Makalah pola asuh anak usia dini

A. Latar Belakang
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya.Sekarang ini telah banyak orang tua yang menerapkan beberapa polah asuh
yang berbeda beda kepada anak mereka. Mulai dari yang disiplin hingga yang
memanjakan anaknya, namun dibalik itu semua pola asuh sangat penting dalam
pembentukan sikap dan perilaku anak tersebut kelak. Salah satu pembentuk perilaku
adalah pola asuk anak saat usia dini, karna akan berdampak dikehidupan masa depan
apabila tidak diarahkan yang benar. Dimana perilaku ini akan pertama kali terbentuk
dari lingkungan kelurga terutama orangtua. Anak usia dini merupakan tahapan usia
yang paling menentukan bagaimana karakter, kepribadian, dan sikap anak di masa
dewasa.
Dalam membentuk perilaku anak terutama usia dini memiliki dampak secara
psikologi dan sosial anak tersebut, karena anak pada usia dini biasanya memiliki rasa
keingintahuan yang besar. Pada anak usia dini, mereka biasanya akan menirukan apa
yang dilihat dan di dengarnya. Apabila anak melihat hal baik dan buruk dari orang
tua kemungkinan besar akan ditirunya kelak. Karena pada kenyataanya beberapa anak
memiliki perilaku buruk akibat dari didikan orang tua, melihat yang tak pantas
mereka lihat, mendengarkan apa yang tak pantas didengar dan masih banyak factor
lainnya. Anak usia dini juga biasanya akan menirukan cara bicara orang tuanya.
Selain itu lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perilaku anak. Karena secara
tidak langsung anak di usia dini juga akan bergaul dengan anak seusianya yang ada di
lingkungannya. Selain itu sebagai orang tua juga perlu menanamkan nilai spiritual

tentang agama islam bagaimana beribadah, pendidikan tentang agama islam dll. Agar
nantinya membentuk sang anak menjadi pribadi yang taat kepada agama islam. Oleh
karena itu, sebaiknya sebagai orang tua yang baik terapkan pola asuh yang akan
membentuk pribadi anak yang baik mulai dari usia dini.
B. Pokok Bahasan
 Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak usia dini?
 Bagaimana pola asuh anak usia dini dalam islam?
 Faktor yang mempengaruhi pola asuh anak usia dini ?

C. Pembahasan
A. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut National Association for The Education of Young Children


(NAEYC)
Yang menjelaskan bahwa kategori anak usia dini adalah mereka yang
usianya antara 0-8 tahun. Jenjang pendidikan anak tersebut biasanya masih
berada pada tahap program pendidikan anak di tempat penitipan anak,
pendidikan pra sekolah, dan TK atau SD.




Menurut Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia
ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter
dan kepribadian anak

B. Pola asuh orang tua terhadap anak usia dini
Karakter seorang anak dibentuk melalui pendidikan karakter. Pendidikan
karakter yang utama dan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga. Di
dalam lingkungan keluarga, seorang anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku
yang penting bagi kehidupannya. Karakter dipelajari anak melalui model para
anggota keluarga terutama orang tua.
Model orang tua secara tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak.
Bila anak melihat kebiasaan baik orang tua maka dengan cepat akan
mencontohnya, demikian sebaliknya bila orang tua berperilaku buruk maka akan
ditiru oleh anak-anak. Dalam pandangan Hurlock ( 1996 ), bahwa perlakuaan
orang tua terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak dan perilakunya. Di
dalam berkomunikasi kepada sang anak sebaiknya tidak mengancam dan
menghakimi tetapi dengan perkataan mengasihi atau member motivasi supaya

sang anak mencapai keberhasilan dalam pembentukan karakter anak. Adapun
salah satu upaya membentuk karakter yang baik dengan pendampingan orang tua

yang berbentuk pola asuh. Hendaknya orang tua mempersiapkan dengan
pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
Sedangkan pola asuh sendiri terdapat 2 Tipe yaitu : gaya pelatihan emosi ( parental
emotional styles ) dan gaya pendisiplinan.
1. Gaya Pelatihan Emosional
Terbagi atas 2:
Gaya pelatihan Emosi ( coaching )


Pola asuh orang tua yang berperan membantu anak untuk menangani
emosi terutama emosi negative sebagai kesempatan untuk menciptakan
keakraban tanpa kehilangan kesabaran. Dalam hal ini gaya pelatihan emosi
sangat berkaitan dengan kepercayaan orang tua terhadap anak untuk
mengatur emosi dan menyelesaikan suatu masalah sehingga orang tua
bersedia meluangkan waktu saat anak sedih, marah dan takut serta
mengajarkan cara mengungkapkan emosi yang dapat diterima orang lain.



Gaya pengabai emosi ( dimissing parenting style )
Pola asuh orang tua yang tidak mempunyai kesadaran dan kemapuan untuk
mengatasi emosi anak dan percaya bahwa emosi negative sebagai
cerminan buruknya ketrampilan pengasuhan. Orang tua tipe ini
menganggap bahwa anak terlalu cengeng saat anak sedih sehingga orang
tua tidak menyelesaikan masalah anak dan beranggapan bahwa emosi
anaka akan hilang dengan sendirinya.

2. Gaya pendisiplinan
Dalam gaya pendisiplinan terdapat para ahli yang berpendapat dan atas jenis pola
asuh, diantaranya : Elizabeth b hurluck, sebagai ahli psikologi perkembangan
mengatakan bahwa ada 3 pola asuh : Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis , dan
pola asuh laisses fire.
Sedangkan menurut Diana Baumrind (1967), seorang psikologi klinis dan
perkembangan ada empat tipe pola asuh yang dapat dikembangkan dalam pengasuhan
: Pola asuh Demokratis, Pola asuh otoriter, Pola asuh Permisif dan Pola asuh
penelantaran.
Namun secara umum Pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :


a. Pola Asuh Otoriter
Adalah pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk
kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti ,
biasanya dibarengi dengan ancaman- ancaman.
Pola asuh otoriter memiliki cirri – cirri sebagi berikut :


Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua


Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat


Anak hampir tidak pernah member pujian


Orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya
bersifat satu arah
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter, anak memliki sifat dan
sikap seperti : mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak

bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa
depan yang jelas, dan tidak bersahabat.

b. Pola Asuh Permisif
Adalah pola asuh orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian
anak dengna cara memberikan pengawasan yang sangat longgar dan
memeberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang sangat longgar dan memberikan pengawasan yang sangat
longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya.
Ciri – Ciri Pola asuh permisif :
Orang tua bersikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah, anak


diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat seenaknya
sendiri.
Orang tua member kebebasan kepada anak untuk menyatakan


dorongan atau keinginannya.



Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak bahkan hampir
tidak menggunakan hukuman.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh atas sifatsifat pengaruh atas anak seperti : suka memberontak, kurang memiliki rasa
percaya diri, suka mendominasi dan tidak jelas arah hidupnya

3. Pola Asuh Demokrasi
Adalah Pola asuh orang tua yang menerapkn perlakuan kepada anak dalam rangka
membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang
bersikap rasional atau pemikiran – pimikiran
Ciri pola asuh demokrasi :


Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan control internal


Anak diakui sebgai pribadi oleh orang tua dan turut terlibat dalam
pengambilan keputusan



Memprioritaskan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.


Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemapuan anak.

Dampak dari pola asuh demokrasi adalah membentuk perilaku anak yang memiliki
rasa percaya diri, bersikap bersahabat, bersikap sopan, mau bekerja sama, serta
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
C. Pola asuh anak dalam islam
Kita diperintahkan untuk mencontoh beliau dalam berbagai perkara syari’at, salah
satunya adalah tarbiyatul aulad (mendidik anak).Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh setiap orang tua, berkaitan dengan pendidikan anak, antara lain:
1. Memberikan pendidikan agama kepada anak, terutama ‘aqidah yang akan

menjadi pondasi ke-Islamannya. Perhatikan dalam surat Luqman ayant 13
yang Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ‘Hai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan itu

merupakan kezhaliman yang besar.” (Qs. Luqman: 13)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan hal ini kepada
‘Abdullah

bin

‘Abbas radhiyallahu’anhuma,

beliau

bersabda,

Artinya: “Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu
beberapa kalimat. Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Allah akan menjagamu,
jagalah (hak-hak) Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu.
Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau
memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan ketahuilah,

sekiranya ummat ini bersatu untuk memberimu manfaat maka manfaat
tersebut tidak akan sampai kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah

atasmu. Dan apabila ummat ini bersatu untuk mencelakakanmu maka sedikit
pun mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah Allah
tetapkan atasmu. Pena (takdir) telah terangkat dan lembaran (takdir) telah
mengering. Dan ketahuilah, sesungguhnya bersabar atas apa-apa yang tidak
engkau sukai itu memiliki kebaikan yang amat banyak. Dan sesungguhnya
pertolongan itu (ada) bersama kesabaran. Dan sesungguhnya kelapangan itu
(datang) bersama kesulitan, dan sesungguhnya kesulitan itu bersama
kemudahan.”
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (I/292, 303,
307) dan ini lafazhnya, Al-Hakim (III/541), Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul
Kabir (XII/12988, 12989), Abu Ya’la (no. 2549), Ibnus Sunni (hal. 427), Ibnu
Abi

‘Ashim

dalam As-Sunnah (no.

316),

dan


Al-Ajurri

dalam Asy-

Syari’ah (hal. 198)]
2. Membiasakan anak-anak untuk berakhlak baik dan menasihatinya ketika

melakukan kesalahan. Karena akhlak mulia menjadi pemberat timbagan pada
hari Kiamat nanti, sebagaimana disebutkan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa
sallam,
3. Mengajarkan adab dan etika kepada anak. Para Salaf telah menaruh perhatian

yang sangat besar terhadap adab Islami
4. Orang tua hendaknya menyertakan anak-anak dalam beribadah, bukan hanya

sekedar memerintahkannya saja. Karena pendidikan anak akan lebih berhasil
manakala setiap inderanya diberdayakan.
5. Bersikap

lemah lembut kepada anak dan bersikap tegas manakala

diperlukan.Contoh sikap tegas yang dapat dilakukan oleh orang tua kepada
anaknya adalah memukul anaknya yang tidak melaksanakan shalat ketika
sudah

menginjak

Nabi shallallahu

usia

10

tahun,

‘alaihi

sebagaimana
wa

disabdakan

oleh
sallam,

ً ‫ُم ُروا أُ ْولَ َد ُك ْم بِال‬
‫ َوفَ ِرقُُُوا بَ ْينَ ُه ْم‬، َ‫سنِيْن‬
ْ ‫اض ِر بُو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء َع‬
ْ ‫ َو‬، َ‫سنِيْن‬
َ ‫صلَ ِة َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء‬
ِ ‫ش ِر‬
ِ ‫س ْب ِع‬
‫ضُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُا ِج ِع‬
َ ‫ فِي ا ْل َم‬.
Artinya: “Suruhlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh
tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya pada usia

sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” [Hadits shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad (II/ 180, 187), Abu Dawud (no. 495), Al-Hakim
(I/197), Al-Baihaqi (III/84), Ibnu Abi Syaibah (no. 3482), Ad-Daruquthni
(I/230), Al-Khathib (II/278), dan Al-‘Uqaili (II/167), dari ‘Abdullah bin
‘Amr radhiyallahu’anhuma. Lihat jugaShahihul Jami’ (no. 5868)]
6. Bersikap adil kepada semua anak dan bersabar dalam menghadapi

mereka. Rasulullah shallallahu

‘alaihi

wa

sallam pernah

bersabda,

‫ َواعُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُْ ِدلُوا فِي أَ ْولَ ِد ُك ْم‬،َ‫ اتًقُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُوا ا‬،‫ش َهُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ ُد َعلَى َجُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ ْو ٍر‬
ْ َ ‫ لَ أ‬.
Artinya: “Aku tidak mau menjadi saksi atas perbuatan zhalim, bertakwalah
kalian kepada Allah dan bersikap adillah kepada anak-anak kalian.”
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 2586, 2587) dan Muslim (no.
1623), dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
7. Memperhatikan kesehatan anak, baik secara jasmani maupun rohani, karena

sesungguhnya Allah lebih mencintai mukmin yang kuat daripada mukmin
yang

lemah. Nabi shallallahu

‘alaihi

wa

sallambersabda,

‫ف‬
َ ‫ي َخ ْيُُُُُُُُُُُُُُ ٌر َوأَ َح ُب إِلَى اِ ِمنَ ا ْل ُمُُُُُُُُُُُُُُؤْ ِم ِن‬
ُ ‫… ا ْل ُمُُُُُُُُُُُُُُؤْ ِمنُ ا ْلقَُُُُُُُُُُُُُُُ ِو‬
ِ ‫الضُُُُُُُُُُُُُُ ِع ْي‬
Artinya: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada
mukmin yang lemah…” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664),
Ahmad (II/366, 370) dan Ibnu Majah (no. 79, 4168), dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu]
Pola asuh anak usia dini dalam islam dilakukan salah satunya melalui pendidikan
yang diajarkan baik dari keluraga maupun lingkungan selain keluarga. Karena
agama Islam yang merupakan petunjuk dari Sang MahaPencipta dan Maha
Pendidik telah memberikan sinyal mengenai pentingnya pendidikan khususnya
usia dini antara lain


Kewajiban untuk belajar dari setiap muslim


Petunjuk untuk belajar sepanjang hidup dimulai sejakusia paling dini
( ayunan )


Perintah mengajari anak untuk tidak musyrik kepada Allah SWT


Perintah mengajari anak untuk shalat dan memahami Al-Qur’an.


Petunjuk Nabi bahwa mengajar anak seperti melukisdiatas batu sedangkan
mengajar dewasa sepertimelukis diatas air Artinya penanaman sikap hidup

/ kepribadian

harusdimulai

dan

akan

membuahkan

hasil

yang

maksimalbila dilakukan diusia dini.
Ada pula metode pendidikan yang dilakukan untuk anak usia dini yaitu METODE
PENDIDIKAN.
1. Menggunakan bahan yang sederhana dan mudah dipahami
2. Metode keteladanan
Guru dan semua pengelola sekolah harus bisa memberi contoh. Juga ditampilkan
contoh-contoh dalam bentuk photo pahlawan,cerita kepahlawanan, cerita keluhuran
ahklak Nabi, Sahabat dan lain-lain
3. Metode pengalaman keagamaan
Anak diajak shalat berjamaah, tadabur alam, menolongfakir miskin, berkurban,
mengumpulkan infaq,membantu korban bencana alam dan lain-lain4.Metode bermain
peranMisalnya berperan tentang hidup orang kaya yangdermawan, pemuda yang
menolong orang kenamusibah dan lain-lain5.Metode obserfasi Anak diajak melihat
musium, pameran keagamaan,ikut shalat berjamaah tarawih, shalat ied, melihat
danmembantu panti asuhan dan lain-lain.
4. Metode bermain peran
Misalnya berperan tentang hidup orang kaya yangdermawan, pemuda yang menolong
orang kenamusibah dan lain-lain
5. Metode obserfasi
Anak diajak melihat musium, pameran keagamaan,ikut shalat berjamaah tarawih,
shalat ied, melihat danmembantu panti asuhan dan lain-lain.
D. Faktor yang mempengaruhi pola asuh anak
1. Usia Orang Tua
Apabila umur orang tua terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak akan
dapat menjalankan peran – peran tersebut secara optimal dikarenakan
kekuatan fisik dan psikososial.
2. Keterlibatan orang tua
Kedekatan hubungan antara orang tua dengan anaknya akan memiliki
makan penting. Karna semakin dekat dan mengertinya orang tua akan
perilaku anak, semakin mudah memberikan pengaruh kepada anaknya.
3. Pendidikan orang Tua

Agar lebih siap menjalanakan peran pengasuhan orang tua sebaiknya
memiliki pengetahuan yang luas agar nantinya dapat mengajarkan dan
mendidik anaknya lebih baik serta dapat mengatasi segala permasalhan
anak tersebut.
D. Kasus Nyata
Seorang anak berusia 8 tahun yang dibawa orang tuanya menemui konselor
untuk mendapatkan pertolongan. Hary adalah seorang siswa kelas 2 SD di sebuah
sekolah favorit di kotanya. Hani, kakak Hary juga bersekolah di sekolah yang sama,
kelas 5 SD. Orang tua mereka bersedia mengeluarkan biaya sekolah yang sangat besar
demi anak-anak mereka bisa diterima dan bersekolah di sana. Dengan bangganya
mereka akan memberitahukan bahwa anak-anak mereka bersekolah di sana ketika ada
yang menanyakan hal itu. Setelah pulang sekolah, sekitar pukul 3 sore, hampir setiap
hari, kecuali hari Rabu, Sabtu, dan Minggu, Hary dan Hani harus mengikuti berbagai
kursus lainnya yang ditentukan oleh orang tua mereka. Menurut orang tuanya, sudah
beberapa hari ini Hary ngambek tidak mau ke sekolah. Ketika ditanya orang tuanya,
Hary tetap diam, tidak mau menjawab. Memang sudah sejak beberapa bulan yang
lalu, semenjak sekolah Hary menerapkan program full day school, Hary terlihat sering
marah-marah, mudah tersinggung, malas ke sekolah dengan berbagai alasan, dan
kalau berangkat ke sekolah rasanya berat sekali. Orang tua Hary kebingungan karena
tidak seperti biasanya Hary bersikap demikian. Melalui konseling, akhirnya bisa
dipastikan bahwa Hary merasa tertekan karena tuntutan orang tuanya yang terlalu
berlebihan. Hary harus menjadi yang terbaik dalam segala. Beberapa kali Hary pernah
mengeluhkan hal itu kepada orang tuanya, tetapi sambil disertai dengan omelan,
selalu dijawab bahwa semua tuntutan itu demi masa depannya. Karena itu akhirnya
Hary memilih diam saja ketika ditanya mengapa dia tidak mau ke sekolah.
Kasus di atas merupakan kasus dari pola asuh secara otoriter.
E. Kritik dan Saran


Kritik
Pada pola asuh otoriter sanagt tidak dianjurkan untuk dilakukan orang tua
kepada anaknya terutama pada usia dini. Karena dampaknya pada perilaku
anak yang akan mendatang sangat negative, walaupun dari sisi pengajaran ada
kedisiplinana didalamnya.



Sebaiknya pola asuh yang diguanakan para orang tua adalah demokrasi dan
pola asuh lewat pendidikan seperti yang diajarkan Rasulullah.

F. Daftar Pustaka
http://www.kompasiana.com/hikmahhabibah/pola-asuh-orangtuaotoriter_54f38d9f745513792b6c7a38
https://bumiislam.wordpress.com/2013/10/24/konsep-pendidikan-anak-usia-dinidalam-agama-islam/
Tridhonanto, Al dan beranda Agency. 2014 . Mengembangkan Pola Asuh
Demokratis. Jakarta . PT Elex Media Komputindo.