pola pwndidikan anak usia prabaligh dala

BAB II
POLA PENDIDIKAN ANAK USIA PRA BALIGH
DALAM HADITS NABI SAW

A. Usia Pra Baligh dalam Hadits Nabi SAW.
Usia pra baligh atau yang lebih di kenal dengan sebutan usia
sebelum baligh adalah merupakan suatu istilah yang banyak di gunakan oleh
ahli fiqh maupun ahli psikolog, karena itu adalah sebutan yang erat kaitanya
dengan usia seseorang. Dalam kajian fiqh usia pra baligh adalah anak yang
usianya belum dewasa (belum cukup umur lima belas tahun) atau belum
pernah mimpi bersetubuh hingga mengeluarkan sperma (mani).1Dalam fiqh
usia baligh ini di jadikan sebagai syarat untuk menjadi seorang mukallaf yaitu
seseorang yang sudah di kenai suatu hukum.

Usia pra baligh dalam prespektif ulama’ fiqh yang di jadikan
sebagai standarisasi usia anak untuk menjadi seorang mukallaf atau tidak di
jadikanya sebagai tanda kedewasaan anak dalam berfikir, tentunya hal itu
tidak akan keluar dari definisi usia baligh dan pra baligh yang di munculkan
oleh ulama Hadits dalam kitab Hadits sendiri, karena dari sisi historis dan
retorika yang


di jadikan statement ulama fiqh untuk menjadikan sebuah

kesimpulan hukum itu tidak lepas dari konteks Hadits yang menjadi istimbat
hukum mereka sebagai marji’ kedua setelah al-Qur’an. Hal ini semakin jelas
dengan adanya definisi usia pra baligh yang terdapat dalam Hadits Nabi di
riwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya menerangkan tentang
batasan-batasan usia anak baligh maupun pra baligh. Berikut penjelasan
tentang definisi tersebut:

1

Rasyid Rhidha, Fiqh islam, (Jakarta: At-thahiriyah, 1954), cet. XVII, hlm. 75

12

13

!"# $% & ' ()* + ,-./ 0 . 1 2-.3 ' )/ $ 4
5
9: / +; < = >

?@ 6"# ()* $ 4
$ 78* ,.% :9 / ;+ <
0 A% B: .> &@CD)* )E 7*7F"#
$. GD !% H % 5 $ I JK%
"R 0# T $#L M N% +N"# OP-#
Q A# @E -RL !%
+ 'S* A"# @E
$% U)'.FJ % V#W R X R Y D 9: / +; < = > " R Y # )4 " *
, #
=* X
:Z
N ) U
F"#
`$O !]# \F* _ [ E)#
\]D
^ R ./
:/ ; <
,a ]* b R c X /d @e
Ff
hg OP / %

“Aku menawarkan diriku kepada Rasulullah saw. Untuk ikut berperang
dalam perang uhud, waktu itu aku berumur empat belas tahun, tetapi Rasul
Saw tidak mempekenankan diriku. Dan aku kembali menawarkan diriku
pada waktu perang khandaq sedangkan aku( pada saat itu) berumur lima
belas tahun, maka Rasul SAW memperkanankan diriku. Nafi’ menceritakan
,”lalu aku datang kepada Umar Ibnu Abdul Aziz yang pada saat itu
menjabat sebagai khalifah, dan aku ceritakan kepadanya Hadis ini, maka
ia berkata,”sesungghunya hal ini merupakan batas antara usia anak-anak
dengan usia dewasa”. Kemudian ia menginstruksikan kepada semua
gubernur agar mereka menetapkan kepada orang yang telah mencapai usia
lima belas tahun (sebagaimana layaknya orang dewasa), dan orang yang
usianya di bawah itu hendaknya mereka di kategorikan sebagai anakanak”.
Dari keterangan Hadits di atas dapat di pahami bahwa usia anak
sebelum baligh atau usia pra baligh baik menurut ahli Hadits maupun ahli fiqh
secara esensial mempuyai satu pemahaman yang sama yaitu usia anak yang
belum sampai pada umur lima belas tahun, karena dalam Hadits di atas
memandang bahwa umur lima belas tahun adalah umur pembatas antara anak2

Imam Muslim, Shahih Muslim, juz II, (Beirut, Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1996), hlm. 142.


14

anak dan remaja (baligh). Dalam bahasa fiqh di sebutkan bahwa anak yang
belum pernah bermimpi bersetubuh hingga dia mengeluarkan air mani
(sperma) dia termasuk anak yang belum baligh, begitu juga dengan anak yang
mulai bermimpi bersetubuh hingga mengeluarkan air mani, dan dia berumur
kurang lebih lima belas tahun keatas, maka usia anak tersebut bisa di namakan
usia baligh.

B. Hadits Nabi Tentang Pola Pendidikan Anak Usia Pra Baligh.
Dalam mengkaji tentang pola pendidikan anak usia pra baligh
yang ada dalam Hadits Nabi tentunya harus melalui jalur-jalur alternatif
normatif yang mampu mencari dan menelusuri Hadits dengan baik, oleh
karena itu pakar ilmu Hadits Syuhudi Ismail menjelaskan tentang cara mencari
Hadits- Hadits berdasarkan topik masalah. Ada dua kamus besar yang
menunjukan cara pencarian Hadits berdasarkan topik masalahnya, yang
pertama adalah Miftahu kunuzi as-Sunnati dan yang ke dua adalah Mu’jam alMufahras Li-alfadzi al-Hadisi an-Nabawiyyi,3 pencarian Hadits akan kesulitan
tanpa melihat sebuah kamus besar yang mengupas tentang keseluruhan Hadits
Nabi yang di riwayatkan oleh perawi-perawi yang dapat di terima oleh

masyarakat luas dan tidak adanya indikasi penolakan perawi jika di lihat dari
dhabit, tsiqah, dan adil. Yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kamus mu’jam al- Mufahras. Dalam mu’jam penulis mencari
Hadits Nabi yang menerangkan tentang pola pendidikan anak usia pra baligh
baik secara sharih maupun kinayah atau secara eksplisit (tersurat) maupun
implisit

(tersirat). Sehingga pencarian Hadits yang sesuai dengan tema

penelitian di mulai dari pembagian pembahasan judul, dan tema penelitian
yang di sajikan merupakan bagian dari kajian kelimuan, maka pencarian di
mulai dengan melihat sub pembahasan ilmu, dari pembahasan ilmu di
lanjutkan dengan mencari matn yang berkaitan dengan pola pendidikan anak
usia pra baligh hingga di temukan beberapa Hadits yang mempunyai isi matn
yang sama tetapi perawinya berbeda. Secara tematik ada beberapa Hadits
3

Syuhudi Ismail, Cara Praktis Menvari Hadis , ( Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hlm. 62.

15


dalam pembahasan ini – pola pendidikan anak usia pra baligh - Hadits yang
di riwayatkan oleh beberapa perawi terkenal yang tergabung dalam imam
sittah yaitu Imam Abu Daud, Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Turmudzi,
ketiga perawi ini menceritakan hadits dalam substansi matan hadits yang
sama.

Di tinjau dari sisi kesahihan dan penerimaannya tentunya Hadits
yang di munculkan sebagai bahan refrensi utama adalah Hadits yang harus
benar-benar dapat di terima oleh masyarakat luas dan Hadits tersebut secara
maudhu’i tidak keluar dari tema. Setidaknya Hadits tersebut dalam isi atau
matn masih menyangkut tentang pola pendidikan anak usia pra baligh seperti
contoh apakah ada Hadits yang membahas tentang bagaimana cara mendidik
anak yang umurnya belum baligh tentunya dengan cara-cara tertentu yang di
sesuaikan dengan kondisi usia anak, karena cara bagaimanapun juga cara
mengajar anak-anak akan berbeda dengan cara mengajar orang dewasa sesuai
dengan tingkat perkembangan usia anak.

Di antara Hadits yang membahas tentang pola pendidikan anak
usia pra baligh adalah Hadits yang mana di dalamnya memuat tentang

bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak yang sesuai dengan kondisi
psikologis anak, di sana terdapat beberapa pola yang termaktub dalam isi
kandungan Hadits tersebut.

Yang pertama adalah Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Turmudzi :

ijak ;l/
i # 7*7F#
:' .D l> & 8
)/ 5 p 5 Un J 0
;l/
i # V.o
a . U) 4 v / / ;rPs# TtP-# ) u. q ,./
S* p $w ) 5h
[# b p`
h,.F# yE zF
y 0 . h x A3 w S* jak

m.


h
0

0 . 2.3
5_ hq ; <
FD ;l/

16

0 | % ;rP# D & < F (rO# } ~ D p d 5 p ? A/ { )!* 0
h:8/)
)E !* jak FD )E Ul/ p $w ) 5 h F*
“ Dari Abdul Malik bin Rabi’ bin Sabrah dari bapaknya dari kakeknya, dia
berkata: Rasulullah Saw berkata: Ajarilah anak-anakmu untuk
melaksanakan shalat, sedang ia berumur tujuh tahun, dan pukulah mereka
karena meninggalkanya, sedang ia berumur sepuluh tahun”
Yang kedua yaitu Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Abu Daud :

•& F/ , E
€ • T-‚#

jF* € $w
i
h
0 . 2-.3 ƒti# 5 p 5 Ui J •0
• ;l/
i # V.o
U) 4 % / < „. WL • / / „. WL ;riP# TtP-# Dq p ,s./
qa.
h;7{ ‰ & i)/ vy ˆL † T‡ 'N< # jF* † &(