REPRESNTASI RELIGIUSITAS HISANORI KATO DALAM TELAAH ISLAM FUNDAMENTALIS DAN LIBERAL DI INDONESIA (Analisis Wacana Kritis pada bagian Introduction Buku Hisanori Kato).

(1)

DAFTAR ISI

Abstrak i

Kata Pengantar ii

Ucapan Terima Kasih iii

Daftar Isi v

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian 5

1.3 Pertanyaan-pertanyaan Penelitian 5

1.4 Tujuan Penelitian 6

1.5 Manfaat Penelitian 6

1.6 Landasan Teori 7

1.7 Metodologi Penelitian 7

1.8. Istilah-istilah Kunci 8

1.9 Definisi Operasional 10

1.10 Sistematika Pelaporan 11

1.11 Penutup 11

BAB II REPRESENTASI RELIGIUSITAS HISANORI KATO DALAM TELAAH ISLAM FUNDAMENTALIS DAN LIBERAL DI INDONESIA 2.1 Representasi 12

2.1.1 Representasi Religiusitas 14

2.1.2 Jenis Dan Wujud Religiusitas 14


(2)

2.1.3.1 Ciri Khas Pemikiran Fundamentalisme 16 2.1.4.1 Ciri Khas Pemikiran Liberalisme 18

2.2 Analisis Wacana Kritis 19

2.2.1 Karakteristik Analisis Wacana Kritis 20 2.2.2 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk 24 2.2.3 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk 24

2.2.3.1 Teks 25

2.2.3.2. Kognisi Sosial 30

2.2.3.3 Konteks Sosial 31

2.2.4 Ideologi 32

2.8 Cara Berpikir Orang Jepang 34

2.9 Perspektif Outsider-Insider dalam Penelitian Agama 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paparan Metode Penelitian 41

3.2 Unit Analisis Data dan Korpus 42

3.2.1 Biografi Ilmiah 43

3.2.2 Unit Analisis 44

3.3 Teknik Penelitian 46

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data 46

3.3.2 Teknik Pengolahan Data 46

3.3.3 Instrumen Penelitian 48

3.4 Teknik Keabsahan Data 50

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data 52

4.2 Analisis Teks 54

4.2.1 Tematik 55

4.2.2 Skematik 58

4.2.3 Semantik 61


(3)

4.2.3.2 Detil 61

4.2.3.3 Maksud 64

4.2.3.4 Nominalisasi 65

4.2.4 Sintaksis 66

4.2.4.1 Bentuk kalimat (pasif, aktif, kontras) 66

4.2.4.2 Koherensi (sebab-akibat, kondisional, pembeda) 67 4.2.4.3 Deduktif Induktif 69

4.2.4.4 Pengingkaran 70

4.2.5 Stilistik 70

4.2.6 Retoris 72

4.2.6.1. Grafis/Ekspresi 72

4.2.6.2 Metafora 72

4.2.6.3 Huruf Kapital 73

4.3 Pembahasan 74

4.3.1 Representasi Religiusitas Hisanori Kato 83

4.3.1.1 Representasi dalam Fundamentalisme 88

4.3.1.2 Representasi dalam Liberalisme 91

4.3.2 Alur Pemikiran Hisanori Kato 93

4.3.2.1 Alur Pemikiran dalam Fundamentalisme 93

4.3.2.2 Alur Pemikiran dalam Liberalisme 95

4.3.3 Ideologi Hisanori Kato 96

4.4 Triagulasi Data 98

4.5 Penutup 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 100

5.2 Saran 105

5.3 Penutup 107

Pustaka Rujukan Lampiran-lampiran


(4)

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Menelisik pandangan agama, kepercayaan dan sisi religiusitas manusia, dapat menjadi kajian menarik manakala di komunikasi lintas kebudayaan dan agama. Adanya persandingan pemahaman nilai-nilai lintas agama, dapat menggiring rasa ingin tahu sisi religius penelitinya.

Agama dan kepercayaan memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain. Namun agama mengandung makna yang lebih luas, karena yang merujuk pada sistem kepercayaan komprehensif mengenai aspek ketuhanan. Hal ini akan menjadi landasan hidup manusia untuk menjalani tindakan, ucapan dan perilakunya. Oleh karenanya, masing-masing individu akan memiliki panutan agama yang dipercaya dan dianutnya berdasarkan nilai-nilai kebenaran yang diyakininya.

Adanya perbedaan pandangan agama, sudah dipahami sebagai realita yang mutlak. Pengkajian lintas budaya dan agama dapat melahirkan tanya tentang pemahaman komprehensif tentang agama tersebut. Karena perbedaan pandangan dalam satu agama pun sering terjadi, apalagi jika berbeda agama. Namun, pencarian sisi spiritual yang tepat memang bisa dilakukan dengan membuka komunikasi terhadap ajaran agama lain, sehinggga penganutnya menggali nilai-nilai fundamental ajarannya. Pennington (1999) mengatakan, “jika seseorang


(6)

mengerti tentang pandangan suatu budaya dan kosmologi, keakuratannya dapat diperoleh dalam perilaku yang terprediksi dan motivasi dalam dunia lain.”

Knott (2005) menyatakan, bahwa pengalaman keagamaan yang ada dalam diri insider ditampilkan kemudian direspon oleh outsider, dengan mempertimbangkan batas-batas objektivitas dan subjektivitas, yang terpancar dalam pengalaman keagamaan, yang didasari oleh sikap empati dan analisis kritis. Pada titik ini, insider-outsider saling berbagi keseimbangan perspektif dalam sejarah studi agama.

Ketika mengetahui adanya penafsiran Islam yang beragam, membuat Kato menjadikan potret wajah Islam fundamentalis dan liberal sebagai topik penelitiannya selama empat tahun di Indonesia. Pemilihan Kato sebagai tokoh yang dianalisis pemikirannya dalam telaah Islam di Indonesia, dikarenakan penelitian tentang agama yang melintasi ruang budaya dan agama bagi orang Jepang merupakan hal yang tidak lazim. Hal ini diperkuat oleh pendapat Trompf yang tertulis dalam kata pengantar di buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”.

Representasi religiusitas Kato dapat dilakukan dengan menganalisis wacana yang ditulis olehnya, dengan melihat tanda-tanda linguistik yang dihadirkannya. Terkait dengan hal ini, Demirovic (1992: 38 dalam Titscher dkk, 2009: 237) menyatakan bahwa ideologi mencapai materialitas nyata dalam tanda-tanda linguistik yang ada dalam wacana. Landasan inilah yang menjadi acuan Analisis Wacana Kritis (AWK), dalam Wodak, dkk (1990), Matouschek dan


(7)

Wodak (1993), Fairclough (1995), Reisgl (1995), Van Dijk (1998), Strachle, dkk (1999) dan Van Leeuwen (1999).

Jenis dan wujud religiusitas Kato meliputi hidup dan kehidupan, menyangkut masalah harkat dan martabat manusia. Yang kemudian dalam perjalanannya, berkembang dalam ranah pemahaman fundamentalisme dan liberalisme. Realitas fundamentalisme dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan normatif, dan pendekatan historis-sosiologis yang melihat realitas sosial sebagai suatu kenyataan sosial yang tercipta secara alami, bukan ditentukan oleh teks agama. Liberalisme yang dilihat Kato mencakup relativisme dan skeptisisme Islam, yang terjadi akibat adanya jarak antara akidah dan sumber-sumber Islam dengan penganutnya.

Representasi religiusitas Kato dilihat berdasarkan beberapa aspek yang menjadi ciri khas dalam cara berpikir orang Jepang menurut perspektif agama Budha Jepang. Nakamura (1991) menyatakan ciri-ciri yang menonjol dalam cara berpikir orang Jepang, di perspektif Budha meliputi: 1) dunia fenomena dan yang mutlak, 2) paham keduniawian (genseshugi), 3) menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami, 4) mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo), dan 5) semangat toleransi (kanyou) dan Memaafkan (yuwa).

Karena penelitian Kato merupakan penelitian lintas budaya dan agama, maka akan terjadi persandingan religiusitas dari sisi insider-outside. Knott (2005) menyatakan, insider-outsider saling berbagi keseimbangan perspektif dalam sejarah studi agama. Sehingga penelitian ini menghadirkan pandangan insider untuk mendampingi representasi Kato sebagai outsider.


(8)

Pemilihan analisis data dengan menggunakan analisis framing yang diusung oleh van Dijk dikarenakan lebih bersifat kualitatif dibandingkan analisis isi yang umumnya kuantitatif (dalam Eriyanto: 2001). Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah penekanan pada pemaknaan teks yang ditulis Kato dengan dasar interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Analisis framing ini memfokuskan pada pesan yang tersembunyi. Maka proses pemaknaannya dilakukan dengan menganalisis makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana ini adalah pada muatan, nuansa dan makna latennya, serta unsur terpenting analisis adalah penafsiran tanda dan elemen secara mendalam yang pada teks.

Tujuan analisis ini menyelidiki „bagaimana ia dikatakan‟, maka analisis ini tidak hanya bergerak di level makro (isi dari suatu teks) namun juga ada di level mikro dalam penyusunan suatu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris.

Hal ini merupakan bentuk interaksi dan tidak berpretensi melakukan generalisasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konstruksionis, yang memiliki dua karakteristik penting, yaitu proses pemaknaan dan penggambaran tentang suatu realitas (secara aktif) dan kedinamisan dalam proses kegiatan komunikasi.

Elemen-elemen struktur wacana (menurut van Dijk) yang dianalisis meliputi Tematik (apa yang dikatakan), Skematik (bagaimana disusun dan dirangkai), Semantik (makna yang ditekankan), Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan), Stilistik (pilihan kata yang digunakan) dan Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan).


(9)

1.2Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam penelitian tentang representasi religiusitas Hisanori Kato, yang terwujud dalam tulisannya yang terdapat bagian Introduction di buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”, dapat ditelaah melalui Analisis Wacana Kritis (AWK). Melalui paradigma kritis diharapkan dapat menyelesaikan masalah penelitian yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Representasi pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.

2. Alur pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.

3. Ideologi yang direpresentasikan Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.

1.3Pertanyaan-pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian yang mendekatkan dimensi lintas budaya pada pengkajian agama, akan terlihat beberapa perbedaan dalam apa yang mereka yakini sebagai tujuan akhir manusia makhluk dan jalur yang harus diikuti untuk memenuhi tujuan Illahi (Pargament, 1997).


(10)

1. Apa representasi pemikiran-pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia?

2. Bagaimana alur pemikiran Hisanori kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia?

3. Apa ideologi yang direpresentasikan Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia?

1.4Tujuan Penelitian

Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Menjabarkan representasi pemikiran-pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.

2. Mengetahui alur pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.

3. Mengetahui ideologi yang direpresentasikan Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.

1.5Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini mampu membuka keterbatasan pemikiran tentang ragam penafsiran agama Islam di Indonesia. Hal ini teramat penting bagi generasi muda yang tengah mencari jati diri, agar tidak terjerembab dalam penafsiran Islam yang kurang tepat. Hal ini pun telah disampaikan Hisanori Kato. Melalui potret wajah Islam di Indonesia, yang dilakukan oleh penganut


(11)

agama lain terhadap Islam, dapat dijadikan rujukan pemahaman Islam secara “kaffah” bagi umat Islam.

Dengan bekal pemahaman tentang perbedaan tafsir tentang Islam, diharapkan umat Islam mampu menyikapi nilai dan norma agama, perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam, untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan filosofi bahwa Islam menjadi “rohmatan lil ‘alamin”.

1.6Landasan Teori

Penelitian ini berpijak pada teori representasi dalam budaya (Barker, 2008), yang kemudian dihubungkan dengan representasi religiusitas orang Jepang dalam perspektif Budhisme (Nakamura, 1991). Dan karena penelitian ini terkait dengan penelitian agama, maka menggunakan rujukan perspektif insider-outsider (Knott, 2005).

Semua teks dan konteks yang ada dikaji dengan menggunakan AWK dengan kerangka analitis van Dijk (1998). Model ini dipilih karena memiliki karakter “sosial cognitive” dan mengelaborasi elemen-elemen wacana secara spesifik sebagaimana pemaparan Eriyanto (2003: 229).

1.7Metodologi Penelitian

Di dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan bertumpu pada pendekatan analisis teks yang mengaplikasikan dan mengadaptasikan pendekatan Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse


(12)

Analysis/CDA) yang selanjutnya akan disingkat AWK model Teun A. van Dijk (1998).

Penelitian ini menganalisis teks dengan analisis framing paradigmatik Teun A. van Dijk yang mencermati enam komponen dalam teks, yaitu: 1) Tematik (struktur makro), 2) Skematik (super struktur), 3) Semantik (mikro struktur), 4) Sintaksis (mikro struktur), 5) Stilistika (mikro struktur), 6) Retoris (mikro struktur).

Kajian penelitian ini berdasarkan data-data yang diperoleh dari buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”. Dan secara mendalam akan melihat representasi religiusitas, alur pemikiran dan ideologi Hisanori Kato yang ditulis dalam bagian “Introduction”.

1.8Istilah-istilah Kunci

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah teknis yang menjadi kunci utama antara lain:

a. Representasi:

Konsep kunci dalam cultural studies, yang banyak disorot sebagai isu penelitian (Barker, 2000). Representasi dalam penelitian ini merujuk pada bagaimana gagasan atau pendapat Hisanori Kato ditampilkan, diutamakan, dimarginalkan atau dinetralkan.


(13)

Barker (2000) menyatakan ideologi berarti merupakan peta makna. Kemudian Fairclough (2003) menegaskan bahwa ideologi merupakan representasi aspek-aspek di dunia ini yang berkontribusi dalam hubungan kekuasaan, dominasi dan eksploitasi yang kemudian merujuk pada sebuah identitas. Ideologi dalam penelitian ini merujuk pada kebenaran universal yang merupakan pemahaman Hisanori Kato yang khas berdasarkan latar belakang sejarahnya.

c. Pemikiran:

Pemikiran dalam penelitian ini merujuk pada dimensi pemikiran Hisanori Kato dalam perspektif Budhisme menurut Nakamura (1991).

d. Fundamentalisme :

Merujuk definisi yang dirangkum dari pendapat Marty (1993) tentang gerakan fundamentalisme yang memenuhi empat prinsip. Pertama, fundamentalisme yang bersifat oppositionalism (paham perlawanan), bersifat penolakan terhadap paham hermeneutika, bersifat menolak terhadap paham pluralisme dan relativisme yang keduanya dihasilkan dari pemahaman agama yang keliru dan bersifat menolak terhadap paham sosiologis dan historis, yakni perkembangan historis dan sosiologis telah membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci.

e. Liberalisme:

"Pikiran-pikiran yang muncul dari perspektif sosiologis-psikologis (metode historis) misalnya, akan melahirkan perspektif yang diproyeksikan, dan melihat agama hanya sebagai fenomena sosial. Agama


(14)

kehilangan dimensi kesucian dan normativitasnya. Sehingga tidak lagi bersifat normatif dan sakral" (Abdullah, 2004).

1.9 Definisi Operasional

Penelitian ini merujuk pada variabel-variabel yang akan digunakan sebagai data, yaitu:

a. Representasi Religiusitas:

merujuk pada representasi religiusitas Hisanori Kato yang terkait dengan cara berpikir orang Jepang menurut Nakamura (1991), yang meliputi: 1) dunia fenomena dan yang mutlak, 2) paham keduniawian (genseshugi), 3) menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami, 4) mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo), dan 5) semangat toleransi (kanyou) dan Memaafkan (yuwa).

b. Pemikiran Fundamentalisme:

merujuk pada ciri-ciri: 1) memiliki komitmen terhadap praktik keagamaan yang ketat, 2) memiliki komitmen yang ketat terhadap teks, 3) memiliki pandangan ahistoris bahwa Islam mampu menjawab semua persoalan umat manusia secara permanen, 4) mempunyai keyakinan bahwa harus menerapkan syariat sebagaimana yang telah dilaksanakan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. ketika di Madinah, 5) mempunyai komitmen untuk menegakkan negara Islam dengan kedaulatan di tangan Tuhan, 6) menganggap sebagai musuh terhadap siapa saja yang menolak pandangan fundamentalis dengan


(15)

menyebut mereka sebagai orang yang memilih kesesatan daripada kebenaran, dan 7) menolak kebaikan apapun yang berasal dari komunitas non Islam.

c. Pemikiran Liberalisme:

merujuk pada ciri-ciri: 1) relativisme Islam, dan 2) skeptisisme terhadap akidah dan sumber-sumber Islam.

1. 10 Sistematika Pelaporan

Laporan penelitian ini disajikan dalam lima bab, dengan uraian sebagai berikut: bab I berisi latar belakang, identifikasi masalah penelitian, pertanyaan-pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoretis, metodologi penelitian dan sistematika pelaporan, bab II berisi kajian teori, sebagai landasan yang digunakan dalam penelitian, bab III berisi tujuan penelitian, unit analisis dan korpus data, teknik penelitian, dan teknik keabsahan data, bab IV berisi laporan deskripsi dan pembahasan hasil temuan dalam penelitian, bab V berisi tampilan interpretasi dan hasil penelitian yang dinarasikan dalam bentuk simpulan dan saran.

1.11 Penutup

Paparan di atas merupakan gambaran umum dalam penelitian ini. Pada bab selanjutnya akan dipaparkan kajian teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paparan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis teks yang mengaplikasikan dan mengadaptasikan pendekatan analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) yang selanjutnya akan disingkat AWK model Teun A. van Dijk.

AWK sudah ditegaskan sebagai kelompok gagasan atau motif berfikir yang bisa dikenali dalam teks dan komunikasi verbal, dan juga bisa ditemukan dalam struktur sosial yang lebih luas. AWK juga menyediakan wawasan kedalam bentuk pengetahuan dalam konteks yang spesifik. Selain itu, AWK menghasilkan klaim interpretif dengan memandang pada efek kekuasaan dari wacana dalam kelompok-kelompok orang, tanpa klaim yang dapat digeneralisasikan pada konteks lain.

Wacana menurut van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Penelitian ini akan berfokus pada dimensi kognisi sosial untuk dapat mengungkap representasi religiusitas Kato dalam menelaah Islam fundamentalis dan liberal d Indonesia.

Ada tiga tingkatan struktur teks yang ada dalam analisis van Dijk, pertama, struktur makro, yang merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan topik atau tema yang dikedepankan. Kedua,


(17)

superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Menurut Fairclough dan Wodak, AWK melihat wacana (pemakaian bahasa dalam tutur dan tulisan) sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana pun bisa menampilkan ideologi, memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui perbedaan yang direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.

Dalam penelitian kritis tidak dapat dihindari unsur subjektifitas, sehingga dalam menganalisis dan menafsirkan teks, latar belakang, pengetahuan, afiliasi keagamaan peneliti akan mempengaruhi hasil interpretasi. Dengan kata lain, hasil analisis akan sangat tergantung pada kemampuan peneliti dalam menafsirkan objek penelitian.

3.2 Unit Analisis Data dan Korpus

Penelitian ini merupakan penelitian kasus tunggal (single case study), sehingga data yang diperoleh hanya merujuk pada tulisan Kato dalam buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslims” yang diterbitkan oleh ISPCK pada tahun 2011. Namun penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis


(18)

yang merujuk pada wawancara dan kuesioner yang dilakukan dengan nara sumber dari kelompok fundamentalis dan liberal (insider), untuk membandingkan hasil temuan yang bersumber dari tulisan Hisanori Kato (outsider). Hal ini dimaksudkan untuk membuat penelitian ini lebih komprehensif.

Sedangkan korpus penelitian ini adalah menganalisis bagaimana representasi religiusitas Kato dalam perpektif “outsider” ketika membingkai Islam fundamentalis dan liberal di Indonesia dalam konteks sosial-politik, serta bagaimana ideologi yang diusungnya ketika menganalisis pandangan yang disampaikan oleh tokoh yang dipilihnya sebagai nara sumber di dalam buku ini. Kemudian akan dapat terlihat apakah ada pengaruh perspektif budaya Kato sebagai orang Jepang dalam menelaah perbedaan pandangan islam fundamentalis dan liberal di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan korpus agar dapat menangkap fenomena data secara komprehensif. Menurut Alwasilah (2002: 28), analisis wacana yang dilengkapi dengan korpus seringkali memperkuat intuisi peneliti untuk mempertajam sensitivitasnya sewaktu memahami korpus itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar peneliti dapat menganalisis dan mendeskripsikan bahasa atau variasi bahasa yang tidak dikenalnya sekalipun.

3.2.1 Biografi Ilmiah

Dr. Hisanori Kato (35), adalah seorang peneliti dari Jepang yang mendapat gelar Ph. D dari Sydney University, Australia, tahun 2000 dengan judul disertasi “Religion and its Function in Society”. Disertasi ini mengemukakan kajian tentang peran agama Islam dalam pembentukan masyarakat demokratis di


(19)

Indonesia. Hal ini kemudian disarikan Kato serta diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi sebuah buku berjudul “Agama dan Peradaban” yang diedarkan di Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Dian Rakyat di tahun 2002. Buku ini merupakan buku pertama di Indonesia, sebelum meluncurkan buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist Vs Liberal Muslims: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”.

Kato adalah cendekiawan kelahiran Kanagawa-Jepang, tahun 1964. Minat beliau sebagai pemerhati studi sosiologi mengantarnya untuk melakukan penelitian di Indonesia. Untuk kepentingan penelitiannya, Kato memilih berdomisili di Jakarta selama empat tahun, untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan sumber datanya. Saat ini beliau masih berprofesi sebagai dosen dan peneliti di Sekolah Tinggi Butsuryo dari Osaka, Jepang, dan menjadi visiting researcher pada Institute of International Relations, Harogomo University of International Studies, Osaka, Jepang, serta menjadi dosen tamu di Universitas Nasional Jakarta.

3.2.2 Unit Analisis

Buku yang menjadi kajian penelitian ini berjudul “The Clash of Ijtihad Fundamentalist Vs Liberal Muslims: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia” yang diluncurkan pada tanggal 28 Oktober 2011 di Wahid Institute, Jakarta Pusat.

Buku ini merupakan buku kedua Kato yang juga diedarkan di Indonesia. Buku pertamanya setebal 325 halaman dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia


(20)

berjudul “Agama dan Peradaban” yang diterbitkan oleh Penerbit Dian Rakyat di tahun 2002.

Buku setebal 214 halaman ini memaparkan berbagai pandangan terhadap ajaran agama Islam di kalangan umat Muslim sendiri, dengan cara penulisan seperti buku “Clash of The Civilization” karangan Samuel P. Huntington serta buku-buku terbitan Indian Society for Promoting Christian Knowledge (ISPCK) mengenai agama, sosial, dan politik.

Buku ini ditulis dengan bahasa Inggris, dengan susunan isi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Isi Buku

Foreword - Garry W. Trompt ix

Introduction

Social Demand and the “The Clash of Ijtihad”: A Constructionist Approach to Current Islamic Movements in Indonesia - Hisanori Kato

xi

1. Debates on Islam and Secularism in Indonesia - Luthfi Assyaukanie

1

2. Islam, Humanity, and the Equality for Women - Lily Zakiyah Munir

19

3. The Need for Historical Perspectives in Understanding Islam

- Abdurrahman Wahid 35

4. The Concept of Jihad and Mujahid of Peace - Zakiyuddin Baidhawi

40

5. The Position of Women in Islam: Critism on the Compilation of Islamis Law in

Indonesia - Siti Musdah Mulia 58

6. Homosexuality in Islam: Coming out of the Dark - Soffa Ihsan 91

7. What is Right in Islam? Ideas of Abu Bakar Ba’asyir

- An Interwiew with Abu Bakar Ba’asyir 109

8. Caliphate, Sharia and the Future of Umat- M. Ismail Yusanto 118

9. Ethnic Identity, Nationalism, and Islam - Eka Jaya 144

10. Life from Muslim Women’s Point of View - Qothrun Nadaa 156

11. Islam as Life’s Solution - Cecep Firdaus 164

12. Islam and Pancasila: The Message of a Former Judge - Bismar Siregar 182

13. Progress of the Country with Justice and Prosperity

- Zulkieflimansyah dan Yon Machmudi 187

14. The Role of Islam in Politics: Struggling for Political Peace, Justice, and Mercy

of Islam - Amin M. Ramly 195

15. Islamic Politics and Political Islam: A Standoff between Islam and the State

- Andi M. Fatwa 204


(21)

Yang menjadi kajian dan sumber data dalam penelitian ini adalah tulisan Kato yang terdapat pada bagian Introduction saja. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian ini adalah melihat ulasan pemikiran lintas budaya dan agama yang kemudian menjadi representasi religiusitas Kato, dalam perspektif sebagai orang Jepang dengan keunikan budayanya dan perspektif outsider dalam penelitian agama.

Namun untuk melengkapi penelitian yang komprehensif, penelitian ini juga mendampingi data yang diperoleh dengan membandingkan pemikiran Kato sebagai outsider dan pemikiran fundamentalis serta liberal pemeluk Islam sebagai insider. Perspektif ini diperlukan dalam penelitian yang terkait dengan kajian agama, dan untuk menangkap realitas nyata tentang pemahaman Islam dalam perspektif fundamentalisme dan liberalisme yang terjadi pada masyarakat.

3.3 Teknik Penelitian

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik dokumentasi untuk menganalisis struktur teks yang ditulis pada bagian Introduction dan ditulis oleh Kato yang ada dalam buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslims”.

3.3.2 Teknik Pengolahan Data


(22)

1. Tahap pertama, penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dari teks yang ditulis oleh Hisanori Kato pada bagian Introduction dalam buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslims”. 2. Tahap kedua, menganalisis dan mendekripsikan data yang telah

diperoleh dalam tingkatan analisis, skema analisis dalam teks dan skema dalam kognisi sosial dengan menggunakan konsep ragam analisis teks, yaitu ragam analisis paradigmatik van Dijk.

Analisis naskah paradigmatik adalah analisis yang menggunakan komponen analisis framing Teun van Dijk. Dalam analisis ini van Dijk menyarankan untuk mencermati enam komponen dalam teks, yaitu: 1) Tematik (struktur makro), 2) Skematik (super struktur), 3) Semantik (mikro struktur), 4) Sintaksis (mikro struktur), 5) Stilistika (mikro struktur), 6) Retoris (mikro struktur).

3. Tahap ketiga, menghubungkan data temuan dalam analisis tahap kedua dengan cara berpikir orang Jepang (Nakamura, 1991).

4. Tahap keempat melihat representasi religiusitas Kato berdasarkan perspektif outsider-insider (Knott, 2005).


(23)

Penelitian ini dibagi dalam tahapan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Faktor Internal

Ideologi, Perspektif Orang Jepang, Perspektif Outsider

Teks dalam Introduction Analisis CDA Hasil: Buku “The Clash of Ijtihad Teun A. van Dijk Representasi Fundamentalist versus Religiusitas

Liberal Muslims” Hisanori Kato

Faktor Eksternal Pemahaman Sosio-politik

versus Agama

3.3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa tabel penelitian tentang analisis teks, berupa topik, skema, latar, maksud, praanggapan, leksikon, dan sebagainya. Kemudian dideskripsikan melalui tabel penelitian.

Instrumen yang juga dijadikan data pembanding dalam penelitian ini dengan menarasikan hasil temuan berdasarkan wawancara dan penyebaran kuesioner tentang pemikiran religiusitas yang ditemukan dalam pemikiran Kato. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perbandingan perspektif outsider-insider dalam penelitian yang terkait dengan agama.


(24)

Tabulasi data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tema :

Judul :

STRUKTUR WACANA

HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro

TEMATIK

Tema / topik yang dikedepankan dalam suatu teks

Topik

Superstruktur

SKEMATIK

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK

Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberikan penjelasan detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.

Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, nominalisasi SINTAKSIS

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih

Bentuk Klimat, Koherensi, Kata Ganti

STILISTIK

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.

Leksikon

RETORIS

Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan.

Grafis, Metafora, Ekspresi Sumber : Eriyanto, 2009:228-229

Data-data yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan cara berpikir orang Jepang dalam perspektif Budhisme menurut Nakumura (1991) yang meliputi: 1) dunia fenomena dan yang mutlak, 2) paham keduniawian (genseshugi), 3) menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami, 4) mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo), dan 5) semangat toleransi (kanyou) dan Memaafkan (yuwa).

Karena penelitian ini juga menghadirkan perspektif insider-outsider Knott dengan bingkai rapprochment dalam empat elemen; partisipan murni, peneliti sebagai partisipan, partisipan sebagai peneliti dan peneliti murni, untuk


(25)

mengetahui posisi Kato ketika melakukan penelitian. Pendekatan ini, merupakan upaya solutif intersubjektif guna memposisikan peneliti pada margin of appreciation sebagai tapal batas (border line) antara insider-outsider.

3.4 Teknik Keabsahan Data

Analisis Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data) lainnya yang tersedia. Jawaban subjek di-cross check dengan data lain yang tersedia. Menurut Dwijowinoto (2002: 9), ada beberapa macam triangulasi:

1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan sebuah informasi yang didapatkan dari sumber informasi yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara: membandingkan apa yang dikatakan umum dan pribadi. 2. Triangulasi Teori, yaitu menggunakan dua teori atau lebih untuk

dipadukan. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap agar memperoleh hasil yang komprehensif. 3. Triangulasi Waktu, yaitu yang berkaitan dengan perubahan proses dan

perilaku manusia, karena perilaku ini bisa berubah setiap waktu. Maka periset perlu melakukan obesrvasi lebih dari satu kali.

4. Triangulasi Periset, yaitu menggunakan lebih dari satu periset dalam melakukan observasi atau wawancara karena masing-masing pewawancara memiliki ciri khas dan persepsi yang beragam dalam mengamati fenomena


(26)

yang sama. Pengamatan dengan menggunakan dua pengamat atau lebih membuat data yang diperoleh lebih absah.

5. Triangulasi Metode, yaitu mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi ini dapat menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapat hasil yang sama.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan periset. Hal ini dikarenakan, perlunya melakukan wawancara langsung dengan nara sumber yang mewakili perspektif kelompok Islam fundamentalis dan liberal sebagai insider, untuk mendapatkan perbandingan hasil data yang diperoleh dari tulisan Kato sebagai outsider dalam penelitiannya.

Triangulasi periset juga diperlukan, untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat dalam penentuan ideologi penulis-penulis yang terlibat dalam penelitian Kato. Keterlibatan periset lain dimaksudkan untuk mendapatkan perbandingan analisis yang telah dilakukan dengan periset lain sehingga menjadi penelitian yang komprehensif.


(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini membahasa representasi religiusitas Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia. Temuan dan pembahasan telah dikemukakan pada bab sebelumnya, menjadi dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini.

5.1 Simpulan

Penelitian ini mematahkan asumsi dasar yang menjadi pijakan awal ketika menemukan topik penelitian, yaitu pemahaman religiusitas tidak menjadi prioritas orang Jepang di dalam menjalani kehidupan. Karena selama proses penelitian yang dilengkapi dengan adanya triangulasi periset yang menguasai kebudayaan Jepang, menuntun pada penemuan bahwa representasi religiusitas orang Jepang sudah dihadirkan dalam tataran aplikatif di kehidupan sehari-hari dan bukan lagi dalam tataran pemahaman teks semata.

Kemudian selaras dengan pertanyaan penelitian, maka ada tiga simpulan dari penelitian yang menyoroti representasi religiusitas Kato dalam telaah yang dilakukannya tentang Islam fundamentalis dan liberal di Indonesia, alur pemikiran serta bagaimana ideologi yang melatarbelakangi teks yang ditulisnya dalam bagian Introduction pada buku The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”.


(28)

Pertama, Kato mengungkapkan pemahaman yang tepat untuk memperoleh makna terminologi yang terkait dalam Islam, dengan menggunakan pendekatan sosio-kultural dan perubahannya agar memahami perubahan pemikiran religius masyarakat Indonesia. Penjelasannya bahwa fenomena agama merupakan refleksi lingkungan sosialnya, dilengkapi dengan berbagai cara pemahaman melalui pendekatan sosio-kultural dan perubahannya agar memahami perubahan pemikiran religius masyarakat Indonesia.

Kato juga memotret elemen yang menjadi kerancuan untuk mendefinisikan fundamentalisme, yaitu dengan pemahaman agama secara konservatif. Yang akhirnya menghasilkan asumsi bahwa penyebab perbedaan pandangan yang ada pada Islam fundamentalis dan liberal adalah masalah psikologis. Namun, penggunaan “we” dalam setiap analisisnya memperlemah asumsi yang dibuat Kato, karena merujuk pada pembenaran kelompok (komunitas) bukan berasal dari dirinya sendiri.

Adanya perbedaan pendefinisian agama dan keagamaan (religiusitas), diharapkan mampu membukakan pemahaman bagi penganut agama untuk membedakan keduanya dengan batas yang jelas. Penulisan religion dengan huruf kapital menunjukkan penegasannya sebagai tema penting dalam teks ini. Yang juga penting untuk dicatat bagi pemeluk agama bahwa agama bersifat objektif, namun pemahamannya akan dipahami secara subjektif oleh pemeluknya.

Sisi inilah yang kemudian memisahkan pemahaman liberalisme yang mendefinisikan agama secara personal, dan kemudian berbanding terbalik dengan pemahaman yang dimiliki oleh fundamentalis yang meyakini dalam ajaran Islam


(29)

secara kaku dan tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Hal inilah yang kemudian memicu “clash of ijtihad” antara fundamentalis yang tetap berpegang teguh pada tuntunan syariat Islam dengan liberalis yang menyesuaikan diri dengan perubahan sosio-kultural.

Secara berimbang Kato menyampaikan religiusitasnya dalam fundamentalisme dan liberalisme dengan cara menampilkan sisi positif dari keduanya. Hal ini merujuk pada semangat toleransi (kanyou) yang menghargai semua perbedaan dengan indah.

Kedua, alur pemikiran Kato yang disampaikan dengan cara implisit melalui penggunaan “we” dalam penyampaian pendapatnya, memperlemah asumsi-asumsi yang dikeluarkannya. Hal ini dikarenakan Kato berlindung pada pendapat komunitas atau kelompok. Strategi penyampaian pemikiran dilakukannya dengan cara agresif dan defensif. Agresif saat menyampaikan paparan teori yang melandasi perubahan pemikiran dalam pemahaman Islam di Indonesia, namun defensif saat menyampaikan dampak negatif yang ditimbulkan “clash of ijtihad”. Maka kemudian, Kato pun mengungkapkan semangat toleransi (kanyou) yang telah ada pada akar budaya bangsa Indonesia. Hal ini kemudian menuntunnya untuk menyampaikan pendapat yang dilakukan dengan deduktif ketika mengemukakan pendapat terhadap liberalisme dan induktif ketika berbicara tentang fundamentalisme. Cara yang digunakan Kato cukup beralasan jika melihat pola pemikiran orang Islam (insider) fundamentalis dan liberal di Indonesia.


(30)

Ketiga ideologi yang melatarbelakangi representasi religiusitas Kato adalah ideologi konservatif yang berpihak pada nilai-nilai tradisional dengan basis sejarah. Kato tidak menunjukkan keberpihakan pada aliran mana pun dalam ajaran Islam baik itu fundametalis maupun liberal.

Kato menekankan pentingnya pemahaman agama dan religiusitas secara komprehensif, agar tidak terjebak di perangkap pemikiran Barat yang kemudian menjauhkan manusia dari sisi agama. Penyimpulan yang sangat baik untuk sebuah aplikasi pemikiran orang Jepang dalam perspektif Budhisme (Nakamura, 1991) yang terkait dengan pemahaman dunia fenomena dan yang mutlak; paham keduniawian (genseshugi); menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami; mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo); serta semangat toleransi (kanyou) dan memaafkan (yuwa). Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara representasi religiusitas Kato dengan perspektif budayanya sebagai orang Jepang

Namun walau disamarkan, Kato memiliki kecenderungan untuk berpihak pada fundamentalisme dibanding liberalisme. Hal ini dibuktikan melalui analisis yang dilakukan pada poin penelitian alur pemikiran. Meskipun demikian, Kato juga tidak mendiskreditkan liberalisme. Kato merasa nyaman selama bergaul dengan orang-orang fundamentalis yang menerimanya dengan terbuka sebagai outsider, diwujudkan Kato dengan penggunaan kalimat-kalimat eksplisit ketika menghadirkan representasi religiusitas terkait fundamentalisme. Hal ini benar-benar merupakan perwujudan sikap toleransi (kanyou), yang menerima semua perbedaan dengan terbuka.


(31)

Mengenai perspektif outsider-insider, Kato berusaha menunjukkan sikap sebagai peneliti murni, dengan melakukan analisis yang berimbang antara Islam fundamentalis dan liberal, baik dari jumlah penulis maupun pengungkapan pemikirannya.

Dari keempat simpulan di atas menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang kemudian memiliki implikasi yang lebih luas. Pertama, melalui penelitian ini, AWK mampu mengungkap ideologi yang ada dibalik representasi religiusitas Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia. Dengan dasar-dasar teori kritis, menunjukkan bahwa teks bukanlah ruang yang kosong tanpa makna, karena bisa terungkap ideologi yang ada didalamnya.

Maka fungsi AWK dalam membuktikan keselarasan penyampaian representasi religiusitas Kato dan ideologinya memang terbukti. Ini tentunya dapat memberikan manfaat bagi pembaca, masyarakat umum untuk dapat memaknai dan menyikapi teks dengan cara yang ebih kritis yakni dengan penguasaan AWK.

Kedua, teks yang dihadirkan dengan kajian agama dan dilakukan oleh outsider tidak berarti memiliki nilai yang kurang jika dibanding dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh insider. Latar belakang budaya dengan pemahaman nilai-nilai agama dan religiusitas secara komprehensif, dapat membuat sebuah tulisan atau karya lebih bermakna, jika dibandingkan dengan karya yang dibuat berdasarkan ego. Implikasi dari penelitian ini adalah pelestarian nilai-nilai tradisional karena jika memahami perubahan zaman melalui keunikan akar


(32)

budaya dalam masyarakat, dapat membuat masyarakat itu bertahan dengan keyakinan dan budayanya sendiri dan selamat dari gempuran zaman yang bebas nilai. Dalam kacamata sosiologis, masyarakat yang tidak dapat menyelaraskan tatanan nila dan sistem peradaban sangat rentan terhadap resiko ketertinggalan peradaban. (Soemardjan, 1962).

Ketiga, simpulan ini juga menyadarkan masyarakat bahwa setiap informasi teks/wacana yang didapatkan tidak sepenuhnya netral dan bebas dari akses kepentingan kelompok tertentu yang lebih dominan dan memiliki kepentingan.

5.2 Saran

Penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian AWK mampu mendorong masyarakat untuk berpikir kritis dalam menyikapi permasalahan aktual dengan cara yang cerdas. Berpikir kritis memungkinkan masyarakat untuk mengidentifikasi ideologi-ideologi yang tertanam dalam teks/ wacana, sehingga bisa memberikan penilaian secara objektif.

Jika penelitian serupa berikutnya akan dilakukan, maka hendaknya dapat dilengkapi dengan triangulasi data dengan jumlah responden yang lebih banyak untuk dapat menilai hasil penelitian dengan lebih komprehensif.

Penelitian ini menuntun pada pemahaman tentang bagaimana seharusnya pembelajaran dan pengajaran tentang Islam yang harus sudah bergerak pada tataran aplikatif dalam kehidupan sosial masyarakat, bukan hanya bergelut dalam tataran teks semata. Karena pada hakikatnya, Islam selalu mengajarkan


(33)

pengamalan di semua aspek kehidupan. Sehingga pemaknaan teks (baca: Al-Qur’an) tidak menjadi hamparan kosong tanpa arti, seperti yang ada dalam peribahasa Arab “Al-‘ilmu bilă amalin kassajari bilă tsamarin” (ilmu tanpa pengamalan, bagaikan pohon tanpa buah). Pengamalan menjadi aspek terpenting dalam kehidupan manusia untuk membina hubungan manusia (hablumminannâs), alam serta lingkungannya, dengan merujuk pada hubungan kepada Tuhan (hablumminallâh). Kepekaan inilah yang sudah dipahami serta diterapkan orang Jepang dalam pemaknaan nilai-nilai kehidupan terkait dengan aspek-aspek religiusitasnya.

Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis van Dijk, akan sangat baik jika penelitian sejenis di masa mendatang bisa melengkapinya dengan menggunakan kombinasi dengan kerangka analisis Fairclough (1998), atau van Leuweun (1986). Hal ini dimaksudkan agar penangkapan ideologi dapat lebih eksplisit dan objektif.

Penelitian selanjutnya diharapkan pula dapat melengkapi pemahaman tentang ideologi melalui buku “The Studies in the Theory of Ideology” karangan John B. Thomson. Buku ini penting untuk dijadikan rujukan ketika melakukan pembongkaran ideologi dalam wacana, dikarenakan penjelasan-penjelasan tentang ideologi yang sangat detil dan mendalam, sehingga akan mempermudah penelitian yang hendak dilakukan.


(34)

5.3 Penutup

Demikian hasil akhir penelitian yang pada hakikatnya, hasil penelitian AWK memerlukan realisasi dan tindakan sosial yang nyata agar dirasakan oleh masyarakat (van Dijk, 1998). Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, menambah khazanah pengajaran Islam secara “kaffah” dan dapat menjadi sumbangsih pemikiran yang bermanfaat.


(35)

PUSTAKA RUJUKAN

Alwasilah, A.C. 2009. Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang (cet) Jakarta: Pustaka Jaya

Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i Abdul Hamid bin Abdul Majid, Mudzakarati As-Siyasiyah, hal. 133, 177, Beirut:

Muasasah Ar-Risalah, 1406 H.

Amin, Muhammad. 2004. Studi Agama Normativitas atau Historitas? Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Barker, Chris, Cultural Sudies, Teori & Praktik, 2004. Kreasi Wacana: Bantul Burhan, Nurgiyantoro. 1998. Teori Pengkajian Sastra. Bulaksumur. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Brown, G. dan Yule, G. 1983. Discouse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press

Dardjowidjoyo, Soedjono. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor.

Eriyanto 2003. Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta: LKIS

Eriyanto 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS

Fairclough, N. dan Wodak, R. 1997. “Critical Discourse Analysis”, dalam van Dijk, T.A. (ed) Discourse as Social Interaction, London: Sage Publication Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London:

dan New York: Routledge

Foucoult, M. 1981. “The Order of Discourse” dalam Young, R. (ed) Untying the Text: A Poststructuralist Reader. London: RKP

Glock, C.Y. 1962.On the study of religious commitment. Religious Education, 57(Research Suppl.), S98-S110.

Hajime, Nakamura. 1991. Nihonjin no Shii Hoho atau Cara Berpikir Orang Jepang. Tokyo: Shunjusha. NHZ jilid III


(36)

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Halliday, M. A. K dan Hassan, R. 1979. Cohession in English, London dan New York: Longman

Kato, Hisanori, 2002. “Agama dan Peradaban”. Jakarta: Dian Rakyat Kato, Hisanori, 2011. “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal

Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary

Indonesia”. Delhi: ISPCK

Koentjaraningrat, 1975. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat, 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Kuntowijoyo, 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan Knott, Kim, 2005. Insider/Outsider Perspectives, dalam The Routledge

Companion to the Study of Religion, Edited by John R. Hinnells (London: Routledge Taylor and Fancis Group

Kluckhohn, F. R., & Strodtbeck, F. (1961). Variations in value orientations. Westport, CT: Greenwood.

Latif, Yudi, "Politik Islam Antara Dua Fundamentalisme", Koran Tempo, Jumat, 27 Desember 2002.

Lytle, A. L., Brett, J. M., Barsness, Z. I., Tinsley, C. H.,&Janssens, M. (1995). A paradigm for confirmatory crosscultural research in organizational behavior. Research in Organizational Behavior, 17, 167-214. Macksood Aftab , "What Does Fundamentalism Really Mean?"

Diakses dari http://www. themodernreligion.com/terror/def-fundy.html (diunduh 22/02/2012, jam 22:10)

Martin, Richard C. 2010, Perdekatan Terhadap Islam dalam Studi Agama, terjemahan Zakiyuddin Baidhowy, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga Press

Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan

judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997), 9. McCarthy, M dan Carter, R. 1994. Language as Discourse: Perspective for


(37)

Nababan, S. U. S., 1998. Psikolinguistik: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Pennington, Donald. C, Gillen, Kate, & Hill, Pam,1999. Social Psychology, Arnold: London

Padden, W. E. 1988. Religious worlds: The comparative study of religion. Boston, MA: Beacon.

Pargament, K. I. 1997. The psychology of religion and coping: Theory, research, and practice. New York: Guilford

Samovar, Larry A, Porter, Richard. E., McDaniel, Edwin R., (2010) Komunikasi Lintas Budaya (Communication Between Cultures), Jakarta: Salemba Humanika

Schultz, P.W., & Zelezny, L. C. (1998). Values and pro-environmental behavior: A five-country survey. Journal of Cross-Cultural Psychology, 29(4), 540-558.

Schwartz, S. H. (1992). Universals in the content and structure of values: Theoretical advances and empirical tests in 20 countries. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology (pp. 1-65). Orlando, FL: Academic Press.

Schwartz, S. H., & Sagiv, L. (1995). Identifying culture-specifics in the content and structure of values. Journal of Cross-Cultural Psychology, 26(1), 92-116

Smart, N. (1998). The world’s religions. New York: Cambridge University Press. Smith, H. (1991). The world’s religions. New York: HarperCollins.

Subagyo, P. A. 2012, “Bingkai Wacana dalam Tajuk tentang Terorisme: Kajian Pragmatik Kritis atas Editorial Suara Pembaharuan dan Republika”. Disertasi di Fakutas Ilmu Budaya (FIB) UGM

Stuart Hall (Ed.), 1997. Representation: Cultural Representations dan Signifying Practices, London: Sage Publications

The Earl of Cromer, Modern Egypt, Vol. II, p. 228-229, New York: Macmillan, 1908.

Titscher, S,; M. Meyer; R. Wodak; dan E. Vetter, 2000. Methods of Text and Discourse Analysis, London: SAGE Publications


(38)

Thompson, John B. 1984, Studies in the Theory of Ideology, Barkeley Los Angeles: University of California Press

van Dijk, T. A. 1990. Social Cognition and Discourse”. Dalam H. Giles dan W. P Robinson (eds). Handbook of Language and Social Psychology. New York: John Wiley and Sons, hlm 163-186

van Dijk, T.A. 1996. “Discourse, Power and Access” dalam C.C. Coulthart dan M. Coulhard (eds) Texts and Practices: Reading in Critical Discourse Analysis. London: Routledge, hlm 84-104

van Dijk, T.A. 2003. “The Discourse-Knowledge Interface” dalam G. Weiss dan R. Wodak (eds). 2003. Critical Discourse Analysis: Theory and Interdiciplinarity. New York: Palgrave Macmillan, hal 85-109

van Dijk, T.A. 2005. “Contextual Knowledge Management in Discourse Production: A CDA Perspective.” Dalam R. Wodak dan P. Chilton (eds)

2005. A New Agenda in (Critical) Discourse Analysis. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins, hal 71-100.

van Dijk. T.A. 2008. Discourse and Context: A Sociocognitive Approach. Cambidge: Cambridge University Press.

Wodak, R (2004). “Critical Discourse Analysis” dalam Searle, C. Qualitative Research Practice, London: Sage

Zuhairi Misrawi, "Islam Liberal versus Islam Fundamentalis", Harian Umum Media Indonesia , Jum'at, 17 Mei 2002.


(1)

106

pengamalan di semua aspek kehidupan. Sehingga pemaknaan teks (baca: Al-Qur’an) tidak menjadi hamparan kosong tanpa arti, seperti yang ada dalam peribahasa Arab “Al-‘ilmu bilă amalin kassajari bilă tsamarin” (ilmu tanpa

pengamalan, bagaikan pohon tanpa buah). Pengamalan menjadi aspek terpenting dalam kehidupan manusia untuk membina hubungan manusia (hablumminannâs), alam serta lingkungannya, dengan merujuk pada hubungan kepada Tuhan (hablumminallâh). Kepekaan inilah yang sudah dipahami serta diterapkan orang Jepang dalam pemaknaan nilai-nilai kehidupan terkait dengan aspek-aspek religiusitasnya.

Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis van Dijk, akan sangat baik jika penelitian sejenis di masa mendatang bisa melengkapinya dengan menggunakan kombinasi dengan kerangka analisis Fairclough (1998), atau van Leuweun (1986). Hal ini dimaksudkan agar penangkapan ideologi dapat lebih eksplisit dan objektif.

Penelitian selanjutnya diharapkan pula dapat melengkapi pemahaman tentang ideologi melalui buku “The Studies in the Theory of Ideology” karangan

John B. Thomson. Buku ini penting untuk dijadikan rujukan ketika melakukan pembongkaran ideologi dalam wacana, dikarenakan penjelasan-penjelasan tentang ideologi yang sangat detil dan mendalam, sehingga akan mempermudah penelitian yang hendak dilakukan.


(2)

107

5.3 Penutup

Demikian hasil akhir penelitian yang pada hakikatnya, hasil penelitian AWK memerlukan realisasi dan tindakan sosial yang nyata agar dirasakan oleh masyarakat (van Dijk, 1998). Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, menambah khazanah pengajaran Islam secara “kaffah” dan dapat menjadi sumbangsih pemikiran yang bermanfaat.


(3)

PUSTAKA RUJUKAN

Alwasilah, A.C. 2009. Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang (cet) Jakarta: Pustaka Jaya

Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i Abdul Hamid bin Abdul Majid, Mudzakarati As-Siyasiyah, hal. 133, 177, Beirut:

Muasasah Ar-Risalah, 1406 H.

Amin, Muhammad. 2004. Studi Agama Normativitas atau Historitas?

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Barker, Chris, Cultural Sudies, Teori & Praktik, 2004. Kreasi Wacana: Bantul Burhan, Nurgiyantoro. 1998. Teori Pengkajian Sastra. Bulaksumur. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Brown, G. dan Yule, G. 1983. Discouse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press

Dardjowidjoyo, Soedjono. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor.

Eriyanto 2003. Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta: LKIS

Eriyanto 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS

Fairclough, N. dan Wodak, R. 1997. “Critical Discourse Analysis”, dalam van Dijk, T.A. (ed) Discourse as Social Interaction, London: Sage Publication Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London:

dan New York: Routledge

Foucoult, M. 1981. “The Order of Discourse” dalam Young, R. (ed) Untying the Text: A Poststructuralist Reader. London: RKP

Glock, C.Y. 1962.On the study of religious commitment. Religious Education, 57(Research Suppl.), S98-S110.

Hajime, Nakamura. 1991. Nihonjin no Shii Hoho atau Cara Berpikir Orang Jepang. Tokyo: Shunjusha. NHZ jilid III


(4)

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Halliday, M. A. K dan Hassan, R. 1979. Cohession in English, London dan New York: Longman

Kato, Hisanori, 2002. “Agama dan Peradaban”. Jakarta: Dian Rakyat Kato, Hisanori, 2011. “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal

Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary

Indonesia”. Delhi: ISPCK

Koentjaraningrat, 1975. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat, 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Kuntowijoyo, 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan Knott, Kim, 2005. Insider/Outsider Perspectives, dalam The Routledge

Companion to the Study of Religion, Edited by John R. Hinnells (London: Routledge Taylor and Fancis Group

Kluckhohn, F. R., & Strodtbeck, F. (1961). Variations in value orientations. Westport, CT: Greenwood.

Latif, Yudi, "Politik Islam Antara Dua Fundamentalisme", Koran Tempo, Jumat, 27 Desember 2002.

Lytle, A. L., Brett, J. M., Barsness, Z. I., Tinsley, C. H.,&Janssens, M. (1995). A paradigm for confirmatory crosscultural research in organizational behavior. Research in Organizational Behavior, 17, 167-214. Macksood Aftab, "What Does Fundamentalism Really Mean?"

Diakses dari http://www. themodernreligion.com/terror/def-fundy.html (diunduh 22/02/2012, jam 22:10)

Martin, Richard C. 2010, Perdekatan Terhadap Islam dalam Studi Agama, terjemahan Zakiyuddin Baidhowy, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga Press

Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997), 9.

McCarthy, M dan Carter, R. 1994. Language as Discourse: Perspective for Language Teaching. London: Longman


(5)

Nababan, S. U. S., 1998. Psikolinguistik: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Pennington, Donald. C, Gillen, Kate, & Hill, Pam,1999. Social Psychology, Arnold: London

Padden, W. E. 1988. Religious worlds: The comparative study of religion. Boston, MA: Beacon.

Pargament, K. I. 1997. The psychology of religion and coping: Theory, research, and practice. New York: Guilford

Samovar, Larry A, Porter, Richard. E., McDaniel, Edwin R., (2010) Komunikasi Lintas Budaya (Communication Between Cultures), Jakarta: Salemba Humanika

Schultz, P.W., & Zelezny, L. C. (1998). Values and pro-environmental behavior: A five-country survey. Journal of Cross-Cultural Psychology, 29(4), 540-558.

Schwartz, S. H. (1992). Universals in the content and structure of values: Theoretical advances and empirical tests in 20 countries. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology (pp. 1-65). Orlando, FL: Academic Press.

Schwartz, S. H., & Sagiv, L. (1995). Identifying culture-specifics in the content and structure of values. Journal of Cross-Cultural Psychology, 26(1), 92-116

Smart, N. (1998). The world’s religions. New York: Cambridge University Press. Smith, H. (1991). The world’s religions. New York: HarperCollins.

Subagyo, P. A. 2012, “Bingkai Wacana dalam Tajuk tentang Terorisme: Kajian Pragmatik Kritis atas Editorial Suara Pembaharuan dan Republika”.

Disertasi di Fakutas Ilmu Budaya (FIB) UGM

Stuart Hall (Ed.), 1997. Representation: Cultural Representations dan Signifying Practices, London: Sage Publications

The Earl of Cromer, Modern Egypt, Vol. II, p. 228-229, New York: Macmillan, 1908.

Titscher, S,; M. Meyer; R. Wodak; dan E. Vetter, 2000. Methods of Text and Discourse Analysis, London: SAGE Publications


(6)

Thompson, John B. 1984, Studies in the Theory of Ideology, Barkeley Los Angeles: University of California Press

van Dijk, T. A. 1990. Social Cognition and Discourse”. Dalam H. Giles dan W. P Robinson (eds). Handbook of Language and Social Psychology. New York: John Wiley and Sons, hlm 163-186

van Dijk, T.A. 1996. “Discourse, Power and Access” dalam C.C. Coulthart dan M. Coulhard (eds) Texts and Practices: Reading in Critical Discourse Analysis. London: Routledge, hlm 84-104

van Dijk, T.A. 2003. “The Discourse-Knowledge Interface” dalam G. Weiss dan R. Wodak (eds). 2003. Critical Discourse Analysis: Theory and Interdiciplinarity. New York: Palgrave Macmillan, hal 85-109

van Dijk, T.A. 2005. “Contextual Knowledge Management in Discourse Production: A CDA Perspective.” Dalam R. Wodak dan P. Chilton (eds) 2005. A New Agenda in (Critical) Discourse Analysis. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins, hal 71-100.

van Dijk. T.A. 2008. Discourse and Context: A Sociocognitive Approach. Cambidge: Cambridge University Press.

Wodak, R (2004). “Critical Discourse Analysis” dalam Searle, C. Qualitative Research Practice, London: Sage

Zuhairi Misrawi, "Islam Liberal versus Islam Fundamentalis", Harian Umum Media Indonesia , Jum'at, 17 Mei 2002.