Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Asup
29
H u bu n gan An tara Pe n ge tah u an
Te n tan g As u p an Makan an
D e n gan Statu s Gizi An ak Jalan an
D i Pe labu h an Kam al Ke cam atan Kam al
Kabu p ate n Ban gkalan 2 0 10
Siti Nurfitria
Prodi. Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Trunojoyo
ABSTRACT
Based on the East Java Governm ent’s record of 20 0 8, there w ere 50 2 street children in
Bangkalan. Such condition had caused a lot of social problem s. The street children w ho had
m alnutrition status could be caused by m any things, such as lack of know ledge about
nutrition. W hat w e did in this research w as finding out the corelation betw een the levels of
know ledge about nutrition and nutritional status.
Our respondences w ere street children in Kam al Port, Bangkalan Residence.W e m ade
questionnaire to evaluate the level of street children know ledge about nutrition and ratio
betw een body w eight and age as the nutrition status indicator. This research w as an
analy tic observational research w ith the cross sectional design to analy ze the correlation
betw een the street children know ledge about nutrition and their nutritional status.
The result of this research w as the correlation betw een street children know ledge
about nutrition and n utritional status p = 0 , 179 (p > 0 ,0 5). This data m eant that there w as
no correlation betw een the level of street children know ledge about nutrition and their
nutritional status. How ever, the other m eaning of the result w as that the influence of the
street children know ledge about nutrition level and their nutritional status w as invisible
because of the other higher factors.
Ke yw o rd : Know ledge, street children, nutritional status
PEN D AH U LU AN
Data BPS menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia (per Maret 2010)
sebesar 31,02 juta orang atau 13,33% dari total penduduk Indonesia. Definisi penduduk
miskin adalah penduduk dengan pengeluaran perkapita dibawah garis kemiskinan. Dari
jumlah tersebut 9, 87 % berada di perkotaan.Kemiskinan akan melahirkan anak-anak yang
tergolong sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial, diantaranya adalah anak
jalanan yang jumlahnya kian hari kian meningkat.
Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga karena kemiskinan telah
berakibat buruk pada status gizi dan kesehatan serta kualitas anak, yang jelas-jelas mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak itu sendiri. Oleh karena itu dikhawatirkan akan timbul
suatu generasi yang tingkat kecerdasan, kesehatan fisik dan mentalnya berkurang, sehingga
akan terjadi lost generation.
30
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
Menurut data consortium for street children, di Indonesia terdapat 170.000 anak jalan-an.
Sedangkan menurut data Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2008 terdapat 502 anak
jalanan di Bangkalan. Data ini pastinya lebih besar di lapangan, karena anak jalanan seperti
fenomena gunung es. Banyaknya anak jalanan menimbulkan problem sosial berkepanjangan.
Salah satunya rentan terserang gizi buruk. Solo pos tanggal 19 Juni 2010 memberitakan ada anak
jalanan warga Rusukan Banjarsari yang meninggal karena gizi buruk.
Kondisi-kondisi tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui suatu faktor dari
berbagai macam faktor yang menyebabkan kekurangan gizi pada anak jalanan. Penulis
sering melihat anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan kepustakaan yang ada, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan tentang asupan makanan dan praktek kebersihan diri dengan status gizi
anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan. Sekecil apapun
hasil penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
TU JU AN PEN ELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang
asupan makanan dengan status gizi anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal
Kabupaten Bangkalan.
TIN JAU AN TEORITIS
Batas an p e n ge tah u an
Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, S 2003) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku manusia kedalam tiga domain yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifiasi menjadi : pengetahuan,
sikap, dan praktek.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo,S 2003)
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui karena mengalami, melihat,
mendengar dan mempelajarinya (J.S. Badudu, 1996). Menurut Socrates “Pengetahuan
adalah keyakinan yang benar”. (Notoatmodjo, S 2003)
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi atau
berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari atau mengetahui adanya
stimulus.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
3) Evaluation, menimbang baik atau tidaknya stimulus terebut bagi dirinya.
4) Trial, orang telah mulai mencoba periaku baru.
5) Adoption, subyek telah berperilaku baru.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (Notoatmodjo,S 2003)
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan ........................................................ 31
As u p an Makan an
Asupan makanan adalah masuknya makanan melalui salurannya (A.B. Harahap,
1991). Asupan makanan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian
makanan bagi anak dalam tujuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya agar dapat
mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Zat makanan bahan dasar menurut ilmu gizi atau nutrien yang telah kita kenal
adalah : karbohidrat atau hidrat arang, protein atau zat putih telur, lemak, vitaminvitamin serta berbagai mineral (Achmad DS, 2000).
Di Indonesia, konsep diatas diejawantahkan oleh para ahli gizi dalam susunan
hidangan “empat sehat” yang terdiri atas bahan makanan pokok, bahan makanan lauk
pauk, bahan makanan sayur mayur dan bahan makanan buah-buahan. Kalau susunan
empat sehat ini ditambah dengan susu dalam jumlah yang optimal, maka akan menjadi
“lima sempurna”. Maka kemudian dikenallah slogan “empat sehat lima sempurna”.
Susunan lima sempurna terutama ditujukan pada kelompok masyarakat rentan gizi
yaitu balita, ibu hamil dan menyusui (Achmad DS, 2000).
Komponen makanan harus mengandung :
1) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang
mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari
sudut dan fungsinya. Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani.
Fungsi utama karbohirat yaitu sebagai sumber utama energi yang murah, memberikan rangsangan mekanik dan melancarkan gerakan peristaltik.
2)
Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat
hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur
khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein
nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat
dari hewan. Fungsi protein adalah membangun sel-sel yang rusak, membentuk zatzat pengatur seperti enzim dan hormone dan menghasilkan energi, dalam hal ini
tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori
3)
Lemak
Merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dariunsur-unsur C, H, O
yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila bergabung dengan zat
lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain
sebagai sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan
bagi organ tertentu dari tubuh, sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang
esensial bagi kesehatan kulit dan rambut dan sebagai pelarut vitamin-vitamin (A,
D, E, K) yang larut dalam lemak.
4)
Vitamin
Vitamin berasal dari kata Vitam ine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu
ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi
vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut:
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
32
a)
b)
c)
d)
e)
5)
Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan reproduksi.
Vitamin D :calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport kalsium ke
dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.
Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan
metabolisme selenium . Bahan makanan kacang-kacangan dan biji-bijian
khususnya kecambah banyak mengandung Vitamin ini.
Vitamin K : m enadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrom bine yang
diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi
tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan
Vitamin K : m enadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrom bine yang
diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi
tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan
vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak. (Soegeng Santoso dan Anne
Lies, 2004 : 116).
Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit.
Mineral mempunyai fungsi sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang,
hormon, dan enzim dan sebagai zat pengatur berbagai proses metabolism, keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah dan zat pengatur kepekaan saraf
dan untuk kontraksi otot.
Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan
pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak
yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta
bersikap akan lebih terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Soegeng
Santoso dan Anne Lies, 2004: 72).
Gizi d an s tatu s gizi
Istilah gizi dan ilmu gizi baru mulai dikenal sekitar tahun 1956 sebagai terjemahan
kata”nutrition”. Kata gizi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang berarti makanan.
Menurut dialek Mesir kata Ghidza dibaca “Gizi” (Soekirman, 1989).
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Gizi adalah makanan pokok yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya (J.S. Badudu, 1996). Gizi adalah suatu proses organism
menggunakan makanan yang dilakukan secara normal melalui proses digesti, absorbs,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mmpertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energy (Idrus Derwani dan Gatot Kunanto, 1990).
Adapun status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan gizi dalam variabel tertentu
(IDN Supriasa, dkk, 2002), yaitu keadaan fisiologis (faal) dan biokimia dalam seluler tubuh atau
secara makro adalah kesimbanan antara konsumsi dan penggunaan zat gizi.
Secara garis besar terdapat dua hal yang mempengaruhi status gizi. Pertama adalah
konsumsi makanan, dan yang kedua adalah kesehatan. (IDN Supariasa, dkk, 2002):
a) Konsumsi makanan, dalam hal ini tergantung dari zat gizi yang ada dalam bahan
makanan, pola kebiasaan makan serta ada tidaknya program pemberian makanan
di luar keluarga oleh pemerintah.
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan................................................. 33
b)
Kesehatan, dimana tergantung dari daya beli keluarga untuk menyediakan
makanan yang bergizi, pemeliharaan kesehatan individu, lingkungan fisik dan
sosial dimana individu tinggal.
Menurut Habicht (1979) dalam pembahasan status gizi ada tiga konsep yang satu
sama lain saling berkaitan. Ketiga konsep tersebut adalah:
a) Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan
produksi energi. Proses ini disebut gizi atau nutrition.
b) Keadaan yang dikibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak
dan pengeluaran oleh organisme di lain pihak, disebut nutriture.
c) Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture yang terlihat melalui
variabel tertentu disebut sebagai status gizi. Karena itu dalam merujuk keadaan gizi
seseorang perlu disebutkan variabel yang digunakan dalam penentuan, misalnya
tinggi badan atau variabel pertumbuhan lainnya. Variabel-variabel yang digunakan
dalam menentukan status gizi disebut indikator status gizi.
Perlu pula ditambahkan bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
suatu perbedaan yaitu indikator tidak hanya merupakan refleksi dari status gizi, tetapi
juga refleksi dari pengaruh faktor-faktor non gizi. Karena itu, indikator yang digunakan
walaupun sensitif tetapi kurang spesifik untuk status gizi.(IDN Supariasa, dkk, 2002)
Ukuran-ukuran tubuh (antropometri) merupakan refleksi dari pengaruh faktor genetik
dan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan langsung dengan gizi, antara lain
konsumsi makanan, penyakit infeksi; sementara yang tidak berkaitan secara langsung,
antara lain kegiatan fisik dan pola perkembangan tubuh menurut umur dan jenis kelamin.
Di negara berkembang penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang kurang memenuhi
syarat gizi merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi
anak, terutama pada usia balita. Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan masalah sosial
ekonomi masyarakat setempat. (IDN Supariasa, dkk, 2002)
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian secara tidak langsung
dibagi menjadi tiga yaitu:survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
(IDN Supariasa, dkk, 2002).
Dengan menggunakan cara statistk dan kadang-kadang disertai gejala klinik, maka
status gizi/pertumbuhan anak dapat ditentukan. Dibawah ini adalah beberapa
klasifiikasi yang sering dipakai: (IDN Supariasa, dkk, 2002).
1) Berat badan terhadap umur
Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberi gambaran
tentang massa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit
infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan jumlah makan yang dikonsumsi,
maka berat badan merupakan ukuran antopometri yang sangat labil. Karena itu
indeks berat badan per umur lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status).
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
34
Kelebihan berat badan per umur, antara lain:
a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat.
b. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
c. Dapat mendeteksi kegemukan.
Kelemahan:
a. Dapat mengakibatkan kekeliruan interpretasi status gizi bila terdapat oedema.
b. Memerlukan data umur yang akurat.
c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, misalnya pengaruh pakaian atau
gerak anak dalam penimbangan.
d. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat (masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya).
(Jahari, Abas Basuni).
Beberapa klasifikasi berdasarkan berat badan terhadap umur:
a) Klasifikasi menurut Gomez:
Baku Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi :
> 90% : normal
90-75% : malnutrisi ringan (Grade 1)
75-61% : malnutrisi sedang (Grade 2)
≤ 60% : malnutrisi berat (Grade 3)
b)
c)
Klasifikasi menurut WHO
Baku NCHS
Cara : persentil
Klasifikasi :
Persentil ke 50-3 : normal
Persentil e” 3: malnutrisi
d)
Klasifikasi menurut Jelliffe
Baku Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi :
110-90% : normal
90-81% : malnutrisi ringan (grade 1)
80-61% : malnutrisi sedang (Grade 2 dan 3)
≤ 60% : malnutrisi berat (Grade 4)
Klasifikasi di Indonesia
Baku Boston
Cara : % dari median + kenaikan berat badan
Klasifikasi : menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian
kenaaikan berat badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap
bulan adalah normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi terjadi
gangguan pertumbuhan.
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan................................................. 35
2)
Tinggi badan terhadap umur
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan
dengan pertumbuhan umur. Petumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap defisiensi gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Indeks tinggi badan per umur
lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks tinggi badan per umur
disamping dapat memberi gambaran tentang status gizi masa lampau, juga lebih
erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi (Bengoa, 1975). Oleh karena itu
indeks tinggi badan per umur dapat pula digunakan sebagai indicator
perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa klasifikasi berdasar
tinggi badan terhadap umur:
a) Kanawati dan Mc Laren
Baku : Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi :
≥ 95% : normal
95-90% : malnutrisi ringan
90-85% : malnutrisi sedang
85% : malnutrisi berat
b)
3)
CDC/WHO
Baku : NHCS
Cara : % dari median
Klasifikasi :
≥90% : normal
< 90% : stunted/malnutrisi kronis
Berat terhadap tinggi badan
Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan percepatan tertentu.
Indeks tunggal berat badan per tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk
mnyatakan status gizi saat ini, seperti halnya dengan berat badan per umur,
digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena itu indeks berat
badan per tinggi dapat member gambaran proporsif berat badan relatif terhadap
tinggi badan, maka indeks ini merupakan pula indikator kekurusan.
Beberapa klasifikasi penilaian status gizi berdasar berat per tinggi badan
a) McLaren/Read
Baku: Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi:
110-90%
: normal
90-85%
: malnutrisi ringan
85-75%
: malnutrisi sedang
< 75% dengan/tanpa edema : malnutrisi berat
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
36
b)
c)
CDC/WHO
Baku : NHCS
Cara : % dari median
Klasifikasi :
85-80% : malnutrisi sedang
< 80% : w asting/ malnutrisi akut
d)
NCHS
Baku : NCHS
Cara : persentil
Klasifikasi :
Persentil 75-25 : normal
Persentil 10-5 : malnutrisi sedang
< Persentil ke 5 : malnutrisi berat
4)
Lingkar lengan atas
WHO dan Shakir
Baku : Wolanski 16,5 cm
Cara : % dari median
Klasifikasi :
>85% atau >14 cm : normal
0,05) didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang asupan makanan
dengan status gizi anak jalanan.
H as il ko re las i variabe l p e n ge tah u an te n tan g as u p an m akan an an
d e n gan s tatu s gizi an ak jalan an
Co rre latio n s
pengetahuan
Spearman's rho
Pengetahuan
tentang asupan
Correlation Coefficient
tentang asupan
satus gizi
makanan
responden
1.000
.313
.
.179
20
20
Correlation Coefficient
.313
1.000
Sig. (2-tailed)
.179
.
20
20
Sig. (2-tailed)
makanan
N
satus gizi responden
N
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan ........................................................ 39
Bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, gizi merupakan hal yang penting
karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya dan secara tidak langsung juga
berpengaruh terhadap masa depannya, karena anak yang tidak bertumbuh kembang secara
optimal akan banyak menemui keendala pada saat anak itu menjdi dewasa, baik masalah di
dalam pertumbuhan dan prkembangannya maupun kendala dalam mencapai kemampuan
yang optimal. Masalah yang dihadapi antara lain masalah kesehatan karena sistem
kekebalan tubuhnya tidak berkembang dengan baik, dikarenakan faktor-faktor kekebalan
yang dibutuhkan tidak dibentuk sesuai kebutuhan. Karena itu pada masa pertumbuhannya,
anak harus mendapatkan asupan makanan yang baik dan cukup agar tersedia gizi yang baik
untuk tumbuh kembangnya (IDN Supariasa ,dkk. 2002)
Status gizi pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Dalam hal ini perilaku dibagi menjadi tiga yaitu
knowledge, afektif dan psikomotor.). (Notoatmodjo. S, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan suatu faktor pendukung atau
kondisi yang memungkinkan, antara lain adanya fasilitas. Sikap ibu yang poitif terhadap
imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan adanya fasilitas imunisasi yang
mudah dicapai agar sang ibu tersebut dapat mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri,
orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
persepsi (perception), respon terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), dan
adatasi (adaptation). (Notoatmodjo. S, 2003).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik).
Inilah yang disebut praktek kesehatan atau juga dapat dikatakan sebagai perilaku keehatan.
Oleh sebab itu, indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal terebut diatas yakni :
tindakan (praktek) sehubungan dengan tindakan, tindakan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, tindakan kesehatan lingkungan. Adapun untuk memperoleh data praktek atau
perilaku yang paling akurat adalah melalui pengmatan (observasi). Namun juga dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku
yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. (Notoatmodjo. S, 2003).
Dari hasil penelitian di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan,
status gizi anak jalanan 70 % mengalami malnutrisi, baik ringan (20 %), sedang (35 %),
maupun berat (15 %).Sedangkan tingkat pengetahuan tentang asupan makanan 65 % adalah
kurang. ,.Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden yang rendah.Namun demikian
masih ada 15 % responden yang tingkat pengetahuan tentang asupan makanan baik.
Menurut Alan Berg dan Sayogyo “Gizi kurang tidak terjadi karena kemiskinan harta
semata, tetapi sebagian besar terjadi karena kemiskinan tentang pengetahuan tentang
kebutuhan gizi”. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang gizi maka
semakin tinggi pula status gizinya. Dalam penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar
responden (65 %) mempunyai tingkat pengetahuan tentang asupan makanan yang kurang,
sedangkan status gizi anak jalanan 70 %. mengalami malnutrisi, baik ringan (20 %), sedang
(35 %), maupun berat (15 %).
40
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
Hasil analisa data dengan uji Spearman menggunakan program SPSS for Windows Versi
17,0 didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi anak
jalanan. dengan p=0,179 (p> 0,05).Hasil penelitian dibandingkan referensi tidak sesuai.
Diharapkan makin tinggi pengetahuan tentang asupan makanan maka makin optimal pula
status gizi.Hal ini dikarenakan banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Salah satu faktornya adalah tidak dilakukan pengukuran tinggi badan sehingga tidak
memperhitungkan faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi pertumbuhan skeletal
yang nantinya berpengaruh pada status gizi. (IDN Supariasa, dkk, 2002).
Tinjauan pustaka yang lain menyebutkan kesukaan anak terhadap jenis makanan
tertentu cukup penting dalam mempengaruhi asupan anak.Ada dua teori, yang pertama “
The N ature Theory “. Anak sudah punya insting sejak lahir untuk menyukai makanan yang
menarik dan manis.Namun dikhawatirkan jikaanak diberi kebebasan memilih jenis makanan
yang disukai dia akan memilih jenis makanan yang menarik tapi kurangmengandung zat gizi
yang diperlukan. Kedua, “ The N urture Theory “. Kesukaan anak terhadap jenis makanan
tertentu dipengaruhi lingkungan di mana anak tersebut tinggal.Apabila seorang anak sejak
kecil dibiasakan ibunya mengkonsumsi jenis makanan tertentu, hal ini akan diterima
anak.Jadi walaupun pengetahuan tentang asupan makananbaik, belum tentu akan memilih
makanan yang kandungan gizinya baik,karena bisa jadi anak lebih memilih makanan yang
menarik tapi kurang kandungan gizi.(Suhardjo,1992)
Faktor adanya infeksi, baik virus influenza, saluran nafas, diare, penyakit saluran cerna
juga mempengaruhi status gizi.Infeksi dapat terjadi pada semua distribusi umur. Pada anak,
kejadian infeksi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.,
baik karena faktor imunitas tubuh yang tidak berkembang maupun karena kurang gizi.
(Soetjiningsih, 1995).Kejadian penyakit infeksi dapat menyebabkan gizi kurang karena
makanan atau zat yang diperlukan tidak dapat digunakan karena adanya bakteri
patogen.(Nelson, 2003)
Faktor fisik antara lain cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah yang berdampak
pada kegagalan panen akan berdampak pada tumbuh kembang anak .Selain itu ketersediaan
tenaga dan pelayanan kesehatan di daerah tersebut juga sangat mempengaruhi status gizi.
(IDN Supariasa, dkk, 2002).
KESIMPU LAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dikemukakan, maka
dapat ditarik kesimpulan tidak terdapat hubungan secara bermakna antara pengetahuan
tentang asupan makanan dengan status gizi anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan
Kamal Kabupaten Bangkalan.
SARAN
1) Saran untuk peneliti
Hasil penelitian ini jauh dari sempurna, diharapkan peneliti mempersiapkan materi
yang lebih matang serta mengetahui kondisi masyarakatdi lapangan.
2)
Saran untuk instansi terkait
Meningkatkan kepedulian terhadap anak jalanan dengan member pelatihanpelatihan, penyuluhan kesehatan serta menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan ........................................................ 41
D AFTAR PU STAKA
Azwar, Azrul. (1983). Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta :Sastra Hudaya Badrus,
J, S. (1996). Kam us Um um Bahasa Indonesia. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan Berg,
Alan. (1985). Gizi Dalam Pem bangunan Nasional. Jakarta
CV. Rajawali
---Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2009). Jakarta :Departemen Kesehatan RI
Djaeni S, Achmad. (2000). Ilm u Gizi Untuk Mahasisw a dan Profesi Jilid I dan Jilid
II.JakartaDian Rakyat
Harahap, A, B. (1991). Kam us Profesional, Jakarta : Penerbit Erlangga
Mansjoer, Arif, Suprohaita. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta :Media
Aesculap Fakultas Kedokteran Indonesia UI
Nelson, Behrman. (2003). Textbook of Pediatric 17th Edition. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilm u Kesehatan Masy arakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta :Penerbit Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta
Sediaoetama, A, D.(2004). Ilm u Gizi Untuk Mahasisw a dan Profesi. Jilid II.Jakarta : Dian
Rakyat
Soetjiningsih. (1995). Tum buh Kem bang Anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sugiyono.(2009.)Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D.Bandung :Penerbit Alfabeta
Suhardjo. (1992). Pem berian Makanan Pada Bay i dan Anak.Jogjakarta : Penerbit Kanisius
Supariasa, Nyoman, I Dewa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC
www. bps.go.id//brs-file/kemiskinan-01jul10.pdf
www. jatimprov.go.id/dbfile/bidlahta01/2008
www.solopos.com/2010/solo/giziburuk-anakbalita-jalan-meregangnyawa-26670
www.street children.org.uk http:/blog.unila.ac.id/abdulsyani/files/2009/08/solusisosiologis-penanganan-anjal-pdf
42
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
H u bu n gan An tara Pe n ge tah u an
Te n tan g As u p an Makan an
D e n gan Statu s Gizi An ak Jalan an
D i Pe labu h an Kam al Ke cam atan Kam al
Kabu p ate n Ban gkalan 2 0 10
Siti Nurfitria
Prodi. Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Trunojoyo
ABSTRACT
Based on the East Java Governm ent’s record of 20 0 8, there w ere 50 2 street children in
Bangkalan. Such condition had caused a lot of social problem s. The street children w ho had
m alnutrition status could be caused by m any things, such as lack of know ledge about
nutrition. W hat w e did in this research w as finding out the corelation betw een the levels of
know ledge about nutrition and nutritional status.
Our respondences w ere street children in Kam al Port, Bangkalan Residence.W e m ade
questionnaire to evaluate the level of street children know ledge about nutrition and ratio
betw een body w eight and age as the nutrition status indicator. This research w as an
analy tic observational research w ith the cross sectional design to analy ze the correlation
betw een the street children know ledge about nutrition and their nutritional status.
The result of this research w as the correlation betw een street children know ledge
about nutrition and n utritional status p = 0 , 179 (p > 0 ,0 5). This data m eant that there w as
no correlation betw een the level of street children know ledge about nutrition and their
nutritional status. How ever, the other m eaning of the result w as that the influence of the
street children know ledge about nutrition level and their nutritional status w as invisible
because of the other higher factors.
Ke yw o rd : Know ledge, street children, nutritional status
PEN D AH U LU AN
Data BPS menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia (per Maret 2010)
sebesar 31,02 juta orang atau 13,33% dari total penduduk Indonesia. Definisi penduduk
miskin adalah penduduk dengan pengeluaran perkapita dibawah garis kemiskinan. Dari
jumlah tersebut 9, 87 % berada di perkotaan.Kemiskinan akan melahirkan anak-anak yang
tergolong sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial, diantaranya adalah anak
jalanan yang jumlahnya kian hari kian meningkat.
Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga karena kemiskinan telah
berakibat buruk pada status gizi dan kesehatan serta kualitas anak, yang jelas-jelas mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak itu sendiri. Oleh karena itu dikhawatirkan akan timbul
suatu generasi yang tingkat kecerdasan, kesehatan fisik dan mentalnya berkurang, sehingga
akan terjadi lost generation.
30
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
Menurut data consortium for street children, di Indonesia terdapat 170.000 anak jalan-an.
Sedangkan menurut data Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2008 terdapat 502 anak
jalanan di Bangkalan. Data ini pastinya lebih besar di lapangan, karena anak jalanan seperti
fenomena gunung es. Banyaknya anak jalanan menimbulkan problem sosial berkepanjangan.
Salah satunya rentan terserang gizi buruk. Solo pos tanggal 19 Juni 2010 memberitakan ada anak
jalanan warga Rusukan Banjarsari yang meninggal karena gizi buruk.
Kondisi-kondisi tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui suatu faktor dari
berbagai macam faktor yang menyebabkan kekurangan gizi pada anak jalanan. Penulis
sering melihat anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan kepustakaan yang ada, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan tentang asupan makanan dan praktek kebersihan diri dengan status gizi
anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan. Sekecil apapun
hasil penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
TU JU AN PEN ELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang
asupan makanan dengan status gizi anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal
Kabupaten Bangkalan.
TIN JAU AN TEORITIS
Batas an p e n ge tah u an
Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, S 2003) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku manusia kedalam tiga domain yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifiasi menjadi : pengetahuan,
sikap, dan praktek.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo,S 2003)
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui karena mengalami, melihat,
mendengar dan mempelajarinya (J.S. Badudu, 1996). Menurut Socrates “Pengetahuan
adalah keyakinan yang benar”. (Notoatmodjo, S 2003)
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi atau
berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari atau mengetahui adanya
stimulus.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
3) Evaluation, menimbang baik atau tidaknya stimulus terebut bagi dirinya.
4) Trial, orang telah mulai mencoba periaku baru.
5) Adoption, subyek telah berperilaku baru.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (Notoatmodjo,S 2003)
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan ........................................................ 31
As u p an Makan an
Asupan makanan adalah masuknya makanan melalui salurannya (A.B. Harahap,
1991). Asupan makanan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian
makanan bagi anak dalam tujuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya agar dapat
mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Zat makanan bahan dasar menurut ilmu gizi atau nutrien yang telah kita kenal
adalah : karbohidrat atau hidrat arang, protein atau zat putih telur, lemak, vitaminvitamin serta berbagai mineral (Achmad DS, 2000).
Di Indonesia, konsep diatas diejawantahkan oleh para ahli gizi dalam susunan
hidangan “empat sehat” yang terdiri atas bahan makanan pokok, bahan makanan lauk
pauk, bahan makanan sayur mayur dan bahan makanan buah-buahan. Kalau susunan
empat sehat ini ditambah dengan susu dalam jumlah yang optimal, maka akan menjadi
“lima sempurna”. Maka kemudian dikenallah slogan “empat sehat lima sempurna”.
Susunan lima sempurna terutama ditujukan pada kelompok masyarakat rentan gizi
yaitu balita, ibu hamil dan menyusui (Achmad DS, 2000).
Komponen makanan harus mengandung :
1) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang
mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari
sudut dan fungsinya. Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani.
Fungsi utama karbohirat yaitu sebagai sumber utama energi yang murah, memberikan rangsangan mekanik dan melancarkan gerakan peristaltik.
2)
Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat
hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur
khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein
nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat
dari hewan. Fungsi protein adalah membangun sel-sel yang rusak, membentuk zatzat pengatur seperti enzim dan hormone dan menghasilkan energi, dalam hal ini
tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori
3)
Lemak
Merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dariunsur-unsur C, H, O
yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila bergabung dengan zat
lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain
sebagai sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan
bagi organ tertentu dari tubuh, sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang
esensial bagi kesehatan kulit dan rambut dan sebagai pelarut vitamin-vitamin (A,
D, E, K) yang larut dalam lemak.
4)
Vitamin
Vitamin berasal dari kata Vitam ine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu
ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi
vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut:
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
32
a)
b)
c)
d)
e)
5)
Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan reproduksi.
Vitamin D :calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport kalsium ke
dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.
Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan
metabolisme selenium . Bahan makanan kacang-kacangan dan biji-bijian
khususnya kecambah banyak mengandung Vitamin ini.
Vitamin K : m enadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrom bine yang
diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi
tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan
Vitamin K : m enadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrom bine yang
diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi
tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan
vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak. (Soegeng Santoso dan Anne
Lies, 2004 : 116).
Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit.
Mineral mempunyai fungsi sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang,
hormon, dan enzim dan sebagai zat pengatur berbagai proses metabolism, keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuan darah dan zat pengatur kepekaan saraf
dan untuk kontraksi otot.
Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan
pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak
yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta
bersikap akan lebih terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Soegeng
Santoso dan Anne Lies, 2004: 72).
Gizi d an s tatu s gizi
Istilah gizi dan ilmu gizi baru mulai dikenal sekitar tahun 1956 sebagai terjemahan
kata”nutrition”. Kata gizi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang berarti makanan.
Menurut dialek Mesir kata Ghidza dibaca “Gizi” (Soekirman, 1989).
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Gizi adalah makanan pokok yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya (J.S. Badudu, 1996). Gizi adalah suatu proses organism
menggunakan makanan yang dilakukan secara normal melalui proses digesti, absorbs,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mmpertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energy (Idrus Derwani dan Gatot Kunanto, 1990).
Adapun status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan gizi dalam variabel tertentu
(IDN Supriasa, dkk, 2002), yaitu keadaan fisiologis (faal) dan biokimia dalam seluler tubuh atau
secara makro adalah kesimbanan antara konsumsi dan penggunaan zat gizi.
Secara garis besar terdapat dua hal yang mempengaruhi status gizi. Pertama adalah
konsumsi makanan, dan yang kedua adalah kesehatan. (IDN Supariasa, dkk, 2002):
a) Konsumsi makanan, dalam hal ini tergantung dari zat gizi yang ada dalam bahan
makanan, pola kebiasaan makan serta ada tidaknya program pemberian makanan
di luar keluarga oleh pemerintah.
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan................................................. 33
b)
Kesehatan, dimana tergantung dari daya beli keluarga untuk menyediakan
makanan yang bergizi, pemeliharaan kesehatan individu, lingkungan fisik dan
sosial dimana individu tinggal.
Menurut Habicht (1979) dalam pembahasan status gizi ada tiga konsep yang satu
sama lain saling berkaitan. Ketiga konsep tersebut adalah:
a) Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan
produksi energi. Proses ini disebut gizi atau nutrition.
b) Keadaan yang dikibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak
dan pengeluaran oleh organisme di lain pihak, disebut nutriture.
c) Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture yang terlihat melalui
variabel tertentu disebut sebagai status gizi. Karena itu dalam merujuk keadaan gizi
seseorang perlu disebutkan variabel yang digunakan dalam penentuan, misalnya
tinggi badan atau variabel pertumbuhan lainnya. Variabel-variabel yang digunakan
dalam menentukan status gizi disebut indikator status gizi.
Perlu pula ditambahkan bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
suatu perbedaan yaitu indikator tidak hanya merupakan refleksi dari status gizi, tetapi
juga refleksi dari pengaruh faktor-faktor non gizi. Karena itu, indikator yang digunakan
walaupun sensitif tetapi kurang spesifik untuk status gizi.(IDN Supariasa, dkk, 2002)
Ukuran-ukuran tubuh (antropometri) merupakan refleksi dari pengaruh faktor genetik
dan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan langsung dengan gizi, antara lain
konsumsi makanan, penyakit infeksi; sementara yang tidak berkaitan secara langsung,
antara lain kegiatan fisik dan pola perkembangan tubuh menurut umur dan jenis kelamin.
Di negara berkembang penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang kurang memenuhi
syarat gizi merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi
anak, terutama pada usia balita. Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan masalah sosial
ekonomi masyarakat setempat. (IDN Supariasa, dkk, 2002)
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian secara tidak langsung
dibagi menjadi tiga yaitu:survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
(IDN Supariasa, dkk, 2002).
Dengan menggunakan cara statistk dan kadang-kadang disertai gejala klinik, maka
status gizi/pertumbuhan anak dapat ditentukan. Dibawah ini adalah beberapa
klasifiikasi yang sering dipakai: (IDN Supariasa, dkk, 2002).
1) Berat badan terhadap umur
Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberi gambaran
tentang massa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit
infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan jumlah makan yang dikonsumsi,
maka berat badan merupakan ukuran antopometri yang sangat labil. Karena itu
indeks berat badan per umur lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status).
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
34
Kelebihan berat badan per umur, antara lain:
a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat.
b. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
c. Dapat mendeteksi kegemukan.
Kelemahan:
a. Dapat mengakibatkan kekeliruan interpretasi status gizi bila terdapat oedema.
b. Memerlukan data umur yang akurat.
c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, misalnya pengaruh pakaian atau
gerak anak dalam penimbangan.
d. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat (masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya).
(Jahari, Abas Basuni).
Beberapa klasifikasi berdasarkan berat badan terhadap umur:
a) Klasifikasi menurut Gomez:
Baku Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi :
> 90% : normal
90-75% : malnutrisi ringan (Grade 1)
75-61% : malnutrisi sedang (Grade 2)
≤ 60% : malnutrisi berat (Grade 3)
b)
c)
Klasifikasi menurut WHO
Baku NCHS
Cara : persentil
Klasifikasi :
Persentil ke 50-3 : normal
Persentil e” 3: malnutrisi
d)
Klasifikasi menurut Jelliffe
Baku Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi :
110-90% : normal
90-81% : malnutrisi ringan (grade 1)
80-61% : malnutrisi sedang (Grade 2 dan 3)
≤ 60% : malnutrisi berat (Grade 4)
Klasifikasi di Indonesia
Baku Boston
Cara : % dari median + kenaikan berat badan
Klasifikasi : menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian
kenaaikan berat badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap
bulan adalah normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi terjadi
gangguan pertumbuhan.
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan................................................. 35
2)
Tinggi badan terhadap umur
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan
dengan pertumbuhan umur. Petumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap defisiensi gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Indeks tinggi badan per umur
lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks tinggi badan per umur
disamping dapat memberi gambaran tentang status gizi masa lampau, juga lebih
erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi (Bengoa, 1975). Oleh karena itu
indeks tinggi badan per umur dapat pula digunakan sebagai indicator
perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa klasifikasi berdasar
tinggi badan terhadap umur:
a) Kanawati dan Mc Laren
Baku : Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi :
≥ 95% : normal
95-90% : malnutrisi ringan
90-85% : malnutrisi sedang
85% : malnutrisi berat
b)
3)
CDC/WHO
Baku : NHCS
Cara : % dari median
Klasifikasi :
≥90% : normal
< 90% : stunted/malnutrisi kronis
Berat terhadap tinggi badan
Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan percepatan tertentu.
Indeks tunggal berat badan per tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk
mnyatakan status gizi saat ini, seperti halnya dengan berat badan per umur,
digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena itu indeks berat
badan per tinggi dapat member gambaran proporsif berat badan relatif terhadap
tinggi badan, maka indeks ini merupakan pula indikator kekurusan.
Beberapa klasifikasi penilaian status gizi berdasar berat per tinggi badan
a) McLaren/Read
Baku: Boston
Cara : % dari median
Klasifikasi:
110-90%
: normal
90-85%
: malnutrisi ringan
85-75%
: malnutrisi sedang
< 75% dengan/tanpa edema : malnutrisi berat
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
36
b)
c)
CDC/WHO
Baku : NHCS
Cara : % dari median
Klasifikasi :
85-80% : malnutrisi sedang
< 80% : w asting/ malnutrisi akut
d)
NCHS
Baku : NCHS
Cara : persentil
Klasifikasi :
Persentil 75-25 : normal
Persentil 10-5 : malnutrisi sedang
< Persentil ke 5 : malnutrisi berat
4)
Lingkar lengan atas
WHO dan Shakir
Baku : Wolanski 16,5 cm
Cara : % dari median
Klasifikasi :
>85% atau >14 cm : normal
0,05) didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang asupan makanan
dengan status gizi anak jalanan.
H as il ko re las i variabe l p e n ge tah u an te n tan g as u p an m akan an an
d e n gan s tatu s gizi an ak jalan an
Co rre latio n s
pengetahuan
Spearman's rho
Pengetahuan
tentang asupan
Correlation Coefficient
tentang asupan
satus gizi
makanan
responden
1.000
.313
.
.179
20
20
Correlation Coefficient
.313
1.000
Sig. (2-tailed)
.179
.
20
20
Sig. (2-tailed)
makanan
N
satus gizi responden
N
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan ........................................................ 39
Bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, gizi merupakan hal yang penting
karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya dan secara tidak langsung juga
berpengaruh terhadap masa depannya, karena anak yang tidak bertumbuh kembang secara
optimal akan banyak menemui keendala pada saat anak itu menjdi dewasa, baik masalah di
dalam pertumbuhan dan prkembangannya maupun kendala dalam mencapai kemampuan
yang optimal. Masalah yang dihadapi antara lain masalah kesehatan karena sistem
kekebalan tubuhnya tidak berkembang dengan baik, dikarenakan faktor-faktor kekebalan
yang dibutuhkan tidak dibentuk sesuai kebutuhan. Karena itu pada masa pertumbuhannya,
anak harus mendapatkan asupan makanan yang baik dan cukup agar tersedia gizi yang baik
untuk tumbuh kembangnya (IDN Supariasa ,dkk. 2002)
Status gizi pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Dalam hal ini perilaku dibagi menjadi tiga yaitu
knowledge, afektif dan psikomotor.). (Notoatmodjo. S, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan suatu faktor pendukung atau
kondisi yang memungkinkan, antara lain adanya fasilitas. Sikap ibu yang poitif terhadap
imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan adanya fasilitas imunisasi yang
mudah dicapai agar sang ibu tersebut dapat mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor
fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri,
orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
persepsi (perception), respon terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), dan
adatasi (adaptation). (Notoatmodjo. S, 2003).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik).
Inilah yang disebut praktek kesehatan atau juga dapat dikatakan sebagai perilaku keehatan.
Oleh sebab itu, indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal terebut diatas yakni :
tindakan (praktek) sehubungan dengan tindakan, tindakan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, tindakan kesehatan lingkungan. Adapun untuk memperoleh data praktek atau
perilaku yang paling akurat adalah melalui pengmatan (observasi). Namun juga dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku
yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. (Notoatmodjo. S, 2003).
Dari hasil penelitian di Pelabuhan Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan,
status gizi anak jalanan 70 % mengalami malnutrisi, baik ringan (20 %), sedang (35 %),
maupun berat (15 %).Sedangkan tingkat pengetahuan tentang asupan makanan 65 % adalah
kurang. ,.Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden yang rendah.Namun demikian
masih ada 15 % responden yang tingkat pengetahuan tentang asupan makanan baik.
Menurut Alan Berg dan Sayogyo “Gizi kurang tidak terjadi karena kemiskinan harta
semata, tetapi sebagian besar terjadi karena kemiskinan tentang pengetahuan tentang
kebutuhan gizi”. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang gizi maka
semakin tinggi pula status gizinya. Dalam penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar
responden (65 %) mempunyai tingkat pengetahuan tentang asupan makanan yang kurang,
sedangkan status gizi anak jalanan 70 %. mengalami malnutrisi, baik ringan (20 %), sedang
(35 %), maupun berat (15 %).
40
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010
Hasil analisa data dengan uji Spearman menggunakan program SPSS for Windows Versi
17,0 didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi anak
jalanan. dengan p=0,179 (p> 0,05).Hasil penelitian dibandingkan referensi tidak sesuai.
Diharapkan makin tinggi pengetahuan tentang asupan makanan maka makin optimal pula
status gizi.Hal ini dikarenakan banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Salah satu faktornya adalah tidak dilakukan pengukuran tinggi badan sehingga tidak
memperhitungkan faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi pertumbuhan skeletal
yang nantinya berpengaruh pada status gizi. (IDN Supariasa, dkk, 2002).
Tinjauan pustaka yang lain menyebutkan kesukaan anak terhadap jenis makanan
tertentu cukup penting dalam mempengaruhi asupan anak.Ada dua teori, yang pertama “
The N ature Theory “. Anak sudah punya insting sejak lahir untuk menyukai makanan yang
menarik dan manis.Namun dikhawatirkan jikaanak diberi kebebasan memilih jenis makanan
yang disukai dia akan memilih jenis makanan yang menarik tapi kurangmengandung zat gizi
yang diperlukan. Kedua, “ The N urture Theory “. Kesukaan anak terhadap jenis makanan
tertentu dipengaruhi lingkungan di mana anak tersebut tinggal.Apabila seorang anak sejak
kecil dibiasakan ibunya mengkonsumsi jenis makanan tertentu, hal ini akan diterima
anak.Jadi walaupun pengetahuan tentang asupan makananbaik, belum tentu akan memilih
makanan yang kandungan gizinya baik,karena bisa jadi anak lebih memilih makanan yang
menarik tapi kurang kandungan gizi.(Suhardjo,1992)
Faktor adanya infeksi, baik virus influenza, saluran nafas, diare, penyakit saluran cerna
juga mempengaruhi status gizi.Infeksi dapat terjadi pada semua distribusi umur. Pada anak,
kejadian infeksi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.,
baik karena faktor imunitas tubuh yang tidak berkembang maupun karena kurang gizi.
(Soetjiningsih, 1995).Kejadian penyakit infeksi dapat menyebabkan gizi kurang karena
makanan atau zat yang diperlukan tidak dapat digunakan karena adanya bakteri
patogen.(Nelson, 2003)
Faktor fisik antara lain cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah yang berdampak
pada kegagalan panen akan berdampak pada tumbuh kembang anak .Selain itu ketersediaan
tenaga dan pelayanan kesehatan di daerah tersebut juga sangat mempengaruhi status gizi.
(IDN Supariasa, dkk, 2002).
KESIMPU LAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dikemukakan, maka
dapat ditarik kesimpulan tidak terdapat hubungan secara bermakna antara pengetahuan
tentang asupan makanan dengan status gizi anak jalanan di Pelabuhan Kamal Kecamatan
Kamal Kabupaten Bangkalan.
SARAN
1) Saran untuk peneliti
Hasil penelitian ini jauh dari sempurna, diharapkan peneliti mempersiapkan materi
yang lebih matang serta mengetahui kondisi masyarakatdi lapangan.
2)
Saran untuk instansi terkait
Meningkatkan kepedulian terhadap anak jalanan dengan member pelatihanpelatihan, penyuluhan kesehatan serta menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Siti Nur Fitria, Hubungan A ntara Pengetahuan Tentang A supan Mak anan ........................................................ 41
D AFTAR PU STAKA
Azwar, Azrul. (1983). Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta :Sastra Hudaya Badrus,
J, S. (1996). Kam us Um um Bahasa Indonesia. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan Berg,
Alan. (1985). Gizi Dalam Pem bangunan Nasional. Jakarta
CV. Rajawali
---Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2009). Jakarta :Departemen Kesehatan RI
Djaeni S, Achmad. (2000). Ilm u Gizi Untuk Mahasisw a dan Profesi Jilid I dan Jilid
II.JakartaDian Rakyat
Harahap, A, B. (1991). Kam us Profesional, Jakarta : Penerbit Erlangga
Mansjoer, Arif, Suprohaita. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta :Media
Aesculap Fakultas Kedokteran Indonesia UI
Nelson, Behrman. (2003). Textbook of Pediatric 17th Edition. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilm u Kesehatan Masy arakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta :Penerbit Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta
Sediaoetama, A, D.(2004). Ilm u Gizi Untuk Mahasisw a dan Profesi. Jilid II.Jakarta : Dian
Rakyat
Soetjiningsih. (1995). Tum buh Kem bang Anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sugiyono.(2009.)Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D.Bandung :Penerbit Alfabeta
Suhardjo. (1992). Pem berian Makanan Pada Bay i dan Anak.Jogjakarta : Penerbit Kanisius
Supariasa, Nyoman, I Dewa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC
www. bps.go.id//brs-file/kemiskinan-01jul10.pdf
www. jatimprov.go.id/dbfile/bidlahta01/2008
www.solopos.com/2010/solo/giziburuk-anakbalita-jalan-meregangnyawa-26670
www.street children.org.uk http:/blog.unila.ac.id/abdulsyani/files/2009/08/solusisosiologis-penanganan-anjal-pdf
42
PERSONIFIKASI, VOL. 2, SEPTEMBER 2010