KESENIAN RAJA DOGAR KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT.

(1)

Destri Srimulyan, 2013

KESENIAN RAJA DOGAR KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari.

Disusun Oleh: Destri Srimulyani

0700864

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT

Oleh Destri Srimulyani

0700864

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Destri Srimulyani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Destri Srimulyan, 2013

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

JENJANG S-1

KESENIAN RAJA DOGAR KEC. CIBATU KAB. GARUT

Oleh:

DESTRI SRIMULYANI 0700864

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing

Dr. Trianti Nugraheni.S.Sn.,M.Si NIP. 197303161997022001

Pembimbing II

Avo Sunaryo, M.Pd NIP. 197708042005011001 Mengetahui

Ketua Jurusan Seni Tari

Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si. NIP. 195710181985032001


(4)

(5)

iv

Destri Srimulyan, 2013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kesenian Adu Domba yang dikembangan kembali menjadi Kesenian Raja Dogar dan ingin mengetahui secara umum tentang Kesenian Raja Dogar dalam struktur pertunjukkannya.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu sistem, dengan kata lain obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan memaparkan seluruh hasil penelitian sesuai dengan keadaan dilapangan. Metode ini juga membantu kita dalam mengetahui bagaimana caranya mencapai tujuan yang diinginkan.

Kesenian Raja Dogar adalah kesenian dari Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut. Potensi seni khas Desa Keresek, yaitu Kesenian Raja Dogar alias Raja Domba Garut. Dalam proses pembuatan kesenian Raja Dogar ini, Entis Sutisna terinspirasi dari kesenian Adu Domba khas Garut. Dimana kesenian Adu Domba ini mempertunjukan ketangkasan adu domba nyata. Dari situlah Entis Sutisna menciptakan kesenian Raja Dogar yang merupakan perkembangan dari kesenian Adu Domba yang mempertunjukan adu domba yang dimainkan oleh 2 orang dengan memakai kostum domba tiruan. Kesenian Raja Dogar ini, terbentuk pada Tanggal 18 Desember 2005 oleh Bapak Entis Sutisna. Meski terbilang baru kesenian ini, tetapi kesenian ini merupakan Ikon Garut karena kesenian ini sangat berkembang pesat dan banyak yang menyukai kesenian ini, khususnya masyarakat garut, luar kota dan mancanegara.


(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the development of the Adu Domba cultivated back into the Raja Dogar and want to know in general about the structure Raja Dogar show.

In accordance with the subject matter being studied , this study used a qualitative approach , the approach by looking at the object assessment as a system , in other words, the object of study is seen as a unit composed of interrelated elements . The method used in this research is descriptive method of analysis . This method is intended to clarify and explain all the results of the study in accordance with the state of the field. This method also helps us in knowing how to achieve the desired goal.

Art is the art of Raja Dogar Desa Keresek Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Potential art Keresek typical village , namely Arts Raja Raja Dogar is Raja Garut Sheep . In the process of making art is Raja Dogar , Entis Sutisna inspired art and Conquer typical of Garut. Where art and Conquer is a real demonstration of dexterity pitting. From there Entis Sutisna Raja Dogar create art which is the development of art that demonstrates Conquer pitting played by 2 people with artificial sheep costume. Raja Dogar 's art , formed on Date December 18, 2005 by Mr. Entis Sutisna. Although relatively new art , but this art is because Garut Icon art is growing rapidly and many who love this art , especially the arrowroot , outside the city and abroad.


(7)

v

Destri Srimulyan, 2013

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN...i KATA PENGANTAR...ii ABSTRAK...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN...viii DAFTAR TABEL...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Peneliti...5

D. Manfaat Penelitian...5

E. Lokasi dan Subjek Penelitian...6

BAB II LANDASAN TEORETIS...7

A. Kesenian Raja Dogar...7

B. Seni Pertunjukan...10

C. Struktur Pertunjukan Kesenian Raja Dogar...11

BAB III METODE PENELITIAN...18

A. Metode dan Pendekatan Penelitian...18

B. Definisi Oprasional...19

C. Asumsi...19

D. Teknik-teknik Pengumpulan Data...20

E. Instrumen Penelitian...25

F. Teknik Pengolahan Da...27

G. Tahap Penelitian...28

H. Lokasi dan Subjek Penelitian...31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...32

A. Latar Belakang Kesenian Raja Dogar...32

B. Perkembangan Raja Dogar...34

C. Struktur Pertunjukan kesenian Raja Dogar...38

D. Unsur Pertunjukan...41

E. Iringan Musik...45


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...53 A. Kesimpulan...53 B. Saran...55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN SURAT-SURAT


(9)

vii

Destri Srimulyan, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Kesenian Raja Dogar pada Awal Tercipta...36

4.2. Raja Dogar yang Telah Berkembang...36

4.6. Waditra Penca...46

4.7. Terompet Pencak...46

4.8. Kendang...47

4.9. Dog-dog ...48

4.10. Pemusik Raja...49

4.11. Kostum Penari dan Umbul-umbul...50

4.12. Kostum Warna Hit...50

4.13. Kostum Warna Putih...51

4.14. Kostum Wasit...52

4.15. Kostum Bobotoh...52


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara...58

2. Lampiran Gambar...59

1.1. Narasumber Bapak Entis Sutisna dan Bapak Ade Rudiana...59

1.2. Adegan pertunjukan Adu Domba...59

1.3. Para Bobotoh Saat Bermain di Kute Bali 04 Juli 2013...60

1.4. Pada Saat Helaran HUT Garut Tahun 2010...61

1.5. Pemain Kesenian Raja Dogar...62 3. Lampiran Surat-surat


(11)

ix

Destri Srimulyan, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.3. Analisis Perkembangan Kesenian Raja Dogar...37 4.4. Analisis Penyajian Pertunjukan Hiburan dan Helaran...41 4.5. Koreografi Gerak Penari pada Pertunjukan Kesenian Raja Dogar...42


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni Budaya Garut mencakup kepercayaan, norma-norma artistik dan sejarah-sejarah nenek moyang yang tergambarkan melalui kesenian tradisional. Hal ini dapat dilihat dari bahasan yang digunakan tentang kebudayaan masyarakat Garut sama seperti yang diungkap para ahli tentang definisi kebudayaan, salah satunya yang di ungkapkan oleh Robert H Lowie bahwa:

“Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreativitasnya sendiri, melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal atau informal.

(https://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/). Kabupaten Garut kaya akan kebudayaan beragam, di antaranya memiliki kesenian yang lahir dari karya masyarakat penyangganya. Jenis-jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di daerah Garut di antaranya adalah Tari Topeng Koncaran, Surak Ibra, Boboyongan, Lais, Pencak Silat, Dodombaan, Hadro, Bangklung, Pecak ular, Badeng, Raja Dogar dan Debus. Kesenian ini berkembang di kalangan masyarakat dimana sebagian besar mencakup tetang penjajahan zaman dahulu yang digambarkan melalui kesenian tradisional.

Kesenian merupakan aktivitas yang bisa dilakukan dan dinikmati dalam mengolah rasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan serta keselarasan jiwa, baik itu sebagai penikmat seni ataupun sebagai pelaku seni itu sendiri. Begitu juga dengan Kesenian Raja Dogar yang perkembangannya memberikan makna seni yang berbeda dengan jenis kesenian pada umumnya. Kesenian Raja Dogar adalah kesenian dari Desa Kresek Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Potensi seni khas Desa Keresek, yaitu Kesenian Raja Dogar alias Raja Domba Garut. Dalam proses pembuatan kesenian Raja Dogar ini, Entis Sutisna terinspirasi dari kesenian Adu Domba khas Garut. Dimana kesenian Adu


(13)

2

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Domba ini mempertunjukan ketangkasan adu domba nyata. Dari situlah Entis Sutisna menciptakan kesenian Raja Dogar yang merupakan perkembangan dari kesenian Adu Domba yang mempertunjukan adu domba yang dimainkan oleh 2 orang dengan memakai kostum domba tiruan.

Meskipun seni ketangkasaan adu domba memiliki unsur kekerasan dan keindahan. Secara pengertian berdasarkan Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kekerasan adalah prilaku yang ditunjukan untuk menyakiti, melukai atau merusak pihak lain (Dagun, 1997:16). Adapun yang dimaksud dengan keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan, kelompok sifat yang menyenangkan alat indera seperti mata, telinga, dan akal budi keserasian, keseragamaan, proporsional, kesatuan, keragaman, simetris, keunggulan kualitas atau ciri yang menghasilkan kesenangan atau kepuasan estetik (Dagun, 1997:468).

Seni ketangkasan domba Garut merupakan salah satu kesenian daerah Jawa Barat (Sunda) yang masih ada hingga saat ini. Seni ketangkasan domba Garut merupakan kesenian yang diperlagakan dan dipertontonkan. Sebelum seni ketangkasan domba Garut, masyarakat Sunda sudah menggunakan istilah ngadu domba, dilihat dari namanya saja sudah termasuk kesenian yang sangat negatif, dimana kesenian ini memperlihatkan pertarungan dua jenis domba. Tetapi banyak masyarakat yang sangat menyukai kesenian tersebut, karena kesenian ketangkasan domba Garut lahir sebagai kesenian tradisional yang dipengaruhi berbagai aspek, antara lain letak geografis, mata pencaharian, kepercayaan, pola hidup dan pendidikan. Adapun yang menonjol dalam kesenian tradisional ini yaitu mata pencaharian. Masyarakat Sunda sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak yang didukung dengan keadaan geografis sekitarnya. Kehidupannya bersifat agraris dan tradisional yang masih kental dengan nilai-nilai budaya warisan leluhurnya. Keadaan tersebut telah banyak memiliki konstribusi bagi perkembangan seni ketangkasan domba Garut. Awal terbentuknya Kesenian Adu Domba ini, kesenian ini tidak memiliki aturan penilaian dalam pertunjukannya melainkan masyarakat hanya melihat dari segi hiburan ketangkasan domba Garut dan iringan musik gamelan serta bajidorannya saja.


(14)

3

Melihat dari bentuk penyajian seni ketangkasan domba Garut yang sangat jelas terlihat negatif dalam segi “Adu Domba”, maka masyarakat Garut mengubah salah satunya aturan penilaian lebih dititikberatkan kepada keindahan yang dimiliki domba Garut saat dipamidangan yang diiringi kesenian musik tradisional dan lagu-lagu khas Sunda atupun kendang Penca. Dengan demikian seni ketangkasan domba Garut diakui oleh Propinsi Jawa Barat. Dari hal itulah Entis Sutisna tertarik untuk mengembangkan kembali Kesenian Ketangkasaan Domba Garut menjadi Kesenian Raja Dogar yang bertujuan melestarikan kesenian yang secara tidak langsung telah melekat menjadi ciri khas Kabupaten Garut. Dimana ada perbedaan dalam segi penyajian seperti, kesenian ketangkasan domba Garut menyajikan ketangkasaan domba nyata dan penilaian juri dalam pertandingan. Adapun kesenian Raja Dogar menyajikan 4 orang yang memakai kostum Dodombaan yaitu kostum tiruan yang menonjolkan hiburan tanpa ada penilaian juri dalam penyajiannya. Adapun persamaan dari ke dua kesenian tersebut yaitu sama-sama menyajikan adu domba yang memakai wasit dan diiringi oleh musik tradisional atau kendang Penca. Maka dari itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti kesenian Raja Dogar lebih terperinci.

Beberapa mahasiswa Kerja Kontrak Nyata (KKN) Desa Keresek Cibatu Garut sempat menyangka seni Raja Dogar adalah pertunjukan adu domba nyata yang memang merupakan khas Kabupaten Garut. Ternyata seni Raja Dogar ini bukanlah mempertontonkan adu domba Garut yang sebenarnya, domba yang digunakan untuk aduan ini adalah dodombaan alias kostum domba Garut tiruan yang digunakan oleh dua orang. Jadi sebenarnya seni Dogar ini merupakan seni adu domba bukan adu domba sungguhan. Raja Dogar merupakan seni pertunjukan yang mempertontonkan simulasi adu domba yang digabungkan dengan unsur-unsur hiburan maupun komedi dengan diiringi penari dan nayaga (instrumen musik) khas Sunda Kesenian Raja Dogar adalah salah satu kesenian yang ada di kota Garut tepatnya di Kecamatan Cibatu. Kesenian Raja Dogar diciptakan pada tahun 2005 oleh seorang seniman asli Garut Entis Sutisna, dimana kesenian ini masih tergolong kesenian yang sangat muda. Melihat pentingnya pelestarian


(15)

4

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

budaya dan kecintaannya terhadap kesenian, Entis Sutisna membuktikan dengan memperkaya dan melestarikan kesenian tradisional yang telah ada.

Selain melestarikan kesenian yang sudah ada, Entis Sutisna sering mengikuti berbagai acara-acara yang digelar oleh DISBUDPAR Garut untuk memperkenalkan kesenian tersebut, khususnya kepada masyarakat Garut dan umumnya untuk masyarakat Luar Garut. Salah satunya acara Kemilau Nusantara 2007 yang diselenggarakan di Kabupaten Bandung yang mengangkat kesenian-kesenian tradisional, acara tersebut disaksikan oleh semua Perwakilan Daerah yang ada di Jawa Barat. Selain itu juga ada salah satu pertunjukan yang sangat membanggakan bagi Entis Sutisna saat tampil di Istana presiden dan dihadiri oleh Kepala Negara yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan mengikuti acara-acara tersebut Kesenian Raja Dogar mulai dikenal masyarakat banyak dan membuat Entis Sutisna banyak acara untuk tampil kota Garut dan Luar Kota bahkan ke Mancanegara.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai data otentik yang didapat langsung dari lapangan kemudian dideskripsikan dan dianalisis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang Kesenian Raja Dogar, koreografi pertunjukan Kesenian Raja Dogar dan iringan serta busana yang dipergunakan pada Kesenian Raja Dogar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai kemunculan Kesenian Raja Dogar, sehingga dikenal oleh masyarakat. Peneliti tertarik dan akan mengangkat permasalahan Kesenian Raja Dogar tersebut kedalam penelitian yang berjudul KESENIAN RAJA DOGAR KEC. CIBATU KAB. GARUT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti berupaya membatasi masalah-masalah yang akan diteliti, diantaranya meliputi: a. Bagaimana pertunjukan kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu

Kabupaten Garut?

b. Bagaimana struktur pertunjukan kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu kabupaten Garut?


(16)

5

c. Bagaimana unsur gerak, iringan dan busana yang dipergunakan kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini berangkat dari rasa ingin tahu peneliti terhadap kesenian Raja Dogar secara umum, namun selanjutnya diharapkan akan mencapai beberapa tujuan sesuai dengan rumusan masalah di atas, di antaranya sebagai berikut.

a. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai kesenian Raja Dogar Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut.

b. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan latar belakang terciptanya kesenian Raja Dogar Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut.

2. Mendekripsikan struktur koreografi gerak kesenian Raja Dogar Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut.

3. Mendeskripsikan iringan dan busana yang dipergunakan kesenian Raja Dogar Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi semua kalangan yang memperhatikan kesenian tradisional, khususnya bagi masyarakat yang belum mengenal Kesenian Raja Dogar sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang hal-hal yang ada pada Raja Dogar. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung bagi pihak tertentu, diantaranya sebagai berikut.

a. Peneliti

1. Menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan mengenai keberadaan kesenian Raja Dogar Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut.


(17)

6

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan Raja Dogar, baik dari latar belakang terciptanya Raja Dogar, struktur atau koreografi gerak Raja Dogar, serta iringan dan busana yang dipergunakan pada kesenian Raja Dogar Desa. Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut.

3. Selain itu juga penelitian ini bisa menambah pengalaman serta pembelajaran kepada peneliti dengan melakukan penelitian secara langsung.

b. Seniman

Dapat memacu para seniman-seniman yang ada di kota Garut pada khususnya dan seniman-seniman lainnya agar lebih kreatif lagi dalam menciptakan suatu kesenian Tradisional.

c. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Memberikan kontribusi di dalam menambah sumber pustaka yang dapat disajikan dan bacaan bagi para mahasiswa yang masih menimba ilmu di UPI.

d. Masyarakat

Peningkatan rasa bangga dari masyarakat, gambaran informasi tentang Raja Dogar kota Garut, sehingga mampu mengembangkan wawasan dalam budaya.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa. Keresek Kec. Cibatu kab. Garut. Peneliti sengaja memilih lokasi ini untuk dijadikan tempat penelitian, karena di lingkungan inilah kesenian Raja Dogar tumbuh dan berkembang. Sampel atau subjek penelitian ini adalah Raja Dogar, perlu diketahui bahwa dalam perkembangannya Raja Dogar tidak hanya ditampilkan di Garut. “Salah satu pertunjukan yang paling membanggakan saat tampil di Istana Presiden dan disaksikan langsung oleh Pak Susilo Bambang Yudhoyono” dan juga sering ke mancanegara seperti Singapura,dan Malaysia.


(18)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metodologi

Penelitian adalah salah satu kegiatan manusia yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono, (2011:2) bahwa: “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu”.

Dalam hal ini Basrowi & Suwandi (2008) yang ditulis oleh Sugiyono (2005 : 2) dalam bukunya yang berjudul “Memahami Penelitian Kualitatif

menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah objek alamiah atau natural setting, sehingga peneliti kualitatif sering disebut sebagai metode naturalistik. Objek yang alamiah (murni) adalah objek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti, sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, berada di objek, dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Analisis. Metode ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis seluruh hasil penelitian sesuai dengan keadaan di lapangan, dan dalam pengolahan datanya tidak diperlukan statistik, karena tidak mengujicobakan sesuatu. Metode ini juga membantu kita dalam mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan yang diinginkan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan prilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperhensif, dan holistik (Bogdan dan Taylor, 1992: 22).


(19)

19

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak menimbulkan penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka peneliti bermaksud membatasi ruang lingkup yang akan dibahas. Penegasan istilah itu antara lain :

a. Padepokan Raja Dogar

Padepokan Raja Dogar ini berdiri pada tanggal 05 januari 2013. Padepokan ini mengajar dan mencari bibit-bibit baru untuk kesenian Raja Dogar. Di padepokan ini mengajarkan seni pencak silat, seni karawitan, dan seni tari.

b. Kesenian Raja Dogar

Raja Dogar adalah kesenian dari Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Kesenian ini merupakan pengembangan dari Kesenian Dodombaan, dimana kesenian Dodombaan ini menampilkan perunjukan adu domba yang nyata, sedangkan raja dogar menampilkan adu domba tiruan atau kostum tiruan yang dipakai oleh 2 orang, Jadi sebenarnya seni Dogar ini merupakan seni adu domba bukan domba sungguhan. Raja Dogar merupakan seni pertunjukan yang mempertontonkan simulasi adu domba yang digabungkan dengan unsur-unsur hiburan maupun komedi dengan diiringi penari dan nayaga (instrumen musik).

C. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah bahwa Raja Dogar merupakan Kesenian Tradisional baru yang berada di Desa. Keresek Kec. Cibatu dan Raja Dogar diramaikan dan didukung oleh 4 orang yang berperan sebagai domba Garut, 1 orang wasit adu domba, 2 orang Lengser, 6 orang bobotoh (pendukung) yang berpakaian khas Jawara Sunda, 10 orang nayaga

(pemain gamelan), 12 orang penari dan 12 orang pembawa properti Umbul-umbul. Total personil Raja Dogar sebanyak 47 orang.


(20)

20

D. Teknik-teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti, yaitu :

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengambilan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, Sutrisno Hadi (1986) memaparkan dalam buku yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif mengemukakan bahwa: “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation dan non participant observation,

selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi tidak terstuktur dan terstruktur. Seperti yang diungkapkan oleh Nazir (1984: 220) bahwa : “observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang ingin diobservasi hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati”. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan, sedangkan observasi terstruktur adalah observasi yang dilakukan secara sistematis, karena peneliti telah mengetahui aspek-aspek apa saja yang relevan dengan masalah serta tujuannya. Di atas sudah sangat jelas bahwa peneliti pasti akan melakukan observasi langsung dan terstruktur untuk mendapatkan pengalaman secara langsung sekaligus mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mengamati objek penelitian Kesenian Raja Dogar Kec. Cibatu Kab. Garut.

Dalam penelitian Kesenian Raja Dogar ini penulis telah melakukan dua kali observasi, dimana observasi yang pertama penulis lakukan pada tanggal 14 juni 2013 tepatnya pada hari jumat di saat jadwal latihan para pemain di Padepokan Raja Dogar. Pada hari itu peneliti melihat para pemain Kesenian Raja


(21)

21

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dogar, sedang melakukan latihan yang sangat keras sekali dan sangat serius, karena pada latihan kali ini para pemain harus menampilkan pertunjukan yang sangat bagus untuk mempersiapkan pertunjukan di Bali. Pada hari itu, pada saat peneliti mengobservasi latihan para pemain ternyata secara kebetulan ada pihak dari Dinas Kabupaten Garut yang sedang meninjau perkembangan para pemain dalam proses latihan untuk persiapan ke Bali. Pada saat peneliti observasi peneliti melihat suatu proses latihan, sangat banyak beradu pendapat antara pihak DINAS dan Entis Sutisna untuk menjadikan pertunjukan Raja Dogar lebih baik dan menarik. Dalam observasi kali ini peneliti menyimpulkan ternyata perkembangan Kesenian Raja Dogar ini tidak hanya Entis Sutisna saja yang mempunyai andil dan membuat Kesenian Raja Dogar tetapi banyak pihak yang membantu Entis Sutisna memberi masukan atau ide yang sangat bagus untuk menjadikan kesenian yang sangat luar bisa khususnya Agus beliau adalah salah satu dosen STSI Bandung yang peduli untuk perkembangan Kesenian Raja Dogar. dalam pembuat untuk mengembangkan Kesenian Raja Dogar menjadi pertunjukan yang lebih menarik.

Pada observasi yang kedua peneliti lakukan pada tanggal 23 juni 2013 di saat para pemain Kesenian Raja Dogar pentas di acara seminar Seni Budaya yang bertempat di Hotel Paseban Kab. Garut. Pada saat itu pertunjukan dilakukan di

indoor, ternyata banyak sekali perbedaannya dalam segi pertunjukan di indoor dan outdoor. Dimana perbedaan pertunjukan di indoor lebih dipersingkat dalam segi pertunjukannya, tidak ada penampilan para penari dan umbul-umbul serta durasi dalam pertunjukan dipercepat hanya memerlukan waktu 10-15 menit dalam pertunjukannya berbeda dengan di outdoor dimana dalam segi pertunjukannya sangat gebyar jumlah para pemain sangat banyak dan durasinya sangat lama membutuhkan durasi dari 30-45 menit dalam pertunjukannya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara dialog dan tanya jawab. Wawancara dapat digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi


(22)

22

pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti. Teknik pengumpulan data ini mendasar dari pada laporan tentang diri sendiri atau self report. Sutrisno Hadi (1986) yang ditulis oleh Basrowi & Suwandi (2008:141) dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa:

“Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai berikut.

1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti.

Wawancara dilakukan sebagai langkah berikutnya dalam rangka pengumpulan data-data yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah dalam penelitian yang tidak dapat ditemukan melalui kegiatan observasi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara bisa dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon akan selalu terjadi kontak pribadi. Oleh karena itu, wawancara perlu memahami situasi dan kondisi, sehingga dapat memilih waktu yang tepat, kapan, dan dimana harus melakukan wawancara.

Dalam wawancara dan pengamatan peneliti menggunakan wawancara terstruktur, karena peneliti telah menyiapkan pertanyaan yang diajukan secara struktural untuk mendapatkan gambaran secara lebih rinci, sehingga akan tampak kaitannya yang satu dengan yang lainnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara maka pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.


(23)

23

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tanggal 25 juni 2013 peneliti melakukan wawancara pada narasumber yaitu Entis Sutisna sebagai pimpinan dan sekaligus yang memiliki ide pertama kali dalam pembuatan pertunjukan Kesenian Raja Dogar. Peneliti mewawancarai pada narasumber tentang sejarah Kesenian Raja Dogar, struktur pertunjukan Kesenian Raja Dogar dan iringan serta busana yang digunakan pada Kesenian Raja Dogar. Setelah itu peneliti melakukan wawancara pada pemain, pertama kali peneliti mewawancara pemain umbul-umbul, penari dan pemain pencak silat yang berperan sebagai bobotoh. Peneliti mewawancarai tentang gerak yang mereka lakukan disaat pertunjukan apakah mereka melakukan gerakan yang baku atau tidak baku, apakah iringan musiknya memakai musik baku atau secara improvisasi, dan busana apakah yang dipakai para pemain. Setelah itu peneliti mewawancarai pemain yang berperan menjadi dodombaan, dalam segi geraknya apakah geraknya memakai gerak yang baku atau secara spontan, apakah yang dibutuhkan disaat memakai kostum dodombaan agar pemain nyaman dan kuat disaat pertunjukan dan iringn musik apa yang dipakai di saat dodombaan bermain.

c. Studi Pustaka

Dalam penelitian ini tinjauan atau telaah pustaka perlu dilakukan dalam rangka mendapatkan teori-teori, konsep-konsep tertentu yang akan dijadikan dasar kebijakan dalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang diteliti. Data ini bisa didapat dari buku-buku teks, karya ilmiah, maupun penelitian terdahulu. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang teknik penelitian yang diterapkan. Untuk menghindari duplikasi penelitian, maka peneliti akan memaparkan tulisan yang mempunyai titik singgung dengan subjek penelitian.

Buku- buku yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi, teori-teori dan sumber yang membatu dalam pembuatan skripsi diantaranya yaitu : 1. Irno Sukarno Putra (2007). Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut Jawa

Barat.

2. Basrowi & Suwandi (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. 3. F.X Widaryanto (2009). Koreografi.


(24)

24

4. Harry N. Abrams, Publishers, New York (1977). Desmond Morris.

Dalam mencari buku sumber yang berkaitan dengan judul sekrifsi yang penulis agkat sangat banyak sekali hambatan diantaranya :

1. Peneliti mendapatkan buku Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut Jawa Barat, peneliti mengunjungi dan meminta buku sumber kepada pihak Dinas Disbudpar Garut, karena buku itu hak milik Dinas Kabupaten Garut.

2. Peneliti mendapatkan buku Memahami Penelitian kualitatif peneliti harus mengunjungi Perpustakan Umum Kabupaten Garut.

3. Peneliti mendapatkan buku Koreografi, penulis membeli buku itu di Perguruan Tinggi STSI Bandung.

4. Dalam mencari buku Desmond Morris penulis benar-benar sangat kesulitan dimana buku ini tidak ada di Indonesia melainkan ada luar negeri. Akhirnya penulis mendapatkan pinjaman meskipun itu fotocopinya.

d. Dokumentasi

Metode ini merupakan cara mengumpulkan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap.

Dokumen dapat berupa foto dan video dari seseorang. Pendokumentasian merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Alhasil akan lebih lengkap atau dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto atau media audio visual. Tujuan dilakukannya teknik ini yakni untuk mendokumentasikan data responden yang berhubungan dengan kesenian Raja Dogar Kec. Cibatu Kab. Garut.

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens, sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara


(25)

25

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian (Satori dan Komariah, 2010:149).

Berdasarkan pendapat di atas, studi dokumentasi sangat penting untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data atau pendokumentasian adalah sebagai berikut:

1. Kamera Digital

Kamera digital digunakan oleh peneliti untuk memotret gambar, benda-benda serta pelaku dan informan pada saat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan Kesenian Raja Dogar.

2. Handycam

Saat menyaksikan pertunjukan Kesenian Raja Dogar, peneliti merekam rangkaian acara yang dilangsungkan. Dengan tujuan supaya peneliti dapat menyaksikan kembali pertunjukan tersebut, sehingga dapat membantu mengarahkan dalam penulisan.

E. Instrument Penelitian

Guba dan Lincoln (1981 : 128-150) mengemukakan bahwa “peneliti kualitatif sebagai instrumen, karena merupakan perencana penelitian, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian”. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan kunci jawaban atas suatu permasalahan yang sedang dikaji. Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.

Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer) di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.


(26)

26

Kelebihannya antara lain, pertama, peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti lambat laut akan "memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.

Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.

Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisisnya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi di dalam masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah pertama, sungguh tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.

Kedua, pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitivitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".

Ketiga, peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering


(27)

27

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Acara-acara waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.

F. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sangat diperlukan sekali dalam penelitian, karena untuk menyaring data yang sangat penting dan menunjang dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data yang dikemukaan oleh Miles dan Huberman (1992) mencakup tiga langkah yang harus diperhatikan oleh peneliti seperti berikut.

a. Reduksi Data

Reduksi data ini merupakan langkah awal untuk menganalisis data dengan cara menajamkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasai dari catatan-catan yang diperoleh di lapangan sehingga interpretasi bisa ditarik. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang akurat valid dengan cara merangkum, mengklarifikasi dengan fokus dan aspek permasalahan yang diteliti.

1. Penyajian Data

Penyajian data ini merupakan langkah kedua sesudah reduksi, penyajian data merangkum data secara singkat dan real. Penyajian data ini memudahkan untuk peneliti dalam membaca dan menarik kesimpulan dari aspek-aspek yang diteliti, baik secara keseluruhan, maupun secara kategori atau secara kelompok dan selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai data yang didapat.


(28)

28

2. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tujuan utama dari analisis yang telah dilakukan, kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung secara berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang akurat harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya, sehingga validitasnya terjamin.

Seluruh analisis data tersebut dilakukan secara terus menerus dan saling berhubungan dari awal hingga akhir penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak begitu saja mengambil kesimpulan dari suatu informasi melainkan berupaya menggali informasi lebih dalam. Informasi tersebut didapatkan melalui wawancara, observasi dan pustaka, kemudian diolah, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan akhir.

Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan objek yang diamati. Melalui kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, melihat secara langsung aktivitas yang dilakukan (Bogdan dan Taylor, 1992: 21-22).

Berdasarkan teori di atas, maka penelitian kualitatif bisa menghasilkan data yang akurat dan meneliti secara langsung. Begitu pula pada penelitian ini, hasil dari penelitiannya berupa skripsi mengenai Kesenian Raja Dogar Kec. Cibatu Kab. Garut.

G. Tahap-tahap Penelitian

Dalam setiap proses pencapaian suatu tujuan maka didalamnya terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a. Pra Penelitian

Tahap-tahap dalam pra penelitian adalah sebagai berikut.

1. Survei

Survei awal dilakukan untuk menentukan objek yang akan diteliti dan menentukan judul yang akan diajukan kepada dewan skripsi. Kegiatan ini


(29)

29

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan di Paguyuban Bapak Entis Sutisna Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut.

2. Pengajuan Judul

Pada tahapan ini peneliti mengajukan beberapa judul yang kemudian dijelaskan satu per satu dari judul yang diajukan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan judul yang tepat untuk dijadikan penelitian.

3. Penyusunan Proposal

Setelah judul penelitian ditetapkan, maka langkah selanjutnya yaitu penyusunan proposal penelitian yang akan disidangkan.

4. Sidang Proposal

Sidang proposal dilaksanakan pada tanggal 21 januari 2012. Pada tahapan ini dewan skripsi memberikan masukan mengenai fokus permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya dewan skripsi menentukan pembimbing I dan II yang nantinya akan membimbing peneliti dalam penulisan skripsi.

5. Penetapan Pembimbing

Peneliti mengadakan bimbingan dengan pembimbing I dan II sebelum melakukan penelitian ke lapangan.

6. Revisi Proposal

Setelah sidang dilaksanakan maka tahapan selanjutnya adalah revisi proposal sesuai dengan masukan dari dewan skripsi. Setelah proposal direvisi maka proposal akan disahkan oleh pembimbing I, II, dan ketua jurusan, proposal tersebut kemudian dijadikan pengajuan SK untuk melakukan penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas.


(30)

30

b. Pelaksanaan Penelitian

Tahap-tahap dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi awal ke Paguyuban Entis Sutisna sebagai data awal untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai Kesenian Raja Dogar.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan menggunakan beberapa cara dilakukan peneliti pada bulan Januari sampai bulan Juli 2013.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk melengkapi data dan memperjelas untuk validasi penelitian. Dalam langkah ini peneliti menganalisis data-data yang telah diperoleh dan kemudian disusun menjadi sebuah skripsi.

c. Penulisan Hasil Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menuangkan semua data-data yang telah diperoleh dari lapangan yang telah dianalisis ke dalam sebuah deskripsi berupa skripsi. Hasil penelitian akan dipertangguingjawabkan kepada dewan skripsi melalui sidang skripsi guna mengesahkan hasil penelitian tersebut.

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Keresek Kec. Cibatu Kab. Garut. Peneliti sengaja memilih lokasi ini untuk dijadikan tempat penelitian, karena di lingkungan inilah kesenian Raja Dogar tumbuh dan berkembang.


(31)

31

Destri Srimulyan, 2013

Kesenian Raja Dogar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Subjek Penelitian

Sampel atau subjek penelitian ini adalah Paguyuban Entis Sutisna yang bertempat di Desa Keresek Kac. Cibatu Kab. Garut. Perlu diketahui bahwa dalam perkembangannya Kesenian Raja Dogar tidak hanya dipertunjukan di daerahnya sendiri tetapi kesenian ini sudah berkembang pesat mempertunjukan di mancanegara, pertunjukan yang sangat membanggakan yaitu saat di Istana Presiden.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti bisa mengetahui bahwa budaya dan kesenian yang kita miliki sangat banyak dan kaya akan keanekragamannya. Tetapi apabila kita sebagai masyarakatnya sendiri tidak menyukai dan melestarikan kesenian dan budaya yang kita miliki, pastinya kesenian dan budaya yang kita punya akan punah dan tidak akan berkembang. Dengan adanya penelitian tersebut, peneliti bisa menyimpulkan bahwa kita sebagai orang Indonesia harus bisa melestarikan kebudayaan dan kesenian tradisional yang kita miliki, karena kalau bukan kita sebagai masyarakat Indonesia siapa lagi yang bisa melestarikan seni dan budaya milik kita sendiri.

Kesenian yang sudah ada dan berkembang harus kita lestarikan, selain itu kita harus bisa mencontoh bapak Entis Sutisna yang memiliki tekad untuk mengembangkan kesenian yang ada dengan cara membuat kesenian Raja Dogar. Dengan adanya semangat yang tumbuh didiri kita, kita akan bisa mengembangkan kesenian yang ada dan bisa membuat kesenian baru yang memiliki estetika yang tinggi hingga membuat banyk orang tertarik akan kesenian yang kita miliki.

Dengan adanya penelitian, peneliti bisa menyimpulkan lagi, bahwa yang sangat peduli akan kesenian tradisional yaitu masyarakat desa, dimana masyarakat desa sangat kental akan kecintaannya terhadap keseniannya. Berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kota mereka lebih dominan menyukai kesenian luar negeri dibandingkan dengan kesenian lokal.

Berangkat dari keinginannya untuk menuangkan ide karya yang khas dari

daerah Garut maka muncullah gagasan untuk membuat kreasi seni “Raja Dogar”

ini. Raja Dogar dapat diartikan Rajanya Domba Garut, dengan idiom hewan khas bagi masyarakat Garut yakni Domba Garut, Raja Dogar adalah bentuk perwujudan kesenian helaran dan seni pertunjukan. Dalam menciptakan kesenian ini, Entis Sutisna Tidak hanya ingin membuat karya baru tetapi adakeinginan yang kuat juga yaitu menghilangkan pikiran negatif kepada kesenian adu domba yang


(33)

54

Destri Srimulyan, 2013

sering dipakai judi. Dengan begitu Entis Sutisna mengemas kembali penyajian pertunjukannya menjadi sebuah pertunjukan hiburan yang sangat kocak.

Atas dasar keingingan yang kuat dari seorang Entis Sutisna untuk menciptakan seni kreasi yang khas berdasarkan idiom khas Garut, maka realisasinya sejak 18 Desember tahun 2005 bertempat di Cikarag Malangbong Garut Kesenian ini lahir. Sejak itulah dengan gerakannya untuk menggerakkan apresiasi dan respon masyarakat setempat terhadap keberadaan kesenian tradisional, Raja Dogar telah menjadi seni kreasi yang lahir dengan bentuk baru yang mana seacara artistik seni ini tidak lepas dari kekhasan tradisi dan daerah setempat sebagai idiom yang memperkuat terwujudnya kesenian ini.

Kesenian ini adalah kesenian berbentuk Helaran, dimana dalam pertunjukan khasnya adalah adanya Raja Dogar yakni Rajanya Domba Garut yang diwujudkan dengan bentuk seperti Barongan Besar yang berkostum Domba yang sangat besar yang dimainkan 2 orang untuk setiap Domba. Dimana 1 orang bermain dibagian depan (kepala Domba) dan yang 1 lainnya berperan di belakang (ekor domba). Secara dramatik, seni ini menggambarkan suasana perhelatan Adu Domba (pertandingan Domba) sebagai idiom khas daerah Garut dengan penambahan unsur-unsur komikal yang sangat kuat dengan adanya peran-peran para bobotoh dan wasit layaknya dalam sebuah pertanding/Adu Domba.

Raja Dogar diramaikan dan didukung oleh 4 orang yang berperan sebagai domba garut, 1 orang wasit adu domba, 2 orang lengser, 8 orang boboth (pendukung) yang berpakaian khas jawara sunda, 10 orang nayaga/ pemain instrumen musik sunda, 24 orang penari dan 4 orang pembawa properti umbul-umbul. Total personil Raja Dogar sebanyak 56 orang.


(34)

55

B. SARAN

Adapun saran-saran yang penulis tuliskan untuk membangun para kaum muda agar mempunyai semangat dalam mengembangkan kebudayaan yang kita miliki diantaranya :

a. Bagi Masyarakat.

Kita sebagai masyarakat harus bisa melestarikan kebudayaan yang ada dan harus bisa mengembangkan atau membuat kesenian yang baru. Apabila kita tidak bisa menjaga atau melestarikan kesenian kita, pastinya kesenian yang kita miliki akan punah dan kita tidak akan bisa membanggakan negara kita lagi dengan julukan kaya akan budaya karena indonesia lebih terkenal akan kebudayaannya khusnya kesenian.

b. Bagi Jurusan Seni Tari

Jurusan seni tari harus lebih banyak menggali untuk mengetahui kesenian sudah berkembang hingga kesenian yang baru terbentuk karena dengan begitu para mahasiswa-mahasiswa akan mengetahui lebih banyak tentang kesenian-kesenian yang ada di Indonesia.

c. Bagi Seniman

Para seniman harus lebih keras lagi menggali kesenian-kesenian yang baru dan bisa mengembangkan kesenian yang sudah ada agar tidak mengalami kepunahan. Serta memberikan karya-karya yang membanggakan dan memuaskan.

d. Dinas Parawisata Kabupaten Garut

Kepala Dinas Khususnya Kepala Bidang Kesenian harus mencari dan menggali lagi kesenian-kesenian baru dan mengembangkan kesenian yang ada, agar kesenian yang ada terlestarikan.


(35)

56

Destri Srimulyan, 2013

DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku Cetak

Basrowi dkk. (2008). “Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta Caturwati, Endang. (1997). “Tata Rias dan Busana Tari Sunda”. Bandung :

STSI Press.

Dyastriningrum. (2009). “ Antropologi”. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

F.X Widaryanto. (2009). “Koreografi”. Bandung: Jurusan Tari STSI. Harsojo. (1984). “Pengantar Antropologi”. Bandung: Bina Cipta.

Humphrey, Doris, 1983, “Seni Menata Tari” , Terjemahan Sal Murgiyanto. Jakarta: Dewan Kesenian.

Kamaril, C dkk. (1988). “Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan”. Jakarta: Depdikbud.

Khisbiyah,Yayah dkk. (2004). “Apresiasi Seni”. Surakarta: Pusat Studi Budaya. Morris, Desmond. (1977). “Manwatching”. New York: Harry N. A Brams, INC.,

Publishers.

Putra Sukarno Irno. (2007). “Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut Jawa Barat”. Garut: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Soemardjo, Jakob. (2000). “Filsafat Seni”. Bandumg: ITB.

Sumaryono. (2011). “Antropologi Tari”. Yogyakarta: Bp Isi Yogyakarta. Thantawy R,dkk. (2001). “Kamus Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka. Waridi,Bambang Murtiyoso. (2005). “Seni Pertunjukan Indonesia”. Surakarta:

STSI.

Yulianti. (2009). “Pengantar Seni Tari”.Bandung: Cv. Cipta Dea Pustaka. Yulianti. (2009). “Pengantar Seni Musik”. Bandung: Cv. Cipta Dea Pustaka. (2002) “Graget”. Surakarta: STSI


(36)

57

B. Sumber Lain/Internet

http://ethnografer.blogspot.com/2010/01/seni-raja-dogar.html

http://www.syafir.com/2012/10/28/unsur-estetis-tari-dalam-tata-rias-dan-busana http://www.lintasjari.com/2013/07/pengertian-seni-pertunjukan-dan-jenisnya.html

http://wisnunatural.blogspot.com/2012/10/seni-tradisi-ditengah-tengah-masyarakat.html

http://senibudaya.stsibdg.ac.id/index.php?album=foto/musik&image=stsi_f_jwbr_ mu_00028.jpg


(1)

b. Subjek Penelitian

Sampel atau subjek penelitian ini adalah Paguyuban Entis Sutisna yang bertempat di Desa Keresek Kac. Cibatu Kab. Garut. Perlu diketahui bahwa dalam perkembangannya Kesenian Raja Dogar tidak hanya dipertunjukan di daerahnya sendiri tetapi kesenian ini sudah berkembang pesat mempertunjukan di mancanegara, pertunjukan yang sangat membanggakan yaitu saat di Istana Presiden.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti bisa mengetahui bahwa budaya dan kesenian yang kita miliki sangat banyak dan kaya akan keanekragamannya. Tetapi apabila kita sebagai masyarakatnya sendiri tidak menyukai dan melestarikan kesenian dan budaya yang kita miliki, pastinya kesenian dan budaya yang kita punya akan punah dan tidak akan berkembang. Dengan adanya penelitian tersebut, peneliti bisa menyimpulkan bahwa kita sebagai orang Indonesia harus bisa melestarikan kebudayaan dan kesenian tradisional yang kita miliki, karena kalau bukan kita sebagai masyarakat Indonesia siapa lagi yang bisa melestarikan seni dan budaya milik kita sendiri.

Kesenian yang sudah ada dan berkembang harus kita lestarikan, selain itu kita harus bisa mencontoh bapak Entis Sutisna yang memiliki tekad untuk mengembangkan kesenian yang ada dengan cara membuat kesenian Raja Dogar. Dengan adanya semangat yang tumbuh didiri kita, kita akan bisa mengembangkan kesenian yang ada dan bisa membuat kesenian baru yang memiliki estetika yang tinggi hingga membuat banyk orang tertarik akan kesenian yang kita miliki.

Dengan adanya penelitian, peneliti bisa menyimpulkan lagi, bahwa yang sangat peduli akan kesenian tradisional yaitu masyarakat desa, dimana masyarakat desa sangat kental akan kecintaannya terhadap keseniannya. Berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kota mereka lebih dominan menyukai kesenian luar negeri dibandingkan dengan kesenian lokal.

Berangkat dari keinginannya untuk menuangkan ide karya yang khas dari daerah Garut maka muncullah gagasan untuk membuat kreasi seni “Raja Dogar” ini. Raja Dogar dapat diartikan Rajanya Domba Garut, dengan idiom hewan khas bagi masyarakat Garut yakni Domba Garut, Raja Dogar adalah bentuk perwujudan kesenian helaran dan seni pertunjukan. Dalam menciptakan kesenian ini, Entis Sutisna Tidak hanya ingin membuat karya baru tetapi adakeinginan yang kuat juga yaitu menghilangkan pikiran negatif kepada kesenian adu domba yang


(3)

sering dipakai judi. Dengan begitu Entis Sutisna mengemas kembali penyajian pertunjukannya menjadi sebuah pertunjukan hiburan yang sangat kocak.

Atas dasar keingingan yang kuat dari seorang Entis Sutisna untuk menciptakan seni kreasi yang khas berdasarkan idiom khas Garut, maka realisasinya sejak 18 Desember tahun 2005 bertempat di Cikarag Malangbong Garut Kesenian ini lahir. Sejak itulah dengan gerakannya untuk menggerakkan apresiasi dan respon masyarakat setempat terhadap keberadaan kesenian tradisional, Raja Dogar telah menjadi seni kreasi yang lahir dengan bentuk baru yang mana seacara artistik seni ini tidak lepas dari kekhasan tradisi dan daerah setempat sebagai idiom yang memperkuat terwujudnya kesenian ini.

Kesenian ini adalah kesenian berbentuk Helaran, dimana dalam pertunjukan khasnya adalah adanya Raja Dogar yakni Rajanya Domba Garut yang diwujudkan dengan bentuk seperti Barongan Besar yang berkostum Domba yang sangat besar yang dimainkan 2 orang untuk setiap Domba. Dimana 1 orang bermain dibagian depan (kepala Domba) dan yang 1 lainnya berperan di belakang (ekor domba). Secara dramatik, seni ini menggambarkan suasana perhelatan Adu Domba (pertandingan Domba) sebagai idiom khas daerah Garut dengan penambahan unsur-unsur komikal yang sangat kuat dengan adanya peran-peran para bobotoh dan wasit layaknya dalam sebuah pertanding/Adu Domba.

Raja Dogar diramaikan dan didukung oleh 4 orang yang berperan sebagai domba garut, 1 orang wasit adu domba, 2 orang lengser, 8 orang boboth (pendukung) yang berpakaian khas jawara sunda, 10 orang nayaga/ pemain instrumen musik sunda, 24 orang penari dan 4 orang pembawa properti umbul-umbul. Total personil Raja Dogar sebanyak 56 orang.


(4)

55

B. SARAN

Adapun saran-saran yang penulis tuliskan untuk membangun para kaum muda agar mempunyai semangat dalam mengembangkan kebudayaan yang kita miliki diantaranya :

a. Bagi Masyarakat.

Kita sebagai masyarakat harus bisa melestarikan kebudayaan yang ada dan harus bisa mengembangkan atau membuat kesenian yang baru. Apabila kita tidak bisa menjaga atau melestarikan kesenian kita, pastinya kesenian yang kita miliki akan punah dan kita tidak akan bisa membanggakan negara kita lagi dengan julukan kaya akan budaya karena indonesia lebih terkenal akan kebudayaannya khusnya kesenian.

b. Bagi Jurusan Seni Tari

Jurusan seni tari harus lebih banyak menggali untuk mengetahui kesenian sudah berkembang hingga kesenian yang baru terbentuk karena dengan begitu para mahasiswa-mahasiswa akan mengetahui lebih banyak tentang kesenian-kesenian yang ada di Indonesia.

c. Bagi Seniman

Para seniman harus lebih keras lagi menggali kesenian-kesenian yang baru dan bisa mengembangkan kesenian yang sudah ada agar tidak mengalami kepunahan. Serta memberikan karya-karya yang membanggakan dan memuaskan.

d. Dinas Parawisata Kabupaten Garut

Kepala Dinas Khususnya Kepala Bidang Kesenian harus mencari dan menggali lagi kesenian-kesenian baru dan mengembangkan kesenian yang ada, agar kesenian yang ada terlestarikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku Cetak

Basrowi dkk. (2008). “Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta Caturwati, Endang. (1997). “Tata Rias dan Busana Tari Sunda”. Bandung :

STSI Press.

Dyastriningrum. (2009). “ Antropologi”. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

F.X Widaryanto. (2009). “Koreografi”. Bandung: Jurusan Tari STSI. Harsojo. (1984). “Pengantar Antropologi”. Bandung: Bina Cipta.

Humphrey, Doris, 1983, “Seni Menata Tari” , Terjemahan Sal Murgiyanto. Jakarta: Dewan Kesenian.

Kamaril, C dkk. (1988). “Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan”. Jakarta: Depdikbud.

Khisbiyah,Yayah dkk. (2004). “Apresiasi Seni”. Surakarta: Pusat Studi Budaya. Morris, Desmond. (1977). “Manwatching”. New York: Harry N. A Brams, INC.,

Publishers.

Putra Sukarno Irno. (2007). “Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut Jawa Barat”. Garut: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Soemardjo, Jakob. (2000). “Filsafat Seni”. Bandumg: ITB.

Sumaryono. (2011). “Antropologi Tari”. Yogyakarta: Bp Isi Yogyakarta. Thantawy R,dkk. (2001). “Kamus Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka. Waridi,Bambang Murtiyoso. (2005). “Seni Pertunjukan Indonesia”. Surakarta:

STSI.

Yulianti. (2009). “Pengantar Seni Tari”.Bandung: Cv. Cipta Dea Pustaka. Yulianti. (2009). “Pengantar Seni Musik”. Bandung: Cv. Cipta Dea Pustaka. (2002) “Graget”. Surakarta: STSI


(6)

57

B. Sumber Lain/Internet

http://ethnografer.blogspot.com/2010/01/seni-raja-dogar.html

http://www.syafir.com/2012/10/28/unsur-estetis-tari-dalam-tata-rias-dan-busana http://www.lintasjari.com/2013/07/pengertian-seni-pertunjukan-dan-jenisnya.html

http://wisnunatural.blogspot.com/2012/10/seni-tradisi-ditengah-tengah-masyarakat.html

http://senibudaya.stsibdg.ac.id/index.php?album=foto/musik&image=stsi_f_jwbr_ mu_00028.jpg