Perkembangan Kolonialisme Inggris di Ind
PERKEMBANGAN KOLONIALISME INGGRIS DI INDONESIA
Cuma share dari
1.
2.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
i.
ii.
iii.
tugas
sekolah
saya,
semoga
bermanfaat
:)
Sejak tahun 1806 Inggris berusaha melemahkan kekuasaan Belanda di Nusantara. Usaha itu
memuncak pada tahun 1810 dan serangan yang menentukan terjadi pada 1811. Sejak saat itu
Indonesia resmi dikuasai EIC (East India Company), organisasi dagang Inggris di India Timur. 18
September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia. Pusatnya berkedudukan di
Batavia.
Latar belakang pendudukan Inggris adalah:
Continental Stelsel yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa (1806) dengan memblokade
perdagangan Inggris di Eropa Daratan. Inggris yang tumbuh menjadi negara industri besar
membutuhkan daerah pasaran yang luas. Oleh karena itu, India dan Nusantara akan dijadikan tempat
pemasaran barang-barang industri Inggris.
Nusantara yang praktis dikuasai Perancis (Belanda-Perancis) merupakan bahaya laten bagi
kekuasaan Inggris di Asia.
Pada 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah muncul di perairan
sekitar Batavia. Tepatnya tanggal 26 Agustus 1811, Batavia jatuh ke tangan Inggris. Gubernur
Jenderal Jansen, pengganti Daendels, akhirnya tidak mampu bertahan dan menyerah. Akhir dari
penjajahan Belanda-Perancis ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September
1811, yang isinya:
Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.
Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus.
Semua hutang Pemerinth Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ditandatangani oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssen dari pihak
Belanda. Seminggu sebelumnya,( raja muda) Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di
India, secara resmi mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai penguasa, sekaligus Wakil
Gubernur (Lieutenant Governor) di Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi, dan
Kalimantan Selatan). Ini berarti bahwa Gubernur Jenderal tetap berkedudukan/berpusat di Calcuta,
India. Sehingga, secara politis Jawa bergantung pada kebijakan Inggris di India. Tapi dalam
pelaksanaannya, Raffles berkuasa penuh di Nusantara.
Pemerintahan Raffles cenderung mendapat tanggapan positif dari para raja dan rakyat setempat,
dikarenakan:
Para raja dan rakyat Nusantara tidak menyukai pemerintahan Daendels yang sewenang-wenang dan
kejam.
Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia, Raffles beberapa kali melakukan misi rahasia ke
kerajaan-kerajaan yang anti Belanda di Nusantara, seperti Palembang, Banten, dan Yogyakarta
dengan janji akan memberikan hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan tersebut.
Sebagai seorang liberalis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik. Ia menjalankan politik murah
hati dan sabar walaupun dalam praktiknya berlainan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang pada 3 prinsip:
Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh rakyat.
Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai
bagian pemerintah kolonial.
Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai
penyewa.
A. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES (1811-1816)
Raffles juga didampingi oleh suatu badan penasihat (Advisory Council) dalam menjalankan
pemerintahannya, terdiri atas Gillespie, Cranssen, dan Muntinghe (seorang yang berpendidikan
Inggris yang pernah menjadi penasihat Daendels).
Tindakan-tindakan Raffles selama memerintah di Nusantara:
a. Bidang Pemerintahan
Prinsip-prinsip pemerintahan Raffles sangat dipengaruhi oleh pengalaman Inggris di India. Pada
hakekatnya, Raffles ingin menciptakan suatu sistem yang bebas dari unsur paksaan seperti yang
diterapkan oleh VOC dan Daendels.
Langkah/tindakan-tindakan Raffles:
1. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan. Setiap karesidenan dibagi menjadi beberapa distrik.
Setiap distrik terdapat beberapa divisi (kecamatan), yang merupakan kumpulan dari desa.
2. Merubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem
kolonial yang bercorak barat. Sistem pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan
usaha-usaha rakyat. Akan tetapi, dalam praktiknya, penghormatan tradisional antara rakyat dan
pemimpinnya sulit dihilangkan.
3. Bupati-bupati atau pengusaha-pengusaha pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh
secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah
kekuasaan pemerintah pusat.
Selain itu, Raffles juga membina hubungan baik dengan para pangeran dan penguasa yang sekiranya
membenci Belanda. Strategi itu digunakan untuk memperkuat kedudukan dan mempertahankan
keberlangsungan kekuasaan Inggris, sekaligus sebagai upaya mempercepat penguasaan Pulau Jawa
sebagai basis kekuatan untuk menguasai Nusantara. Namun, setelah berhasil mengusir Belanda dari
Hindia, ia mulai menampakkan sikap tidak tahu balas budi, dengan mulai tidak simpatik pada tokohtokoh yang membantunya.
Pada masa pemerintahannya, ia juga turut campur tangan dalam konflik di lingkungan Kasultanan
Yogyakarta. Ia membantu Sultan Raja untuk memaksa Sultan Sepuh (Sultan Hamengkubuwana II)
turun dari tahta. Setelah berhasil menurunkan Sultan Hamengkubuwana II dan Sultan Raja
dikembalikan sebagai Sultan Hamengkubuwana III, dengan menandatangani kontrak dengan Inggris,
yang isinya:
1. Sultan Raja secara resmi ditetapkan sebagai Sultan Hamengkubuwana III dan Pangeran Natakusuma
(saudara Sultan Sepuh) ditetapkan sebagai penguasa tersendiri di wilayah bagian dari Kasultanan
Yogyakarta dengan gelar Paku Alam I.
2. Sultan Hamengkubuwana II dengan puteranya, Pangeran Mangkudiningrat diasingkan ke Penang.
3. Semua harta benda milik Sultan Sepuh selama menjabat sebagai sultan dirampas menjadi milik
pemerintah Inggris.
b. Bidang Ekonomi
Pandangannya di bidang ekonomi cukup revolusioner. Ia melakukan beberapa tindakan untuk
memajukan perekonomian di Hindia dan meningkatkan keuntungan pemerintah kolonial. Beberapa
tindakannya antara lain:
1. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie)
yang sudah diterapkan sejak zaman VOC, karena dianggap terlalu berat sehingga mengurangi daya
beli rakyat.
2. Petani diberi kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban
membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
3. Menetapkan sistem sewa tanah (land rent), didasarkan pada anggapan bahwa pemerintah kolonial
adalah pemilik tanah dan para petani dianggap sebagai penyewa tanah. Maka, petani diwajibkan
1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
i)
ii)
iii)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
4.
5.
6.
membayar pajak atas pemakaian tanah pemerintah. Besarnya pajak ditentukan oleh jenis dan
produksi tanah yang dibagi menjadi:
Kelas I, tanah subur. Pajak ½ dari hasil bruto.
Kelas II, tanah setengah subur. Pajak 1/3 dari hasil bruto.
Kelas III, tana tandus. Pajak 2/5 dari hasil bruto.
Tidak dilaksanakan di sekitar Jakarta (Batavia) umumnya dimiliki swasta; dan daerah
Parahiyangan sistem tanam paksa kopi banyak menghasilkan keuntungan.
Maksud dan tujuan:
Petani dapat menanam dan menjual hasil panen secara bebas memotivasi mereka agar bekerja
lebih giat sehingga lebih sejahtera.
Daya beli masyarakat makin meningkat dapat membeli barang-barang industri Inggris.
Pemerintah kolonial punya pemasukan negara secara tetap dan terjamin.
Memberi kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani.
Secara bertahap untuk mengbah sistem ekonomi barang ekonomi uang.
Menimbulkan perubahan-perubahan penting:
Unsur paksaan diganti dengan unsur kebebasan dan suka rela.
Ikatan yang bercorak tradisional diubah hubungan perjanjian/kontrak.
Ikatan adat-istiadat yang sudah berjalan turun temurun semakin longgar, karena pengaruh budaya
barat.
Hambatan-hambatan:
Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas.
Masyarakat Indonesia beda dengan India yang sudah mengenal ekspor.
Sistem ekonomi desa waktu itu belum memungkinkan untuk diterapkan ekonomi uang.
Belum ada pengukuran tanah milik penduduk secara tepat pemungutan pajak tanah mengalami
kesulitan.
Ada pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup.
Pajak terlalu tinggi banyak tanah tidak digarap.
Sistem ini akhirnya mengalami kegagalan.
Pemungutan pajak dipungut per desa. Kalau berupa uang, diserahkan kepada kepala desa untuk
kemudian disetorkan ke kantor residen, tapi kalau dengan beras, yang bersangkutan harus
mengirimnya ke kantor residen setempat atas biaya sendiri.
Meletakkan desa sebaga unit administrasi penjajahan, dimaksudkan agar desa menjadi lebih terbuka
sehingga bisa berkembang.
Penghapusan sistem monopoli.
c.
Bidang Hukum
Sistem peradilannya lebih baik daripada yang dilaksanakan Daendels lebih berorientasi pada besarkecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum:
1. Court of justie: di tiap residen.
2. Court of request: di tiap divisi.
3. Police of magistrate.
Menurutnya, pengadilan harus tunggal dan mendapat pengayoman dari pemerintah, pengadilan yang
selama ini dilaksanakan oleh para bupati ditiadakan karena akan menimbulkan dualisme hukum.
d. Bidang Sosial
Penghapusan kerja rodi dan perbudakan (meskipun dalam prakteknya ia melanggar undangundangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan).
Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.
e.
-
-
Bidang Ilmu Pengetahuan
Ditulisnya buku “History of Java”. Ia dibantu oleh juru bahasanya, Raden Ario Notodiningrat dan
Bupati Sumenep, Notokusumo II. Buku ini diterbitkan di London, 1817 dan dibagi dalam dua jilid.
Jilid I tentang kebudayaan Jawa dan perekonomian, jilid II tentang sejarah Jawa dan bangunanbangunan dari zaman Hindu-Buddha di Jawa.
Memberi bantuan pada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk mengadakan
penelitian menghasilkan buku “History of the East Indian Archipelago”, diterbitkan dalam 3 jilid di
Edinburg, 1820.
Aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
B. BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS STAMFORD RAFFLES
Ditandai dengan adanya Convention of London, 1814. Perjanjian yang ditandatangani di London
oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris, yang isinya:
1) Nusantara dikembalikan pada Belanda.
2) Jajahan Belanda, seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap di tangan Inggris.
3) Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan oleh Belanda
sebagai gantinya.
Perjanjian ini lahir pada masa pemerintahan John Fendall, pengganti Raffles yang baru berkuasa
selama 5 hari. Raffles kemudian diangkat menjadi gubernur di Bengkulu, meliputi Bangka dan
Belitung. Karena pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan
Inggris itu disebut sebagai masa Interregnum (masa sisipan).
Sumber:
Mustopo, Habib, dkk. 2004. Sejarah: Kelas 2 SMA Program Ilmu Alam, KBK 2004. Jakarta:
Yudhistira.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Sejarah Indonesia:
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester I. Jakarta: Balitbang.
Cuma share dari
1.
2.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
i.
ii.
iii.
tugas
sekolah
saya,
semoga
bermanfaat
:)
Sejak tahun 1806 Inggris berusaha melemahkan kekuasaan Belanda di Nusantara. Usaha itu
memuncak pada tahun 1810 dan serangan yang menentukan terjadi pada 1811. Sejak saat itu
Indonesia resmi dikuasai EIC (East India Company), organisasi dagang Inggris di India Timur. 18
September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia. Pusatnya berkedudukan di
Batavia.
Latar belakang pendudukan Inggris adalah:
Continental Stelsel yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa (1806) dengan memblokade
perdagangan Inggris di Eropa Daratan. Inggris yang tumbuh menjadi negara industri besar
membutuhkan daerah pasaran yang luas. Oleh karena itu, India dan Nusantara akan dijadikan tempat
pemasaran barang-barang industri Inggris.
Nusantara yang praktis dikuasai Perancis (Belanda-Perancis) merupakan bahaya laten bagi
kekuasaan Inggris di Asia.
Pada 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah muncul di perairan
sekitar Batavia. Tepatnya tanggal 26 Agustus 1811, Batavia jatuh ke tangan Inggris. Gubernur
Jenderal Jansen, pengganti Daendels, akhirnya tidak mampu bertahan dan menyerah. Akhir dari
penjajahan Belanda-Perancis ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September
1811, yang isinya:
Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.
Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus.
Semua hutang Pemerinth Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ditandatangani oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssen dari pihak
Belanda. Seminggu sebelumnya,( raja muda) Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di
India, secara resmi mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai penguasa, sekaligus Wakil
Gubernur (Lieutenant Governor) di Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi, dan
Kalimantan Selatan). Ini berarti bahwa Gubernur Jenderal tetap berkedudukan/berpusat di Calcuta,
India. Sehingga, secara politis Jawa bergantung pada kebijakan Inggris di India. Tapi dalam
pelaksanaannya, Raffles berkuasa penuh di Nusantara.
Pemerintahan Raffles cenderung mendapat tanggapan positif dari para raja dan rakyat setempat,
dikarenakan:
Para raja dan rakyat Nusantara tidak menyukai pemerintahan Daendels yang sewenang-wenang dan
kejam.
Ketika masih berkedudukan di Penang, Malaysia, Raffles beberapa kali melakukan misi rahasia ke
kerajaan-kerajaan yang anti Belanda di Nusantara, seperti Palembang, Banten, dan Yogyakarta
dengan janji akan memberikan hak-hak lebih besar kepada kerajaan-kerajaan tersebut.
Sebagai seorang liberalis, Raffles memiliki kepribadian yang simpatik. Ia menjalankan politik murah
hati dan sabar walaupun dalam praktiknya berlainan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang pada 3 prinsip:
Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh rakyat.
Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai
bagian pemerintah kolonial.
Atas dasar pandangan bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai
penyewa.
A. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES (1811-1816)
Raffles juga didampingi oleh suatu badan penasihat (Advisory Council) dalam menjalankan
pemerintahannya, terdiri atas Gillespie, Cranssen, dan Muntinghe (seorang yang berpendidikan
Inggris yang pernah menjadi penasihat Daendels).
Tindakan-tindakan Raffles selama memerintah di Nusantara:
a. Bidang Pemerintahan
Prinsip-prinsip pemerintahan Raffles sangat dipengaruhi oleh pengalaman Inggris di India. Pada
hakekatnya, Raffles ingin menciptakan suatu sistem yang bebas dari unsur paksaan seperti yang
diterapkan oleh VOC dan Daendels.
Langkah/tindakan-tindakan Raffles:
1. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan. Setiap karesidenan dibagi menjadi beberapa distrik.
Setiap distrik terdapat beberapa divisi (kecamatan), yang merupakan kumpulan dari desa.
2. Merubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem
kolonial yang bercorak barat. Sistem pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan
usaha-usaha rakyat. Akan tetapi, dalam praktiknya, penghormatan tradisional antara rakyat dan
pemimpinnya sulit dihilangkan.
3. Bupati-bupati atau pengusaha-pengusaha pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh
secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah
kekuasaan pemerintah pusat.
Selain itu, Raffles juga membina hubungan baik dengan para pangeran dan penguasa yang sekiranya
membenci Belanda. Strategi itu digunakan untuk memperkuat kedudukan dan mempertahankan
keberlangsungan kekuasaan Inggris, sekaligus sebagai upaya mempercepat penguasaan Pulau Jawa
sebagai basis kekuatan untuk menguasai Nusantara. Namun, setelah berhasil mengusir Belanda dari
Hindia, ia mulai menampakkan sikap tidak tahu balas budi, dengan mulai tidak simpatik pada tokohtokoh yang membantunya.
Pada masa pemerintahannya, ia juga turut campur tangan dalam konflik di lingkungan Kasultanan
Yogyakarta. Ia membantu Sultan Raja untuk memaksa Sultan Sepuh (Sultan Hamengkubuwana II)
turun dari tahta. Setelah berhasil menurunkan Sultan Hamengkubuwana II dan Sultan Raja
dikembalikan sebagai Sultan Hamengkubuwana III, dengan menandatangani kontrak dengan Inggris,
yang isinya:
1. Sultan Raja secara resmi ditetapkan sebagai Sultan Hamengkubuwana III dan Pangeran Natakusuma
(saudara Sultan Sepuh) ditetapkan sebagai penguasa tersendiri di wilayah bagian dari Kasultanan
Yogyakarta dengan gelar Paku Alam I.
2. Sultan Hamengkubuwana II dengan puteranya, Pangeran Mangkudiningrat diasingkan ke Penang.
3. Semua harta benda milik Sultan Sepuh selama menjabat sebagai sultan dirampas menjadi milik
pemerintah Inggris.
b. Bidang Ekonomi
Pandangannya di bidang ekonomi cukup revolusioner. Ia melakukan beberapa tindakan untuk
memajukan perekonomian di Hindia dan meningkatkan keuntungan pemerintah kolonial. Beberapa
tindakannya antara lain:
1. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie)
yang sudah diterapkan sejak zaman VOC, karena dianggap terlalu berat sehingga mengurangi daya
beli rakyat.
2. Petani diberi kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban
membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
3. Menetapkan sistem sewa tanah (land rent), didasarkan pada anggapan bahwa pemerintah kolonial
adalah pemilik tanah dan para petani dianggap sebagai penyewa tanah. Maka, petani diwajibkan
1)
2)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
i)
ii)
iii)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
4.
5.
6.
membayar pajak atas pemakaian tanah pemerintah. Besarnya pajak ditentukan oleh jenis dan
produksi tanah yang dibagi menjadi:
Kelas I, tanah subur. Pajak ½ dari hasil bruto.
Kelas II, tanah setengah subur. Pajak 1/3 dari hasil bruto.
Kelas III, tana tandus. Pajak 2/5 dari hasil bruto.
Tidak dilaksanakan di sekitar Jakarta (Batavia) umumnya dimiliki swasta; dan daerah
Parahiyangan sistem tanam paksa kopi banyak menghasilkan keuntungan.
Maksud dan tujuan:
Petani dapat menanam dan menjual hasil panen secara bebas memotivasi mereka agar bekerja
lebih giat sehingga lebih sejahtera.
Daya beli masyarakat makin meningkat dapat membeli barang-barang industri Inggris.
Pemerintah kolonial punya pemasukan negara secara tetap dan terjamin.
Memberi kepastian hukum atas tanah yang dimiliki petani.
Secara bertahap untuk mengbah sistem ekonomi barang ekonomi uang.
Menimbulkan perubahan-perubahan penting:
Unsur paksaan diganti dengan unsur kebebasan dan suka rela.
Ikatan yang bercorak tradisional diubah hubungan perjanjian/kontrak.
Ikatan adat-istiadat yang sudah berjalan turun temurun semakin longgar, karena pengaruh budaya
barat.
Hambatan-hambatan:
Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas.
Masyarakat Indonesia beda dengan India yang sudah mengenal ekspor.
Sistem ekonomi desa waktu itu belum memungkinkan untuk diterapkan ekonomi uang.
Belum ada pengukuran tanah milik penduduk secara tepat pemungutan pajak tanah mengalami
kesulitan.
Ada pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup.
Pajak terlalu tinggi banyak tanah tidak digarap.
Sistem ini akhirnya mengalami kegagalan.
Pemungutan pajak dipungut per desa. Kalau berupa uang, diserahkan kepada kepala desa untuk
kemudian disetorkan ke kantor residen, tapi kalau dengan beras, yang bersangkutan harus
mengirimnya ke kantor residen setempat atas biaya sendiri.
Meletakkan desa sebaga unit administrasi penjajahan, dimaksudkan agar desa menjadi lebih terbuka
sehingga bisa berkembang.
Penghapusan sistem monopoli.
c.
Bidang Hukum
Sistem peradilannya lebih baik daripada yang dilaksanakan Daendels lebih berorientasi pada besarkecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum:
1. Court of justie: di tiap residen.
2. Court of request: di tiap divisi.
3. Police of magistrate.
Menurutnya, pengadilan harus tunggal dan mendapat pengayoman dari pemerintah, pengadilan yang
selama ini dilaksanakan oleh para bupati ditiadakan karena akan menimbulkan dualisme hukum.
d. Bidang Sosial
Penghapusan kerja rodi dan perbudakan (meskipun dalam prakteknya ia melanggar undangundangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan).
Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.
e.
-
-
Bidang Ilmu Pengetahuan
Ditulisnya buku “History of Java”. Ia dibantu oleh juru bahasanya, Raden Ario Notodiningrat dan
Bupati Sumenep, Notokusumo II. Buku ini diterbitkan di London, 1817 dan dibagi dalam dua jilid.
Jilid I tentang kebudayaan Jawa dan perekonomian, jilid II tentang sejarah Jawa dan bangunanbangunan dari zaman Hindu-Buddha di Jawa.
Memberi bantuan pada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk mengadakan
penelitian menghasilkan buku “History of the East Indian Archipelago”, diterbitkan dalam 3 jilid di
Edinburg, 1820.
Aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
B. BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS STAMFORD RAFFLES
Ditandai dengan adanya Convention of London, 1814. Perjanjian yang ditandatangani di London
oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris, yang isinya:
1) Nusantara dikembalikan pada Belanda.
2) Jajahan Belanda, seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap di tangan Inggris.
3) Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan oleh Belanda
sebagai gantinya.
Perjanjian ini lahir pada masa pemerintahan John Fendall, pengganti Raffles yang baru berkuasa
selama 5 hari. Raffles kemudian diangkat menjadi gubernur di Bengkulu, meliputi Bangka dan
Belitung. Karena pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan
Inggris itu disebut sebagai masa Interregnum (masa sisipan).
Sumber:
Mustopo, Habib, dkk. 2004. Sejarah: Kelas 2 SMA Program Ilmu Alam, KBK 2004. Jakarta:
Yudhistira.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Sejarah Indonesia:
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester I. Jakarta: Balitbang.