PENGARUH EFEKTIVITAS PELATIHAN DAN PROFESIONALISME PENGAWAS TERHADAP KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA DI PROVINSI PAPUA.

(1)

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN………... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

ABSTRAK………... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

LAMPIRAN-LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah………...… 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah………... 1. Batasan Masalah ... 2. Rumusan Masalah... 8 8 8 C. Tujuan Penelitian………... 1. Tujuan Umum... 2. Tujuan Khusus... 9

9 10 D. Manfaat Penelitian ………... 10

E. Asumsi Dasar... F. Defenisi Operasional... G. Kerangka Pikir dan Fokus Penelitian ... 1. Kerangka Pikir ... 2. Fokus Penelitian... H. Hipotesis ………... 12 14 15 15 16 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA………...……..…... 23

A. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 1. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia... 2. Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia ... 23 23 31 B. Efektifitas Pelatihan ... 33


(2)

C. Profesionalisme Pengawas ... 1. Konsep Profesionalisme Pengawas ... 2. Kompetensi Profesionalisme Pengawas ...

47 47 52 D. Kinerja Pengawas Pendidikan Agama ... 72 E. Hubungan Efektifitas Pelatihan dan Profesionalisme

Terhadap Kinerja Pengawas Pendidikan Agama... F. Kajian Terdahulu Yang Relevan...

96 99 BAB III METODE PENELITIAN………... 101 A. Metode Penelitian ………...………. 101 B. Variabel Penelitian………...……… 103 C. Populasi dan Sampel Penelitian………...

1. Populasi ………...

2. Sampel ………..………

108 108 110 D. Instrumen Penelitian………...……. 115 E. Teknik Pengolahan Data………...……

1. Uji Validitas... 2. Uji Reliabilitas...

116 117 118 F. Teknik Analisis Data

1. Uji Hipotesis ………....……… 2. Jadwal Penelitian ………...…....

124 124 125 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ……...…… 126

1. Hasil Penelitian……….

2. Pembahasan Penelitian...

126 150 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN

REKOMENDASI…………...…… 1. Kesimpulan... 2. Implikasi... 3. Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN... RIWAYAT HIDUP... 159 159 162 163 165 169 266


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik membutuhkan manusia sebagai sumber daya pendukung utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu lembaga dalam mencapai tujuan, akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang ada didalamnya. Salah satu sumber daya manusia dalam lembaga pendidikan yang mempunyai peran penting terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah pengawas pendidikan.

Surat Keputusan Menpan No. 118/1996 Bab 1 pasal 1 angka (I) tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dinyatakan bahwa:

Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawas an di sekolah dengan melakukan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar, dan menengah (Depag, RI. 2003: 18).

Mengacu pada SK Menpan tersebut, maka pengawas sekolah di lingkungan Departemen Agama , yaitu:

Pengawas pendidikan agama adalah pegawai negeri sipil di lingkungan departemen agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh terhadap pelaksanaan pendidikan agama di sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan melakukan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Depag, RI, 2003: 19).


(4)

Dengan tugas dan tanggung jawab yang telah digariskan tersebut, menunjukkan bahwa peran Pengawas pendidikan agama dalam peningkatan mutu pendidikan agama sangat penting, karena berkaitan dengan pembentukan keimanan dan ketaqwaan peserta didik sebagai generasi penerus bangsa sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, untuk dapat berperan sebagaimana yang diharapkan, maka Pengawas pendidikan agama perlu diberdayakan untuk dapat merealisasikan tugas pokok yang menjadi tanggung jawabnya. Siahaan et. al (2006: 26) mengemukakan:

Setiap organisasi berupaya melakukan pemberdayaan personilnya. Pemberdayaan ini akan bermanfaat sehingga setiap personil menyadari apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan mengetahui kepada siapa ia mempertanggung jawabkan sekaligus melaporkan kinerjanya.

Pemberdayaan pengawas pendidikan agama dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan tentang kepengawas an baik secara teoritis maupun praktis. Hal ini penting dalam rangka peningkatan sumber daya pengawas yang berimplikasi pada peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama. Dengan demikian diharapkan dapat berkontribusi positif dalam penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum.

Untuk memenuhi harapan tersebut, Pengawas pendidikan agama penting untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kepengawas an dan mengetahui metode atau cara untuk melakukan pekerjaan tersebut, sesuai dengan konsep dan teori supervisi sehingga pengawas pendidikan agama dapat menampilkan kinerja yang baik, sesuai dengan tugas, peran dan fungsi supervisi pendidikan. “Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya” (Wibowo, 2009: 7).


(5)

Pengertian diatas menggambarkan bahwa, agar suatu pekerjaan mempunyai hasil yang baik, maka seseorang dalam melakukan pekerjaan perlu mengetahui bentuk suatu pekerjaan dan memahami teknik mengerjakan pekerjaan tersebut. Demikian pula bagi pengawas pendidika agama, perlu melengkapi diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan tugas kepengawas an yang dilakukannya. Pengetahuan dan keterampilan ini sangat penting, karena dapat membentuk prilaku yang positif bagi pengawas dalam melaksanakan tugas. Prilaku positif dapat berpengaruh pada pencapain hasil kerja yang memuaskan baik bagi personal pengawas maupun bagi organisasi, yaitu dalam bentuk prestasi. Rukmana (2008:10) mengatakan bahwa “Kinerja merupakan wujud dari prilaku seseorang atau organisasi yang berorientasi pada prestasi”

Agar kinerja Pengawas pendidikan agama berorientasi pada prestasi individu maupun organisasi, dituntut untuk memahami dan menguasai bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang salah satunya dapat dilakukan melalui efektivitas pelatihan. Efektivitas pelatihan sangat berpengaruh pada peningkatan kinerja individu dalam suatu organisasi. Simamora (2001: 349) mengemukakan bahwa “Program pelatihan yang efektif adalah bantuan yang penting dalam perencanaan karier dan sering dipandang sebagai penyembuh penyakit-penyakit organisasional”. Disamping itu, efektivitas pelatihan dilakukan agar tercapainya kesesuaian antara kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pengawas dengan bidang tugasnya yang memungkinkan meningkatnya kinerja yang lebih baik. Lebih lanjut Simamora (2001: 362) menjelaskan :


(6)

Sebagian besar program pelatihan dimaksudkan untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan kinerja. Kekurangan kinerja (performance deficiency) berkenaan dengan ketidakcocokan antara perilaku aktual dengan perilaku yang diharapkan. Jika seorang karyawan tidak berprestasi pada tingkat yang diharapkan, terjadi penyimpangan pelaksanaan.

Kementerian Agama telah melakukan langkah-langkah nyata dalam bentuk pendidikan dan pelatihan atau diklat bagi pengawas , sebagaimana dikemukakan oleh Tim Direktorat Jenderal Departemen Agama, sebagai berikut:

Dalam rangka memberdayakan dan sekaligus meningkatkan profesionalisme Pengawas pendidikan agama sebagai pejabat fungsional ,maka upaya pembinaan terus ditingkatkan dan dikembangkan, baik volume, frekuensi maupun bentuk-bentuknya. (Depag. 2003: 52).

Peningkatan profesionalisme tersebut, dimaksudkan agar para pengawas memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas kepengawas an sesuai dengan kaedah-kaedah keilmuan dan kepatuhan profesional. Pelatihan bagi Pengawas pendidikan agama diperlukan karena pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki belum menjamin bahwa pengawas serta merta dapat melaksanakan tugas dengan hasil memuaskan. Para pengawas masih memerlukan pelatihan tentang berbagai tugas pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka, baik untuk peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki maupun untuk memperoleh keterampilan-keterampilan yang baru. Siagian (2008: 189) Menjelaskan bahwa:

Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam program pelatihan adalah mengajarkan keterampilan tertentu yang pada umumnya berupa keterampilan baru yang belum dimiliki oleh para pekerja padahal diperlukan dalam pelaksanaan tugas dengan baik. Mungkin pula pelaksanaan program pelatihan dimaksudkan untuk mengajarkan pengetahuan baru. Bahkan sangat mungkin yang diperlukan adalah perubahan sikap dan perilaku dalam pelaksanaan tugas.


(7)

Pendapat diatas menjelaskan tentang pentingnya program pelatihan dalam jabatan (inservice training) bagi pegawai atau karyawan untuk mendapatkan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang belum dimiliki sebelumnya, maupun untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki sehingga dalam melaksanakan tugas dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Demikian pula bagi Pengawas pendidikan agama, efektivitas pelatihan dimaksudkan agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam kegiatan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme dalam melaksanakan tugas sebagai supervisor.

Profesionalisme pengawas pendidikan agama merupakan tuntutan, agar lebih mampu memberikan bantuan layanan kepada guru pendidikan agama dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran berkualitas dapat terwujud mana kala dilakukan oleh guru berkualitas dan guru yang berkualitas antara lain mendapatkan bimbingan oleh pengawas pendidikan yang profesional dalam supervisi akademik. “Pengawas merupakan salah satu komponen tenaga kependidikan yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan” (Depag. RI, 2003 :27).

Oleh karena itu, pelaksanaan pengawasan secara kontinu dan terprogram sangat diperlukan, guna menjamin pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama yang memenuhi standar yang ditetapkan. Pemenuhan standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan yang bermutu dan menjadi salah satu kunci sukses


(8)

dalam pendidikan agama. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama di sekolah berhasil dan bermutu banyak bergantung pada kemampuan profesional guru pendidikan agama yang juga erat kaitannya dengan kemampuan profesionalisme pengawas pendidikan agama dalam bidang teknik edukatif.

Dengan demikian, pengawas pendidikan agama yang profesional adalah sosok yang memiliki motivasi yang kuat untuk senantiasa meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga mampu melaksanakan tugas kepengawasan yang profesional. Saud (2009: 7) mengemukakan, profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai profesinya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka idealnya pengawas pendidikan agama yang profesional memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas dan secara terus menerus meningkatkan kompetensi dan mampu mengembangkan diri dengan melakukan inovasi untuk mengembangkan strategi-strategi dalam pembelajaran pendidikan agama.

Pada umumnya profesionalisme pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua masih perlu ditingkatkan, baik dalam pelaksanaan supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Kondisi ini berpengaruh pula pada kinerja yang ditampilkan oleh pengawas pendidikan agama. Hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain adalah sistem rekrutmen pengawas yang umumnya bukan dari tenaga pendidik akan tetapi pegawai dan pejabat struktural yang akan memasuki usia pensiun. Kurangnya pembinaan dan pelaksanaan pelatihan yang efektif bagi


(9)

pengawas , baik ditingkat pusat maupun di daerah. Disamping itu, kurangnya keterlibatan dan pemberdayaan pengawas dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan serta minimnya fasilitas yang menunjang pelaksanaan tugas pengawas pendidikan agama di provinsi Papua.

Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme pengawas melalui efektivitas pelatihan perlu dilakukan sebagai salah satu upaya peningkatan kinerja bagi pengawas pendidikan agama.

Kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua dapat ditingkatkan, apabila pelatihan dilaksanakan secara terprogram dan terencana sesuai dengan kebutuhan pengawas pendidikan agama sebagai bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan. Melalui efektivitas pelatihan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta sikap pengawas pendidikan agama yang profesional.

Peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama sangat penting karena dapat meningkatkan kinerja guru pendidikan agama yang bertujuan pada peningkatan mutu pendidikan agama di sekolah.

Dengan demikian maka, dapat dikatakan bahwa efektivitas pelatihan dapat meningkatkan profesionalisme yang berwujud pada peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama dan berdampak pada peningkatan kemampuan guru pendidikan agama yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan agama.

Berawal dari fenomena inilah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Pengaruh Efektivitas Pelatihan dan Profesionalisme


(10)

Pengawas Terhadap Kinerja Pengawas pendidikan agama Di Provinsi Papua”.

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kinerja Pengawas pendidikan agama yang berada di lingkungan Kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan menfokuskan kajian, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi dan hanya mengkaji tentang seberapa besar pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas terhadap kinerja Pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi efektivitas pelatihan, profesionalisme pengawas serta kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua?

2. Seberapa besar pengaruh efektivitas pelatihan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi papua?

3. Seberapa besar pengaruh profesionalisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua?


(11)

4. Seberapa besar hubungan efektivitas pelatihan dengan profesionalisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua?

5. Seberapa besar pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas secara simultan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara rasional, empiris dan sistimatis tentang pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua. Dalam meningkatkan kinerja pengawas , banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, namun penulis hanya meneliti dua variabel yaitu efektivitas pelatihan dan profesionalisme, karena menurut penulis variabel tersebut, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja Pengawas pendidikan agama.

Akhirnya, penulis menginginkan ditemukannya sebuah model pelatihan yang dapat meningkatkan profesionalisme pengawas , yang bertujuan pada meningkatnya kinerja pengawas pendidikan agama, sehingga Kementerian Agama Provinsi Papua memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif khususnya dalam bidang kepengawasan pendidikan agama.


(12)

2. Tujuan Khusus Penelitian

Berdasarkan tujuan umum tersebut, tujuan khusus yang penulis harapkan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menemukan besarnya pengaruh efektivitas pelatihan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

2. Mengetahui dan menemukan besarnya pengaruh profesionalisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

3. Mengetahui dan menemukan besarnya hubungan efektivitas pelatihan dengan profesionlisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

4. Mengetahui dan menemukan besarnya pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas secara simultan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi harapan penulis, agar penelitian ini bermanfaat baik secara aspek teoritis maupun secara aspek praktis operasional, yaitu sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori dari teori-teori sebelumnya. Selain itu teori yang dikembangkan dapat memperkaya wawasan berfikir ilmiah, sehingga dapat


(13)

digunakan untuk memperkuat teori-teori yang digunakan pada penelitian-penelitian karya ilmiah selanjutnya. Wawasan berfikir ini sangat penting untuk diketahui dan terus digali, sehingga dengan demikian penulis dapat menemukan hal-hal baru yang masih perlu diolah dan dikembangkan.

Disamping itu, melalui teori yang digunakan penulis berharap dapat mengetahui kondisi dan situasi objek penelitian secara komprehensip. Dengan demikian, teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan pembanding dengan lembaga-lembaga lain, baik secara interen maupun secara eksteren, sehingga dapat diketahui pula faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangannya yang dapat berpengaruh positif pada kinerja pengawas pendidikan agama.

2. Aspek Praktis Operasional

Pada aspek praktis operasional penelitian ini dapat berguna sebagai: a. Sumbangan penting bagi lembaga Kementerian Agama, dalam hal ini

Balitbang dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang kepengawas an pendidikan agama.

b. Sumbangan pikiran bagi kepala kantor departemen agama provinsi untuk mengembangkan suatu model pelatihan efektif yang mampu meningkatkan profesionalisme pengawas pendidikan agama.

c. Sumbangan pikiran bagi kepala kantor departemen agama kabupaten kota agar memberikan perhatian yang sungguh-sungguh pada peningkatan


(14)

profesionalisme pengawas, sehingga dapat meningkatkan motivasi bagi pengawas pendidikan agama.

d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai indikator penilaian kinerja pengawas pendidikan agama sehingga dapat melakukan upaya-upaya perbaikan pada peningkatan profesionlisme pengawas .

e. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru-guru dan kepala sekolah yang berkeinginan menjadi pengawas .

E. Asumsi Dasar

Asumsi dalam suatu penelitian ilmiah adalah merupakan dasar pemikiran yang menjadi landasan dari penyelidikan suatu masalah. Dalam pedoman penulisan karya ilmiah UPI ( 2008 : 51 ) mengemukakan bahwa : “Fungsi asumsi adalah sebagai titik awal dimulainya penelitian dan merupakan landasan untuk perumusan hipotesis. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran peneliti sendiri”. Riduwan menjelaskan, “Asumsi harus sudah merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya” (2008: 30).

Adapun peneliti perlu merumuskan asumsi penelitian dengan maksud : a. Agar menjadi landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang diteliti. b. Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. c. Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.

d. Untuk menghindari ketidak sesuaian antara masalah yang diteliti dengan pembahasan masalah.


(15)

Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini melalui kajian berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan variabel efektivitas pelatihan, profesionalisme dan kinerja. Bertitik tolak dari kajian teori-teori tersebut sehingga yang menjadi asumsi-asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengawas pendidikan agama sebagai sumber daya manusia yang mempunyai potensi-potensi yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui upaya program pelatihan yang efektif. Pelatihan merupakan upaya untuk mengisi kesenjangan antara apa yang dapat dikerjakan seseorang dan siapa yang layak mengerjakannya. Pelatihan akan membentuk fondamen melalui penambahan kemahiran dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memperbaiki prestasi dalam jabatan sekarang atau untuk meningkatkan potensinya untuk masa yang akan datang (Komaruddin, 2006: 139).

2. Jabatan pengawas pendidikan agama merupakan jabatan profesi. Suatu profesi selalu bertumbuh dan berkembang. Perkembangan profesi itu ditentukan oleh faktor internal dan eksternal (Sahertian, 2008: 1).

3. Pelaksanaan program pelatihan yang efektif dan terencana sesuai dengan tujuan dan kebutuhan bidang tugas kepengawasan dapat meningkatkan profesionalisme pengawas pendidikan agama.

4. Meningkatnya profesionalisme pengawas pendidikan agama berpengaruh pada peningkatan kinerja guru pendidikan agama sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Keprofesionalan pengawas dalam memberikan pembinaan profesi merupakan keharusan yang dimiliki setiap pengawas (Siahaan, 2006: 88).


(16)

5. Bahwa kinerja pengawas pendidikan agama dalam meningkatkan mutu pendidikan berkaitan erat dengan sejumlah variabel yang mempengaruhinya. Mutu pendidikan bukanlah variabel yang berdiri sendiri, ia merupakan variabel yang dipengaruhi oleh berbagai variabel lainnya. Salah satu variabel yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah kinerja pengawas yang sesuai dengan tuntutan tugas pokok (Siahaan, 2006: 83).

F. Definisi Operasional

Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. (Rivai dan Jauvani, 2009: 548-549).

Berdasarkan pendapat tersebut, kinerja Pengawas pendidikan agama adalah tingkat keberhasilan yang dilakukan pengawas secara keseluruhan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tugas, fungsi dan peranya sebagai supervisor.

Efektivitas yaitu berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja secara maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu (Mulyasa, 2006: 132).

Sedangkan pelatihan adalah kegiatan yang sistimatis dan terprogram untuk memperbaiki prilaku karyawan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Pelatihan berhubungan dengan peningkatan keahlian dan kemampuan pegawai agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya saat ini, maupun dimasa yang akan datang. (Rivai, 2005: 226).


(17)

Adapun efektivitas pelatihan dalam penelitian ini adalah keberhasilan suatu pelatihan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan pengawas pendidikan agama serta mampu menguasai keterampilan yang diajarkan untuk dapat melaksanakan tugas yang telah ditetapkan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian efektivitas pelatihan mampu meningkatkan profesionalisme pengawas yang berhubungan langsung pada peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama. Siahaan et al. (2006: 42) menjelaskan, para pengawas cenderung merasakan pentingnya keikutsertaan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan, seminar, diskusi bahkan workshop, sehingga semakin membuka wawasan mereka dalam meningkatkan kinerja kepengawasannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas adalah unsur-unsur positif yang berfungsi membentuk kinerja pengawas pendidikan agama dalam melaksanakan tugasnya.

G. Kerangka Pikir dan Fokus Penelitian

1. Kerangka Pikir

Berdasarkan keseluruhan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini :


(18)

Gambar 1.1. Kerangka Pikir

2. Fokus Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini membawa dampak dan pengaruh dalam berbagai kehidupan manusia. Kemajuan yang terjadi disamping membawa manfaat dan kemudahan namun juga semakin banyak tantangan yang dihadapi oleh setiap individu dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh. Tantangan yang harus dihadapi oleh setiap individu bukan hanya berasal dari dalam diri manusia itu sendiri yaitu rendahnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, akan tetapi juga dihadapkan pada tuntutan kemampuan dan keterampilan yang tinggi di lingkungan tempatnya bekerja.

Kondisi tersebut dapat dipahami seiring kemajuan masyarakat yang menuntut kualitas pelayanan yang profesional dalam bidang tugasnya

masing-INPUT: Permasalahan: - Rendahnya kemampuan, pengetahuan, keterampilan. – Minimnya sarana prasarana,dana, dan ICT

PROSES:

1. Efektivitas pelatihan: -.Meningkatkan Pengetahuan, keterampilan dan sikap. -Meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan pengawas .

2. Profesionalisme pengawas terdiri dari: Kompetensi kepribadian, akademik, manajerial, sosial, teknik evaluasi, pengembangan dan penelitian OUT PUT Meningkatnya kinerja pengawas OUT COME Meningkatnya mutu pendidikan agama feedback


(19)

masing. Pelayanan yang profesional dari setiap individu akan meningkatkan efektivitas kinerja sebuah organisasi.

Suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan membutuhkan kemampuan dan keterampilan setiap individu yang ada didalamnya untuk melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan mampu bekerja sama dengan anggota lain secara efektif. Efektivitas dalam organisasi dipengaruhi oleh efektivitas individu dan kelompok. Sebagaimana dikemukakan Gibson Ivancevich Donnelly (1985: 26-27) bahwa keefektifan kelompok bergantung pada keefektifan individu, dan keefektifan organisasi bergantung pada keefektifan kelompok.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa organisasi yang efektif erat kaitannya dengan kinerja yang dihasilkan oleh individu-individu yang ada dalam suatu organisasi. Kinerja organisasi baik manakala setiap individu memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya. Agar setiap individu memiliki kemampuan dan keterampilan yang profesional perlu diadakan suatu bentuk pelatihan. Hal ini penting karena setiap individu dalam organisasi belum tentu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bisa langsung diterapkan dalam pekerjaannya.

Demikian pula bagi pengawas pendidikan agama, dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki melalui efektivitas pelatihan. Dengan pelatihan tersebut dapat meningkatkan sumber daya pengawas pendidikan agama yang profesional sehingga mampu dan berhasil dalam melaksanakan tugas kepengawasan yang menjadi tanggung jawabnya.


(20)

Meningkatnya profesionalisme pengawas pendidikan agama berarti meningkat pula pada kinerja yang dihasilkan dan berpengaruh langsung pada peningkatan kinerja organisasi yang bermuara pada pencapaian tujuan organisasi.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan organisasi dapat tercapai, salah satu usaha yang dilakukan manakala sumber daya manusia yang dimiliki ditingkatkan kemampuannya melalui efektivitas pelatihan agar meningkatkan kemampuan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi. Adapun hubungan dan keterkaitan antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2.

Keterkaitan Variabel Penelitian

Fokus penelitian adalah suatu model yang dijadikan acuan untuk melaksanakan penelitian. Secara konseptual fokus penelitian yang digunakan adalah terdiri dari dua variabel independent dan satu variabel dependent. Efektivitas pelatihan ( ) dan profesionalisme pengawas ( ) adalah variabel

Efektivitas pelatihan Sumber Daya Manusia Profesionalisme pengawas Tujuan Organisasi Kinerja Organisasi Efektivitas pelatihan Tujuan Organisasi Kinerja Organisasi Efektivitas pelatihan Sumber Daya Manusia Tujuan Organisasi Kinerja Organisasi Kinerja Organisasi Sumber Daya Manusia Tujuan Organisasi Profesionalisme pengawas Efektivitas pelatihan Profesionalisme pengawas Efektivitas pelatihan Sumber Daya Manusia Kinerja Organisasi Kinerja Pengawas Pendidika agama Tujuan Organisasi Profesionalisme pengawas Efektivitas pelatihan


(21)

yang mempengaruhi (variabel bebas/independent). Sedangkan kinerja pengawas pendidikan agama (Y) adalah Variabel yang dipengaruhi (variabel terikat/dependent). Adapun R adalah hubungan , dengan Y.

Dari teori tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa kinerja Pengawas pendidikan agama dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yang paling berpengaruh adalah faktor efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas . Faktor lain yang mempengaruhi kinerja pengawas seperti motivasi, kedisiplinan, kepuasan kerja, fasilitas, kesejahteraan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini ikut menyeimbangkan penguatan teori yang digunakan. Untuk lebih jelasnya fokus yang menjadi pelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.3. Fokus Penelitian

r Y

r rX1X2Y

Efektivitas Pelatihan ( )

• Kesesuaian/Ketepatan • Tujuan

• Materi

Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

Fokus Penelitian Y


(22)

• Metode • Fasilitas • Instruktur • Evaluasi

(Mathis-Jackson, 2006: 309)

Profesionalisme Pengawas ( )

o Kepribadian o Manajerial o Akademik o Evaluasi

o Pengembangan dan Penelitian o Sosial

(KEPMEN NO.12 TAHUN 2007)

Kinerja Pengawas pendidikan agama (Y)

Sikap/Nilai

Supervisi Manajerial Supervisi Akademik Komunikasi

Kualitas Kerja


(23)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap fenomena dan permasalahan penelitian setelah mengkaji suatu teori yang masih memerlukan pembuktian akan kebenarannya melalui proses penelitian yang terbukti secara sah dan meyakinkan.

Sehubungan dengan ini Sugiono (2008: 96) berpendapat bahwa:

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada data-data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Demikian pula Riduwan mengemukakan arti hipotesis adalah “Jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah” (2008: 35). Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah “hipotesis asosiatif, yaitu suatu pertanyaan yang menunjukkan dugaan hubungan antara dua variabel atau lebih” (Sugiono, 208: 103). Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya rumusan hipotesis adalah agar dapat memberikan arahan dan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Kondisi efektivitas pelatihan, profesionalisme pengawas dan kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua sudah baik.

2. Efektivitas pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Pengawas pendidikan agama.


(24)

3. Profesionalisme pengawas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama.

4. Adanya hubungan yang signifikan antara efektivitas pelatihan dengan profesionalisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama. 5. Efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas secara simultan


(25)

101

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian ilmiah tidak terlepas dari cara-cara ataupun teknik yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Cara-cara atau teknik tersebut dalam dunia pendidikan disebut metode penelitian. Arikunto (1990 : 134) mendefinisikan metode penelitian sebagai cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Sementara itu Sugiono (2006 :6) menyatakan bahwa metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pegetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan megantisipasi masalah.

Memperhatikan penjelasan diatas kedudukan metode penelitian sangatlah penting untuk memecahkan masalah yang diteliti. Suatu penelitian memerlukan metode atau pendekatan yang sesuai dengan tujuan penelitian dan karakteristik masalah yang diteliti agar permasalahan penelitian dapat terpecahkan.

Jenis penelitian ini adalah survey sedangkan metodenya yaitu deskriptif verifikatif. Metode survei deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kerlinger (Riduwan, 2008 : 49) mengatakan bahwa : “Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi,


(26)

data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Winarno Surakhmad (1994 : 140) menjelaskan mengenai ciri-ciri metode penelitian deskriptif yaitu :

1)Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang pada masalah-masalah yang aktual, 2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (karena itu metode ini disebut pula metode analitik).

Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk memperoleh keterangan tentang seberapa besar pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas terhadap kinerja Pengawas pendidikan agama di provinsi papua.

Sedangkan sifat penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan. Dalam penelitian ini dua model yang akan diujikan, yaitu :

1). Pengaruh variabel terhadap secara langsung

2). Pengaruh variabel dan terhadap Y secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai pengumpulan data lapangan peneliti menggunakan metode survey eksplanatori yaitu metode penelitian yang digunakan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sample yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan antar variabel.


(27)

B. Variabel Penelitian

Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka variabel-variabel yang akan diteliti adalah dua variabel bebas yaitu, efektivitas pelatihan ( X1 ) dan profesionalisme pengawas ( X2 ), sedangkan kinerja pengawas pendidikan agama (Y) sebagai variabel terikat.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Data ini diperoleh dari pengukuran langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. (Riduwan, 2009 : 6).

Adapun desain korelasional dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui pengaruh Variabel X1, X2 terhadap variabel Y yang akan diteliti. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan bentuk korelasi antara variabel yang akan diteliti. Intensitas pengaruh tersebut diukur dengan menyatakan koefisien korelasinya.

Efektivitas pelatihan ( ) sebagai variabel independent atau variabel bebas, diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistimatis dan terprogram sesuai dengan bidang kepengawasan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta sikap Pengawas pendidikan agama.

Dalam penelitian ini penulis ingin memperoleh informasi yang berkaitan dengan seberapa besar pengaruh efektivitas pelatihan dalam meningkatkan kinerja Pengawas pendidikan agama. Sebagai batasan yang dikaji dalam variabel efektivitas pelatihan yaitu dimensi kesesuaian/ketepatan, tujuan, materi, metode, fasilitas, instruktur, dan evaluasi.


(28)

Profesionalisme pengawas ( ), merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby belaka (Sagala, 2009: 1). Sedangkan pengawas (supervisor) adalah salah satu tenaga kependidikan, yang bertugas memberikan pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, rektor, dekan, ketua program, direktur kepala sekolah, personel lainnya di sekolah) dapat menjalankan tugasnya dengan baik (Rivai dan Murni 2009: 817).

Batasan yang akan penulis kaji dalam variabel ini adalah kemampuan profesional pengawas yang terdiri dari kompetensi kepribadian, paedagogik, manajerial, akademik, evaluasi, pengembangan dan penelitian serta kompetensi sosial.

Kinerja Pengawas pendidikan agama (Y) sebagai variabel dependen dalam penelitian ini yang dimaknai sebagai gambaran seberapa besar keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas Pengawas pendidikan agama. Apakah sebagai supervisor telah melaksanakan tugas, fungsi dan peran sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dengan memaksimalkan potensi diri sebagai seorang supervisor profesional. Pada variabel ini yang menjadi kajian pada dimensi sikap/nilai, supervisi manajerial, supervisi akademik, komunikasi, dan kualitas kerja.

Ketiga parameter tersebut dijadikan sebagai acuan dalam menilai kinerja Pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.


(29)

Tabel 3. 1

Operasional Variabel Penelitian

VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

1 2 3

EFEKTIVITAS PELATIHAN X1 a. Kesesuain/ ketepatan b. Tujuan c. Materi d. Metode e. Fasilitas f. Instruktur g. Evaluasi

1.Kesesuaian pelaksanaan pelatihan dengan peserta 2.Ketepatan pelaksanaan

pelatihan

3.Kesesuaian jenis kegiatan dengan tujuan pelatihan 4.Pelaksanaan kegiatan tertib

dan terarah

5.Kesesuaian anggaran dengan pelaksanaan kegiatan

1. Kejelasan tujuan pelatihan 2. Peningkatan pengetahuan

dan keterampilan

3. Meningkatkan sikap

profesional

4. Pentingnya pelatihan

1. Relevan dengan tuntutan pekerjaan

2. Relevan dengan tujuan pelatihan

3. Manfaat materi pelatihan bagi peserta

1.Ketepatan menggunakan metode

2. Relevan dengan tujuan pelatihan

1. Tempat/ruangan pelatihan 2. Sumber belajar yang

memadai

1. Kemampuan dalam menyajikan materi

2. Kejelasan dalam menyajikan materi

3. Kemampuan menciptakan suasana belajar yang


(30)

PROFESIONALISME PENGAWAS

X2

a.Kepribadian

b. Manajerial

c. Akademik

d. Evaluasi

a.Pengembangan dan penelitian

kondusif

1.Melaksanakan evaluasi pelaksanaan pelatihan

2. Memberi kesempatan peserta memberi tanggapan pelaksanaan pelatihan

1. Transparan

2. Memiliki dedikasi yang tinggi

3. Memiliki sifat-sifat keteladanan

4. Membangun hubungan baik 5. Motivasi

1. Menyusun program supervisi 2. Menyusun instrumen supervis 3. Menggunakan instrumen

supervisi

4. Melakukan supervisi administrasi guru

5. Melakukan pembinaan kepada guru

1. Melakukan supervisi KBM 2. Membimbing guru

melaksanakan pembelajaran efektif

3. Membimbing guru mengembangkan strategi pembelajaran

4. Membimbing guru mengembangkan kurikulum

5. Membimbing guru mengatasi kesulitan dalam KBM

1. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan pembelajaran 2. Membimbing penyusunan

kriteria keberhasilan pembelajaran

3. Membimbing menyusun indikator keberhasilan


(31)

KINERJA PENGAWAS

Y

b. Sosial

a. Sikap/Nilai

b. Melakukan supervisi manajerial

c. Melakukan supervisi akademik

d. Komunikasi

pembelajaran

1. Memotivasi guru mengembankan karier 2. Membimbing guru membuat

karya tulis ilmiah

3. Membimbing guru menggunakan teknologi pembelajaran

1. Menjadi mediator

2. Membimbing guru membangun komunikasi 3. Memotivasi guru

membangun kerjasama 1. Berpenampilan menarik 2. Menjadi teladan

3. Komitmen

4. Memiliki dedikasi yang tinggi

1. Membuat program supervise

2. Membuat instrumen supervisi

3. Menggunakan instrumen dalam kegiatan supervisi 4. Melakukan kunjungan

sekolah secara terprogram 5. Melakukan supervisi

administrasi mengajar guru 6. Melakukan pembinaan

kepada guru

1. Melakukan supervisi KBM secara terprogram

2. Membimbing guru

mengembangkan strategi pembelajaran efektif

3. Membimbing guru

mengembangkan kurikulum pendidikan

4. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran

5. Membimbing guru mengatasi kesulitan mengajar


(32)

e. Kualitas kerja

6. Monitoring pelaksanaan ujian

1. Terbuka dalam menerima saran dan kritikan yang konstruktif

2. Menjadi mediator guru dan kepala sekolah serta kantor Dep.Agama

3. Mengkomunikasikan

kebijakan pendidikan agama

4. Membimbing guru

melakukan kerjasama

1. Memotivasi guru

mengembangkan karier

2. Membimbing guru membuat karya tulis ilmiah

3. Membimbing guru

menggunakan teknologi/alat

pembelajaran

4. Membimbing guru

mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler pendidikan agama

5. Melakukan dialog profesional

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek, atau peristiwa, yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian kita (Millan-Schumacher, 2001: 169).

Sugiono menjelaskan: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” (2008: 117).


(33)

Adapun populasi yang menjadi sasaran atau subjek dalam penelitian ini adalah Pengawas pendidikan agama pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu pengaruh Efektivitas Pelatihan dan Profesionalisme Pengawas Terhadap Kinerja Pengawas pendidikan agama di provinsi Papua, maka populasi dalam penelitian ini terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Populasi Pengawas pendidikan agama di Kementerian Agama Provinsi Papua Tahun 2010

NO UNIT KERJA AGAMA JUMLAH

ISLAM KRISTEN KATOLIK

1 Kota Jayapura 4 3 2 9

2 Kabupaten Jayapura 4 4 2 10

3 Kabupaten Kerom 3 2 1 6

4 Nabire 3 3 - 6

5 Kabupaten Kep. Yapen 1 3 1 5

6 Kabupaten Biak Numfor 1 3 - 4

7 Kabupaten Merauke 3 1 2 6

8 Kabupaten Jayawijaya 2 3 - 5

9 Kabupaten waropen 1 3 - 4

10 Kabupaten Paniai - 2 1 3

11 Kabupaten Mimika 1 - 2 3

Jumlah 23 27 11 61

Sumber : Kantor Kementrian Agama Provinsi Papua

Sesuai dengan judul penelitian ini adalah tentang Pengaruh Efektivitas Pelatihan dan Profesionalisme Pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua, maka kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kemampuan kinerja pengawas pendidikan agama pada Kementerian Agama Provinsi Papua selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:


(34)

Tabel 3.3.

Pelaksanaan Kegiatan Pengawas pendidikan agama

No Tahun Jenis Kegiatan

1 2007 Penataran pengawas pendidikan agama

2 2008 Workshop KTSP

3 2009 Bimbingan karya tulis ilmiah

4 2010 Workshop pemberdayaan MGMP pendidikan agama

Sumber : Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Papua.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, atau wakil populasi yang dipandang representatif dari objek yang diteliti. Sugiono (2006 : 118) mengatakan “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, tentang pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas terhadap kinerja Pengawas pendidikan agama di provinsi Papua, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Pengawas pendidikan agama pada dua Kantor Kementerian Agama Kabupaten dan satu kantor Kementerian Agama Kota yaitu, kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Kerom. Suharsimi Arikunto, (2009 : 97) mengatakan bahwa “Pengambilan anggota sampel dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah-daerah geografis yang ada”.

Alasan pengambilan penelitian di masing-masing lokasi tersebut karena: Lokasi berada di ibu kota propinsi sehingga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi lebih memungkinkan untuk dapat mengikutinya dibandingkan Pengawas pendidikan agama di kabupaten yang lain.


(35)

Mengingat pentingnya efektivitas pelatihan dan profesionalisme bagi Pengawas pendidikan agama di masing-masing Kementrian Agama kabupaten dan kota tersebut, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas terhadap kinerja Pengawas pendidikan agama. Dengan demikian menjadi indikator penilaian bagi kinerja Pengawas pendidikan agama pada kantor Kementerian Agama di kabupaten lain.

Jumlah pengawas pendidikan agama yang relatif lebih banyak dibandingkan kabupaten lain sehingga menurut peneliti representatif untuk menjadi sample penelitian (Sukardi, 2004 : 55 ). Selain itu, teknik penentuan data dengan sampel akan memperoleh hasil penelitian yang dianggap lebih tepat (akurat) karena wilayah penelitian yang dibatasi akan lebih memungkinkan peneliti dapat memperoleh dan mengolah data lebih detail.

Disamping itu juga karena mengingat keterbatasan waktu, biaya, transportasi dan geografis yang sulit dijangkau sehingga ketiga lokasi tersebut menjadi sampel penelitian (Sugiyono: 1998 ).

Adapun teknik pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin (dalam Husein Umar, 2003:120), yaitu:

2

. 1 N e

N n

+ =

Dimana: N = sampel

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (dalam penelitian ini ditetapkan 5%).


(36)

Menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982 : 253) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian antara lain mengatakan, “Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya ), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 10 kali dari jumlah variabelyang diteliti” (Sugiyono, 2008: 131-132).

Berdasarkan pendapat tersebut karena jumlah variabel dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel, yaitu 2 (dua) variabel bebas (independent) dan 1 (satu) variable terikat (dependent), maka penulis menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 sampel. Nasution dalam Riduwan (2008: 218), bahwa: ”... mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka tidak semua pengawas pendidikan agama di Kementerian Agama Provinsi Papua menjadi sampel dalam penelitian ini. Oleh karena objek penelitian ini adalah kinerja pengawas pendidikan agama, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari pengawas pendidikan agama, kepala sekolah dan guru pendidikan agama pada sekolah negeri di SD, SMP, SMA dan SMK.

Ketiga komponen sampel tersebut adalah dipandang sebagai pendidik yang dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pengawas tanpa memperhatikan status masing-masing komponen. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab I pasal 6 yang mengatakan bahwa: “Pendidik


(37)

adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Demikian pula dikemukakan oleh Danim (2002: 18) bahwa secara umum tenaga kependidikan dapat dibedakan menjadi lima kategori, yaitu:

1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; 2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidangkependidikan, dan pustakawan; 3) tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisisumber belajar; 4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikanluar sekolah; 5) tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah manajerial atau administrasi kependidikan.

Dari pengertian tersebut maka pengawas pendidikan agama, kepala sekolah dan guru pendidikan agama adalah tenaga pendidik yang ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan termasuk menilai kinerja pengawas pendidikan agama.

Untuk mengetahui keadaan masing-masing komponen sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4.

Data Sekolah SD, SMP, SMA dan SMK

No Kota/Kabupaten Jenjang Sekolah Jumlah

SD SMP SMA SMK

1 Kota Jayapura 54 19 12 10 95

2 Kabupaten Jayapura 57 17 8 5 87

3 Kabupaten Kerom 47 11 5 1 64

Jumlah 158 47 25 17 246


(38)

Tabel 3.5.

Data Guru Pendidikan Agama SD,SMP,SMA dan SMK

No Kota/Kabupaten Guru Pendidikan Agama Jumlah

SD SMP SMA SMK

1 Kota Jayapura 25 12 4 5 46

2 Kabupaten Jayapura 32 12 2 3 49

3 Kabupaten Kerom 24 5 4 1 34

Jumlah 81 29 10 9 129

Sumber : Kantor Kementerian Agama Kota dan Kabupaten

Tabel 3.6.

Jumlah Populasi dan Sampel

No Kota/Kabupaten Pengawas

Pend. Agama

Kepala Sekolah

Guru Pend. Agama

Jumlah Populasi

Jumlah Sampel

1 Kota jayapura 9 95 46 150 16

2 Kab. Jayapura 10 87 49 147 16

3 Kab. Kerom 6 64 34 103 8

Jumlah 25 248 129 400 40

Untuk membagi sampel yang diambil agar proporsional digunakan formulasi sebagai berikut:

xS

N n

s=

Keterangan:

s = Jumlah sampel setiap unit secara proposional S = Jumlah seluruh sampel yang didapat

N = Jumlah seluruh populasi

n = Jumlah masing-masing unit populasi

Dari rumus diatas jumlah dari masing-masing sampel pengawas pendidikan agama, kepala sekolah dan guru agama dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(39)

Tabel 3.7

Jumlah masing-masing sampel

No Nama Sampel Jumlah sampel

1 Pengawas pendidikan agama 3

2 Kepala Sekolah 24

3 Guru Pendidikan Agama 13

Jumlah 40

D. Instrumen Penelitian

Langkah yang sangat penting dalam proses penelitian ilmiah adalah menyusun alat ukur atau instrumen penelitian. Akdon mengemukakan bahwa, ”Instrumen pengumpul data adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistimatis dan dipermudah olehnya” (2008: 130).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus valid dan reliabel sebagai kriteria penelitian ilmiah. Riduwan (2009: 1) memberikan pengertian tentang valid dan reliabel yaitu: ”Valid ialah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Yang dikatakan reliabel adalah keajekan (konsistensi) alat ukur pengumpul data penelitian”. Demikian pula dikemukakan Millan-Schumacher (2001: 239), sebagai berikut:

Prinsip validitas dan realibilitas sebagai pertimbangan yang penting dalam pengukuran, dan menampilkan lima teknik utama untuk mengumpulkan data kuantitatif: tes, kuesioner, wawancara, observasi, dan pengukuran yang tidak mengganggu (unobtrusive measures).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, cara atau teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner (angket). Khusus untuk alat ukur penelitian yang berbentuk angket menggunakan tingkat pengukuran ordinal,


(40)

dengan kategori jawaban terdiri atas lima tingkatan. Untuk analisis secara kuantitatif, maka alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dari 1 sampai 5.

Secara operasional angket-angket tersebut adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tentang efektivitas pelatihan responden menjawab dalam bentuk memberi tanda silang (X) pada lima alternatif jawaban dengan skor, yaitu: Selalu (SL) = 5, Sering (SR) = 4, Kadang-Kadang (KD) = 3, Jarang (JR) = 2, dan Tidak Pernah (TP) = 1.

b. Untuk memperoleh data tentang variabel Profesionalisme Pengawas menggunakan lima alternatif jawaban dengan skor masing-masing, yaitu: Sangat Tinggi (ST) = 5, Tinggi (T) = 4, Cukup Tinggi (CT) = 3, Rendah (R) = 2, dan Rendah Sekali (RS) = 1.

c. Untuk memperoleh data variabel kinerja pengawas pendidikan agama menggunakan alternatif jawaban dengan skor, Selalu (SL)=5, Sering (SR)=4, Kadang-Kadang (KD)=3, Jarang (JR)= , dan Tidak Pernah (TP)=1.

Tekhnik pengolahan data dalam penelitian ini juga menggunakan studi dokumen. Tekhnik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan mencatat bagian data yang dianggap penting dan berhubungan dengan masalah yang diteliti dilokasi penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

Sebelum melakukan penelitian sesungguhnya terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument. Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui kualitas


(41)

instrument yang meliputi “Validitas dan “Reliabilitas” instrument ( Arikunto, 2003 : 219 ). Selain itu, uji coba instrument juga penting untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk menjawab seluruh pertanyaan / pernyataan dalam instrument dan untuk mengetahui apakan masih ada hal – hal yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan penelitian yang sebenarnya di lapangan ( Arikunto, 2003 : 223 ).

Uji coba instrument dalam penelitian ini dilakukan terhadap sejumlah pengawas pendidikan agama, kepala sekolah dan guru pendidikan agama di Kabupaten Bandung yang memiliki karakteristik relatif sama dengan objek penelitian yang sesungguhnya.

Setelah angket diproses lalu diadakan perbaikan untuk tiap item instrument yang ternyata perlu diperbaiki. Kemudian uji coba instrument ini akan diproses dan diolah untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument menurut Riduwan (2004: 109-110 ) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahian suatu alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson

Product Moment berikut: = .


(42)

Dimana:

= Koofisien korelasi ∑ X1 = Jumlah skor item ∑Y1 = Jumlah skor total n = Jumlah responden

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan ( kehandalan ) atau keajekan alat pengumpul data ( instrument ) yang digunakan. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005:267).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, dapat digunakan teknik tes ulang (test retest). Arikunto (2009: 168) menjelaskan bahwa teknik tes ulang atau tes retest yaitu peneliti memiliki sebuah instrument yang diteskan dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudiaan dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks realibilitas dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Adapun rumus yang digunakan adalah:

Riduwan dan Sunarto ( 2007 : 2008 : 190 ) mengatakan, reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(43)

untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest, equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal (analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen). Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti reliabel (Riduwan dan Sunarto, 2007:353).

Kisi- kisi instrumen penelitian untuk efektivitas pelatihan, profesionalisme pengawas dan kinerja Pengawas pendidikan agama terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Kisi-Kisi dan Item Soal Variabel X1

Variabel Sub Variabel Indikator No

Item Sumber Data Efektivitas Pelatihan 1. Kesesuaian/ ketepatan 2. Tujuan 3. Materi

1. Kesesuaian pelaksanaan pelatihan dengan peserta 3. Ketepatan pelaksanaan pelatihan

4. Kesesuaian jenis kegiatan dengan tujuan pelatihan 5. Pelaksanaan

kegiatan tertib dan terarah 6. Kesesuaian anggaran dengan pelaksanaan kegiatan 1.Kejelasan tujuan pelatihan

2. Meningkatkan sikap professional

1.Relevan dengan

tuntutan tuga

2.Relevan dengan tujuan

1,2

3,4,5 6,7

8,9 10, 11

12 13 14,15 16 17 Pengawas, kepala sekolah dan guru


(44)

d. Metode e. Fasilitas

f. Instruktur

g. Evaluasi

pelatihan

3.Manfaat materi

pelatihan bagi peserta

1. Ketepatan

menggunakan metode 1. Tempat/ruangan pelatihan

2. Sumber pembelajaran yang memadai

1. Kemampuan dalam menyajikan materi 2. Kejelasan dalam

menyajikan materi 3. Kemampuan

menciptakan suasana belajar yang kondusif 1.Melaksanakan

evaluasi pelaksanaan pelatihan

2.Memberi kesempatan peserta untuk

memberi tanggapan pelaksanaan pelatihan

18 19 20

21 22 23

24 25

JUMLAH Sub

Variabel=7

Indikator = 18 Item=2


(45)

Tabel 3.9

Kisi-Kisi dan Item Soal Variabel X2

Variabel Sub Variabel Indikator No

Item Sumber Data Profesional- isme Pengawas X2 a. Kepribadian b. Manajerial

c. Akademik

d. Evaluasi

1. Transparan

2. Memiliki dedikasi yang tinggi

3. Memiliki sifat-sifat keteladanan 4. Membangun hubungan baik 5. Motivasi 1. Menyusun program supervisi 2. Menyusun instrumen supervisi 3. Melakukan supervisi administrasi guru 4. Melakukan

pembinaan guru pendidikan agama 1. Melakukan

supervisi KBM 2. Membimbing guru

melaksanakan pembelajaran efektif

3. Membimbing guru mengembangkan strategi

pembelajaran 4. Membimbing guru

mengembangkan kurikulum

5. Membimbing guru mengatasi

kesulitan dalam KBM 1. Melaksanakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10,11 12,13 14 15 16 17 Pengawas, kepala sekolah dan guru


(46)

e. Pengembangan dan penelitian

f. Sosial

evaluasi pelaksanaan pembelajaran 2. Membimbing penyusunan kriteria keberhasilan pembelajaran 3. Membimbing

menyusun indikator keberhasilan pembelajaran

1.Memotivasi guru

mengembangkan karier

2.Membimbing guru

membuat karya tulis ilmiah

3.Membimbing guru

menggunakan teknologi pembelajaran 1. Menjadi mediator

2.Memotivasi guru

membangun kerjasama

18

19

20,21

22

23

24 25

Jumlah Sub

Variabel =6

Indikator = 22 Item=


(47)

Tabel 3.10 Kisi-Kisi dan Item Soal

Variabel Y

Variabel Sub Variabel Indikator No

Item Sumbe r Data Kinerja Pengawas pendidikan agama Y

a. Sikap/Nilai

b. Supervisi Manajerial

c.Supervisi Akademik

a. Komunikasi

b. Kualitas kerja

1. Berpenampilan

menarik

2. Menjadi teladan

3. Komitmen

4. Memiliki dedikasi

yang tinggi

1. Membuat program

supervise

2. Melakukan pembinaan

kepada guru

1. Melakukan supervisi

KBM secara

terprogram

2. Membimbing guru

mengembangkan strategi pembelajaran efektif

3. Membimbing guru

mengembangkan kurikulum pendidikan

4. Melakukan evaluasi

hasil pembelajaran

5. Membimbing guru

mengatasi kesulitan

mengajar

6. Monitoring

pelaksanaan ujian

1. Mengkomunikasikan

kebijakan pendidikan agama

1. Memotivasi guru

mengembangkan karier

2. Membimbing guru

membuat karya tulis ilmiah

3. Membimbing guru

menggunakan teknologi/alat pembelajaran

4. Membimbing guru

1 2 3 4 5 6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16 17,18 19 20 21 22,23 24 Pengaw as, kepala sekolah dan guru


(48)

mengembangkan

kegiatan ekstra

kurikuler pendidikan agama

5. Melaksanakan dialog

profesional

25

Jumlah Sub

Variabel =5

Indikator = 18 Item=25

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Hipotetsis

Teknik pengolahan data untuk uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi, baik regresi sederhana maupun regresi ganda. Dalam pengolahan data hasil penelitian digunakan analisis kecendrungan distribusi data, dan analisis korelasi serta dilanjutkan dengan uji regresi. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka digunakan uji statistik dengan analisis statistik ganda dan analisis varians atau uji – F untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis deskriptif berupa presentase juga digunakan untuk mengetahui berapa besar korelasi dan determinasi Efektivitas Pelatihan dan Profesionalisme Pengawas terhadap Kinerja Pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

Dengan cara pengujian hipotesis tersebut, maka penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional dan determinan dengan pendekatan survey pada penelitian kuantitatif. Penelitian ini termasuk jenis penelitian expost facto.


(49)

2. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan maret sampai bulan juni 2010. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.11. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Mar Apr Mei Jun

i

1 Tahap Pertama: Penyusunan Usulan Penelitian

a. Menyusun usulan penelitian

b. Sidang usulan penelitian

c. Perbaikan usulan penelitian

2 Tahap Kedua: Penulisan Tesis

a. Penyusunan kuesioner

b. Menyebarkan kuesioner

c. Analisis dan pengolahan data

d. Penulisan laporan

e. Bimbingan tesis

3 Tahap Ketiga: Sidang Tesis

a. Bimbingan akhir tesis

b. Perbaikan tesis c. Sidang tesis


(50)

159

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang didasari pada hasil penelitian tentang pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama. Berdasarkan uraian pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sesuai dengan data lapangan menggambarkan bahwa:

- Efektivitas pelatihan yang dilaksanakan bagi pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua sangat efektif. Hal ini berdasarkan jawaban responden dengan nilai rata-rata 4,25. Kondisi ini berarti efektivitas pelatihan mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap pengawas pendidikan agama.

- Profesionalisme pengawas di Provinsi Papua berdasarkan data lapangan menunjukkan kondisi baik, yaitu dengan nilai rata-rata jawaban responden 3,74. Nilai ini mengindikasikan bahwa kompetensi profesional pengawas yang terdiri dari kepribadian, manajerial, akademik, evaluasi, pengembangan dan penelitian serta kompetensi sosial yang dimiliki pengawas pendidikana agama di Propinsi Papua adalah baik.


(51)

- Kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua sesuai dengan data empirik jawaban responden menunjukkan pada kategori baik dengan rata-rata jawaban sebesar 4,15. Hal ini menggambarkan bahwa pengawas pendidikan agama di Provinsi papua telah menampilkan kinerja yang baik dalam hal sikap/nilai, supervisi manajerial, supervisi akademik, komunikasi dan kualitas kerja.

2. Efektivitas pelatihan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama. Besarnya pengaruh efektivitas pelatihan secara langsung terhadap kinerja pengawas pendidikan agama adalah 0,562 termasuk pada kategori sedang dengan koefisien determinasi sebesar 31,58%. Indikasi ini berarti bahwa kinerja pengawas pendidikan agama dipengaruhi oleh efektivitas pelatihan dengan nilai 31,58%. Sedangkan 68,42% dipengaruhi oleh faktor lain. Temuan ini menunjukkan bahwa efektifitas pelatihan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

3. Profesionalisme pengawas dapat memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pengawas pendidikan agama. Besarnya pengaruh profesionalisme pengawas secara langsung terhadap kinerja pengawas pendidikan agama adalah 0,577 termasuk pada kategori baik dengan koefisien determinasi sebesar 33,29%. Indikasi ini berarti bahwa kinerja pengawas pendidikan agama dipengaruhi oleh profesionalisme pengawas dengan nilai 33,29 % Sedangkan 66,71% dipengaruhi oleh


(52)

faktor lain. Temuan ini menunjukkan bahwa dengan adanya efektivitas pelatihan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta sikap pengawas yang berdampak pada peningkatan prestasi kerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

4. Terdapat hubungan positif dan signifikan diantara efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas yang termasuk kategori besar atau tinggi dengan nilai koefisien korelasi adalah 0.665 dengan koefisien determinasi sebesar 44,22%. Sedangkan 55,28% dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas pelatihan berhubungan langsung terhadap profesionalisme pengawas, karena dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta sikap sebagai seorang profesional. Indikasi ini menggambarkan bahwa efektivitas pelatihan dapat meningkatkan profesionalisme pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

5. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara variabel efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas terhadap kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua yang termasuk pada kategori besar dengan nilai koefisien korelasi adalah 0,625 dengan pengaruh koefisien determinasi sebesar 39, 06%. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya pengaruh efektivitas pelatihan dan profesionalisme pengawas dengan kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua adalah 39,06% dan 60,94% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pelatihan dapat meningkatkan profesionalisme pengawas yang dapat pula


(53)

berpengaruh langsung pada kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua. Dengan Formulasi regresi sebagai berikut:

781 , 0 095

, 0 193

, 0 593 , 35 ˆ

2

1+ +

+

= X X

Y

B.Implikasi

Setelah memperhatikan berbagai temuan dari penelitian ini, penulis mengidentifikasi akan terjadi beberapa implikasi apabila pihak-pihak yang terkait tidak bekerjasama untuk meningkatkan kualitas kerja pengawas pendidikan agama. Adapun implikasi yang penulis perkirakan adalah:

1. Potensi para pengawas yang telah memiliki pandangan dan sikap yang baik terhadap pekerjaan membutuhkan pembinaan dan perlu diberdayakan oleh pimpinan Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Apabila ini kurang diperhatikan, maka potensi yang ada tidak akan berpengaruh positif terhadap kinerja pengawas pendidikan agama.

2. Kepada para pimpinan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua dalam menyelenggarakan pelatihan bagi pengawas pendidikan agama melalui identifikasi kebutuhan pengawas di lapangan, sehingga efektivitas pelatihan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Apabila hal ini kurang diperhatikan, maka kegiatan pelatihan tidak akan efektif karena tidak dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta profesionalisme pengawas yang berimplikasi pada kinerja pengawas yang tidak optimal. 3. Kepada rekan-rekan pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua untuk

memanfaatkan fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya seperti bantuan kendaraan roda dua, bantuan bea siswa S2 dan pemberian tunjangan


(54)

sertivikasi pengawas. Apabila hal ini kurang diperhatikan, maka semua fasilitas tersebut tidak akan berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua.

C.Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian ini, maka penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut

1. Efektivitas pelatihan bagi pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua telah terlaksana dengan efektif. Namun demikian, masih perlu ditingkatkan terutama pada indikator kesesuaian/ketepatan pelaksanaan pelatihan yang mencakup kesesuaian dengan peserta, ketepatan waktu pelaksanaan, jenis pelatihan, pelaksanaan pelatihan yang tertib dan terarah, serta kesesuaian anggaran dalam pelaksanaan pelatihan yang dinilai masih rendah.

2. Profesionalisme yang dimiliki pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua sudah baik, akan tetapi masih perlu ditingkatkan terutama pada kompetensi pengembangan dan penelitian yaitu kemampuan memotivasi guru mengembangkan karir, membimbing guru membuat karya tulis ilmiah dan membimbing guru menggunakan teknologi pembelajaran masih rendah. Temuan ini mengindikasikan perlunya peningkatan kompetensi pengembangan dan penelitian bagi pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan.

3. Untuk kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua sudah baik, akan tetapi kemampuan pada supervisi manajerial dan akademik masih


(55)

rendah. Temuan ini sangat penting untuk peningkatan kemampuan teknis supervisi manajerial dan akademik yang merupakan tugas pokok bagi supervisor dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Supervisi manajerial yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan membuat program pengawasan dan pembinaan kepada guru agama. Sedangkan pada supervisi akademik yang perlu ditingkatkan adalah pada supervisi KBM, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi hasil belajar, kemampuan membimbing guru yang mengalami kesulitan mengajar dan monitoring pelaksanaan ujian.

4. Bagi para pimpinan Kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua dalam melaksanakan pelatihan bagi pengawas pendidikan agama perlu menerapkan model pelatihan strategis, yaitu suatu bentuk pelatihan yang dilaksanakan melalui proses yang benar dan terencana dengan baik serta spesifik sesuai dengan kebutuhan peserta, sehingga pelatihan yang dilaksanakan efektif dan efisien.

5. Agar jabatan pengawas pendidikan menjadi jabatan profesi, maka dalam pelaksanaan rekrutmen perlu dilakukan dengan prosedur dan kriteria yang sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 39 ayat 2 tentang kriteria minimal pengawas satuan pendidikan.

6. Permasalahan kinerja adalah tema penelitian yang sangat luas dan menyajikan permasalahan yang variatif, agar didapat hasil penelitian yang dapat melengkapi penelitian ini alangka baiknya apabila peneliti selanjutnya menggunakan pendekatan kualitatif.


(56)

(57)

165

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, (2008), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen, Bandung, Dewa Ruci.

Arikunto. S. (2009). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Astamoen. M.P. (2008). Entrepreneurship Dalam Perspektif Bangsa Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Bahreisj. H. Hadist Shahih Bukhari Muslim, Surabaya: Karya Utama. Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia.

Dharma, S. (2008). Penyusunan Program Pengawasan Sekolah, Jakarta: Dirjen PMPTK

Departemen Agama RI. (2002). Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Cv Darus Sunnah.

________________(2003). Profesionalisme Pengawas Pendais, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam,

________________(2003). Pedoman Pengawasan Atas Pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan Agama IslamPada Sekolah Umum di TK,SD,SLTP dan

SMU/SMK, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

________________(2006). Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Depag. RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Depdiknas. RI. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Edisi Ketiga), Jakarta,

Balai Pustaka.

_______________(2006). Rencana Strategis Pendidikan Nasional, Jakarta.

Dominggos (2008). Leaders and Leadership Roles in Relation to Effective Management of The Human Resources. Academic Leadership The On Line Journal Volume 6.

Donnelly, G.I. (1985). Organisasi, Prilaku. Struktur. Proses, (Edisi Kelima), Jakarta, Erlangga.

Hasibuan Malayu, S.P. (2007). Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

rendah. Temuan ini sangat penting untuk peningkatan kemampuan teknis supervisi manajerial dan akademik yang merupakan tugas pokok bagi supervisor dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Supervisi manajerial yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan membuat program pengawasan dan pembinaan kepada guru agama. Sedangkan pada supervisi akademik yang perlu ditingkatkan adalah pada supervisi KBM, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi hasil belajar, kemampuan membimbing guru yang mengalami kesulitan mengajar dan monitoring pelaksanaan ujian.

4. Bagi para pimpinan Kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Papua dalam melaksanakan pelatihan bagi pengawas pendidikan agama perlu menerapkan model pelatihan strategis, yaitu suatu bentuk pelatihan yang dilaksanakan melalui proses yang benar dan terencana dengan baik serta spesifik sesuai dengan kebutuhan peserta, sehingga pelatihan yang dilaksanakan efektif dan efisien.

5. Agar jabatan pengawas pendidikan menjadi jabatan profesi, maka dalam pelaksanaan rekrutmen perlu dilakukan dengan prosedur dan kriteria yang sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 39 ayat 2 tentang kriteria minimal pengawas satuan pendidikan.

6. Permasalahan kinerja adalah tema penelitian yang sangat luas dan menyajikan permasalahan yang variatif, agar didapat hasil penelitian yang dapat melengkapi penelitian ini alangka baiknya apabila peneliti selanjutnya menggunakan pendekatan kualitatif.


(2)

(3)

165 DAFTAR PUSTAKA

Akdon, (2008), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen, Bandung, Dewa Ruci.

Arikunto. S. (2009). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Astamoen. M.P. (2008). Entrepreneurship Dalam Perspektif Bangsa Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Bahreisj. H. Hadist Shahih Bukhari Muslim, Surabaya: Karya Utama. Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia.

Dharma, S. (2008). Penyusunan Program Pengawasan Sekolah, Jakarta: Dirjen PMPTK

Departemen Agama RI. (2002). Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Cv Darus Sunnah.

________________(2003). Profesionalisme Pengawas Pendais, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam,

________________(2003). Pedoman Pengawasan Atas Pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan Agama IslamPada Sekolah Umum di TK,SD,SLTP dan

SMU/SMK, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

________________(2006). Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Depag. RI Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Depdiknas. RI. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Edisi Ketiga), Jakarta,

Balai Pustaka.

_______________(2006). Rencana Strategis Pendidikan Nasional, Jakarta.

Dominggos (2008). Leaders and Leadership Roles in Relation to Effective Management of The Human Resources. Academic Leadership The On Line Journal Volume 6.

Donnelly, G.I. (1985). Organisasi, Prilaku. Struktur. Proses, (Edisi Kelima), Jakarta, Erlangga.

Hasibuan Malayu, S.P. (2007). Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.


(4)

166

Jones, J.J. dan Walters, D.L. (2008). Human Resource Management in Education, Yogyakarta : Q-Media.

Keith D. (1996). Human Resources and Personnel management, New York: Fine Line Illustration Inc.

Kirom, B. (2009). Mengukur Kinerja Pelayanan dan kepuasan Konsumen, Bandung, Pustaka Reka Cipta.

Konferensi Nasional Revitalisasi Pendidikan. (2006). Rencana Stragis Pendidikan Nasional, Jakarta.

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta, Raja Wali Press.

Mangkunegara, Anwar.P. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: Refika Aditama.

Mathis, R.L. dan Jackson, J.H. (2006). Human Resource management, Jakarta : Salemba Empat.

Millan Jamesh Mc-Schumacher S. (2001). Research In Education, United State, Addison Wesley Longman, Inc.

Mujiman, H. (2009). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala sekolah Profesional, Bandung: Rosda Karya. Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalisme Kualitatif, Bandung: Tarsito. Nawawi, H. (2006). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Jakarta: Gajah

Mada University Press.

_________(2008). Manajemen Sumber daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Prabu Mangkunegara Anwar, A.A. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Rosda karya.

Riduwan. (2008). Metode dan teknik menyusun tesis, Bandung, Alfabeta.

________(2009). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.


(5)

Rivai, V. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari teori ke Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rivai,V. Dan Murni, S. (2009). Education management analisis teori dan Praktik, jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rivai, V. Dan Jauvani Ella, S. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari teori ke Praktik, Jakarta: Raja Wali Pers.

Robbins, S.P. dan Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Edisi 12, Jakarta: Salemba Empat.

Sagala, S, (2009). Manajemen Strategik Dalam peningkatan Mutu pendidikan, Bandung, Alfabeta.

_________(2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta.

Sahertian, P.A. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta.

Sallis, E. (2008).Total Quality Management In Education, IrciSoD, Jogjakarta. Satori, D. (1999). Pengawasan Pendidikan di Sekolah. Makalah pada Seminar

UPI, Bandung.

Sastradipoera, K. (2006) Pengembangan dan pelatihan Suatu Pendekatan Manajemen Sumber daya manusia, Bandung: Kappa-Sigma.

Siagian, S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia, jakarta, Bumi Aksara. Siahaan, A., Rambe, A. dan Mahidin. (2006). Manajemen pengawas Pendidikan,

Jakarta: Quantum Teaching.

Simamora,H. (2001). Manajemen sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN.

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (layanan dalam meningkatkan mutu pembelajaran). Bandung: Mutiara Ilmu.

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), Bandung, Alfabeta.

Sukmadinata Nana S. et al (2008). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung: refika Aditama.


(6)

168

Suparlan. (2008). Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat.

Sutisna, O. (1989). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek profesional, Bandung: Angkasa.

Syaefuddin Saud U. (2009). Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta. Syamsi. M. H. (2008). Hadis-Hadis Populer Shahih Bukhari & Muslim, Surabaya:

Amelia.

Thaib, M.A.,Sayuti, W. dan Sofyan, A. (2005). Profesionalisme Pelaksanaan Pengawasan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Islam Pada Sekolah Umum.

Tiem Dosen ADPEN UPI, ( 2008 ) Pengelolaan Pendidikan, Bandung : Adpen UPI.

Uzer Usman M. (2009). Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosda Karya. Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja, Edisi Kedua, Jakarta:Grafindo persada. Yuniarsih, T. Suwatno. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Teori,

Aplikasi dan Isu Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Yusuf A. Hasan dkk, (2002), Pedoman Pengawasan Untuk Madrasah dan Sekolah Umum, Jakarta, Mekar Jaya.