dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara terbuka dan lebih akrab, namun tetap mengacu pada pedoman wawancara (terlampir). Pedoman wawancara tidak mengikat, karena pada pelaksanaannya sering muncul pertanyaan secara spontan, namun tidak melenceng dari konteks pembicaraan.


(16)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan bantuan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan, gambar maupun audio visual dari sumber data. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini sangat diperlukan guna mendapatkan data atau informasi. Data-datanya didokumentasikan melalui rekaman Handycam berupa VCD, audio AMR dan video dari penelitian yang dilaksankan di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut.

4. Studi Literatur

Studi ini dimaksudkan untuk mempelajari dari berbagai sumber kepustakaan yang ada, buku-buku maupun media bacaan lainnya yang berguna dan membantu dalam mencari informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

Sumber-sumber yang dijadikan literatur pada penelitian yang penulis lakukan adalah sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam tujuan penelitian.

Mengamati berbagai perkembangan tentang literatur khususnya dalam bidang seni tradisional di Jawa Barat, sampai saat ini belum banyak ahli yang menulis tentang hal tersebut, begitu pula dengan hasil-hasil penelitiannya Sehingga peneliti merasa kekurangan literatur untuk membahas berbagai permasalahan yang ada, khususnya tentang kesenian Hadro.


(17)

E. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Agar penelitian berhasil dengan baik, perlu dipersiapkan langkah-langkah sebaik mungkin. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi Awal

Peneliti melekukan observasi awal ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, mengetahui sejarah singkat terbentuknya Kesenian Hadro, dan mengetahui sekilas tentang proses penyajian Kesenian Hadro. Observasi ini dilakukan pada bulan Januari 2010.

b. Merumuskan Masalah

Rumusan masalah sangat penting dalam sebuah penelitian. Peneliti harus merumuskan masalah setelah melakukan bebberapa studi pendahuluan. Dengan adanya rumusan masalah, peneliti akan lebih terfokus dan mudah untuk membuat laporan hasil penelitian.

c. Merumuskan Asumsi

Penulis harus merumuskan asumsi atau tanggapan sementara yang pada akhir penelitian akan disesuaikan dengan hasil penelitian.

d. Memilih Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dipilih oleh peneliti sebagai acuan dalam teknik penelitian. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, sehingga dari awal penelitian hingga akhir penelitian, peneliti akan berada dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh hasil penelitian.


(18)

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan persiapan, peneliti melakasanakan penelitian sesuai dengan acuan pada metode penelitian. Selama penelitian, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh di lapangan kemudian mengolah data tersebut dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Proses reduksi data dalam penelitian ini terdiri dari pemilihan hal-hal yang berbuhubungan dengan aspek-aspek penting dalam penelitian, yaitu mengenai Penyajian Hadro pada acara mauludan.

Penyajian data merupakan langkah kedua setelah reduksi data dilakukan oleh peneliti. Penyajian data dikuti oleh proses pengumpulen data-data yang saling berhubungan dengan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diperoleh lebih lanjut sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan.

Setelah diperoleh berupa tulisan baik dari catatan maupun rekaman yang sudah direduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Data-data yang saling berhubungan dikelompokan sehingga terbentuk kelompok-kelompok data yang selanjutnya akan disimpulkan. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data-data hasil penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data yang diperoleh di lapangan.


(19)

3. Penyusunan Laporan Penelitian

Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan peenelitian berupa hasil penelitian yang sebenarnya, yang diperoleh dari lapangan seperti catatan-catatan, hasil wawancara, dokumentasi dan rekaman yang kemudian digambarkan atau dideskripsikan ke dalam tulisan.


(20)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesenian Hadro merupakan kesenian tradisional bernuansa Islam yang tumbuh dan berkembang di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut sejak tahun 1917 hingga saat ini. Lahir dan berkembangnya kesenian Hadro tidak lepas dari tumbuh dan berkembangnya syiar agama Islam.

Pada mulanya kesenian ini berdiri sebagai media untuk penyebaran agama Islam. Namun pada saat ini kesenian Hadro tidak saja sebagai kesenian untuk penyebaran agama Islam tetapi juga sebagai sarana hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Walaupun demikian, hal tersebut tidak merubah nilai-nilai estetika yang terdapat dalam kesenian Hadro. Karena dari dahulu hingga sampai sekarang, tidak terjadi perubahan terhadap melodi dan syair-syair lagu dalam kesenian Hadro.

Syair-syair lagu yang terdapat pada kesenian Hadro diambil dari sebuah kitab yang bernama kitab Al-Barjanji. Makna yang terkandung dari lagu-lagu kesenian Hadro mengandung pesan tentang ajaran agama Islam. Banyaknya lagu yang disajikan pada acara mauludan terdiri dari delapan lagu yaitu: lagu Bismillah, Assalamu, Sholawat, Nawaetu, Taqoballahu, Al-fasallu, Hayu Badan dan lagu Sollurobbuna. Lagu-lagu tersebut dibawakan oleh seorang penyanyi solo (ngahadi) dan kemudian diikuti secara rampak (saur).


(21)

Untuk mengiringi lagu-lagu yang disajikan pada kesenian Hadro digunakan empat buah waditra terebang, satu buah bajidor, dan satu buah tarompet. Dari sekian banyak waditra yang digunakan dalam penyajian kesenian Hadro dapat disimpulkan bahwa: pola tabuh yang digunakan pada kesenian Hadro terdiri dari empat pola tabuh yaitu: pola tabuh Banten, Cirebon, Bingbruk, dan Kincar.

B. Saran

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian terhadap penyajian lagu-lagu dan pola tabuh instrumen kesenian Hadro yang disajikan pada acara mauludan, maka peneliti merasa masih banyak hal lain yang perlu diketahui mengenai kesenian Hadro. Selain itu peneliti berharap agar kesenian Hadro yang masih kurang dikenal dapat lebih diangkat dan dipublikasikan di tengah kehidupan masyarakat luas. Karena kesenian Hadro merupakan salah satu warisan leluhur yang bersifat turun temurun. Sehingga kewajiban kita sebagai generasi muda dan generasi penerus bangsa adalah senantiasa menjaga dan melestarikan kesenian tradisional sebagai kekayaan negara.

Dengan demikian, penelitian akan memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak tertentu yang terkait, diantaranya:

1. Pemerintah daerah setempat

Saran untuk pemerintah daerah setempat agar senantiasa menghargai dan mengakui keberadaan kesenian-kesenian tradisional yang ada. Dengan cara


(22)

mempublikasikannya lewat media, karena kesenian tradisional merupakan salah satu aset daerah yang akan mendukung pertumbuhan otonomi daerah setempat.

2. Para pelaku seni

Bagi para pelaku seni yang selalu menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kesenian tradisional diharapkan mampu menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemerintahan maupun dengan masyarakat luas yang berperan sebagai penikmat seni. Selain itu peneliti berharap para pelaku seni mampu menyajikan kesenian Hadro dengan lebih kreatif. Dalam hal ini diharapkan adanya inovasi dalam penyajian kesenian Hadro.

3. Masyarakat setempat

Saran untuk masyarakat daerah setempat, agar dapat meningkatkan rasa kepedulian dan rasa bangga terhadap kesenian-kesenian tradisional khususnya kesenian Hadro sebagai salah satu warisan kesenian tradisional dan warisan peninggalan agama Islam. Jangan pernah merasa malu untuk menyaksikan atau mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat tradisi.


(23)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Harmoko, dkk. 1996. Indonesia Indah. Buku ke-7 Tari Tradisional Indonesia. Jakarta: Yayasan Harapan Kita.

Hidayana, Iip Sarip. 1997. Lagam Salawat Cirebon. Bandung: STSI Bandung. Kurnia, G dan Nalan, A. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung:

Disbudpar Jawa Barat dan Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD. LBSS. 1981. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Teratai.

Madja, D.H. Nurendah Hamiddi. 1996. Seni Islami sebagai Media Komunikasi. Buletin Kebudayaan Jawa Barat.

Moleong, L. J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Soedarsono, R.M. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soepandi. A. 1998. Kamus Istilah Karawitan. Bandung: Pustaka Buana.

Sukrisnawanti, Diah dan Samsuri Jari. 1993. Seni Sebagai Media Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an Badan Komunikasi Pemuda Mesjid Indonesia.

Wardiana. 2000. Kesenian Hadro Kampung Kulinyar Desa Kudang Wangi Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan persiapan, peneliti melakasanakan penelitian sesuai dengan acuan pada metode penelitian. Selama penelitian, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh di lapangan kemudian mengolah data tersebut dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Proses reduksi data dalam penelitian ini terdiri dari pemilihan hal-hal yang berbuhubungan dengan aspek-aspek penting dalam penelitian, yaitu mengenai Penyajian Hadro pada acara mauludan.

Penyajian data merupakan langkah kedua setelah reduksi data dilakukan oleh peneliti. Penyajian data dikuti oleh proses pengumpulen data-data yang saling berhubungan dengan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil reduksi data untuk diperoleh lebih lanjut sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan.

Setelah diperoleh berupa tulisan baik dari catatan maupun rekaman yang sudah direduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Data-data yang saling berhubungan dikelompokan sehingga terbentuk kelompok-kelompok data yang selanjutnya akan disimpulkan. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data-data hasil penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data yang diperoleh di lapangan.


(2)

25

3. Penyusunan Laporan Penelitian

Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan peenelitian berupa hasil penelitian yang sebenarnya, yang diperoleh dari lapangan seperti catatan-catatan, hasil wawancara, dokumentasi dan rekaman yang kemudian digambarkan atau dideskripsikan ke dalam tulisan.


(3)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesenian Hadro merupakan kesenian tradisional bernuansa Islam yang tumbuh dan berkembang di Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut sejak tahun 1917 hingga saat ini. Lahir dan berkembangnya kesenian Hadro tidak lepas dari tumbuh dan berkembangnya syiar agama Islam.

Pada mulanya kesenian ini berdiri sebagai media untuk penyebaran agama Islam. Namun pada saat ini kesenian Hadro tidak saja sebagai kesenian untuk penyebaran agama Islam tetapi juga sebagai sarana hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Walaupun demikian, hal tersebut tidak merubah nilai-nilai estetika yang terdapat dalam kesenian Hadro. Karena dari dahulu hingga sampai sekarang, tidak terjadi perubahan terhadap melodi dan syair-syair lagu dalam kesenian Hadro.

Syair-syair lagu yang terdapat pada kesenian Hadro diambil dari sebuah kitab yang bernama kitab Al-Barjanji. Makna yang terkandung dari lagu-lagu kesenian Hadro mengandung pesan tentang ajaran agama Islam. Banyaknya lagu yang disajikan pada acara mauludan terdiri dari delapan lagu yaitu: lagu Bismillah, Assalamu, Sholawat, Nawaetu, Taqoballahu, Al-fasallu, Hayu Badan dan lagu Sollurobbuna. Lagu-lagu tersebut dibawakan oleh seorang penyanyi solo (ngahadi) dan kemudian diikuti secara rampak (saur).


(4)

69

Untuk mengiringi lagu-lagu yang disajikan pada kesenian Hadro digunakan empat buah waditra terebang, satu buah bajidor, dan satu buah tarompet. Dari sekian banyak waditra yang digunakan dalam penyajian kesenian Hadro dapat disimpulkan bahwa: pola tabuh yang digunakan pada kesenian Hadro terdiri dari empat pola tabuh yaitu: pola tabuh Banten, Cirebon, Bingbruk, dan Kincar.

B. Saran

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian terhadap penyajian lagu-lagu dan pola tabuh instrumen kesenian Hadro yang disajikan pada acara mauludan, maka peneliti merasa masih banyak hal lain yang perlu diketahui mengenai kesenian Hadro. Selain itu peneliti berharap agar kesenian Hadro yang masih kurang dikenal dapat lebih diangkat dan dipublikasikan di tengah kehidupan masyarakat luas. Karena kesenian Hadro merupakan salah satu warisan leluhur yang bersifat turun temurun. Sehingga kewajiban kita sebagai generasi muda dan generasi penerus bangsa adalah senantiasa menjaga dan melestarikan kesenian tradisional sebagai kekayaan negara.

Dengan demikian, penelitian akan memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak tertentu yang terkait, diantaranya:

1. Pemerintah daerah setempat

Saran untuk pemerintah daerah setempat agar senantiasa menghargai dan mengakui keberadaan kesenian-kesenian tradisional yang ada. Dengan cara


(5)

mempublikasikannya lewat media, karena kesenian tradisional merupakan salah satu aset daerah yang akan mendukung pertumbuhan otonomi daerah setempat.

2. Para pelaku seni

Bagi para pelaku seni yang selalu menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kesenian tradisional diharapkan mampu menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemerintahan maupun dengan masyarakat luas yang berperan sebagai penikmat seni. Selain itu peneliti berharap para pelaku seni mampu menyajikan kesenian Hadro dengan lebih kreatif. Dalam hal ini diharapkan adanya inovasi dalam penyajian kesenian Hadro.

3. Masyarakat setempat

Saran untuk masyarakat daerah setempat, agar dapat meningkatkan rasa kepedulian dan rasa bangga terhadap kesenian-kesenian tradisional khususnya kesenian Hadro sebagai salah satu warisan kesenian tradisional dan warisan peninggalan agama Islam. Jangan pernah merasa malu untuk menyaksikan atau mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat tradisi.


(6)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Harmoko, dkk. 1996. Indonesia Indah. Buku ke-7 Tari Tradisional Indonesia. Jakarta: Yayasan Harapan Kita.

Hidayana, Iip Sarip. 1997. Lagam Salawat Cirebon. Bandung: STSI Bandung. Kurnia, G dan Nalan, A. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung:

Disbudpar Jawa Barat dan Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD. LBSS. 1981. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Teratai.

Madja, D.H. Nurendah Hamiddi. 1996. Seni Islami sebagai Media Komunikasi. Buletin Kebudayaan Jawa Barat.

Moleong, L. J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Soedarsono, R.M. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soepandi. A. 1998. Kamus Istilah Karawitan. Bandung: Pustaka Buana.

Sukrisnawanti, Diah dan Samsuri Jari. 1993. Seni Sebagai Media Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an Badan Komunikasi Pemuda Mesjid Indonesia.

Wardiana. 2000. Kesenian Hadro Kampung Kulinyar Desa Kudang Wangi Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.