KESENIAN REBANA ASEP SEREPET DI DESA CIRAPUHAN KECAMATAN SELAAWI KABUPATEN GARUT.

(1)

KESENIAN REBANA ASEP SEREPET DI DESA CIRAPUHAN

KECAMATAN SELAAWI KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Musik

Oleh

Risa Hidayah 0901677

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

KESENIAN REBANA ASEP

SEREPET

DI DESA CIRAPUHAN KECAMATAN

SELAAWI KABUPATEN GARUT

Oleh Risa Hidayah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Risa Hidayah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KESENIAN REBANA ASEP SEREPET DI DESA CIRAPUHAN KECAMATAN SELAAWI KABUPATEN GARUT

RISA HIDAYAH 0901677

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Dewi Suryati Budiwati, M.Pd NIP. 196204221986092001

Pembimbing II

Toni Setiawan Sutanto, S. Pd. M. Sn. NIP.197405012001121002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik

Dr. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd NIP. 197303262000031003


(4)

ABSTRAK

KESENIAN REBANA ASEP SEREPET DI DESA CIRAPUHAN KECAMATAN SELAAWI KABUPATEN GARUT. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur pertunjukkan dan teknik permainan rebana Asep Serepet. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan fenomena dan kondisi naturalistik melalui bantuan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Data yang terkumpul diolah melalui triangulasi untuk direduksi, dianalisis dan diverifikasi. Kesenian rebana Asep Serepet merupakan hasil kreativitas Asep Rahmat (Asep Serepet). Nama Serepet didapat karena cara jalan Pak Asep yang seserepetan (cepat) dan kurang terkontrol akibat penglihatannya yang kurang berfungsi. Kesenian rebana ini biasa dipertunjukkan tidak hanya untuk mengiringi lagu-lagu bernuansa Islam, tetapi juga dapat mengiringi lagu-lagu pop Sunda dan dangdut dalam mengisi hiburan pada berbagai acara yang disesuaikan dengan kondisi. Temuan hasil penelitian tentang struktur pertunjukkan kesenian rebana ini terdiri dari urutan pertunjukkan meliputi pembuka, isi, penutup, dan elemen pertunjukkan mencakup instrumen yang digunakan, posisi rebana, tempat dan waktu perunjukkan,tata busana, tata rias, lagu-lagu, dan pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet. Teknik permainan rebana yang digunakan, secara garis besar memiliki empat teknik, yaitu teknik tepak, teknik tepuk, serta teknik sintreuk dan teknik sorodot.

Kata kunci: Kesenian Rebana

THE ART OF REBANA BY ASEP SEREPETAT CIRAPUHAN VILLAGE OF SELAAWI SUB-DISTRICT BY GARUT REGENCY. The purposes of this research was to descript the showing structure and playing technic of tambourine from Asep Serepet. The research method that is used was descriptive qualitative approach to describe the phenomenon and naturalistic conditions through assistance in the form of data collection techniques of observation, interviews, documentation and literature studies. The collected data is processed through a triangulation to be reduced, analyzed and verified. The Art of Rebana by Asep Serepet was the result of Asep Rahmat creativity (Asep Serepet).Name Serepet obtained because of the way the road Mr. Asep “seserepetan” (fast) and poorly controlled due to the lack of functional vision. The Art of rebana was performed not only to accompany the songs nuances of Islam, but also to accompany the pop songs dangdut in Sundanese and entertainment fill the various events that are tailored to the conditions. The result findings research about the showing structure by the art of rebana was consist of the opening, contents, closing, and the performance element were consist of instruments that was used, rebana position, place and performance time, fashion , makeup, songs, and performing arts rebanaAsep Serepet. The techniques of rebana playing were used an outline has four techniques, namely slap technique, pat techniques, as well as engineering and technical sinteruk, sorodot.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 4

E.Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A.Konseptual Kesenian ... 7

B.Seni Pertunjukkan ... 8

1.Konsep Seni Pertunjukkan ... 8

2.Struktur Pertunjukkan ... 9

3.Materi Seni Pertunjukkan ... 10

4.Penyajian Seni Pertunjukkan Musik ... 10

5.Fungsi Seni... 11

6.Kreasi Seni ... 13

C.Kesenian Rebana ... 14

D.Teknik Memainkan Instrumen ... 16


(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 19

B.Metode Penelitian ... 19

C.Definisi Operasional ... 23

D.Instrumen Penelitian ... 23

E.Teknik Pengumpulan Data ... 24

1.Observasi... 24

2.Wawancara ... 25

3.Studi Dokumentasi ... 27

4.Studi Pustaka ... 27

F.Analisis Data ... 28

1.Reduksi Data ... 29

2.Display Data atau Penyajian Data ... 29

3.Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A.Hasil Penelitian ... 31

1.Profil Asep Serepet ... 31

2.Perjalanan Asep Serepet dalam Kesenian Rebana ... 34

3.Struktur Pertunjukkan Kesenian Rebana Asep Serepet ... 39

a.Urutan Pertunjukkan ... 39

b.Elemen-elemen Pertunjukkan ... 40

4.Teknik Permainan Rebana Asep Serepet ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A.Kesimpulan ... 71

B.Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang muncul dan berkembang sebagai produk dan aktifitas kehidupan manusia termasuk didalamnya cipta, rasa, dan karsa. Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan, kesenian akan bergerak dan berkembang apabila kebudayaan mengalami perubahan.

Dalam sejarah perkembangan manusia, kesenian berubah dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Perubahan atas dasar pemenuhan kebutuhan manusia merangsang para pelaku seni untuk mengikuti perkembangannya karena kebutuhan manusia tidak selamanya sama. Kebutuhan manusia pada tahun 1980-an dengan 1990-an akan berbeda. Bahkan, kebutuhan manusia pada awal tahun 2007 dengan kebutuhan manusia di akhir tahun 2007 bisa saja berbeda. Hal ini dikarenakan seni lahir bersama-sama dengan manusia yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Namun, perkembangan tersebut tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan yang menjadi ruang lingkup hidup manusia itu sendiri.

Perkembangan manusia di bidang sosial, iptek, dan ekonomi juga mempengaruhi terhadap perkembangan seni. Seperti perubahan sosial budaya yang merangsang posisi kesenian untuk terus berkreasi, guna memenuhi selera pasar yang selalu berkembang. Selain itu di era ekonomi kreatif (kreativitas menjadi industri), para seniman dihadapkan pada persaingan untuk mendapat intensif dari hasil pementasan seni. Hal ini menuntut seniman untuk berfikir kreatif yaitu mengungkap dan menemukan jawaban dalam menghadapi persoalan-persoalan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengikuti perkembangan tersebut diperlukan suatu kreativitas agar tercipta kreasi yang dapat diterima masyarakat. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan kesenian bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru atau penemuan-penemuan baru (kreativitas) para pelaku seni menghadapi situasi dan kondisi yang berkembang di


(8)

masyarakat. Maka, timbul dan tumbuhnya kreativitas yang diciptakan individu tidak luput dari pengaruh manusia itu sendiri dan masyarakat tempat individu tersebut hidup.

Kreativitas dimiliki setiap orang meskipun tingkatannya tidak sama atau berbeda-beda. Secara sederhana kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan produk baru yang unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya. Produk baru yang dimaksud dapat berupa ide maupun karya nyata berdasarkan pemikiran yang relatif berbeda. Dengan kata lain, kreativitas merupakan kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang baru sebagai hasil karya yang menciptakan perubahan dari unsur-unsur yang ada, berupa gagasan maupun karya nyata dan menunjukkan orisinalitas dalam berfikir yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Asep Serepet dalam kesenian Rebana.

Asep Serepet adalah seorang kreator seni yang melahirkan bentuk kesenian baru dengan menggunakan Rebana. Pemikirannya yang kreatif, mampu menciptakan kesenian rebana yang berbeda dengan kesenian rebana pada umumnya. Dengan hasil kreativitasnya kesenian tersebut berhasil menarik simpati masyarakat sekitar. Terbukti dengan banyaknya permintaan dari masyarakat untuk menggunakan jasa Asep Serepet menampilkan permainan rebana dalam berbagai acara perhelatan umum. Hal ini juga membuktikan eksistensi kesenian rebana dapat terjaga dalam komunitas manusia atau masyarakat pendukungnya yang memberikan tempat kesenian tersebut untuk hidup dan berkembang.

Kreativitas Asep Serepet dalam kesenian rebana banyak memberikan dampak positif baik bagi Asep Serepet sendiri maupun masyarakat umum. Popularitas dan nilai komersil merupakan salah satu yang di dapat Asep Serepet dari kesenian tersebut. Sementara bagi masyarakat, Kesenian rebana Asep Serepet mampu meningkatkan apresiasi yang cukup tinggi. Dengan kretivitas tersebut juga mampu memberikan warna baru bagi perkembangan kesenian, khususnya kesenian rebana.

Kesenian Rebana merupakan seni musik islami karena lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu bernafaskan keislaman. Kesenian Rebana biasa dimainkan oleh


(9)

3

tiga sampai sembilan pemain dalam satu grup. Permainannya adalah saling melengkapi antara pemain satu dengan pemain yang lainnya atau saling bersahutan. Asep Serepet menciptakan sesuatu yang kreatif dan unik dalam kesenian rebana. Keunikan kesenian Rebana yang dilakukan oleh Asep Serepet adalah keterampilan dalam teknik atau cara menabuh rebana. Asep Serepet memainkan pola tabuhan beberapa Rebana dengan ritme atau tempo yang teratur sendirian.

Pertunjukkan Kesenian rebana Asep Serepet sering disebut dengan kesenian Rebana tunggal, karena beberapa alat/instrumen dimodivikasi menjadi satu kesatuan dan dimainkan oleh sendiri, tidak menggunakan personil lain kecuali hanya pelengkap. Permainan Rebana yang disuguhkan Asep Serepet biasanya digunakan untuk mengiringi lagu dengan syair berbahasa Arab seperti sholawat yang diambil dari kitab Barjanzi atau lagu-lagu berbahasa Indonesia dan berbahasa daerah yang bernuansa keislaman. Akan tetapi tidak hanya itu, Asep Serepet juga dapat mengiringi lagu-lagu lainnya yang populer dimasyarakat seperti lagu-lagu ber-genre pop sunda, dangdut, dll.

Kesenian Rebana yang dimainkan oleh Asep Serepet memiliki ciri khas terutama di dalam memainkan pola-pola tabuhan rebana. Dia bisa mengkreasikan berbagai tabuhan rebana sebagai hasil kreasinya sendiri. Keunikan dan kekhasannya dalam memainkan rebana, Asep Serepet dapat mempertunjukkan kemampuannya dalam menyajikan lagu-lagu secara tunggal dengan media rebana yang terdiri dari lima buah. Bahkan pada saat mempertunjukkan kebolehannya, selalu menggunakan media tambahan dengan tam-tam. Kesenian Rebana tunggal yang dilakukan Asep Serepet belum pernah dilakukan oleh musisi lainnya, khususnya di wilayah Kabupaten Garut. Oleh karena itu, pertunjukkan kesenian Rebana Asep Serepet menjadi style atau gaya tersendiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap potensi yang ada pada kesenian Rebana tunggal tersebut. Ketertarikan peneliti akan diwujudkan dalam bentuk kegiatan penelitian dengan judul Kesenian rebana Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut dengan harapan, hasil temuan dari penelitian ini berguna bagi para pecinta seni secara menyeluruh,


(10)

selain dapat menambah repertoir khasanah kesenian daerah yang tumbuh dan berkembang di Indonesia khususnya di wilayah Pasundan.

Penelitian ini dilakukan karena kekhawatiran peneliti akan punahnya Kesenian rebana Asep Serepet tanpa adanya bukti nyata keberadaan kesenian tersebut. Selain itu, Kesenian rebana Asep Serepet layak untuk diapresiasi mengingat kesenian tersebut telah memberikan kontribusi bagi dunia seni, dan outputnya juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi atau referensi bagi perluasan wawasan seni mengenai alat musik perkusi di dunia pendidikan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang diangkat adalah tentang Bagaimana Kesenian rebana Asep Serepet Di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka secara spesifik dibuatlah pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet?

2. Bagaimana teknik permainan rebana Asep Serepet?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kesenian rebana Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut.

Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menggambarkan dan menjawab pertanyaan penelitian tentang:

1. Struktur pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet.

2. Teknik permainan rebana Asep Serepet.

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Setelah dilakukan penelitian dan memperoleh hasil penelitian, diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak. Pihak tersebut antara lain: 1. Peneliti, dapat menambah pengalaman langsung dalam mengkaji, juga dapat


(11)

5

Asep Serepet, serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan seni, terutama kesenian tradisional.

2. Lembaga Akademik

a. Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai kesenian Rebana guna memperkaya ilmu pengetahuan tentan seni tradisional bagi para akademik Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI.

b. Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan khususnya di wilayah

Garut, sebagai dokumentasi atas pelestarian kesenian tradisional daerah bahwa Kesenian rebana Asep Serepet layak dipertahankan bahkan dikembangkan untuk sumber ajar dan peningkatan pariwisata cabang seni.

3. Masyarakat

a. Pelaku seni rebana (Asep Serepet), diharapkan menjadikan suatu motivasi untuk terus berkreasi, melestarikan, dan mengembangkan kesenian Rebana.

b. Penikmat Kesenian Rebana/ Apresiator, sebagai bahan informasi bagi semua

masyarakat, tentang kesenian rebana Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut, sehingga masyarakat lebih termotivasi untuk turut berapresiasi dan ikut melestarikan kesenian rebana.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca tentang penelitian ini, maka peneliti membuat struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA dengan ruang lingkup masalah Konseptual Kesenian, Seni Pertunjukkan (Konsep, Struktur, Materi, Penyajian, Fungsi Seni Kreasi Seni) Kesenian Rebana, Teknik Memainkan Alat dan Teknik Vokal.


(12)

BAB III METODE PENELITIAN meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN mendeskripsikan mengenai: Profil Asep Serepet, Perjalanan Asep Serepet dalam Kesenian Rebana, Struktur Pertunjukkan Kesenian Rebana Asep Serepet dan Teknik Permainan Rebana Asep Serepet.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN merupakan kesimpulan atas keseluruhan pembahasan skripsi ini juga berisi saran-saran atau rekomendasi.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini bertepatan di kediaman narasumber kesenian Rebana tunggal yaitu Pak Asep yang berada di Jalan Selaawi Rt.06 Rw.02 Kampung Cigadung Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi penelitian dipilih karena berdasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:

1. Hubungan transportasi lokasi penelitian tidak terlalu sulit, oleh karena itu lokasi penelitian tersebut sangat memungkinkan dilakukan penelitian;

2. Secara teritorial keadaan budaya masyarakat lebih islami sehingga

menumbuhkan kehidupan yang kondusif sebab di daerah tersebut merupakan lingkungan pesantren;

3. Domisili peneliti tidak terlalu jauh dari lokasi penelitian.

Adapun subjek penelitian ini yakni kesenian rebana Asep Serepet. Kesenian rebana Asep Serepet ini memiliki keunikan tersendiri yaitu penyajian kesenian rebana yang berbeda dibanding dengan kesenian rebana pada umumnya. Asep Serepet mampu memainkan beberapa rebana secara tunggal sehingga kesenian ini menjadi khas yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji. Subjek penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa keberadaan peneliti dan Asep Serepet ada keterikatan dalam ikatan kelembagaan yaitu di Pesantren Alfadlillah Bl. Limbangan Kabupaten Garut. Dengan demikian, proses penelitian berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian sangat diperlukan metode yang tepat untuk mendapatkan data yang akurat. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskripif yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada berupa kajian naturalisik yaitu melihat situasi nyata, terbuka, dan tidak ada rekayasa. Seperti yang dikemukakan Sukmadinata (2005: 73) bahwa “Penelitian deskriptif tidak


(14)

memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya”.

Pernyataan tersebut sesuai dengan maksud penggunaan metode deskriptif pada penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan, menggambarkan teknik permainan rebana dan perwujudan Kesenian rebana Asep Serepet dalam menyajikan pertunjukkan permainan Rebana sebagaimana adanya tanpa rekayasa (naturalistik). Dengan demikian, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Kesenian rebana Asep Serepet yang berbeda dibandingkan dengan kesenian rebana pada umumnya. Yaitu, adanya kekhususan pada permainan rebana Asep Serepet yang dipertunjukkan sebagai musik pengiring lagu, baik lagu berbahasa Arab, Indonesia, dan Sunda yang bernuansa Islam, maupun lagu pop Sunda dan Dangdut yang sedang berkembang di masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasar pada data-data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Pendekatan kualitatif ini peneliti gunakan berdasar pada pertimbangan bahwa metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah dengan responden, yaitu Asep Serepet.

Untuk mempermudah langkah yang ditempuh, peneliti membuat alur kegiatan penelitian untuk menggambarkan serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan. Adapun alur kegiatan tersebut peneliti gambarkan dengan diagram sebagai berikut:


(15)

21

Diagram 3.1

Alur kegiatan penelitian kesenian rebana Asep Serepet diadaptasi dari model Dewi Suryati Budiwati, 2013

Dari diagram tersebut tanda panah dari observasi langsung menuju pada penyusunan laporan penelitian. Dalam hal ini penelitian ini bisa lakukan hanya dengan melakukan observasi kemudian mengambil kesimpulan dan menyusun hasil observasi menjadi sebuah laporan penelitian. Adapun penelitian yang dilakukan dalam penyusunan laporan ini meliputi beberapa tahap yang terdiri dari:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan menghimpun data yang didapat melalui penglihatan dan pendengaran peneliti. Dalam kegiatan observasi ini juga dilakukan pemilihan lokasi penelitian dan orientasi dengan subjek penelitian

Observasi Merumuskan

Masalah Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan Data Penyusunan

Laporan Penelitian


(16)

sebagai observasi awal. Orientasi ini merupakan tahap persiapan pengumpulan data dengan menempuh langkah-langkah berikut:

a. Melakukan pendekatan, yaitu mengadakan konsultasi kepada Pak Asep yang

menjadi pemain Rebana tunggal di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut untuk mendapatkan kesediaan dilakukannya penelitian;

b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian; dan

c. Membina hubungan baik dengan responden sebelum pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Merumuskan Masalah

Setelah kegiatan observasi, peneliti mulai melakukan perumusan masalah mengenai topik penelitian agar penelitian tidak terlalu luas dan dapat terpusat atau fokus pada permasalahan yang akan diteliti. Dalam kegiatan ini peneliti membuat dan menyusun instrumen penelitian untuk mempermudah pada kegiatan pelaksanaan penelitian berlangsung, yaitu dengan mempersiapkan pedoman observasi, observasi dan pendokumentasian yang diperlukan mengenai Kesenian rebana Asep Serepet;

3. Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini dilakukan implementasi instrumen penelitian yaitu melakukan observasi dan kegiatan wawancara dengan informan terkait serta pendokumentasian mengenai keseluruhan kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini tidak bersifat kaku, peneliti menyesuaikan dengan situasi lapangan dari kesediaan narasumber.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung dengan menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data atau display data, kemudian melakukan analisis data sebelum akhrinya mengambil kesimpulan dan verifikasi data.

5. Penyusunan Laporan Penelitian

Penyusunan laporan penelitian merupakan tahapan yang ditempuh setelah melakukan pengolahan data, yaitu memaparkan hasil penelitian ke dalam tulisan


(17)

23

untuk dijadikan karya ilmiah. Hasil penelitian tersebut berupa catatan-catatan, hasil wawancara, dokumentasi dan rekaman yang diperoleh dari lapangan dan kemudian dideskripsikan atau digambarkan sebagai hasil laporan penelitian. Gambaran umum mengenai penyusunan hasil penelitian, peneliti melaporkan dengan sistematika penulisan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku.

6. Desiminasi

Desiminasi merupakan langka akhir yang dilakukan setelah melaksanakan serangkaian tahapan penelitian, yaitu pertanggungjawaban atas laporan kegiatan penelitian yang dilakukan.

C. Definisi Opreasional

Untuk menyamakan persepsi/ judul yang dipergunakan, peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan istilah-istilah yang digunakan:

1. Kesenian

Kesenian sebagai pedoman bagi pemenuhan kebutuhan integratif, yang bertalian dengan keindahan, berfungsi mengintegrasikan berbagai kebutuhan tersebut menjadi satu kesatuan sistem yang diterima oleh cita rasa yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pembenaran secara moral dan penerimaan akal fikiran warga masyarakat pendukungnya (Rohidi, 2000: 30).

2. Rebana

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Rebana adalah gendang pipih bundar yang dibuat dari tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu bagiannya diberi kulit (Alya, 2009: 610).

D. Instrumen Penelitian

Untuk menunjang masalah yang diteliti, digunakan instrumen penelitian dengan berpedoman pada:


(18)

Pedoman observasi di sini adalah dengan melihat, mengamati dan menganalisis data-data penelitian yang dijadikan sumber bagi peneliti pada kesenian rebana untuk penyusunan karya ilmiah ini.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara pada instrumen penelitian ini merupakan pedoman pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat informasi mengenai masalah yang berhubungan dengan kesenian Rebana, terutama dalam aspek yang diteliti yaitu terkait perwujudan dan teknik permainan rebana Asep Serepet.

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi ini merupakan data yang didapat dari lapangan baik berupa catatan tertulis maupun berupa audio dan audio visual.

Pada pelaksanaannya, pedoman tersebut dapat berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian diperlukan sejumlah data yang dapat menunjang terhadap masalah yang diteliti untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

1. Observasi

Metode Observasi adalah suatu metode yang dilakukan untuk mengamati sesuatu, seseorang, suatu lingkungan, atau situasi secara tajam terinci, dan mencatatnya secara akurat ... (Rohidi, 2011: 182). Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke lapangan. Kegiatan ini berfungsi untuk mengamati Kesenian rebana Asep Serepet. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi pasif yang berarti peneliti hanya sebagai pengamat atau observator.


(19)

25

Observasi pertama dilakukan pada tanggal 29 April 2013 untuk melihat lokasi kesenian tersebut yang bertempatan di Jalan Selaawi Kampung Cigadung Rt.06 Rw.02 Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut. Selain itu juga berbincang-bincang dengan Pak Asep selaku pemain rebana tunggal sebagai orientasi atau pendekatan awal. Kemudian membicarakan permasalahan yang akan diteliti serta meminta izin kepada beliau untuk mengadakan penelitian pada kesenian rebana Asep Serepet.

Observasi kedua dilakukan di kediaman Pak Asep untuk mendapat informasi mengenai keseharian Pak Asep sebagai pemain rebana tunggal. Kemudian mengamati sepak terjang Pak Asep dalam kesenian rebana ini hingga sekarang.

Observasi atau pengamatan berikutnya dilaksanakan dengan agenda untuk mengamati pertunjukkan kesenian gaya Asep Serepet yang bertempat di daerah Bandung Jl. Muh. Toha pada acara perayaan pernikahan. Pada observasi kali ini peneliti diperkenalkan dengan anggota lainnya yang ikut serta membantu dalam pertunjukkan Kesenian rebana Asep Serepet.

Observasi selanjutnya yang merupakan observasi terakhir dilaksanakan di kediaman Pak Asep untuk mendapatkan data tambahan lainnya mengenai Kesenian rebana Asep Serepet. Pada kesempatan ini, peneliti mendapat data-data mengenai instrumen dan properti yang digunakan dengan mengamati permainan rebana Asep Serepet dalam mengiringi lagu.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kejadian yang oleh peneliti tidak dapat diamati sendiri secara langsung, baik karena tindakan atau peristiwa yang terjadi di masa lampau ataupun karena peneliti tidak diperbolehkan hadir di tempat kejadian itu (Rohidi, 2011: 208). Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapat


(20)

keterangan, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan informan terkait yang tidak dapat digali pada kegiatan observasi.

Dalam kegiatan ini, peneliti menggunakan telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang disusun secara sistematis meskipun dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel. Dengan menggunakan teknik wawancara ini, peneliti mendapatkan kejelasan data-data yang dilakukan pada kegiatan observasi. Kegiatan wawancara disesuaikan dengan waktu observasi, karena dalam pelaksanaan melakukan observasi, peneliti sekaligus melakukan wawancara dengan narasumber. Namun, pada kegiatan ini peneliti menyesuaikan agenda wawancara dengan situasi dan kondisi narasumber.

Wawancara awal penelitian ini berlangsung pada tanggal 29 April 2013, bertempat di kediaman Pak Asep di Jl. Selaawi Kampung Cigadung Rt.06 Rw.02 Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut. Adapun Bapak Asep sendiri merupakan pelaku atau pemain rebana tunggal yang menjadi narasumber pada penelitian ini. Wawancara awal ini dilakukan hanya sebatas orientasi atau pendekatan awal mengenai maksud peneliti dan untuk mendapat kesediaan Pak Asep dilakukannya penelitian.

Gambar 3.3


(21)

27

(Dokumentasi Risa, 2013)

Kegiatan wawancara selajutnya disesuaikan dengan kegiatan observasi yang telah dikemukan diawal pembahasan observasi. Wawancara kedua dilakukan di kediaman Pak Asep. Pertanyaan yang diajukan kepada beliau adalah mengenai keseharian Pak Asep selaku pemain rebana tunggal. Dalam kesempatan ini, peneliti juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar sepak terjang Pak Asep dalam kesenian rebana ini.

Wawancara berikutnya dilakukan kepada anggota atau pemain yang mendukung pertunjukkan Kesenian rebana Asep Serepet. Kesempatan ini dilaksanakan ketika peneliti diperkenalkan dengan para pemain tersebut disela-sela istirahat pada saat pertunjukkan. Pertanyaan yang diajukan seputar kegiatannya selama bergabung dengan Kesenian rebana Asep Serepet.

Pada wawancara selanjutnya, peneliti lakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data tambahan lainnya mengenai alat-alat yang digunakan pada kesenian rebana, proses pertunjukkan dan pertunjukkan Kesenian rebana Asep Serepet berlangsung.

3. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, semua data yang ditemukan di lokasi penelitian dihimpun mulai dari data dokumentasi yang ditemukan di lokasi berupa video pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet sampai pendokumentasian melalui perekam audio, video dan foto. Hal ini dimaksudkan untuk membantu mengumpulkan data yang sangat penting untuk dikaji dalam memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kamera sebagai alat pengumpulan data berupa foto dan video, serta menggunakan telepon genggam sebagai alat pengumpulan data berupa audio. Dokumentasi dilakukan pada saat observasi, diantaranya mengambil saat wawancara dan pertunjukkan dilaksanakan.


(22)

4. Studi Pustaka

Teknik ini merupakan langkah kerja dalam mencari landasan teoritis yang peneliti jadikan pedoman dalam penulisan penelitian ini. Tahap pengumpulan data dari sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, majalah, skripsi, maupun hasil-hasil relevan yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi pustaka yang dilakukan hanya untuk memahami dan mendukung tulisan ataupun anggapan peneliti mengenai perwujudan dan teknik permainan rebana Asep Serepet. Adapun buku yang menjadi rujukan, yaitu:

1. Buku Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental karya Djelantik dan Buku Paradigma Pendidikan Seni karya Jazuli mengenai Konsep Seni

2. Buku Seni Pertunjukkan Indonesia karya Jacob Sumardjo mengenai seni pertunjukkan

3. Buku Bermain Rebana karya Mus. K. Wirya mengenai rebana.

F. Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dilaksanakan, dan terus menerus mulai dari pengumpulan data hingga akhir penelitian. Analisis data dilakukan dengan kegiatan mengatur, mengurutkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data-data sesuai kelompoknya. Setelah semua data terkumpul secara detail, baik dalam bentuk catatan, rekaman atau bentuk lainnya, kemudian menganalisis data dengan langkah-langkah berikut:

a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi. Serta mengadakan pemilihan data yang benar-benar representatif, relevan dengan tujuan penelitian.

b. Menganalisis data dengan menyesuaikan dan membandingkan antara data hasil lapangan dengan literatur atau sumber lain serta dokumen yang menunjang sehingga menghasilkan beberapa kesimpulan kemudian di pilah-pilah untuk disesuaikan dengan topik kajian utama yang diteliti dan menghasilkan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.


(23)

29

c. Memaparkan laporan/ penyusunan laporan kegiatan yang merupakan kegiatan

akhir dari penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam proses analisis data pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi konsep dari model Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011; 337-345), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Kegiatan reduksi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara merangkum catatan-catatan lapangan dengan memilah hal-hal pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan informasi dari lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai. Adapun aspek-aspek permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini meliputi Kesenian rebana Asep Serepet terutama tentang perwujudan yaitu mengenai bentuk dan struktur pertunjukkan serta teknik permainan rebana Asep Serepet. Dalam kegiatan ini, peneliti memilah dan mengelompokkan catatan-catatan yang berhubungan dengan teknik permainan rebana serta kelengkapan proses berlangsungnya pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet.

2. Penyajian Data atau Display Data

Langkah selanjutnya setelah melakukan kegiatan reduksi data adalah penyajian data atau display data. Display data ini merupakan sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan data hasil penelitian dan kemudian mengambil suatu kesimpulan. Adapun penyajian data/display data


(24)

dalam penelitian ini adalah menyajikan data-data kesenian rebana Asep Serepet mengenai teknik permainan rebana dan struktur pertunjukkan yaitu urutan pertunjukkan meliputi pembuka, isi, penutup dan elemen pertunjukkan meliputi instrumen yang digunakan, posisi rebana, tata panggung, tata rias, tata busana, lagu-lagu, serta pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data yang didapat kemudian menyesuaikan dan membandingkan data hasil peneilitian di lapangan dengan literatur berupa teori atau sumber yang menunjang sehingga memberikan kemungkinan dilakukan penarikan kesimpulan.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Kegiatan menganalisis data dilakukan untuk pengambilan kesimpulan. Hal ini untuk memberikan gambaran secara pasti masalah yang diteliti. Setelah melakukan penarikan kesimpulan, kemudian memverifikasi data, yaitu kegiatan mempelajari kembali data-data yang telah terkumpul dengan meminta pertimbangan atau pendapat berbagai pihak yang relevan terhadap penelitian yang sedang diteliti agar memiliki validasi yang tinggi. Adapun yang menjadi kesimpulan dan diverifikasi dalam penelitian ini adalah adanya kesenian rebana yang berbeda dengan kesenian rebana lainnya yakni kesenian rebana Asep Serepet.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kesenian rebana Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut, yang diselenggarakan pada acara syukuran pernikahan, dapat disimpulkan bahwa kesenian rebana Asep Serepet merupakan salah satu seni pertunjukkan yang unik dan memiliki ciri khas sehingga mampu menarik perhatian masyarakat. Keunikan tersebut dilihat dari cara memainkan rebana yang berbeda dengan kesenian rebana pada umumnya, yaitu Asep Serepet memainkan lima rebana berikut satu buah tam-tam dengan memposisikan rebana-rebana tersebut pada stand rebana dan dimainkan oleh kedua tangannya. Selain itu, kesenian rebana ini memiliki ciri khas dengan mampu mengiringi lagu-lagu pop Sunda dan dangdut. Secara khusus diungkap kesimpulannya sebagai berikut:

1. Struktur Pertunjukkan Kesenian Rebana Asep Serepet

Pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet memiliki urutan pertunjukkan dan elemen-elemen pertunjukkan tersendiri. Meskipun tidak begitu mencolok, urutan pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet terdiri atas pembuka, isi dan penutup. Sedangkan elemen-elemen pertunjukannya terdiri dari instrumen yang berbeda dengan kesenian rebana pada umumnya, yaitu adanya stand rebana. Sehingga memiliki posisi rebana dan posisi pemain tersendiri. Selain itu waktu dan tempat, serta pertunjukkannya lebih fleksibel, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi penyelenggara. Kesenian rebana Asep Serepet juga menggunakan tata rias dan tata busana yang disesuaikan dengan tata kesopanan untuk mendukung pertunjukkannya.

2. Teknik Permainan Rebana Asep Serepet

Secara garis besar, pada permainan rebana Asep Serepet terdapat beberapa teknik yang digunakan, antara lain:

a. Teknik Tepak, yaitu teknik memainkan rebana dengan memukul bagian pinggir instrumen/waditra.


(26)

b. Teknik Tepuk, yaitu teknik memainkan rebana dengan memukul bagian dalam/permukaan tengah instrumen/waditra.

c. Teknik “sintreuk”, yaitu teknik memainkan rebana dengan cara nyintreuk (Istilah Sunda) menggunakan semua jari tangan sehingga menghasilkan bunyi

“trak”.

d. teknik “sorodot”, yaitu teknik memainkan tamtam besar dengan cara menekan kulit tamtam hingga ke tengah permukaan tam-tam menggunakan sikut kiri (nyorodot) dan tangan tangan menepuk-nepuk bagian kulit lainnya dari tam-tam tersebut.

B. Saran

Keberlangsungan kesenian ditentukan oleh masyarakat pendukungnya, jika masyarakat pendukungnya tetap menjaga dan melestarikan kesenian tersebut maka akan tetap hidup pada generasi selanjutnya, namun jika sebaliknya, generasi berikutnya tidak akan mengetahui seni pertunjukkan yang pernah ada sebelumnya. Diharapkan setelah melakukan penelitian tentang kesenian rebana gaya Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut ini, beberapa pihak terkait turut menjaga dan melestarikan seni pertunjukkan yang ada di Indonesia, untuk itu peneliti mengemukakan beberapa saran, antara lain:

1. Dengan potensi yang dimiliki Asep Serepet, agar melakukan kaderisasi untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian tersebut.

2. Kalangan akademis, agar tetap berupaya untuk terus menumbuhkembangkan

keberadaan kesenian di Indonesia, tidak hanya dengan jalur skripsi sehingga kesenian tetap terjaga dan lestari.

3. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, agar terus membantu melestarikan kesenian dengan terus menerus memantau, mengembangkan, melindungi, keberadaan kesenian agar bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.

4. Dengan adanya kesenian rebana Asep Serepet, masyarakat diharapkan


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Alya, Q. (2009). Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: PT. Indah Jaya Adipratama. Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI

(Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).

_________________. (1990). Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Gunara, S. (2008). ”Manfaat Pendidikan Musik Bagi Anak”. Jurnal Seni dan Pengajarannya. 15. (1). 19-26.

Jamalus dan Busroh. (1991). Pendidikan Kesenian I (Musik). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Jazuli, M. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa University Press.

Kubarsah, U. (1995). Waditra, Mengenal Alat-alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna.

Kusmayati, H. dkk. (2006). Seni Pertunjukkan. Jakarta: Buku Antar bangsa. Milyartini, R. (2008). “Modul Pembelajaran Kreativitas Untuk Anak Usia Dini”.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Paul, D. R. (2012). Kitab 13 Jurus Rahasia Teknik Vokal. Surabaya: Improve. Pemerintah DKI. (2000). Rebana Burdah dan Biang. Dinas Kebudayaan Prop.

DKI Jakarta.

Rohidi, T. R. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung. STISI Press.

__________. (2000). Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Penerbit Nuansa. __________. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima

Nusantara.

Satya, B. D. S. (2013). Teknik Dasar Bernyanyi untuk Sekolah Dasar dan Menengah. Yogyakarta: ANDI.

Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukkan. Jakarta. Sinar Harapan. __________. (2002). Seni Pertunjukan. Jakarta: Buku Antar Bangsa.


(28)

Soedarsono, R. M. (2000). Seni Pertunjukan Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soepandi, A. (1977). Dasar-Dasar Teori Karawitan. Bandung: Lembaga Kesenian Bandung.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung. ITB

__________. (2001). Seni Pertunjukkan Indonesia. Bandung: STSI Press Bandung.

Supanggah, R. (2002). Bothekan Karawitan I. Jakarta: MSPI

Sukmadinata, S. N. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rosda. Wirya, K. M. (1984). Bermain Rebana. Jakarta: CV Yasaguna.

Hasil Penelitian

Budiwati, D. S. (2003). Tembang Sunda Cigawiran: Sosialisasi Nilai-nilai Budaya dan Fungsi Tembang Sunda Cigawiran pada Kehisupan Masyarakat Cigawir. Tesis Program Pascasarjana UNS Semarang: tidak diterbitkan.

Sumber Website

Alfian, M. (2006). “Seni Pertunjukan dalam perspektif Sejarah: Musik Keroncong di Indonesia”. Makalah pada Seminar Sejarah, Yogyakarta. [Online] Tersedia:

http://www.javanologi.info/main/themes/pdf/SENI_PERTUNJUKAN_DA LAM_PERSPEKTIF_SEJARAH-Meli.pdf [5 Mei 2013]

Sinaga, S. S. (2006). “Fungsi dan Ciri Kesenian Rebana di Pantura Jawa Tengah”. Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. 8. (3) [Online] Tersedia:http//journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/736 /665 [5 Mei 2013]

Tn. (2012). Rebana Alat Musik Tradisional. [online]. Tersedia:


(1)

29

Risa Hidayah, 2014

Kesenian Rebana Asep Serepet Di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Memaparkan laporan/ penyusunan laporan kegiatan yang merupakan kegiatan akhir dari penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam proses analisis data pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi konsep dari model Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011; 337-345), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Kegiatan reduksi data pada penelitian ini dilakukan dengan cara merangkum catatan-catatan lapangan dengan memilah hal-hal pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan informasi dari lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai. Adapun aspek-aspek permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini meliputi Kesenian rebana Asep Serepet terutama tentang perwujudan yaitu mengenai bentuk dan struktur pertunjukkan serta teknik permainan rebana Asep Serepet. Dalam kegiatan ini, peneliti memilah dan mengelompokkan catatan-catatan yang berhubungan dengan teknik permainan rebana serta kelengkapan proses berlangsungnya pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet.

2. Penyajian Data atau Display Data

Langkah selanjutnya setelah melakukan kegiatan reduksi data adalah penyajian data atau display data. Display data ini merupakan sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan data hasil penelitian dan kemudian mengambil suatu kesimpulan. Adapun penyajian data/display data


(2)

30

dalam penelitian ini adalah menyajikan data-data kesenian rebana Asep Serepet mengenai teknik permainan rebana dan struktur pertunjukkan yaitu urutan pertunjukkan meliputi pembuka, isi, penutup dan elemen pertunjukkan meliputi instrumen yang digunakan, posisi rebana, tata panggung, tata rias, tata busana, lagu-lagu, serta pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data yang didapat kemudian menyesuaikan dan membandingkan data hasil peneilitian di lapangan dengan literatur berupa teori atau sumber yang menunjang sehingga memberikan kemungkinan dilakukan penarikan kesimpulan.

3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Kegiatan menganalisis data dilakukan untuk pengambilan kesimpulan. Hal ini untuk memberikan gambaran secara pasti masalah yang diteliti. Setelah melakukan penarikan kesimpulan, kemudian memverifikasi data, yaitu kegiatan mempelajari kembali data-data yang telah terkumpul dengan meminta pertimbangan atau pendapat berbagai pihak yang relevan terhadap penelitian yang sedang diteliti agar memiliki validasi yang tinggi. Adapun yang menjadi kesimpulan dan diverifikasi dalam penelitian ini adalah adanya kesenian rebana yang berbeda dengan kesenian rebana lainnya yakni kesenian rebana Asep Serepet.


(3)

Risa Hidayah, 2014

Kesenian Rebana Asep Serepet Di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kesenian rebana Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut, yang diselenggarakan pada acara syukuran pernikahan, dapat disimpulkan bahwa kesenian rebana Asep Serepet merupakan salah satu seni pertunjukkan yang unik dan memiliki ciri khas sehingga mampu menarik perhatian masyarakat. Keunikan tersebut dilihat dari cara memainkan rebana yang berbeda dengan kesenian rebana pada umumnya, yaitu Asep Serepet memainkan lima rebana berikut satu buah tam-tam dengan memposisikan rebana-rebana tersebut pada stand rebana dan dimainkan oleh kedua tangannya. Selain itu, kesenian rebana ini memiliki ciri khas dengan mampu mengiringi lagu-lagu pop Sunda dan dangdut. Secara khusus diungkap kesimpulannya sebagai berikut:

1. Struktur Pertunjukkan Kesenian Rebana Asep Serepet

Pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet memiliki urutan pertunjukkan dan elemen-elemen pertunjukkan tersendiri. Meskipun tidak begitu mencolok, urutan pertunjukkan kesenian rebana Asep Serepet terdiri atas pembuka, isi dan penutup. Sedangkan elemen-elemen pertunjukannya terdiri dari instrumen yang berbeda dengan kesenian rebana pada umumnya, yaitu adanya stand rebana. Sehingga memiliki posisi rebana dan posisi pemain tersendiri. Selain itu waktu dan tempat, serta pertunjukkannya lebih fleksibel, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi penyelenggara. Kesenian rebana Asep Serepet juga menggunakan tata rias dan tata busana yang disesuaikan dengan tata kesopanan untuk mendukung pertunjukkannya.

2. Teknik Permainan Rebana Asep Serepet

Secara garis besar, pada permainan rebana Asep Serepet terdapat beberapa teknik yang digunakan, antara lain:

a. Teknik Tepak, yaitu teknik memainkan rebana dengan memukul bagian pinggir instrumen/waditra.


(4)

72

b. Teknik Tepuk, yaitu teknik memainkan rebana dengan memukul bagian dalam/permukaan tengah instrumen/waditra.

c. Teknik “sintreuk”, yaitu teknik memainkan rebana dengan cara nyintreuk (Istilah Sunda) menggunakan semua jari tangan sehingga menghasilkan bunyi

“trak”.

d. teknik “sorodot”, yaitu teknik memainkan tamtam besar dengan cara menekan kulit tamtam hingga ke tengah permukaan tam-tam menggunakan sikut kiri (nyorodot) dan tangan tangan menepuk-nepuk bagian kulit lainnya dari tam-tam tersebut.

B. Saran

Keberlangsungan kesenian ditentukan oleh masyarakat pendukungnya, jika masyarakat pendukungnya tetap menjaga dan melestarikan kesenian tersebut maka akan tetap hidup pada generasi selanjutnya, namun jika sebaliknya, generasi berikutnya tidak akan mengetahui seni pertunjukkan yang pernah ada sebelumnya. Diharapkan setelah melakukan penelitian tentang kesenian rebana gaya Asep Serepet di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut ini, beberapa pihak terkait turut menjaga dan melestarikan seni pertunjukkan yang ada di Indonesia, untuk itu peneliti mengemukakan beberapa saran, antara lain:

1. Dengan potensi yang dimiliki Asep Serepet, agar melakukan kaderisasi untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian tersebut.

2. Kalangan akademis, agar tetap berupaya untuk terus menumbuhkembangkan keberadaan kesenian di Indonesia, tidak hanya dengan jalur skripsi sehingga kesenian tetap terjaga dan lestari.

3. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, agar terus membantu melestarikan kesenian dengan terus menerus memantau, mengembangkan, melindungi, keberadaan kesenian agar bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.

4. Dengan adanya kesenian rebana Asep Serepet, masyarakat diharapkan mempunyai rasa memiliki terhadap nilai budaya lokal tersebut.


(5)

Risa Hidayah, 2014

Kesenian Rebana Asep Serepet Di Desa Cirapuhan Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alya, Q. (2009). Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: PT. Indah Jaya Adipratama. Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI

(Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).

_________________. (1990). Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Gunara, S. (2008). ”Manfaat Pendidikan Musik Bagi Anak”. Jurnal Seni dan Pengajarannya. 15. (1). 19-26.

Jamalus dan Busroh. (1991). Pendidikan Kesenian I (Musik). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Jazuli, M. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa University Press.

Kubarsah, U. (1995). Waditra, Mengenal Alat-alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna.

Kusmayati, H. dkk. (2006). Seni Pertunjukkan. Jakarta: Buku Antar bangsa. Milyartini, R. (2008). “Modul Pembelajaran Kreativitas Untuk Anak Usia Dini”.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Paul, D. R. (2012). Kitab 13 Jurus Rahasia Teknik Vokal. Surabaya: Improve. Pemerintah DKI. (2000). Rebana Burdah dan Biang. Dinas Kebudayaan Prop.

DKI Jakarta.

Rohidi, T. R. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung. STISI Press.

__________. (2000). Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Penerbit Nuansa. __________. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima

Nusantara.

Satya, B. D. S. (2013). Teknik Dasar Bernyanyi untuk Sekolah Dasar dan Menengah. Yogyakarta: ANDI.

Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukkan. Jakarta. Sinar Harapan. __________. (2002). Seni Pertunjukan. Jakarta: Buku Antar Bangsa.


(6)

Soedarsono, R. M. (2000). Seni Pertunjukan Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soepandi, A. (1977). Dasar-Dasar Teori Karawitan. Bandung: Lembaga Kesenian Bandung.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung. ITB

__________. (2001). Seni Pertunjukkan Indonesia. Bandung: STSI Press Bandung.

Supanggah, R. (2002). Bothekan Karawitan I. Jakarta: MSPI

Sukmadinata, S. N. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rosda. Wirya, K. M. (1984). Bermain Rebana. Jakarta: CV Yasaguna.

Hasil Penelitian

Budiwati, D. S. (2003). Tembang Sunda Cigawiran: Sosialisasi Nilai-nilai Budaya dan Fungsi Tembang Sunda Cigawiran pada Kehisupan Masyarakat Cigawir. Tesis Program Pascasarjana UNS Semarang: tidak diterbitkan.

Sumber Website

Alfian, M. (2006). “Seni Pertunjukan dalam perspektif Sejarah: Musik Keroncong di Indonesia”. Makalah pada Seminar Sejarah, Yogyakarta. [Online] Tersedia:

http://www.javanologi.info/main/themes/pdf/SENI_PERTUNJUKAN_DA LAM_PERSPEKTIF_SEJARAH-Meli.pdf [5 Mei 2013]

Sinaga, S. S. (2006). “Fungsi dan Ciri Kesenian Rebana di Pantura Jawa Tengah”. Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. 8. (3) [Online] Tersedia:http//journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/736 /665 [5 Mei 2013]

Tn. (2012). Rebana Alat Musik Tradisional. [online]. Tersedia: